2. Sebelum membahas etika komunikasi
massa, perlu digaris-bawahi tentang
pengertian etika. Di samping itu, juga perlu
diketahui pengertian moral.
Kata moral berasal dari bahasa Latin
Mores. Mores berasal dari kata mos yang
berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan.
Dengan demikian, moral bisa diartikan
sebagai ajaran kesu-silaan.
3. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. Moral
juga berarti ajaran tentang baik-buruk perbuatan
dan kelakuan.
Dari asal katanya bisa ditarik kesimpulan bahwa
moral mempunyai pengertian yang sama dengan
kesusilaan, yang memuat ajaran tentang baik
buruknya perbuatan.
Jadi, perbuatan dinilai sebagai perbuatan yang
baik atau perbuatan yang buruk (Burhanuddin
Salam, 2000).
4. Sementara itu, istilah etika berasal dari kata Latin Ethic,
sedangkan dalam bahasa Gerik Ethikos (a body of moral
principles or values). Dengan demikian, ethic berarti
kebiasaan habit, custom. Yang dimaksud dengan baik atau
buruk dalam hal ini yang sesuai dengan kebiasaan
masyarakat atau tidak, meskipun kebiasaan masyarakat itu
akan berubah sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Etika dengan sendirinya bisa diartikan sebagai ilmu yang
membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang
jahat. Etika sendiri sering digunakan dengan kata moral,
susila, budi pekerti, dan akhlak (Burhanuddin Salam,
2000).
5. Ada kesan bahwa antara moral dengan etika itu tumpang
tindih pengertiannya. Moral berbicara tentang perilaku baik
dan buruk, sementara etika juga begitu. Untuk
memperjelasnya, mengapa perlu ada batasan tentang etika.
Definisi yang sedikit netral bisa kita jumpai dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang menerangkan bahwa etika
adalah
(1) Ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral;
(2) kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak;
(3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh
golongan tertentu.
6. Menurut K. Bertens (1994), etika adalah ilmu yang
membahas tentang moralitas atau tentang
manusia sejauh yang berkaitan dengan moralitas.
Dengan kata lain, etika adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku moral.
Secara lebih sederhana Prof I.R. Poedjowijatna
(1986) mengatakan bahwa sasaran etika khusus
kepada tindakan-tindakan manusia yang dilakukan
dengan sengaja. Dalam praktiknya, sasarannya
manusia juga karena tindakan itu merupakan
kesatuan dan keutuhan.
7. Lapangan penyelidikan etika memang manusia,
tetapi etika berbeda dengan ilmu manusia. Karena
ilmu manusia menyelidiki manusia itu sendiri dari
sudut "luar".
Artinya, badannya dengan segala apa yang perlu
untuk badan itu. Ilmu budaya menyelidiki manusia
dari kebudayaannya. Oleh karena itu, objek materi
etika tetap manusia, tetapi objek formalnya adalah
tindakan yang dilakukan dengan sengaja.
8. Franz Magnis-Suseno (2001) membedakan etika
menjadi dua, yakni etika umum dan etika khusus. Etika
umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang
berlaku bagi segenap tindakan manusia, sedangkan
etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan kewajiban moral
Etika sosial jauh lebih luas dibanding etika individual
karena hampir semua kewajiban manusia
bergandengan dengan kenyataan bahwa ia merupakan
makhluk sosial. Dengan bertolak dari martabat manusia
sebagai pribadi yang sosial, etika sosial membahas
norma-norma moral yang seharusnya menentukan
sikap dan tindakan antar manusia.
9. Dalam pembahasan yang lebih konkret, K. Bertens
memilah-milah definisi etika ke dalam tiga hal
berikut
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, misalnya jika
orang berbicara tentang "etika suku Indian", "etika agama
Budha”, “etika Protestan", maka tidak dimaksudkan "ilmu",
melainkan nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh
golongan tertentu. Secara singkat, arti ini bisa dirumuskan
sebagai "sistem nilai".
10. 2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral. Yang
dimaksud di sini adalah kode etik (misalnya kode etik
periklanan, kode etik jurnalistik, kode etik DPR, dan lain-
lain).
3. Etika termasuk ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan
etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik
dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat-sering kali tanpa disadari menjadi bahan
refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika
di sini sama artinya dengan filsafat moral.
11. Etika vs Etiket
• Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang harus di
lakukan manusia. Misal menyerahkan buku dengan
tangan kanan vs mengambil barang milik orang lain
tanpa ijin
• Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, bila tidak ada
orang lain yanghadir maka etiket tidak berlaku,
sedangkan etika tidak bergantung pada kehadiran orang
lain atau tidak, barang sudah di pinjam harus di
kembalikan meskipun pemiliknya lupa
• Etiket bersifat relatif, tergantung budaya. Etika lebih
absolut,
12. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan
manusia. Di antara beberapa cara yang mungkin, etiket
menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang di-
harapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.
Misalnya, menyerahkan buku dengan tangan kiri pada
orang tua.
Namun demikian, etika tidak terbatas pada cara
dilakukannya suatu perbuatan, etika memberinorma
tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah
apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
Mengambil barang milik orang lain tanpa izin tidak pernah
diperbolehkan. "Jangan mencuri” merupa-kan norma etika.
Norma etis tidak terbatas pada cara perbuatan dilakukan,
melainkan menyangkut perbuatan itu sendiri.
13. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak
ada orang lain yang hadir atau tidak ada saksi
mata, maka etiket tidak berlaku.
Sebaliknya, etika selalu berlaku,termasuk tidak
ada saksi mata sekali pun. Etika tidak tergantung
pada hadir tidaknya orang lain. Larangan untuk
tidak mencuri selalu berlaku, entah ada orang lain
atautidak. Barang yang dipinjam harus
dikembalikan meskipun pemiliknya sudah lupa.
14. Etiket bersifat relatif. Hal yang dianggap tidak
sopanpada suatu kebudayaan, belum tentu
berlaku untukkebudayaan lain.
Etika jauh lebih absolut. “JanganMencuri”, “Jangan
Berbohong”, “Jangan Membunuh“merupakan
prinsip-prinsip etika yang tidak dapat ditawaratau
diberi dispensasi. Memang benar ada
kesulitancukup besar mengenai keabsolutan
prinsip-prinsip etis.Yang jelas, etiket lebih bersifat
relatif.
15. Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya
memandang manusia dari segi lahiriah,
sedangkan etika menyangkut manusia dari dalam.
Bisa saja orang tampil dengan "musang berbulu
domba", dari luar sangat sopan dan halus, tetapi di
dalam penuh dengan kebusukan. Banyak penipu
berhasil dengan maksud jahat mereka, justru
penampilannya begitu halus dan menawan hati
sehingga mudah meyakinkan orang lain. Tidak
merupakan kontradiksi, jika seseorang selalu
berpegang pada etiket dan bersifat munafik, sebab
seandainya dia munafik, hal itu berarti ia tidak
bersikap etis.
16. Dari berbagai pendapat di atas, bisa dikatakan bahwa
etika merupakan bagian dari filsafat, sedangkan moral
merupakan bagian dari etika.
Seperti dikatakan Franz Magnis-Suseno, etika adalah
ilmu yang membahas masalah moralitas atau manusia
sejauh berkaitan dengan moralitas.
Bahkan, seperti dikatakan oleh Louis O. Kattsoff
dalam bukunya Element of Philosophy, etika
merupakan penyelidikan filsafat tentang bidang moral,
yaitu tentang kewajiban manusia serta yang baik dan
yangburuk. Meskipun ada yang mengatakan bahwa
moral dan etika itu sama, tetapi dalam pemakaiannya
ada perbedaan.
17. Oleh karena itu, agar tidak terjadi pembiasan antara
moral,etika, dan etiket, dalam pembahasan ini akan
digunakansecara bersama-sama. Ketika kita menyebut
moral atau etiket kita sedang membahas etika, meskipun
ketiga arti itu memiliki perbedaan penekanan.
Apalagi ada beberapa tokoh yang mengatakan moral
bagian dari etika. Jadi, kita tidak perlu membedakan secara
tajam. Intinya, ada sebuah "aturan bersama” yang hidup di
masyarakat yang sama-sama diyakiniuntuk mengatur tata
pergaulan masyarakat agar tercapai kehidupan secara
lebih baik meskipun masing-masing masyarakat
mempunyai tolok ukur tentang ukuran etika itu. Etika di sini
juga diartikan sebagai segala sesuatu yangberhubungan
dengan orang lain dan bukan individu semata
18. Mengapa Mempelajari Etika ??
Pertanyaan kita kemudian adalah mengapa kita perlu
mempelajari etika. Mengapa masyarakat membutuhkan
etika? Lebih khusus pertanyaan tersebut bisa diperinci
begini: mengapa dalam proses komunikasi massa
diperlukan etika!
Untuk menjawab pertanyaan di atas terdapat banyak
kriteria dan tafsiran yang bisa diajukan. Apalagi, masalah
etika itu berkaitan dengan masyarakat yang berbeda serta
akan berubah sesuai rentang waktunya. Bisa jadi, ukuran
sesuatu dikatakan beretika puluhan tahun yang lalu
berbeda dengan saat sekarang.
19. Puluhan tahun yang lalu, para politikus diIndonesia
merasa malu untuk melakukan "kecurangan
politik". Saat ini, hal demikian dilakukan secara
terbuka. Muncul nyapraktik politik uang dalam
pemilihan gubernur, walikota, dan bupati adalah
realitas konkret di mana masalah etika
politikberbeda sesuai kurun waktunya. Maka,
mempelajari atau mempraktikkan etika moral
dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi
suatu keharusan.