3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang
dilakukankelompok remaja kota merupakan sebuah kajian
yang menarikuntuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang
pada umumnyamasih remaja sangat merugikan dan perlu
upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau
setidaknya mengurangi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada peran
persepsi keharmonisan keluarga dankonsep diri terhadap
kecenderungan kenakalan remaja.
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui peran Serta keharmonisan keluarga, guru
dan Pemerintahterhadap kecenderungan kenakalan remaja
khususnya Tawuran antar pelajar dancara mengatasi
Tawuran antar pelajar.
4. BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian
yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang
belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang
sedang belajar.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan
remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu
situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam
suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan
tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota,
tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang
remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan
genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-
peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman
sebayanya.
5. Faktor- faktor Yang Menyebabkan Tawuran Pelajar
Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung
melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan
permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar.
Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan
adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya
dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-
macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam
memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah
akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja
juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah
friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang
disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran
dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua
diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan
didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan
terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang
menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap
usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua
sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
6. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab
kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua
sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik
namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para
siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa
menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan
hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak
jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran
dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan
kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya.
Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang
memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku
remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik
akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang
sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja.
Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar
rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
Pemicu Tawuran Pelajar
Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap
antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun
bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
7. Dampak Tawuran Pelajar
Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban.
Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga
apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
Terganggunya proses belajar mengajar
Menurunnya moralitas para pelajar
Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
Cara Mengatasi Tawuran Pelajar
Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat
mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang
mencari jati diri
Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan
sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu
luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna
dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa
mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya
Beberapa Cara Untuk Mengurangi Tawuran Pelajar
Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan
melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan
tidak menuntun
Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara
yang baik dan sehat
Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan
bakat dan potensi remaja
8. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu
siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari
luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya
sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat
mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan
kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai
pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar
menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan
pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat
sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya
dengan cara mengakui keberadaanya.
Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya :
Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu
membentuk pola pikir yang baik untuk para pelajar
Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang
kondusif
Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik
untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan
segala potensi yang ada didalam dirinya