Kelompok 3 menyajikan ringkasan tentang sejarah dan perbandingan pemikiran antara aliran Jabariyah dan Qadariyah dalam Islam. Jabariyah meyakini bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan Tuhan sedangkan Qadariyah memberikan ruang kebebasan kepada manusia dalam menentukan perbuatannya.
3. Pendahuluan
Pembeda Ilmu kalam salaf tasawuf
metodologi Dialektika/ dialog
keagamaan
Rasional
(Logika dan
matematka)
Intuisi atau ilham,
Inspirasi yang datang
dari tuhan
Dasar argumentasi
(pembuktian)
Dasar logika Dasar logika Dzauq/nuramil
Pertumbuhan ilmu Rasional
tradisional
Praktis/sunni/ahlaki
Manfaat aspek aksiologi Mengajak orang baru
untuk mengenal rasio
sebagai upaya
mengenal tuhan secara
rasional
Mengajak kepada orang
yang memiliki rasio
secara prima untuk
mengenal tuhan secara
bebas
Memberikan kepuasan
kepada orang yang
telah melepaskan
rasionya secara bebas
karena tidak mendapat
apa yang dicarinya
5. Jabariyah
Pengertian Jabariyah
a) Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa
b) jabariyah memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme)
c) jabariyah disebut fatalism atau predestination yaitu faham yang menyebutkan
bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha’ dan qadhar
tuhan
Penyebaran aliran jabariyah
a) Faham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh ja’d bin dirham
b) disebarkan oleh jahm bin shafwan dari khurasan.
c) Dalam perkembangannya, faham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya
diantaranya an-najjar dan ja’ad bin dirrar.
7. Jabariyah Ekstrim
Doktrin jabariyah ekstrim adalah
pendapatnya bahwa segala perbuatan
manusia bukan merupakan perbuatan
yang timbul dari kemauannya sendiri,
tetapi perbuatan yang dipaksakan oleh
dirinya
8. Jahm bin shofwan, nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham Bin Shafwan.
a) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan
b) Syurga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain tuhan.
c) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini pendapatnya
sama dengan aliran kaum Murji’ah.
d) Kalam tuhan adalah mahluk. Allah maha suci dari segala sifat dan keserupaan
dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat.
Pemuka Jabariyah Ekstrim
9. Ja’ad bin Dirham, adalah seorang maulana bani hakim, tinggal di damaskus
a) Al-quran itu adalah mahluk, oleh karena itu dia baru. Sesuatu yang baru itu tidak
dapat disifatkan kepada Allah.
b) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahluk, seperti berbicara,
melihat, dan mendengar.
c) Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.
10. Jabariyah Moderat
jabariyah moderat mengatakan bahwa tuhan memang menciptakan perbuatan
manusia, baik perbuatan jahat maupun yang baik. Tetapi manusia mempunyai
bagian dalamnya.
11. Pemuka Jabariyah Moderat
An-najar, nama lengkapnya adalah husain bin muhammad an-najar, para
pengiktnya disebut An-Najariyyah atau Al-Husainiyah
a) Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian
atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab
dalam teori Al-Asy’ry
b) Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat, akan tetapi ia menyatakan bahwa tuhan dapt
saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat
melihat tuhan
Adh-Dhiar, nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr
a) Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan husein an-najjar, bahwa
manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang, manusia
mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata
dipaksa dalam melakukan perbuatannya.
b) Mengenai ru’yat tuhan diakhirat, Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat
diakhirat melalui indera keenam
12. QADARIYAH
Pengertian
a) Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan.
b) terminologi Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan
manusia tidak diintervensi oleh tuhan.
Menurut Ahmad Amin, qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-
Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy
13. Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah
Dalam kitab al-milal wa an-nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan
dengan pembahasan dokrin-dokrin mu’tazilah, sehingga perbedaan antara
kedua aliran ini kurang begitu jelas.
Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia
dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk
melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik
maupun berbuat jahat. Kalimat ini didukung oleh beberapa ayat al-qur’an.
14. Ayat-ayat pendukung doktrin Qadariyah
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir” (Qs.Al-Kahfi:29)
“Sesungguhnya Allah SWT tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.(Qs.Ar-raad:11)
“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya
untuk (kemudharatan) dirinya sendiri”.(Qs.An-Nisa’:111)
15. Kesimpulan
Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu, pencipta alam semesta termasuk
di dalamnya perbuatan manusia itu sendiri.
Allah SWT juga bersifat Maha Kuasa dan memiliki kehendak yang bersifat
mutlak dan absolut. Dari sinilah banyak timbul pertanyaan sampai di manakah
manusia sebagai ciptaan Allah SWT bergantung pada kehendak dan kekuasaan
mutlak Allah SWT dalam menentukan perjalanan hidupnya? Apakah Allah SWT
memberi kebebasan terhadap manusia untuk mengatur hidupnya? Ataukah
manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan Allah SWT yang
absolut?
Menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut maka muncullah dua paham
yang saling bertolak belakang berkaitan dengan perbuatan manusia. Kedua
paham tersebut dikenal dengan istilah Jabariyah dan Qadariyah
16. Daftar Pustaka
Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah analisis perbandingan,
UI Press, Jakarta, 1986.
Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, Al-Dar Al-Fikr: Beirut.
Watt, Montgomery. W. Islamic Philoshopy and Theology: An Extended Survey.
Harrassowitz: Edinburg University, 1992.