SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 53
Sintak model pembelajaran 
Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran 
1. Sintaks Model Pembelajaran kooperatif 
Fase Perilaku Guru 
Fase 1 
Menyampaikan tujuan 
dan memotivasi siwa 
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin 
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 
Fase 2 
Menyajikan informasi 
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan 
demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 
Fase 3 
Mengorganisasi siswa ke 
dalam kelompok-kelompok 
belajar 
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk 
kelompok belajar dan membantu setiap agar melakukan transisi 
secara efisien. 
Fase 4 
Membimbing kelompok 
belajar dan bekerja 
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat 
mereka mengerjakan tugas mereka. 
Fase 5 
Evaluasi 
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah 
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan 
hasil kerjanya. 
Fase 6 
Memberikan 
penghargaan 
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun 
hasil belajar individu dan kelompok. 
1. Sintaks Perbandingan dari Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif 
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi 
Kelompok 
Pendekatam 
Struktural 
Tujuan 
Kognitif 
Informasi 
akademik 
sederhana 
Informasi 
akademik 
sederhana 
Informasi 
akademik tingkat 
tinggi dan 
keterampilan 
inkuiri 
Informasi 
akademik 
sederhana 
Tujuan 
Sosial 
Kerja kelompok 
dan kerja sama 
Kerja kelompok 
dan kerja sama 
Kerjasama dalam 
kelompok 
kompleks 
Keterampilan 
kelompok dan 
keterampilan 
social 
Struktur 
tim 
Kelompok 
heterogen dengan 
4-5 anggota 
Kelompok 
belajar heterogen 
dengan 5-6 
anggota 
menggunakan 
pola kelompok 
Kelompok belajar 
dengan 5-6 
anggota 
heterogen 
Bervariasi, 
berdua, bertiga, 
berkelompok 
dengan 4-6 
anggota
asal dan 
kelompok ahli 
Pemilihan 
topic 
pelajaran 
Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru 
Tugas 
utama 
Siswa dapat 
menggunakan 
lembar kegiatan 
dan saling 
membantu untuk 
menutaskan 
materi belajarnya 
Siswa 
mempelajari 
materi dalam 
kelompok ahli 
kemudian 
membantu 
kelompok asal 
mempelajari 
materi itu 
Siswa 
menyelesaikan 
inkuiri kompleks 
Siswa 
mengerjakan 
tugas-tugas yang 
diberikan social 
dan kognitif 
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat 
berupa tes 
mingguan 
Menyelesaikan 
proyek dan 
menulis laporan, 
dapat 
menggunakan tes 
esai 
Bervariasi 
Pengakuan Lembar 
pengetahuan dan 
publikasi lain 
Publikasi lain Lembar 
pengetahuan dan 
publikasi lain 
Bervariasi 
1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri (Penemuan) 
Tahap Tingkah Laku Guru 
Tahap 1 
Observasi untuk menemukan masalah 
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau 
fenomena yang memungkinkan siswa 
menemukan masalah 
Tahap 2 
Merumuskan masalah 
Guru membimbing siswa merumuskan masalah 
penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena 
yang disajikannya 
Tahap 3 
Mengajukan hipotesis 
Guru membimbing siswa untuk mengajukan 
hipotesis terhadap masalah yang telah 
dirumuskannya 
Tahap 4 
Merencanakan pemecahan masalah 
(melalui eksperimen atau cara lain) 
Guru membimbing siswa untuk merencanakan 
pemecahan masalh, membantu menyiapkan 
alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun 
prosedur kerja yang tepat 
Tahap 5 
Melaksanakan eksperimen (atau cara 
pemecahan masalh yang lain) 
Selama siswa bekerja, guru membimbing dan 
memfasilitasi 
Tahap 6 
Melakukan pengamatan dan pengumpulan 
data 
Guru membantu siswa melakukan pengamatan 
tentang hal-hal yang penting dan membantu 
mengumpilkan dan mengorganisasi data 
Tahap 7 
Analisis data 
Guru membantu siswa menganalisis data 
supaya menemukan suatu konsep
Tahap 8 
Penarikan kesimpulan dan penemuan 
Guru membimbing siswa mengambil 
kesimpulan berdasarkan data dan menemukan 
sendiri konsep yang ingin ditanamkan. 
1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 
Tahap Tingkah Laku Guru 
Tahap 1 
Orientasi siswa kepada masalah 
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 
menjelaskan logistic yang dibutuhkan, 
memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas 
pemecahan masalah yang dipilihnya 
Tahap 2 
Mengorganisasi siwa untuk belajar 
Guru membantu siswa mendefinisikan dan 
mengorganisasi tugas belajar tugas belajar 
yang berhubungan dengan masalh tersebut 
Tahap 3 
Membimbing penyelidikan individual 
maupun kelompok 
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan 
informasi yang sesuai, melaksanakan 
eksperimen, untuk mendapat penjelasan dan 
pemecahanmasalah 
Tahap 4 
Mengembangkan dan menyajikan hasil 
karya 
Guru membantu siswa dalam merencanakan 
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti 
laporan, video, dan model dan membantu 
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 
Tahap 5 
Menganalisis dan mengevaluasi proses 
pemecahan masalah 
Guru membantu siswa untuk melakukan 
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan 
mereka atau proses-proses yang mereka 
gunakan 
1. Sintak Model Pembelajaran Langsung 
Tahap Peran Guru 
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan 
siswa 
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 
informasi latar belakang pelajaran, pentingnya 
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar 
Mendemonstrasikan keterampilann 
(pengetahuan procedural) atau 
mempresentasikan pengetahuan 
(deklaratif) 
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan 
benar, atau menyajikan informasi tahap demi 
tahap 
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan member bimbingan 
pelatihan 
Mengecek pemahaman dan memberikan 
umpan balik 
Guru mengecek apakah siswa telah berhasil 
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan 
balik 
Memberukan kesempatan untuk pelatihan 
lanjutan dan penerapan 
Guru mempersiapkan kesempatan untuk 
melakukan pelatihan lanjutan, dengan 
perhatian khusus pada penerapan kepada 
situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga model 
pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan pendekatan 
pembelajaran kooperatif. Perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun berdasarkan siklus 
yang tetap pada pengajarannya (Slavin, 2000: 269). 
1. Siklus Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 
STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang tetap sebagai berikut: 
 Mengajar : mempresentasikan pelajaran. 
 Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan menggunakan Lembar 
Kegiatan Siswa untuk menuntaskan materi pelajaran. 
 Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual. 
 Pengahargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, sertifikat, 
laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan 
kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi. 
Pada dasarnya siklus pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengacu pada sintaks 
pembelajarankooperatif dengan menggabungkan fase 1 dan fase 2 ke dalam kegiatan mengajar, dan 
fase 3 dan fase 4 ke dalam kegiatan belajar dalam tim. Sedangkan fase 5 dan fase 6 pada 
pembelajarankooperatif masuk pada kegiatan tes dan penghargaan kelompok pada 
pembelajaran kooperatif tipeSTAD. 
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 
Slavin (dalam Nur, 1998: 24) menguraikan langkah-langkah mengantar siswa kepada STAD adalah 
sebagai berikut: 
1. Bagilah siswa ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari empat atau lima anggota. 
Pastikan bahwa kelompok yang terbentuk itu berimbang dalam hal kinerja akademik, jenis 
kelamin dan asal suku. 
2. Buatlah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang anda 
rencanakan untuk diajarkan. 
3. Pada saat anda menjelaskan STAD kepada kelas anda, bacakan tugas-tugas yang harus 
dikerjakan tim. 
4. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang lain, dan berikan 
waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes itu. 
5. Pengakuan kepada prestasi tim, segera setelah anda menghitung poin untuk siswa dan 
menhitung skor tim. 
Adapun penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima 
komponen utama yaitu, presentasi kelas, kelompok, kuis (tes), skor peningkatan individual dan 
penghargaan kelompok. Masing-masing komponen akan diuraikan sebagai berikut: 
1. Presentasi Kelas 
Materi dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas. Presentasi kelas ini biasanya menggunakan 
pengajaran langsung (direct instruction) atau ceramah, dilakukan oleh guru. Presentasi kelas dapat 
pula menggunakan audiovisual. Presentasi kelas ini meliputi tiga komponen, yakni pendahuluan, 
pengembangan dan praktek terkendali.
2. Kelompok 
Kelompok terbentuk terdiri dari empat atau lima siswa, dengan memperhatikan perbedaan 
kemampuan, jenis kelamin dan ras atau etnis. Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa 
semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah mempersiapkan 
anggota kelompok agar dapat menjawab kuis (tes) dengan baik. Termasuk belajar dalam kelompok 
adalah mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok 
yang mengalami kesalahan konsep. 
3. Kuis (tes) 
Setelah beberapa periode presentasi kelas dan kerja kelompok, siswa diberikan kuis individual. Siswa 
tidak diperkenankan saling membantu pada saat kuis berlangsung. 
4. Skor Peningkatan Individual 
Penilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan skor peningkatan tidak 
didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata 
skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya 
dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis 
mereka melampaui skor dasar mereka. 
5. Penghargaan Kelompok 
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya melampaui kriteria tertentu. 
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada penelitian ini 
dilakukan dengan menggunakan 5 fase, adapun fase-fase kegiatan itu sebagai berikut: 
Fase 1: 
Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan 
indikator pencapaian hasil belajar yang ingin dicapai dalam materi pelajaran secara lisan dan 
memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang diajarkan dan memberikan informasi keuntungan 
dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD secara lisan. 
Fase 2 
Menyajikan materi, guru menyampaikan dan menyajikan materi yang dipelajari secara klasikal yang 
terdapat di dalam lembar kegiatan siswa (LKS). Dan siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan 
penjelasan guru apabila ada materi yang kurang dimengerti. 
Fase 3: 
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok dan membimbing kelompok bekerja dan 
belajar. Adapun kegiatan-kegiatan dalam fase ini diantaranya adalah sebagai berikut: 
Membentuk kelompok-kelompok kecil (terdiri 4 – 5 siswa) secara heterogen yang telah ditentukan oleh 
guru. Menginformasikan pada siswa untuk mengerjakan tugas secara berkelompok dan setiap anggota 
kelompok bertanggungjawab pada kelompok masing-masing dan terhadap diri sendiri. 
Menyuruh siswa mengerjakan soal dalam LKS secara berkelompok. Dalam menyelesaikan tugas 
kelompoknya siswa mengerjakan secara mandiri atau berpasangan dan selanjutnya dicocokkan dan 
didiskusikan ketepatan jawabannya dengan teman sekelompok. Dan jika ada anggota kelompok yang 
belum memahami, maka teman sekelompoknya yang sudah faham menjelaskan, sebelum meminta 
bantuan kepada guru. Selama siswa dalam kegiatan kelompok, guru? bertindak sebagai fasilitator 
yang mengawasi dan mengamati setiap kegiatan kelompok. 
Menyuruh beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok yang lain 
menanggapi.? 
Fase 4: 
Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahap perhitungan, yaitu: 
1) Menghitung skor individu dan skor kelompok 
Cara pemberian skor pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat berperan untuk memotivasi 
siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Setelah 
siswa mempelajari materi secara berkelompok, setiap siswa mengerjakan kuis secara individual dan
memperoleh skor kuis serta nilai perkembangan. Nilai perkembangan bergantung pada kemajuan yang 
dicapai siswa dengan memperhatikan skor kuis atau skor dasar siswa. Skor dasar siswa adalah rata-rata 
skor siswa yang bersangkutan untuk kuis-kuis terdahulu, dengan syarat materi yang diujikan pada 
kuis-kuis tersebut masih berada dalam satu topik. Jika belum pernah diadakan kuis untuk topik 
tersebut, maka skor dasar siswa adalah skor tes awal. 
Selanjutnya untuk menghitung skor kelompok, Slavin (1995: 80) mengungkapkan bahwa untuk 
menghitung skor kelompok, catatlah masing-masing poin kemajuan anggota kelompok di atas lembar 
rekapitulasi kelompok dan bagilah jumlah poin kemajuan anggota kelompok dengan banyak anggota 
kelompok yang hadir dan bulatkan pecahannya. 
2) Menghargai prestasi kelompok 
Kemudian berkaitan dengan banyaknya tingkat penghargaan kelompok, menurut Slavin (1995: 80) ada 
tiga tingkat penghargaan yang disediakan didasarkan pada skor rata-rata kelompok, seperti tertera 
pada tabel berikut. 
Apa yang Disebut dengan PAKEM 
Sesuai dengan huruf yang menyusun namanya, pembelajaran PAKEM adalah salah 
satu contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, 
dan menyenangkan. 
1. Aktif: pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan 
proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif 
terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar 
konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu 
pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Di dalam 
implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan 
atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam 
proses pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil 
penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang 
kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari 
yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan serta 95% dari apa 
yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya belajar paling 
efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut. 
2. Kreatif: pembelajaran PAKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan 
kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, 
dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan 
perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan 
masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. 
Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri 
seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a) mampu secara cermat mendiagnosis 
situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya; (b) mampu memilih strategi 
belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya; (c) memonitor keefektivan 
strategi tersebut; dan (d) termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut 
sampai masalahnya terselesaikan. 
3. Efektif: menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk 
mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu 
beragam, karkteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan 
berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya. Banyak orang beranggapan 
bahwa berbagai strategi pembelajaran inovatif termasuk PAKEM seringkali tidak 
efisien (memakan waktu) lebih lama dibandingka dengan pembelajaran 
tradisional/konvensional. Hal tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam
pembelajaran PAKEM banyak hasil belajar yang dicapai sehingga memerlukan 
waktu yang lama, sementara pada pembelajaran tradisional hasil belajar yang dicapai 
hanya pada tataran kognitif saja. 
4. Menyenangkan: pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap 
memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus 
menyenangkan? Dryden dan Voss (2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif 
jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif 
mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar 
yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat 
baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar 
paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang 
mengasyikkan. Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika 
topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan 
disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok 
bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan 
dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan 
dengan kebiasaan mereka dalam belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri 
pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAKEM sebenarnya juga 
pembelajaran kontekstual. 
PAKEM merupakan pembelajaran yang tidak hanya terpaku menggunakan satu 
pendekatan saja, tetapi dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model. 
Berikut adalah ciri-ciri PAIKEM. 
Guru Kegiatan Belajar Mengajar 
1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif 
dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar mengggunakan cara yang beragam, 
misalnya: 
• Percobaan 
• Diskusi kelompok 
• Memecahkan masalah 
• Mencari informasi 
• Menulis laporan/cerita/puisi 
• Berkunjung keluar kelas 
2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata 
pelajaran, guru menggunakan, misal: 
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri 
• Gambar 
• Studi kasus 
• Nara sumber 
• Lingkungan 
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. 
Siswa: 
• Melakukan percobaan, pengamatan, eksperimen atau wawancara 
• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri 
• Menarik kesimpulan 
• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri 
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri 
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya
sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui: 
• Diskusi 
• Lebih banyak pertanyaan terbuka 
• Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri 
5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. • Siswa 
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) 
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. 
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan 
6.Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. • Siswa 
menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. 
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari 
7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. • Guru memantau 
kerja siswa 
• Guru memberikan umpan balik 
Apa itu PAKEM? 
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan 
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus 
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, 
mempertanyakan, dan mengemukaan gagasan. Belajar memang merupakan suatu 
proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses 
pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika 
pembelajaran tidak memeberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, 
maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari 
siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu 
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kretaif juga 
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan yang beragam sehingga memenuhi 
berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar 
yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada 
belajar sehingga waktu curah perhatiannya (”time on task”) tinggi. Menurut hasil 
penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. 
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak 
efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses 
pembelajaran berlagsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan 
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan meyenangkan 
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bemain biasa. 
Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut: 
• Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan 
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 
• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan 
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk 
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 
• Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih 
menarik dan menyediakan ’pojok baca’. 
• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara 
belajar kelompok. 
• Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam 
menciptakan lingkungan sekolahnya. 
D. Bagaimana pelaksanaan PAKEM? 
Komponen Pembelajaran Hal Baru Yang Berbeda Dengan 
Kebiasaan Pembelajaran Selama Ini 
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif 
dalam pembelajaran. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, 
misalnya : 
- percobaan 
- Diskusi Kelompok 
- Memecahkan masalah 
- Mencari informasi 
- Menulis laporan/cerita/puisi 
- Berkunjung keluar kelas 
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Semua mata 
pelajaran, guru menggunakan, misal: 
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri. 
• Gambar 
• Studi kasus 
• Nara sumber 
• Lingkungan 
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan 
Siswa: 
• Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara 
• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri 
• Menarik kesimpulan 
• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri 
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri 
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri 
secara lisan atau tulisan Melalui : 
• Diskusi 
• Lebih banyak pertanyaan terbuka hasil karya yang merupakan pemikiran anak 
sendiri 
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa • Siswa 
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) 
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut 
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan 
Guru mengaitkan KBM dalam pengalaman siswa sehari-hari • Siswa menceritakan 
atau memanfaatkan pengalaman sendirinya. 
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari 
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus • Guru memantau 
kerja siswa 
• Guru memberikan umpan balik 
E. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanaka pakem? 
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat : rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, 
anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan 
Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat 
tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan 
kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah 
sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana 
pembelajran yang ditunjukkan oleh guru memuji anak karena hasil karyanya,guru 
mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru mendorong anak untuk 
melakukan percobaan, nisalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang 
dimaksud. 
2. Mengenal anak secara perorangan 
Para siswa berasal dari lingkungan yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang 
berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif, dan Menyenangkan) 
perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan 
pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang 
sama, melainkan berbeda sesuai dengan dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak 
yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya 
yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat 
membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal. 
3. memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar 
Sebagai makhluk social, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau 
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam 
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak 
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak 
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk 
seperti ini memudahkan mereka unuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun 
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat 
individunya berkembang. 
4.Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan 
memecahkan masalah 
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan 
kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif, kritis untuk menganalisis masalah; dan 
kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir 
tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya 
ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah 
mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau 
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata 
“Apa yang terjadi jika….” Lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, 
berapa, kapan,” yang umumnya tertutup hanya ada satu jawaban yang benar). 
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik 
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. 
Hasil pekerjaan siswa sabaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti 
itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk 
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan 
dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat 
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. 
Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan
baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika 
mambahas suatu masalah. 
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar 
Lingkungan (fisik,social, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk 
bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga 
dipakai sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai 
sumber beajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan 
menggunakan lingkungan tidak harus keluar kelas. Bahkan dari lingkungan dapat 
dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan 
dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh 
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, 
membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar 
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian 
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara 
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada 
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. 
Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas 
belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan 
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa 
lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. 
8. Membedakan antara aktif fisik dan akif mental 
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa keliahatan sibuk 
bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa 
duduk saling berhadapan, Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari 
PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, 
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan 
tanda-tanda aktif mental. Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya 
perasaan tidak takut : takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika 
salah.Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, 
baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa 
takut sangat bertentangan pada ’PAKEM’. 
F. PENDEKATAN BELAJAR AKTIF 
Setelah memahami pengertian dan gambaran PAKEM, maka perlu membuktikan 
pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakan dengan 
baik, dalam sekolah dalam mengembangkan PAKEM ini, masih perlu tentang 
pendekatan belajar aktif. 
1. Apa Pendekatan Belajar Aktif ? 
Pedekatan Belajar Aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai 
kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang 
dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar; serta menganggap mengajar 
sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung 
jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama 
hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru/orang laian bila mereka mempelajari 
hal-hal yang baru. Jadi belajar itu menganggap guru lebih sebagai tukang kebun yang 
memelihara tanaman, dan bukan guru sebagai penuang air ke dalam gelas kosong. 
Menganggap siswa lebih sebagai tanaman yang memiliki kemampuan untuk tumbuh 
sendiri daripada sebagai gelas kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang
mengisi. 
2. Mengapa Perlu Belajar Aktif ? 
Paling sedikit ada tiga alasan mengapa Belajar Aktif perlu dterakan 
a. Karateristik anak 
b. Hakekat belajar 
c. Karakteristik lulusan yang dikehendaki 
a. Karakteristik anak 
Pada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Anak 
desa, anak kota anak orang miskin, anak orang kaya, anak Indonesia, an anak bukan 
Indonesia semuanya selama normal mereka memiliki kedua hal tersebut. Sifat ngin 
tahu merupakan modal dasar bagi perkembangnya sikap kritis,dan imajinasi bagi 
prilaku kreatif. 
PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, 
METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN 
MODEL PEMBELAJARAN 
{ June 6, 2010 @ 8:34 am } · { PENDIDIKAN } 
PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, 
DAN MODEL PEMBELAJARAN 
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan 
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah 
tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) 
metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) 
model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan 
harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. 
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita 
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya 
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, 
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan 
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis 
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada 
siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang 
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). 
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke 
dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 
2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu : 
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan 
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera 
masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling 
efektif untuk mencapai sasaran. 
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh 
sejak titik awal sampai dengan sasaran. 
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran 
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. 
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan 
profil perilaku dan pribadi peserta didik. 
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang 
paling efektif. 
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan 
teknik pembelajaran. 
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria 
dan ukuran baku keberhasilan. 
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi 
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan 
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, 
dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa 
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi 
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan 
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, 
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery 
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina 
Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi 
pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi 
pembelajaran deduktif. 
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk 
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. 
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” 
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). 
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk 
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan 
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode 
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi 
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; 
(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) 
simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya 
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara 
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. 
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif 
banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda 
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. 
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang 
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya 
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam 
koridor metode yang sama. 
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan 
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, 
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan 
sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu 
cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of 
humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, 
tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat 
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau 
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe 
kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan 
menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat). 
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran 
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut 
dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan 
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara 
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau 
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. 
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi 
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok 
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan 
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. 
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut 
diidentikkan dengan strategi pembelajaran. 
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya 
dapat divisualisasikan sebagai berikut: 
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain 
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan 
prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih 
menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu 
setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan 
pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau 
jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan 
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan
unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan 
dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah 
konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai 
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. 
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara 
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang 
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif 
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan 
Pendidikan. 
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, 
para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model 
pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian 
akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber 
literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau 
teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) 
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat 
secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang 
khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada 
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, 
yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. 
Sumber: 
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya 
Remaja. 
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat 
Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. 
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan 
Universitas Terbuka. 
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. 
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran 
(http://smacepiring.wordpress.com/) 
Strategi Pembelajaran 
Tags: artikel, berita, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, pembelajaran, 
pendekatan, pendidikan, umum 
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) 
mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan 
Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif 
(Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan 
(5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) 
memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry). 
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran 
tersebut. 
A. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) 
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL 
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi 
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu 
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. 
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar 
kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang 
memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa 
hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan 
peserta didik belajar. 
Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima 
elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu : 
Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta 
didik 
Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara 
khusus (dari umum ke khusus) 
Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep 
sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari 
orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep. 
Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang 
dipelajari. 
Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan 
yang dipelajari. 
B. Bermain Peran (Role Playing) 
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada 
upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia 
(interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, 
komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian 
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan 
antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara 
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, 
nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. 
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan 
tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan 
memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) 
menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi 
dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi 
dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan. 
C. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) 
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model 
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, 
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, 
(E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya 
keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik 
untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar 
terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. 
Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: 
Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. 
Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan 
Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya. 
Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. 
Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. 
Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. 
Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar. 
D. Belajar Tuntas (Mastery Learning) 
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik 
mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh 
materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara 
maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan 
tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam
mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan 
bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan 
pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar 
tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan 
belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap 
berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan 
suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan 
(feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian 
tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk 
menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh 
bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai 
tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas). 
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal 
berikut : (1) pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan 
yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test); 
(2) peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar 
menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang 
ditentukan; dan (3) pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang 
gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran 
korektif). 
Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1) 
mengidentifikasi pra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil 
belajar; dan (3c) implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan 
“bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1) 
corrective technique yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan 
memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan 
prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan 
waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara 
tuntas). 
Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak 
diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai 
hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun 
software, termasuk penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses 
belajar. 
E. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction) 
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu 
yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta 
didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. 
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas 
tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan 
sumber belajar apa yang harus digunakan. 
Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk 
melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus 
: (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan 
kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang 
telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang 
spesifik dan dapat diukur. 
Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik 
mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan 
peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca 
dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain 
peran (role playing), simulasi dan berdiskusi. 
Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik 
dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak 
menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari. 
Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar 
peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam 
mencapai ketuntasan belajar. 
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa 
komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) 
kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. 
Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai beriku: 
Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, 
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk 
kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut. 
Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta 
didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan 
tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. 
Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui 
kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan 
apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut. 
Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran 
khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang 
tujuan belajar yang dicapainya.
Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan 
digunakan oleh peserta didik. 
Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan 
pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul 
Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan 
mengatur proses belajar, antara lain : (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang 
kondusif; (2) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami 
isi modul atau pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap 
peserta didik. 
F. Pembelajaran Inkuiri 
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara 
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, 
manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat 
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. 
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat 
bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan 
suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus 
pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai 
evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas 
tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. 
Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 
Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap 
masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah. 
Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan 
hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) 
melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan 
hipotesis. 
Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, 
terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan 
mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data, 
menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : 
melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan 
trend, sekuensi, dan keteraturan. 
Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna 
hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan 
Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai 
konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing 
dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja 
kelompok. 
Sumber : 
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka 
Setia 
E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan 
Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. 
_________. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. 
Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. 
Udin S. Winataputra, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat 
Penerbitan Universitas Terbuka 
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar Jakarta :. Grasindo. 
PROSEDUR PEMBELAJARAN 
Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu : (1) 
kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut : 
A. Pendahuluan 
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam 
kegiatan pendahuluan, yaitu : 
Menciptakan Kondisi Awal Pembelajaran; meliputi: membina keakraban, 
menciptakan kesiapan belajar peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang 
demokratis. 
Apersepsi/Pre test; meliputi : kegiatan mengajukan pertanyaan yang berhubungan 
dengan materi sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan 
peserta didik dan membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik untuk 
mengikuti kegiatan pembelajaran. 
Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa dalam kegiatan 
pendahuluan, perlu dilakukan pemanasan dan apersepsi, didalamnya mencakup: (a) 
bahwa pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; 
(b) motivasi peserta didik ditumbuhkan dengan bahan ajar yang menarik dan berguna 
bagi peserta didik; dan (c) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal 
yang baru. 
B. Kegiatan Inti
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam 
kegiatan inti, yaitu : 
Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik secara lisan maupun tulisan. 
Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh 
Membahas Materi 
Depdiknas (2003) membagi kegiatan inti ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu: (1) 
eksplorasi; (2) konsolidasi pembelajaran, dan (3) pembentukan sikap dan perilaku. 
Kegiatan eksplorasi merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru. 
Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan eksplorasi, yaitu: (a) memperkenalkan 
materi/keterampilan baru; (b) mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah 
ada pada peserta didik; (c) mencari metodologi yang paling tepat dalam 
meningkatkan penerimaaan peserta didik akan materi baru tersebut. 
Konsolidasi merupakan merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan 
baru. Dalam kegiatan konsolidasi pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah : (a) 
melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar 
baru; (b) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah; (c) 
meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran 
yang baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan; dan 
(d) mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses 
menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. 
Pembentukan sikap dan perilaku merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, 
sikap dan perilaku. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sikap dan perilaku, 
adalah : (a) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang 
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (b) peserta didik membangun sikap dan 
perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; 
dan (c) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku 
peserta didik. 
C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran 
Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam 
kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran , yaitu : (a) penilaian akhir; (b) analisis 
hasil penilaian akhir; (c) tindak lanjut; (d) mengemukakan topik yang akan dibahas 
pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup kegiatan pembelajaran. 
Mulyasa (2003) mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir pembelajaran, yaitu : 
(a) pemberian tugas dan (b) post tes. Sementara itu, Depdiknas (2003) 
mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan 
memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil 
pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat 
kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru;
dan (c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin 
dicapai. 
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan bagan prosedur pembelajaran bermakna 
seperti yang dikehendaki dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. 
Model Pembelajaran Inovatif (1) 
Tags: artikel, berita, inovasi, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, 
pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum 
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif/ 
A. Model Examples Non Examples 
Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar 
Langkah-langkah : 
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus 
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk 
memperhatikan/menganalisa gambar 
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut 
dicatat pada kertas 
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai 
tujuan yang ingin dicapai 
Kesimpulan 
B. Picture And Picture 
Langkah-langkah : 
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
Menyajikan materi sebagai pengantar 
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan 
materi
Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan 
gambar-gambar menjadi urutan yang logis 
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai 
dengan kompetensi yang ingin dicapai 
Kesimpulan/rangkuman 
C. Numbered Heads Together 
Langkah-langkah : 
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota 
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan 
hasil kerjasama mereka 
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain 
Kesimpulan 
D. Cooperative Script 
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan 
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari 
Langkah-langkah : 
Guru membagi siswa untuk berpasangan 
Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan 
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan 
siapa yang berperan sebagai pendengar 
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide 
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) 
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) 
Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi 
sebelumnya atau dengan materi lainnya
Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan 
sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. 
Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru 
Penutup 
E. Kepala Bernomor Struktur 
Langkah-langkah : 
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang 
berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua 
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya 
->Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar 
dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari 
kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling 
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka 
Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 
Kesimpulan 
F. Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi 
(Slavin, 1995) 
Langkah-langkah : 
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran 
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) 
Guru menyajikan pelajaran 
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota 
kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua 
anggota dalam kelompok itu mengerti. 
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak 
boleh saling membantu 
Memberi evaluasi 
Kesimpulan 
G. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah : 
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim 
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama 
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan 
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan 
tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 
Guru memberi evaluasi 
Penutup 
H. Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah) 
Langkah-langkah : 
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. 
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang 
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) 
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen 
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, 
hipotesis, pemecahan masalah. 
Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti 
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan 
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan 
I. Artikulasi 
Langkah-langkah : 
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 
Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang 
Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru 
dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian 
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 
Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan 
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil 
wawancaranya 
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa 
Kesimpulan/penutup 
J. Mind Mapping 
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan 
alternatif jawaban 
Langkah-langkah : 
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh 
siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban 
Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang 
Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 
Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru 
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru 
Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi 
bandingan sesuai konsep yang disediakan guru 
K. Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994) 
Langkah-langkah : 
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok 
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu 
jawaban 
Setiap siswa mendapat satu buah kartu 
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 
(soal jawaban) 
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda 
dari sebelumnya 
Demikian seterusnya 
Kesimpulan/penutup 
L. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985) 
Langkah-langkah : 
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 
Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 
Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan 
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing 
Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 
Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan 
dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa 
Guru memberi kesimpulan 
Penutup 
M. Debat 
Langkah-langkah : 
Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra 
Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua 
kelompok diatas 
Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok 
pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian 
seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. 
Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide 
dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru 
terpenuhi
Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap 
Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat 
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. 
Sumber : Bahan Pelatihan LPMP Jawa Barat 
Model Pembelajaran Inovatif (2) 
Diterbitkan 19 Januari 2008 kurikulum dan pembelajaran 54 Comments 
Tags: artikel, berita, inovasi, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, 
pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum 
A. Role Playing 
Langkah-langkah : 
Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan 
Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM 
Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 
Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 
Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah 
dipersiapkan 
Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan 
mengamati skenario yang sedang diperagakan 
Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar 
kerja untuk membahas 
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya 
Guru memberikan kesimpulan secara umum 
Evaluasi 
Penutup 
B. Group Investigation (Sharan, 1992) 
Langkah-langkah : 
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 
Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok 
mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain 
Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi 
penemuan 
Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan 
kelompok 
Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan 
Evaluasi 
Penutup 
C.Talking Stick 
Langkah-langkah : 
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat 
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan 
kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada 
pegangannya/paketnya 
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk 
menutup bukunya 
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru 
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus 
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian 
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 
5. Guru memberikan kesimpulan 
6. Evaluasi 
7. Penutup 
D. Bertukar Pasangan 
Langkah-langkah : 
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau 
siswa menunjukkan pasangannya
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya 
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain 
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru 
ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka 
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada 
pasangan semula 
E. Snawball Throwing 
Langkah-langkah : 
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua 
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi 
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, 
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya 
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk 
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan 
oleh ketua kelompok 
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa 
yang lain selama ± 15 menit 
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa 
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara 
bergantian 
7. Evaluasi 
8. Penutup 
F. Facilitator And Explaining 
Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya 
Langkah-langkah : 
2. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
3. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
4. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk 
menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang 
lainnya 
5. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa 
6. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu 
7. Penutup 
G. Course Review Horay 
Langkah-langkah : 
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab 
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan 
kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa 
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang 
nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar 
(Ö) dan salan diisi tanda silang (x) 
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus 
berteriak horay … atau yel-yel lainnya 
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh 
8. Penutup 
H. Demonstration 
(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen) 
Langkah-langkah : 
1. Guru menyampaikan TPK 
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan 
3. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan 
4. Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang 
telah disiapkan
5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa 
6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman 
siswa didemontrasikan 
7. Guru membuat kesimpulan 
I. Explicit Intruction/Pengajaran Langsung(Rosenshina & Stevens, 1986) 
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa 
tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan 
dengan pola selangkah demi selangklah 
Langkah-langkah : 
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan 
3. Membimbing pelatihan 
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan 
J. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu 
Membaca Dan Menulis(Steven & Slavin, 1995) 
Langkah-langkah : 
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen 
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran 
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi 
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas 
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 
5. Guru membuat kesimpulan bersama 
6. Penutup 
K. Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Spencer Kagan) 
“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang 
berbeda dengan singkat dan teratur”
Langkah-langkah : 
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap 
ke dalam 
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. 
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang 
bersamaan 
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang 
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. 
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. 
Demikian seterusnya 
L Tebak Kata 
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang 
mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. 
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak 
(kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga. 
Langkah-langkah : 
1. Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit 
2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan 
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada 
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang 
isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan 
ditelinga. 
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis 
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 
cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga. 
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh 
duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan 
dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. 
Dan seterusnya 
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas 
Dimiliki oleh 1 orang 
Struktur organisasinya tidak resmi 
Bila untung dimiliki,diambil sendiri 
NAH … SIAPA … AKU ? 
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN 
M. Word Square 
MEDIA : Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK 
Langkah-langkah : 
Sampaikan materi sesuai TPK 
Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh 
Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban 
Berikan poin setiap jawaban dalam kotak : 
CONTOH SOAL 
Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara ……. 
……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah 
Uang ……. Saat ini banyak di palsukan 
Nilai bahan pembuatan uang disebut ……. 
Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai 
……. 
Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut ……. 
Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai ……. 
Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif ……. 
Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar 
sejumlah uang disebut …….
T Y E N I O K N 
R A U A N K U O 
A B A R T E R M 
N A N I R R S I 
S D G I I T G N 
A O N L S A I A 
K L A A I S R L 
S A C E K B O S 
I R I N G G I T 
Sumber : LPMP Jawa Barat 
PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL 
TEACHING AND LEARNING)DALAM 
PEMBELAJARAN BAHASA DAN 
SASTRA INDONESIA 
{ June 6, 2010 @ 8:09 am } · { PENDIDIKAN } 
PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND 
LEARNING)DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu 
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. 
CTL lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana 
kegiatan tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan 
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran 
kontekstual lebih mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran 
kontekstual mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun 
sedikit tetapi mendalam bukan banyak tetapi dangkal. 
Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan 
yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Komponen dalam 
pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat 
belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas 
menerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas 
tersebut telah menggunakan model pembelajaran kontekstual.
Penggunaan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas dapat 
menarik perhatian siswa karena CTL memiliki berbagai komponen sehingga 
pembelajaran tidak membosankan. Menurut Suyanto (2003:1) CTL dapat membuat 
siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat membantu 
mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan 
konteks situasi kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran serta lingkungan secara 
alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar akan lebih 
bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya 
bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi 
siswa harus dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan cara 
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari. 
Dengan demikian pengembangan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra 
Indonesia pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis baik dari segi 
berbahasa maupun bersastra akan membuat pembelajaran lebih bervariasi. 
Dalam proses belajar di kelas, siswa dibiasakan untuk saling membantu dan berbagi 
pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning community). Dalam 
proses belajar, guru perlu membiasakan anak untuk mengalami proses belajar dengan 
melakukan penemuan dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan 
hipotesis, mengumpulkan data analisis data, dan menarik kesimpulan (inquiry). 
Seluruh proses dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan diamati dengan 
indikator yang jelas (outhentic assessment). Setiap selesai pembelajaran guru wajib 
melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (refleksion). 
Berdasarkan paparan di atas CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang 
efektif diterapkan pada proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di 
kelas. Oleh karena itu, topik penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra 
Indonesia perlu dipaparkan lebih lanjut. 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah 
sebagai berikut. 
(1) Apa pengertian pendekatan kontekstual (CTL)? 
(2) Apa karakteristik Contextual Teaching and Learning? 
(3) Apa saja komponen Contextual Teaching and Learning? 
(4) Bagaimana penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran 
bahasa dan sastra Indonesia? 
C. Tujuan 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah 
sebagai berikut. 
(1) Menjelaskan pengertian pendekatan kontekstual (CTL). 
(2) Menjelaskan karakteristik Contextual Teaching and Learning. 
(3) Menjelaskan komponen-komponen Contextual Teaching and Learning. 
(4) Menjelaskan penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran 
bahasa dan sastra Indonesia. 
BAB II 
PENDEKATAN KONTEKSTUAL 
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) 
Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang membantu guru 
mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini 
memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas, dan
penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, serta sebagai 
anggota masyarakat. 
A. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL) 
CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The 
Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang 
melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak di 
bidang pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut 
adalah melatih dan memberi kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di 
Indonesia untuk mempelajari pendekatan kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni, 
2002:1). 
Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru 
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan 
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan 
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh 
komponen utama pembelajaran afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, 
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Nurhadi, 
2002:5). 
Johnson (dalam Nurhadi, 2002:12) merumuskan pengertian CTL sebagai suatu 
proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan 
pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks 
kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan 
budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL, akan menuntun siswa ke 
semua komponen utama CTL, yaitu melakukan hubungan yang bermakna, 
mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, 
berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi siswa, mencapai standar 
yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya. 
Pendekatan CTL menurut Suyanto (2003:2) merupakan suatu pendekatan yang 
memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan 
dan keterampilan yang mereka peroleh dalam berbagai macam mata pelajaran baik di 
sekolah maupun di luar sekolah. 
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual 
adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan 
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan 
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh 
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan 
dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam 
kehidupannya sehari-hari. 
B. Karakteristik Contextual Teaching and Learning 
Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang menjadi 
karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu (1) melakukan hubungan yang 
bermakna, (2) mengerjakan pekerjaan yang berarti, (3) mengatur cara belajar sendiri, 
(4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) mengasuh atau memelihara 
pribadi siswa, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian 
sebenarnya. 
Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas karakteristik 
antara lain yaitu (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, (4) belajar 
dengan bergairah, (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, 
(7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa aktif, guru kreatif, (10) dinding
kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, 
humor, dan lain-lain, serta (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi 
hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. 
Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL 
memiliki karakteristik sebagai berikut. 
(1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran 
diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam 
konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang 
alamiah (learning in real life setting). 
(2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas 
yang bermakna (meaningful learning). 
(3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada 
siswa melalui proses mengalami (learning by doing). 
(4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling 
mengoreksi (learning in a group). 
(5) Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam 
merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan 
(learning to knot each other deeply). 
(6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, kreatif, dan mementingkan kerja 
sama (learning to ask, to inquiry, to York together). 
(7) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an 
enjoy activity). 
C. Komponen Contextual Teaching and Learning 
Pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu sebagai 
berikut. 
(1) Konstruktivisme (construktivism) 
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL yang menyatakan 
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya 
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-konyong). 
Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan 
seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep konstruktivisme menuntut 
siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru pada pengetahuan tertentu. 
Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang berciri konstruktivisme 
menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif 
dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang 
bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu 
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus 
mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. 
(2) Inkuiri (inquiry) 
Menemukan merupakan strategi belajar dari kegiatan pembelajaran kontekstual. 
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil 
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus 
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun 
materinya. 
Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan yang bermula dari 
melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori 
atau konsep. Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep atau 
fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk
menghasilkan temuan. Priyatni (2002:2) menjelaskan bahwa inkiri dimulai dari 
kegiatan mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), 
mengumpulkan data, dan merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir. 
(3) Bertanya (questioning) 
Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran CTL. 
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, 
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya 
merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, 
yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahuinya, dan 
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 
Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru 
maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang dimiliki. Tanya 
jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan 
guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. 
(4) Masyarakat belajar (learning commnunity) 
Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan belajar dalam pembelajaran 
kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah kelompok belajar yang berfungsi 
sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Aplikasinya 
dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta 
mendatangkan ahli ke kelas, atau belajar dengan teman-teman lainnya. Belajar 
bersama dengan orang lain lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri. 
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari 
kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi pengalaman 
antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang tidak tahu. Pembelajaran 
kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya 
heterogen sehingga sehingga akan terjadi kerja sama antara siswa yang pandai 
dengan siswa yang lambat. Kegiatan masyarakat belajar difokuskan pada aktivitas 
berbicara 
dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa 
aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik 
adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community. 
(5) Pemodelan (modelling) 
Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran kontekstual. 
Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu materi pelajaran 
agar siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan 
model yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya 
model, siswa juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model. 
Priyatni (2002:3) menyatakan bahwa kegiatan pemberian model bertujuan untuk 
membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita 
menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar 
siswa melakukannya. 
(6) Refleksi (reflction) 
Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran kontruktivisme. 
Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Proses 
telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang dihubungkan dengan apa 
yang telah dipelajari siswa, dan memotivasi munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti 
melihat kembali suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk 
mengidentifikasi hal yang telah diketahui, dan hal yang belum diketahui.
Realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yang 
diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai 
pembelajaran pada hari itu. 
Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah kegiatan memikirkan 
apa yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau 
pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan 
perbaikan jika diperlukan. 
(7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) 
Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data dan 
informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam 
pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses pembelajarannya, maka 
data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang 
dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajarannya. 
Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa secara 
nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes, portofolio, lembar 
observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian yang menunjukkan 
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara nyata. Penilaian yang sebenarnya 
ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agara mamapu 
mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh informasi pada akhir periode. 
Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang berkaitan dengan nilai tetapi lebih 
pada proses belajarnya. 
D. Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran 
Bahasa dan Sastra Indonesia 
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan menanamkan bekal keterampilan 
berbahasa dan bersastra Indonesia bukan hanya memberikan pengetahuan. 
Pembelajaran bahasa Indonesia harus dibuat semenarik mungkin agar siswa antusias 
mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia 
menghendaki sebuah proses pragmatik, bukan teoritik belaka. Pembelajaran yang 
memanfaatkan CTL sangat diperlukan. 
Menurut Endraswara (2003:58) pendekatan kontekstual memang cukup strategis 
karena menghendaki (1) terhayati fakta yang dipelajari, (2) permasalahan yang akan 
dipelajari harus jelas, terarah, rinci, (3) pragmatika materi harus mengacu pada 
kebermanfaatan secara konkret, dan (4) memerlukan belajar kooperatif dan mandiri. 
Penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek 
membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun 
bersastra dipaparkan sebagai berikut. 
(1) Penerapan CTL dalam Pembelajaran Membaca 
Membaca menurut Komaruddin (2005:21) adalah mengeja atau melafalkan apa yang 
tertulis atau melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan 
atau hanya dalam hati). Membaca merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang 
harus dikuasai oleh siswa. Kegiatan membaca tersusun dari empat komponen, yaitu 
strategi, kelancaran, pembaca, dan teks. 
Dalam pembelajaran membaca, guru dapat menciptakan masyarakat belajar di kelas. 
Masyarakat belajar berfungsi sebagai wadah bertukar pikiran, bertukar 
informasi, tanya jawab tentang berbagai permasalahan belajar yang dihadapi, dan 
pada akhirnya dicari solusi tentang permasalahan tersebut. 
Guru seharusnya menjadi model yang mendemonstrasikan teknik membaca yang 
baik di kelas. Guru juga harus memonitor pemahaman siswa. Memonitor
pemahaman penting untuk mencapai sukses membaca. Salah satu hal yang terkait 
dalam proses memonitor ini adalah kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi 
dasar yang telah ditetapkan guru. Guru harus seimbang baik posisinya sebagai 
pendamping siswa maupun pengembang keterampilan siswa dalam pemahaman 
bacaan. 
(2) Penerapan CTL dalam Pembelajaran Berbicara 
Berbicara merupakan salah satu kompetensi dasar yang berusaha mengungkapkan 
gagasan melalui bahasa lisan. Berbicara merupakan kegiatan menghubungkan antara 
semata dengan kepercayaan diri untuk tampil mengungkapkan gagasan. Suasana 
kelas memiliki peran dalam pembelajaran berbicara. 
Pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknik belajar dalam konteks interaksi 
kelompok (cooperating). Guru membuat suatu kelompok belajara (learning 
community). Dalam komunitas tersebut siswa berusaha untuk mengutarakan 
pikirannya, berdiskusi dengan teman. Konsep dasar dalam teknik ini adalah 
menyatukan pengalaman-pengalamn dari masing-masing individu. Teknik ini 
memacu siswa untuk berkomentar, mengungkapkan gagasannya dalam komunitas 
belajar. Tahap pertama, siswa diberikan peluang untuk berbicara. Apabila terdapat 
kesalahan penggunaan bahasa, guru dapat memberikan pembenaran selanjutnya. 
Menumbuhkan keterampilan berbicara, dimulai dengan menumbuhkan kepercayaan 
diri pada diri siswa. 
Prinsip CTL memuat konsep kesalingbergantungan para pendidik, siswa, 
masyarakat, dan lingkungan. Prinsip tersebut memacu siswa untuk turut 
mengutarakan pendapat dalam memecahkan masalah. Prinsip diferensiasi dalam 
CTL membebaskan siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, membebaskan siswa 
untuk belajar dengan cara mereka sendiri. CTL merupakan salah satu alternatif 
pembelajaran inovatif, kreatif, dan efektif. 
Keterampilan berbicara menggunakan bentuk penilaian berupa unjuk kerja. Siswa 
diberikan instrumen yang dapat membuatnya berbicara atau berkomentar. Berpidato, 
menceritakan kembali, berkomentar, bertanya merupakan salah satu kegiatan dalam 
berbicara. Penilaian yang dilakukan guru harus sesuai dengan fakta di kelas. Siswa 
yang pandai berbicara layak mendapatkan nilai tinggi dalam kompetensi berbicara 
dibandingkan siswa yang frekuensi berbicaranya rendah. 
(3) Penerapan CTL dalam Pembelajaran Mendengarkan 
Mendengarkan adalah proses menangkap pesan atau gagasan yang disampaikan 
melalui ujaran. Keterampilan mendengarkan membutuhkan daya konsentrasi lebih 
tinggi dibanding membaca, berbicara, dan menulis. Ciri-ciri mendengarkan adalah 
aktif reseptif, konsentratif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran mendengarkan dalam 
CTL mengharuskan guru untuk membiasakan siswanya untuk 
mendengarkan. Mendengarkan dapat melalui tuturan langsung maupun rekaman. 
Kemudian siswa diberikan instrumen untuk menjawab beberapa pertanyaan. 
Teknik-teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa 
pada keterampilan mendengarkan dapat menggunakan teknik observasi. Observasi 
dilakukan guru dengan melihat dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan 
perkembangan menyimak siswa. Proses perekaman dapat dilakukan guru 
menggunakan buku atau lembar observasi untuk siswa. Rekaman observasi ini berisi 
perilaku siswa saat pembelajaran menyimak berlangsung dan pembelajaran 
keterampilan yang lain. 
Teknik kedua adalah dengan portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompok
10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompok10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompok
10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompokREVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloommasterkukuh
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaAna Fitriana
 
9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilanJiehan Liya
 
Rubrik presentasi kelompok
Rubrik presentasi kelompokRubrik presentasi kelompok
Rubrik presentasi kelompokwawan_wawan
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Rudy Restanto
 
Contoh instrumen beserta rubrik penilaian
Contoh instrumen beserta rubrik penilaianContoh instrumen beserta rubrik penilaian
Contoh instrumen beserta rubrik penilaiandonarfana
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapAchmad Anang Aswanto
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES Andina Aulia Rachma
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfsteffaniemalauhollo
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikTyasMommy Cozy Azalea
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikFitri Yusmaniah
 
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxDiskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxUlfahWulandari2
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)universitas negeri padang
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxRatnaSarum
 

Mais procurados (20)

10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompok
10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompok10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompok
10. lampiran 5 format penilaian presentasi kelompok
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswa
 
9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan
 
Rubrik presentasi kelompok
Rubrik presentasi kelompokRubrik presentasi kelompok
Rubrik presentasi kelompok
 
Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1Lembar observasi guru 1
Lembar observasi guru 1
 
Contoh instrumen beserta rubrik penilaian
Contoh instrumen beserta rubrik penilaianContoh instrumen beserta rubrik penilaian
Contoh instrumen beserta rubrik penilaian
 
2. UbD.pptx
2. UbD.pptx2. UbD.pptx
2. UbD.pptx
 
Rubrik penilaian
Rubrik penilaianRubrik penilaian
Rubrik penilaian
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didik
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta Didik
 
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxDiskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
 
Pedoman penskoran
Pedoman penskoranPedoman penskoran
Pedoman penskoran
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
 

Semelhante a STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

model-model-pembelajaran-inovatif1.ppt
model-model-pembelajaran-inovatif1.pptmodel-model-pembelajaran-inovatif1.ppt
model-model-pembelajaran-inovatif1.pptNurindahIhsanNizar
 
IPA Multidisiplin ilmu dalam kajian science
IPA Multidisiplin ilmu dalam kajian scienceIPA Multidisiplin ilmu dalam kajian science
IPA Multidisiplin ilmu dalam kajian scienceErmaniatuNyihanaerma
 
Diklat P Nurkhotib.pptx
Diklat P Nurkhotib.pptxDiklat P Nurkhotib.pptx
Diklat P Nurkhotib.pptxDomini6
 
15 model model-pembelajaran_inovatif (1)
15 model model-pembelajaran_inovatif (1)15 model model-pembelajaran_inovatif (1)
15 model model-pembelajaran_inovatif (1)Asep Hidayat
 
STAD strategi belajar mengajar
STAD strategi belajar mengajarSTAD strategi belajar mengajar
STAD strategi belajar mengajarRysa Ilmiana
 
Model model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologiModel model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologiAl-Fitrah Zees
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNasika Kaban
 
Analisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptx
Analisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptxAnalisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptx
Analisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptxkobolyoko
 
ppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranrizka_pratiwi
 
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
Evan  point proposal mini, mata kulia seminarEvan  point proposal mini, mata kulia seminar
Evan point proposal mini, mata kulia seminarEvan Labur
 
tulisan pembelajaran kooperatif
tulisan pembelajaran kooperatiftulisan pembelajaran kooperatif
tulisan pembelajaran kooperatifEmanuel Raga
 
Buku saku model pembelajaran
Buku saku model pembelajaran Buku saku model pembelajaran
Buku saku model pembelajaran Yan Chen
 
Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02
Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02
Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02Asep Hidayat
 
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxSssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxStuckLegend
 
Model behaviour
Model behaviourModel behaviour
Model behaviourEvian Teoh
 
2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalah2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalahPuryanto Smart
 

Semelhante a STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (20)

model-model-pembelajaran-inovatif1.ppt
model-model-pembelajaran-inovatif1.pptmodel-model-pembelajaran-inovatif1.ppt
model-model-pembelajaran-inovatif1.ppt
 
IPA Multidisiplin ilmu dalam kajian science
IPA Multidisiplin ilmu dalam kajian scienceIPA Multidisiplin ilmu dalam kajian science
IPA Multidisiplin ilmu dalam kajian science
 
Diklat P Nurkhotib.pptx
Diklat P Nurkhotib.pptxDiklat P Nurkhotib.pptx
Diklat P Nurkhotib.pptx
 
15 model model-pembelajaran_inovatif (1)
15 model model-pembelajaran_inovatif (1)15 model model-pembelajaran_inovatif (1)
15 model model-pembelajaran_inovatif (1)
 
Model pembelajaran k2004
Model pembelajaran k2004Model pembelajaran k2004
Model pembelajaran k2004
 
STAD strategi belajar mengajar
STAD strategi belajar mengajarSTAD strategi belajar mengajar
STAD strategi belajar mengajar
 
Model model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologiModel model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologi
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Analisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptx
Analisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptxAnalisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptx
Analisis Video Pembelajaran Problem Based Learning.pptx
 
ppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaranppt Model pembelajaran
ppt Model pembelajaran
 
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
Evan  point proposal mini, mata kulia seminarEvan  point proposal mini, mata kulia seminar
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
 
tulisan pembelajaran kooperatif
tulisan pembelajaran kooperatiftulisan pembelajaran kooperatif
tulisan pembelajaran kooperatif
 
Type tai
Type taiType tai
Type tai
 
Buku saku model pembelajaran
Buku saku model pembelajaran Buku saku model pembelajaran
Buku saku model pembelajaran
 
Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02
Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02
Modelpembelajaranyangefektif 120907183012-phpapp02
 
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxSssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Presentasi stad
Presentasi stadPresentasi stad
Presentasi stad
 
Model behaviour
Model behaviourModel behaviour
Model behaviour
 
2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalah2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalah
 

Último

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 

Último (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

  • 1. Sintak model pembelajaran Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran 1. Sintaks Model Pembelajaran kooperatif Fase Perilaku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siwa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3 Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok belajar dan bekerja Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 1. Sintaks Perbandingan dari Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok Pendekatam Struktural Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana Tujuan Sosial Kerja kelompok dan kerja sama Kerja kelompok dan kerja sama Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan social Struktur tim Kelompok heterogen dengan 4-5 anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota menggunakan pola kelompok Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen Bervariasi, berdua, bertiga, berkelompok dengan 4-6 anggota
  • 2. asal dan kelompok ahli Pemilihan topic pelajaran Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru Tugas utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menutaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok ahli kemudian membantu kelompok asal mempelajari materi itu Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan social dan kognitif Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes esai Bervariasi Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain Publikasi lain Lembar pengetahuan dan publikasi lain Bervariasi 1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri (Penemuan) Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1 Observasi untuk menemukan masalah Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah Tahap 2 Merumuskan masalah Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya Tahap 3 Mengajukan hipotesis Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya Tahap 4 Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain) Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalh, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat Tahap 5 Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalh yang lain) Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi Tahap 6 Melakukan pengamatan dan pengumpulan data Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpilkan dan mengorganisasi data Tahap 7 Analisis data Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep
  • 3. Tahap 8 Penarikan kesimpulan dan penemuan Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan. 1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya Tahap 2 Mengorganisasi siwa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalh tersebut Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan dan pemecahanmasalah Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka atau proses-proses yang mereka gunakan 1. Sintak Model Pembelajaran Langsung Tahap Peran Guru Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Mendemonstrasikan keterampilann (pengetahuan procedural) atau mempresentasikan pengetahuan (deklaratif) Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan member bimbingan pelatihan Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Memberukan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
  • 4. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun berdasarkan siklus yang tetap pada pengajarannya (Slavin, 2000: 269). 1. Siklus Pembelajaran Kooperatif tipe STAD STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang tetap sebagai berikut:  Mengajar : mempresentasikan pelajaran.  Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.  Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual.  Pengahargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi. Pada dasarnya siklus pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengacu pada sintaks pembelajarankooperatif dengan menggabungkan fase 1 dan fase 2 ke dalam kegiatan mengajar, dan fase 3 dan fase 4 ke dalam kegiatan belajar dalam tim. Sedangkan fase 5 dan fase 6 pada pembelajarankooperatif masuk pada kegiatan tes dan penghargaan kelompok pada pembelajaran kooperatif tipeSTAD. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Slavin (dalam Nur, 1998: 24) menguraikan langkah-langkah mengantar siswa kepada STAD adalah sebagai berikut: 1. Bagilah siswa ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari empat atau lima anggota. Pastikan bahwa kelompok yang terbentuk itu berimbang dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin dan asal suku. 2. Buatlah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang anda rencanakan untuk diajarkan. 3. Pada saat anda menjelaskan STAD kepada kelas anda, bacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan tim. 4. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang lain, dan berikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes itu. 5. Pengakuan kepada prestasi tim, segera setelah anda menghitung poin untuk siswa dan menhitung skor tim. Adapun penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu, presentasi kelas, kelompok, kuis (tes), skor peningkatan individual dan penghargaan kelompok. Masing-masing komponen akan diuraikan sebagai berikut: 1. Presentasi Kelas Materi dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas. Presentasi kelas ini biasanya menggunakan pengajaran langsung (direct instruction) atau ceramah, dilakukan oleh guru. Presentasi kelas dapat pula menggunakan audiovisual. Presentasi kelas ini meliputi tiga komponen, yakni pendahuluan, pengembangan dan praktek terkendali.
  • 5. 2. Kelompok Kelompok terbentuk terdiri dari empat atau lima siswa, dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan ras atau etnis. Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah mempersiapkan anggota kelompok agar dapat menjawab kuis (tes) dengan baik. Termasuk belajar dalam kelompok adalah mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok yang mengalami kesalahan konsep. 3. Kuis (tes) Setelah beberapa periode presentasi kelas dan kerja kelompok, siswa diberikan kuis individual. Siswa tidak diperkenankan saling membantu pada saat kuis berlangsung. 4. Skor Peningkatan Individual Penilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan skor peningkatan tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. 5. Penghargaan Kelompok Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya melampaui kriteria tertentu. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 5 fase, adapun fase-fase kegiatan itu sebagai berikut: Fase 1: Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar yang ingin dicapai dalam materi pelajaran secara lisan dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang diajarkan dan memberikan informasi keuntungan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD secara lisan. Fase 2 Menyajikan materi, guru menyampaikan dan menyajikan materi yang dipelajari secara klasikal yang terdapat di dalam lembar kegiatan siswa (LKS). Dan siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan penjelasan guru apabila ada materi yang kurang dimengerti. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok dan membimbing kelompok bekerja dan belajar. Adapun kegiatan-kegiatan dalam fase ini diantaranya adalah sebagai berikut: Membentuk kelompok-kelompok kecil (terdiri 4 – 5 siswa) secara heterogen yang telah ditentukan oleh guru. Menginformasikan pada siswa untuk mengerjakan tugas secara berkelompok dan setiap anggota kelompok bertanggungjawab pada kelompok masing-masing dan terhadap diri sendiri. Menyuruh siswa mengerjakan soal dalam LKS secara berkelompok. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya siswa mengerjakan secara mandiri atau berpasangan dan selanjutnya dicocokkan dan didiskusikan ketepatan jawabannya dengan teman sekelompok. Dan jika ada anggota kelompok yang belum memahami, maka teman sekelompoknya yang sudah faham menjelaskan, sebelum meminta bantuan kepada guru. Selama siswa dalam kegiatan kelompok, guru? bertindak sebagai fasilitator yang mengawasi dan mengamati setiap kegiatan kelompok. Menyuruh beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok yang lain menanggapi.? Fase 4: Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahap perhitungan, yaitu: 1) Menghitung skor individu dan skor kelompok Cara pemberian skor pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat berperan untuk memotivasi siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Setelah siswa mempelajari materi secara berkelompok, setiap siswa mengerjakan kuis secara individual dan
  • 6. memperoleh skor kuis serta nilai perkembangan. Nilai perkembangan bergantung pada kemajuan yang dicapai siswa dengan memperhatikan skor kuis atau skor dasar siswa. Skor dasar siswa adalah rata-rata skor siswa yang bersangkutan untuk kuis-kuis terdahulu, dengan syarat materi yang diujikan pada kuis-kuis tersebut masih berada dalam satu topik. Jika belum pernah diadakan kuis untuk topik tersebut, maka skor dasar siswa adalah skor tes awal. Selanjutnya untuk menghitung skor kelompok, Slavin (1995: 80) mengungkapkan bahwa untuk menghitung skor kelompok, catatlah masing-masing poin kemajuan anggota kelompok di atas lembar rekapitulasi kelompok dan bagilah jumlah poin kemajuan anggota kelompok dengan banyak anggota kelompok yang hadir dan bulatkan pecahannya. 2) Menghargai prestasi kelompok Kemudian berkaitan dengan banyaknya tingkat penghargaan kelompok, menurut Slavin (1995: 80) ada tiga tingkat penghargaan yang disediakan didasarkan pada skor rata-rata kelompok, seperti tertera pada tabel berikut. Apa yang Disebut dengan PAKEM Sesuai dengan huruf yang menyusun namanya, pembelajaran PAKEM adalah salah satu contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 1. Aktif: pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Di dalam implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan serta 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut. 2. Kreatif: pembelajaran PAKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a) mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya; (b) mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya; (c) memonitor keefektivan strategi tersebut; dan (d) termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan. 3. Efektif: menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karkteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa berbagai strategi pembelajaran inovatif termasuk PAKEM seringkali tidak efisien (memakan waktu) lebih lama dibandingka dengan pembelajaran tradisional/konvensional. Hal tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam
  • 7. pembelajaran PAKEM banyak hasil belajar yang dicapai sehingga memerlukan waktu yang lama, sementara pada pembelajaran tradisional hasil belajar yang dicapai hanya pada tataran kognitif saja. 4. Menyenangkan: pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss (2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAKEM sebenarnya juga pembelajaran kontekstual. PAKEM merupakan pembelajaran yang tidak hanya terpaku menggunakan satu pendekatan saja, tetapi dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model. Berikut adalah ciri-ciri PAIKEM. Guru Kegiatan Belajar Mengajar 1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar mengggunakan cara yang beragam, misalnya: • Percobaan • Diskusi kelompok • Memecahkan masalah • Mencari informasi • Menulis laporan/cerita/puisi • Berkunjung keluar kelas 2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal: • Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri • Gambar • Studi kasus • Nara sumber • Lingkungan 3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa: • Melakukan percobaan, pengamatan, eksperimen atau wawancara • Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri • Menarik kesimpulan • Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri • Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya
  • 8. sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui: • Diskusi • Lebih banyak pertanyaan terbuka • Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri 5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. • Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. • Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan 6.Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. • Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. • Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari 7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. • Guru memantau kerja siswa • Guru memberikan umpan balik Apa itu PAKEM? PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukaan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memeberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kretaif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (”time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlagsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan meyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bemain biasa. Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut: • Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. • Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. • Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ’pojok baca’. • Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. • Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
  • 9. masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. D. Bagaimana pelaksanaan PAKEM? Komponen Pembelajaran Hal Baru Yang Berbeda Dengan Kebiasaan Pembelajaran Selama Ini Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya : - percobaan - Diskusi Kelompok - Memecahkan masalah - Mencari informasi - Menulis laporan/cerita/puisi - Berkunjung keluar kelas Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Semua mata pelajaran, guru menggunakan, misal: • Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri. • Gambar • Studi kasus • Nara sumber • Lingkungan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan Siswa: • Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara • Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri • Menarik kesimpulan • Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri • Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan Melalui : • Diskusi • Lebih banyak pertanyaan terbuka hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa • Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut • Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Guru mengaitkan KBM dalam pengalaman siswa sehari-hari • Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendirinya. • Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus • Guru memantau kerja siswa • Guru memberikan umpan balik E. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanaka pakem? 1. Memahami sifat yang dimiliki anak
  • 10. Pada dasarnya anak memiliki sifat : rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajran yang ditunjukkan oleh guru memuji anak karena hasil karyanya,guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru mendorong anak untuk melakukan percobaan, nisalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud. 2. Mengenal anak secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif, dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal. 3. memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk social, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka unuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4.Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif, kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika….” Lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan,” yang umumnya tertutup hanya ada satu jawaban yang benar). 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sabaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan
  • 11. baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika mambahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik,social, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga dipakai sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber beajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak harus keluar kelas. Bahkan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. 8. Membedakan antara aktif fisik dan akif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa keliahatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan, Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut : takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah.Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan pada ’PAKEM’. F. PENDEKATAN BELAJAR AKTIF Setelah memahami pengertian dan gambaran PAKEM, maka perlu membuktikan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakan dengan baik, dalam sekolah dalam mengembangkan PAKEM ini, masih perlu tentang pendekatan belajar aktif. 1. Apa Pendekatan Belajar Aktif ? Pedekatan Belajar Aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar; serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru/orang laian bila mereka mempelajari hal-hal yang baru. Jadi belajar itu menganggap guru lebih sebagai tukang kebun yang memelihara tanaman, dan bukan guru sebagai penuang air ke dalam gelas kosong. Menganggap siswa lebih sebagai tanaman yang memiliki kemampuan untuk tumbuh sendiri daripada sebagai gelas kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang
  • 12. mengisi. 2. Mengapa Perlu Belajar Aktif ? Paling sedikit ada tiga alasan mengapa Belajar Aktif perlu dterakan a. Karateristik anak b. Hakekat belajar c. Karakteristik lulusan yang dikehendaki a. Karakteristik anak Pada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Anak desa, anak kota anak orang miskin, anak orang kaya, anak Indonesia, an anak bukan Indonesia semuanya selama normal mereka memiliki kedua hal tersebut. Sifat ngin tahu merupakan modal dasar bagi perkembangnya sikap kritis,dan imajinasi bagi prilaku kreatif. PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN { June 6, 2010 @ 8:34 am } · { PENDIDIKAN } PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu : 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  • 13. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
  • 14. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat). Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut: Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan
  • 15. unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. Sumber: Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/) Strategi Pembelajaran Tags: artikel, berita, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual
  • 16. Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry). Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran tersebut. A. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu : Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari. B. Bermain Peran (Role Playing) Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
  • 17. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan. C. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar. D. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam
  • 18. mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas). Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal berikut : (1) pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test); (2) peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan; dan (3) pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif). Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1) mengidentifikasi pra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar; dan (3c) implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1) corrective technique yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas). Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun software, termasuk penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar. E. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction) Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • 19. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai beriku: Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut. Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut. Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.
  • 20. Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik. Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain : (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; (2) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik. F. Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah. Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis. Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan. Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
  • 21. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok. Sumber : Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. _________. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. Udin S. Winataputra, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar Jakarta :. Grasindo. PROSEDUR PEMBELAJARAN Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu : (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut : A. Pendahuluan Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan pendahuluan, yaitu : Menciptakan Kondisi Awal Pembelajaran; meliputi: membina keakraban, menciptakan kesiapan belajar peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang demokratis. Apersepsi/Pre test; meliputi : kegiatan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan peserta didik dan membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa dalam kegiatan pendahuluan, perlu dilakukan pemanasan dan apersepsi, didalamnya mencakup: (a) bahwa pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (b) motivasi peserta didik ditumbuhkan dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi peserta didik; dan (c) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru. B. Kegiatan Inti
  • 22. Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan inti, yaitu : Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik secara lisan maupun tulisan. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh Membahas Materi Depdiknas (2003) membagi kegiatan inti ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu: (1) eksplorasi; (2) konsolidasi pembelajaran, dan (3) pembentukan sikap dan perilaku. Kegiatan eksplorasi merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan eksplorasi, yaitu: (a) memperkenalkan materi/keterampilan baru; (b) mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik; (c) mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaaan peserta didik akan materi baru tersebut. Konsolidasi merupakan merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru. Dalam kegiatan konsolidasi pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah : (a) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar baru; (b) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah; (c) meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran yang baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan; dan (d) mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. Pembentukan sikap dan perilaku merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan perilaku. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sikap dan perilaku, adalah : (a) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (b) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (c) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik. C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran , yaitu : (a) penilaian akhir; (b) analisis hasil penilaian akhir; (c) tindak lanjut; (d) mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup kegiatan pembelajaran. Mulyasa (2003) mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir pembelajaran, yaitu : (a) pemberian tugas dan (b) post tes. Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru;
  • 23. dan (c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan bagan prosedur pembelajaran bermakna seperti yang dikehendaki dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model Pembelajaran Inovatif (1) Tags: artikel, berita, inovasi, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif/ A. Model Examples Non Examples Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar Langkah-langkah : Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai Kesimpulan B. Picture And Picture Langkah-langkah : Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Menyajikan materi sebagai pengantar Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
  • 24. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai Kesimpulan/rangkuman C. Numbered Heads Together Langkah-langkah : Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain Kesimpulan D. Cooperative Script Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari Langkah-langkah : Guru membagi siswa untuk berpasangan Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
  • 25. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru Penutup E. Kepala Bernomor Struktur Langkah-langkah : Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya ->Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain Kesimpulan F. Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995) Langkah-langkah : Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) Guru menyajikan pelajaran Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu Memberi evaluasi Kesimpulan G. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
  • 26. Langkah-langkah : Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi Guru memberi evaluasi Penutup H. Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah) Langkah-langkah : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan I. Artikulasi Langkah-langkah : Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
  • 27. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa Kesimpulan/penutup J. Mind Mapping Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban Langkah-langkah : Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru K. Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994) Langkah-langkah : Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban Setiap siswa mendapat satu buah kartu Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
  • 28. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya Demikian seterusnya Kesimpulan/penutup L. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985) Langkah-langkah : Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa Guru memberi kesimpulan Penutup M. Debat Langkah-langkah : Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
  • 29. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. Sumber : Bahan Pelatihan LPMP Jawa Barat Model Pembelajaran Inovatif (2) Diterbitkan 19 Januari 2008 kurikulum dan pembelajaran 54 Comments Tags: artikel, berita, inovasi, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum A. Role Playing Langkah-langkah : Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya Guru memberikan kesimpulan secara umum Evaluasi Penutup B. Group Investigation (Sharan, 1992) Langkah-langkah : Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
  • 30. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan Evaluasi Penutup C.Talking Stick Langkah-langkah : 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 5. Guru memberikan kesimpulan 6. Evaluasi 7. Penutup D. Bertukar Pasangan Langkah-langkah : 1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya
  • 31. 2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya 3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain 4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka 5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula E. Snawball Throwing Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian 7. Evaluasi 8. Penutup F. Facilitator And Explaining Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya Langkah-langkah : 2. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 3. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  • 32. 4. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya 5. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa 6. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu 7. Penutup G. Course Review Horay Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab 4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa 5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x) 6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya 7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh 8. Penutup H. Demonstration (Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen) Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan TPK 2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan 3. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan 4. Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan
  • 33. 5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa 6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan 7. Guru membuat kesimpulan I. Explicit Intruction/Pengajaran Langsung(Rosenshina & Stevens, 1986) Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangklah Langkah-langkah : 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan 3. Membimbing pelatihan 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan J. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis(Steven & Slavin, 1995) Langkah-langkah : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran 3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 5. Guru membuat kesimpulan bersama 6. Penutup K. Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Spencer Kagan) “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”
  • 34. Langkah-langkah : 1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam 3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. 5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya L Tebak Kata Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga. Langkah-langkah : 1. Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit 2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan 3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. 4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga. 5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Dan seterusnya CONTOH KARTU
  • 35. Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas Dimiliki oleh 1 orang Struktur organisasinya tidak resmi Bila untung dimiliki,diambil sendiri NAH … SIAPA … AKU ? JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN M. Word Square MEDIA : Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK Langkah-langkah : Sampaikan materi sesuai TPK Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban Berikan poin setiap jawaban dalam kotak : CONTOH SOAL Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara ……. ……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah Uang ……. Saat ini banyak di palsukan Nilai bahan pembuatan uang disebut ……. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai ……. Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut ……. Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai ……. Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif ……. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …….
  • 36. T Y E N I O K N R A U A N K U O A B A R T E R M N A N I R R S I S D G I I T G N A O N L S A I A K L A A I S R L S A C E K B O S I R I N G G I T Sumber : LPMP Jawa Barat PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA { June 6, 2010 @ 8:09 am } · { PENDIDIKAN } PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. CTL lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran kontekstual mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun sedikit tetapi mendalam bukan banyak tetapi dangkal. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas menerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas tersebut telah menggunakan model pembelajaran kontekstual.
  • 37. Penggunaan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas dapat menarik perhatian siswa karena CTL memiliki berbagai komponen sehingga pembelajaran tidak membosankan. Menurut Suyanto (2003:1) CTL dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran serta lingkungan secara alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar akan lebih bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi siswa harus dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pengembangan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun bersastra akan membuat pembelajaran lebih bervariasi. Dalam proses belajar di kelas, siswa dibiasakan untuk saling membantu dan berbagi pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning community). Dalam proses belajar, guru perlu membiasakan anak untuk mengalami proses belajar dengan melakukan penemuan dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data analisis data, dan menarik kesimpulan (inquiry). Seluruh proses dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan diamati dengan indikator yang jelas (outhentic assessment). Setiap selesai pembelajaran guru wajib melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (refleksion). Berdasarkan paparan di atas CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif diterapkan pada proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas. Oleh karena itu, topik penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia perlu dipaparkan lebih lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut. (1) Apa pengertian pendekatan kontekstual (CTL)? (2) Apa karakteristik Contextual Teaching and Learning? (3) Apa saja komponen Contextual Teaching and Learning? (4) Bagaimana penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. (1) Menjelaskan pengertian pendekatan kontekstual (CTL). (2) Menjelaskan karakteristik Contextual Teaching and Learning. (3) Menjelaskan komponen-komponen Contextual Teaching and Learning. (4) Menjelaskan penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. BAB II PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang membantu guru mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas, dan
  • 38. penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, serta sebagai anggota masyarakat. A. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL) CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni, 2002:1). Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Nurhadi, 2002:5). Johnson (dalam Nurhadi, 2002:12) merumuskan pengertian CTL sebagai suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL, akan menuntun siswa ke semua komponen utama CTL, yaitu melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya. Pendekatan CTL menurut Suyanto (2003:2) merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dalam berbagai macam mata pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. B. Karakteristik Contextual Teaching and Learning Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu (1) melakukan hubungan yang bermakna, (2) mengerjakan pekerjaan yang berarti, (3) mengatur cara belajar sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) mengasuh atau memelihara pribadi siswa, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian sebenarnya. Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas karakteristik antara lain yaitu (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, (4) belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa aktif, guru kreatif, (10) dinding
  • 39. kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, serta (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL memiliki karakteristik sebagai berikut. (1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). (2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). (3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by doing). (4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group). (5) Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to knot each other deeply). (6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, kreatif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to York together). (7) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). C. Komponen Contextual Teaching and Learning Pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu sebagai berikut. (1) Konstruktivisme (construktivism) Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-konyong). Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep konstruktivisme menuntut siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru pada pengetahuan tertentu. Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. (2) Inkuiri (inquiry) Menemukan merupakan strategi belajar dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materinya. Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep atau fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk
  • 40. menghasilkan temuan. Priyatni (2002:2) menjelaskan bahwa inkiri dimulai dari kegiatan mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, dan merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir. (3) Bertanya (questioning) Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. (4) Masyarakat belajar (learning commnunity) Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah kelompok belajar yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Aplikasinya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, atau belajar dengan teman-teman lainnya. Belajar bersama dengan orang lain lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi pengalaman antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang tidak tahu. Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen sehingga sehingga akan terjadi kerja sama antara siswa yang pandai dengan siswa yang lambat. Kegiatan masyarakat belajar difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community. (5) Pemodelan (modelling) Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran kontekstual. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu materi pelajaran agar siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan model yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, siswa juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model. Priyatni (2002:3) menyatakan bahwa kegiatan pemberian model bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya. (6) Refleksi (reflction) Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan memotivasi munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang telah diketahui, dan hal yang belum diketahui.
  • 41. Realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu. Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan. (7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses pembelajarannya, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajarannya. Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa secara nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes, portofolio, lembar observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara nyata. Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agara mamapu mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya. D. Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan menanamkan bekal keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia bukan hanya memberikan pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia harus dibuat semenarik mungkin agar siswa antusias mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menghendaki sebuah proses pragmatik, bukan teoritik belaka. Pembelajaran yang memanfaatkan CTL sangat diperlukan. Menurut Endraswara (2003:58) pendekatan kontekstual memang cukup strategis karena menghendaki (1) terhayati fakta yang dipelajari, (2) permasalahan yang akan dipelajari harus jelas, terarah, rinci, (3) pragmatika materi harus mengacu pada kebermanfaatan secara konkret, dan (4) memerlukan belajar kooperatif dan mandiri. Penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun bersastra dipaparkan sebagai berikut. (1) Penerapan CTL dalam Pembelajaran Membaca Membaca menurut Komaruddin (2005:21) adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis atau melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Membaca merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Kegiatan membaca tersusun dari empat komponen, yaitu strategi, kelancaran, pembaca, dan teks. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat menciptakan masyarakat belajar di kelas. Masyarakat belajar berfungsi sebagai wadah bertukar pikiran, bertukar informasi, tanya jawab tentang berbagai permasalahan belajar yang dihadapi, dan pada akhirnya dicari solusi tentang permasalahan tersebut. Guru seharusnya menjadi model yang mendemonstrasikan teknik membaca yang baik di kelas. Guru juga harus memonitor pemahaman siswa. Memonitor
  • 42. pemahaman penting untuk mencapai sukses membaca. Salah satu hal yang terkait dalam proses memonitor ini adalah kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan guru. Guru harus seimbang baik posisinya sebagai pendamping siswa maupun pengembang keterampilan siswa dalam pemahaman bacaan. (2) Penerapan CTL dalam Pembelajaran Berbicara Berbicara merupakan salah satu kompetensi dasar yang berusaha mengungkapkan gagasan melalui bahasa lisan. Berbicara merupakan kegiatan menghubungkan antara semata dengan kepercayaan diri untuk tampil mengungkapkan gagasan. Suasana kelas memiliki peran dalam pembelajaran berbicara. Pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknik belajar dalam konteks interaksi kelompok (cooperating). Guru membuat suatu kelompok belajara (learning community). Dalam komunitas tersebut siswa berusaha untuk mengutarakan pikirannya, berdiskusi dengan teman. Konsep dasar dalam teknik ini adalah menyatukan pengalaman-pengalamn dari masing-masing individu. Teknik ini memacu siswa untuk berkomentar, mengungkapkan gagasannya dalam komunitas belajar. Tahap pertama, siswa diberikan peluang untuk berbicara. Apabila terdapat kesalahan penggunaan bahasa, guru dapat memberikan pembenaran selanjutnya. Menumbuhkan keterampilan berbicara, dimulai dengan menumbuhkan kepercayaan diri pada diri siswa. Prinsip CTL memuat konsep kesalingbergantungan para pendidik, siswa, masyarakat, dan lingkungan. Prinsip tersebut memacu siswa untuk turut mengutarakan pendapat dalam memecahkan masalah. Prinsip diferensiasi dalam CTL membebaskan siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, membebaskan siswa untuk belajar dengan cara mereka sendiri. CTL merupakan salah satu alternatif pembelajaran inovatif, kreatif, dan efektif. Keterampilan berbicara menggunakan bentuk penilaian berupa unjuk kerja. Siswa diberikan instrumen yang dapat membuatnya berbicara atau berkomentar. Berpidato, menceritakan kembali, berkomentar, bertanya merupakan salah satu kegiatan dalam berbicara. Penilaian yang dilakukan guru harus sesuai dengan fakta di kelas. Siswa yang pandai berbicara layak mendapatkan nilai tinggi dalam kompetensi berbicara dibandingkan siswa yang frekuensi berbicaranya rendah. (3) Penerapan CTL dalam Pembelajaran Mendengarkan Mendengarkan adalah proses menangkap pesan atau gagasan yang disampaikan melalui ujaran. Keterampilan mendengarkan membutuhkan daya konsentrasi lebih tinggi dibanding membaca, berbicara, dan menulis. Ciri-ciri mendengarkan adalah aktif reseptif, konsentratif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran mendengarkan dalam CTL mengharuskan guru untuk membiasakan siswanya untuk mendengarkan. Mendengarkan dapat melalui tuturan langsung maupun rekaman. Kemudian siswa diberikan instrumen untuk menjawab beberapa pertanyaan. Teknik-teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa pada keterampilan mendengarkan dapat menggunakan teknik observasi. Observasi dilakukan guru dengan melihat dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan menyimak siswa. Proses perekaman dapat dilakukan guru menggunakan buku atau lembar observasi untuk siswa. Rekaman observasi ini berisi perilaku siswa saat pembelajaran menyimak berlangsung dan pembelajaran keterampilan yang lain. Teknik kedua adalah dengan portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa