SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 104
Baixar para ler offline
DAFTAR ISI
1.
1    Latar Belakang
     L t B l k
2.   Identifikasi persoalan
3.   Isu Strategis
4.   Tujuan, Kebijakan & Strategi
       ujua , eb ja a St ateg
5.   Rencana Struktur Ruang
     • Sistem Pusat Pelayanan Kota
                           y
     • Rencana sistem prasarana (sistem jaringan transportasi, sistem jaringan
       energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
       prasarana sumber daya air kota sistem penyediaan bersih sistem
                                     kota,                    bersih,
       pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota, sistem drainase
       kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
       pejalan kaki ruang evakuasi bencana)
               kaki,
6. Rencana Pola Ruang
     • Rencana pola ruang
     • Ruang terbuka hijau
     • Peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal
7. Penetapan Kawasan Strategis
8.
8 Arahan Pemanfaatan Ruang
9. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang




        LATAR BELAKANG




                                              1
Dasar H k m
                                   Hukum
•   Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi
    Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Himpunan Lembaran Negara Tahun 1950).
•   Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun
    1960 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043).
•   Undang-undang N
    U d       d    Nomor 11 T h
                              Tahun 1974 t t
                                          tentang PPengairan (L b
                                                        i    (Lembaran N
                                                                       Negara T h
                                                                              Tahun 1974 NNomor 65
                                                                                                 65,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046).
•   Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 04 Tahun 1986 tentang Penyidik
    Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat
    Sanksi/Ancaman Pidana.
    S k i/A         Pid
•   Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
    Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 34,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3358).
•   Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445).
•   Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470).
•   Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor
    59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527).
•   Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara
    Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529).
•   Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan
    Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660).




•   Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
    (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776).
•   Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 14 Tahun 1998 tentang Bangunan di
    Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung.
•   Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
    Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor
    3851).
    3851)
•   Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran
    Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838).
•   Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 01 Tahun 2000 tentang Tata Cara
    Pembuatan, Perubahan, Pencabutan dan Pengundangan Peraturan Daerah.
•   Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
    Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3934).
•   Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
                                                       g         g                          g      p
    sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor
    3952).
•   Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Daerah Kota Bandung sebagai
    Daerah Otonom.
•   Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2001 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
•   Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan
    Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090).
•   Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001
    Nomor 128, Tambahan Lembaran 1Negara Nomor 4146).
•   Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 143,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 4156).
•   Undang-undang N
    U d        d     Nomor 28 T h
                                Tahun 2002 t t
                                            tentang B
                                                    Bangunan G d
                                                             Gedung (L b
                                                                     (Lembaran N
                                                                               Negara T h
                                                                                      Tahun 2002 NNomor
    134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247).



                                                                                   Dasar H k
                                                                                   D     Hukum
•   Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
•   Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
•   Undang undang
    Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132      132,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444)
•   Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan
    Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung
•   Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
•   Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115,
    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501).
•   Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 01 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan
    Bandung Utara
•   Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan di Kota
    Bandung
•   Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2006 tentang
                                                g                                                     g
    Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung
•   Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
    Daerah (Rpjpd) Tahun 2005 – 2025.
•   Undang Undang
    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
•   Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
    Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
    4833);
•   Undang-undang
    Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
•   Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
•   Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Jalan Tol

                                                                                     Dasar H k
                                                                                     D     Hukum




                                       Rujukan
                                       R j kan
•   Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya.
•   Peraturan Menteri Dalam Negeri 01/2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
•   Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2008 tentang Pedoman perencanaan kawasan perkotaan
•   Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah
•   Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
    Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
•   Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam
    Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata
    Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
•   Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
    Wilayah Kota
•   Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda 1 Tahun 2008 tentang
    Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara
Profil Wilayah Kota
                         Wila ah
•   Kota Bandung terletak dibagian tengah “Cekungan Bandung”, yang mempunyai
    dimensi luas 233.000 Ha dan dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km


•   Kota Bandung dalam sistem perkotaan Nasional ditetapkan sebagai bagian dari
    Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Direncanakan
    sebagai kawasan budidaya. Dimana kawasan budi daya tersebut diuraikan ke dalam
    kawasan andalan yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis nasional .


•   Kota Bandung dalam sistem perkotaan RTRWP Jawa Barat termasuk ke dalam
    PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Kota Bandung ditetapkan sebagai bagian
    dari PKNp dengan kegiatan utama p
             p     g      g            perdagangan dan j
                                            g g        jasa, industri kreatif dan high-
                                                           ,                        g
    tech, pariwisata, dan transportasi

•   Pada tahun 2030 mendatang jumlah penduduk Kota Bandung (menurut proyeksi)
    akan mencapai 4.093.256 jiwa.




•   Potensi Bencana Alam: (1) Letusan Gunung Berapi, (2) Gempa, (3) Banjir dan (4)
    Kebakaran




                                                                Profil Wilayah K t
                                                                P fil Wil    h Kota
•   Potensi SDA: Air baku sebesar 802 l/detik kapasitas air bersih yang belum
    termanfaatkan
    t     f tk
                                                                Potensi yang belum
                   IPA               Kapasitas     Produksi
                                                                  termanfaatkan
         Badak Singa               1800              1400               400
         Miniplant cibereum         40                40                  0
         Miniplant i
         Mi i l t cipanjalu
                         j l        20                10                 10
         Miniplant cirateun         5                 2                  3
         Dago Pakar                600               600                  0
         Miniplant Dago Pakar       60                40                20
         Sumur Air Dalam           170               130                40
         Air Tanah/Sumur Bor
                   /               500               171                329
                             Total                                      802
•   Ekonomi kota:
     –   Pada tahun
         P d t h 2002 nilai produktivitas ekonomi l h (b t ) K t B d
                           il i   d kti it   k      i lahan (bruto) Kota Bandung adalah R 126
                                                                                  d l h Rp.126
         milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai Rp.307
         milyar per km2.
     –   Secara umum sektor ekonomi Kota Bandung terbagi menjadi 3 sektor yaitu sektor basis
                 umum,
         ekonomi, ekonomi lokal dan sektor informal.
     –   Sebagian besar penduduk Kota Bandung, lokal maupun pendatang, terlibat dalam sektor
         perdagangan baik formal maupun informal terutama sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL).
                                                                      Profil Wilayah K t
                                                                      P fil Wil    h Kota




                             Isu
                             Is Strategis
Peran dan fungsi kota
Muncul peran dan fungsi baru Kota Bandung sebagai kota kreatif (creative city)
Struktur ruang kota
Dengan proyeksi penduduk 20 tahun mendatang, sebesar 4 juta jiwa maka kebutuhan
                                   mendatang                   jiwa,
    pusat pelayanan akan bertambah baik pusat pelayanan kota maupun sub pusat
    pelayanan kota
Pola ruang kota
Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh Kota Bandung maka
    pengembangan kota diarahkan untuk menjadi kota yang kompak (compact city) yang
    dilengkapi dengan RTH sebesar 30%
Pelestarian kawasan dan bangunan
Ruang publikUntuk menjamin sejarah (masa lalu), serta identitas dan karakter kota,
    kawasan dan bangunan unik dan bersejarah perlu tetap dilestarikan
Fasilitas publik
Perkembangan p
            g penduduk y g p
                         yang pesat membutuhkan p peningkatan ruang p
                                                         g           g publik (
                                                                              (kuantitas
    dan kualitas)
Sistem transportasi
Kota yang berkelanjutan harus ditunjang pula dengan sistem transportasi yang
    berkelanjutan. Penyediaan sistem transportasi yang jelas, terarah, aman, nyaman
    dan terjangkau akan membuat ki j k i t sosial ekonomi masyarakat semakin
    d t j       k     k         b t kinerja kegiatan   i l k      i       k t     ki
    baik, produktif dan berkelanjutan.
Ketersediaan infrastruktur
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka Kota Bandung harus menyediakan
    infrastruktur yang memadai bagi warganya. Penyediaan infrastuktur yang ramah
    lingkungan (green infrastucture), dan pengembangan pola kemitraan dalam
    penyediaan infrastruktur tersebut. Dengan kerterbatasan sumberdaya maka indikasi
                   f
    program, prioritas, dan pembiayaannya harus jelas.
Pengendalian pembangunan
Untuk menjamin terwujudnya kualitas, kinerja dan tampilan kota yang direncanakan,
    maka harus tersedia prosedur dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang yang
    jelas, lengkap, efektif dan dilaksanakan dengan konsisten
Kependudukan
Pertumbuhan penduduk > daya dukung/ daya tampung kota




                                                                     Isu St t i
                                                                     I Strategis




       TUJUAN,
       TUJUAN KEBIJAKAN DAN
             STRATEGI




                                                                                   4
4.1 Visi, Misi dan Tujuan Penataan Ruang
Visi Pembangunan Kota Bandung adalah sebagaii ‘K t BERMARTABAT’
Vi i P b         K t B d       d l h b        ‘Kota

Untuk mewujudkan visi, maka arahan penataan ruang wilayah akan ditujukan untuk
                   visi
melaksanakan misi :
1. meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan religius
2. mengembangkan perekonomian kota yang berdaya saing
3. mengembangkan kehidupan sosial budaya kota y g kreatif, berkesadaran tinggi serta
       g         g         p              y      yang           ,                gg
   berhati nurani
4. meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota
5. meningkatkan kinerja pemerintah kota yang efektif, efisien, akuntabel dan transparan
6. mengembangkan sistem pembiayaan kota terpadu (melalui pembiayaan pembangunan
   yang melibatkan pemerintah, swasta d masyarakat)
            lib tk       i t h      t dan           k t)




Tujuan Umum Penataan Ruang , adalah menciptakan ruang kota yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

Tujuan Khusus Penataan Ruang Kota Bandung adalah :
a) M i t k struktur ruang yang efektif d efisien d l
 ) Menciptakan t kt                f ktif dan fi i dalam
   memberikan peayanan kepada masyarakat.
b) Menyerasikan kawasan lindung dan budidaya yang seimbang dan
   berkelanjutan.
c) Menyediakan pelayanan prasarana dan sarana kota yang merata
   dan berkualitas.
d) Menyediakan ruang publik yang aman, nyaman dan efektif.
e) Mengendalikan pemanfaatan ruang secara tegas dan teratah.
4.2.
4 2 Kebijakan Perencanaan Tata Ruang

Kebijakan perencanaan tata ruang mencakup kebijakan struktur tata ruang, pola
                                                                  ruang
pemanfaatan ruang, serta prasarana dan sarana kota.

A. Struktur Tata Ruang
A St kt T t R
1. Mengembangkan dua / tiga pusat pelayanan kota untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung
   Timur.
2. Membagi wilayah kota menjadi delapan subwilayah pengembangan (SWP), masing-masing dilayani oleh
   satu subpusat pelayanan kota .
3. Mengembangkan subpusat kota dan pusat-pusat lingkungan secara merata.
4. Menata fungsii d struktur jjaringan jjalan yang serasii d
4 M t f           dan t kt       i        l                dengan sebaran f
                                                                    b     fungsii k i t primer d
                                                                                  kegiatan i   dan
   sekunder.
5. Mengembangkan sistem transportasi yang berbasis pada transportasi publik.
6. Mengarahkan perkembangan d memprioritaskan pengembangan k t k wilayah B d
6 M        hk       k b          dan          i it k            b       kota ke il h Bandung TiTimur (SWP
   Ujungberung dan Gedebage).
7. Mengendalikan pembangunan di wilayah Bandung barat
8.
8 Membatasi perkembangan di wilayah Bandung Utara   Utara.




B. Sistem Transportasi Kota
Prasarana
1. Memelihara serta menegaskan kembali fungsi dan hirarki jalan;
2. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan,
   pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan;
3. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan;
4. Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta pembangunan terminal di batas kota
       g       g                                     p       g
   dengan penetapan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang berbatasan;
5. Meningkatkan kapasitas pelayanan Bandara Husein Sastranegara sampai terbangun dan
   berfungsinya bandara pengganti;
6. Meningkatkan keamanan jaringan serta perlintasan rel kereta api.


Angkutan Umum
Mengembangkan sistem transportasi yang berbasis pada transportasi publik.
   g     g                p       y g           p         p       p
Investasi
Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam
menyediakan prasarana dan sarana transportasi

Kelembagaan
Membentuk dewan transportasi kota untuk mengawasi dan mengendalikan sistem
transportasi kota




   C.
   C Pola Pemanfaatan Ruang

   1. Mengarahkan dan memprioritaskan perkembangan ke wilayah Bandung Timur;
   2. Mengendalikan perkembangan di wilayah Bandung Barat;
   3. Membatasi pembangunan di wilayah Bandung Utara.
                p       g          y          g
4.3 Kebijakan Prasarana Kota
     1. Kebijakan prasarana air baku dan air bersih.
        Pengembangan prasarana air baku dan air bersih dilakukan dengan mewujudkan keseimbangan
        ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau; serta peningkatan kualitas, kuantitas, dan efisiensi
        p y
        pelayanan air bersih.

     2. Kebijakan prasarana air limbah.
        a.
        a Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana air limbah
                                                                      limbah.
        b. Meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah berbahaya.

     3. Kebijakan
     3 K bij k prasarana drainase adalah meningkatkan pelayanan prasarana d i
                         d i       d l h    i k tk      l                 drainase d l rangka
                                                                                   dalam   k
           mengatasi permasalahan banjir dan genangan.

     4.
     4 Kebijakan prasarana dan sarana persampahan adalah :
       •      Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
              dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan.
       •      Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah.




5.         Kebijakan sarana pemadam kebakaran adalah mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan
           kualitas sarana dan prasarana pemadam kebakaran
                                                 kebakaran.

6.         Kebijakan prasarana dan sarana energi dan telekomunikasi adalah meningkatkan kualitas dan
           jangkauan pelayanan listrik dan telekomunikasi
                                           telekomunikasi.

7.         Kebijakan fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah :
           a.
           a Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan kota dan lingkungan sesuai
              dengan skala pelayanannya.
           b. Mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada.
           c. M
              Mengarahkan pengembangan f ilit sosiall dan fasilitas umum b skala k t d wilayah k
                       hk            b       fasilitas i d f ilit              baru k l kota dan il h ke
              wilayah Bandung Timur.
           d. Melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di seluruh wilayah kota.
           e. Menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum dan membatasi fasilitas yang
              sudah jenuh.
           f. Mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum.
                  g                p      g               g
4.4. Kebijakan Pemanfaatan Ruang
Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang
dan pola tata ruang, yaitu:

1. Menjabarkan dan menyusun tahapan dan prioritas program berdasarkan persoalan
   mendesak yang harus ditangani, serta antisipasi dan arahan pengembangan masa
   mendatang.
            g

2. Mendorong kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam penyediaan
   p y
   pelayanan kota dan p
                      pembangunan kota.
                            g

3. Menyusun mekanisme dan perangkat insentif untuk mendorong pengembangan kegiatan
   y g
   yang sesuai dengan rencana tata ruang.
                  g                    g

4. Menyusun mekanisme dan perangkat disinsenitf untuk mengendalikan perkembangan yang
   tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
                   g                    g




4.5. Kebijakan Pengendalian P
4 5 K bij k P        d li Pemanfaatan R
                               f t Ruang

•   Pengendalian pemanfaatan ruang mengacu kepada RTRWK, atau rencana yang lebih rinci
    (
    (RDTRK) yang berlaku, dengan memperhatikan ketentuan, standar teknis, kelengkapan
            )y g                g       p                                      g p
    prasarana, kualitas ruang, dan standar kinerja kegiatan yang ditetapkan.

•   Kebijakan pengendalian pemanfaatan ini meliputi kebijakan mekanisme perijinan
                                                                        perijinan,
    pengawasan dan penertiban.
RENCANA STRUKTUR RUANG




                                   5


 5.1 Sistem P
 5 1 Si t   Pusat P l
                t Pelayanan K t
                            Kota
PUSAT KOTA




  Alun-Alun




                                                                                   Gedebage




Subpusat Wilayah Pengembangan



           WP                   WP
       Bojonagara           Cibeunying




                                                           WP                    WP
                                                      Ujungberung 1
                                                      Uj   b                Ujungberung 2
                Alun-
                Alun-Alun




       WP                      WP                                     Gedebage
     Tegalega                 Karees

                                            WP
                                         Gedebage 1


                                                                WP
                                                             Gedebage 2
struktur ruang kota
pengembangan pusat primer Gedebage




 stadion olahraga gedebage
Pertimbangan:
• 1 pusat pelayanan kota melayani 1-1,5 juta penduduk
• 1 subpusat pelayanan kota melayani 480 000-500 000 penduduk
                                      480.000 500.000
• Dari 6 subpusat pelayanan kota saat ini, Ujungberung dan Gedebage sudah
  hampir melewati batas pelayanan
                        pelayanan.
• Proyeksi penduduk 2029 mencapai 4.029.824 jiwa

Rencana:
Membagi Kota Bandung menjadi
• 3 pusat pelayanan kota dengan 6 subpusat pelayanan kota, atau
• 2 pusat pelayanan k t d
         t l         kota dengan 8 subpusat pelayanan k t
                                     b     t l        kota
  (pemekaran dari Ujungberung dan Gedebage)
Jumlah                    Subpusat
                                            Cakupan                    Penduduk                Pelayanan Kota
                Hirarki Pusat
                                        Pelayanan (jiwa)
                                                                         2008                          2029

           Pusat Pelayanan Kota              1.500.000                       2                              2
                                             1.000.000                       3                              4
           Subpusat Pelayanan
                                              480.000                        6                              8
           Kota
           Pusat Lingkungan
                                              120.000                        25                         34
           (Kecamatan)




5.2 Kegiatan Fungsional Kota
                                    Pusat Pelayanan Kota                                Subpusat Pelayanan Kota
Pemerintahan            • Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat                 • Pusat pemerintahan Kota Bandung
                          (
                          (Kawasan Gedung Sate dan sekitarnya)
                                          g                 y )                    (
                                                                                   (Kawasan Balai Kota Bandung dan
                                                                                                              g
                        • Kawasan perkantoran Jl. Kawaluyaan                       sekitarnya)
                                                                                 • Kawasan perkantoran Jl. Asia Afrika
Hankam                  Komplek militer Kodam Siliwangi

Komersial               • Kawasan Alun-alun dan sekitarnya                       Kawasan komersial dan perdagangan eceran
                        • Kawasan Cibaduyut                                      di beberapa ruas jalan utama
                        • Kawasan Cihampelas
                                          p
                        • Kawasan Gedebage
                        • Kawasan Factory Outlet Dago dan
                          R.E.Martadinata
                        • Kawasan Perdagangan Pasar Induk Caringin
Pendidikan              Kawasan pendidikan tinggi Jl. Ganesha, Dipatiukur,
                        Tamansari, P.H.H.Mustofa
Industri                Komplek industri PT Dirgantara Indonesia, PT             Kawasan industri kreatif
                                                                                                        f
                        Pindad, sekitar Jl. Surapati-Cicaheum.
Rekreasi                Kawasan rekreasi Kebun Binatang Bandung dan              Kawasan rekreasi Taman Lalu Lintas, Gasibu,
                        Tahura
                        Th                                                       Tegallega, P l t
                                                                                 T ll       Punclut
Transportasi            • Stasiun kereta api Kebon Kawung dan Gede
                         Bage
                        • Bandara Husein Sastranegara
                        • Terminal Terpadu Gedebage
Kegiatan Fungsional

Kegiatan Fungsional          • Pusat Pemerintahan
                             • Kompleks Hankam
                             • Industri (PT DI, Pindad)
                             • Bandara Husein
                             • Stasiun KA
                             • Terminal
                             • Kawasan Komersial Pusat Kota
                             • Perdagangan Grosir
                             • Perguruan Tinggi
                             • R
                               Rumah S kit
                                   h Sakit




         5.3 Rencana Si t
         53R         Sistem Prasarana
                            P
5.3a Sistem Transportasi Kota




Konsep P
K      Perencanaan
• Sistem Kegiatan
   – Mempertimbangkan konektivitas antar pusat-pusat kegiatan dalam konteks
     regional, seperti PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan
     Wilayah), d
     Wil h) dan PKL (P t Kegiatan Lokal)
                         (Pusat K i t L k l)
   – Mempertimbangkan konektivitas antar pusat-pusat kegiatan dalam konteks
     internal kota, seperti pusat kegiatan fungsi primer dan fungsi sekunder
                                    g         g                 g
• Sistem Jaringan
   – Struktur jaringan primer yang menghubungkan menghubungkan secara
     menerus pusat kegiatan nasional pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal
                              nasional,              wilayah
     sampai ke pusat kegiatan lingkungan
   – Struktur jaringan sekunder yang menghubungkan secara menerus kawasan
     yang mempunyai f ngsi primer f ngsi sek nder kesat f ngsi sek nder
      ang memp n ai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
     kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil
Konsep P
    K      Perencanaan
    • Si
      Sistem Pergerakan
             P      k
           – Membatasi pergerakan dan penggunaan kendaraan pribadi ke arah pusat kota
             melaluii b b i strategii TDM (T
                 l l berbagai t t         (Transportation D
                                                   t ti Demand Management) yang
                                                             dM            t)
             relevan, misalnya:
                  • Park and Ride
                  • Pricing/Tax
                  • Pedestrian Zone
                  • Parking Management pemberlakuan tarif parkir progresif di kawasan komersial
                    pusat kota
                  • Alternative mode Monorail
           – Mengarahkan pergerakan ke bagian timur Kota Bandung
           – Mengakomodasi pergerakan dari arah luar kota




 M
 Manajemen Si t
     j     Sistem T
                  Transportasi
                          t i

                                                                                 Intelligent transportation system
 Zonasi ruang
                                                                                    Transit f ili i and services
                                                                                    T    i facilities d     i
 Urban Design
                                                                                    Penambahan atau Pelebaran
                                                                                                 jaringan jalan
 Mixed Use
                                                                                 Restrukturisasi fungsi dan status
                                                                                                             jalan
 Densifikasi ruang (density)
                                                                                            Pengaturan lalu lintas
Sumber:
Meyer and Miller, 2001
          Miller




                                   Pricing, Tax
                                   Pricing                   Pergeseran waktu dan rute

                               Parking management        Pengadaan alternatif moda (Buspool,
                                                                   Carpool, dll)
                                  Park and ride
                                                                  Pedestrian zone
Rencana St kt J i
 R       Struktur Jaringan P i
                           Primer
 • Prinsip pengembangan jaringan jalan Arteri Primer:
    – menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
      nasional (PKN) atau antara pusat kegiatan nasional (PKN)
      dengan pusat kegiatan wilayah (PKW)
 • Prinsip pengembangan jaringan jalan Kolektor Primer:
    – menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah (PKW)
      dan pusat kegiatan lokal (PKL) dan atau kawasan-kawasan
      berskala kecil




Rencana Struktur Jaringan Primer
                      g
                                              •   Jalan arteri primer yang
                                                  menghubungkan PKN Bandung
                                                  dengan PKW Sumedang dan PKW
                                PKL               Cianjur
                               Subang         •   Jalan kolektor primer yang
                                                  menghubungkan PKN Bandung
                                     PKL
                                                  dengan PKL Subang, PKL Cileunyi,
                                   Cileunyi
                                         y
                                                  PKL Majalaya, PKL Ciparay, PKL
                                                  Pengalengan, dan PKL Ci id
                                                  P     l         d        Ciwidey

                                    PKL
                      PKL          Majalaya
                     Ciparay
                PKL
     PKL     Pengalengan
   Ciwidey
Rencana St kt J i
  R       Struktur Jaringan P i
                            Primer
  • PKN Bandung: Bandara Husein Sastranegara, Terminal
                                       Sastranegara
    Tipe A (Terminal Cicaheum, Terminal Leuwipanjang, dan
    Terminal GGedebage) dilalui oleh jalan arteri primer
                         )
  • Jadi, perlu restrukturisasi jaringan jalan arteri primer, yaitu:
       – Jalan Rajawali (Elang) dan Jalan L.U Abdurahman Saleh
         (Nurtanio) menuju bandara
       – Jalan Rumah Sakit dan Jalan Gedebage menuju Terminal
         Gedebage




  Rencana St kt J i
  R       Struktur Jaringan P i
                            Primer
Koridor primer 2: Jalan Rajawali (Jalan Elang)-Jalan
Nurtanio ang
N rtanio yang mengakses Bandara H ssein Sastranegara
                                   Hussein



                                  Koridor primer 3: Jalan Sindanglaya-Jalan Ujung Berung-
                                   Jalan Cipadung yang mengakses ke Terminal Cicaheum

                                                  Koridor primer 4: Jalan Rumah Sakit-Jalan
                                            Gedebage yang mengakses ke Terminal Gedebage




Koridor primer 1: Jalan Cibeureum – Jalan Sudirman - Jalan
Soekarno Hatta – Jalan Cibiru yang melintasi terminal Leuwi Panjang
Rencana St kt J i
R       Struktur Jaringan S k d
                          Sekunder
• P i i pengembangan jjaringan jjalan A t i
  Prinsip     b          i        l Arteri
  Sekunder:
  – menghubungkan :
     • kawasan primer dengan kawasan sekunder
     • antar kawasan sekunder
     • jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder
• Prinsip pengembangan jaringan jalan Kolektor
  Sekunder:
  S k d
  – menghubungkan antar kawasan sekunder




Rencana St kt J i
R       Struktur Jaringan S k d
                          Sekunder
Rencana P
R       Pengembangan T
              b      Terminal
                         i l
•   Prinsip pengembangan terminal tipe A
     – t l t k d l jjaringan t
        terletak dalam i         trayek antar k t antar propinsii d / t angkutan llalu li t
                                      k t kota t            i dan/atau     k t      l lintas
       batas negara;
     – terletak di jalan arteri;
     – jjarak antara d t i l penumpang ti A sekurang-kurangnya 20 k
             k t dua terminal                   tipe A, k         k         km;
     – luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal.
•   Prinsip p g
          p pengembangan terminal tipe B
                     g              p
     – terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;
     – terletak di jalan arteri atau kolektor;
     – jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A,
       sekurang-kurangnya 15 km;
     – tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal.
•   Prinsip pengembangan terminal tipe C
     – terletak di dalam wilayah Kabupaten/Kota dan dalam jaringan trayek pedesaan;
     – terletak di jalan kolektor atau lokal;
     – tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan




Rencana Pengembangan Terminal
           g     g
                             TB



                        TC




                                          TC


                                                       TA
                   TC
                             TB                             TC                 TC


           TB
                                  TC
                                                                                     TB
                        TA


                                                                         TA
                                               TB                TC
Rencana Struktur Jaringan Rel dan
                      g
Stasiun
• Konsep Jaringan dan Stasiun
   – Mengakomodasi pergerakan dari berbagai arah luar kota
     bandung menuju pusat k t b d
     b d            j      t kota bandung d mendistribusikan
                                            dan       di t ib ik
     pergerakan ke arah timur Kota Bandung
   – Meningkatkan pergerakan internal di bagian timur Kota Bandung
   – Membatasi penggunaan kendaraan pribadi di pusat kota melalui
     alternative mode: monorail
   – Menghubungkan pusat-pusat kegiatan primer dan sekunder
     secara optimal
   – Mengoptimalkan peran titik-titik stasiun eksisting sebagai
     pengumpul dan distribusi pergerakan




Rencana Struktur Jaringan Rel dan
                      g
Stasiun
Mengaktifkan kembali jaringan rel yang menghubungkan pusat kota dengan arah
selatan Kota Bandung, yaitu jaringan rel dari arah Ciwidey
                                                                                                                                                           ri
                                                                                                                                                         Sa
                                                                                                                                                         ng
                                                                                                                                                      nju
                                                                                                                                                   Ta

                                                                                                                                                            r
                                                                                                                                                          go
                                                                                                                                                        an
                                                                                                                                                     tin
                                                                                                                                                   Ja
                                    NG




                                                                          G
                                RA

                                 ng




                                                                                                            g




                                                                                                                                                          KA
                                                                                              uh
                                                                       UN




                                                                                                          on
                               ko




                                                                                                                                                         k
                 LA




                                                                                            te




                                                                                                                                                      NG
                                                                                                                                                        r
                                                                                                        nd




                                                                                                                                              ke
                                                                                                                       e




                                                                                                                                                      gu
                            ng




                                                                                          pa




                                                                                                                     g
                                                                     ND




                                                                                                                                  ar
                                                                m




                                                                                                                                            ae
                                                                                                        o


                                                                                                                   ba




                                                                                                                                                   pu



                                                                                                                                                   LE
                         ba
               DA




                                               di
                          i




                                                                                        da


                                                                                                     ac
                        ah




                                                                                                                               ek
                                                              yo




                                                                                                                                         nc
                                             in




                                                                                                                 de
                                                      r




                                                                                                                                                 ur
                      do




                                                                                                                                                CA
                                                                    BA
                                                      di




                                                                                                   ar
                                                                                  ku
                      m




                                                                                                                              m
                                            m




                                                              ro
             PA




                                                                                                                                       Ra


                                                                                                                                              Ha
                                                                                                              Ge
                                                    An
                   Ga




                                                                                                 Ki
                   Ci




                                                                                                                           Ci
                                         Ci




                                                                               Ci
                                                           Ci




                                                                                                                                              CI
                                                                                                                       t
                                                                                                                    lo
                                                                                                                  Ko
                                                                                                               uh


                                                                                                               k
                                                                                                  ye

                                                                                                            eu
                                                                                                Da


                                                                                                          gp




                                                                                                                                  a
                                                                                                         y


                                                                                                                                  y
                                                                                                       en


                                                                                                       ra


                                                                                                                               ala
                                                                                                     pa
                                                                                                    m




                                                                                                                            aj
                                                                                                  Pa


                                                                                                   Ci


                                                                                                                           M




              Jalur ganda : operasi

              Jalur tunggal : operasi
                                                                                           an




              Jalur non-operasi
                    non operasi
                                                                                         ar
                                                                                      nj
                                                                                    Ba

                                                                                  g
                                                                                an
                                                                              re
                                                                            So
                                                                         bu
                                                                              m
                                                                            Ja
                                                                        sir
                                                                      Pa


                                                                                   y
                                                                                 de
                                                                               wi
                                                                           Ci
Rencana Sk
 R       Skema J i
               Jaringan M
                        Monorel
                              l
 • Konsep pengembangan jaringan
      – Tipe straddle-beam dimana kereta berjalan di atas rel
      – Pada jalan yang minimal memiliki median jalan agar tidak
        mengganggu lalu lintas
      – Pada lebar jalan y g minimal mendukung lebar sepur (
                   j     yang                    g         p (track
        gauge) 1435 mm dan lebar monorail yaitu 3,14 m
      – Jarak antar tiang penyangga rel minimal 20 m
 • Konsep penetapan stasiun
      – Jarak antar stasiun berkisar antara 250 m s/d 1000 m, semakin
        banyak stasiun yang dikembangkan maka semakin banyak area
        pelayanan
          l
      – Terintegrasi dengan kawasan-kawasan permukiman
      – Stasiun utama berada di sekitar fungsi kegiatan primer dan
        sekunder kota




 Rencana Skema Jaringan Monorel
                    g
• Konsep pengembangan monorel di bagian barat Kota Bandung bertujuan membatasi
  pergerakan dengan kendaraan pribadi dan mengakomodasi pergerakan dari arah Kopo,
  Cimahi, dan Kabupaten Bandung B t
  Ci hi d K b t B d              Barat
                                                                              • Konsep
                                                                                pengembangan
                                                                                monorell di
                                                                                bagian timur
                                                                                Kota Bandung
                                                                                bertujuan
                                                                                meningkatkan
                                                                                p g
                                                                                pergerakan ke
                                                                                arah timur dan
                                                                                meningkatkan
                                                                                pergerakan
                                                                                internal bagian
                                                                                timur Kota
                                                                                Bandung
sistem transportasi



 Pengembangan monorail untuk pergerakan internal kota




                                                                      53



                                                        sistem transportasi




• Peningkatan fungsi jalan jalan yang menghubungkan ke arah
                     jalan-jalan
  pusat WP dan pusat primer

• Pengembangan strategi manajemen permintaan transportasi:
   – Road pricing di kawasan CBD
           p     g
   – Park and ride di kawasan CBD
   – Pedestrian way




                                                                      54
Alternatif Manajemen Sistem Kegiatan
(Guna Lahan)

•   Perwujudan pola ruang kota yang mengutamakan penatagunaan lahan campuran,
    khususnya di kawasan-kawasan primer maupun sekunder semakin mixed uses
    semakin efisien pergerakan
•   Pembatasan fungsi-fungsi kegiatan yang meningkatkan jumlah bangkitan dan
    tarikan pergerakan tinggi pada zona-zona pergerakan (kelurahan) yang memiliki
    jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan tinggi yaitu:
                                            tinggi,
     –   Kecamatan Batununggal
     –   Kecamatan Kiaracondong
     –   Kecamatan Ujungberung
     –   Kecamatan Sukajadi
     –   Kecamatan Cibiru
     –   Kecamatan Arcamanik
     –   Kecamatan Bandungkidul
     –   Kecamatan Margacinta
     –   Kecamatan Cicadas




Rencana P
R       Pengembangan St t i TDM
              b      Strategi
         •   Penetapan Tarif Parkir Progresif pada kawasan komersial, terutama di jalan:
              •   Oto Iskandardinata
              •   Dewi Sartika
              •   Pungkur
              •   Jend. Ahmad Yani
              •   Lengkong Kecil
              •   Gardu Jati
              •   ABC
              •   Banceuy
              •   Naripan
              •   Karapitan
              •   Dalem Kaum
              •   Kepatihan
              •   Cikapundung Barat
                      p      g
              •   Cikapundung Timur
              •   Astana Anyar
              •   Suniaraja
              •   Kebon Jati
         •   Pengembangan road pricing di jalan sekitar pusat kota, seperti jalan:
              •   Sudirman
              •   Asia Afrika
              •   Dalem Kaum
              •   Cibadak
              •   Karang Anyar
              •   Kepatihan
              •   Dewi Sartika
Rencana P
R       Pengembangan B d
              b      Bandara Ud
                             Udara
 • Penambahan penerbangan internasional yaitu:
                          internasional,
    –   Rute Bandung – Singapura oleh Garuda Indonesia
    –   Rute Bandung – Bangkok – Singapura oleh Air Asia
    –   Rute Bandung – Singapura oleh Silk Air
    –   Rute Bandung – Kualalumpur oleh Malaysian Airlines
                   g           p               y
 • Perpanjangan runway dan pemangkasan Gunung
   Bohong untuk optimalisasi operasional p
         g         p            p          penerbangan.
                                                    g
   Pemangkasan Gunung Bohong dimaksudkan untuk
   menambah faktor keselamatan operasi penerbangan,
   terutama pada kondisi cuaca b k seperti cuaca
   t t         d k di i          buruk       ti
   berkabut atau terjadi angin pada arah tegak lurus arah
   pesawat (crosswind). Volume tanah yang akan
           (crosswind)
   dipangkas diperkirakan sekitar ± 1,24 juta m3.




  5.3b Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan
Kebutuhan Energi Listrik per Sektor di Kota Bandung
                 g          p                        g
                                      Kebutuhan
                         Rasio                  Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
             Jumlah                     Listrik
  Tahun                  Elektri-                 Listrik   Listrik   Listrik   Listrik Listrik Lain-      Total
            Penduduk                   Rumah
                          fikasi
                          fik i                   Sosial
                                                  S i l     Bisnis
                                                            Bi i      Publik
                                                                      P blik   Industri
                                                                               I d ti        llain
                                                                                                i
                                       Tangga
2010           2824642         71,3   1.176.158   102.428      656.953    77.704    1.486.975   42.384   3.542.603
2011           2888076         73,3   1.236.304   107.666      690.548    81.678    1.563.016   44.552   3.723.764
2012           2951510         75,3   1.297.932   113.033      724.971    85.749    1.640.930   46.772   3.909.388
2013           3014944         77,3   1.361.042   118.529      760.222    89.919    1.720.717   49.047   4.099.475
2014           3078378         79,3   1.425.634   124.154      796.300    94.186    1.802.378   51.374   4.294.026
2015           3141812         81,3   1.491.707   129.908      833.206    98.551    1.885.912   53.755   4.493.040
2016           3205246         83,3   1.559.262   135.792      870.939   103.014    1.971.320   56.190   4.696.517
2017           3268680         85,3   1.628.299   141.804      909.501   107.575    2.058.601   58.677   4.904.458
2018           3332114         87,3   1.698.818   147.945      948.890   112.234    2.147.755   61.219   5.116.861
2019           3395548         89,3   1.770.819   154.215      989.106   116.991    2.238.783   63.813   5.333.728
2020           3458982         91,3   1.844.302   160.615    1.030.150   121.846    2.331.685   66.461   5.555.058
2021           3522416         93,3   1.919.266   167.143    1.072.022   126.798    2.426.459   69.163   5.780.852
2022           3585850         95,3   1.995.712   173.801    1.114.722   131.849    2.523.107   71.918   6.011.108
2023           3649284         97,3   2.073.640   180.587    1.158.249   136.997    2.621.629   74.726   6.245.828
2024           3712718         99,3   2.153.050   187.503    1.202.604   142.244    2.722.024   77.587   6.485.012
2025           3776152         100    2.205.273
                                      2 205 273   192.051
                                                  192 051    1.231.774
                                                             1 231 774   145.694
                                                                         145 694    2.788.048
                                                                                    2 788 048   79.469
                                                                                                79 469   6.642.308
                                                                                                         6 642 308
2026           3839586          100   2.242.318   195.277    1.252.466   148.141    2.834.883   80.804   6.753.889
2027           3903020          100   2.279.364   198.503    1.273.158   150.589    2.881.718   82.139   6.865.471
2028           3966454          100   2.316.409   201.729    1.293.850   153.036    2.928.553   83.474   6.977.052

2029          4029888          100    2.353.455 204.956     1.314.542    155.483   2.975.389    84.809   7.088.634

2030          4093322          100    2.390.500 208.182     1.335.234    157.931   3.022.224    86.144   7.200.215




          Solusi untuk skala makro (terkait dengan kurangnya supply energi listrik pada
          jjaringan iinterkoneksii J
              i        t k k Jawa-Bali ) d l h
                                     B li )adalah:
          • Mencari alternatif sumber energi baru, seperti air dan angin
          • Pengehematan pemakaian listrik
                  g            p

          Persoalan mikro:
          • Tid k meratanya di t ib i d
            Tidak       t     distribusi daya di setiap b i k t sehingga t d t area
                                                    ti bagian kota, hi        terdapat
            yang surplus dan ada pula yang defisit.
          • Tidak efisiennya p gg
                          y penggunaan kabel dan g      gardu
          • Saluran jaringan listrik seringkali bersinggungan dengan jaringan-jaringan
            prasarana lain
          • L bih sulitnya proses k t l d pemeliharaan t h d k lit jjaringan
            Lebih lit               kontrol dan       lih     terhadap kualitas i

          Solusi untuk skala mikro:
          • Perlu adanya rencana tata ruang yang konsisten yang dapat dijadikan acuan oleh
            instansi sektoral,
          • I t i sektorall h
            Instansi kt        harus memperhatikan rencana t t ruang d l pengembangan
                                           h tik           tata      dalam         b
            prasarana.
Kebutuhan G
            K b t h Gas di K t Bandung
                           Kota B d
                                 Rasio
                                              Jumlah Rumah
 Tahun   Jumlah Penduduk      Pemakaian Gas                      Kebutuhan Gas (kg)
                                                 Tangga
                                                 T
                                  (%)
 2010             2.824.642        50                1.412.321         728.018.144.724
 2011             2.888.076        50                1.444.038         744.367.509.703
 2012             2.951.510
                  2 951 510        50                1.475.755
                                                     1 475 755         760.716.874.682
                                                                       760 716 874 682
 2013             3.014.944        50                1.507.472         777.066.239.661
 2014             3.078.378        50                1.539.189         793.415.604.640
 2015             3.141.812        50                1.570.906         809.764.969.618
 2016             3.205.246        70                2.243.672       1.156.560.068.436
 2017             3.268.680        70                2.288.076       1.179.449.179.406
 2018             3.332.114        70                2.332.480       1.202.338.290.377
 2019             3.395.548        70                2.376.884       1.225.227.401.347
 2020             3.458.982        70                2.421.287       1.248.116.512.317
 2021             3.522.416        70                2.465.691       1.271.005.623.288
 2022             3.585.850        80                2.868.680       1.478.736.839.152
 2023             3.649.284        80                2.919.427       1.504.895.823.118
 2024             3.712.718        80                2.970.174       1.531.054.807.084
 2025             3.776.152        80                3.020.922       1.557.213.791.050
 2026             3.839.586        80                3.071.669       1.583.372.775.016
 2027             3.903.020        80                3.122.416       1.609.531.758.982
 2028             3.966.454        80                3.173.163       1.635.690.742.948
 2029            4.029.888         80               3.223.910      1.661.849.726.915
 2030            4.093.322         80               3.274.658      1.688.008.710.881




5.3c Sistem Jaringan Telekomunikasi
Kebutuhan Jumlah Sambungan Telepon, Telepon Umum, dan STO di Kota Bandung
                   Jumlah         Kebutuhan
                                                   Kebutuhan     Kebutuhan STO Kebutuhan STO
       Tahun      Penduduk          Jumlah
                                                 Telepon Umum       (maks)         (min)
                    (Jiwa)        Sambungan
       2010           2.824.642         470774           11299             942           282
       2011           2.888.076
                      2 888 076         481346           11552             963           289
       2012           2.951.510         491918           11806             984           295
       2013           3.014.944         502491           12060            1005           301
       2014           3.078.378         513063           12314            1026           308
       2015           3.141.812
                      3 141 812         523635           12567            1047           314
       2016           3.205.246         534208           12821            1068           321
       2017           3.268.680         544780           13075            1090           327
       2018           3.332.114         555352           13328            1111           333
       2019           3.395.548
                      3 395 548         565925           13582            1132           340
       2020           3.458.982         576497           13836            1153           346
       2021           3.522.416         587069           14090            1174           352
       2022           3.585.850         597642           14343            1195           359
       2023           3.649.284         608214           14597            1216           365
       2024           3.712.718         618786           14851            1238           371
       2025           3.776.152         629359           15105            1259           378
       2026           3.839.586         639931           15358            1280           384
       2027           3.903.020         650503           15612            1301           390
       2028           3.966.454         661076           15866            1322           397
       2029          4.029.888         671648           16120             1343           403
       2030          4.093.322         682220           16373             1364           409




               5.3d
               5 3d Sistem Jaringan Prasarana
                       Sumber Daya Air
Program pelestarian sumberdaya air meliputi:
• Pelestarian sumber mata air dan konservasi
  daerah resapan air
                  air.
• Penertiban sumber air yang berasal dari sumber air
                        y g
  tanah dalam, terutama yang digunakan oleh
  industri.
  industri




      5.3e Sistem Penyediaan Air Bersih
Permasalahan Jaringan Air Bersih
P      l h J i        Ai B ih




 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
                                                air bersih
         Jumlah Penduduk
 Tahun Menurut Proyeksi (jiwa)   l/orang/hari       l/hari     l/detik
 2009       2,761,184                120         331,342,080   3,835
 2010       2,824,616                120         338,953,920   3,923
  2011      2,888,048
            2 888 048                 120        346,565,760
                                                 346 565 760   4,011
                                                               4 011
 2012       2,951,480                120         354,177,600   4,099
 2013       3,014,912                120         361,789,440   4,187
 2014       3,078,344                120         369,401,280   4,275
 2015       3,141,776
            3 141 776                 125        392,722,000
                                                 392 722 000   4,545
                                                               4 545
 2016       3,205,208                125         400,651,000   4,637
 2017       3,268,640                125         408,580,000   4,729
 2018       3,332,072                125         416,509,000   4,821
 2019       3,395,504
            3 395 504                 125        424,438,000
                                                 424 438 000   4,912
                                                               4 912
 2020       3,458,936                130         449,661,680   5,204
 2021       3,522,368                130         457,907,840   5,300
 2022       3,585,800                130         466,154,000   5,395
 2023       3,649,232                130         474,400,160   5,491
 2024       3,712,664                130         482,646,320   5,586
 2025       3,776,096                140         528,653,440   6,119
 2026       3,839,528                140         537,533,920   6,221
 2027       3,902,960                140         546,414,400   6,324
 2028       3,966,392                140         555,294,880   6,427
 2029       4,029,824                140         564,175,360   6,530
 2030        4,093,256              145         593,522,120 6,869
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
               P    k i K b t h Ai B ih
                                                        Jumlah Kebutuhan Air Bersih (l/detik)
          No
          N         Jenis Fasilitas
                    J i F ilit
                                                2009             2030              2009           2030
          1             Domestik                                                   3,835          6,869
          2          Non-Domestik
                 Fasilitas Pendidikan            159              345
                 Fasilitas Peribadatan           51               51
                  Fasilitas Kesehatan            74               84
                Fasilitas Perekonomian            8                8
                  Fasilitas Pariwisata            44               49
                   fasilitas olah raga            3                3
                 Fasilitas Perkantoran           240              355
                  Total Non-Domestik                                                 579            896
                                       TOTAL                                       4,414
                                                                                   4 414         7,765
                                                                                                 7 765


                                                                                        Kekurangan
                                       Kebutuhan
                                       K b h                      Suplai
                                                                  S l i
               Tahun                                                                     pasokan air
                                       jumlah (l/dtk)          jumlah (l/dtk)          jumlah (l/detik)
               2007                       3,250                   2496                       754
               2009                       4,414
                                          4 414                   2496                      1,918
                                                                                            1 918
               2030                         7,765                 2496                      5,269




 Perencanaan Perbaikan Prasarana Air Bersih
 P           P b ik P            Ai B ih

Kurang Pasokan Air Baku

  Kondisi eksisting pelayanan pasokan air baku saat ini adalah :

                                                                            Potensi yang belum
          IPA                  Kapasitas                 Produksi             termanfaatkan
  Badak Singa                    1800                      1400                     400
  Miniplant ib
  Mi i l t cibereum               40                        40                       0
  Miniplant cipanjalu             20                        10                      10
  Miniplant cirateun              5                         2                        3
  Dago Pakar                     600                       600                       0
  Miniplant Dago
  Pakar                                60                    40                       20
  Sumur Air Dalam                     170                   130                       40
  Air Tanah/Sumur
  Bor                             500                       171                       329
                                  Total                                               802
Perencanaan Target Jangka Panjang Peningkatan
               g      g      j g       g
Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
        Alternatif Pemenuhan Air
               Bersih 2030                 l/detik
       Peningkatan kapasitas IPA
       Eksisting                            642
                           Sumber baru :
       IPA Cimenteng                       1100
       IPA di wilayah Gedebage
                  y         g              3300
       Peningkatan pemanfaatan air baku
         Mata air cikareo                    40
         Sungai Cikapundung                 600
         Sungai Cipanjalu                   30
                 Total
                 T t l                     5.712
                                           5 712
Program peningkatan pelayanan air bersih


 1. Pembuatan Masterplan Pelayanan Air Bersih Kota Bandung
 2. Peningkatan kapaistas air b ih d
 2 P i k t k         i t    i bersih dengan rehabilitasi intake Cikapundung, Mi i
                                               h bilit i i t k Cik      d      Mini
    Plant Dago Pakar, Mini Plant Cipanjalu, Mini Plant Cirateun, serta Pembuatan
    IPA Cimenteng dan IPA di daerah Gedebage.
 3.
 3 Memanfaatkan debit air S ngai Cikap nd ng mata air Cikareo dana
                            Sungai Cikapundung,              Cikareo, danau
    buatan Saguling serta rencana danau buatan di Kecamatan Cidadap untuk
    memenuhi kebutuhan air di wilayah Bandung Barat.
 4.
 4 Memanfaatkan sumber air baku danau buatan Gedebage dan Saguling
    dan/atau sumber air baku lainnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih
    untuk wilayah Bandung Timur.
 5.
 5 Penambahan sambungan baru untuk meningkatkan pelayanan air bersih   bersih.
 6. Memperbaiki jaringan pipa air bersih yang ada secara bertahap dan
    meningkatkan manajemen operasi dan pemeliharaan pelayanan air bersih.
 7. Mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta dan atau masyarakat
    dalam memperluas wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan air
    bersih.
5.3f Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota




               Permasalahan Air Limbah
               P      l h Ai Li b h
                     Rencana pengembangan program
                     R               b                 Air limbah yang masuk ke dalam inlet
                       pengelolaan air limbah kota      sering kali tercampur dengan limbah
                       bandung belum terintegrasi      industri yang berada di daerah sekitar
                                                          Bandung Selatan y g sengaja
                                                                   g         yang    g j
                                                         dibuang langsung ke dalam open
                                                                        channel
      Pemanfaatan saluran Air Kotor yang
           tersedia belum optimal
                           p
                                                                    Air limbah wilayah Bandung Barat
                                                                     belum tertangani secara optimal
       Kinerja IPAL Bojongsoang
             belum optimal
                                           PERMASALAHAN                    Pada musim kemarau,
                                            PENGOLAHAN                       volume air limbah
                                           AIR KOTOR KOTA                  mengalami penurunan
                                              BANDUNG                    sehingga debit pengolahan
Kapasitas IPAL Bojong Soang
 tidak mampu menampung                                                   menjadi tidak terpenuhi dan
   semua Ai Li b h K t
           Air Limbah Kota                                                membuat kolam bekerja
           Bndung                                                        mengolah limbah lebih lama
                                                                           dibandingkan dengan
                                                                                seharusnya.
Proyeksi Produksi Air Limbah
         P    k i P d k i Ai Li b h
Jumlah produksi air kotor Kota Bandung diasumsikan sebanyak 75% dari
kebutuhan air bersih.
                Jenis      Jumlah Kebutuhan Air   Jumlah Produksi Air Kotor
       No
               Fasilitas      Bersih (l/detik)            (l/detik)
                            2009        2030         2009         2030
        1      Domestik    3,835        6,869       2,876        5,152
                Non-
        2                   579          896         434          672
               Domestik
            TOTAL          4,414        7,765       3,310        5,824


Kapasitas pelayanan IPAL Bojong Soang hanya 936 (l/dtk), sedangkan pada tahun
2009 saja produksi air buangan Kota Bandung sudah mencapai 3310 l/dtk, oleh
   9 j p                   g               g                p 33    / ,
karena itu diperlukan pembuatan IPAL baru
Program pengembangan prasarana air limbah


1. Pembuatan masterplan Air Limbah Kota Bandung
2.
2 Revitalisasi IPAL Bojongsoang
3. Pengembangan pemasangan jaringan pipa air kotor diprioritaskan yang
   berlangganan air minum.
4.
4 Pengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik
   bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat dan
   diprioritaskan bagi daerah kumuh.
5. Pengembangan saluran air limbah, sambungan rumah, interseptor,
   serta pipa utama di wilayah Bandung Barat.
6. Pengendalian p
        g         pembuangan limbah secara langsung ke saluran terbuka
                           g                       g   g
   dan sungai.
7. Mewajibkan pembuatan Instalasi Pengolahan Limbah setempat untuk
   kegiatan industri, rumah sakit, hotel dan restoran sebelum dibuang ke
   badan perairan.




        5.3g Sistem Persampahan Kota
Permasalahan Sistem Persampahan
                                  p




           Proyeksi Timbulan Sampah
           P    k i Ti b l S      h
                                                                    Pelayanan    Jumlah
           jumlah          Timbulan            reduksi
                                                                       TPA      Terangkut
Tahun    penduduk           sampah                                                          Keterangan
                                                         jumlah
        hasil proyeksi    (liter/hari)   %                             %          l/hari
                                                         (l/hari)
2006     2,296,848       8,876,941.10     0                 0        49.43%     4,387,872    Eksisting
2007     2,329,929       9,022,340.00     0                 0        49.43%     4,459,743    Eksisting
2008     2,335,436
         2 335 436       9,100,057.80
                         9 100 057 80     0                 0        49.43%
                                                                     49 43%     4,498,159
                                                                                4 498 159    Eksisting
                         10,229,717.2
2009     2,761,208                        0                 0        49.43%     5,056,549    Eksisting
                               0
                         10,454,836.1
2010     2,824,642
          ,   ,                          10%         1,045,484
                                                      ,   ,          54.43%     5,121,511
                                                                                 ,   ,        Target
                                                                                                 g
                               0
                         12,783,784.8
2020     3,458,982                       30%         3,835,135       69.43%     6,213,047     Target
                               0
2030     4,093,322        15,275,468     50%         7,637,734       84.43%     6,448,539     Target



         Dengan menggunakan asumsi bahwa volume sampah yang terangkut ke TPA
         rata rata dari tahun 2010-2030 adalah tetap sebesar 5 928 m3/hari maka umur
         rata-rata      tah n 2010 2030                       5.928              m r
                            TPA sekarang adalah sekitar 1.7 tahun lagi.
Program Pengembangan Prasarana Persampahan



1.
1 Studi lokasi untuk implementasi pengelolaan sampah terpadu 3R skala kawasan
                                                                           kawasan.
2. Upaya reduksi melalui pengomposan, daur ulang dan pemilahan antara sampah
   organik dan non-organik dapat bekerjasama dengan pihak swasta.
3
3. Penyediaan tempat sa pa terpisah u u sa pa o ga
     e yed aa e pa sampah e p sa untuk sampah organik da non-organik d
                                                                dan o o ga      di
   lokasi-lokasi publik yang strategis, serta penyiapan sarana dan manajemen
   pengumpulan dan pengangkutan sampah secara terpisah.
4. Studi lanjutan mengenai kelayakan manajemen p g
            j          g         y             j     pengelolaan sampah Kota
                                                                    p
   Bandung.
5. Studi kelayakan lahan-lahan dan pembangunan TPS yang baru dan rehabilitasi
   TPS/kontainer yang rusak.
6. Optimalisasi manajemen dan operasional TPA-TPA Eksisting Kota Bandung.
7. Studi kelayakan lahan untuk TPA baru yang melayani sampah Kota Bandung
   dengan teknologi sanitary landfill.
8. Tindak lanjut dari studi kelayakan PLTSa pada aspek teknologi, sosial, dan kognitif.
5.3h Sistem Drainase Kota




Permasalahan Jaringan Drainase
Genangan Akibat saluran          drainase,
                 penanggulangan :
                 1.
                 1 Perbaikan kondisi fisik saluran
                 2. Pembuatan saluran baru
                 3. Penambahan fasilitas resapan di
                    sepanjang saluran
                      p j g




          Genangan Akibat banjir oleh sungai alternatif
                                      sungai,
          perbaikannya :
          1. Normalisasi sungai
          2. Perbaikan kawasan sepanjang bantaran
              sungai
                   i
          3. Pembanunan daerah resapan di sekitar
              sungai




Program pengembangan prasarana drainase

1. Membuat masterplan drainase Kota Bandung
2. Pembuatan saluran drainase tersier di sisi kiri kanan ruas jalan
                                                              j
   dipadukan dengan drainase sekunder dan utama pada tempat-
Perbaikan belum terlayani. Jaringan Drainase Pada
   tempat yang Prasarana
3. Perbaikan dan k i k R kapasitas d i
3 P b ik d L peningkatan k
              Lokasi Rawanit Gdrainase mikro, serta
                     i t        Genanganik       t
   pemeliharaan saluran drainase yang ada dari sampah dan
   sedimen.
4. Evaluasi dan pembangunan saluran drainase serta penyediaan
   fasilitas resapan dan penahan air hujan di kawasan banjir.
5. Penertiban jaringan utilitas lain yang menghambat fungsi drainase.
6. Rehabilitasi drainase makro, seperti pembersihan sungai dari
   sampah d sedimen, serta penertiban d
        h dan di        t       tib daerah b t
                                         h bantaran sungai.
                                                         i
5.3i Penyediaan dan Pemanfaatan
       Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan
                   Pejalan Kaki




                   Penyediaan Fasilitas Pejalan
                   P    di    F ilit P j l
Kebutuhan dari pejalan kaki dipengaruhi oleh beberapa faktor penting:
• Pengaruh topografi di mana pejalan lebih memilih berjalan di area yang datar
   dari pada berbukit-bukit.
• The nature of local community, bahwa pejalan lebih banyak terjadi pada
   komunitas yang proporsi tersebarnya adalah golongan muda.
• Kepemilikan kendaraan. Mampu mengurangi jumlah pejalan kaki walaupun
                 kendaraan
   pada perjalanan pendek.
• Guna lahan, di mana mempengaruhi level of demand akibat tarikan aktivitas dari
   guna l h tersebut.
         lahan      b
• Quality of provision, jika kualitas dari fasilitas pejalan adalah baik maka demand
   akan bertambah.
• Keselamatan dan keamanan, bagi pejalan kaki yang dimaksud adalah
   kebebasan dari konflik dengan kendaraan bermotor, dari kejahatan dan resiko
   perjalanan (kh
      j l      (khususnya bagi orang tua dan wanita hamil) akibat keadaan fasilitas.
                           b i         t d           it h il) kib t k d       f ilit
Penyediaan fasilitas pejalan kaki harus mempertimbangkan:
P     di    f ilit     j l k ki h                ti b    k
• Karakteri Fisik, psikis dan kemampuan berjalan kaki.
• Kenyamanan (comfort) seperti pelindung terhadap cuaca, arkade, halte
                 (comfort),                           cuaca arkade
  angkutan umum dan sebagainya.
• Kenikmatan (convenience), seperti jarak berjalan, tanda tanda petunjuk
                                                    tanda-tanda
  dan sebagainya, yang membuat perjalanan menjadi lebih
  menyenangkan.
• Keselamatan (safety), yang disediakan dengan memisahkan pejalan
  dengan lalu lintas kendaraan, seperti mall dan kawasan bebas kendaraan
  lainnya dan sebagainya.
              sebagainya
• Keamanan (security), termasuk lampu lalu lintas, pandangan yang tidak
  terhalang ketika menyeberang dan tingkat atau tipe dari kegiatan jalan.
           g            y       g        g          p        g     j
• Aspek ekonomi yang berkaitan dengan biaya pengguna yang
  berhubungan dengan tundaan perjalanan dan ketidaknyamanan.




       Bentuk Penyediaan Fasilitas Pedestrian
                 y

  – F ilit utama, b
    Fasilitas t      berupa jalur untuk berjalan, yang dapat di buat
                             j l    t kb j l            d    t b t
    khusus sehingga terpisah dari jalur kendaraan, namun trotoar tidak
    termasuk ke dalam jenis ini.
                        j
  – Fasilitas penyeberangan yang diperlukan untuk mengatasi konflik
    dengan moda dan angkutan lainnya.
  – Fasilitas terminal untuk berhenti atau istirahat pejalan dapat berupa
    bangku-bangku, halte beratap atau fasilitas lainnya.
Komponen Fasilitas Pedestrian
     Fasilitas Pedestrian       Jalur Pedestrian: adalah              Trotoar: Jalur Pejalan Kaki yang terletak pada
                                lintasan yang                         Daerah Milik Jalan yang diberi lapisan permukaaan
                                diperuntukkan untuk                   dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan
                                berjalan kaki
                                b     l k k                           perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan
                                                                          k           l d          d                  d
                                                                      jalur lalu lintas kendaraan.
                                                                      Penyebrangan Penyebrangan zebra: fasilitas
                                                                      sebidang           penyeberanganan bagi pejalan kaki
                                                                                         sebidang yang dilengkapi marka
                                                                                         untuk memberi ketegasan/batas
                                                                                         dalam melakukan lintasan.
                                                                                         Penyebrangan pelikan: fasilitas
                                                                                         P       b        lik f ilit
                                                                                         untuk penyeberangi pejalan kaki
                                                                                         sebidang yang dilengkapi dengan
                                                                                         marka dan lampu pengatur lalu
                                                                                                       p p g
                                                                                         lintas.
                                                                      Penyebrangan Jembatan penyebrangan
                                                                      tidak sebidang Terowongan
                                Lapak tunggu: fasilitas untuk berhenti sementara pejalan kaki dalam melakukan
                                penyeberangan, Penyeberangan dapat berhenti sementara sambil menunggu
                                kesempatan melakukan penyeberangan berikutnya.
                                Rambu
                                Pagar pembatas
                                Marka jalan
                                Lampu penerangan
                                Pelindung/peneduh
                                P li d    /    d h




                  Bentuk Pengembangan Fasilitas Pejalan Kaki
No        Jenis Fasilitas                Fungsi/Kegunaan                                           Karakteristik
1      Trotoar              Berjalan di pinggir kendaraan               -    arah jelas
                                                                        -    lokasi di tepi jalan besar
                                                                        -    permukaan rata (maksimum 5%), lebar 1.5-2.0 m
                                                                        -    lebar sesuai dengan volume pejalan dan guna lahan
                                                                             sekitarnya
2      Jalur                Menghindarkan konflik dengan kendaraan      -    menyilang di atas jalan (berpotongan sebidang dengan
       Penyebrangan                                                          jalan), dilengkapi traffic light
                                                                        -    lebar 2.0-4.0 m
                                                                        -    frekuensinya tertentu
3      Plaza                Kegiatan santai dan berekreasi              -    bebas kendaraan
                                                                        -    ruang lapan
                                                                        -    lebar bervariasi
                                                                        -    ada fasilitas
4      Mall                 Tempat berjalan di kawasan perbelanjaan     -    terpisah dari jalur kendaraan
                                                                        -    di perkotaan
                                                                        -    plaza kecil
                                                                        -    lebar bervariasi
                                                                        -    ada fasilitas
5      Subway               Tempat berjalan yang menghubungkan          -    berupa terowongan di bawah tanah yang bermula dan
                            antar bangunan di bawah tanah atau               atau berakhir dalam gedung/bangunan
                            menuju bangunan (biasanya terminal)         -    dilengkapi dengan sirkulasi udara
                                                                        -    bebas lalu lintas
6      Skyway               Tempat berjalan yang menghubungkan          -    berupa jembatan penyebrangan antar bangunan
                            bangunan di atas tanah                      -    sirkulasi pejalan menerus
                                                                        -    bebas lalu lintas kendaraan
                                                                             b b l l li t k d
7      Arcade               Tempat berjalan yang menyusuri deretan      -    beratap awning/ beton yang berasal dari lahan komersial
                            jalan komersial                                  di sisinya
                                                                        -    jalur berupa trotoar dengan material yang biasanya bagus
8      Underpass            Tempat menyeberang jalur di bawah tanah -        berupa bangunan terowongan bawah tanah yang dapat
                            yang menghubungkan dua sisi jalan                dijangkau dari trotoar
                                                                    -        tidak ada moda angkutan lainnya
9      Overpass             Tempat menyeberang jalur lalu lintas di     -    berupa jembatan penyebrangan biasa
                            atas permukaan tanah yang                   -    sirkulasi pejalan dibatasi bangunan tangga
                            menghubungkan k d sisi j l
                                  h b   k kedua i i jalan
10     Path/gang            Jalan khusus untuk pejalan/kendaraan        -    dapat berada di antara gedung/bangunan (building
                            beroda dua untuk meminimalisasi jarak            envelope)
                            jangkauan pejalan                           -    dapat berupa jalan masuk/jalan dalam permukiman yang
                                                                             padat
Kebutuhan Ruang Gerak Minimum Pejalan
                                                         Kebutuhan Ruang
                   Posisi
                                                    Lebar                Luas
        1. Diam                                                         0,27 m2




        2.
        2 Bergerak                                                         1 08 m2
                                                                           1,08




        3. Bergerak membawa                                             1,35 - 1,62 m2
           barang



        4. Pengguna kursi roda                                             2,25 m2




       Faktor Penyesuaian Lebar Rintangan Tetap
                     Penghalang                            Perkiraan Lebar Pengosongan (cm)
Kelengkapan Jalan
Tiang lampu penerangan                                                 75-105
Kotak dan tiang lampu lalu lintas                                      90-120
Kotak pemadam dan alarm kebakaran                                      75-105
Hidran                                                                  75-90
Rambu lalu lintas                                                       60-75
Meter parkir                                                              60
Kotak surat (50cmx50cm)                                                96 111
                                                                       96-111
Telepon Umum (80cmx80cm)                                                 120
Kotak sampah                                                              90
Bangku taman                                                             150
Akses Bawah Tanah Fasilitas Umum
Pintu tangga kereta bawah tanah                                        165-210
Lubang garang ventilasi subway (dinaikan)                                180
Lubang garang ventilasi transformer vault (dinaikkan)                    180

Lansekap
Pohon                                                                  60-120
Kotak tanaman                                                           150
Penggunaan Komersial
Papan surat kabar                                                      120-390
Stan d
St pedagang (k ki li )
               (kaki lima)                                             Variabel
                                                                       V i b l
Bidang tampilan iklan                                                  Variabel
Bidang tampilan toko                                                   Variabel
Sidewalk cafe (meja dua baris)                                           210
Tonjolan Bangunan
Tiang/pilar                                                             75-90
Serambi                                                                 60-180
Pintu gudang bawah tanah                                               150-210
Sambungan standpipe                                                       30
Tiang awning
Ti         i                                                              75
Dok truk                                                               Variabel
Pintu masuk/keluar garasi                                              Variabel
Jalan untuk mobil                                                      Variabel
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung
20091231 seminar rtrw bandung

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTAPERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
joihot
 
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandungDraft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Ramadhani Pratama
 
Kab bombana 20_2008
Kab bombana 20_2008Kab bombana 20_2008
Kab bombana 20_2008
Achmad Wahid
 
Perda rtrw kab tangerang 2002
Perda  rtrw kab tangerang 2002Perda  rtrw kab tangerang 2002
Perda rtrw kab tangerang 2002
Virza Arizal
 

Mais procurados (20)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BojonegoroRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
 
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTAPERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
PERDA NO 1/2014 TTG RDTR DAN PERATURAN ZONASI DKI JAKARTA
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JombangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jombang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004
 
Kak rdtr kab.donggala
Kak rdtr kab.donggalaKak rdtr kab.donggala
Kak rdtr kab.donggala
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MedanRencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
 
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandungDraft raperda revisi rtrw kota bandung
Draft raperda revisi rtrw kota bandung
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BogorRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung TengahRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BatuRencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonosoboRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
 
Zone Regulation
Zone RegulationZone Regulation
Zone Regulation
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa BaratRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Peraturan Zonasi
 
Kab bombana 20_2008
Kab bombana 20_2008Kab bombana 20_2008
Kab bombana 20_2008
 
Perda rtrw kab tangerang 2002
Perda  rtrw kab tangerang 2002Perda  rtrw kab tangerang 2002
Perda rtrw kab tangerang 2002
 
Tinjauan Literatur Skripsi Penyusunan Peraturan Zonasi
Tinjauan Literatur Skripsi Penyusunan Peraturan ZonasiTinjauan Literatur Skripsi Penyusunan Peraturan Zonasi
Tinjauan Literatur Skripsi Penyusunan Peraturan Zonasi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
 

Destaque (10)

Model pengelolaan bantaran sungai perkotaan
Model pengelolaan bantaran sungai perkotaanModel pengelolaan bantaran sungai perkotaan
Model pengelolaan bantaran sungai perkotaan
 
Roadmap gerakan politik km itb
Roadmap gerakan politik km itbRoadmap gerakan politik km itb
Roadmap gerakan politik km itb
 
Media media ldk
Media media ldkMedia media ldk
Media media ldk
 
Syiar Media dan Komunitas
Syiar Media dan KomunitasSyiar Media dan Komunitas
Syiar Media dan Komunitas
 
Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003
 
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
(Upi) ko memberantas korupsi sebagai musuh bersama 250711
 
Rakornas Solo
Rakornas SoloRakornas Solo
Rakornas Solo
 
Analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro...
Analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro...Analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro...
Analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja industri mikro...
 
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
Lampiran raperda rtrw kota bandung (18.04.11)
 
23
2323
23
 

Semelhante a 20091231 seminar rtrw bandung

Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imbPerda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Ari Ri
 
Raperda Sampah Final
Raperda Sampah FinalRaperda Sampah Final
Raperda Sampah Final
guest13a28c
 
Ld perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumur
Ld perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumurLd perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumur
Ld perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumur
Mrj Iwan
 

Semelhante a 20091231 seminar rtrw bandung (20)

02.Tahun 2004.pdf
02.Tahun 2004.pdf02.Tahun 2004.pdf
02.Tahun 2004.pdf
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TemanggungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PekalonganRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
 
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028 Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
 
Rtrw
RtrwRtrw
Rtrw
 
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imbPerda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ProbolinggoRencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo
 
Raperda Sampah Final
Raperda Sampah FinalRaperda Sampah Final
Raperda Sampah Final
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten JeparaRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara
 
Bab 1 rev 02
Bab 1 rev 02Bab 1 rev 02
Bab 1 rev 02
 
Ld perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumur
Ld perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumurLd perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumur
Ld perda no. 8-rencana umum tata ruang kota sumur
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BimaRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota TegalRencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
 
Prov diy 2_2010
Prov diy 2_2010Prov diy 2_2010
Prov diy 2_2010
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten WonogiriRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok UtaraRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara
 

Mais de Ramadhani Pratama

Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di PerkotaanTata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Ramadhani Pratama
 
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etikaMahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Ramadhani Pratama
 
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
Ramadhani Pratama
 
Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011 Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011
Ramadhani Pratama
 
RUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fixRUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fix
Ramadhani Pratama
 

Mais de Ramadhani Pratama (8)

Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di PerkotaanTata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
Tata Kelola Bantaran Sungai di Perkotaan
 
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etikaMahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
Mahasiswa menyatakan dukungan terhadap sebuah entitas politik tinjauan etika
 
Iues 2012 essay form
Iues 2012 essay formIues 2012 essay form
Iues 2012 essay form
 
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
 
Draft RUU PT 4 April 2012
Draft RUU PT 4 April 2012Draft RUU PT 4 April 2012
Draft RUU PT 4 April 2012
 
Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011 Draft RUU PT 14 Desember 2011
Draft RUU PT 14 Desember 2011
 
RUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fixRUU PT 27 September 2011 fix
RUU PT 27 September 2011 fix
 
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
 

20091231 seminar rtrw bandung

  • 1. DAFTAR ISI 1. 1 Latar Belakang L t B l k 2. Identifikasi persoalan 3. Isu Strategis 4. Tujuan, Kebijakan & Strategi ujua , eb ja a St ateg 5. Rencana Struktur Ruang • Sistem Pusat Pelayanan Kota y • Rencana sistem prasarana (sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan prasarana sumber daya air kota sistem penyediaan bersih sistem kota, bersih, pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota, sistem drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki ruang evakuasi bencana) kaki, 6. Rencana Pola Ruang • Rencana pola ruang • Ruang terbuka hijau • Peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal
  • 2. 7. Penetapan Kawasan Strategis 8. 8 Arahan Pemanfaatan Ruang 9. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang LATAR BELAKANG 1
  • 3. Dasar H k m Hukum • Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Himpunan Lembaran Negara Tahun 1950). • Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043). • Undang-undang N U d d Nomor 11 T h Tahun 1974 t t tentang PPengairan (L b i (Lembaran N Negara T h Tahun 1974 NNomor 65 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046). • Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 04 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat Sanksi/Ancaman Pidana. S k i/A Pid • Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3358). • Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445). • Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470). • Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527). • Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529). • Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660). • Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776). • Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 14 Tahun 1998 tentang Bangunan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung. • Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851). 3851) • Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838). • Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 01 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembuatan, Perubahan, Pencabutan dan Pengundangan Peraturan Daerah. • Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3934). • Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi g g g p sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952). • Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Daerah Kota Bandung sebagai Daerah Otonom. • Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2001 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran • Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090). • Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran 1Negara Nomor 4146). • Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4156). • Undang-undang N U d d Nomor 28 T h Tahun 2002 t t tentang B Bangunan G d Gedung (L b (Lembaran N Negara T h Tahun 2002 NNomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247). Dasar H k D Hukum
  • 4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan • Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah • Undang undang Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444) • Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung • Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan • Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501). • Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 01 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara • Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan di Kota Bandung • Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2006 tentang g g Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung • Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (Rpjpd) Tahun 2005 – 2025. • Undang Undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah • Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); • Undang-undang Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan • Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup • Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Jalan Tol Dasar H k D Hukum Rujukan R j kan • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. • Peraturan Menteri Dalam Negeri 01/2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2008 tentang Pedoman perencanaan kawasan perkotaan • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota • Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara
  • 5. Profil Wilayah Kota Wila ah • Kota Bandung terletak dibagian tengah “Cekungan Bandung”, yang mempunyai dimensi luas 233.000 Ha dan dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km • Kota Bandung dalam sistem perkotaan Nasional ditetapkan sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Direncanakan sebagai kawasan budidaya. Dimana kawasan budi daya tersebut diuraikan ke dalam kawasan andalan yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis nasional . • Kota Bandung dalam sistem perkotaan RTRWP Jawa Barat termasuk ke dalam PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Kota Bandung ditetapkan sebagai bagian dari PKNp dengan kegiatan utama p p g g perdagangan dan j g g jasa, industri kreatif dan high- , g tech, pariwisata, dan transportasi • Pada tahun 2030 mendatang jumlah penduduk Kota Bandung (menurut proyeksi) akan mencapai 4.093.256 jiwa. • Potensi Bencana Alam: (1) Letusan Gunung Berapi, (2) Gempa, (3) Banjir dan (4) Kebakaran Profil Wilayah K t P fil Wil h Kota
  • 6. Potensi SDA: Air baku sebesar 802 l/detik kapasitas air bersih yang belum termanfaatkan t f tk Potensi yang belum IPA Kapasitas Produksi termanfaatkan Badak Singa 1800 1400 400 Miniplant cibereum 40 40 0 Miniplant i Mi i l t cipanjalu j l 20 10 10 Miniplant cirateun 5 2 3 Dago Pakar 600 600 0 Miniplant Dago Pakar 60 40 20 Sumur Air Dalam 170 130 40 Air Tanah/Sumur Bor / 500 171 329 Total 802 • Ekonomi kota: – Pada tahun P d t h 2002 nilai produktivitas ekonomi l h (b t ) K t B d il i d kti it k i lahan (bruto) Kota Bandung adalah R 126 d l h Rp.126 milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai Rp.307 milyar per km2. – Secara umum sektor ekonomi Kota Bandung terbagi menjadi 3 sektor yaitu sektor basis umum, ekonomi, ekonomi lokal dan sektor informal. – Sebagian besar penduduk Kota Bandung, lokal maupun pendatang, terlibat dalam sektor perdagangan baik formal maupun informal terutama sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). Profil Wilayah K t P fil Wil h Kota Isu Is Strategis Peran dan fungsi kota Muncul peran dan fungsi baru Kota Bandung sebagai kota kreatif (creative city) Struktur ruang kota Dengan proyeksi penduduk 20 tahun mendatang, sebesar 4 juta jiwa maka kebutuhan mendatang jiwa, pusat pelayanan akan bertambah baik pusat pelayanan kota maupun sub pusat pelayanan kota Pola ruang kota Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh Kota Bandung maka pengembangan kota diarahkan untuk menjadi kota yang kompak (compact city) yang dilengkapi dengan RTH sebesar 30% Pelestarian kawasan dan bangunan Ruang publikUntuk menjamin sejarah (masa lalu), serta identitas dan karakter kota, kawasan dan bangunan unik dan bersejarah perlu tetap dilestarikan Fasilitas publik Perkembangan p g penduduk y g p yang pesat membutuhkan p peningkatan ruang p g g publik ( (kuantitas dan kualitas)
  • 7. Sistem transportasi Kota yang berkelanjutan harus ditunjang pula dengan sistem transportasi yang berkelanjutan. Penyediaan sistem transportasi yang jelas, terarah, aman, nyaman dan terjangkau akan membuat ki j k i t sosial ekonomi masyarakat semakin d t j k k b t kinerja kegiatan i l k i k t ki baik, produktif dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka Kota Bandung harus menyediakan infrastruktur yang memadai bagi warganya. Penyediaan infrastuktur yang ramah lingkungan (green infrastucture), dan pengembangan pola kemitraan dalam penyediaan infrastruktur tersebut. Dengan kerterbatasan sumberdaya maka indikasi f program, prioritas, dan pembiayaannya harus jelas. Pengendalian pembangunan Untuk menjamin terwujudnya kualitas, kinerja dan tampilan kota yang direncanakan, maka harus tersedia prosedur dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang yang jelas, lengkap, efektif dan dilaksanakan dengan konsisten Kependudukan Pertumbuhan penduduk > daya dukung/ daya tampung kota Isu St t i I Strategis TUJUAN, TUJUAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI 4
  • 8. 4.1 Visi, Misi dan Tujuan Penataan Ruang Visi Pembangunan Kota Bandung adalah sebagaii ‘K t BERMARTABAT’ Vi i P b K t B d d l h b ‘Kota Untuk mewujudkan visi, maka arahan penataan ruang wilayah akan ditujukan untuk visi melaksanakan misi : 1. meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan religius 2. mengembangkan perekonomian kota yang berdaya saing 3. mengembangkan kehidupan sosial budaya kota y g kreatif, berkesadaran tinggi serta g g p y yang , gg berhati nurani 4. meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota 5. meningkatkan kinerja pemerintah kota yang efektif, efisien, akuntabel dan transparan 6. mengembangkan sistem pembiayaan kota terpadu (melalui pembiayaan pembangunan yang melibatkan pemerintah, swasta d masyarakat) lib tk i t h t dan k t) Tujuan Umum Penataan Ruang , adalah menciptakan ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan Tujuan Khusus Penataan Ruang Kota Bandung adalah : a) M i t k struktur ruang yang efektif d efisien d l ) Menciptakan t kt f ktif dan fi i dalam memberikan peayanan kepada masyarakat. b) Menyerasikan kawasan lindung dan budidaya yang seimbang dan berkelanjutan. c) Menyediakan pelayanan prasarana dan sarana kota yang merata dan berkualitas. d) Menyediakan ruang publik yang aman, nyaman dan efektif. e) Mengendalikan pemanfaatan ruang secara tegas dan teratah.
  • 9. 4.2. 4 2 Kebijakan Perencanaan Tata Ruang Kebijakan perencanaan tata ruang mencakup kebijakan struktur tata ruang, pola ruang pemanfaatan ruang, serta prasarana dan sarana kota. A. Struktur Tata Ruang A St kt T t R 1. Mengembangkan dua / tiga pusat pelayanan kota untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung Timur. 2. Membagi wilayah kota menjadi delapan subwilayah pengembangan (SWP), masing-masing dilayani oleh satu subpusat pelayanan kota . 3. Mengembangkan subpusat kota dan pusat-pusat lingkungan secara merata. 4. Menata fungsii d struktur jjaringan jjalan yang serasii d 4 M t f dan t kt i l dengan sebaran f b fungsii k i t primer d kegiatan i dan sekunder. 5. Mengembangkan sistem transportasi yang berbasis pada transportasi publik. 6. Mengarahkan perkembangan d memprioritaskan pengembangan k t k wilayah B d 6 M hk k b dan i it k b kota ke il h Bandung TiTimur (SWP Ujungberung dan Gedebage). 7. Mengendalikan pembangunan di wilayah Bandung barat 8. 8 Membatasi perkembangan di wilayah Bandung Utara Utara. B. Sistem Transportasi Kota Prasarana 1. Memelihara serta menegaskan kembali fungsi dan hirarki jalan; 2. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan, pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan; 3. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan; 4. Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta pembangunan terminal di batas kota g g p g dengan penetapan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang berbatasan; 5. Meningkatkan kapasitas pelayanan Bandara Husein Sastranegara sampai terbangun dan berfungsinya bandara pengganti; 6. Meningkatkan keamanan jaringan serta perlintasan rel kereta api. Angkutan Umum Mengembangkan sistem transportasi yang berbasis pada transportasi publik. g g p y g p p p
  • 10. Investasi Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi Kelembagaan Membentuk dewan transportasi kota untuk mengawasi dan mengendalikan sistem transportasi kota C. C Pola Pemanfaatan Ruang 1. Mengarahkan dan memprioritaskan perkembangan ke wilayah Bandung Timur; 2. Mengendalikan perkembangan di wilayah Bandung Barat; 3. Membatasi pembangunan di wilayah Bandung Utara. p g y g
  • 11. 4.3 Kebijakan Prasarana Kota 1. Kebijakan prasarana air baku dan air bersih. Pengembangan prasarana air baku dan air bersih dilakukan dengan mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau; serta peningkatan kualitas, kuantitas, dan efisiensi p y pelayanan air bersih. 2. Kebijakan prasarana air limbah. a. a Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana air limbah limbah. b. Meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah berbahaya. 3. Kebijakan 3 K bij k prasarana drainase adalah meningkatkan pelayanan prasarana d i d i d l h i k tk l drainase d l rangka dalam k mengatasi permasalahan banjir dan genangan. 4. 4 Kebijakan prasarana dan sarana persampahan adalah : • Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan. • Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah. 5. Kebijakan sarana pemadam kebakaran adalah mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana pemadam kebakaran kebakaran. 6. Kebijakan prasarana dan sarana energi dan telekomunikasi adalah meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan listrik dan telekomunikasi telekomunikasi. 7. Kebijakan fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah : a. a Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan kota dan lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya. b. Mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada. c. M Mengarahkan pengembangan f ilit sosiall dan fasilitas umum b skala k t d wilayah k hk b fasilitas i d f ilit baru k l kota dan il h ke wilayah Bandung Timur. d. Melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di seluruh wilayah kota. e. Menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum dan membatasi fasilitas yang sudah jenuh. f. Mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum. g p g g
  • 12. 4.4. Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan struktur tata ruang dan pola tata ruang, yaitu: 1. Menjabarkan dan menyusun tahapan dan prioritas program berdasarkan persoalan mendesak yang harus ditangani, serta antisipasi dan arahan pengembangan masa mendatang. g 2. Mendorong kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam penyediaan p y pelayanan kota dan p pembangunan kota. g 3. Menyusun mekanisme dan perangkat insentif untuk mendorong pengembangan kegiatan y g yang sesuai dengan rencana tata ruang. g g 4. Menyusun mekanisme dan perangkat disinsenitf untuk mengendalikan perkembangan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. g g 4.5. Kebijakan Pengendalian P 4 5 K bij k P d li Pemanfaatan R f t Ruang • Pengendalian pemanfaatan ruang mengacu kepada RTRWK, atau rencana yang lebih rinci ( (RDTRK) yang berlaku, dengan memperhatikan ketentuan, standar teknis, kelengkapan )y g g p g p prasarana, kualitas ruang, dan standar kinerja kegiatan yang ditetapkan. • Kebijakan pengendalian pemanfaatan ini meliputi kebijakan mekanisme perijinan perijinan, pengawasan dan penertiban.
  • 13. RENCANA STRUKTUR RUANG 5 5.1 Sistem P 5 1 Si t Pusat P l t Pelayanan K t Kota
  • 14. PUSAT KOTA Alun-Alun Gedebage Subpusat Wilayah Pengembangan WP WP Bojonagara Cibeunying WP WP Ujungberung 1 Uj b Ujungberung 2 Alun- Alun-Alun WP WP Gedebage Tegalega Karees WP Gedebage 1 WP Gedebage 2
  • 15. struktur ruang kota pengembangan pusat primer Gedebage stadion olahraga gedebage
  • 16. Pertimbangan: • 1 pusat pelayanan kota melayani 1-1,5 juta penduduk • 1 subpusat pelayanan kota melayani 480 000-500 000 penduduk 480.000 500.000 • Dari 6 subpusat pelayanan kota saat ini, Ujungberung dan Gedebage sudah hampir melewati batas pelayanan pelayanan. • Proyeksi penduduk 2029 mencapai 4.029.824 jiwa Rencana: Membagi Kota Bandung menjadi • 3 pusat pelayanan kota dengan 6 subpusat pelayanan kota, atau • 2 pusat pelayanan k t d t l kota dengan 8 subpusat pelayanan k t b t l kota (pemekaran dari Ujungberung dan Gedebage)
  • 17. Jumlah Subpusat Cakupan Penduduk Pelayanan Kota Hirarki Pusat Pelayanan (jiwa) 2008 2029 Pusat Pelayanan Kota 1.500.000 2 2 1.000.000 3 4 Subpusat Pelayanan 480.000 6 8 Kota Pusat Lingkungan 120.000 25 34 (Kecamatan) 5.2 Kegiatan Fungsional Kota Pusat Pelayanan Kota Subpusat Pelayanan Kota Pemerintahan • Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat • Pusat pemerintahan Kota Bandung ( (Kawasan Gedung Sate dan sekitarnya) g y ) ( (Kawasan Balai Kota Bandung dan g • Kawasan perkantoran Jl. Kawaluyaan sekitarnya) • Kawasan perkantoran Jl. Asia Afrika Hankam Komplek militer Kodam Siliwangi Komersial • Kawasan Alun-alun dan sekitarnya Kawasan komersial dan perdagangan eceran • Kawasan Cibaduyut di beberapa ruas jalan utama • Kawasan Cihampelas p • Kawasan Gedebage • Kawasan Factory Outlet Dago dan R.E.Martadinata • Kawasan Perdagangan Pasar Induk Caringin Pendidikan Kawasan pendidikan tinggi Jl. Ganesha, Dipatiukur, Tamansari, P.H.H.Mustofa Industri Komplek industri PT Dirgantara Indonesia, PT Kawasan industri kreatif f Pindad, sekitar Jl. Surapati-Cicaheum. Rekreasi Kawasan rekreasi Kebun Binatang Bandung dan Kawasan rekreasi Taman Lalu Lintas, Gasibu, Tahura Th Tegallega, P l t T ll Punclut Transportasi • Stasiun kereta api Kebon Kawung dan Gede Bage • Bandara Husein Sastranegara • Terminal Terpadu Gedebage
  • 18. Kegiatan Fungsional Kegiatan Fungsional • Pusat Pemerintahan • Kompleks Hankam • Industri (PT DI, Pindad) • Bandara Husein • Stasiun KA • Terminal • Kawasan Komersial Pusat Kota • Perdagangan Grosir • Perguruan Tinggi • R Rumah S kit h Sakit 5.3 Rencana Si t 53R Sistem Prasarana P
  • 19. 5.3a Sistem Transportasi Kota Konsep P K Perencanaan • Sistem Kegiatan – Mempertimbangkan konektivitas antar pusat-pusat kegiatan dalam konteks regional, seperti PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), d Wil h) dan PKL (P t Kegiatan Lokal) (Pusat K i t L k l) – Mempertimbangkan konektivitas antar pusat-pusat kegiatan dalam konteks internal kota, seperti pusat kegiatan fungsi primer dan fungsi sekunder g g g • Sistem Jaringan – Struktur jaringan primer yang menghubungkan menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal nasional, wilayah sampai ke pusat kegiatan lingkungan – Struktur jaringan sekunder yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai f ngsi primer f ngsi sek nder kesat f ngsi sek nder ang memp n ai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil
  • 20. Konsep P K Perencanaan • Si Sistem Pergerakan P k – Membatasi pergerakan dan penggunaan kendaraan pribadi ke arah pusat kota melaluii b b i strategii TDM (T l l berbagai t t (Transportation D t ti Demand Management) yang dM t) relevan, misalnya: • Park and Ride • Pricing/Tax • Pedestrian Zone • Parking Management pemberlakuan tarif parkir progresif di kawasan komersial pusat kota • Alternative mode Monorail – Mengarahkan pergerakan ke bagian timur Kota Bandung – Mengakomodasi pergerakan dari arah luar kota M Manajemen Si t j Sistem T Transportasi t i Intelligent transportation system Zonasi ruang Transit f ili i and services T i facilities d i Urban Design Penambahan atau Pelebaran jaringan jalan Mixed Use Restrukturisasi fungsi dan status jalan Densifikasi ruang (density) Pengaturan lalu lintas Sumber: Meyer and Miller, 2001 Miller Pricing, Tax Pricing Pergeseran waktu dan rute Parking management Pengadaan alternatif moda (Buspool, Carpool, dll) Park and ride Pedestrian zone
  • 21. Rencana St kt J i R Struktur Jaringan P i Primer • Prinsip pengembangan jaringan jalan Arteri Primer: – menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional (PKN) atau antara pusat kegiatan nasional (PKN) dengan pusat kegiatan wilayah (PKW) • Prinsip pengembangan jaringan jalan Kolektor Primer: – menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL) dan atau kawasan-kawasan berskala kecil Rencana Struktur Jaringan Primer g • Jalan arteri primer yang menghubungkan PKN Bandung dengan PKW Sumedang dan PKW PKL Cianjur Subang • Jalan kolektor primer yang menghubungkan PKN Bandung PKL dengan PKL Subang, PKL Cileunyi, Cileunyi y PKL Majalaya, PKL Ciparay, PKL Pengalengan, dan PKL Ci id P l d Ciwidey PKL PKL Majalaya Ciparay PKL PKL Pengalengan Ciwidey
  • 22. Rencana St kt J i R Struktur Jaringan P i Primer • PKN Bandung: Bandara Husein Sastranegara, Terminal Sastranegara Tipe A (Terminal Cicaheum, Terminal Leuwipanjang, dan Terminal GGedebage) dilalui oleh jalan arteri primer ) • Jadi, perlu restrukturisasi jaringan jalan arteri primer, yaitu: – Jalan Rajawali (Elang) dan Jalan L.U Abdurahman Saleh (Nurtanio) menuju bandara – Jalan Rumah Sakit dan Jalan Gedebage menuju Terminal Gedebage Rencana St kt J i R Struktur Jaringan P i Primer Koridor primer 2: Jalan Rajawali (Jalan Elang)-Jalan Nurtanio ang N rtanio yang mengakses Bandara H ssein Sastranegara Hussein Koridor primer 3: Jalan Sindanglaya-Jalan Ujung Berung- Jalan Cipadung yang mengakses ke Terminal Cicaheum Koridor primer 4: Jalan Rumah Sakit-Jalan Gedebage yang mengakses ke Terminal Gedebage Koridor primer 1: Jalan Cibeureum – Jalan Sudirman - Jalan Soekarno Hatta – Jalan Cibiru yang melintasi terminal Leuwi Panjang
  • 23. Rencana St kt J i R Struktur Jaringan S k d Sekunder • P i i pengembangan jjaringan jjalan A t i Prinsip b i l Arteri Sekunder: – menghubungkan : • kawasan primer dengan kawasan sekunder • antar kawasan sekunder • jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder • Prinsip pengembangan jaringan jalan Kolektor Sekunder: S k d – menghubungkan antar kawasan sekunder Rencana St kt J i R Struktur Jaringan S k d Sekunder
  • 24. Rencana P R Pengembangan T b Terminal i l • Prinsip pengembangan terminal tipe A – t l t k d l jjaringan t terletak dalam i trayek antar k t antar propinsii d / t angkutan llalu li t k t kota t i dan/atau k t l lintas batas negara; – terletak di jalan arteri; – jjarak antara d t i l penumpang ti A sekurang-kurangnya 20 k k t dua terminal tipe A, k k km; – luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 Ha untuk terminal. • Prinsip p g p pengembangan terminal tipe B g p – terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi; – terletak di jalan arteri atau kolektor; – jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km; – tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal. • Prinsip pengembangan terminal tipe C – terletak di dalam wilayah Kabupaten/Kota dan dalam jaringan trayek pedesaan; – terletak di jalan kolektor atau lokal; – tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan Rencana Pengembangan Terminal g g TB TC TC TA TC TB TC TC TB TC TB TA TA TB TC
  • 25. Rencana Struktur Jaringan Rel dan g Stasiun • Konsep Jaringan dan Stasiun – Mengakomodasi pergerakan dari berbagai arah luar kota bandung menuju pusat k t b d b d j t kota bandung d mendistribusikan dan di t ib ik pergerakan ke arah timur Kota Bandung – Meningkatkan pergerakan internal di bagian timur Kota Bandung – Membatasi penggunaan kendaraan pribadi di pusat kota melalui alternative mode: monorail – Menghubungkan pusat-pusat kegiatan primer dan sekunder secara optimal – Mengoptimalkan peran titik-titik stasiun eksisting sebagai pengumpul dan distribusi pergerakan Rencana Struktur Jaringan Rel dan g Stasiun Mengaktifkan kembali jaringan rel yang menghubungkan pusat kota dengan arah selatan Kota Bandung, yaitu jaringan rel dari arah Ciwidey ri Sa ng nju Ta r go an tin Ja NG G RA ng g KA uh UN on ko k LA te NG r nd ke e gu ng pa g ND ar m ae o ba pu LE ba DA di i da ac ah ek yo nc in de r ur do CA BA di ar ku m m m ro PA Ra Ha Ge An Ga Ki Ci Ci Ci Ci Ci CI t lo Ko uh k ye eu Da gp a y y en ra ala pa m aj Pa Ci M Jalur ganda : operasi Jalur tunggal : operasi an Jalur non-operasi non operasi ar nj Ba g an re So bu m Ja sir Pa y de wi Ci
  • 26. Rencana Sk R Skema J i Jaringan M Monorel l • Konsep pengembangan jaringan – Tipe straddle-beam dimana kereta berjalan di atas rel – Pada jalan yang minimal memiliki median jalan agar tidak mengganggu lalu lintas – Pada lebar jalan y g minimal mendukung lebar sepur ( j yang g p (track gauge) 1435 mm dan lebar monorail yaitu 3,14 m – Jarak antar tiang penyangga rel minimal 20 m • Konsep penetapan stasiun – Jarak antar stasiun berkisar antara 250 m s/d 1000 m, semakin banyak stasiun yang dikembangkan maka semakin banyak area pelayanan l – Terintegrasi dengan kawasan-kawasan permukiman – Stasiun utama berada di sekitar fungsi kegiatan primer dan sekunder kota Rencana Skema Jaringan Monorel g • Konsep pengembangan monorel di bagian barat Kota Bandung bertujuan membatasi pergerakan dengan kendaraan pribadi dan mengakomodasi pergerakan dari arah Kopo, Cimahi, dan Kabupaten Bandung B t Ci hi d K b t B d Barat • Konsep pengembangan monorell di bagian timur Kota Bandung bertujuan meningkatkan p g pergerakan ke arah timur dan meningkatkan pergerakan internal bagian timur Kota Bandung
  • 27. sistem transportasi Pengembangan monorail untuk pergerakan internal kota 53 sistem transportasi • Peningkatan fungsi jalan jalan yang menghubungkan ke arah jalan-jalan pusat WP dan pusat primer • Pengembangan strategi manajemen permintaan transportasi: – Road pricing di kawasan CBD p g – Park and ride di kawasan CBD – Pedestrian way 54
  • 28. Alternatif Manajemen Sistem Kegiatan (Guna Lahan) • Perwujudan pola ruang kota yang mengutamakan penatagunaan lahan campuran, khususnya di kawasan-kawasan primer maupun sekunder semakin mixed uses semakin efisien pergerakan • Pembatasan fungsi-fungsi kegiatan yang meningkatkan jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan tinggi pada zona-zona pergerakan (kelurahan) yang memiliki jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan tinggi yaitu: tinggi, – Kecamatan Batununggal – Kecamatan Kiaracondong – Kecamatan Ujungberung – Kecamatan Sukajadi – Kecamatan Cibiru – Kecamatan Arcamanik – Kecamatan Bandungkidul – Kecamatan Margacinta – Kecamatan Cicadas Rencana P R Pengembangan St t i TDM b Strategi • Penetapan Tarif Parkir Progresif pada kawasan komersial, terutama di jalan: • Oto Iskandardinata • Dewi Sartika • Pungkur • Jend. Ahmad Yani • Lengkong Kecil • Gardu Jati • ABC • Banceuy • Naripan • Karapitan • Dalem Kaum • Kepatihan • Cikapundung Barat p g • Cikapundung Timur • Astana Anyar • Suniaraja • Kebon Jati • Pengembangan road pricing di jalan sekitar pusat kota, seperti jalan: • Sudirman • Asia Afrika • Dalem Kaum • Cibadak • Karang Anyar • Kepatihan • Dewi Sartika
  • 29. Rencana P R Pengembangan B d b Bandara Ud Udara • Penambahan penerbangan internasional yaitu: internasional, – Rute Bandung – Singapura oleh Garuda Indonesia – Rute Bandung – Bangkok – Singapura oleh Air Asia – Rute Bandung – Singapura oleh Silk Air – Rute Bandung – Kualalumpur oleh Malaysian Airlines g p y • Perpanjangan runway dan pemangkasan Gunung Bohong untuk optimalisasi operasional p g p p penerbangan. g Pemangkasan Gunung Bohong dimaksudkan untuk menambah faktor keselamatan operasi penerbangan, terutama pada kondisi cuaca b k seperti cuaca t t d k di i buruk ti berkabut atau terjadi angin pada arah tegak lurus arah pesawat (crosswind). Volume tanah yang akan (crosswind) dipangkas diperkirakan sekitar ± 1,24 juta m3. 5.3b Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan
  • 30. Kebutuhan Energi Listrik per Sektor di Kota Bandung g p g Kebutuhan Rasio Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Jumlah Listrik Tahun Elektri- Listrik Listrik Listrik Listrik Listrik Lain- Total Penduduk Rumah fikasi fik i Sosial S i l Bisnis Bi i Publik P blik Industri I d ti llain i Tangga 2010 2824642 71,3 1.176.158 102.428 656.953 77.704 1.486.975 42.384 3.542.603 2011 2888076 73,3 1.236.304 107.666 690.548 81.678 1.563.016 44.552 3.723.764 2012 2951510 75,3 1.297.932 113.033 724.971 85.749 1.640.930 46.772 3.909.388 2013 3014944 77,3 1.361.042 118.529 760.222 89.919 1.720.717 49.047 4.099.475 2014 3078378 79,3 1.425.634 124.154 796.300 94.186 1.802.378 51.374 4.294.026 2015 3141812 81,3 1.491.707 129.908 833.206 98.551 1.885.912 53.755 4.493.040 2016 3205246 83,3 1.559.262 135.792 870.939 103.014 1.971.320 56.190 4.696.517 2017 3268680 85,3 1.628.299 141.804 909.501 107.575 2.058.601 58.677 4.904.458 2018 3332114 87,3 1.698.818 147.945 948.890 112.234 2.147.755 61.219 5.116.861 2019 3395548 89,3 1.770.819 154.215 989.106 116.991 2.238.783 63.813 5.333.728 2020 3458982 91,3 1.844.302 160.615 1.030.150 121.846 2.331.685 66.461 5.555.058 2021 3522416 93,3 1.919.266 167.143 1.072.022 126.798 2.426.459 69.163 5.780.852 2022 3585850 95,3 1.995.712 173.801 1.114.722 131.849 2.523.107 71.918 6.011.108 2023 3649284 97,3 2.073.640 180.587 1.158.249 136.997 2.621.629 74.726 6.245.828 2024 3712718 99,3 2.153.050 187.503 1.202.604 142.244 2.722.024 77.587 6.485.012 2025 3776152 100 2.205.273 2 205 273 192.051 192 051 1.231.774 1 231 774 145.694 145 694 2.788.048 2 788 048 79.469 79 469 6.642.308 6 642 308 2026 3839586 100 2.242.318 195.277 1.252.466 148.141 2.834.883 80.804 6.753.889 2027 3903020 100 2.279.364 198.503 1.273.158 150.589 2.881.718 82.139 6.865.471 2028 3966454 100 2.316.409 201.729 1.293.850 153.036 2.928.553 83.474 6.977.052 2029 4029888 100 2.353.455 204.956 1.314.542 155.483 2.975.389 84.809 7.088.634 2030 4093322 100 2.390.500 208.182 1.335.234 157.931 3.022.224 86.144 7.200.215 Solusi untuk skala makro (terkait dengan kurangnya supply energi listrik pada jjaringan iinterkoneksii J i t k k Jawa-Bali ) d l h B li )adalah: • Mencari alternatif sumber energi baru, seperti air dan angin • Pengehematan pemakaian listrik g p Persoalan mikro: • Tid k meratanya di t ib i d Tidak t distribusi daya di setiap b i k t sehingga t d t area ti bagian kota, hi terdapat yang surplus dan ada pula yang defisit. • Tidak efisiennya p gg y penggunaan kabel dan g gardu • Saluran jaringan listrik seringkali bersinggungan dengan jaringan-jaringan prasarana lain • L bih sulitnya proses k t l d pemeliharaan t h d k lit jjaringan Lebih lit kontrol dan lih terhadap kualitas i Solusi untuk skala mikro: • Perlu adanya rencana tata ruang yang konsisten yang dapat dijadikan acuan oleh instansi sektoral, • I t i sektorall h Instansi kt harus memperhatikan rencana t t ruang d l pengembangan h tik tata dalam b prasarana.
  • 31. Kebutuhan G K b t h Gas di K t Bandung Kota B d Rasio Jumlah Rumah Tahun Jumlah Penduduk Pemakaian Gas Kebutuhan Gas (kg) Tangga T (%) 2010 2.824.642 50 1.412.321 728.018.144.724 2011 2.888.076 50 1.444.038 744.367.509.703 2012 2.951.510 2 951 510 50 1.475.755 1 475 755 760.716.874.682 760 716 874 682 2013 3.014.944 50 1.507.472 777.066.239.661 2014 3.078.378 50 1.539.189 793.415.604.640 2015 3.141.812 50 1.570.906 809.764.969.618 2016 3.205.246 70 2.243.672 1.156.560.068.436 2017 3.268.680 70 2.288.076 1.179.449.179.406 2018 3.332.114 70 2.332.480 1.202.338.290.377 2019 3.395.548 70 2.376.884 1.225.227.401.347 2020 3.458.982 70 2.421.287 1.248.116.512.317 2021 3.522.416 70 2.465.691 1.271.005.623.288 2022 3.585.850 80 2.868.680 1.478.736.839.152 2023 3.649.284 80 2.919.427 1.504.895.823.118 2024 3.712.718 80 2.970.174 1.531.054.807.084 2025 3.776.152 80 3.020.922 1.557.213.791.050 2026 3.839.586 80 3.071.669 1.583.372.775.016 2027 3.903.020 80 3.122.416 1.609.531.758.982 2028 3.966.454 80 3.173.163 1.635.690.742.948 2029 4.029.888 80 3.223.910 1.661.849.726.915 2030 4.093.322 80 3.274.658 1.688.008.710.881 5.3c Sistem Jaringan Telekomunikasi
  • 32. Kebutuhan Jumlah Sambungan Telepon, Telepon Umum, dan STO di Kota Bandung Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan STO Kebutuhan STO Tahun Penduduk Jumlah Telepon Umum (maks) (min) (Jiwa) Sambungan 2010 2.824.642 470774 11299 942 282 2011 2.888.076 2 888 076 481346 11552 963 289 2012 2.951.510 491918 11806 984 295 2013 3.014.944 502491 12060 1005 301 2014 3.078.378 513063 12314 1026 308 2015 3.141.812 3 141 812 523635 12567 1047 314 2016 3.205.246 534208 12821 1068 321 2017 3.268.680 544780 13075 1090 327 2018 3.332.114 555352 13328 1111 333 2019 3.395.548 3 395 548 565925 13582 1132 340 2020 3.458.982 576497 13836 1153 346 2021 3.522.416 587069 14090 1174 352 2022 3.585.850 597642 14343 1195 359 2023 3.649.284 608214 14597 1216 365 2024 3.712.718 618786 14851 1238 371 2025 3.776.152 629359 15105 1259 378 2026 3.839.586 639931 15358 1280 384 2027 3.903.020 650503 15612 1301 390 2028 3.966.454 661076 15866 1322 397 2029 4.029.888 671648 16120 1343 403 2030 4.093.322 682220 16373 1364 409 5.3d 5 3d Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
  • 33. Program pelestarian sumberdaya air meliputi: • Pelestarian sumber mata air dan konservasi daerah resapan air air. • Penertiban sumber air yang berasal dari sumber air y g tanah dalam, terutama yang digunakan oleh industri. industri 5.3e Sistem Penyediaan Air Bersih
  • 34. Permasalahan Jaringan Air Bersih P l h J i Ai B ih Proyeksi Kebutuhan Air Bersih air bersih Jumlah Penduduk Tahun Menurut Proyeksi (jiwa) l/orang/hari l/hari l/detik 2009 2,761,184 120 331,342,080 3,835 2010 2,824,616 120 338,953,920 3,923 2011 2,888,048 2 888 048 120 346,565,760 346 565 760 4,011 4 011 2012 2,951,480 120 354,177,600 4,099 2013 3,014,912 120 361,789,440 4,187 2014 3,078,344 120 369,401,280 4,275 2015 3,141,776 3 141 776 125 392,722,000 392 722 000 4,545 4 545 2016 3,205,208 125 400,651,000 4,637 2017 3,268,640 125 408,580,000 4,729 2018 3,332,072 125 416,509,000 4,821 2019 3,395,504 3 395 504 125 424,438,000 424 438 000 4,912 4 912 2020 3,458,936 130 449,661,680 5,204 2021 3,522,368 130 457,907,840 5,300 2022 3,585,800 130 466,154,000 5,395 2023 3,649,232 130 474,400,160 5,491 2024 3,712,664 130 482,646,320 5,586 2025 3,776,096 140 528,653,440 6,119 2026 3,839,528 140 537,533,920 6,221 2027 3,902,960 140 546,414,400 6,324 2028 3,966,392 140 555,294,880 6,427 2029 4,029,824 140 564,175,360 6,530 2030 4,093,256 145 593,522,120 6,869
  • 35. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih P k i K b t h Ai B ih Jumlah Kebutuhan Air Bersih (l/detik) No N Jenis Fasilitas J i F ilit 2009 2030 2009 2030 1 Domestik 3,835 6,869 2 Non-Domestik Fasilitas Pendidikan 159 345 Fasilitas Peribadatan 51 51 Fasilitas Kesehatan 74 84 Fasilitas Perekonomian 8 8 Fasilitas Pariwisata 44 49 fasilitas olah raga 3 3 Fasilitas Perkantoran 240 355 Total Non-Domestik 579 896 TOTAL 4,414 4 414 7,765 7 765 Kekurangan Kebutuhan K b h Suplai S l i Tahun pasokan air jumlah (l/dtk) jumlah (l/dtk) jumlah (l/detik) 2007 3,250 2496 754 2009 4,414 4 414 2496 1,918 1 918 2030 7,765 2496 5,269 Perencanaan Perbaikan Prasarana Air Bersih P P b ik P Ai B ih Kurang Pasokan Air Baku Kondisi eksisting pelayanan pasokan air baku saat ini adalah : Potensi yang belum IPA Kapasitas Produksi termanfaatkan Badak Singa 1800 1400 400 Miniplant ib Mi i l t cibereum 40 40 0 Miniplant cipanjalu 20 10 10 Miniplant cirateun 5 2 3 Dago Pakar 600 600 0 Miniplant Dago Pakar 60 40 20 Sumur Air Dalam 170 130 40 Air Tanah/Sumur Bor 500 171 329 Total 802
  • 36. Perencanaan Target Jangka Panjang Peningkatan g g j g g Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Alternatif Pemenuhan Air Bersih 2030 l/detik Peningkatan kapasitas IPA Eksisting 642 Sumber baru : IPA Cimenteng 1100 IPA di wilayah Gedebage y g 3300 Peningkatan pemanfaatan air baku Mata air cikareo 40 Sungai Cikapundung 600 Sungai Cipanjalu 30 Total T t l 5.712 5 712
  • 37. Program peningkatan pelayanan air bersih 1. Pembuatan Masterplan Pelayanan Air Bersih Kota Bandung 2. Peningkatan kapaistas air b ih d 2 P i k t k i t i bersih dengan rehabilitasi intake Cikapundung, Mi i h bilit i i t k Cik d Mini Plant Dago Pakar, Mini Plant Cipanjalu, Mini Plant Cirateun, serta Pembuatan IPA Cimenteng dan IPA di daerah Gedebage. 3. 3 Memanfaatkan debit air S ngai Cikap nd ng mata air Cikareo dana Sungai Cikapundung, Cikareo, danau buatan Saguling serta rencana danau buatan di Kecamatan Cidadap untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah Bandung Barat. 4. 4 Memanfaatkan sumber air baku danau buatan Gedebage dan Saguling dan/atau sumber air baku lainnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk wilayah Bandung Timur. 5. 5 Penambahan sambungan baru untuk meningkatkan pelayanan air bersih bersih. 6. Memperbaiki jaringan pipa air bersih yang ada secara bertahap dan meningkatkan manajemen operasi dan pemeliharaan pelayanan air bersih. 7. Mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta dan atau masyarakat dalam memperluas wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan air bersih.
  • 38. 5.3f Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Permasalahan Air Limbah P l h Ai Li b h Rencana pengembangan program R b Air limbah yang masuk ke dalam inlet pengelolaan air limbah kota sering kali tercampur dengan limbah bandung belum terintegrasi industri yang berada di daerah sekitar Bandung Selatan y g sengaja g yang g j dibuang langsung ke dalam open channel Pemanfaatan saluran Air Kotor yang tersedia belum optimal p Air limbah wilayah Bandung Barat belum tertangani secara optimal Kinerja IPAL Bojongsoang belum optimal PERMASALAHAN Pada musim kemarau, PENGOLAHAN volume air limbah AIR KOTOR KOTA mengalami penurunan BANDUNG sehingga debit pengolahan Kapasitas IPAL Bojong Soang tidak mampu menampung menjadi tidak terpenuhi dan semua Ai Li b h K t Air Limbah Kota membuat kolam bekerja Bndung mengolah limbah lebih lama dibandingkan dengan seharusnya.
  • 39. Proyeksi Produksi Air Limbah P k i P d k i Ai Li b h Jumlah produksi air kotor Kota Bandung diasumsikan sebanyak 75% dari kebutuhan air bersih. Jenis Jumlah Kebutuhan Air Jumlah Produksi Air Kotor No Fasilitas Bersih (l/detik) (l/detik) 2009 2030 2009 2030 1 Domestik 3,835 6,869 2,876 5,152 Non- 2 579 896 434 672 Domestik TOTAL 4,414 7,765 3,310 5,824 Kapasitas pelayanan IPAL Bojong Soang hanya 936 (l/dtk), sedangkan pada tahun 2009 saja produksi air buangan Kota Bandung sudah mencapai 3310 l/dtk, oleh 9 j p g g p 33 / , karena itu diperlukan pembuatan IPAL baru
  • 40. Program pengembangan prasarana air limbah 1. Pembuatan masterplan Air Limbah Kota Bandung 2. 2 Revitalisasi IPAL Bojongsoang 3. Pengembangan pemasangan jaringan pipa air kotor diprioritaskan yang berlangganan air minum. 4. 4 Pengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat dan diprioritaskan bagi daerah kumuh. 5. Pengembangan saluran air limbah, sambungan rumah, interseptor, serta pipa utama di wilayah Bandung Barat. 6. Pengendalian p g pembuangan limbah secara langsung ke saluran terbuka g g g dan sungai. 7. Mewajibkan pembuatan Instalasi Pengolahan Limbah setempat untuk kegiatan industri, rumah sakit, hotel dan restoran sebelum dibuang ke badan perairan. 5.3g Sistem Persampahan Kota
  • 41. Permasalahan Sistem Persampahan p Proyeksi Timbulan Sampah P k i Ti b l S h Pelayanan Jumlah jumlah Timbulan reduksi TPA Terangkut Tahun penduduk sampah Keterangan jumlah hasil proyeksi (liter/hari) % % l/hari (l/hari) 2006 2,296,848 8,876,941.10 0 0 49.43% 4,387,872 Eksisting 2007 2,329,929 9,022,340.00 0 0 49.43% 4,459,743 Eksisting 2008 2,335,436 2 335 436 9,100,057.80 9 100 057 80 0 0 49.43% 49 43% 4,498,159 4 498 159 Eksisting 10,229,717.2 2009 2,761,208 0 0 49.43% 5,056,549 Eksisting 0 10,454,836.1 2010 2,824,642 , , 10% 1,045,484 , , 54.43% 5,121,511 , , Target g 0 12,783,784.8 2020 3,458,982 30% 3,835,135 69.43% 6,213,047 Target 0 2030 4,093,322 15,275,468 50% 7,637,734 84.43% 6,448,539 Target Dengan menggunakan asumsi bahwa volume sampah yang terangkut ke TPA rata rata dari tahun 2010-2030 adalah tetap sebesar 5 928 m3/hari maka umur rata-rata tah n 2010 2030 5.928 m r TPA sekarang adalah sekitar 1.7 tahun lagi.
  • 42. Program Pengembangan Prasarana Persampahan 1. 1 Studi lokasi untuk implementasi pengelolaan sampah terpadu 3R skala kawasan kawasan. 2. Upaya reduksi melalui pengomposan, daur ulang dan pemilahan antara sampah organik dan non-organik dapat bekerjasama dengan pihak swasta. 3 3. Penyediaan tempat sa pa terpisah u u sa pa o ga e yed aa e pa sampah e p sa untuk sampah organik da non-organik d dan o o ga di lokasi-lokasi publik yang strategis, serta penyiapan sarana dan manajemen pengumpulan dan pengangkutan sampah secara terpisah. 4. Studi lanjutan mengenai kelayakan manajemen p g j g y j pengelolaan sampah Kota p Bandung. 5. Studi kelayakan lahan-lahan dan pembangunan TPS yang baru dan rehabilitasi TPS/kontainer yang rusak. 6. Optimalisasi manajemen dan operasional TPA-TPA Eksisting Kota Bandung. 7. Studi kelayakan lahan untuk TPA baru yang melayani sampah Kota Bandung dengan teknologi sanitary landfill. 8. Tindak lanjut dari studi kelayakan PLTSa pada aspek teknologi, sosial, dan kognitif.
  • 43. 5.3h Sistem Drainase Kota Permasalahan Jaringan Drainase
  • 44. Genangan Akibat saluran drainase, penanggulangan : 1. 1 Perbaikan kondisi fisik saluran 2. Pembuatan saluran baru 3. Penambahan fasilitas resapan di sepanjang saluran p j g Genangan Akibat banjir oleh sungai alternatif sungai, perbaikannya : 1. Normalisasi sungai 2. Perbaikan kawasan sepanjang bantaran sungai i 3. Pembanunan daerah resapan di sekitar sungai Program pengembangan prasarana drainase 1. Membuat masterplan drainase Kota Bandung 2. Pembuatan saluran drainase tersier di sisi kiri kanan ruas jalan j dipadukan dengan drainase sekunder dan utama pada tempat- Perbaikan belum terlayani. Jaringan Drainase Pada tempat yang Prasarana 3. Perbaikan dan k i k R kapasitas d i 3 P b ik d L peningkatan k Lokasi Rawanit Gdrainase mikro, serta i t Genanganik t pemeliharaan saluran drainase yang ada dari sampah dan sedimen. 4. Evaluasi dan pembangunan saluran drainase serta penyediaan fasilitas resapan dan penahan air hujan di kawasan banjir. 5. Penertiban jaringan utilitas lain yang menghambat fungsi drainase. 6. Rehabilitasi drainase makro, seperti pembersihan sungai dari sampah d sedimen, serta penertiban d h dan di t tib daerah b t h bantaran sungai. i
  • 45. 5.3i Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan Pejalan Kaki Penyediaan Fasilitas Pejalan P di F ilit P j l Kebutuhan dari pejalan kaki dipengaruhi oleh beberapa faktor penting: • Pengaruh topografi di mana pejalan lebih memilih berjalan di area yang datar dari pada berbukit-bukit. • The nature of local community, bahwa pejalan lebih banyak terjadi pada komunitas yang proporsi tersebarnya adalah golongan muda. • Kepemilikan kendaraan. Mampu mengurangi jumlah pejalan kaki walaupun kendaraan pada perjalanan pendek. • Guna lahan, di mana mempengaruhi level of demand akibat tarikan aktivitas dari guna l h tersebut. lahan b • Quality of provision, jika kualitas dari fasilitas pejalan adalah baik maka demand akan bertambah. • Keselamatan dan keamanan, bagi pejalan kaki yang dimaksud adalah kebebasan dari konflik dengan kendaraan bermotor, dari kejahatan dan resiko perjalanan (kh j l (khususnya bagi orang tua dan wanita hamil) akibat keadaan fasilitas. b i t d it h il) kib t k d f ilit
  • 46. Penyediaan fasilitas pejalan kaki harus mempertimbangkan: P di f ilit j l k ki h ti b k • Karakteri Fisik, psikis dan kemampuan berjalan kaki. • Kenyamanan (comfort) seperti pelindung terhadap cuaca, arkade, halte (comfort), cuaca arkade angkutan umum dan sebagainya. • Kenikmatan (convenience), seperti jarak berjalan, tanda tanda petunjuk tanda-tanda dan sebagainya, yang membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. • Keselamatan (safety), yang disediakan dengan memisahkan pejalan dengan lalu lintas kendaraan, seperti mall dan kawasan bebas kendaraan lainnya dan sebagainya. sebagainya • Keamanan (security), termasuk lampu lalu lintas, pandangan yang tidak terhalang ketika menyeberang dan tingkat atau tipe dari kegiatan jalan. g y g g p g j • Aspek ekonomi yang berkaitan dengan biaya pengguna yang berhubungan dengan tundaan perjalanan dan ketidaknyamanan. Bentuk Penyediaan Fasilitas Pedestrian y – F ilit utama, b Fasilitas t berupa jalur untuk berjalan, yang dapat di buat j l t kb j l d t b t khusus sehingga terpisah dari jalur kendaraan, namun trotoar tidak termasuk ke dalam jenis ini. j – Fasilitas penyeberangan yang diperlukan untuk mengatasi konflik dengan moda dan angkutan lainnya. – Fasilitas terminal untuk berhenti atau istirahat pejalan dapat berupa bangku-bangku, halte beratap atau fasilitas lainnya.
  • 47. Komponen Fasilitas Pedestrian Fasilitas Pedestrian Jalur Pedestrian: adalah Trotoar: Jalur Pejalan Kaki yang terletak pada lintasan yang Daerah Milik Jalan yang diberi lapisan permukaaan diperuntukkan untuk dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan berjalan kaki b l k k perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan k l d d d jalur lalu lintas kendaraan. Penyebrangan Penyebrangan zebra: fasilitas sebidang penyeberanganan bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberi ketegasan/batas dalam melakukan lintasan. Penyebrangan pelikan: fasilitas P b lik f ilit untuk penyeberangi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi dengan marka dan lampu pengatur lalu p p g lintas. Penyebrangan Jembatan penyebrangan tidak sebidang Terowongan Lapak tunggu: fasilitas untuk berhenti sementara pejalan kaki dalam melakukan penyeberangan, Penyeberangan dapat berhenti sementara sambil menunggu kesempatan melakukan penyeberangan berikutnya. Rambu Pagar pembatas Marka jalan Lampu penerangan Pelindung/peneduh P li d / d h Bentuk Pengembangan Fasilitas Pejalan Kaki No Jenis Fasilitas Fungsi/Kegunaan Karakteristik 1 Trotoar Berjalan di pinggir kendaraan - arah jelas - lokasi di tepi jalan besar - permukaan rata (maksimum 5%), lebar 1.5-2.0 m - lebar sesuai dengan volume pejalan dan guna lahan sekitarnya 2 Jalur Menghindarkan konflik dengan kendaraan - menyilang di atas jalan (berpotongan sebidang dengan Penyebrangan jalan), dilengkapi traffic light - lebar 2.0-4.0 m - frekuensinya tertentu 3 Plaza Kegiatan santai dan berekreasi - bebas kendaraan - ruang lapan - lebar bervariasi - ada fasilitas 4 Mall Tempat berjalan di kawasan perbelanjaan - terpisah dari jalur kendaraan - di perkotaan - plaza kecil - lebar bervariasi - ada fasilitas 5 Subway Tempat berjalan yang menghubungkan - berupa terowongan di bawah tanah yang bermula dan antar bangunan di bawah tanah atau atau berakhir dalam gedung/bangunan menuju bangunan (biasanya terminal) - dilengkapi dengan sirkulasi udara - bebas lalu lintas 6 Skyway Tempat berjalan yang menghubungkan - berupa jembatan penyebrangan antar bangunan bangunan di atas tanah - sirkulasi pejalan menerus - bebas lalu lintas kendaraan b b l l li t k d 7 Arcade Tempat berjalan yang menyusuri deretan - beratap awning/ beton yang berasal dari lahan komersial jalan komersial di sisinya - jalur berupa trotoar dengan material yang biasanya bagus 8 Underpass Tempat menyeberang jalur di bawah tanah - berupa bangunan terowongan bawah tanah yang dapat yang menghubungkan dua sisi jalan dijangkau dari trotoar - tidak ada moda angkutan lainnya 9 Overpass Tempat menyeberang jalur lalu lintas di - berupa jembatan penyebrangan biasa atas permukaan tanah yang - sirkulasi pejalan dibatasi bangunan tangga menghubungkan k d sisi j l h b k kedua i i jalan 10 Path/gang Jalan khusus untuk pejalan/kendaraan - dapat berada di antara gedung/bangunan (building beroda dua untuk meminimalisasi jarak envelope) jangkauan pejalan - dapat berupa jalan masuk/jalan dalam permukiman yang padat
  • 48. Kebutuhan Ruang Gerak Minimum Pejalan Kebutuhan Ruang Posisi Lebar Luas 1. Diam 0,27 m2 2. 2 Bergerak 1 08 m2 1,08 3. Bergerak membawa 1,35 - 1,62 m2 barang 4. Pengguna kursi roda 2,25 m2 Faktor Penyesuaian Lebar Rintangan Tetap Penghalang Perkiraan Lebar Pengosongan (cm) Kelengkapan Jalan Tiang lampu penerangan 75-105 Kotak dan tiang lampu lalu lintas 90-120 Kotak pemadam dan alarm kebakaran 75-105 Hidran 75-90 Rambu lalu lintas 60-75 Meter parkir 60 Kotak surat (50cmx50cm) 96 111 96-111 Telepon Umum (80cmx80cm) 120 Kotak sampah 90 Bangku taman 150 Akses Bawah Tanah Fasilitas Umum Pintu tangga kereta bawah tanah 165-210 Lubang garang ventilasi subway (dinaikan) 180 Lubang garang ventilasi transformer vault (dinaikkan) 180 Lansekap Pohon 60-120 Kotak tanaman 150 Penggunaan Komersial Papan surat kabar 120-390 Stan d St pedagang (k ki li ) (kaki lima) Variabel V i b l Bidang tampilan iklan Variabel Bidang tampilan toko Variabel Sidewalk cafe (meja dua baris) 210 Tonjolan Bangunan Tiang/pilar 75-90 Serambi 60-180 Pintu gudang bawah tanah 150-210 Sambungan standpipe 30 Tiang awning Ti i 75 Dok truk Variabel Pintu masuk/keluar garasi Variabel Jalan untuk mobil Variabel