SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 36
Baixar para ler offline
0
EXTENDED MARKETING MIX SEBAGAI STRATEGI
MEMENANGKAN CERUK PASAR WISATAWAN SENIOR BAGI
DESTINASI PARIWISATA BALI
Oleh
I Gusti Bagus Rai Utama
(Tema Disertasi Ceruk Pasar Wisatawan Senior)
Program S3 Pariwisata, Universitas Udayana, BALI
1. Pendahuluan
Pemasaran bukanlah alat untuk mencapai tujuan, pemasaran adalah proses yang
berkelanjutan, yang berorientasi pada hubungan aktivitas yang saling terkait. Untuk
memulai proses pemasaran, pemasar harus mengetahui apa yang diinginkan oleh
konsumen, umumnya dapat diketahui melalui riset pemasaran, dan mengembangkan
produk yang tepat. Pemasar kemudian harus menginformasikan kepada pelanggan
tentang produknya melalui promosi. Setelah produk tersebut telah dijual atau pemesanan
telah dibuat, tujuannya harus untuk memuaskan pelanggan.
Prinsip-prinsip inti dari pemasaran meliputi pendekatan pemasaran yang
berorientasi, segmentasi pasar, bauran pemasaran dan siklus hidup produk, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: Bauran pemasaran mengacu pada berbagai komponen atau
instrumen yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen. Pada pengenalan
bauran pemasaran tradisional, yang terdiri dari empat Ps: yakni Product, Price, Place dan
Promotion, membentuk faktor-faktor keputusan kunci dalam setiap rencana pemasaran.
Tiga Ps tambahan yang merupakan faktor keputusan penting di bidang pariwisata, yaitu
People, Physical evidence dan Process juga akan perhatian yang cukup penting.
Prinsip penting terakhir yang akan dibahas adalah siklus hidup produk, yang
menunjukkan bahwa semua produk melewati berbagai tahap kehidupan yaitu,
pengenalan, pertumbuhan, kematangan dan penurunan. Pemasaran tradisional telah
difokuskan pada pelanggan eksternal, tetapi menerapkan prinsip-prinsip yang sama
kepada karyawan perusahaan (pemasaran internal), yang menjadi semakin penting untuk
1
ditekankan. Pemasar semakin menyadari pentingnya hubungan kegiatan manajemen dan
menunjukkan perhatian yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan.
1.1. Peran pemasaran
Menurut Middleton, (1994: 17) mengatakan bahwa dalam pemasaran pariwisata
terdapat lima elemen yang dilibatkan secara bersama-sama; elemen tersebut adalah
elemen permintaan “market demand”, element biro berjalanan “travel organizers”,
elemen lembaga-lembaga pariwisata pada destinasi “destination organizers”, elemen
penawaran “product supply”, dan elemen fisik aksesibilitas. Kelima elemen tersebut
sering disebut dengan marketing dalam konteks pemasaran destinasi pariwisata. Seperti
tampak pada Gambar 1 dibawah ini.
“Marketing brings the five major sectors of the tourism industry together, namely
the market demand in the area of origin, the product supply at the destination, the
transportation or physical access to destinations, the distribution organisations,
and travel organisers, Marketing influences visitors’ demands, but not all visitors
are influenced by marketing activities. (Middleton, 1994: 17).
2
Gambar. 1. Link Antara Permintaan Dan Penawaran, Dan Pengaruhnya Pada Pemasaran
Pada Gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa pemasaran berpengaruh pada
tuntutan wisatawan, tetapi tidak semua wisatawan yang dipengaruhi oleh kegiatan
pemasaran. Misalnya, wisatawan domestik yang melakukan perjalanan dengan mobil
pribadi dan yang tinggal dengan teman dan kerabat tidak mungkin dipengaruhi oleh
pemasaran. Pemasaran terdiri dari unsur-unsur berikut: sikap dan keputusan pelanggan
(target pasar) tentang utilitas yang dirasakan dan nilai barang dan jasa yang tersedia,
sesuai dengan kebutuhan mereka, keinginan, minat dan kemampuan untuk membayar.
Hal ini juga terdiri dari sikap dan keputusan tentang produksi produsen barang dan jasa
untuk dijual, dalam konteks lingkungan bisnis mereka dan tujuan jangka panjang.
Terakhir itu termasuk cara-cara di mana produsen berkomunikasi dengan pelanggan,
sebelum, selama dan setelah titik penjualan, dan mendistribusikan atau menyediakan
akses ke produk mereka (Middleton, 1994: 17).
Tidak ada harmoni otomatis antara apa yang pelanggan inginkan dengan
kesediaan mereka membayar dan dengan apa yang produsen mampu sediakan atau
3
hasilkan. Dalam prakteknya ada ketegangan yang biasanya terus antara kebutuhan
produsen untuk keuntungan dan efisiensi penggunaan aset, dan pencarian konsumen
untuk sebuah nilai dan kepuasan. Manajer pemasaran seringkali harus menggunakan
pertimbangan dalam menyeimbangkan kebutuhan para pihak yang bertentangan, dan
melakukannya dengan pengetahuan yang tidak tepat tentang pelanggan mereka, dan
tentang keputusan produsen lain pemasaran produk yang kompetitif. Semakin baik
keseimbangan antara kepentingan kedua belah pihak, semakin kecil pengeluaran
pemasaran yang diperlukan sebagai proporsi dari pendapatan penjualan. Sebagai contoh,
jika operator telah dirancang secara akurat, harga dan kapasitas dinilai, penjualan akan
tercapai dengan biaya promosi yang relatif rendah (Middleton, 1994: 18). Pemasaran
adalah kegiatan yang sistematis dan serius yang diawali dengan rencana dan mengambil
tindakan yang mendapatkan lebih banyak orang untuk membeli lebih banyak produk
pemasok, lebih sering dan pada harga yang lebih tinggi, sehingga lebih banyak uang
dihasilkan (Zyman, 1999: 6). Pemasaran bukanlah tentang membuat desain; memiliki
desain hanya berarti bahwa orang tahu siapa anda, tetapi tidak memotivasi mereka untuk
melakukan apapun (Zyman, 1999: 20).
1.2. Pemasaran jasa
Karena produk pariwisata tersebut tidak dapat dipasarkan dengan cara yang persis
sama seperti produk manufaktur, sejak pembelian daripadanya tidak memberikan
kepemilikan item fisik yang dapat digunakan atau dikonsumsi pada pilihan pemilik waktu
dan tempat. Produksi dan konsumsi terjadi di lokasi produsen, dan konsumen harus hadir
di lokasi yang tetap untuk mengakses kapasitas. Tidak ada distribusi fisik produk
pariwisata dan perhotelan dan distributor membawa pelanggan dan penawaran bersama-
sama, yang umumnya berupa komponen independen dari produk pariwisata secara total.
Variasi dalam jangkauan, dan perbedaan dalam jenis layanan yang ditawarkan,
ditentukan oleh sikap dan perilaku para pekerja, yang tidak dapat direplikasi dengan
presisi yang sama persis atau dampak emosional. Kinerja pelayanan akibatnya tidak dapat
dievaluasi terlebih dahulu, dan tidak menjamin unsur risiko yang berkaitan dengan
varians kualitas dalam mewujudkan suatu situasi tertentu. Hal ini juga mungkin untuk
4
menggeneralisasi apakah pelanggan puas akan setia atau tidak. Pemasar mengatasi
kompleksitas dengan memberikan sentuhan pribadi dan bukti nyata (sinyal atau isyarat)
dari apa yang dapat diharapkan.
Para pekerja atau karyawan harus diaktifkan untuk memberikan pelayanan dan
menjaga janji yang dibuat. Oleh karena itu pemasar jasa menggunakan bauran pemasaran
yang diperluas, yang melibatkan unsure manusia, layout fisik dan atmosfer yang
membawa pengaruh pada signifikansi lebih besar dari pada kasus produk fisik.
Penekanan kuat ditempatkan pada penjualan pribadi dan promosi dari mulut ke mulut.
Selain karakteristik tersebut tidak dapat dipahami, ketidakterpisahan dan variabilitas,
produk jasa yang sangat mudah rusak karena jasa adalah tetap dalam ruang dan waktu
tertentu. Tidak ada kemungkinan untuk membuat atau memegang saham untuk
memenuhi fluktuasi harian dalam permintaan (Middleton, 1994: 32).
1.3. Bauran Pemasaran diperluas untuk Jasa
Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai campuran variabel pemasaran
terkendali bahwa organisasi menggunakannya untuk mengejar tingkat penjualan
berdasarkan pasar sasaran. Empat komponen dasar adalah formulasi produk sesuai
dengan perubahan kebutuhan target pelanggan, harga yang digunakan untuk mengelola
volume penjualan; promosi untuk membuat pelanggan potensial sadar dan baik dibuang
ke arah membeli itu, dan tempat yang meliputi lokasi atau fasilitas dan semua tempat
penjualan yang menyediakan akses ke produk ke calon pelanggan. Masing-masing berisi
banyak sub-elemen dan Middleton (1994: 65) berpendapat bahwa manusia, bukti fisik
dan proses, sebenarnya adalah elemen integral dari produk. Middleton lebih lanjut
berpendapat bahwa integrasi tersebut akibatnya mendorong penggunaan istilah produk-
bauran, bauran promosi-dan sebagainya, yang bertentangan dengan penggunaan suatu
bauran pemasaran diperpanjang.
Cooper et al. (1998: 410) berbagi pandangan dan percaya bahwa empat Ps
menawarkan kerangka kerja yang memadai di mana perbedaan antara produk dan
5
pemasaran jasa dapat dimasukkan. Bauran pemasaran diperluas untuk jasa digambarkan
dalam Gambar 2.
Gambar. 2 Bauran Pemasaran yang diperluas untuk Produk Jasa
Product Place Promotion Price
Physical good
features
Quality level
Accessories
Packaging
Warranties
Product lines
Branding
Channel type
Exposure
Intermediaries
Outlet locations
Transportation
Storage
Managing channels
Promotion blend
Salespeople
Number
Selection
Training
Incentives
Advertising
Targets
Media types
Types of ads
Copy thrust
Sales promotion
Publicity
Flexibility
Price level
Terms
Differentiation
Discounts
Allowances
People Physical evidence Process
Employees
Recruiting
Training
Motivation
Rewards
Teamwork
Customers
Education
Training
Facility design
Equipment
Signage
Employee dress
Other tangibles
Reports
Business cards
Statements
Guarantees
Flow of activities
Standardised
Customised
Number of steps
Simple
Complex
Customer involvement
Source: Zeithaml & Bitner, 2000
1.3.1. Product/Produk
Produk pariwisata yang inklusif adalah pengalaman bermakna yang memberikan
konteks langsung kepada pengunjung, namun bergantung pada rangsangan indera
penglihatan dan suara. Wisatawan akan mungkin mengembangkan apresiasi yang kaya
dan bermakna untuk tempat dan menafsirkannya.
6
Sumber daya ini terutama dikonsumsi sebagai pengalaman, afektif yang berharga,
menyenangkan terhadap faktor berwujud dan tidak berwujud. Kognisi dengan kata sifat
seperti bentuk pendidikan, informatif dari pengalaman. Wisatawan akan cenderung untuk
mengambil lebih dari minat yang lewat di lingkungan dan berbagi pengetahuan dengan
orang lain, untuk memperkaya interpretasi mereka sendiri. Pengetahuan hasil dari
mengunjungi daya tarik alami tampaknya akan menjadi afirmatif, bukan kognitif.
Pembelajaran baru kumulatif tidak berada dalam kontrol operator, tetapi mereka mungkin
mendorong perkembangan empati dengan isu-isu konservasi.
Kunci sukses bagi sebuah perusahaan di industri pariwisata adalah dapat
menyesuaikan penawaran produk untuk memenuhi kebutuhan target pasar yang
didefinisikan secara sempit yang sulit bagi pesaing untuk menyamai atau melebihi,
dengan kata lain, untuk menciptakan dan menembus ceruk pasar. Namun, hanya dalam
kasus yang jarang pemasar pariwisata memiliki pilihan untuk membentuk produk dari
bawah ke atas, karena hanya potongan-potongan kecil dari tujuan dapat dimodifikasi.
1.3.2. People/Manusia
Periwisata sering digambarkan sebagai industri manusia dan manusia yang
menjadi cara dimana perusahaan membedakan diri untuk mendapatkan keunggulan
kompetitif di pasar (George, 2001: 274). Setelah wisatawan masuk pada destinasi wisata
mereka disambut dan dilayani oleh manusia-manusia dan dalam interaksi ini mereka baik
memainkan peran penting atau tidak penting (Bennett, 2000: 226). Layaknya Jasa
pengiriman manusia menyediakan real-time promosi jasa, dan budaya pelayanan harus
dikembangkan melalui pemasaran internal. Pemasaran adalah fungsi yang dimiliki setiap
orang dalam organisasi (Zyman, 1999: 198). Semua aktor manusia yang berperan dalam
penyediaan layanan, yaitu personil perusahaan, pelanggan dan pelanggan lainnya di
lingkungan pelayanan, mempengaruhi persepsi pembeli dari layanan itu sendiri.
7
1.3.3. Physical evidence/Bukti fisik
Penawaran Pariwisata dan perhotelan adaah penawaran yang tidak berwujud
namun konsumen biasanya mencari bukti nyata untuk mengevaluasi produk sebelum
membeli (George, 2001). Lebih lanjut dijelaskan bahwa bukti fisik memberikan
kontribusi untuk pelaggan bagaimana mereka benar-benar menilai kualitas jasa; itu
adalah bentuk nyata yang memfasilitasi kinerja dan termasuk peralatan dan lingkungan di
mana jasa disampaikan, termasuk ruang, tata letak, suasana, artefak , interaksi antara
pelanggan, dan antara perusahaan dan pelanggan. Pelayanan komunikasi, seperti
penampilan brosur, kop surat, juga merupakan indikator penting dari kualitas.
1.3.4. Proses
Sebuah Jasa dilakukan dan tidak diserahkan seperti dalam kasus barang
diproduksi, dan orang-orang membentuk bagian dari proses dan pengiriman dengan cara
ramah, suka menolong dan efisiensi. Pelanggan yang berpengalaman menginginkan
pelayanan yang terorganisir, teratur, cepat, nyaman, dan baik seragam atau disesuaikan
(Bennett, 2000: 228). Sistem operasi dan mekanisme, dan langkah-langkah yang
sebenarnya dalam pengiriman dan prosedur, atau aliran kegiatan pelayanan ini
disampaikan, menyediakan pelanggan dengan bukti yang menilai layanan ini. Akibatnya,
proses yang dilakukan adalah bagian penting dari penawaran, dan operator harus
memperhatikan cara di mana garis depan karyawan berinteraksi dengan pelanggan
selama proses penciptaan dan pengiriman jasa atau pelayanan (George, 2001: 281).
1.3.5. Price/Harga
8
Industri perjalanan wisata adalah industri yang disibukkan dengan harga karena
karakteristik produk seperti regulasi resmi yang luas dan waktu yang lama antara
keputusan harga dan penjualan. Operator wajib mempublikasikan harga di brosur di
muka panduan produksi (Horner & Swarbrooke, 1996: 178). Namun, pentingnya harga
sebagai alat pemasaran sering diremehkan (George, 2001: 184). Pengurangan sementara
mungkin digunakan untuk tujuan promosi untuk menarik konsumen di musim sepi, untuk
menutupi biaya tetap tinggi atau untuk mempromosikan pada pembeli pemula.
Faktor internal dan eksternal mempengaruhi keputusan harga. Faktor-faktor
internal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga meliputi tujuan pemasaran
perusahaan, komponen lain dari bauran pemasaran seperti komponen biaya dan promosi
(George, 2001: 281). Harga tidak hanya menentukan profitabilitas, tetapi juga merupakan
alat yang ampuh bagi pemasar untuk mencapai tujuan strategis bisnis dan alat taktis
untuk memanipulasi permintaan pada menit-menit terakhir melalui insentif (Middleton,
1994: 97).
Struktur harga mencerminkan keputusan pemasaran strategis mengenai
positioning produk, tujuan perusahaan, dan kembali pada persyaratan investasi. Ini harus
mencerminkan dan memperkuat komponen lain dari bauran pemasaran dan harus secara
akurat mencerminkan nilai penawaran. Faktor eksternal pemasaran harus
dipertimbangkan ketika membuat keputusan harga meliputi sifat permintaan, persepsi
konsumen, elastisitas harga dan persaingan (George, 2001: 186). Pemasar memiliki
beberapa tingkat kontrol atas faktor internal tetapi sifatnya sedikit jika ada kontrol atas
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi harga. Sedangkan biaya menetapkan batas
bawah harga, pasar dan permintaan mengatur batas atas (Kotler et al, 1996:. 381).
Kualitas yang ditawarkan harus memenuhi harapan harga yang telah ada dalam pikiran
pelanggan.
Harga juga dapat menjadi simbol status. Akhirnya adalah konsumen yang
memutuskan apakah tempat ini layak harga dan sangat penting untuk menetapkan harga
sesuai dengan ide-ide mereka nilai. Jika nilai keseluruhan dianggap tidak dapat diterima,
konsumen dapat memilih pengganti atau memutuskan untuk membatalkan pembelian
(Cooper et al, 1998:. 397).
9
Elastisitas harga permintaan atau sensitivitas terhadap perubahan harga perlu
dipertimbangkan, berdasarkan penting tidaknya perjalanan atau berwisata dan banyak
alternatif untuk menghabiskan liburan. Wisatawan bereaksi secara berbeda terhadap
harga produk pariwisata yang berbeda, dan karena itu elastisitas harga mereka berbeda.
Ketika ditawarakan yang unik, berkualitas tinggi, bergengsi atau eksklusif, konsumen
biasanya kurang sensitif terhadap harga dan permintaan yang lebih elastis. Namun,
seseorang menjadi lebih menghabiskan pada produk yang lebih sensitif terhadap harga
(Kotler et al, 1996:. 388-392).
Reaksi pesaing terhadap perubahan harga juga perlu dipertimbangkan. Sebuah
keuntungan harga yang mengambil pangsa pasar dari pesaing sering akan memprovokasi
reaksi perang harga. Keuntungan harga sehingga akan dinetralisir oleh penurunan harga
pesaing. Harga harus terus dievaluasi dan disesuaikan. Adanya fluktuasi sering tidak
terduga dalam permintaan, yang memerlukan respon harga taktis.
1.3.6. Promotion/Promosi
Promosi adalah istilah deskriptif untuk campuran kegiatan komunikasi, baik
secara pribadi dan melalui media massa, dilakukan dalam rangka untuk mempengaruhi
orang-orang untuk membeli. Umumnya merangkum periklanan, promosi penjualan dan
hubungan masyarakat dan dibangun di sekitar satu maksud atau tujuan, yang dirancang
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Middleton, 1994: 149).
Konsumen memiliki pilihan dan pemasar harus memberikan mereka sebuah
alasan, selain harga, untuk memutuskan untuk membeli produk mereka (Zyman, 1999:
101). Potensi media untuk membawa tentang transaksi tergantung pada tingkat
personalisasi, tingkat interaktivitas dan stimulasi sensorik (Postma, 1999: 94). Dari
perspektif promosi, konsumen 'adalah mekanisme riskreduction (Seaton & Bennet, 1996:
183). Ada kebutuhan, tidak hanya untuk mempengaruhi target pasar, tetapi juga untuk
mempengaruhi kontak dagang seperti agen ritel dan pembuat opini, misalnya untuk
wartawan dan penulis perjalanan.
10
1.3.7. Place/Distribusi
Sifat dari sistem distribusi dan proses adalah salah satu cara utama di mana
pemasaran jasa pariwisata berbeda dari pemasaran barang. Membuat dan memanipulasi
akses adalah cara untuk mengelola permintaan untuk produk yang sangat tahan lama.
Produsen bersedia membayar jumlah yang relatif besar untuk memperluas keuntungan
dari penjualan mereka (Middleton, 1994: 200). Untuk bisnis dengan hanya, satu unit
produksi, seperti restoran, penginapan atau obyek wisata yang kecil, pilihan lokasi adalah
keputusan bisnis yang paling penting, karena harus mengamankan aliran yang memadai
dari pelanggan dengan wilayah sebagai pintu masuk. Lokasi yang baik adalah tempat
produksi dan titik utama penjualan, dan konsep distribusi berhubungan dengan telepon
untuk pemesanan.
Ketika perjalanan dibeli hari ini biasanya tidak lebih dari informasi pada sistem
reservasi komputer (WTOBC, 1999: 3). Airlines, hotel besar dan perusahaan penyewaan
mobil telah membuat langkah besar dalam manajemen persediaan sejak pertengahan
tahun delapan puluhan melalui link komputer interaktif. Mereka memanfaatkan lima
sistem atas reservasi komputer internasional yang dikenal sebagai GDSS yaitu: Amadeus,
Apollo, Galileo, Sabre dan Worldspan. Sistem GDS telah menciptakan kenyamanan
pelanggan dan produktivitas operasional ditingkatkan melalui kecepatan dan akses.
Mereka telah mengurangi jumlah staf yang diperlukan dan biaya unit membuat
pemesanan individu. Sistem ini menyediakan penerbangan antara lain tiket otomatis dan
faktur dan akses komprehensif ke penyewaan mobil, feri dan jasa akomodasi (Cooper et
al, 1998). Namun, telah ditemukan bahwa bahkan jika terhubung melalui GDS, agen
perjalanan lebih suka menggunakan cara booking atau konfirmasi transaksi Hotel melalui
telepon, karena biaya yang harus dikeluarkan dua kali lipat biaya reservasi. Alasan untuk
ini adalah bahwa hotel ini sangat individualistis dan produk yang mereka jual tidak
standar (WTOBC, 1999).
Konsumen mengambil komunikasi global dengan cepat dan akses ke informasi
dan selama sepuluh tahun ke terakhir komputer pribadi telah menjadi aspek normal dari
kehidupan sehari-hari. Internet telah menjadi sesuatu yang sederhana untuk digunakan
11
seperti televisi (WTOBC, 1999: 23). Turis menggunakan World Wide Web sebagai
sumber informasi utama, misalnya sejak peluncuran situs Pariwisata Australia Barat
Komisi Web, www.westernaustralia.net pada bulan April 1999 sampai pertengahan Juni
1999, itu memiliki sekitar 75 000 pengunjung unik (WTOBC , 1999). Pada tahun 1997
pemesanan hotel online menyumbang sembilan persen dari pendapatan industri secara
keseluruhan perjalanan internet, dan diharapkan tumbuh untuk kuartal dengan 2002
(WTOBC, 1999: 52). Namun, pemesanan hotel sebagian besar masih dilakukan melalui
direktori Hotel, melalui promosi di media cetak, pra-penjualan melalui operator tur,
berjalan-dalam bisnis dan pemasaran langsung (WTOBC, 1999).
1.4. Daur Hidup Destinasi Pariwisata
Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata khususnya pengembangan kawasan
wisata atau obyek wisata pada umumnya mengikuti alur atau siklus kehidupan pariwisata yang
lebih dikenal dengan Tourist Area Life Cycle (TLC) sehingga posisi pariwisata yang akan
dikembangkan dapat diketahui dengan baik dan selanjutnya dapat ditentukan program
pembangunan, pemasaran, dan sasaran dari pembangunan pariwisata tersebut dapat ditentukan
dengan tepat. Siklus hidup pariwisata pada umumnya mengacu pada konsep TLC (Butler’s 80,
Tourist Area Lifecycle) yang dapat dijabarkan pada Gambar 3. (Hypothetical Evolution
of a Tourist Area) sebagai berikut :
12
Gambar 3. Hypothetical Evolution of a Tourist Area.
Source: Butler, R. W. 1980. "The Concept of a Tourism Area Life Cycle of Evolution:
Implications for Management of Resources." The Canadian Geographer 24(1), p. 8.
Tahap 1. Penemuan (Exploration)
Potensi pariwisata berada pada tahapan identifikasi dan menunjukkan destinasi memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi daya tarik atau destinasi wisata karena didukung oleh keindahan
alam yang masih alami, daya tarik wisata alamiah masih sangat asli, pada sisi lainnya telah ada
kunjungan wisatawan dalam jumlah kecil dan mereka masih leluasa dapat bertemu dan
berkomunikasi serta berinteraksi dengan penduduk local. Karakteristik ini cukup untuk dijadikan
alasan pengembangan sebuah kawasan menjadi sebuah destinasi atau daya tarik wisata.
Tahap 2. Pelibatan (Involvement)
Pada tahap pelibatan, masyarakat local mengambil inisiatif dengan menyediakan berbagai
pelayanan jasa untuk para wisatawan yang mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan dalam
beberapa periode,. Masyarakat dan pemerintah local sudah mulai melakukan sosialiasi atau
periklanan dalam skala terbatas, pada musim atau bulan atau hari-hari tertentu misalnya pada
liburan sekolah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar, dalam kondisi ini pemerintah
local mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur pariwisata namun masih dalam skala
dan jumlah yang terbatas.
13
Tahap 3. Pengembangan (Development)
Pada tahapan ini, telah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar dan pemerintah sudah
berani mengundang investor nasional atau internatsional untuk menanamkan modal di kawasan
wisataw yang akan dikembangkan. Perusahaan asing (MNC) Multinational company1
) telah
beroperasi dan cenderung mengantikan perusahan local yang telah ada, artinya usaha kecil yang
dikelola oleh penduduk local mulai tersisih hal ini terjadi karena adanya tuntutan wisatawan
global yang mengharapkan standar mutu yang lebih baik. Organisasi pariwisata mulai terbentuk
dan menjalankan fungsinya khususnya fungsi promotif yang dilakukan bersama-sama dengan
pemerintah sehingga investor asing mulai tertarik dan memilih destinasi yang ada sebagai tujuan
investasinya.
Tahap. 4 Konsolidasi (consolidation)
Pada tahap ini, sector pariwisata menunjukkan dominasi dalam struktur ekonomi pada suatu
kawasan dan ada kecenderungan dominasi jaringan international semakin kuat memegang
peranannya pada kawasan wisata atau destinasi tersebut. Kunjungan wisatawan masih
menunjukkan peningkatan yang cukup positif namun telah terjadi persaingan harga diantara
perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada kawasan tersebut. Peranan pemerintah local
mulai semakin berkurang sehingga diperlukan konsolidasi untuk melakukan re-organisasional,
dan balancing peran dan tugas antara sector pemerintah dan swasta. Hubungan antara swasta
(MNC dan Nasional) dan pemerintah daerah semakin meningkat baik hubungan Government to
Government (G2G), Business to Business (B2B), dan Business to government (B2G).
Tahap. 5 Stagnasi (Stagnation)
Pada tahapan ini, angka kunjungan tertinggi telah tercapai dan beberapa periode
menunjukkan angka yang cenderung stagnan. Walaupun angka kunjungan masih relative
tinggi namun destinasi sebenarnya tidak menarik lagi bagi wisatawan. Wisatawan yang
masih datang adalah mereka yang termasuk 2
repeater guest atau mereka yang tergolong
wisatawan yang loyal dengan berbagai alasan. Program-program promosi dilakukan
dengan sangat intensif namun usaha untuk mendatangkan wisatawan atau pelanggan baru
sangat sulit terjadi. Pengelolaan destinasi melampui daya dukung sehingga terjadi hal-hal
negative tentang destinasi seperti kerusakan lingkungan, maraknya tindakan kriminal,
1
Multinationalcompany:HotelChain,Franchising,Tour agency,etc
2
repeater guest adalah mereka yang tergolong wisatawan yang loyal dengan berbagai alasan
14
persaingan harga yang tidak sehat pada industry pariwisata, dan telah terjadi degradasi
budaya masyarakat local.
Tahapan Penurunan atau Peremajaan (Decline/Rejuvenation)
Setelah terjadi Stagnasi, ada dua kemungkinan bisa terjadi pada kelangsungan sebuah
destinasi. Jika tidak dilakukan usaha-usaha keluar dari tahap stagnasi, besar kemungkinan
destinasi ditinggalkan oleh wisatawan dan mereka akan memilih destinasi lainnya yang
dianggap lebih menarik. Destinasi hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik saja itupun
hanya ramai pada akhir pekan dan hari liburan saja. Banyak fasilitas wisata berubah
fungsi menjadi fasilitas selain pariwisata. Jika Ingin Melanjutkan pariwisata?, perlu
dilakukan pertimbangan dengan mengubah pemanfaatan destinasi, mencoba menyasar
pasar baru, mereposisi attraksi wisata ke bentuk lainnya yang lebih menarik. Jika
Manajemen Destinasi memiliki modal yang cukup?, atau ada pihak swasta yang tertarik
untuk melakukan penyehatan seperti membangun atraksi man-made, usaha seperti itu
dapat dilakukan, namun semua usaha belum menjamin terjadinya peremajaan.
2. Segmentasi, targeting dan positioning
Segmentasi merupakan dasar untuk peramalan arus maksimum pendapatan yang
ingin dicapai. Dengan kata lain, perlu diukur, substansial dan berkelanjutannya. Rahasia
untuk sukses adalah bahwa segmentasi target pasar harus dapat diakses melalui kegiatan
promosi.
Diferensiasi juga menjadi hal yang sangat penting agar produsen tidak hanya
peduli dengan memuaskan kebutuhan pelanggan, tetapi melakukannya dengan cara yang
diakui sebagai sesuatu yang unik atau sangat mencerminkan identitas suatu organisasi
tertentu, dan tidak dapat dengan mudah ditiru oleh produsen lain. Hal ini bermanfaat
untuk membangun perbedaan yang digambarkan sebagai hal yang penting dan sangat
dihargai untuk keuntungan pembeli sasaran. Ini harus lebih unggul dengan cara lain
bahwa konsumen dapat memperoleh manfaat yang sama, berdampak dan terlihat oleh
pelanggan, dan mereka harus bersedia membayar untuk itu (George, 2001: 65). Dalam
kondisi persaingan yang begitu ketat, diferensiasi menjadi hal yang sangat penting untuk
15
dilakukan, dan menyasar ceruk pasar wisatawan senior adalah pilihan yang bijaksana
untuk masa yang akan datang bagi destinasi pariwisata Bali.
2.1. Pangsa Pasar Wisatawan Senior
Paket wisata senior mempunyai pasar cukup besar, hal itu terlihat dari 219,7 juta
wisatawan nusantara (wisnus), yang mengadakan perjalanan sekitar 7%. Dilihat dari segi
usia wisatawan yang beragam, pasar orang tua atau senior market merupakan kelompok
penting karena besarnya pasar dan potensialnya untuk berkembang. Dengan kemajuan
teknologi, sistem kesehatan dan semakin panjang jangka waktu hidup seseorang
secara langsung meningkatkan jumlah penduduk lanjut usia. Pada fase ini orang tua telah
ditinggalkan oleh anak-anaknya untuk hidup mandiri. Kelompok usia ini dikenal dengan
istilah DINK (Double Income No Kids). Waktu luang yang dimiliki sangat besar
sehingga memungkinkan mereka untuk tinggal di suatu destinasi lebih lama.
Pada umumnya dengan sistem pensiun yang baik mereka mapan secara
finansial. Untuk mengantisipasi kecenderungan pasar di masa depan yaitu semakin
banyaknya konsumen wisatawan senior yang berlibur di Bali maka Pemerintah
Republik Indonesia sebenarnya telah menetapkan suatu kebijakan bagi wisatawan
lanjut usia yaitu dengan mengijinkan wisatawan senior untuk tinggal lebih lama di
Indonesia. Kelompok wisatawan ini dijinkan untuk tinggal di Indonesia selama satu
tahun. Kebijakan tersebut telah dituangkan dalam SK Menteri Kehakiman No.M-04-
12.01.02/1998. Surat keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Presiden
/Keppres No. 31/1998. SK Menteri Kehakiman di atas kemudian ditindaklanjuti dengan
keluarnya Ketetapan Dirjen Imigrasi No. F.256-12.02/2000. Ketetapan ini menyatakan
bahwa wisatawan senior dapat diberikan Temporary Visa sebagai penduduk sementara
selama satu tahun dan dapat diperpanjang sampai lima tahun. Artinya saat ini,
pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan bagi wisatawam senior untuk
berwisata di Indonesia termasuk juga ke Bali sehingga dengan kemudahan ini, beberapa
tahun ke depan kedatangan wisatawan senior dari mancanegara dan wisatawan domestik
untuk melakukan perjalanan wisata akan meningkat. Seiring dengan pemberian
kemudahan dan potensi kedatangan wisatawan senior tersebut, perlu dilakukan kajian
16
untuk menggali lebih dalam tentang perilaku wisatawan senior khususnya yang
berhubungan perilaku mereka yang akan berimplikasi pada aktivitas wisata.
2.2. Perkembangan Wisatawan Senior
Menurut Foret dan Keller, (1992:2 dalam Patterson, 2006), harapan hidup manusia saat
ini semakin panjang tercatat sejak abad 20 khususnya masyarakat pada negara-negara maju,
sebagai contohnya harapan hidup di Inggris meningkat 22 tahun untuk laki-laki dan 23,5 tahun
untuk perempuan bagi mereka yang lahir antara tahun 1910 sampai dengan 1992. Harapan
hidup juga meningkat di beberapa negara lainnya seperti di Jepang harapan hidup manusia
menjadi 79,5 tahun, di Swedia harapan hidupnya 78,1 tahun, di negara-negara Eropa harapan
hidup menjadi 76,7 tahun, dan di Amerika Utara harapan hidup menjadi 76,2 tahun (Smith dan
Jenner, 1997:47)
Badan dunia PBB mencatat dan memperkirakan bahwa generasi senior mengalami
peningkatan yang berarti dan diperkirakan ada dua milyar manusia di dunia ini akan berumur 60
atau lebih pada tahun 2050. Angka tersebut adalah 22% dari total penduduk dunia, dan angka ini
diperkuat oleh catatan kependuduka Eropa, Jepang dan Cina (United Nations, 2000).
Sementara MacNeil (1991) mengatakan bahwa angka tersebut adalah kejutan bagi orang-
orang Amerika yang lahir antara tahun 1946 sampai dengan 1964. Bagi orang Australia
diperkirakan akan terjadi peningkatan senior yang lebih besar yakni antara 24% hingga 26%
orang Australia yang berada golongan senior pada tahun 2051 (BPS Australia, 1999)
Pada tahun 1999 telah dideklarasikan sebagai tahun senior internasional, dan deklarasi
ini didukung oleh badan dunia PBB dengan mengadakan konferensi tentang isu dan masalah
yang mungkin akan dihadapi oleh para manusia senior, isu dan permasalahan tersebut
berhubungan dengan, pengasingan golongan senior, kesehatan, pelayanan gizi dan nutrisi,
kurangnya perhatian anggota keluarga lainnya terhadap golongan senior ini (Foret and Keller,
1993). Sementara (Veal and Lynch, 2001) mengatakan bahwa, terjadinya peningkatan angka
harapan hidup manusia lebih disebabkan oleh faktor semakin membaiknya sarana kesehatan
dan kedokteran, perbaikan kesehatan diri dan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Ing, 1993) menemukan bahwa pilihan berwisata bagi
golongan senior, dimana faktor usia ini dihubungkan dengan pemilihan paket wisata dan pada
17
penelitian ini ditemukan bahwa wisatawan senior lebih menyukai tujuan wisata ke daerah
pedesaan atau countryside, dan dikatakan bahwa industri pariwisata jangan sampai
mengabaikan potensi wisatawan senior ini di masa yang akan datang karena dari tahun ke
tahun jumlah penduduk senior semakin meningkat yang berarti akan terjadi peningkatan pada
segmen pasar ini di masa yang akan datang.
2.3. Pemilihan Aktivitas Wisata bagi Wisatawan Senior
Hasil penelitian menemukan bahwa penduduk senior lebih banyak memiliki
waktu luang untuk melakukan aktivitas leisure di sekitar rumahnya dan mereka biasanya
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan passive leisure (Lawton, 1993). Aktivitas
leisure yang sering dilakukan adalah menonton televisi dan mendengarkan radio dan
aktivitas ini paling popular diantara penduduk golongan senior. Sementara aktivitas yang
berhubungan dengan olahraga program latihan jasmani lebih jarang dilakukan (Amstrong
dan Morgan, 1998). Sementara hasil penelitian lainnya menemukan bahwa telah terjadi
perubahan pilihan aktivitas leisure pada golongan senior dimana mereka lebih cenderung
menghabiskan waktu untuk kegiatan leisure yang bersifat individu, ingin merasakan
kebebasan, dan bahkan memilih kegiatan yang beresiko sepanjang mereka dapat lakukan
(McGuire et al., 2004).
Cohen (2000) memberikan alternative agar pelaku pariwisata lebih kreatif
membuat paket-paket wisata yang berhubungan dengan senior, dan menyarankan untuk
lebih melihat factor inner dari manusia senior khususnya kegiatan yang bersifat pengisi
waktu luang. Dicontohkan kegiatan-kegiatan leisure yang bisa ditawarkan adalah kegiatan
yang berhubungan dengan hobby, seni dan kerajinan, pertemanan “relationship”,
penggalian potensi diri, dan kegiatan sosial yang bersifat volunteer.
Stebbins (1982, 1992, 1998) mencatat bahwa beberapa wisatawan senior lebih
puas melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobby, pekerjaan volunteer,
melakukan kegiatan untuk menyibukkan diri, dan mencari teman-teman baru diantara
sesama senior. Sementara Kelly (1992) mengatakan bahwa, golongan senior melakukan
aktivitas yang dipusatkan pada keluarga dan biasanya mengambil tempat di sekitar rumah
mereka. Kegiatan tersebut termasuk kegiatan shopping, berkebun, berjalan santai, menonton
18
televise, melakukan sosialisasi bersama teman-teman dan keluarga mereka, dan membaca
(Kelly and Kelly, 1994). Wei dan Milman (2002), aktivitas paling popular yang
dilakukan oleh wisatawan senior pada saat mereka melakukan perjalanan wisata dan
berkeliling kota (89,3%), mengunjungi tempat-tempat bersejarah (88,1%), makan-
makan di restoran (85,7%), dan shopping (77,4%). Sementara kegiatan yang kurang
diminati adalah berburu dan memancing (1,2%), olahraga air dan berjemur di pantai
(1,2%), kamping dan mendaki (3,6%). Lebih lanjut ditemukan bahwa ada hubungan
positif dan signifikan antara keterlibatan wisatawan senior pilihan jenis aktivitas
leisure.
Tabel 1. Jenis Aktivitas Leisue di Kalangan Senior
Passive Active Un-interested Activities
 Nonton Televisi
 Mendengar Radio
 Kegiatan Sosial
 Kegiatan yang
berhubungan dengan
Hobby
 Penyaluran bakat yang
berhubungan dengan
kerajinan
 Penyaluran bakat yang
berhubungan dengan
seni.
 Shopping, berbelanja
di mall, atau
supermarket.
 City Tour, berkeliling
kota.
 Mengunjungi tempat
bersejarah, meseum,
heritage
 Makan-makan di
Restoran
 Berburu di alam liar
 Memancing
 Mendaki gunung
 Kamping
 Tracking
 Berselancar air
 Berjemur di Pantai
Sumber: Data Sekunder (diolah)
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, menurut Milman (2002)
pemasaran paket wisata yang berhubungan dengan wisatawan senior sebaiknya jenis
dan kegiatan leisure atau wisata bisa difokuskan pada kegiatan yang lebih disukai oleh
golongan senior di atas.
2.4. Definisi Wisatawan Senior
Definisi tentang senior memang masih menjadi perdebatan dari beberapa kalangan
di masyarakan, khususnya yang berhubungan dengan umur seseorang yang disebut senior
namun pada penelitian ini, akan diambil dua definisi senior yakni senior older adults.
19
3
Menurut Muller and O’Cass, 2001, Shoemaker, (1989), yang tergolong golongan
senior adalah mereka yang telah mencapai umur 65 tahun atau lebih. Lebih lanjut
dikatakan bahwa kelompok umur ini adalah target pasar pariwisata yang penting sejak
awal tahun 1990. Kelompok ini dianggap memiliki segalanya, mereka memiliki umur yang
matang, uang, dan kematangan diri, bahkan banyak diantara kaum senior ini merasakan
diri lebih muda daripada umur mereka.
Dalam konsep pemasaran, kelompok kaum senior adalah target penting sehingga
dianggap perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang sikap diri kaum
senior, interest dan jenis aktivitas, kecenderungan mereka dalam berpartisipasi dalam
kegiatan leisure, rekreasi, dan wisata. Pada beberapa hasil penelitian, kaum senior ini
masih memiliki kemampuan fisik untuk melakukan perjalanan wisata dan berpartisipasi
pada kegiatan yang ditawarkan oleh para pelaku pariwisata.
4
Definisi tentang older adults atau dalam istilah Indonesia sering disebut senior
(usila) adalah istilah yang cukup baru. Orang-orang yang tergolong pada older adults atau
usila ini berumur 65 tahun atau lebih dan istilah ini popular di negara-negara maju yang
biasanya diarahkan untuk merujuk para pensiunan. Menurut Gillon, (2004) golongan usia
lebih popular dengan istilah baby boomers, sementara (Shoe-maker , 1989 dan Lazar,
1985) menyebut bahwa golongan usia ini disebut juga the senior market, young sengies,
atau mature market, the grey market, young senior generation dan woopies atau well-off
older people.
3
Seniors are defined as people aged 55 and older, and were one of the most prominent targets for tourism
marketeers in the 1990s. Seniors have been described as everything from ‘empty nesters’ and ‘third agers’
to ‘woop-ies’ (well-off older people) and ‘zuppies’ (zestful, upscale people in their prime) (Shoemaker,
1989). These descriptions of seniors suggest that many people who are aged 55 and older perceive themselves
as feeling consid-erably younger than their actual chronological age (Muller and O’Cass, 2001).
4
Definitions of Older Adults Not so long ago, people aged 65 and older who lived in developed countries
were referred to as ‘pensioners’ or the ‘elderly’, which were the only terms that were used to describe them.
Recently, a review of the tourism and leisure literature has found a puzzling development - there has been a
lack of consistency in defining the age cohort and the specific name to describe older people’s tourist
behaviour at different stages of the life cycle. Names such as ‘baby boomers’ (Gillon, 2004), ‘the senior
market’ (Shoe-maker, 1989), ‘the mature market’ (Lazar, 1985), ‘the grey market’, ‘young sengies’ or young
senior generation, and ‘woopies’ or well-off older people
20
2.5. Faktor Penghambat Kaum Senior untuk Melakukan Wisata
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (McGuire, 1984; Blazey, 1986)
menyimpulkan ada beberapa factor yang dapat menghambat kaum senior tidak dapat
berpartisipasi dalam kegiatan wisata dan kegiatan leisure. Factor penghalang tersebut
adalah tidak ada waktu luang untuk melakukan perjalanan wisata, sumber keuangan yang
tidak mencukupi, buruknya kondisi kesehatan kaum senior, terlalu tua bahkan ada yang
sangat tergantung hidupnya dari anggota keluarga lainnya, dan disimpulkan bahwa
keinginan berwisata kaum senior lebih rendah dari kaum muda.
5
Sementara McGuire (1984) mengidentifikasikan lima hal mendasar yang
menyebabkan kaum senior tidak dapat melakukan kegiatan wisata lebih jarang
disbanding kaum yang lebih muda. Alasannya adalah (1)kurangnya informasi, terlalu
banyak rencana, kurangnya dana, kurangnya pakaian dan perlengkapan wisata;
(2)factor waktu, tidak ada waktu luang, masih bekerja, terlalu sibuk mengerjakan
banyak hal, (3) tidak mendapat ijin keluarga dan teman-teman dekat, takut membuat
kesalahan pada destinasi; (4)factor social, tidak ada yang menemani, tidak suka keluar
daerah; (5)factor fisik, kondisi badan lemah, sakit-sakitan, kuatir tentang transportasi,
terlalu tua atau tidak mampu lagi bepergian jauh.
Sedangkan Shoemaker (2000) melakukan penelitian tentang factor
penghambat kaum senior untuk melakukan wisata, dia menggunakan 234 responden
yang berumur antara 55 tahun atau lebih yang tinggal di Pennsylvania, USA , hasil
penelitian tersebut ditampilkan pada Table 2, ternyata factor penghambat terbesar
karena alasan keuangan (48,3%), alasan kesehatan (43,3%), dan alasan tidak ada yang
menemani (41,7%). Hasil penelitian ini tentu saja akan banyak berubah jika
dibandingkan dengan kondisi saat ini, dimana kondisi di atas adalah kondisi 10 tahun
5
McGuire (1984) identified five major constraints in a more detailed examination of why older
travellers do not travel as much as younger travellers: (1)external resources - lack of information, too
much planning, insufficient money, lack of appropriate clothing and luggage, and lack of
transportation; (2)time factors - no time to travel, the need to work, tourism interrupting normal routine
and being too busy doing other things; (3)approval - family and friends would not approve, feel guilty
about going on trips and afraid to make a mistake by going to a disappointing place; (4) social - spouse
dislikes travel, no companion and no interest in going away; and (5) physical well-being - no energy, poor
health, afraid to take certain modes of transportation and too old or disabled to travel.
21
yang lalu dan yang menjadi responden tentu saja generasi senior yang terlahir 65 tahun
yang lalu, di mana kondisi kesehatan pada era tersebut tidak lebih maju jika
dibandingkan kondisi saat ini, walaupun demikian, factor-faktor penghambat tersebut
sangat penting untuk diketahui khususnya bagi para pemasar produk wisata.
Tabel 2. Faktor Penghambat untuk Melakukan Aktivitas Leisure atau
Wisata.
Penghambat Traveller (%)
(Berwisata)
Non-Traveller (%)
(Tidak Berwisata)
 Tidak ada waktu 7 11
 Sulitnya
Pemesanan/reservasi
2,3 2,7
 Umur/terlalu tua 5,1 20
 Jaga Rumah 6,1 28,6
 Lemah Fisik 7,9 37,9
 Tidak ada yang menemani 17,2 41,7
 Kesehatan 14,9 43,3
 Kurangnya Informasi
tentang tujuan liburan
11,6 7,4
 Cari Waktu tepat 27,2 18,5
 Masih bekerja 32,3 28,6
 Keuangan 32,7 48,3
Sumber: Shoemaker, ( 2000: 18)
Masalah keamanan juga menjadi faktor penghambat yang cukup berarti bagi kaum
senior. Sehingga para pemasar paket wisata harus memperhatikan dan menambahkan
adanya jaminan keamanan yang lebih pasti bagi wisatawan senior dalam melakukan
perjalanan wisata (Penalta and Uysal, 1992).
2.6. Trend Wisatawan Senior Internasional
Pertumbuhan wisatawan senior pada segmen pasar pariwisata dari tahun ke tahun
senantiasi mengalami peningkatan yang signifikan pada abad 21 ini. WTO (2001)
memperkirakan pada tahun 2015 peningkatan wisatawan senior secara international akan
mencapai 2 milyar orang. Pertumbuhan wisatawan senior secara nyata berasal dari
22
Amerika Serikat, Kanada, dan Australia karena di ketiga Negara tersebut mengalami
peningkatan kelompok ‘baby boomer’ atau para pensiunan.
“The USA senior market is regarded as the fastest-growing segment of travel
demand. People who are older than 55 represent 41% of the total population and
account for 28% of all overseas trips. Canadians have a higher propensity to travel
than Americans and spend twice as much per capita on foreign travel. It has been
estimated that 25% of Canadian visitors are older than 55 years, of which 800,000
travelled overseas in 2000. In Japan, 12 million people are older than 65, and it has been
estimated that 7.6% of Japanese who travelled overseas in 1990 were older than 60
years” (Clench, 1993).
6
Di Amerika Serikat, pertumbuhan wisatawan senior mengalami perningkatan tertinggi
dimana umur 55 tahun mencapai 41% dari total penduduk Amerika Serikat, dari 41% tersebut,
28% mereka berwisata ke luar negeri. Orang-orang Kanada lebih suka menghabiskan uangnya
untuk dan mereka yang berumur 55 tahun ke atas melakukan perjalanan ke luar negeri sebesar
25% dari total penduduk Kanada pada tahun 2000. Sementara di Jepang, 12 juta orang yang
berumur 65 tahun ke atas diperkirakan melakukan perjalanan ke luar negeri sebesar 7,6% pada
tahun 1990 (Clench, 1993).
7
Wisatawan Senior di Amerika Serikat: segmen wisatawan senior yakni mereka
yang telah mencapai 65 tahun ke atas di Amerika Serikat adalah segmen wisatawan senior
yang mengalami bertumbuhan tercepat dan diperkirakan akan mencapai 76% dari kaum
senior tersebut melakukan aktivitas wisata paling tidak mereka suka melakukan kegiatan
sunbathing dan berenang, menyewa hotel, shopping, hiburan malam, dan bersantai di taman
kota.
Wisatawan Senior di Kanada: orang-orang senior di Kanada terbagi menjadi dua
group yang berbeda yakni kelompok umur 55-64 tahun, dan senior yang berumur lebih dari
65 tahun. Kaum senior Kanada lebih menyukai kegiatan mengunjungi taman nasional atau
taman kota, berbelanja dan menginap di hotel, dan hanya sebagaian kecil dari mereka
menyukai aktivitas hiburan malam.
Sementara Wisatawan Senior di Australia pada tahun 2002 diperkirakan
mencapai 22% dari total wisatawan domestic di Australia dan diperkirakan membelanjakan
uangnya $895 juta dolar pertahun dan mereka biasanya menginap dan berlibur hingga
6
Contemporary Trends in International Tourism and Travel for Older Adults
7
Examine the tourism and leisure-related behaviour of older people in the following countries - USA, Canada,
Australia, Europe, UK, Germany, Japan, Israel, Taiwan and Korea
23
5,5 hari. Hanya 9% dari wisatawan senior Australia yang memilih kegiatan
mengunjungi taman nasional atau kamping dan menghabiskan liburan hingga 8,5
malam. Ditemukan juga, wisatawan senior Australia lebih menyukai mengunjungi
daerah yang masih alami atau langka yang masih memiliki arti sejarah. Dari sekian
kegiatan tersebut, hampir semua mengharapkan rasa aman, mendapatkan mengalaman
baru, lingkungan yang baru, melakukan perjalanan bersama keluarga. Secara
keseluruhan kaum senior di Australia menghabiskan 4 juta dolar jika mereka
berwisata ke luar negeri dan rata-rata pengeluaran perhari mencapai $6100 pada setiap
liburannya. Angka tersebut lebih tinggi 21% jika dibandingkan kaum muda yang
melakukan perjalanan ke luar negeri yang hanya $5024, dan kaum senior ini berlibur
lebih lama yakni 25 hari, sedangkan kaum muda hanya 22 hari.
Wisata Senior di Eropa: di Eropa Utara jumlah kaum senior 65 tahun ke atas
mengalami peningkatan 16,2% jika dibandingkan tahun 1960. Untuk Eropa segmen
pariwisatanya mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Namun untuk wisatawn senior
Jerman dan Inggris merupakan pasar wisatawan domestic dan internasional terbesar,
sementara wisatawan senior di kawasan Skandinavia dan Spanyol memperlihatkan keinginan
berwisata yang paling tinggi dibandingkan wisatawan senior lainnya di kawasan Eropa.
Sedangkan di Inggris jumlah penduduk yang berada pada kelompok senior antara 55 hingga
59 tahun mencapat 31% pada tahun 2005. Dari 31% kaum senior tersebut, 17,4% hnga 18,1%
melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Dan sebagian besar kaum senior tersebut lebih
peduli pada permasalahan keamanan jika melakukan perjalanan wisata. Penduduk Jerman
yang akan mencapai senior 60 tahun keatas pada tahun 2050 diperkirakan mencapai 40%
dari total penduduknya, dan mereka lebih mandiri dan lebih suka melakukan perjalanan
wisata dengan cara mandiri tanpa harus diatur oleh biro perjalanan.
Penduduk Jepang yang tergolong senior atau yang berumur 50 tahun keaas pada
tahun 2025 diperkirakan mendekati angka 15 juta atau 23% dari total penduduknya.
Kaum senior Jepang biasanya memiliki income yang lebih mapan dan memiliki waktu
luang yang lebih banyak sehingga memungkinkan mereka berlibur lebih lama ke luar
negeri jika dibandingkan kaum muda. Kaum Senior Jepang ingin lebih bebas dalam
melakukan perjalanan wisata dan campur tangan biro perjalanan sangat sedikit. Dan yang
menjadi prioritas isunya adalah masalah kesehatan dan keamanan, mereka lebih suka
24
melakukan perkunjungan budaya, berbelanja sebagai aktivitas menarik bagi kaum senior
Jepang.
8
Saat ini penduduk senior 60 tahun ke atas Taiwan telah mencapai 12% dan
diperkirakan akan naik menjadi 20% pada tahun 2033. Beberapa kaum senior di Taiwan lebih
suka melakukan perjalanan wisata yang telah dipaket oleh biro perjalanan wisata karena alas an
lebih nyaman, lebih aman, dan alasan keterbatasan bahasa Inggris. Di Taiwan pertumbuhan biro
perjalanan bertumbuh sangat cepat dan telah mencapai 2464 travel agencies pada tahun 2002,
dan telah melayani perjalanan wisata untuk 23 juta orang. Wisatawan senior Taiwan lebih
menyukai perkunjungan sejarah dan mengunjungi tempat-tempat yang indah, makan-makan di
restoran, dan menikmati fasilitas hotel, dan mereka lebih mempertimbangkan factor harga dan
keamanan.
Berikut Tabel 3, rangkuman potensi segmen pasar wisatawan senior berdasarkan
persentase terhadap total penduduk nasional, potensi yang keluar negeri, dan isu serta harapan.
Tabel. 3. Potensi Pasar Senior berdasarkan kawasan atau negara berdasarkan prediksi
dan proyeksi sampai dengan 2050.
Negara/kawasan % Kaum
Senior
% yang ke
luar negeri
Harapan (Isu)
 Amerika Serikat 41% 28%  Kenyamanan.
 Kanada * 25%  Hiburan.
 Jepang 23% 7,6%  Kesehatan dan
keamanan.
 Australia 22% 9%  Rasa aman dan
experiences.
 Eropa Utara 16,2% *  Keamanan.
 Inggris 31% 17,4%  Keamanan.
 Jerman 40% *  Keamanan.
 Taiwan 20% *  Harga dan keamanan.
Sumber: Data sekunder (diolah), * data tidak tersedia
Dari seluruh data harapan wisatawan senior di atas, harapan yang paling mendapat
prioritas konsumen wisatawan senior adalah masalah yang berhubungan dengan adanya
jaminan keamanan, kemudian kenyamanan, hiburan, kesehatan, harga dan experiences.
Informasi tersebut di atas berimplikasi pada kemasan paket wisata yang akan ditawarkan pada
8
Taiwan is considered an elderly society. The elderly population has been estimated to be 2.8 million
people, or 12% who are older than 60. It has been projected that the elderly population will increase to
20% of the total population by 2033 (Ministry of Interior, 2001).
25
segmen wisatawan senior, dan yang diperkirakan paket-paket atau kemasan wisata yang
mampu menjamin rasa aman, kenyaman, jenis hiburan, jaminan kesehatan, harga, dan
penawaran tentang experiences akan menjadi preferensi wisatawan senior.
3. Kesimpulan dan Saran
3.1. Kesimpulan
Segmentasi wisatawan senior mengalami pertumbuhan yang cukup dinamis,
dimana hampir semua negara memperkirakan wisatawan senior akan mengalami
pertumbuhan yang cepat dibandingkan segmen pasar wisatawan lainnya. Beberapa
wisatawan senior bahkan merasa mereka lebih muda dari umur mereka karena adanya
perbaikan kesehatan, dan mereka lebih aktif. Mereka bahkan ingin mencari
pengalaman baru yang menantang seperti ingin melihat kebudayaan bangsa lain
sebelum mereka lebih tua dan sebelum kesehatannya semakin menurun.
Saat ini, dengan adanya perbaikan pendidikan, kesehatan, dan perbaikan
pendapatan telah mendorong perubahan untuk lebih menyukai kegiatan bersenang-senang
atau berwisata dibandingkan generasi sebelumnya. Beberapa kaum senior tersebut
bahkan berharap jika mereka pension mereka akan melakukan perjalanan wisata ke luar
negeri.
Untuk dapat menangkap peluang pertumbuhan segmen pasar senior ini,
diperlukan kreasi dan inovasi dalam mengelola bisnis dan kemasan produk yang sesuai
dengan preferensi wisatawan senior, pengelolaan destinasi yang diarahkan ramah
terhadap golongan senior dengan menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang dapat
dinikmati oleh wisatawan senior. Untuk melakukan kreasi dan inovasi yang tepat, maka
sudah dianggap penting untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku
wisatawan senior dalam memilih aktivitas wisata.
Perilaku wisatawan senior tersebut dapat didasarkan pada analisis hubungan
antara perbedaan budaya dan perilaku wisatawan dalam memilih aktivitas wisata,
perilaku wisatawan senior dapat juga dilihat dari konsep diri wisatawan yang turut
mempengaruhi pilihan aktivitas wisata, perilaku wisatawan senior juga dapat dilihat dari
26
gaya hidup, dan perilaku wisatawan tersebut dapat dihubungkan berdasarkan dimensi
perbedaan budaya, dimensi sikap diri, dan dimensi gaya hidup secara simultan.
3.2. Saran: Model Perencanaan Menyasar Wisatawan Senior
Strategi pemasaran mencerminkan pernyataan misi perusahaan dan dipengaruhi
oleh lingkungan bisnis eksternal. Untuk tujuan pemasaran, perencanaan strategis
didefinisikan sebagai proses dimana organisasi menganalisis kekuatan dan kelemahan di
pasar saat ini, memutuskan posisi dan berusaha untuk mencapainya, dan mendefinisikan
strategi dan program kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Masing-masing
mengandung unsur risiko dan membutuhkan pengeluaran. Dalam perencanaan pariwisata
tidak hanya faktor ekonomi dan manajerial saja, tetapi juga manfaat lingkungan, sosial
dan politik yang memerlukan pertimbangan subjektif. Lebih lanjut Schafer (1994: 155-
158) menunjukkan bahwa manfaat dari faktor-faktor subjektif dibentuk dengan
menggunakan perbandingan berpasangan, dan bahwa biaya manfaat masing-masing
selanjutnya diperkirakan untuk menentukan peringkat prioritas tujuan perencanaan.
Strategi pada akhirnya dikondisikan oleh kemampuan organisasi untuk membujuk
pelanggan dalam jumlah yang memadai untuk membeli cukup produk terhadap
persaingan yang agresif dalam rangka untuk mengamankan pendapatan kelebihan atas
biaya dalam jangka panjang. Strategi tersebut umumnya adalah sebagai berikut:
menentukan tujuan dan sasaran. Organisasi tempat di pasar yang dipilih, biasanya
didefinisikan dalam arti luas segmen target, volume penjualan, berbagai produk, pangsa
pasar dan profitabilitas.
Beberapa pertanyaan sebelum menyusunan strategi yang harus diketahui sebelum
melakukan strategi Segmentasi, Targeting, dan Positionning untuk wisatawan senior
adalah sebagai berikut:
27
Gambar 4. Extended Marketing Mix Sebagai Strategi Memenangkan Ceruk Pasar
Wisatawan Senior Bagi Destinasi Pariwisata Bali.
Product Place Promotion Price
 Physical good
features:
Sudahkan Bali
menyediakan
fasilitas fisik
untuk kaum
senior?
 Quality level:
Sudahkan Bali
memiliki kualitas
yang cukup untuk
kaum senior?
 Accessories:
Bagaimanakah
fasilitas yang
telah ada saat ini?
 Packaging:
adakah paket
wisata khusus
untuk kaum
senior?
 Warranties:
adakah jaminan
keamanan,
kesehatan, dsb?
 Product lines:
sudah siapkah
destinasi Bali
menyambut
kedatangan kaum
senior?
 Branding: sudah
cocokkah
branding Bali
dengan idealism
kaum senior?
 Channel type:
Adakah travel
agency yang
menawarkan
paket wisata usia
lanjut?
 Exposure: Adakah
experiences
tertentu yang akan
didapatkan di
destinasi Bali?
 Intermediaries:
Siapakah yang
telah memasarkan
paket wisata
senior?
 Outlet locations:
Obyek wisata dan
hotel-hotell
manakah yang
telah siap untuk
kaum senior?
 Transportation:
adakah alat
transportasi yang
cukup untuk kaum
senior?
 Managing
channels: Adakah
kerjasama antara
tour operator
dengan industri
pariwisata pada
destinasi Bali?
 Promotion blend:
adakah promosi
khusus tentang
paket wisata senior?
 Salespeople: adakah
tenaga penjual yang
menawarkan paket
wisata senior?
 Number: Berapa
jumlah anggaran
untuk promosi paket
wisata senior?
 Sales promotion:
sudahkan Promosi
penjualan
dilakukan?
 Publicity: adalah
publistas untuk
paket wisata senior?
 Flexibility:
Adakah
fleksibelitas
harga paket
wisata senior?
 Price level:
bagaimakah
tingkat
harganya?
 Terms: Kapan
paket ini
mengalami
high dan low
season?
 Differentiation:
adakah
bedanya
dengan
destinasi lain
atau produk
lainnya?
 Discounts:
Adakah
potongan harga
atau harga
khusus?
 Allowances:
Adakah
ketentuan
khusus untuk
membeli paket
wisata senior?
28
People Physical evidence Process
 Employees: Sudah
siapkan para
pekerja pariwisata
Bali menyambut
Wisatawan
senior?
 Recruiting:
Bagaimana
system
perekrutannya?
 Training: adakah
pelatihan khusus?
 Motivation:
Adakah motivasi
khusus untuk
menyambut
wisatawan senior?
 Rewards: Adakah
penghargaan
Khusus?
 Teamwork:
Bagaimanakah
dengan jaringan
kerja pariwisata
bali saat ini?
 Customers: Siapa
sajakah yang telah
menjadi
pelanggan untuk
paket wisatawan
senior saat ini?
 Education: adakah
pendidikan
khusus untuk
menyambut
wisatawan senior?
 Training: Adakah
pelatihan khusus
untuk menangani
wisatawan usia
lanjut khususnya
yang berhubungan
dengan P3K
 Facility design:
Adakah fasilitas
khusus bagi kaum
senior khususnya
yang cacat?
 Equipment:
Adakah alat dan
sarana untuk
kaum senior?
 Signage: Adakah
para pebisnis
pariwisata yang
tertarik tentang
segmen
wisatawan senior?
 Employee dress:
Penampilan para
pekerja pariwisata
yang menarik bagi
kaum senior?
 Other tangibles
 Reports: Adakah
dokumen tentang
wisatawan senior?
 Business cards:
Adakah
perusahaan
pariwisata yang
menaruh perhatian
tentang wisatawan
senior?
 Statements:
Adakah
pernyataan
kesediaan
menyambut
wisatawan senior?
 Guarantees:
Adakah Janiman
khususnya yang
berhubungan
dengan kesehatan
dan keamanan?
 Flow of activities: Punyakah destinasi
bali agenda atau jurnal aktivitas wisata
yang bisa dinikmati oleh kaum senior?
 Standardised: Adakah standarisasi untuk
melayani dan melakukan proses wisata
khusus untuk kaum senior?
 Customised: Adakah kebiasaan atau
aturan tertentu untuk kaum senior yang
telah dimiliki oleh destinasi Bali?
 Number of steps: Bagaimanakah prosedur
atau langkah-langkah untuk dapat
membeli paket wisata senior?
 Simple: Sudah sederhanakah proses yang
telah ada?
 Complex: Adakah kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh kaum senior untuk
melakukan kegiatan wisata di Bali?
 Customer involvement: Kegiatan atau
aktivitas wisata apa sajakah yang bias
dilakukan oleh kaum senior selama
mereka berlibur di Bali?
Source: Zeithaml & Bitner, 2000
29
Perencanaan pemasaran adalah proses terorganisir dari mempelajari pasar,
mengidentifikasi dan mengukur tren, dan mengembangkan tujuan pemasaran utama dan
mendukung program (Middleton, 1994). Operator Pariwisata yang ingin
mengembangkan bisnis mereka dapat memilih antara empat tujuan strategi dasar, yaitu:
penetrasi pasar (menjual lebih banyak produk yang ada di pasar yang ada), memasuki
pasar baru atau wilayah geografis, mengembangkan penawaran produk baru untuk pasar
yang ada, atau diversifikasi ( jual penawaran baru di pasar baru). Pertimbangan utama
ketika memasuki pasar baru adalah apakah ada kemauan atau kebutuhan pada bagian dari
pelanggan untuk membeli produk. Itu semua bermuara pada apakah seseorang dapat
menghasilkan pendapatan dan berapa banyak dan kapan (Zyman, 1999: 136).
Jika destinasi Pariwisata Bali melihat kondisi PLC product lifecycle yang
kecenderungannya nyaris berada pada Konsolidasi (consolidation) di mana pada tahap ini,
sector pariwisata menunjukkan dominasi dalam struktur ekonomi jika dibandingkan sector
lainnya di provinsi Bali dan ada kecenderungan dominasi jaringan international semakin kuat
memegang peranannya pada kawasan wisata atau destinasi pariwisata Bali. Kunjungan
wisatawan masih menunjukkan peningkatan yang cukup positif namun telah terjadi persaingan
harga diantara perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada kawasan Bali. Peranan
pemerintah local mulai semakin berkurang sehingga diperlukan konsolidasi untuk melakukan re-
organisasional, dan balancing peran dan tugas antara sector pemerintah dan swasta. Hubungan
antara swasta (MNC dan Nasional) dan pemerintah daerah semakin meningkat baik hubungan
Government to Government (G2G), Business to Business (B2B), dan Business to government
(B2G). artinya dalam kondisi sepertini masih sangat mungkin secara manajemen destinasi,
Bali masih bias dikonsolidasikan dan masih sangat mungkin melakukan strategi
segmenting, targeting, dan positioning yang sesuai dengan branding dan core product
pariwisata Bali yang didaulat sebagai pariwisata budaya. Di mana pariwisata budaya
adalah pariwisata yang dianggap paling ideal untuk segmen pasar wisatawan senior, dan
sebagai konskuensinya destinasi Bali harus mempunyai kesunguhan untuk melakukan re-
design atas bauran marketing destinasi sebagai strategi yang terintegrasi. Re-desain yang
sangat diperlukan adalah sebagai berikut:
30
Redesain Product yang meliputi:
• Physical good features: Menyediakan fasilitas fisik untuk kaum senior.
• Quality level: Menjamin kualitas produk untuk kaum senior.
• Accessories: Menyediakan fasilitas yang memadai untuk kaum senior.
• Packaging: Menawarkan paket wisata khusus untuk kaum senior.
• Warranties: Memberikan jaminan keamanan, kesehatan, dsb khususnya yang
berhubungan dengan kondisi wisatawan usia lanjut.
• Product lines: Memastikan bahwa destinasi Bali siap menyambut kedatangan
wisatawan senior.
• Branding: Menguatkan branding Bali dengan idealism wisatawan senior.
Menyediakan Bukti Fisik (Physical evidence) yang meliputi:
• Facility design: Design Paket wisata yang sesuai dengan kaum senior.
• Equipment: Penyediaan alat dan sarana untuk kaum senior.
• Signage: Adakah para pebisnis pariwisata yang tertarik tentang segmen wisatawan
senior.
• Employee dress: Penampilan para pekerja pariwisata yang menarik bagi wisatawan
senior.
• Reports: Menyediakan dokumen-dokumen yang dapar menarik kaum senior untuk
melaukan aktivitas wisata di Bali.
• Business cards: Perhatian Industri terhadap wisatawan senior.
• Statements: Membuat pernyataan kesediaan menyambut wisatawan senior.
• Guarantees: Memberikan kaniman mutu, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan dan keamanan.
Melakukan Promotion yang meliputi:
• Promotion blend: Melakukan promosi khusus tentang paket wisata senior.
• Salespeople: Menyediakan tenaga penjual yang menawarkan paket wisata senior.
• Number: Menyediakan anggaran untuk promosi paket wisata senior.
• Sales promotion: Melakukan Promosi penjualan wisata senior.
31
• Publicity: Melakukan publistas untuk paket wisata senior.
Penentuan Harga/Price yang meliputi:
• Flexibility: Menjual paket harga paket wisata senior yang fleksibel baik untuk
high maupun low season.
• Price level: Menentukan tingkat harga yang cukup bersaing
• Terms: Harga paket wisata yang sesuai dengan kondisi high dan low season.
• Differentiation: Menampilkan kelebihan destinasi Bali dibandingkan produk
lainnya.
• Discounts: Memberikan potongan harga atau harga khusus pada saat-saat tertentu.
• Allowances: Menentukan ketentuan khusus untuk membeli paket wisata senior
karena sifat dan segmen yang “nice” ceruk pasar khusus.
Kesiapan Manusia/People yang meliputi:
• Employees: Menyiapkan para pekerja pariwisata Bali yang siap menyambut
Wisatawan senior.
• Recruiting: Membuat system perekrutan pekerja pariwisata yang berhubungan
dengan wisata senior.
• Training: Memberikan pelatihan khusus bagi para pekerja yang berhubungan
dengan wisatawan senior.
• Motivation: Memberikan motivasi khusus bagi para pekerja khususnya yang
menangani wisatawan senior karena penanganan wisatawan senior relative lebih
kompleks daripada wisatawan lainnya.
• Rewards: Menyediakan penghargaan Khusus bagi pekerja yang berprestasi.
• Teamwork: Menjalin kerjasama jaringan kerja pariwisata Bali yang siap
menyambut wisatawan senior.
• Customers: Menentukan pelanggan untuk paket wisatawan senior.
• Education: Memberikan pendidikan khusus untuk menyambut wisatawan senior.
• Training: Memberikan pelatihan khusus untuk menangani wisatawan usia lanjut
khususnya yang berhubungan dengan P3K.
32
Menentukan Place yang meliputi:
• Channel type: Menyediakan travel agency yang menawarkan paket wisata senior.
• Exposure: Menawarkan experiences tertentu yang akan didapatkan di destinasi
Bali.
• Intermediaries: Menawarkan dan memasarkan paket wisata senior secara
konsisten.
• Outlet locations: Menyediakan obyek wisata atau daya tarik dan hotel-hotel yang
telah siap untuk kaum senior.
• Transportation: Menyediakan alat transportasi yang cukup untuk kaum senior.
• Managing channels: Melakukan kerjasama antara tour operator dengan industri
pariwisata pada destinasi Bali.
Menentukan Process yang meliputi:
• Flow of activities: Menyedikan agenda atau jurnal aktivitas wisata yang bisa
dinikmati oleh kaum senior.
• Standardised: Melakukan standarisasi untuk melayani dan melakukan proses
wista khusus untuk kaum senior.
• Customised: Menentukan kebiasaan atau aturan tertentu untuk kaum senior di
destinasi Bali.
• Number of steps: Membuat prosedur atau langkah-langkah pembelian paket
wisata senior.
• Simple: Menyerhanakan proses pemesanan paket wisata senior dan regulasinya.
• Complex: Mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh kaum senior untuk
melakukan kegiatan wisata di Bali.
• Customer involvement: Melibatkan wisatawan senior pada pemilihan kegiatan
atau aktivitas wisata apa saja yang bisa dilakukan oleh kaum senior selama
mereka berlibur di Bali.
33
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, G.K. and Morgan, K. 1998. Stability and change in levels of habitual
physical activity in later life. Age and Ageing 27, 17-23.
Bennett, JA (ed.) 2000: Managing tourism services; a Southern African perspective, second
edition. SA: Van Schaik Publishers.
Blazey, M.A. 1986. Research breathes new life into senior travel program. Parks and
Recreation October, 55-56.
Butler, R 1998: Sustainable tourism - looking backwards in order to progress? (In: Hall, CM
& Lew, AA (eds.), Sustainable tourism; a geographic perspective, p.25-34). USA:
Addison Wesley Longman Ltd.
Cohen, G.D. 2000 The Creative Age: Awakening Human Potential in the Second Half of
Life. HarperCollins, New York.
Cooper, C 1991: The technique of interpretation (In: Medlik, S (ed.), Managing tourism,
1997 edition, p.224-230). UK: Butterworth-Heinemann Ltd.
Cooper, C 1994a: Education and training (In: Witt, SF & Moutinho, L (eds.), Tourism
management and marketing handbook, second edition, p.140-144). UK: Prentice Hall
International (UK) Ltd.
Cooper, C 1994b: Product life cycle (In: Witt, SF & Moutinho, L (eds.), Tourism
management and marketing handbook, second edition, p.341-345). UK: Prentice Hall
International (UK) Ltd.
Cooper, C; Fletcher, J; Gilbert, D & Wanhill, S edited by Shepherd, R 1998: Tourism;
principles and practice, second edition. USA: Addison Wesley Longman Ltd.
Cooper, CP & Lockwood, A (eds) 1992: Progress in tourism, recreation and hospitality
management, volume four. UK: Belhaven Press.
Cross, G. 1990 A Social History of Leisure Since 1600. Venture, State College, Penn-
sylvania.
George, R 2001: Marketing South African tourism and hospitality. SA: Oxford University
Press Southern Africa.
Gillon, S.M. 2004 Boomer Nation: the Largest and Richest Generation Ever, and How it
Changed. Free Press, New York.
Horner, S & Swarbrooke, J 1996: Marketing tourism, hospitality and leisure in Europe.
Ing, D. 1993 Potential for senior travel escalates. Hotel and Motel Management 208.
34
Jackson and Burton 2005. Leisure Studies: Prospects for the Twenty First Centery.
Pennsylvania: State College Venture Publishing Inc.
Kelly, J.R. 1992 Leisure. In: Bogatta, E.F. ed. Encyclopedia of Sociology, Vol. 3.
Macmillan, New York.
Kelly, J.R. and Kelly, J.R. 1994 Multiple dimensions of meaning in the domains of work,
family and leisure. Journal of Leisure Research.
Kotler, P; Bowen, J & Makens, J 1996: Marketing for hospitality and tourism. USA:
Prentice-Hall Inc.
Kotler, P; Haider, DH & Rein, I 1993: Marketing places; attracting investment, industry,
and tourism to cities, states and nations. USA: The Free Press, Macmillan Inc.
Lawton, M.P. 1993 Meanings of activity. In: Kelly, J.R. ed. Activity and aging. Sage,
Newbury Park, California.
McGuire, F.A. (1984) A factor analytic study of leisure constraints in advanced adult-
hood.Leisure Sciences 6, 313-326.
McGuire, F.A., Boyd, R.K. and Tedrick, R.E. 2004 Leisure and Aging: Ulyssean Living
in Later Life, 3rd edn. Sagamore, Champaign, Illinois.
Middleton, VTC 1994: Marketing in travel and tourism, second edition. UK: Butterworth,
Heinemann Ltd.
Muller, T.E. and O’Cass, A. 2001 Targeting the young at heart: seeing senior vacationers
the way they see themselves. Journal of Vacation Marketing 7.
Patterson, Ian. 2006. Growing Older: Tourism and Leisure Behaviour of Older Adults.
School of Tourism and Leisure Management University of Queensland.
Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem,
dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Postma, P 1999: The new marketing era; marketing to the imagination in a technologydriven
world. USA: McGraw-Hill.
Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. Ketetapan Dirjen Imigrasi No.
F.256-12.02/2000. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut.
Jakarta.
Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. Keputusan Presiden /Keppres No.
31/1998. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut. Jakarta.
35
Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. SK Menteri Kehakiman No. M-04-
12.01.02/1998. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut. Jakarta.
Seaton, AV & Bennett, MM 1996: Marketing tourism products; concepts, issues, cases.
UK: International Thomson Business Press.
Shoemaker, S. 1989 Segmentation of the senior pleasure travel market. Journal of Travel
Research Winter 27.
Smith, C. and Jenner, P. 1997 The seniors travel market. Travel and Tourism Analyst.
Stebbins, R.A. 1998 After Work: The Search for an Optimal Leisure Lifestyle. Detselig
Enterprises, Calgary, Alberta.
Veal, A. and Lynch, R. 2001 Australian leisure. Longmans/Butterworth, French’s Forest,
New South Wales.
Wei, S. and Millman, A. 2002 The impact of participation in activities while on vacation
on seniors’ psychological well-being: a path model analysis. Journal of
Hospitality and Tourism Research 26.
World Tourism Organisation 1991: Tourism in the year 2000; qualitative aspects affecting
global growth. Spain: WTO.
World Tourism Organisation 1993: Sustainable tourism development; guide for local
planners. Spain: WTO.
World Tourism Organisation Business Council 1999: Marketing tourism organizations
online, strategies for the information age. Spain: WTOBC.
Zyman, S 1999: The end of marketing as we know it. USA: Harper Business.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Analisis pt. astra internasional mb 38-01
Analisis pt. astra internasional mb 38-01Analisis pt. astra internasional mb 38-01
Analisis pt. astra internasional mb 38-01Tazkia Karin
 
Anggaran Komprehensif
Anggaran KomprehensifAnggaran Komprehensif
Anggaran Komprehensifbudieto
 
Portofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasi
Portofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasiPortofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasi
Portofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasiJudianto Nugroho
 
solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008Suzie Lestari
 
Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5Judianto Nugroho
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03DanangKuncoro3
 
BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialBMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialMang Engkus
 
Resiko investasi ppt dhea
Resiko investasi ppt dheaResiko investasi ppt dhea
Resiko investasi ppt dheaDhea Pahlewi
 
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokokPsak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokokSri Apriyanti Husain
 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategiknasruddien
 
Manajemen strategik ppt
Manajemen strategik pptManajemen strategik ppt
Manajemen strategik pptNur Holiiffah
 
PPT Sertifikat Deposito
PPT Sertifikat DepositoPPT Sertifikat Deposito
PPT Sertifikat Depositoroejkmini
 
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...Anton Kurniawan
 
Perencanaan dan Pengaanggaran Perusahaan
Perencanaan dan Pengaanggaran PerusahaanPerencanaan dan Pengaanggaran Perusahaan
Perencanaan dan Pengaanggaran PerusahaanEko Mardianto
 
Analisis Laporan Arus Kas
Analisis Laporan Arus KasAnalisis Laporan Arus Kas
Analisis Laporan Arus Kasaikinou
 
Strategic management for corporate parenting
Strategic management for corporate parentingStrategic management for corporate parenting
Strategic management for corporate parentingArif Partono
 

Mais procurados (20)

(stock valuation)
(stock valuation)(stock valuation)
(stock valuation)
 
Analisis pt. astra internasional mb 38-01
Analisis pt. astra internasional mb 38-01Analisis pt. astra internasional mb 38-01
Analisis pt. astra internasional mb 38-01
 
Anggaran Komprehensif
Anggaran KomprehensifAnggaran Komprehensif
Anggaran Komprehensif
 
Portofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasi
Portofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasiPortofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasi
Portofolio investasi-bab-8-pengertian-obligasi
 
solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008
 
Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5
 
Anggaran Perusahaan
Anggaran PerusahaanAnggaran Perusahaan
Anggaran Perusahaan
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
 
BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialBMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
 
Resiko investasi ppt dhea
Resiko investasi ppt dheaResiko investasi ppt dhea
Resiko investasi ppt dhea
 
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokokPsak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
Psak 55-pengakuan-instrumen-keuangan-ias-39-18122013-pokok
 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategik
 
Manajemen strategik ppt
Manajemen strategik pptManajemen strategik ppt
Manajemen strategik ppt
 
Group 9 csr
Group 9 csr Group 9 csr
Group 9 csr
 
PPT Sertifikat Deposito
PPT Sertifikat DepositoPPT Sertifikat Deposito
PPT Sertifikat Deposito
 
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU NO. 20 Tahun 2008 Tentang...
 
Perencanaan dan Pengaanggaran Perusahaan
Perencanaan dan Pengaanggaran PerusahaanPerencanaan dan Pengaanggaran Perusahaan
Perencanaan dan Pengaanggaran Perusahaan
 
Analisis Laporan Arus Kas
Analisis Laporan Arus KasAnalisis Laporan Arus Kas
Analisis Laporan Arus Kas
 
Bab 12 - Financial Distress
Bab 12 - Financial DistressBab 12 - Financial Distress
Bab 12 - Financial Distress
 
Strategic management for corporate parenting
Strategic management for corporate parentingStrategic management for corporate parenting
Strategic management for corporate parenting
 

Semelhante a Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

dasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.ppt
dasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.pptdasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.ppt
dasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.pptSyafiraDhiaAshilah
 
Dasar dasar-pemasaran
Dasar dasar-pemasaranDasar dasar-pemasaran
Dasar dasar-pemasaranWahyu Impian
 
peran riset pemasaran dalam pengambilan
peran  riset pemasaran dalam pengambilanperan  riset pemasaran dalam pengambilan
peran riset pemasaran dalam pengambilanAli Mashduqi
 
konsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasakonsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasabrooks44
 
6. bab ii
6. bab ii6. bab ii
6. bab iiNellyR1
 
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxYusufMuhammad65
 
MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARANMANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARANTika Nafisah
 
Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaranManajemen pemasaran
Manajemen pemasaranISID
 
Analisis marketing mix
Analisis marketing mixAnalisis marketing mix
Analisis marketing mixSaab Sanchez
 
MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)
MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)
MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)Tika Nafisah
 
12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...
12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...
12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...JustinDarius
 
Kelanjutan Marketing Mix.pptx
Kelanjutan  Marketing Mix.pptxKelanjutan  Marketing Mix.pptx
Kelanjutan Marketing Mix.pptxRaysaAfnita
 
Bab 12 karunia & rifaldo
Bab 12 karunia & rifaldoBab 12 karunia & rifaldo
Bab 12 karunia & rifaldopengantarbisnis
 

Semelhante a Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali (20)

dasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.ppt
dasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.pptdasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.ppt
dasar-dasar-pemasaran untuk ekonomi.ppt
 
Rencana pemasaran
Rencana pemasaranRencana pemasaran
Rencana pemasaran
 
Dasar dasar-pemasaran
Dasar dasar-pemasaranDasar dasar-pemasaran
Dasar dasar-pemasaran
 
peran riset pemasaran dalam pengambilan
peran  riset pemasaran dalam pengambilanperan  riset pemasaran dalam pengambilan
peran riset pemasaran dalam pengambilan
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
konsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasakonsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasa
 
Pengertian pemasaran
Pengertian pemasaranPengertian pemasaran
Pengertian pemasaran
 
6. bab ii
6. bab ii6. bab ii
6. bab ii
 
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
 
MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARANMANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARAN
 
Promosi
PromosiPromosi
Promosi
 
Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaranManajemen pemasaran
Manajemen pemasaran
 
Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaranManajemen pemasaran
Manajemen pemasaran
 
Analisis marketing mix
Analisis marketing mixAnalisis marketing mix
Analisis marketing mix
 
MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)
MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)
MANAJEMEN PEMASARAN (Mata Kuliah Pengantar Bisnis)
 
12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...
12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...
12 , kewirausahaan , justin darius , hapzi ali , management marketing, univer...
 
PEMASARAN.pptx
PEMASARAN.pptxPEMASARAN.pptx
PEMASARAN.pptx
 
Bab 12b marketing
Bab 12b marketingBab 12b marketing
Bab 12b marketing
 
Kelanjutan Marketing Mix.pptx
Kelanjutan  Marketing Mix.pptxKelanjutan  Marketing Mix.pptx
Kelanjutan Marketing Mix.pptx
 
Bab 12 karunia & rifaldo
Bab 12 karunia & rifaldoBab 12 karunia & rifaldo
Bab 12 karunia & rifaldo
 

Mais de Rai Utama I Gusti Bagus

Strategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisata
Strategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisataStrategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisata
Strategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisataRai Utama I Gusti Bagus
 
Publikasi bali budaya dan pembangunan ekonomi
Publikasi bali budaya dan pembangunan ekonomiPublikasi bali budaya dan pembangunan ekonomi
Publikasi bali budaya dan pembangunan ekonomiRai Utama I Gusti Bagus
 
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber dayaPengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber dayaRai Utama I Gusti Bagus
 
Pariwisata dalam pandangan islam dan muslim
Pariwisata dalam pandangan islam dan muslimPariwisata dalam pandangan islam dan muslim
Pariwisata dalam pandangan islam dan muslimRai Utama I Gusti Bagus
 
Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...
Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...
Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...Rai Utama I Gusti Bagus
 
Health and wellness tourism tugas individu
Health and wellness tourism tugas individuHealth and wellness tourism tugas individu
Health and wellness tourism tugas individuRai Utama I Gusti Bagus
 
Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...
Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...
Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...Rai Utama I Gusti Bagus
 

Mais de Rai Utama I Gusti Bagus (7)

Strategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisata
Strategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisataStrategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisata
Strategi meminimalkan economic leakages pada sektor pariwisata
 
Publikasi bali budaya dan pembangunan ekonomi
Publikasi bali budaya dan pembangunan ekonomiPublikasi bali budaya dan pembangunan ekonomi
Publikasi bali budaya dan pembangunan ekonomi
 
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber dayaPengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
Pengembangan eco tourism untuk konservasi sumber daya
 
Pariwisata dalam pandangan islam dan muslim
Pariwisata dalam pandangan islam dan muslimPariwisata dalam pandangan islam dan muslim
Pariwisata dalam pandangan islam dan muslim
 
Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...
Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...
Mengukur impact of climate change pada industri pariwisata menggunakan model ...
 
Health and wellness tourism tugas individu
Health and wellness tourism tugas individuHealth and wellness tourism tugas individu
Health and wellness tourism tugas individu
 
Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...
Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...
Analisis siklus hidup destinasi pariwisata bali kajian ekonomi pariwisata ter...
 

Último

Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptJhonSutarka1
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfAgusyunus2
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxAnissaPratiwi3
 
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaAPAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaMichael Rada
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBambu hoki88
 
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.nuranisasignature
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTRikoMappedeceng1
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...FORTRESS
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1alvinjasindo
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tanikwtkelurahanmekarsar
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxItaaNurlianaSiregar
 
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxPERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxinichaneldhea
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNajlaNazhira
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxMuhammadDidikJasaGb
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkajaunikbetslotbankmaybank
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...unikbetslotbankmaybank
 

Último (20)

Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
 
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaAPAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
 
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptxPERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
PERAN DAN FUNGSI KOPERASI-TUGAS PPT NOVAL 2B.pptx
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
 

Extended marketing mix sebagai strategi memenangkan ceruk pasar wisatawan senior bagi destinasi pariwisata bali

  • 1. 0 EXTENDED MARKETING MIX SEBAGAI STRATEGI MEMENANGKAN CERUK PASAR WISATAWAN SENIOR BAGI DESTINASI PARIWISATA BALI Oleh I Gusti Bagus Rai Utama (Tema Disertasi Ceruk Pasar Wisatawan Senior) Program S3 Pariwisata, Universitas Udayana, BALI 1. Pendahuluan Pemasaran bukanlah alat untuk mencapai tujuan, pemasaran adalah proses yang berkelanjutan, yang berorientasi pada hubungan aktivitas yang saling terkait. Untuk memulai proses pemasaran, pemasar harus mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen, umumnya dapat diketahui melalui riset pemasaran, dan mengembangkan produk yang tepat. Pemasar kemudian harus menginformasikan kepada pelanggan tentang produknya melalui promosi. Setelah produk tersebut telah dijual atau pemesanan telah dibuat, tujuannya harus untuk memuaskan pelanggan. Prinsip-prinsip inti dari pemasaran meliputi pendekatan pemasaran yang berorientasi, segmentasi pasar, bauran pemasaran dan siklus hidup produk, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Bauran pemasaran mengacu pada berbagai komponen atau instrumen yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen. Pada pengenalan bauran pemasaran tradisional, yang terdiri dari empat Ps: yakni Product, Price, Place dan Promotion, membentuk faktor-faktor keputusan kunci dalam setiap rencana pemasaran. Tiga Ps tambahan yang merupakan faktor keputusan penting di bidang pariwisata, yaitu People, Physical evidence dan Process juga akan perhatian yang cukup penting. Prinsip penting terakhir yang akan dibahas adalah siklus hidup produk, yang menunjukkan bahwa semua produk melewati berbagai tahap kehidupan yaitu, pengenalan, pertumbuhan, kematangan dan penurunan. Pemasaran tradisional telah difokuskan pada pelanggan eksternal, tetapi menerapkan prinsip-prinsip yang sama kepada karyawan perusahaan (pemasaran internal), yang menjadi semakin penting untuk
  • 2. 1 ditekankan. Pemasar semakin menyadari pentingnya hubungan kegiatan manajemen dan menunjukkan perhatian yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. 1.1. Peran pemasaran Menurut Middleton, (1994: 17) mengatakan bahwa dalam pemasaran pariwisata terdapat lima elemen yang dilibatkan secara bersama-sama; elemen tersebut adalah elemen permintaan “market demand”, element biro berjalanan “travel organizers”, elemen lembaga-lembaga pariwisata pada destinasi “destination organizers”, elemen penawaran “product supply”, dan elemen fisik aksesibilitas. Kelima elemen tersebut sering disebut dengan marketing dalam konteks pemasaran destinasi pariwisata. Seperti tampak pada Gambar 1 dibawah ini. “Marketing brings the five major sectors of the tourism industry together, namely the market demand in the area of origin, the product supply at the destination, the transportation or physical access to destinations, the distribution organisations, and travel organisers, Marketing influences visitors’ demands, but not all visitors are influenced by marketing activities. (Middleton, 1994: 17).
  • 3. 2 Gambar. 1. Link Antara Permintaan Dan Penawaran, Dan Pengaruhnya Pada Pemasaran Pada Gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa pemasaran berpengaruh pada tuntutan wisatawan, tetapi tidak semua wisatawan yang dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran. Misalnya, wisatawan domestik yang melakukan perjalanan dengan mobil pribadi dan yang tinggal dengan teman dan kerabat tidak mungkin dipengaruhi oleh pemasaran. Pemasaran terdiri dari unsur-unsur berikut: sikap dan keputusan pelanggan (target pasar) tentang utilitas yang dirasakan dan nilai barang dan jasa yang tersedia, sesuai dengan kebutuhan mereka, keinginan, minat dan kemampuan untuk membayar. Hal ini juga terdiri dari sikap dan keputusan tentang produksi produsen barang dan jasa untuk dijual, dalam konteks lingkungan bisnis mereka dan tujuan jangka panjang. Terakhir itu termasuk cara-cara di mana produsen berkomunikasi dengan pelanggan, sebelum, selama dan setelah titik penjualan, dan mendistribusikan atau menyediakan akses ke produk mereka (Middleton, 1994: 17). Tidak ada harmoni otomatis antara apa yang pelanggan inginkan dengan kesediaan mereka membayar dan dengan apa yang produsen mampu sediakan atau
  • 4. 3 hasilkan. Dalam prakteknya ada ketegangan yang biasanya terus antara kebutuhan produsen untuk keuntungan dan efisiensi penggunaan aset, dan pencarian konsumen untuk sebuah nilai dan kepuasan. Manajer pemasaran seringkali harus menggunakan pertimbangan dalam menyeimbangkan kebutuhan para pihak yang bertentangan, dan melakukannya dengan pengetahuan yang tidak tepat tentang pelanggan mereka, dan tentang keputusan produsen lain pemasaran produk yang kompetitif. Semakin baik keseimbangan antara kepentingan kedua belah pihak, semakin kecil pengeluaran pemasaran yang diperlukan sebagai proporsi dari pendapatan penjualan. Sebagai contoh, jika operator telah dirancang secara akurat, harga dan kapasitas dinilai, penjualan akan tercapai dengan biaya promosi yang relatif rendah (Middleton, 1994: 18). Pemasaran adalah kegiatan yang sistematis dan serius yang diawali dengan rencana dan mengambil tindakan yang mendapatkan lebih banyak orang untuk membeli lebih banyak produk pemasok, lebih sering dan pada harga yang lebih tinggi, sehingga lebih banyak uang dihasilkan (Zyman, 1999: 6). Pemasaran bukanlah tentang membuat desain; memiliki desain hanya berarti bahwa orang tahu siapa anda, tetapi tidak memotivasi mereka untuk melakukan apapun (Zyman, 1999: 20). 1.2. Pemasaran jasa Karena produk pariwisata tersebut tidak dapat dipasarkan dengan cara yang persis sama seperti produk manufaktur, sejak pembelian daripadanya tidak memberikan kepemilikan item fisik yang dapat digunakan atau dikonsumsi pada pilihan pemilik waktu dan tempat. Produksi dan konsumsi terjadi di lokasi produsen, dan konsumen harus hadir di lokasi yang tetap untuk mengakses kapasitas. Tidak ada distribusi fisik produk pariwisata dan perhotelan dan distributor membawa pelanggan dan penawaran bersama- sama, yang umumnya berupa komponen independen dari produk pariwisata secara total. Variasi dalam jangkauan, dan perbedaan dalam jenis layanan yang ditawarkan, ditentukan oleh sikap dan perilaku para pekerja, yang tidak dapat direplikasi dengan presisi yang sama persis atau dampak emosional. Kinerja pelayanan akibatnya tidak dapat dievaluasi terlebih dahulu, dan tidak menjamin unsur risiko yang berkaitan dengan varians kualitas dalam mewujudkan suatu situasi tertentu. Hal ini juga mungkin untuk
  • 5. 4 menggeneralisasi apakah pelanggan puas akan setia atau tidak. Pemasar mengatasi kompleksitas dengan memberikan sentuhan pribadi dan bukti nyata (sinyal atau isyarat) dari apa yang dapat diharapkan. Para pekerja atau karyawan harus diaktifkan untuk memberikan pelayanan dan menjaga janji yang dibuat. Oleh karena itu pemasar jasa menggunakan bauran pemasaran yang diperluas, yang melibatkan unsure manusia, layout fisik dan atmosfer yang membawa pengaruh pada signifikansi lebih besar dari pada kasus produk fisik. Penekanan kuat ditempatkan pada penjualan pribadi dan promosi dari mulut ke mulut. Selain karakteristik tersebut tidak dapat dipahami, ketidakterpisahan dan variabilitas, produk jasa yang sangat mudah rusak karena jasa adalah tetap dalam ruang dan waktu tertentu. Tidak ada kemungkinan untuk membuat atau memegang saham untuk memenuhi fluktuasi harian dalam permintaan (Middleton, 1994: 32). 1.3. Bauran Pemasaran diperluas untuk Jasa Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai campuran variabel pemasaran terkendali bahwa organisasi menggunakannya untuk mengejar tingkat penjualan berdasarkan pasar sasaran. Empat komponen dasar adalah formulasi produk sesuai dengan perubahan kebutuhan target pelanggan, harga yang digunakan untuk mengelola volume penjualan; promosi untuk membuat pelanggan potensial sadar dan baik dibuang ke arah membeli itu, dan tempat yang meliputi lokasi atau fasilitas dan semua tempat penjualan yang menyediakan akses ke produk ke calon pelanggan. Masing-masing berisi banyak sub-elemen dan Middleton (1994: 65) berpendapat bahwa manusia, bukti fisik dan proses, sebenarnya adalah elemen integral dari produk. Middleton lebih lanjut berpendapat bahwa integrasi tersebut akibatnya mendorong penggunaan istilah produk- bauran, bauran promosi-dan sebagainya, yang bertentangan dengan penggunaan suatu bauran pemasaran diperpanjang. Cooper et al. (1998: 410) berbagi pandangan dan percaya bahwa empat Ps menawarkan kerangka kerja yang memadai di mana perbedaan antara produk dan
  • 6. 5 pemasaran jasa dapat dimasukkan. Bauran pemasaran diperluas untuk jasa digambarkan dalam Gambar 2. Gambar. 2 Bauran Pemasaran yang diperluas untuk Produk Jasa Product Place Promotion Price Physical good features Quality level Accessories Packaging Warranties Product lines Branding Channel type Exposure Intermediaries Outlet locations Transportation Storage Managing channels Promotion blend Salespeople Number Selection Training Incentives Advertising Targets Media types Types of ads Copy thrust Sales promotion Publicity Flexibility Price level Terms Differentiation Discounts Allowances People Physical evidence Process Employees Recruiting Training Motivation Rewards Teamwork Customers Education Training Facility design Equipment Signage Employee dress Other tangibles Reports Business cards Statements Guarantees Flow of activities Standardised Customised Number of steps Simple Complex Customer involvement Source: Zeithaml & Bitner, 2000 1.3.1. Product/Produk Produk pariwisata yang inklusif adalah pengalaman bermakna yang memberikan konteks langsung kepada pengunjung, namun bergantung pada rangsangan indera penglihatan dan suara. Wisatawan akan mungkin mengembangkan apresiasi yang kaya dan bermakna untuk tempat dan menafsirkannya.
  • 7. 6 Sumber daya ini terutama dikonsumsi sebagai pengalaman, afektif yang berharga, menyenangkan terhadap faktor berwujud dan tidak berwujud. Kognisi dengan kata sifat seperti bentuk pendidikan, informatif dari pengalaman. Wisatawan akan cenderung untuk mengambil lebih dari minat yang lewat di lingkungan dan berbagi pengetahuan dengan orang lain, untuk memperkaya interpretasi mereka sendiri. Pengetahuan hasil dari mengunjungi daya tarik alami tampaknya akan menjadi afirmatif, bukan kognitif. Pembelajaran baru kumulatif tidak berada dalam kontrol operator, tetapi mereka mungkin mendorong perkembangan empati dengan isu-isu konservasi. Kunci sukses bagi sebuah perusahaan di industri pariwisata adalah dapat menyesuaikan penawaran produk untuk memenuhi kebutuhan target pasar yang didefinisikan secara sempit yang sulit bagi pesaing untuk menyamai atau melebihi, dengan kata lain, untuk menciptakan dan menembus ceruk pasar. Namun, hanya dalam kasus yang jarang pemasar pariwisata memiliki pilihan untuk membentuk produk dari bawah ke atas, karena hanya potongan-potongan kecil dari tujuan dapat dimodifikasi. 1.3.2. People/Manusia Periwisata sering digambarkan sebagai industri manusia dan manusia yang menjadi cara dimana perusahaan membedakan diri untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar (George, 2001: 274). Setelah wisatawan masuk pada destinasi wisata mereka disambut dan dilayani oleh manusia-manusia dan dalam interaksi ini mereka baik memainkan peran penting atau tidak penting (Bennett, 2000: 226). Layaknya Jasa pengiriman manusia menyediakan real-time promosi jasa, dan budaya pelayanan harus dikembangkan melalui pemasaran internal. Pemasaran adalah fungsi yang dimiliki setiap orang dalam organisasi (Zyman, 1999: 198). Semua aktor manusia yang berperan dalam penyediaan layanan, yaitu personil perusahaan, pelanggan dan pelanggan lainnya di lingkungan pelayanan, mempengaruhi persepsi pembeli dari layanan itu sendiri.
  • 8. 7 1.3.3. Physical evidence/Bukti fisik Penawaran Pariwisata dan perhotelan adaah penawaran yang tidak berwujud namun konsumen biasanya mencari bukti nyata untuk mengevaluasi produk sebelum membeli (George, 2001). Lebih lanjut dijelaskan bahwa bukti fisik memberikan kontribusi untuk pelaggan bagaimana mereka benar-benar menilai kualitas jasa; itu adalah bentuk nyata yang memfasilitasi kinerja dan termasuk peralatan dan lingkungan di mana jasa disampaikan, termasuk ruang, tata letak, suasana, artefak , interaksi antara pelanggan, dan antara perusahaan dan pelanggan. Pelayanan komunikasi, seperti penampilan brosur, kop surat, juga merupakan indikator penting dari kualitas. 1.3.4. Proses Sebuah Jasa dilakukan dan tidak diserahkan seperti dalam kasus barang diproduksi, dan orang-orang membentuk bagian dari proses dan pengiriman dengan cara ramah, suka menolong dan efisiensi. Pelanggan yang berpengalaman menginginkan pelayanan yang terorganisir, teratur, cepat, nyaman, dan baik seragam atau disesuaikan (Bennett, 2000: 228). Sistem operasi dan mekanisme, dan langkah-langkah yang sebenarnya dalam pengiriman dan prosedur, atau aliran kegiatan pelayanan ini disampaikan, menyediakan pelanggan dengan bukti yang menilai layanan ini. Akibatnya, proses yang dilakukan adalah bagian penting dari penawaran, dan operator harus memperhatikan cara di mana garis depan karyawan berinteraksi dengan pelanggan selama proses penciptaan dan pengiriman jasa atau pelayanan (George, 2001: 281). 1.3.5. Price/Harga
  • 9. 8 Industri perjalanan wisata adalah industri yang disibukkan dengan harga karena karakteristik produk seperti regulasi resmi yang luas dan waktu yang lama antara keputusan harga dan penjualan. Operator wajib mempublikasikan harga di brosur di muka panduan produksi (Horner & Swarbrooke, 1996: 178). Namun, pentingnya harga sebagai alat pemasaran sering diremehkan (George, 2001: 184). Pengurangan sementara mungkin digunakan untuk tujuan promosi untuk menarik konsumen di musim sepi, untuk menutupi biaya tetap tinggi atau untuk mempromosikan pada pembeli pemula. Faktor internal dan eksternal mempengaruhi keputusan harga. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga meliputi tujuan pemasaran perusahaan, komponen lain dari bauran pemasaran seperti komponen biaya dan promosi (George, 2001: 281). Harga tidak hanya menentukan profitabilitas, tetapi juga merupakan alat yang ampuh bagi pemasar untuk mencapai tujuan strategis bisnis dan alat taktis untuk memanipulasi permintaan pada menit-menit terakhir melalui insentif (Middleton, 1994: 97). Struktur harga mencerminkan keputusan pemasaran strategis mengenai positioning produk, tujuan perusahaan, dan kembali pada persyaratan investasi. Ini harus mencerminkan dan memperkuat komponen lain dari bauran pemasaran dan harus secara akurat mencerminkan nilai penawaran. Faktor eksternal pemasaran harus dipertimbangkan ketika membuat keputusan harga meliputi sifat permintaan, persepsi konsumen, elastisitas harga dan persaingan (George, 2001: 186). Pemasar memiliki beberapa tingkat kontrol atas faktor internal tetapi sifatnya sedikit jika ada kontrol atas faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi harga. Sedangkan biaya menetapkan batas bawah harga, pasar dan permintaan mengatur batas atas (Kotler et al, 1996:. 381). Kualitas yang ditawarkan harus memenuhi harapan harga yang telah ada dalam pikiran pelanggan. Harga juga dapat menjadi simbol status. Akhirnya adalah konsumen yang memutuskan apakah tempat ini layak harga dan sangat penting untuk menetapkan harga sesuai dengan ide-ide mereka nilai. Jika nilai keseluruhan dianggap tidak dapat diterima, konsumen dapat memilih pengganti atau memutuskan untuk membatalkan pembelian (Cooper et al, 1998:. 397).
  • 10. 9 Elastisitas harga permintaan atau sensitivitas terhadap perubahan harga perlu dipertimbangkan, berdasarkan penting tidaknya perjalanan atau berwisata dan banyak alternatif untuk menghabiskan liburan. Wisatawan bereaksi secara berbeda terhadap harga produk pariwisata yang berbeda, dan karena itu elastisitas harga mereka berbeda. Ketika ditawarakan yang unik, berkualitas tinggi, bergengsi atau eksklusif, konsumen biasanya kurang sensitif terhadap harga dan permintaan yang lebih elastis. Namun, seseorang menjadi lebih menghabiskan pada produk yang lebih sensitif terhadap harga (Kotler et al, 1996:. 388-392). Reaksi pesaing terhadap perubahan harga juga perlu dipertimbangkan. Sebuah keuntungan harga yang mengambil pangsa pasar dari pesaing sering akan memprovokasi reaksi perang harga. Keuntungan harga sehingga akan dinetralisir oleh penurunan harga pesaing. Harga harus terus dievaluasi dan disesuaikan. Adanya fluktuasi sering tidak terduga dalam permintaan, yang memerlukan respon harga taktis. 1.3.6. Promotion/Promosi Promosi adalah istilah deskriptif untuk campuran kegiatan komunikasi, baik secara pribadi dan melalui media massa, dilakukan dalam rangka untuk mempengaruhi orang-orang untuk membeli. Umumnya merangkum periklanan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat dan dibangun di sekitar satu maksud atau tujuan, yang dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Middleton, 1994: 149). Konsumen memiliki pilihan dan pemasar harus memberikan mereka sebuah alasan, selain harga, untuk memutuskan untuk membeli produk mereka (Zyman, 1999: 101). Potensi media untuk membawa tentang transaksi tergantung pada tingkat personalisasi, tingkat interaktivitas dan stimulasi sensorik (Postma, 1999: 94). Dari perspektif promosi, konsumen 'adalah mekanisme riskreduction (Seaton & Bennet, 1996: 183). Ada kebutuhan, tidak hanya untuk mempengaruhi target pasar, tetapi juga untuk mempengaruhi kontak dagang seperti agen ritel dan pembuat opini, misalnya untuk wartawan dan penulis perjalanan.
  • 11. 10 1.3.7. Place/Distribusi Sifat dari sistem distribusi dan proses adalah salah satu cara utama di mana pemasaran jasa pariwisata berbeda dari pemasaran barang. Membuat dan memanipulasi akses adalah cara untuk mengelola permintaan untuk produk yang sangat tahan lama. Produsen bersedia membayar jumlah yang relatif besar untuk memperluas keuntungan dari penjualan mereka (Middleton, 1994: 200). Untuk bisnis dengan hanya, satu unit produksi, seperti restoran, penginapan atau obyek wisata yang kecil, pilihan lokasi adalah keputusan bisnis yang paling penting, karena harus mengamankan aliran yang memadai dari pelanggan dengan wilayah sebagai pintu masuk. Lokasi yang baik adalah tempat produksi dan titik utama penjualan, dan konsep distribusi berhubungan dengan telepon untuk pemesanan. Ketika perjalanan dibeli hari ini biasanya tidak lebih dari informasi pada sistem reservasi komputer (WTOBC, 1999: 3). Airlines, hotel besar dan perusahaan penyewaan mobil telah membuat langkah besar dalam manajemen persediaan sejak pertengahan tahun delapan puluhan melalui link komputer interaktif. Mereka memanfaatkan lima sistem atas reservasi komputer internasional yang dikenal sebagai GDSS yaitu: Amadeus, Apollo, Galileo, Sabre dan Worldspan. Sistem GDS telah menciptakan kenyamanan pelanggan dan produktivitas operasional ditingkatkan melalui kecepatan dan akses. Mereka telah mengurangi jumlah staf yang diperlukan dan biaya unit membuat pemesanan individu. Sistem ini menyediakan penerbangan antara lain tiket otomatis dan faktur dan akses komprehensif ke penyewaan mobil, feri dan jasa akomodasi (Cooper et al, 1998). Namun, telah ditemukan bahwa bahkan jika terhubung melalui GDS, agen perjalanan lebih suka menggunakan cara booking atau konfirmasi transaksi Hotel melalui telepon, karena biaya yang harus dikeluarkan dua kali lipat biaya reservasi. Alasan untuk ini adalah bahwa hotel ini sangat individualistis dan produk yang mereka jual tidak standar (WTOBC, 1999). Konsumen mengambil komunikasi global dengan cepat dan akses ke informasi dan selama sepuluh tahun ke terakhir komputer pribadi telah menjadi aspek normal dari kehidupan sehari-hari. Internet telah menjadi sesuatu yang sederhana untuk digunakan
  • 12. 11 seperti televisi (WTOBC, 1999: 23). Turis menggunakan World Wide Web sebagai sumber informasi utama, misalnya sejak peluncuran situs Pariwisata Australia Barat Komisi Web, www.westernaustralia.net pada bulan April 1999 sampai pertengahan Juni 1999, itu memiliki sekitar 75 000 pengunjung unik (WTOBC , 1999). Pada tahun 1997 pemesanan hotel online menyumbang sembilan persen dari pendapatan industri secara keseluruhan perjalanan internet, dan diharapkan tumbuh untuk kuartal dengan 2002 (WTOBC, 1999: 52). Namun, pemesanan hotel sebagian besar masih dilakukan melalui direktori Hotel, melalui promosi di media cetak, pra-penjualan melalui operator tur, berjalan-dalam bisnis dan pemasaran langsung (WTOBC, 1999). 1.4. Daur Hidup Destinasi Pariwisata Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata khususnya pengembangan kawasan wisata atau obyek wisata pada umumnya mengikuti alur atau siklus kehidupan pariwisata yang lebih dikenal dengan Tourist Area Life Cycle (TLC) sehingga posisi pariwisata yang akan dikembangkan dapat diketahui dengan baik dan selanjutnya dapat ditentukan program pembangunan, pemasaran, dan sasaran dari pembangunan pariwisata tersebut dapat ditentukan dengan tepat. Siklus hidup pariwisata pada umumnya mengacu pada konsep TLC (Butler’s 80, Tourist Area Lifecycle) yang dapat dijabarkan pada Gambar 3. (Hypothetical Evolution of a Tourist Area) sebagai berikut :
  • 13. 12 Gambar 3. Hypothetical Evolution of a Tourist Area. Source: Butler, R. W. 1980. "The Concept of a Tourism Area Life Cycle of Evolution: Implications for Management of Resources." The Canadian Geographer 24(1), p. 8. Tahap 1. Penemuan (Exploration) Potensi pariwisata berada pada tahapan identifikasi dan menunjukkan destinasi memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik atau destinasi wisata karena didukung oleh keindahan alam yang masih alami, daya tarik wisata alamiah masih sangat asli, pada sisi lainnya telah ada kunjungan wisatawan dalam jumlah kecil dan mereka masih leluasa dapat bertemu dan berkomunikasi serta berinteraksi dengan penduduk local. Karakteristik ini cukup untuk dijadikan alasan pengembangan sebuah kawasan menjadi sebuah destinasi atau daya tarik wisata. Tahap 2. Pelibatan (Involvement) Pada tahap pelibatan, masyarakat local mengambil inisiatif dengan menyediakan berbagai pelayanan jasa untuk para wisatawan yang mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan dalam beberapa periode,. Masyarakat dan pemerintah local sudah mulai melakukan sosialiasi atau periklanan dalam skala terbatas, pada musim atau bulan atau hari-hari tertentu misalnya pada liburan sekolah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar, dalam kondisi ini pemerintah local mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur pariwisata namun masih dalam skala dan jumlah yang terbatas.
  • 14. 13 Tahap 3. Pengembangan (Development) Pada tahapan ini, telah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar dan pemerintah sudah berani mengundang investor nasional atau internatsional untuk menanamkan modal di kawasan wisataw yang akan dikembangkan. Perusahaan asing (MNC) Multinational company1 ) telah beroperasi dan cenderung mengantikan perusahan local yang telah ada, artinya usaha kecil yang dikelola oleh penduduk local mulai tersisih hal ini terjadi karena adanya tuntutan wisatawan global yang mengharapkan standar mutu yang lebih baik. Organisasi pariwisata mulai terbentuk dan menjalankan fungsinya khususnya fungsi promotif yang dilakukan bersama-sama dengan pemerintah sehingga investor asing mulai tertarik dan memilih destinasi yang ada sebagai tujuan investasinya. Tahap. 4 Konsolidasi (consolidation) Pada tahap ini, sector pariwisata menunjukkan dominasi dalam struktur ekonomi pada suatu kawasan dan ada kecenderungan dominasi jaringan international semakin kuat memegang peranannya pada kawasan wisata atau destinasi tersebut. Kunjungan wisatawan masih menunjukkan peningkatan yang cukup positif namun telah terjadi persaingan harga diantara perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada kawasan tersebut. Peranan pemerintah local mulai semakin berkurang sehingga diperlukan konsolidasi untuk melakukan re-organisasional, dan balancing peran dan tugas antara sector pemerintah dan swasta. Hubungan antara swasta (MNC dan Nasional) dan pemerintah daerah semakin meningkat baik hubungan Government to Government (G2G), Business to Business (B2B), dan Business to government (B2G). Tahap. 5 Stagnasi (Stagnation) Pada tahapan ini, angka kunjungan tertinggi telah tercapai dan beberapa periode menunjukkan angka yang cenderung stagnan. Walaupun angka kunjungan masih relative tinggi namun destinasi sebenarnya tidak menarik lagi bagi wisatawan. Wisatawan yang masih datang adalah mereka yang termasuk 2 repeater guest atau mereka yang tergolong wisatawan yang loyal dengan berbagai alasan. Program-program promosi dilakukan dengan sangat intensif namun usaha untuk mendatangkan wisatawan atau pelanggan baru sangat sulit terjadi. Pengelolaan destinasi melampui daya dukung sehingga terjadi hal-hal negative tentang destinasi seperti kerusakan lingkungan, maraknya tindakan kriminal, 1 Multinationalcompany:HotelChain,Franchising,Tour agency,etc 2 repeater guest adalah mereka yang tergolong wisatawan yang loyal dengan berbagai alasan
  • 15. 14 persaingan harga yang tidak sehat pada industry pariwisata, dan telah terjadi degradasi budaya masyarakat local. Tahapan Penurunan atau Peremajaan (Decline/Rejuvenation) Setelah terjadi Stagnasi, ada dua kemungkinan bisa terjadi pada kelangsungan sebuah destinasi. Jika tidak dilakukan usaha-usaha keluar dari tahap stagnasi, besar kemungkinan destinasi ditinggalkan oleh wisatawan dan mereka akan memilih destinasi lainnya yang dianggap lebih menarik. Destinasi hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik saja itupun hanya ramai pada akhir pekan dan hari liburan saja. Banyak fasilitas wisata berubah fungsi menjadi fasilitas selain pariwisata. Jika Ingin Melanjutkan pariwisata?, perlu dilakukan pertimbangan dengan mengubah pemanfaatan destinasi, mencoba menyasar pasar baru, mereposisi attraksi wisata ke bentuk lainnya yang lebih menarik. Jika Manajemen Destinasi memiliki modal yang cukup?, atau ada pihak swasta yang tertarik untuk melakukan penyehatan seperti membangun atraksi man-made, usaha seperti itu dapat dilakukan, namun semua usaha belum menjamin terjadinya peremajaan. 2. Segmentasi, targeting dan positioning Segmentasi merupakan dasar untuk peramalan arus maksimum pendapatan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, perlu diukur, substansial dan berkelanjutannya. Rahasia untuk sukses adalah bahwa segmentasi target pasar harus dapat diakses melalui kegiatan promosi. Diferensiasi juga menjadi hal yang sangat penting agar produsen tidak hanya peduli dengan memuaskan kebutuhan pelanggan, tetapi melakukannya dengan cara yang diakui sebagai sesuatu yang unik atau sangat mencerminkan identitas suatu organisasi tertentu, dan tidak dapat dengan mudah ditiru oleh produsen lain. Hal ini bermanfaat untuk membangun perbedaan yang digambarkan sebagai hal yang penting dan sangat dihargai untuk keuntungan pembeli sasaran. Ini harus lebih unggul dengan cara lain bahwa konsumen dapat memperoleh manfaat yang sama, berdampak dan terlihat oleh pelanggan, dan mereka harus bersedia membayar untuk itu (George, 2001: 65). Dalam kondisi persaingan yang begitu ketat, diferensiasi menjadi hal yang sangat penting untuk
  • 16. 15 dilakukan, dan menyasar ceruk pasar wisatawan senior adalah pilihan yang bijaksana untuk masa yang akan datang bagi destinasi pariwisata Bali. 2.1. Pangsa Pasar Wisatawan Senior Paket wisata senior mempunyai pasar cukup besar, hal itu terlihat dari 219,7 juta wisatawan nusantara (wisnus), yang mengadakan perjalanan sekitar 7%. Dilihat dari segi usia wisatawan yang beragam, pasar orang tua atau senior market merupakan kelompok penting karena besarnya pasar dan potensialnya untuk berkembang. Dengan kemajuan teknologi, sistem kesehatan dan semakin panjang jangka waktu hidup seseorang secara langsung meningkatkan jumlah penduduk lanjut usia. Pada fase ini orang tua telah ditinggalkan oleh anak-anaknya untuk hidup mandiri. Kelompok usia ini dikenal dengan istilah DINK (Double Income No Kids). Waktu luang yang dimiliki sangat besar sehingga memungkinkan mereka untuk tinggal di suatu destinasi lebih lama. Pada umumnya dengan sistem pensiun yang baik mereka mapan secara finansial. Untuk mengantisipasi kecenderungan pasar di masa depan yaitu semakin banyaknya konsumen wisatawan senior yang berlibur di Bali maka Pemerintah Republik Indonesia sebenarnya telah menetapkan suatu kebijakan bagi wisatawan lanjut usia yaitu dengan mengijinkan wisatawan senior untuk tinggal lebih lama di Indonesia. Kelompok wisatawan ini dijinkan untuk tinggal di Indonesia selama satu tahun. Kebijakan tersebut telah dituangkan dalam SK Menteri Kehakiman No.M-04- 12.01.02/1998. Surat keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Presiden /Keppres No. 31/1998. SK Menteri Kehakiman di atas kemudian ditindaklanjuti dengan keluarnya Ketetapan Dirjen Imigrasi No. F.256-12.02/2000. Ketetapan ini menyatakan bahwa wisatawan senior dapat diberikan Temporary Visa sebagai penduduk sementara selama satu tahun dan dapat diperpanjang sampai lima tahun. Artinya saat ini, pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan bagi wisatawam senior untuk berwisata di Indonesia termasuk juga ke Bali sehingga dengan kemudahan ini, beberapa tahun ke depan kedatangan wisatawan senior dari mancanegara dan wisatawan domestik untuk melakukan perjalanan wisata akan meningkat. Seiring dengan pemberian kemudahan dan potensi kedatangan wisatawan senior tersebut, perlu dilakukan kajian
  • 17. 16 untuk menggali lebih dalam tentang perilaku wisatawan senior khususnya yang berhubungan perilaku mereka yang akan berimplikasi pada aktivitas wisata. 2.2. Perkembangan Wisatawan Senior Menurut Foret dan Keller, (1992:2 dalam Patterson, 2006), harapan hidup manusia saat ini semakin panjang tercatat sejak abad 20 khususnya masyarakat pada negara-negara maju, sebagai contohnya harapan hidup di Inggris meningkat 22 tahun untuk laki-laki dan 23,5 tahun untuk perempuan bagi mereka yang lahir antara tahun 1910 sampai dengan 1992. Harapan hidup juga meningkat di beberapa negara lainnya seperti di Jepang harapan hidup manusia menjadi 79,5 tahun, di Swedia harapan hidupnya 78,1 tahun, di negara-negara Eropa harapan hidup menjadi 76,7 tahun, dan di Amerika Utara harapan hidup menjadi 76,2 tahun (Smith dan Jenner, 1997:47) Badan dunia PBB mencatat dan memperkirakan bahwa generasi senior mengalami peningkatan yang berarti dan diperkirakan ada dua milyar manusia di dunia ini akan berumur 60 atau lebih pada tahun 2050. Angka tersebut adalah 22% dari total penduduk dunia, dan angka ini diperkuat oleh catatan kependuduka Eropa, Jepang dan Cina (United Nations, 2000). Sementara MacNeil (1991) mengatakan bahwa angka tersebut adalah kejutan bagi orang- orang Amerika yang lahir antara tahun 1946 sampai dengan 1964. Bagi orang Australia diperkirakan akan terjadi peningkatan senior yang lebih besar yakni antara 24% hingga 26% orang Australia yang berada golongan senior pada tahun 2051 (BPS Australia, 1999) Pada tahun 1999 telah dideklarasikan sebagai tahun senior internasional, dan deklarasi ini didukung oleh badan dunia PBB dengan mengadakan konferensi tentang isu dan masalah yang mungkin akan dihadapi oleh para manusia senior, isu dan permasalahan tersebut berhubungan dengan, pengasingan golongan senior, kesehatan, pelayanan gizi dan nutrisi, kurangnya perhatian anggota keluarga lainnya terhadap golongan senior ini (Foret and Keller, 1993). Sementara (Veal and Lynch, 2001) mengatakan bahwa, terjadinya peningkatan angka harapan hidup manusia lebih disebabkan oleh faktor semakin membaiknya sarana kesehatan dan kedokteran, perbaikan kesehatan diri dan lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh (Ing, 1993) menemukan bahwa pilihan berwisata bagi golongan senior, dimana faktor usia ini dihubungkan dengan pemilihan paket wisata dan pada
  • 18. 17 penelitian ini ditemukan bahwa wisatawan senior lebih menyukai tujuan wisata ke daerah pedesaan atau countryside, dan dikatakan bahwa industri pariwisata jangan sampai mengabaikan potensi wisatawan senior ini di masa yang akan datang karena dari tahun ke tahun jumlah penduduk senior semakin meningkat yang berarti akan terjadi peningkatan pada segmen pasar ini di masa yang akan datang. 2.3. Pemilihan Aktivitas Wisata bagi Wisatawan Senior Hasil penelitian menemukan bahwa penduduk senior lebih banyak memiliki waktu luang untuk melakukan aktivitas leisure di sekitar rumahnya dan mereka biasanya melakukan aktivitas yang berhubungan dengan passive leisure (Lawton, 1993). Aktivitas leisure yang sering dilakukan adalah menonton televisi dan mendengarkan radio dan aktivitas ini paling popular diantara penduduk golongan senior. Sementara aktivitas yang berhubungan dengan olahraga program latihan jasmani lebih jarang dilakukan (Amstrong dan Morgan, 1998). Sementara hasil penelitian lainnya menemukan bahwa telah terjadi perubahan pilihan aktivitas leisure pada golongan senior dimana mereka lebih cenderung menghabiskan waktu untuk kegiatan leisure yang bersifat individu, ingin merasakan kebebasan, dan bahkan memilih kegiatan yang beresiko sepanjang mereka dapat lakukan (McGuire et al., 2004). Cohen (2000) memberikan alternative agar pelaku pariwisata lebih kreatif membuat paket-paket wisata yang berhubungan dengan senior, dan menyarankan untuk lebih melihat factor inner dari manusia senior khususnya kegiatan yang bersifat pengisi waktu luang. Dicontohkan kegiatan-kegiatan leisure yang bisa ditawarkan adalah kegiatan yang berhubungan dengan hobby, seni dan kerajinan, pertemanan “relationship”, penggalian potensi diri, dan kegiatan sosial yang bersifat volunteer. Stebbins (1982, 1992, 1998) mencatat bahwa beberapa wisatawan senior lebih puas melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobby, pekerjaan volunteer, melakukan kegiatan untuk menyibukkan diri, dan mencari teman-teman baru diantara sesama senior. Sementara Kelly (1992) mengatakan bahwa, golongan senior melakukan aktivitas yang dipusatkan pada keluarga dan biasanya mengambil tempat di sekitar rumah mereka. Kegiatan tersebut termasuk kegiatan shopping, berkebun, berjalan santai, menonton
  • 19. 18 televise, melakukan sosialisasi bersama teman-teman dan keluarga mereka, dan membaca (Kelly and Kelly, 1994). Wei dan Milman (2002), aktivitas paling popular yang dilakukan oleh wisatawan senior pada saat mereka melakukan perjalanan wisata dan berkeliling kota (89,3%), mengunjungi tempat-tempat bersejarah (88,1%), makan- makan di restoran (85,7%), dan shopping (77,4%). Sementara kegiatan yang kurang diminati adalah berburu dan memancing (1,2%), olahraga air dan berjemur di pantai (1,2%), kamping dan mendaki (3,6%). Lebih lanjut ditemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara keterlibatan wisatawan senior pilihan jenis aktivitas leisure. Tabel 1. Jenis Aktivitas Leisue di Kalangan Senior Passive Active Un-interested Activities  Nonton Televisi  Mendengar Radio  Kegiatan Sosial  Kegiatan yang berhubungan dengan Hobby  Penyaluran bakat yang berhubungan dengan kerajinan  Penyaluran bakat yang berhubungan dengan seni.  Shopping, berbelanja di mall, atau supermarket.  City Tour, berkeliling kota.  Mengunjungi tempat bersejarah, meseum, heritage  Makan-makan di Restoran  Berburu di alam liar  Memancing  Mendaki gunung  Kamping  Tracking  Berselancar air  Berjemur di Pantai Sumber: Data Sekunder (diolah) Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, menurut Milman (2002) pemasaran paket wisata yang berhubungan dengan wisatawan senior sebaiknya jenis dan kegiatan leisure atau wisata bisa difokuskan pada kegiatan yang lebih disukai oleh golongan senior di atas. 2.4. Definisi Wisatawan Senior Definisi tentang senior memang masih menjadi perdebatan dari beberapa kalangan di masyarakan, khususnya yang berhubungan dengan umur seseorang yang disebut senior namun pada penelitian ini, akan diambil dua definisi senior yakni senior older adults.
  • 20. 19 3 Menurut Muller and O’Cass, 2001, Shoemaker, (1989), yang tergolong golongan senior adalah mereka yang telah mencapai umur 65 tahun atau lebih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kelompok umur ini adalah target pasar pariwisata yang penting sejak awal tahun 1990. Kelompok ini dianggap memiliki segalanya, mereka memiliki umur yang matang, uang, dan kematangan diri, bahkan banyak diantara kaum senior ini merasakan diri lebih muda daripada umur mereka. Dalam konsep pemasaran, kelompok kaum senior adalah target penting sehingga dianggap perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang sikap diri kaum senior, interest dan jenis aktivitas, kecenderungan mereka dalam berpartisipasi dalam kegiatan leisure, rekreasi, dan wisata. Pada beberapa hasil penelitian, kaum senior ini masih memiliki kemampuan fisik untuk melakukan perjalanan wisata dan berpartisipasi pada kegiatan yang ditawarkan oleh para pelaku pariwisata. 4 Definisi tentang older adults atau dalam istilah Indonesia sering disebut senior (usila) adalah istilah yang cukup baru. Orang-orang yang tergolong pada older adults atau usila ini berumur 65 tahun atau lebih dan istilah ini popular di negara-negara maju yang biasanya diarahkan untuk merujuk para pensiunan. Menurut Gillon, (2004) golongan usia lebih popular dengan istilah baby boomers, sementara (Shoe-maker , 1989 dan Lazar, 1985) menyebut bahwa golongan usia ini disebut juga the senior market, young sengies, atau mature market, the grey market, young senior generation dan woopies atau well-off older people. 3 Seniors are defined as people aged 55 and older, and were one of the most prominent targets for tourism marketeers in the 1990s. Seniors have been described as everything from ‘empty nesters’ and ‘third agers’ to ‘woop-ies’ (well-off older people) and ‘zuppies’ (zestful, upscale people in their prime) (Shoemaker, 1989). These descriptions of seniors suggest that many people who are aged 55 and older perceive themselves as feeling consid-erably younger than their actual chronological age (Muller and O’Cass, 2001). 4 Definitions of Older Adults Not so long ago, people aged 65 and older who lived in developed countries were referred to as ‘pensioners’ or the ‘elderly’, which were the only terms that were used to describe them. Recently, a review of the tourism and leisure literature has found a puzzling development - there has been a lack of consistency in defining the age cohort and the specific name to describe older people’s tourist behaviour at different stages of the life cycle. Names such as ‘baby boomers’ (Gillon, 2004), ‘the senior market’ (Shoe-maker, 1989), ‘the mature market’ (Lazar, 1985), ‘the grey market’, ‘young sengies’ or young senior generation, and ‘woopies’ or well-off older people
  • 21. 20 2.5. Faktor Penghambat Kaum Senior untuk Melakukan Wisata Menurut penelitian yang dilakukan oleh (McGuire, 1984; Blazey, 1986) menyimpulkan ada beberapa factor yang dapat menghambat kaum senior tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan wisata dan kegiatan leisure. Factor penghalang tersebut adalah tidak ada waktu luang untuk melakukan perjalanan wisata, sumber keuangan yang tidak mencukupi, buruknya kondisi kesehatan kaum senior, terlalu tua bahkan ada yang sangat tergantung hidupnya dari anggota keluarga lainnya, dan disimpulkan bahwa keinginan berwisata kaum senior lebih rendah dari kaum muda. 5 Sementara McGuire (1984) mengidentifikasikan lima hal mendasar yang menyebabkan kaum senior tidak dapat melakukan kegiatan wisata lebih jarang disbanding kaum yang lebih muda. Alasannya adalah (1)kurangnya informasi, terlalu banyak rencana, kurangnya dana, kurangnya pakaian dan perlengkapan wisata; (2)factor waktu, tidak ada waktu luang, masih bekerja, terlalu sibuk mengerjakan banyak hal, (3) tidak mendapat ijin keluarga dan teman-teman dekat, takut membuat kesalahan pada destinasi; (4)factor social, tidak ada yang menemani, tidak suka keluar daerah; (5)factor fisik, kondisi badan lemah, sakit-sakitan, kuatir tentang transportasi, terlalu tua atau tidak mampu lagi bepergian jauh. Sedangkan Shoemaker (2000) melakukan penelitian tentang factor penghambat kaum senior untuk melakukan wisata, dia menggunakan 234 responden yang berumur antara 55 tahun atau lebih yang tinggal di Pennsylvania, USA , hasil penelitian tersebut ditampilkan pada Table 2, ternyata factor penghambat terbesar karena alasan keuangan (48,3%), alasan kesehatan (43,3%), dan alasan tidak ada yang menemani (41,7%). Hasil penelitian ini tentu saja akan banyak berubah jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, dimana kondisi di atas adalah kondisi 10 tahun 5 McGuire (1984) identified five major constraints in a more detailed examination of why older travellers do not travel as much as younger travellers: (1)external resources - lack of information, too much planning, insufficient money, lack of appropriate clothing and luggage, and lack of transportation; (2)time factors - no time to travel, the need to work, tourism interrupting normal routine and being too busy doing other things; (3)approval - family and friends would not approve, feel guilty about going on trips and afraid to make a mistake by going to a disappointing place; (4) social - spouse dislikes travel, no companion and no interest in going away; and (5) physical well-being - no energy, poor health, afraid to take certain modes of transportation and too old or disabled to travel.
  • 22. 21 yang lalu dan yang menjadi responden tentu saja generasi senior yang terlahir 65 tahun yang lalu, di mana kondisi kesehatan pada era tersebut tidak lebih maju jika dibandingkan kondisi saat ini, walaupun demikian, factor-faktor penghambat tersebut sangat penting untuk diketahui khususnya bagi para pemasar produk wisata. Tabel 2. Faktor Penghambat untuk Melakukan Aktivitas Leisure atau Wisata. Penghambat Traveller (%) (Berwisata) Non-Traveller (%) (Tidak Berwisata)  Tidak ada waktu 7 11  Sulitnya Pemesanan/reservasi 2,3 2,7  Umur/terlalu tua 5,1 20  Jaga Rumah 6,1 28,6  Lemah Fisik 7,9 37,9  Tidak ada yang menemani 17,2 41,7  Kesehatan 14,9 43,3  Kurangnya Informasi tentang tujuan liburan 11,6 7,4  Cari Waktu tepat 27,2 18,5  Masih bekerja 32,3 28,6  Keuangan 32,7 48,3 Sumber: Shoemaker, ( 2000: 18) Masalah keamanan juga menjadi faktor penghambat yang cukup berarti bagi kaum senior. Sehingga para pemasar paket wisata harus memperhatikan dan menambahkan adanya jaminan keamanan yang lebih pasti bagi wisatawan senior dalam melakukan perjalanan wisata (Penalta and Uysal, 1992). 2.6. Trend Wisatawan Senior Internasional Pertumbuhan wisatawan senior pada segmen pasar pariwisata dari tahun ke tahun senantiasi mengalami peningkatan yang signifikan pada abad 21 ini. WTO (2001) memperkirakan pada tahun 2015 peningkatan wisatawan senior secara international akan mencapai 2 milyar orang. Pertumbuhan wisatawan senior secara nyata berasal dari
  • 23. 22 Amerika Serikat, Kanada, dan Australia karena di ketiga Negara tersebut mengalami peningkatan kelompok ‘baby boomer’ atau para pensiunan. “The USA senior market is regarded as the fastest-growing segment of travel demand. People who are older than 55 represent 41% of the total population and account for 28% of all overseas trips. Canadians have a higher propensity to travel than Americans and spend twice as much per capita on foreign travel. It has been estimated that 25% of Canadian visitors are older than 55 years, of which 800,000 travelled overseas in 2000. In Japan, 12 million people are older than 65, and it has been estimated that 7.6% of Japanese who travelled overseas in 1990 were older than 60 years” (Clench, 1993). 6 Di Amerika Serikat, pertumbuhan wisatawan senior mengalami perningkatan tertinggi dimana umur 55 tahun mencapai 41% dari total penduduk Amerika Serikat, dari 41% tersebut, 28% mereka berwisata ke luar negeri. Orang-orang Kanada lebih suka menghabiskan uangnya untuk dan mereka yang berumur 55 tahun ke atas melakukan perjalanan ke luar negeri sebesar 25% dari total penduduk Kanada pada tahun 2000. Sementara di Jepang, 12 juta orang yang berumur 65 tahun ke atas diperkirakan melakukan perjalanan ke luar negeri sebesar 7,6% pada tahun 1990 (Clench, 1993). 7 Wisatawan Senior di Amerika Serikat: segmen wisatawan senior yakni mereka yang telah mencapai 65 tahun ke atas di Amerika Serikat adalah segmen wisatawan senior yang mengalami bertumbuhan tercepat dan diperkirakan akan mencapai 76% dari kaum senior tersebut melakukan aktivitas wisata paling tidak mereka suka melakukan kegiatan sunbathing dan berenang, menyewa hotel, shopping, hiburan malam, dan bersantai di taman kota. Wisatawan Senior di Kanada: orang-orang senior di Kanada terbagi menjadi dua group yang berbeda yakni kelompok umur 55-64 tahun, dan senior yang berumur lebih dari 65 tahun. Kaum senior Kanada lebih menyukai kegiatan mengunjungi taman nasional atau taman kota, berbelanja dan menginap di hotel, dan hanya sebagaian kecil dari mereka menyukai aktivitas hiburan malam. Sementara Wisatawan Senior di Australia pada tahun 2002 diperkirakan mencapai 22% dari total wisatawan domestic di Australia dan diperkirakan membelanjakan uangnya $895 juta dolar pertahun dan mereka biasanya menginap dan berlibur hingga 6 Contemporary Trends in International Tourism and Travel for Older Adults 7 Examine the tourism and leisure-related behaviour of older people in the following countries - USA, Canada, Australia, Europe, UK, Germany, Japan, Israel, Taiwan and Korea
  • 24. 23 5,5 hari. Hanya 9% dari wisatawan senior Australia yang memilih kegiatan mengunjungi taman nasional atau kamping dan menghabiskan liburan hingga 8,5 malam. Ditemukan juga, wisatawan senior Australia lebih menyukai mengunjungi daerah yang masih alami atau langka yang masih memiliki arti sejarah. Dari sekian kegiatan tersebut, hampir semua mengharapkan rasa aman, mendapatkan mengalaman baru, lingkungan yang baru, melakukan perjalanan bersama keluarga. Secara keseluruhan kaum senior di Australia menghabiskan 4 juta dolar jika mereka berwisata ke luar negeri dan rata-rata pengeluaran perhari mencapai $6100 pada setiap liburannya. Angka tersebut lebih tinggi 21% jika dibandingkan kaum muda yang melakukan perjalanan ke luar negeri yang hanya $5024, dan kaum senior ini berlibur lebih lama yakni 25 hari, sedangkan kaum muda hanya 22 hari. Wisata Senior di Eropa: di Eropa Utara jumlah kaum senior 65 tahun ke atas mengalami peningkatan 16,2% jika dibandingkan tahun 1960. Untuk Eropa segmen pariwisatanya mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Namun untuk wisatawn senior Jerman dan Inggris merupakan pasar wisatawan domestic dan internasional terbesar, sementara wisatawan senior di kawasan Skandinavia dan Spanyol memperlihatkan keinginan berwisata yang paling tinggi dibandingkan wisatawan senior lainnya di kawasan Eropa. Sedangkan di Inggris jumlah penduduk yang berada pada kelompok senior antara 55 hingga 59 tahun mencapat 31% pada tahun 2005. Dari 31% kaum senior tersebut, 17,4% hnga 18,1% melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Dan sebagian besar kaum senior tersebut lebih peduli pada permasalahan keamanan jika melakukan perjalanan wisata. Penduduk Jerman yang akan mencapai senior 60 tahun keatas pada tahun 2050 diperkirakan mencapai 40% dari total penduduknya, dan mereka lebih mandiri dan lebih suka melakukan perjalanan wisata dengan cara mandiri tanpa harus diatur oleh biro perjalanan. Penduduk Jepang yang tergolong senior atau yang berumur 50 tahun keaas pada tahun 2025 diperkirakan mendekati angka 15 juta atau 23% dari total penduduknya. Kaum senior Jepang biasanya memiliki income yang lebih mapan dan memiliki waktu luang yang lebih banyak sehingga memungkinkan mereka berlibur lebih lama ke luar negeri jika dibandingkan kaum muda. Kaum Senior Jepang ingin lebih bebas dalam melakukan perjalanan wisata dan campur tangan biro perjalanan sangat sedikit. Dan yang menjadi prioritas isunya adalah masalah kesehatan dan keamanan, mereka lebih suka
  • 25. 24 melakukan perkunjungan budaya, berbelanja sebagai aktivitas menarik bagi kaum senior Jepang. 8 Saat ini penduduk senior 60 tahun ke atas Taiwan telah mencapai 12% dan diperkirakan akan naik menjadi 20% pada tahun 2033. Beberapa kaum senior di Taiwan lebih suka melakukan perjalanan wisata yang telah dipaket oleh biro perjalanan wisata karena alas an lebih nyaman, lebih aman, dan alasan keterbatasan bahasa Inggris. Di Taiwan pertumbuhan biro perjalanan bertumbuh sangat cepat dan telah mencapai 2464 travel agencies pada tahun 2002, dan telah melayani perjalanan wisata untuk 23 juta orang. Wisatawan senior Taiwan lebih menyukai perkunjungan sejarah dan mengunjungi tempat-tempat yang indah, makan-makan di restoran, dan menikmati fasilitas hotel, dan mereka lebih mempertimbangkan factor harga dan keamanan. Berikut Tabel 3, rangkuman potensi segmen pasar wisatawan senior berdasarkan persentase terhadap total penduduk nasional, potensi yang keluar negeri, dan isu serta harapan. Tabel. 3. Potensi Pasar Senior berdasarkan kawasan atau negara berdasarkan prediksi dan proyeksi sampai dengan 2050. Negara/kawasan % Kaum Senior % yang ke luar negeri Harapan (Isu)  Amerika Serikat 41% 28%  Kenyamanan.  Kanada * 25%  Hiburan.  Jepang 23% 7,6%  Kesehatan dan keamanan.  Australia 22% 9%  Rasa aman dan experiences.  Eropa Utara 16,2% *  Keamanan.  Inggris 31% 17,4%  Keamanan.  Jerman 40% *  Keamanan.  Taiwan 20% *  Harga dan keamanan. Sumber: Data sekunder (diolah), * data tidak tersedia Dari seluruh data harapan wisatawan senior di atas, harapan yang paling mendapat prioritas konsumen wisatawan senior adalah masalah yang berhubungan dengan adanya jaminan keamanan, kemudian kenyamanan, hiburan, kesehatan, harga dan experiences. Informasi tersebut di atas berimplikasi pada kemasan paket wisata yang akan ditawarkan pada 8 Taiwan is considered an elderly society. The elderly population has been estimated to be 2.8 million people, or 12% who are older than 60. It has been projected that the elderly population will increase to 20% of the total population by 2033 (Ministry of Interior, 2001).
  • 26. 25 segmen wisatawan senior, dan yang diperkirakan paket-paket atau kemasan wisata yang mampu menjamin rasa aman, kenyaman, jenis hiburan, jaminan kesehatan, harga, dan penawaran tentang experiences akan menjadi preferensi wisatawan senior. 3. Kesimpulan dan Saran 3.1. Kesimpulan Segmentasi wisatawan senior mengalami pertumbuhan yang cukup dinamis, dimana hampir semua negara memperkirakan wisatawan senior akan mengalami pertumbuhan yang cepat dibandingkan segmen pasar wisatawan lainnya. Beberapa wisatawan senior bahkan merasa mereka lebih muda dari umur mereka karena adanya perbaikan kesehatan, dan mereka lebih aktif. Mereka bahkan ingin mencari pengalaman baru yang menantang seperti ingin melihat kebudayaan bangsa lain sebelum mereka lebih tua dan sebelum kesehatannya semakin menurun. Saat ini, dengan adanya perbaikan pendidikan, kesehatan, dan perbaikan pendapatan telah mendorong perubahan untuk lebih menyukai kegiatan bersenang-senang atau berwisata dibandingkan generasi sebelumnya. Beberapa kaum senior tersebut bahkan berharap jika mereka pension mereka akan melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Untuk dapat menangkap peluang pertumbuhan segmen pasar senior ini, diperlukan kreasi dan inovasi dalam mengelola bisnis dan kemasan produk yang sesuai dengan preferensi wisatawan senior, pengelolaan destinasi yang diarahkan ramah terhadap golongan senior dengan menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan senior. Untuk melakukan kreasi dan inovasi yang tepat, maka sudah dianggap penting untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku wisatawan senior dalam memilih aktivitas wisata. Perilaku wisatawan senior tersebut dapat didasarkan pada analisis hubungan antara perbedaan budaya dan perilaku wisatawan dalam memilih aktivitas wisata, perilaku wisatawan senior dapat juga dilihat dari konsep diri wisatawan yang turut mempengaruhi pilihan aktivitas wisata, perilaku wisatawan senior juga dapat dilihat dari
  • 27. 26 gaya hidup, dan perilaku wisatawan tersebut dapat dihubungkan berdasarkan dimensi perbedaan budaya, dimensi sikap diri, dan dimensi gaya hidup secara simultan. 3.2. Saran: Model Perencanaan Menyasar Wisatawan Senior Strategi pemasaran mencerminkan pernyataan misi perusahaan dan dipengaruhi oleh lingkungan bisnis eksternal. Untuk tujuan pemasaran, perencanaan strategis didefinisikan sebagai proses dimana organisasi menganalisis kekuatan dan kelemahan di pasar saat ini, memutuskan posisi dan berusaha untuk mencapainya, dan mendefinisikan strategi dan program kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Masing-masing mengandung unsur risiko dan membutuhkan pengeluaran. Dalam perencanaan pariwisata tidak hanya faktor ekonomi dan manajerial saja, tetapi juga manfaat lingkungan, sosial dan politik yang memerlukan pertimbangan subjektif. Lebih lanjut Schafer (1994: 155- 158) menunjukkan bahwa manfaat dari faktor-faktor subjektif dibentuk dengan menggunakan perbandingan berpasangan, dan bahwa biaya manfaat masing-masing selanjutnya diperkirakan untuk menentukan peringkat prioritas tujuan perencanaan. Strategi pada akhirnya dikondisikan oleh kemampuan organisasi untuk membujuk pelanggan dalam jumlah yang memadai untuk membeli cukup produk terhadap persaingan yang agresif dalam rangka untuk mengamankan pendapatan kelebihan atas biaya dalam jangka panjang. Strategi tersebut umumnya adalah sebagai berikut: menentukan tujuan dan sasaran. Organisasi tempat di pasar yang dipilih, biasanya didefinisikan dalam arti luas segmen target, volume penjualan, berbagai produk, pangsa pasar dan profitabilitas. Beberapa pertanyaan sebelum menyusunan strategi yang harus diketahui sebelum melakukan strategi Segmentasi, Targeting, dan Positionning untuk wisatawan senior adalah sebagai berikut:
  • 28. 27 Gambar 4. Extended Marketing Mix Sebagai Strategi Memenangkan Ceruk Pasar Wisatawan Senior Bagi Destinasi Pariwisata Bali. Product Place Promotion Price  Physical good features: Sudahkan Bali menyediakan fasilitas fisik untuk kaum senior?  Quality level: Sudahkan Bali memiliki kualitas yang cukup untuk kaum senior?  Accessories: Bagaimanakah fasilitas yang telah ada saat ini?  Packaging: adakah paket wisata khusus untuk kaum senior?  Warranties: adakah jaminan keamanan, kesehatan, dsb?  Product lines: sudah siapkah destinasi Bali menyambut kedatangan kaum senior?  Branding: sudah cocokkah branding Bali dengan idealism kaum senior?  Channel type: Adakah travel agency yang menawarkan paket wisata usia lanjut?  Exposure: Adakah experiences tertentu yang akan didapatkan di destinasi Bali?  Intermediaries: Siapakah yang telah memasarkan paket wisata senior?  Outlet locations: Obyek wisata dan hotel-hotell manakah yang telah siap untuk kaum senior?  Transportation: adakah alat transportasi yang cukup untuk kaum senior?  Managing channels: Adakah kerjasama antara tour operator dengan industri pariwisata pada destinasi Bali?  Promotion blend: adakah promosi khusus tentang paket wisata senior?  Salespeople: adakah tenaga penjual yang menawarkan paket wisata senior?  Number: Berapa jumlah anggaran untuk promosi paket wisata senior?  Sales promotion: sudahkan Promosi penjualan dilakukan?  Publicity: adalah publistas untuk paket wisata senior?  Flexibility: Adakah fleksibelitas harga paket wisata senior?  Price level: bagaimakah tingkat harganya?  Terms: Kapan paket ini mengalami high dan low season?  Differentiation: adakah bedanya dengan destinasi lain atau produk lainnya?  Discounts: Adakah potongan harga atau harga khusus?  Allowances: Adakah ketentuan khusus untuk membeli paket wisata senior?
  • 29. 28 People Physical evidence Process  Employees: Sudah siapkan para pekerja pariwisata Bali menyambut Wisatawan senior?  Recruiting: Bagaimana system perekrutannya?  Training: adakah pelatihan khusus?  Motivation: Adakah motivasi khusus untuk menyambut wisatawan senior?  Rewards: Adakah penghargaan Khusus?  Teamwork: Bagaimanakah dengan jaringan kerja pariwisata bali saat ini?  Customers: Siapa sajakah yang telah menjadi pelanggan untuk paket wisatawan senior saat ini?  Education: adakah pendidikan khusus untuk menyambut wisatawan senior?  Training: Adakah pelatihan khusus untuk menangani wisatawan usia lanjut khususnya yang berhubungan dengan P3K  Facility design: Adakah fasilitas khusus bagi kaum senior khususnya yang cacat?  Equipment: Adakah alat dan sarana untuk kaum senior?  Signage: Adakah para pebisnis pariwisata yang tertarik tentang segmen wisatawan senior?  Employee dress: Penampilan para pekerja pariwisata yang menarik bagi kaum senior?  Other tangibles  Reports: Adakah dokumen tentang wisatawan senior?  Business cards: Adakah perusahaan pariwisata yang menaruh perhatian tentang wisatawan senior?  Statements: Adakah pernyataan kesediaan menyambut wisatawan senior?  Guarantees: Adakah Janiman khususnya yang berhubungan dengan kesehatan dan keamanan?  Flow of activities: Punyakah destinasi bali agenda atau jurnal aktivitas wisata yang bisa dinikmati oleh kaum senior?  Standardised: Adakah standarisasi untuk melayani dan melakukan proses wisata khusus untuk kaum senior?  Customised: Adakah kebiasaan atau aturan tertentu untuk kaum senior yang telah dimiliki oleh destinasi Bali?  Number of steps: Bagaimanakah prosedur atau langkah-langkah untuk dapat membeli paket wisata senior?  Simple: Sudah sederhanakah proses yang telah ada?  Complex: Adakah kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh kaum senior untuk melakukan kegiatan wisata di Bali?  Customer involvement: Kegiatan atau aktivitas wisata apa sajakah yang bias dilakukan oleh kaum senior selama mereka berlibur di Bali? Source: Zeithaml & Bitner, 2000
  • 30. 29 Perencanaan pemasaran adalah proses terorganisir dari mempelajari pasar, mengidentifikasi dan mengukur tren, dan mengembangkan tujuan pemasaran utama dan mendukung program (Middleton, 1994). Operator Pariwisata yang ingin mengembangkan bisnis mereka dapat memilih antara empat tujuan strategi dasar, yaitu: penetrasi pasar (menjual lebih banyak produk yang ada di pasar yang ada), memasuki pasar baru atau wilayah geografis, mengembangkan penawaran produk baru untuk pasar yang ada, atau diversifikasi ( jual penawaran baru di pasar baru). Pertimbangan utama ketika memasuki pasar baru adalah apakah ada kemauan atau kebutuhan pada bagian dari pelanggan untuk membeli produk. Itu semua bermuara pada apakah seseorang dapat menghasilkan pendapatan dan berapa banyak dan kapan (Zyman, 1999: 136). Jika destinasi Pariwisata Bali melihat kondisi PLC product lifecycle yang kecenderungannya nyaris berada pada Konsolidasi (consolidation) di mana pada tahap ini, sector pariwisata menunjukkan dominasi dalam struktur ekonomi jika dibandingkan sector lainnya di provinsi Bali dan ada kecenderungan dominasi jaringan international semakin kuat memegang peranannya pada kawasan wisata atau destinasi pariwisata Bali. Kunjungan wisatawan masih menunjukkan peningkatan yang cukup positif namun telah terjadi persaingan harga diantara perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada kawasan Bali. Peranan pemerintah local mulai semakin berkurang sehingga diperlukan konsolidasi untuk melakukan re- organisasional, dan balancing peran dan tugas antara sector pemerintah dan swasta. Hubungan antara swasta (MNC dan Nasional) dan pemerintah daerah semakin meningkat baik hubungan Government to Government (G2G), Business to Business (B2B), dan Business to government (B2G). artinya dalam kondisi sepertini masih sangat mungkin secara manajemen destinasi, Bali masih bias dikonsolidasikan dan masih sangat mungkin melakukan strategi segmenting, targeting, dan positioning yang sesuai dengan branding dan core product pariwisata Bali yang didaulat sebagai pariwisata budaya. Di mana pariwisata budaya adalah pariwisata yang dianggap paling ideal untuk segmen pasar wisatawan senior, dan sebagai konskuensinya destinasi Bali harus mempunyai kesunguhan untuk melakukan re- design atas bauran marketing destinasi sebagai strategi yang terintegrasi. Re-desain yang sangat diperlukan adalah sebagai berikut:
  • 31. 30 Redesain Product yang meliputi: • Physical good features: Menyediakan fasilitas fisik untuk kaum senior. • Quality level: Menjamin kualitas produk untuk kaum senior. • Accessories: Menyediakan fasilitas yang memadai untuk kaum senior. • Packaging: Menawarkan paket wisata khusus untuk kaum senior. • Warranties: Memberikan jaminan keamanan, kesehatan, dsb khususnya yang berhubungan dengan kondisi wisatawan usia lanjut. • Product lines: Memastikan bahwa destinasi Bali siap menyambut kedatangan wisatawan senior. • Branding: Menguatkan branding Bali dengan idealism wisatawan senior. Menyediakan Bukti Fisik (Physical evidence) yang meliputi: • Facility design: Design Paket wisata yang sesuai dengan kaum senior. • Equipment: Penyediaan alat dan sarana untuk kaum senior. • Signage: Adakah para pebisnis pariwisata yang tertarik tentang segmen wisatawan senior. • Employee dress: Penampilan para pekerja pariwisata yang menarik bagi wisatawan senior. • Reports: Menyediakan dokumen-dokumen yang dapar menarik kaum senior untuk melaukan aktivitas wisata di Bali. • Business cards: Perhatian Industri terhadap wisatawan senior. • Statements: Membuat pernyataan kesediaan menyambut wisatawan senior. • Guarantees: Memberikan kaniman mutu, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan dan keamanan. Melakukan Promotion yang meliputi: • Promotion blend: Melakukan promosi khusus tentang paket wisata senior. • Salespeople: Menyediakan tenaga penjual yang menawarkan paket wisata senior. • Number: Menyediakan anggaran untuk promosi paket wisata senior. • Sales promotion: Melakukan Promosi penjualan wisata senior.
  • 32. 31 • Publicity: Melakukan publistas untuk paket wisata senior. Penentuan Harga/Price yang meliputi: • Flexibility: Menjual paket harga paket wisata senior yang fleksibel baik untuk high maupun low season. • Price level: Menentukan tingkat harga yang cukup bersaing • Terms: Harga paket wisata yang sesuai dengan kondisi high dan low season. • Differentiation: Menampilkan kelebihan destinasi Bali dibandingkan produk lainnya. • Discounts: Memberikan potongan harga atau harga khusus pada saat-saat tertentu. • Allowances: Menentukan ketentuan khusus untuk membeli paket wisata senior karena sifat dan segmen yang “nice” ceruk pasar khusus. Kesiapan Manusia/People yang meliputi: • Employees: Menyiapkan para pekerja pariwisata Bali yang siap menyambut Wisatawan senior. • Recruiting: Membuat system perekrutan pekerja pariwisata yang berhubungan dengan wisata senior. • Training: Memberikan pelatihan khusus bagi para pekerja yang berhubungan dengan wisatawan senior. • Motivation: Memberikan motivasi khusus bagi para pekerja khususnya yang menangani wisatawan senior karena penanganan wisatawan senior relative lebih kompleks daripada wisatawan lainnya. • Rewards: Menyediakan penghargaan Khusus bagi pekerja yang berprestasi. • Teamwork: Menjalin kerjasama jaringan kerja pariwisata Bali yang siap menyambut wisatawan senior. • Customers: Menentukan pelanggan untuk paket wisatawan senior. • Education: Memberikan pendidikan khusus untuk menyambut wisatawan senior. • Training: Memberikan pelatihan khusus untuk menangani wisatawan usia lanjut khususnya yang berhubungan dengan P3K.
  • 33. 32 Menentukan Place yang meliputi: • Channel type: Menyediakan travel agency yang menawarkan paket wisata senior. • Exposure: Menawarkan experiences tertentu yang akan didapatkan di destinasi Bali. • Intermediaries: Menawarkan dan memasarkan paket wisata senior secara konsisten. • Outlet locations: Menyediakan obyek wisata atau daya tarik dan hotel-hotel yang telah siap untuk kaum senior. • Transportation: Menyediakan alat transportasi yang cukup untuk kaum senior. • Managing channels: Melakukan kerjasama antara tour operator dengan industri pariwisata pada destinasi Bali. Menentukan Process yang meliputi: • Flow of activities: Menyedikan agenda atau jurnal aktivitas wisata yang bisa dinikmati oleh kaum senior. • Standardised: Melakukan standarisasi untuk melayani dan melakukan proses wista khusus untuk kaum senior. • Customised: Menentukan kebiasaan atau aturan tertentu untuk kaum senior di destinasi Bali. • Number of steps: Membuat prosedur atau langkah-langkah pembelian paket wisata senior. • Simple: Menyerhanakan proses pemesanan paket wisata senior dan regulasinya. • Complex: Mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh kaum senior untuk melakukan kegiatan wisata di Bali. • Customer involvement: Melibatkan wisatawan senior pada pemilihan kegiatan atau aktivitas wisata apa saja yang bisa dilakukan oleh kaum senior selama mereka berlibur di Bali.
  • 34. 33 DAFTAR PUSTAKA Armstrong, G.K. and Morgan, K. 1998. Stability and change in levels of habitual physical activity in later life. Age and Ageing 27, 17-23. Bennett, JA (ed.) 2000: Managing tourism services; a Southern African perspective, second edition. SA: Van Schaik Publishers. Blazey, M.A. 1986. Research breathes new life into senior travel program. Parks and Recreation October, 55-56. Butler, R 1998: Sustainable tourism - looking backwards in order to progress? (In: Hall, CM & Lew, AA (eds.), Sustainable tourism; a geographic perspective, p.25-34). USA: Addison Wesley Longman Ltd. Cohen, G.D. 2000 The Creative Age: Awakening Human Potential in the Second Half of Life. HarperCollins, New York. Cooper, C 1991: The technique of interpretation (In: Medlik, S (ed.), Managing tourism, 1997 edition, p.224-230). UK: Butterworth-Heinemann Ltd. Cooper, C 1994a: Education and training (In: Witt, SF & Moutinho, L (eds.), Tourism management and marketing handbook, second edition, p.140-144). UK: Prentice Hall International (UK) Ltd. Cooper, C 1994b: Product life cycle (In: Witt, SF & Moutinho, L (eds.), Tourism management and marketing handbook, second edition, p.341-345). UK: Prentice Hall International (UK) Ltd. Cooper, C; Fletcher, J; Gilbert, D & Wanhill, S edited by Shepherd, R 1998: Tourism; principles and practice, second edition. USA: Addison Wesley Longman Ltd. Cooper, CP & Lockwood, A (eds) 1992: Progress in tourism, recreation and hospitality management, volume four. UK: Belhaven Press. Cross, G. 1990 A Social History of Leisure Since 1600. Venture, State College, Penn- sylvania. George, R 2001: Marketing South African tourism and hospitality. SA: Oxford University Press Southern Africa. Gillon, S.M. 2004 Boomer Nation: the Largest and Richest Generation Ever, and How it Changed. Free Press, New York. Horner, S & Swarbrooke, J 1996: Marketing tourism, hospitality and leisure in Europe. Ing, D. 1993 Potential for senior travel escalates. Hotel and Motel Management 208.
  • 35. 34 Jackson and Burton 2005. Leisure Studies: Prospects for the Twenty First Centery. Pennsylvania: State College Venture Publishing Inc. Kelly, J.R. 1992 Leisure. In: Bogatta, E.F. ed. Encyclopedia of Sociology, Vol. 3. Macmillan, New York. Kelly, J.R. and Kelly, J.R. 1994 Multiple dimensions of meaning in the domains of work, family and leisure. Journal of Leisure Research. Kotler, P; Bowen, J & Makens, J 1996: Marketing for hospitality and tourism. USA: Prentice-Hall Inc. Kotler, P; Haider, DH & Rein, I 1993: Marketing places; attracting investment, industry, and tourism to cities, states and nations. USA: The Free Press, Macmillan Inc. Lawton, M.P. 1993 Meanings of activity. In: Kelly, J.R. ed. Activity and aging. Sage, Newbury Park, California. McGuire, F.A. (1984) A factor analytic study of leisure constraints in advanced adult- hood.Leisure Sciences 6, 313-326. McGuire, F.A., Boyd, R.K. and Tedrick, R.E. 2004 Leisure and Aging: Ulyssean Living in Later Life, 3rd edn. Sagamore, Champaign, Illinois. Middleton, VTC 1994: Marketing in travel and tourism, second edition. UK: Butterworth, Heinemann Ltd. Muller, T.E. and O’Cass, A. 2001 Targeting the young at heart: seeing senior vacationers the way they see themselves. Journal of Vacation Marketing 7. Patterson, Ian. 2006. Growing Older: Tourism and Leisure Behaviour of Older Adults. School of Tourism and Leisure Management University of Queensland. Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset. Postma, P 1999: The new marketing era; marketing to the imagination in a technologydriven world. USA: McGraw-Hill. Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. Ketetapan Dirjen Imigrasi No. F.256-12.02/2000. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut. Jakarta. Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. Keputusan Presiden /Keppres No. 31/1998. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut. Jakarta.
  • 36. 35 Publikasi Kem. Kebudayaan dan Pariwiata RI. 2011. SK Menteri Kehakiman No. M-04- 12.01.02/1998. Temporary Visa: Ijin Tinggal Wisatawan Usia Lanjut. Jakarta. Seaton, AV & Bennett, MM 1996: Marketing tourism products; concepts, issues, cases. UK: International Thomson Business Press. Shoemaker, S. 1989 Segmentation of the senior pleasure travel market. Journal of Travel Research Winter 27. Smith, C. and Jenner, P. 1997 The seniors travel market. Travel and Tourism Analyst. Stebbins, R.A. 1998 After Work: The Search for an Optimal Leisure Lifestyle. Detselig Enterprises, Calgary, Alberta. Veal, A. and Lynch, R. 2001 Australian leisure. Longmans/Butterworth, French’s Forest, New South Wales. Wei, S. and Millman, A. 2002 The impact of participation in activities while on vacation on seniors’ psychological well-being: a path model analysis. Journal of Hospitality and Tourism Research 26. World Tourism Organisation 1991: Tourism in the year 2000; qualitative aspects affecting global growth. Spain: WTO. World Tourism Organisation 1993: Sustainable tourism development; guide for local planners. Spain: WTO. World Tourism Organisation Business Council 1999: Marketing tourism organizations online, strategies for the information age. Spain: WTOBC. Zyman, S 1999: The end of marketing as we know it. USA: Harper Business.