KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA Ny.”A”
P1A0H1 DENGAN 6 JAM POST SECTIO CAESAREA
A/C KETUBAN PECAH DINI DENGAN MASALAH PSIKOLOGIS DI
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
DISUSUN OLEH : RAHMI ANDRITA YUDA
NIM : 1920332028
PEMBIMBING : dr. Puja Agung Antonius, S.Pog(K)
PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS
Definisi Masa Nifas
Puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Masa nifas
(puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai
hingga alat-alat kandungan kembali
seperti pra hamil
Tujuan Masa Nifas
perawatan bayi sehat
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme.
Melancarkan fungsi gastrointestinal atau perkemihan. Melancarkan pengeluaran lokia.
Mempercepat involusi alat kandungan.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
bayinya dan perawatan bayi sehat.
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu/ dukungan psikologis
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi dan mencegah infeksi pada ibu maupun bayinya.
Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik secara fisik maupun psikologis.
Perubahan Fisiologi Masa
Nifas
Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan Sistem Pencernaan
Perubahan Sistem Perkemihan
Perubahan Sistem Muskuloskletal
Perubahan Sistem Kardiovaskular
Perubahan Tanda-tanda vital
Perubahan Sistem Endokrin
Perubahan Psikis Masa Nifas
Fase Perubahan Psikis Masa
Nifas
Periode “Taking In” atau “Fase Dependent”
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan,
ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu
mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi
oleh orang lain. Berlangsung 2-3 hri
Periode “Taking Hold” atau fase “Independent
Pada ibu-ibu yang mendapat asuhan yang memadai pada
hari-hari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua
sampai keempat mulai muncul kembali
keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri.
Periode “Letting go” atau “ Fase Mandiri” atau “Fase
Interdependen”
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat
dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan
keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap
perawatan bayi, ibu harus beradaptasi dengan kebutuhan
bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu, kebebasan danhubungan sosial.
TANDA BAHAYA MASA NIFAS
Menurut Pitriani (2014), ada beberapa tanda-tanda bahaya
selama masa nifas,
yaitu :
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-
tiba (melebihi
haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2
pembalut
saniter dalam waktu setengah jam).
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang
menyengat.
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastric atau masalah
penglihatan.
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan, demam, muntah, rasa
sakit
sewaktu buang air seni atau
6. merasa tidak enak badan.
7. Payudara memerah, panas, dan / atau sakit.
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
9. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri
Psikopatologi
Ketika wanita gagal untuk menjaga
keseimbangan antara tuntutan situasi
dan
jalan keluar yang harus dihadapi wanita
pada masa nifas ,mereka dapat
memasuki
defisit kognitif, emosional, dan motivasi,
yang akan membawa mereka ke perilaku
non-adaptif seperti depresi. Faktor-faktor
risiko yang terkait dengan depresi
pascapersalina, sebagian besar dari
jenis keluarga, dengan interaksi di antara
keluarga, termasuk pasangan, memiliki
dampak terbesar pada efektivitas wanita.
1. Baby Blues
Diperkirakan 80% wanita akan
mengalami gejala baby blues.
kebanyakan wanita akan mengalami
naik turunnya emosi ringan yang
dapat terjadi bersamaan dengan
perubahan hormonal normal dari siklus
menstruasi dan melahirkan bayi. Baby
blues terjadi selama 2 minggu pertama
setelah melahirkan,dan banyak wanita
mengalami perubahan suasana hati 24-48
jam setelah lahir (Puryear, 2014).
Gejala baby blues:
Menangis tanpa alasan
Emosi berubah dari senang menjadi
menangis dalam beberapa menit
Mudah tersinggung dan frustrasi dan
cemas kecemasan,
Perasaan kewalahan oleh semua
tanggung jawab baru yang datang
dengan memiliki bayi.
2. Postpartum Depression
Postpartum Depression persentasenya
bervariasi tergantung pada penelitian,
sekitar 13–19% wanita, gejala suasana
hati yang lebih serius terjadi yang jauh
lebih berat daripada gejala sementara
baby blues. Depresi pascapersalinan,
PPD, adalah penyakit serius yang harus
ditangani dan diobati. PPD bukanlah
baby blues berkepanjangan. Baby blues
hampir selalu sembuh dalam 2 minggu,
dan rasa sedih atau suasana hati
tertekan yang berlanjut setelah waktu itu
harus diselidiki.
3. Psikosis
Psikosis pada masa nifas terjadi kurang lebih 2-3 per 1000 kelahiran, dan
memerlukan penatalaksanaan psikiatrik (kejiwaan). Meskipun psikosis merupakan
sindrom postpartum yang sangat jarang terjadi, hal ini dianggap sebagai
gangguanjiwa paling berat dan dramatis yang terjadi pada periode postpartum
(Fraser & Cooper, 2009). Gejala psikosis bervariasi, muncul secara dramatis dan
sangat dini,mserta berubah dengan cepat, yang berubah dari hari ke hari selama
fase akut penyakit. Gejala ini dari biasanya meliputi perubahan suasana hati,
perilaku yang tidak rasional dan gangguan agitasi, ketakutan dan kebingungan,
karena ibu kehilangan kontak dengan realitas secara cepat.
Gambarannya meliputi keadaan sebagai berikut.
a. Kegelisahan dan agitasi.
b. Kebingungan dan konfusi
c. Rasa curiga dan ketakutan
d. Insomnia.
e. Episode mania, yang membuat ibu menjadi hiperaktif (misalnya berbicara
dengan cepat dan terus menerus, serta menjadi sangat overaktif dan senang).
f. Pengabaian kebutuhan dasar misalnya nutrisi dan hidrasi.
g. Halusinasi dan pemikiran waham morbid yang melibatkan ibu dan bayinya.
h. Gangguan perilaku mayor.
Screening Mental Health In
Postpartum
The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
EPDS dikembangkan pada 1980-an oleh John Cox,
seorang konsultan
psikiater di Inggris, dan rekannya Jeni Holden dan Ruth
Sagovsky. EPDS merupakan kuesioner laporan diri yang
sekarang digunakan di banyak negara untuk menyaring
depresi pascanatal. EPDS juga digunakan untuk skrining
depresiantenatal pada wanita, dan depresi pada pria pada
periode antenatal dan postnatal.
Ada sepuluh pernyataan khusus untuk gejala depresi
selama periode perinatal.
Setiap pernyataan memiliki empat kemungkinan
respons, yang diberi skor dari 0 hingga 3 tergantung
pada tingkat keparahan respons.
B. Anamnesa (Data Subjektif)
1) Keluhan Utama
Ibu mengatakan takut dan cemas pada
kondisinya dan juga bayinya. Ibu
mengatakan sering bingung, dan pusing
dan takut memegang bayinya. Ibu sulit
untuk tidur. Ibu mengatakan sudah
menyusu bayinya saat bayi menangis dan
ASIsudah keluar.
2) Riwayat Pernikahan
- Pernikahan ke : 1
- Usia pertama kawin : 21 tahun
- Lama perkawinan : 2 tahun