2. • Liturgi berasal dari kata Yunani laos (umat) dan ergon
(karya). Jadi liturgi pada dasarnya adalah karya umat.
• Karya umat yang terutama bukan hanya di dalam
aktivitas ritual, tetapi justru dalam keseharian hidup.
Hidup = liturgi. Dlm bhs Arab Abudah = bekerja. Dari
kata yang sama muncul kata ibadah.
• Namun liturgi dalam arti ritual tetap perlu sebagai
simbolisasi, kristalisasi dan refleksi atas hidup sebagai
liturgi. (Allah hadir dalam semua kegiatan makan,
tidur, bekerja, naik gunung, dsb, tetapi secara eksplisit
kehadiran Allah dirasakan paling kuat dalam ibadah).
3. • Jadi: Liturgi ritual harus terkait sepenuhnya
dengan liturgi kehidupan riil. Liturgi ritual yang
tercerabut dari kehidupan nyata kehilangan
kekuatan dan maknanya.
• Liturgi ritual harus merangkum pergumulan
manusia beriman dalam hidup sesehari dan
kemudian mendorong untuk menghidupi
kehidupan sesehari lebih bermakna. Jadi liturgi
kehidupan ditopang sepenuhnya oleh liturgi ritual.
4. • Liturgi = puncak dan sumber semua kegiatan gereja.
• Puncak - Semua usaha Gereja mempunyai satu
tujuan, yakni agar semua orang berhimpun menjadi
satu untuk memuliakan Allah. Dengan kata lain:
semua kegiatan gereja mengarah dan menyiapkan
umat untuk berliturgi.
• Sumber --Liturgi ritual menjadikan anggota-
anggotanya manusia yang mengalami pembaharuan.
Liturgi menjadi arena yang terbaik, tempat umat
beriman menimba seluruh kekuatan dan rahmat untuk
mengamalkan kasih Kristus dalam hidupnya sehari-
hari.
5. • Ibadah semua agama memiliki unsur serupa,
seperti doa, baca kitab suci, dsb. Tetapi liturgi
Kristen berbeda secara mendasar dengan liturgi
agama lain.
• Prinsip-prinsip dasar liturgi yang tidak jelas bisa
membelokkan makna liturgi. Contoh: Liturgos
berkata: "Mari kita menikmati hiburan suara yang
indah dari sdri....... pagi ini". Jelas liturgos ini telah
salah mencampuradukkan liturgi dengan
"entertainment".
6. • Iman yang dirayakan adalah tanggapan atas
panggilan dan tawaran pernyataan diri dari Allah.
Allah yang telah melaksanakan karya
penyelamatanNya dalam sejarah. Jadi liturgi adalah
'celebrative act' yang berpusat pada Allah. Allah
telah menyelamatkan, maka kita merayakannya
dengan berliturgi.
• Ibadah = ekaristi (eucharist = to give thanks). Ini
berbeda dengan agama-agama lain di mana ibadah
lebih merupakan upaya manusia untuk
memperoleh keselamatan.
7. • Diadakan atas dasar iman pada Yesus Kristus - tidak ada
dasar yang lain yang dirayakan dalam liturgi.
• Suatu persekutuan persaudaraan anak-anak Allah.
• Merasa dipanggil bersama dan diutus bersama untuk
memberitakan Injil.
• Sadar bahwa mereka umat yang dipilih dan diselamatkan.
• Merayakan dengan penuh sukacita dan pengharapan.
Kekhidmatan tidak boleh merampas sukacita perayaan
karya Allah. Contoh: PK diadakan lebih pada perayaan
Paskah dan bukan Jumat Agung.
8. • Gereja menyatakan dirinya dalam liturgi. Kalau
orang mau tahu tentang gereja, maka orang perlu
melihat pertemuan umat yang sedang berliturgi.
• Ill: pematung mengekspresikan diri melalui hasil
karya patungnya. Jemaat memuliakan Allah
Bapa, yang mengutus Yesus Kristus demi
keselamatan mereka dan dalam kuasa Roh Kudus
umat mengenang misteri penyelamatan Allah
dalam Kristus itu dengan penuh syukur
9. Karena liturgi merupakan ungkapan diri Gereja,
liturgi bersifat resmi. Kriteria resmi dan tidak
resmi sebuah liturgi bukan bertolak dari si
pemimpin, melainkan dari makna liturgi sebagai
ungkapan hakikat asli Gereja. Liturgi harus
dipimpin oleh pemimpin resmi (tertahbis atau
orang yang secara resmi diberi mandat untuk itu)
10. Liturgi kristen memakai pola katabatis-anabatis.
Katabatis gerakan dari atas ke bawah, dr Allah
kepada umat. Anabatis menunjuk pada gerakan
dari bawah ke atas, dari umat kepada Allah.
Contoh:
11. Votum – pernyataan Allah yang hadir dan mengundang
umat beribadah.
Pengakuan dosa – karena kita berhadapan dengan Allah
yang mendatangi kita.
Berita anugerah – Allah menyatakan pengampunanNya.
Pemberitaan Firman – Allah menuntun umat.
Pengakuan Iman – Kita merespons firman tuhan.
Persembahan syukur
Doa syafaat
Kesediaan diutus
Berkat – Allah menyertai kita memasuki liturgi kehidupan.
Contoh: Yesaya 6:1-8
12. Perlu persiapan. Baik diri umat, petugas liturgi,
tata perayaannya, maupun sarananya. Umat perlu
persiapan doa yang cukup sebelum ibadah.
Persiapan sebelum liturgi ini perlu dirancang.
Jangan sampai terlambat, apalagi kalau
beranggapan “Baru puji-pujian, belum sampai
Firman Tuhan” seperti dalam gereja-gereja
Pentakosta.
13. Persiapan petugas amat perlu, baik segi batin
maupun koordinasi antar petugas. Demikian pula
persiapan sarana liturginya. Kalau peralatan
terganggu, ibadah bisa menjadi kacau. Selain itu,
peralatan menjadi simbol seberapa jauhkah kita
benar-benar mengekspressikan diri tentang
hubungan kita dengan Tuhan: pantaskah,
indahkah, terawat-kah peralatan tersebut?
14. • Liturgi adalah ungkapan diri gereja, maka dilakukan
oleh umat secara bersama-sama secara sadar dan
aktif. Jadi sifatnya partisipatoris.
• Jaman dulu, warisan tradisi Barat di mana "priest
acting-people watching", seorang pendeta yang
bertindak dan umat menonton. Liturgi Kristen menolak
tindakan kultis melalui imam seperti pada agama
Hindu, atau Budha, di mana seorang imam
memberikan air atau abu suci kepada umat setelah
imam itu melaksana-kan penyembahan atau doa di
hadapan Tuhan.
15. • Dalam liturgi Kristen semua umat bersama-sama
melaksanakan ibadah itu. Awam diberi tempat
luas dalam pelayanan ibadah: liturgos, doa,
mengambil kolekte, bahkan kotbah bila
diperlukan. Pendeta memang masih merupakan
"pemain utama" dalam liturgi, tetapi bukan lagi
"pemain tunggal" (the chief but not the sole
liturgist). Ia lebih bersifat sebagai "tanda dan
simbol kesatuan dalam komunitas; serta menjadi
pelayan komunitas agar komunitas berjumpa
langsung dengan Tuhan
16. Ada partisipasi yang muncul dalam responsoria
aktif dialogis. Mis: umat – pemimpin; lak-laki –
perempuan; umat-paduan suara. Dsb
Demikian pula harus diatur keseimbangan antara
komunal – individualnya. Ada kebersamaan
jemaat datang pada Tuhan, tetapi juga ada
kesempatan datang secara pribadi kepada Tuhan.
Juga hening/suaranya.
17. • Liturgi bukanlah parade konsep melainkan parade kisah,
penceritaan ulang tindakan Allah dalam sejarah. Contoh:
Keluaran 15:1-18. lagu yang menceritakan
tindakan/karya penyelamatan Allah yang membebaskan.
• Contoh: ayah, ibu atau kakek berkata: "Ayo, saya akan
berceritera untuk kamu", dengan segera anak-anak atau
cucu-cucu akan berkumpul. Liturgi mengundang umat
berkumpul melalui tindakan naratif. Lagu-lagu pujian
dalam liturgi kita seharusnya menceritakan pengalaman
kontemporer kita terhadap karya penyelamatan Allah
dalam sejarah yang kita alami bersama.
18. • Tindakan naratif muncul melalui urutan unsur
liturgis: votum, yang mengakui Allah sebagai
pencipta dan pemelihara, pujian penyembahan,
doa pengakuan dosa oleh umat, pernyataan
pengampunan dosa, pemberitaan Firman Tuhan
yang menjelaskan kehendak Allah bagi umat yang
sudah diperbarui, respons/tindakan komitmen
umat (pengakuan iman, doa syafaat,
persembahan), sampai akhirnya doa berkat yang
berisi pengharapan eskhatologis.
19. Ada keterlanjutan dari satu bagian ke bagian lain
liturgi. Mengalir tanpa terputus. Kalimat formal :
“Mari kita membuka NKB 123:1-3” malah bisa
memutus rangkaian.
Sebaliknya kalimat-kalimat komentar yang
berakna dan variatif bisa membantu kontinuitas
ibadah.
20. Kalau umat menyadari makna tindakan naratif
dalam liturgi, biasanya liturgi akan menjadi lebih
mudah dihayati dan umat berpartisipasi dengan
kesadaran yang lebih mendalam.
Liturgi memang harus merupakan 'lingkungan
makna' yang mewadahi kebutuhan untuk
memberi visi dan mentransmisikan keyakinan
iman Kristen bagi jemaat secara sosial
21. • Pusat dari tindakan naratif di dalam liturgi adalah
perayaan misteri Paskah Yesus Kristus. Puncak
penyelamatan Allah terlaksana dalam kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus. Dari terang kematian dan
kebangkitan Kristus inilah, seluruh misteri dinamika hidup
Yesus ditafsir, dibacakan, dan diberitakan. Narasi
kehidupan Kristus yang berpuncak pada kematian dan
kebangkitan kristus inilah yang dikisahkan kembali dalam
kotbah-kotbah Gereja dalam tradisi Kristen.
• Karenanya pemakaian kalender Liturgi atau Kalender
Gerejawi dalam berbagai tradisi gereja Kristen menjadi
sesuatu yang cukup penting
22. • Rekreasi dan re-kreasi.
• Rekreasi adalah menikmati istirahat sehingga kita
mampu menghadapi kembali pekerjaan kita.
• Re-kreasi adalah menciptakan ulang sesuatu menjadi
baru.
• Liturgi adalah rekreasi. Dengan segala kerja, godaan,
dan pencobaan hidup di dalam dunia, liturgi memang
merupakan titik rekreasi. Liturgi menjadi istirahat dari
dunia kerja yang terus berputar dari Senin-Sabtu.
Kerja tanpa istirahat adalah demonis. Kita perlu duduk
di 'bawah kaki Tuhan' agar benar-benar dapat
beristirahat. Berekreasi dengan Tuhan.
23. • Liturgi juga arena untuk mencipta ulang/re-kreasi
hidup kita. Kita membawa segala keberadaan dan
pengalaman hidup ke hadirat Tuhan, menata ulang.
Dalam re-kreasi itu kita mengatur kembali dan re-
orientasi hidup sesuai dengan nilai-nilai kerajaan
Allah. Jadi di hadapan hadirat Tuhan kita diciptakan
ulang. Setiap kali Allah menyapa kita dalam tiap
ibadah atau liturgi, setiap pengalaman kita, baik suka
dan duka, baik atau jahat, di tata kembali dan hidup
kita dicipta ulang. Itu sebabnya penting sekali ada
elemen pengakuan dosa dalam liturgi kita.
24. Memahami bahwa liturgi adalah arena untuk
mencipta ulang kehidupan juga membawa
implikasi penting untuk menekankan bahwa liturgi
harus mewadahi pergumulan kehidupan manusia,
atau berfungsi sebagai rites of the passage of life.
Ritual untuk melewati tahapan-tahapan kehidupan
From womb to tomb, dengan krisis-krisisnya
masing-masing
25. • Sementara kita membawa kehidupan sehari-hari ke
dalam liturgi, kita juga membawa proyeksi masa
depan. Salah satu elemen utama dari iman Kristen
yang dinarasikan dalam ibadah kita adalah masa
depan, dalam terang kerajaan Allah yang akan
datang. Liturgi meng-orientasikan kita kepada
kerajaan Allah yang akan datang tersebut.
• Sewaktu kita menata ulang kembali kehidupan kita,
kita menata ulang dalam tujuan utama kerajaan Allah
yang akan datang, kerajaan yang mengatasi segala
batas-batas gereja.
26. Contoh: PK = mencicipi perjamuan Surgawi untuk
semua orang beriman.
Benediksi = penantian kesempurnaan kerajaan
Allah dan hidup mereka masih harus senantiasa
berjuang untuk menghadirkan kerajaan Allah
tersebut di dalam dunia.
27. Hymnal biasanya memuat ayat terakhir yang
berkaitan dengan tindakan eskhatologis. Bagian
ini harus dihargai juga.