SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 6
TEORI                                         INDIKATOR                                   PERTANYAAN
Resiliensi adalah kemampuan untuk                1. Regulasi emosi anak kecil di
beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi            lingkungan prostitusi:
sulit. (Reivich dan Shatté,2002. Resiliensi      - mampu menahan diri saat teman-
dibangun dari tujuh kemampuan yang                   temannya berkata kotor (berbau
berbeda dan hampir tidak ada satupun                 seks).
individu yang secara keseluruhan memiliki
kemampuan tersebut dengan baik                   2. Pengendalian impuls pada anak kecil
                                                    di lingkungan prostitusi:
Kemampuan ini terdiri dari:                      - mampu menahanan perilaku untuk
                                                    beragresi baik secara verbal maupun
1. Regulasi emosi Menurut Reivich dan               non verbal terhadap lawan jenis.
Shatté (2002) regulasi emosi adalah              - spesifik : mencium lawan jenis,
kemampuan untuk tetap tenang di bawah               menggoda lawan jenis, menghina
                                                    dengan kata-kata berbau seks
tekanan. Individu yang memiliki
kemampuan meregulasi emosi dapat
                                                 3. Optimisme pada anak kecil di
mengendalikan dirinya apabila sedang
                                                    lingkungan prostitusi
kesal dan dapat mengatasi rasa cemas,
                                                 - mampu berprestasi:
sedih, atau marah sehingga mempercepat
                                                    a. masuk peringkat sepuluh besar di
dalam pemecahan suatu masalah.                          kelas.
Pengekspresian emosi, baik negatif                  b. setidaknya pernah menjuarai
ataupun positif, merupakan hal yang sehat               lomba apapun walaupun juara 3
dan konstruktif asalkan dilakukan dengan                sekalipun.
tepat. Pengekpresian emosi yang tepat            - mampu mempunyai tubuh yang fit
menurut Reivich dan Shatté (2002)                   dan sehat:
merupakan salah satu kemampuan individu             a. jarang sakit-sakit an.
yang resilien. Reivich dan Shatté (2002)            b.
mengemukakan dua hal penting yang
terkait dengan regulasi emosi, yaitu
ketenangan (calming) dan fokus
(focusing). Individu yang mampu
mengelola kedua keterampilan ini, dapat
membantu meredakan emosi yang ada,
memfokuskan pikiran-pikiran yang
mengganggu dan mengurangi stress.

2. Pengendalian impuls Reivich dan
Shatté (2002) mendefinisikan
pengendalian impuls sebagai kemampuan
mengendalikan keinginan, dorongan,
kesukaan, serta tekanan yang muncul dari
dalam diri seseorang. Individu dengan
pengendalian impuls rendah sering
mengalami perubahan emosi dengan cepat
yang cenderung mengendalikan perilaku
dan pikiran mereka. Individu seperti itu
seringkali mudah kehilangan kesabaran,
mudah marah, impulsif, dan berlaku
agresif pada situasi-situasi kecil yang tidak
terlalu penting, sehingga lingkungan sosial
di sekitarnya merasa kurang nyaman yang
berakibat pada munculnya permasalahan
dalam hubungan sosial.

3. Optimisme Individu yang resilien
adalah individu yang optimis. Mereka
memiliki harapan di masa depan dan
percaya bahwa mereka dapat mengontrol
arah hidupnya. Dalam penelitian yang
dilakukan, jika dibandingkan dengan
individu yang pesimis, individu yang
optimis lebih sehat secara fisik, dan lebih
jarang mengalami depresi, lebih baik di
sekolah, lebih peoduktif dalam kerja, dan
lebih banyak menang dalam olahraga
(Reivich & Shatté, 2002). Optimisme
mengimplikasikan bahwa individu percaya
bahwa ia dapat menangani masalah-
masalah yang muncul di masa yang akan
datang (Reivich & Shatté, 2002).

4. Empati Empati merepresentasikan
bahwa individu mampu membaca tanda-
tanda psikologis dan emosi dari orang lain.
Empati mencerminkan seberapa baik
individu mengenali keadaan psikologis dan
kebutuhan emosi orang lain (Reivich &
Shatté, 2002). Selain itu, Werner dan
Smith (dalam Lewis, 1996) menambahkan
bahwa individu yang berempati mampu
mendengarkan dan memahami orang lain
sehingga ia pun mendatangkan reaksi
positif dari lingkungan. Seseorang yang
memiliki kemampuan berempati
cenderung memiliki hubungan sosial yang
positif (Reivich & Shatté, 2002).

5. Analisis penyebab masalah Seligman
(dalam Reivich & Shatté, 2002)
mengungkapkan sebuah konsep yang
berhubungan erat dengan analisis
penyebab masalah yaitu gaya berpikir.
Gaya berpikir adalah cara yang biasa
digunakan individu untuk menjelaskan
sesuatu hal yang baik dan buruk yang
terjadi pada dirinya.
Gaya berpikir dibagi menjadi tiga dimensi,
yaitu: 1)Personal (saya-bukan saya)
individu dengan gaya berpikir ‘saya’
adalah individu yang cenderung
menyalahkan diri sendiri atas hal yang
tidak berjalan semestinya. Sebaliknya,
Individu dengan gaya berpikir ‘bukan
saya’, meyakini penjelasan eksternal (di
luar diri) atas kesalahan yang terjadi.
2)Permanen (selalu-tidak selalu) : individu
yang pesimis cenderung berasumsi bahwa
suatu kegagalan atau kejadian buruk akan
terus berlangsung. Sedangkan individu
yang. optimis cenderung berpikir bahwa ia
dapat melakukan suatu hal lebih baik pada
setiap kesempatan dan memandang
kegagalan sebagai ketidakberhasilan
sementara. 3)Pervasive (semua-tidak
semua) : individu dengan gaya berpikir
‘semua’, melihat kemunduran atau
kegagalan pada satu area kehidupan ikut
menggagalkan area kehidupan lainnya.
Individu dengan gaya berpikir‘tidak
semua’, dapat menjelaskan secara rinci
penyebab dari masalah yang ia hadapi.
Individu yang paling resilien adalah
individu yang memiliki fleksibilitas
kognisi dan dapat mengidentifikasi seluruh
penyebab yang signifikan dalam
permasalahan yang mereka hadapi tanpa
terperangkap dalam explanatory style
tertentu.

6. Efikasi diri Reivich dan Shatté (2002)
mendefinisikan efikasi diri sebagai
keyakinan pada kemampuan diri sendiri
untuk menghadapi dan memecahkan
masalah dengan efektif. Efikasi diri juga
berarti meyakini diri sendiri mampu
berhasil dan sukses. Individu dengan
efikasi diri tinggi memiliki komitmen
dalam memecahkan masalahnya dan tidak
akan menyerah ketika menemukan bahwa
strategi yang sedang digunakan itu tidak
berhasil. Menurut Bandura (1994),
individu yang memiliki efikasi diri yang
tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi tantangan. Individu tidak
merasa ragu karena ia memiliki
kepercayaan yang penuh dengan
kemampuan dirinya. Individu ini menurut
Bandura (1994) akan cepat menghadapi
masalah dan mampu bangkit dari
kegagalan yang ia alami.

7. Peningkatan aspek positif Menurut
Reivich dan Shatté (2002), resiliensi
merupakan kemampuan yang meliputi
peningkatan aspek positif dalam hidup .
Individu yang meningkatkan aspek positif
dalam hidup, mampu melakukan dua aspek
ini dengan baik, yaitu: (1) mampu
membedakan risiko yang realistis dan tidak
realistis, (2) memiliki makna dan tujuan
hidup serta mampu melihat gambaran
besar dari kehidupan. Individu yang selalu
meningkatkan aspek positifnya akan lebih
mudah dalam mengatasi permasalahan
hidup, serta berperan dalam meningkatkan
kemampuan interpersonal dan
pengendalian emosi (Reivich dan Shatte,
2002)

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Ggn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remajaGgn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remaja
dadadony
 
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiPpt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
Endang20
 
power poin teori relasi objek
power poin teori relasi objekpower poin teori relasi objek
power poin teori relasi objek
faiqoh nurlaeli
 
Operant conditioning skinner
Operant conditioning skinnerOperant conditioning skinner
Operant conditioning skinner
elmakrufi
 
Aliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam PsikologiAliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam Psikologi
Intan Irawati
 

Mais procurados (20)

Psikologi sosial - persepsi tentang diri
Psikologi sosial -  persepsi tentang diriPsikologi sosial -  persepsi tentang diri
Psikologi sosial - persepsi tentang diri
 
Ggn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remajaGgn. perilaku emosional anak remaja
Ggn. perilaku emosional anak remaja
 
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiPpt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
 
Psikologi Perkembangan 1
Psikologi Perkembangan 1Psikologi Perkembangan 1
Psikologi Perkembangan 1
 
power poin teori relasi objek
power poin teori relasi objekpower poin teori relasi objek
power poin teori relasi objek
 
Personologi
PersonologiPersonologi
Personologi
 
Psikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E SyawaliaPsikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
Psikologi Positif By Nadzifa E Syawalia
 
JOHN DOLLARD DAN NEAL MILLER
JOHN DOLLARD DAN NEAL MILLER JOHN DOLLARD DAN NEAL MILLER
JOHN DOLLARD DAN NEAL MILLER
 
Operant conditioning skinner
Operant conditioning skinnerOperant conditioning skinner
Operant conditioning skinner
 
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivanTeori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
 
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
 
PSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUMPSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUM
 
Raymond bernard cattell
Raymond bernard cattell Raymond bernard cattell
Raymond bernard cattell
 
Aliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam PsikologiAliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam Psikologi
 
PSIKOLOGI EKSPERIMEN Power point kelompok VI kelas a 08
PSIKOLOGI EKSPERIMEN Power point kelompok VI kelas a 08PSIKOLOGI EKSPERIMEN Power point kelompok VI kelas a 08
PSIKOLOGI EKSPERIMEN Power point kelompok VI kelas a 08
 
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan TemperamenPertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
Pertemuan ke-2 Tipologi berdasarkan Temperamen
 
psikologi individual adler 1
psikologi individual adler 1psikologi individual adler 1
psikologi individual adler 1
 
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah LakuPembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
 
Contoh desain penelitian matching only
Contoh desain penelitian matching onlyContoh desain penelitian matching only
Contoh desain penelitian matching only
 
Kepekaan Diri dan Sosial
Kepekaan Diri dan SosialKepekaan Diri dan Sosial
Kepekaan Diri dan Sosial
 

Semelhante a Pertanyaan observasi wawancara mpk ttg resiliensi

Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...
Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...
Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...
Tyaseta Sardjono
 
Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........
Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........
Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........
vitrapancaria
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptx
ekoprayugo
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
mandalina landy
 
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptxLandasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
AlifianChuchok
 

Semelhante a Pertanyaan observasi wawancara mpk ttg resiliensi (20)

mendidik kecerdasan emosi remaja
mendidik kecerdasan emosi remajamendidik kecerdasan emosi remaja
mendidik kecerdasan emosi remaja
 
Eq note
Eq noteEq note
Eq note
 
Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...
Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...
Bab II Kecerdasan Emosi pada Remaja yang Mengikuti Kelas Unggulan di SMPN 103...
 
IX PERILAKU ORGANISASI.ppt
IX PERILAKU ORGANISASI.pptIX PERILAKU ORGANISASI.ppt
IX PERILAKU ORGANISASI.ppt
 
Kecerdasan masa depan
Kecerdasan masa depanKecerdasan masa depan
Kecerdasan masa depan
 
Kesehatan_mental_pptx.pptx
Kesehatan_mental_pptx.pptxKesehatan_mental_pptx.pptx
Kesehatan_mental_pptx.pptx
 
Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........
Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........
Kesehatan_mental jiwa yang kuat..........
 
keragaman siswa
keragaman siswakeragaman siswa
keragaman siswa
 
Full write up
Full write up Full write up
Full write up
 
Kewirausahaan smk 11_xi
Kewirausahaan smk 11_xiKewirausahaan smk 11_xi
Kewirausahaan smk 11_xi
 
5. KECERDASAN EMOSI.pptx
5. KECERDASAN EMOSI.pptx5. KECERDASAN EMOSI.pptx
5. KECERDASAN EMOSI.pptx
 
PIO Well being
PIO Well beingPIO Well being
PIO Well being
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PK.pptx
 
METAL HEALTH
METAL HEALTH METAL HEALTH
METAL HEALTH
 
Ppt kepribadian
Ppt kepribadianPpt kepribadian
Ppt kepribadian
 
Presentation kecerdasan emosi final
Presentation kecerdasan emosi finalPresentation kecerdasan emosi final
Presentation kecerdasan emosi final
 
Ppd bab i
Ppd bab iPpd bab i
Ppd bab i
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
 
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptxLandasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
 
INTELEGENSI EMOSIONAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN.pptx
INTELEGENSI EMOSIONAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN.pptxINTELEGENSI EMOSIONAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN.pptx
INTELEGENSI EMOSIONAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN.pptx
 

Pertanyaan observasi wawancara mpk ttg resiliensi

  • 1. TEORI INDIKATOR PERTANYAAN Resiliensi adalah kemampuan untuk 1. Regulasi emosi anak kecil di beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi lingkungan prostitusi: sulit. (Reivich dan Shatté,2002. Resiliensi - mampu menahan diri saat teman- dibangun dari tujuh kemampuan yang temannya berkata kotor (berbau berbeda dan hampir tidak ada satupun seks). individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik 2. Pengendalian impuls pada anak kecil di lingkungan prostitusi: Kemampuan ini terdiri dari: - mampu menahanan perilaku untuk beragresi baik secara verbal maupun 1. Regulasi emosi Menurut Reivich dan non verbal terhadap lawan jenis. Shatté (2002) regulasi emosi adalah - spesifik : mencium lawan jenis, kemampuan untuk tetap tenang di bawah menggoda lawan jenis, menghina dengan kata-kata berbau seks tekanan. Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat 3. Optimisme pada anak kecil di mengendalikan dirinya apabila sedang lingkungan prostitusi kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, - mampu berprestasi: sedih, atau marah sehingga mempercepat a. masuk peringkat sepuluh besar di dalam pemecahan suatu masalah. kelas. Pengekspresian emosi, baik negatif b. setidaknya pernah menjuarai ataupun positif, merupakan hal yang sehat lomba apapun walaupun juara 3 dan konstruktif asalkan dilakukan dengan sekalipun. tepat. Pengekpresian emosi yang tepat - mampu mempunyai tubuh yang fit menurut Reivich dan Shatté (2002) dan sehat: merupakan salah satu kemampuan individu a. jarang sakit-sakit an. yang resilien. Reivich dan Shatté (2002) b. mengemukakan dua hal penting yang terkait dengan regulasi emosi, yaitu ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Individu yang mampu mengelola kedua keterampilan ini, dapat membantu meredakan emosi yang ada,
  • 2. memfokuskan pikiran-pikiran yang mengganggu dan mengurangi stress. 2. Pengendalian impuls Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan pengendalian impuls sebagai kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. Individu dengan pengendalian impuls rendah sering mengalami perubahan emosi dengan cepat yang cenderung mengendalikan perilaku dan pikiran mereka. Individu seperti itu seringkali mudah kehilangan kesabaran, mudah marah, impulsif, dan berlaku agresif pada situasi-situasi kecil yang tidak terlalu penting, sehingga lingkungan sosial di sekitarnya merasa kurang nyaman yang berakibat pada munculnya permasalahan dalam hubungan sosial. 3. Optimisme Individu yang resilien adalah individu yang optimis. Mereka memiliki harapan di masa depan dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol arah hidupnya. Dalam penelitian yang dilakukan, jika dibandingkan dengan individu yang pesimis, individu yang optimis lebih sehat secara fisik, dan lebih jarang mengalami depresi, lebih baik di sekolah, lebih peoduktif dalam kerja, dan lebih banyak menang dalam olahraga
  • 3. (Reivich & Shatté, 2002). Optimisme mengimplikasikan bahwa individu percaya bahwa ia dapat menangani masalah- masalah yang muncul di masa yang akan datang (Reivich & Shatté, 2002). 4. Empati Empati merepresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda- tanda psikologis dan emosi dari orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi orang lain (Reivich & Shatté, 2002). Selain itu, Werner dan Smith (dalam Lewis, 1996) menambahkan bahwa individu yang berempati mampu mendengarkan dan memahami orang lain sehingga ia pun mendatangkan reaksi positif dari lingkungan. Seseorang yang memiliki kemampuan berempati cenderung memiliki hubungan sosial yang positif (Reivich & Shatté, 2002). 5. Analisis penyebab masalah Seligman (dalam Reivich & Shatté, 2002) mengungkapkan sebuah konsep yang berhubungan erat dengan analisis penyebab masalah yaitu gaya berpikir. Gaya berpikir adalah cara yang biasa digunakan individu untuk menjelaskan sesuatu hal yang baik dan buruk yang terjadi pada dirinya.
  • 4. Gaya berpikir dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu: 1)Personal (saya-bukan saya) individu dengan gaya berpikir ‘saya’ adalah individu yang cenderung menyalahkan diri sendiri atas hal yang tidak berjalan semestinya. Sebaliknya, Individu dengan gaya berpikir ‘bukan saya’, meyakini penjelasan eksternal (di luar diri) atas kesalahan yang terjadi. 2)Permanen (selalu-tidak selalu) : individu yang pesimis cenderung berasumsi bahwa suatu kegagalan atau kejadian buruk akan terus berlangsung. Sedangkan individu yang. optimis cenderung berpikir bahwa ia dapat melakukan suatu hal lebih baik pada setiap kesempatan dan memandang kegagalan sebagai ketidakberhasilan sementara. 3)Pervasive (semua-tidak semua) : individu dengan gaya berpikir ‘semua’, melihat kemunduran atau kegagalan pada satu area kehidupan ikut menggagalkan area kehidupan lainnya. Individu dengan gaya berpikir‘tidak semua’, dapat menjelaskan secara rinci penyebab dari masalah yang ia hadapi. Individu yang paling resilien adalah individu yang memiliki fleksibilitas kognisi dan dapat mengidentifikasi seluruh penyebab yang signifikan dalam permasalahan yang mereka hadapi tanpa terperangkap dalam explanatory style
  • 5. tertentu. 6. Efikasi diri Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami. 7. Peningkatan aspek positif Menurut Reivich dan Shatté (2002), resiliensi merupakan kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam hidup . Individu yang meningkatkan aspek positif dalam hidup, mampu melakukan dua aspek ini dengan baik, yaitu: (1) mampu membedakan risiko yang realistis dan tidak
  • 6. realistis, (2) memiliki makna dan tujuan hidup serta mampu melihat gambaran besar dari kehidupan. Individu yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi (Reivich dan Shatte, 2002)