PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
jual beli dalam islam
1. DefinisiJual beli
Secara etimologi jual beli berarti mengambil dan memberikan
sesuatu, Adapun secara terminologi, jual beli adalah transaksi tukar
menukar yang berkonsekuensi beralihnya hak kepemilikan, dan hal itu dapat
terlaksana dengan akad, baik berupa ucapan maupun perbuatan. (Taudhihul
Ahkam, 4/211).
Di dalam Fiqhus sunnah (3/46) disebutkan bahwa al-bay’u ( jual beli )
adalah transaksi tukar menukar harta yang dilakukan secara sukarela atau
proses mengalihkan hak kepemilikan kepada orang lain dengan adanya
kompensasi tertentu dan dilakukan dalam koridor syariat.
2. Dalil tentang jual beli
• Dalil Al Qur’an
Allah ta’ala berfirman,
•
…“padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…“ (QS. Al
Baqarah: 275)
• Dalil Sunnah
Rasulullah bersabda :
Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan
kurma, garam dengan garam, sama beratnya dan langsung diserahterimakan. Apabila
berlainan jenis, maka juallah sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara
kontan“ (HR. Muslim: 2970)
3. • Dalil Ijma’
Kebutuhan manusia untuk mengadakan transaksi jual beli sangat urgen, dengan
transaksi jual beli seseorang mampu untuk memiliki barang orang lain yang
diinginkan tanpa melanggar batasan syariat. Oleh karena itu, praktek jual beli
yang dilakukan manusia semenjak masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
hingga saat ini menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan disyariatkannya jual
beli (Fiqhus Sunnah,3/46).
• Dalil Qiyas
Kebutuhan manusia menuntut adanya jual beli, karena seseorang sangat
membutuhkan sesuatu yang dimiliki orang lain baik, itu berupa barang atau
uang, dan hal itu dapat diperoleh setelah menyerahkan timbal balik berupa
kompensasi. Dengan demikian, terkandung hikmah dalam pensyariatan jual beli
bagi manusia, yaitu sebagai sarana demi tercapainya suatu keinginan yang
diharapkan oleh manusia (Al Mulakhos Al Fiqhy, 2/8).
4. Rukun Jual beli dalam islam
• 1.Al- ‘Aqid (orang yang melakukan transaksi/penjual dan pembeli),
• 2. Al-‘Aqd (transaksi),
• 3. Al-Ma’qud ‘Alaihi ( objek transaksi mencakup barang dan uang).
5. Syarat-syarat jual beli dalam islam
1. Al- ‘Aqid (penjual dan pembeli) haruslah seorang yang merdeka, berakal (tidak gila), dan
baligh atau mumayyiz (sudah dapat membedakan baik/buruk atau najis/suci, mengerti hitungan
harga).
• Seorang budak apabila melakukan transaksi jual beli tidak sah kecuali atas izin dari
tuannya, karena ia dan harta yang ada di tangannya adalah milik tuannya. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi: “Barangsiapa menjual seorang budak yang memiliki harta, maka
hartanya itu milik penjualnya, kecuali jika pembeli mensyaratkan juga membeli apa yang
dimiliki oleh budak itu.“ (HR. Bukhari dan Muslim).
2. orang gila dan anak kecil (belum baligh) tidak sah jual-belinya, berdasarkan firman Allah:
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian
jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka
serahkanlah kepada mereka harta-hartanya“. (QS. An-Nisaa’: 6)
3. 2. Penjual dan pembeli harus saling ridha dan tidak ada unsur keterpaksaan dari pihak
manapun meskipun tidak diungkapkan.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu“.
(Q.S. An-Nisaa’: 29).
6. 4. Objek jual beli (baik berupa barang jualan atau harganya/uang) merupakan
barang yang suci dan bermanfaat, bukan barang najis atau barang yang
haram, karena barang yang secara dzatnya haram terlarang untuk diperjualbelikan.
Rasulullah bersabda,
“Janganlah engkau menjual barang yang bukan milikmu.“ (HR.
Abu Dawud 3503, Tirmidzi 1232, An Nasaa’i VII/289, Ibnu
Majah 2187, Ahmad III/402 dan 434; dishahihkan Syaikh Salim
bin ‘Ied Al Hilaly)
5.tidak diperkenankan seseorang menyembunyikan cacat/aib suatu barang ketika
melakukan jual beli. Rasulullah bersabda:
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak halal bagi
seorang muslim menjual barang dagangan yang memiliki cacat kepada saudaranya
sesama muslim, melainkan ia harus menjelaskan cacat itu kepadanya“ (HR. Ibnu
Majah nomor 2246, Ahmad IV/158, Hakim II/8, Baihaqi V/320;
dishahihkan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali)
7. 6.Barang yang diperjual-belikan memiliki manfaat yang dibenarkan syariat, bukan
najis dan bukan benda yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
• Rasululah bersabda:
•
“
Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan atas suatu kaum
untuk memakan sesuatu, maka Dia pasti mengharamkan harganya“.
(HR. Abu Dawud dan Baihaqi dengan sanad shahih)
7.Tidak boleh memperjual belikan barang haram
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli
khamer, bangkai, babi dan patung“. (HR. Bukhari dan Muslim)
8.Barang yang diperjual belikan harus bisa diserahkan kepada sipembeli
9. Barang yang diperjual-belikan dan harganya harus diketahui oleh pembeli
dan penjual.
10.Barang yang dijual harus barang yang telah dimilikinya. Dan
kepemilikan sebuah barang dari hasil pembelian sebuah barang
menjadi sempurna dengan terjadinya transaksi dan serah-terima.