Dokumen tersebut memberikan informasi tentang layanan kesehatan telepon bernama "Halo Kemkes" yang memberikan informasi kesehatan dan menerima laporan pengaduan serta masukan di bidang kesehatan melalui telepon. Dokumen ini juga memberikan nomor telepon, faksimili, email, dan alamat surat untuk menghubungi layanan Halo Kemkes.
2. perlu
info
kesehatan
APA ITU
HALO KEMKES?
Halo Kemkes adalah layanan
kesehatan yang memberikan
informasi kesehatan dan
penerimaan laporan pengaduan
serta masukan di bidang
kesehatan melalui telepon
CARA MENGHUBUNGI
halo
kemkes
500567
Telp : Telp ke (kode lokal) 500567
Telp rumah : tekan 500567
Hp : tekan (kode lokal) 500567
Faximili : (021) 529 21669
SMS : 081281562620
Email : kontak@kemkes.go.id
Surat : Halo Kemkes
Pusat Komunikasi Publik
Gedung Kementerian Kesehatan RI,
Blok Ruang 109
Jl. HR Rasuna Said Blok X5
Kav. 4 - 9, Jakarta, 12950
* Untuk Penelpon dari wilayah di luar Jabotabek menggunakan
kode area wilayah masing -| masing.
ii | mediakom 41 | april 2013
3. etalase
Rokokmu
Penyakitmu
foto
drg. Murti Utami, MPH
B
agi pecandu rokok, sulit untuk berhenti merokok.
Tak terkecuali orang miskin. Walau sulit beli
kebutuhan pokok, tapi mampu beli rokok. “Lebih
baik tak makan dari pada tidak merokok”, begitu
ungkapan yang sering terdengar. Sekalipun
sudah tahu kerugian merokok, tetap saja merokok dengan
berbagai alasan. Bahkan ribuan alasan dapat mereka temukan
agar tetap merokok. Untuk mencari alasan agar tetap
merokok, ibarat “mati satu tumbuh seribu”. Ngak ada matinya.
Wajar jumlah pecandu rokok dunia maupun Indonesia makin
bertambah besar.
Ada banyak penyakit akibat rokok. Mulai penyakit fisik,
psyikis, ekonimis dan ngeyel. Penyakit fisik mulai dari kanker,
jantung, darah tinggi, paru-paru, bahkan banyak orang
tubuh dapat sakit yang diakibatkan asap rokok. Penyakit
psikis, bisa dalam bentuk ketagihan. Bila tak merokok, kurang
kosentrasi, marah-marah, tak bisa mikir, gelisah dan lainlain. Secara ekonomis jelas. Hasil riset kesehatan dasar 2010
menunjukkan, banyak orang miskin pecandu rokok, lebih
banyak membelajakan uangnya untuk beli rokok dibanding
beli makanan pokok, susu anak, lauk pauk, sayur mayur dan
biaya pendidikan anak sekolah.
Kuatnya daya candu, membuat perokok ketagihan, sulit
berhenti merokok. Bahkan sangat sedikit sekali yang mampu
berhenti merokok. Umumnya mereka yang berhenti merokok,
terjadi setelah sakit parah. Berhentinya juga bukan permanen,
setelah sembuh dan merasa kuat dan sehat .
Kelompok pecandu rokok seperti ini mempunyai penyakit
tambahan ngeyel. Mereka memiliki kemampuan untuk ngeyel
yang luar biasa. Terutama setelah sembuh dari sakitnya,
kemudian mulai merokok lagi. Awalnya, coba-coba. Ketika
diingatkan, alasanya sekedar untuk menghilangkan rasa asam di
mulut. Bila terus ada yang mengingatkan, Ia menyebut tuh, orang
yang tidak merokok meninggal muda. Noh...Kakek fulan, perokok
berat umur 80 tahun sehat-sehat aja. Ketika menadapat nasehat
terus menerus, Ia jawab “merokok mati, tak merokok mati. "Biarlah
saya merokok, kalau sakit, toh saya sendiri yang merasakan”.
Sehingga yang memberi nasehat bosan sendiri. Akhirnya
mengatakan terserah...!
Nah, bagaimana pemerintah melindungi masyarakat yang
belum merokok agar tidak jatuh menjadi pecandu rokok?
Mediakom mengangkat tema ini dalam rubrik Media Utama.
Selain itu ada berita menarik dan ringan dalam rubrik stop
press, ragam, daerah dan lentera. Edisi ini juga menampilkan
wajah baru yang menawan dan enak dibaca. Selamat
menikmati.*redaksi
SUSUNAN REDAKSI
PENANGGUNG JAWAB: drg. Murti Utami, MPH PEMIMPIN REDAKSI: Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
SEKRETARIS REDAKSI: Sri Wahyuni, S.Sos, MM REDAKTUR/PENULIS: Dra. Hikmandari A, M.Ed Busroni S.IP Prawito,
SKM, MM M. Rijadi, SKM, MSc.PH, Aji Muhawarman, ST, Resty Kiantini, SKM, M.Kes, Giri Inayah, S.Sos, MKM, Dewi Indah
Sari, SE, MM, Awallokita Mayangsari, SKM, Waspodo Purwanto, Hambali, Rahmadi, Eko Budiharjo, Juni Widiyastuti,
SKM, Dessyana Fa’as, SE, Siti Khadijah DESIGN GRAFIS & FOTOGRAFER: drg. Anitasari, S,M, Wayang Mas Jendra,
S.Sn, SEKRETARIAT: Endang Retnowaty, Iriyadi, Zahrudi
ALAMAT REDAKSI: PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Blok Ruang 109, Jl. HR Rasuna Said
Blok X5 Kav. 4 - 9, Jakarta, 12950 Telepon: 021-5201590 ; 021 - 52907416-9 Fax: 021-5223002 ; 021-52960661
Email: infodepkes.go.id ; kontak@depkes.go.id Call Center : 021 – 500567
•
•
•
•
•
•
•
•
•
REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL: kontak@depkes.go.id
mediakom 41 | APRIL | 2013 |
1
4. surat pembaca
Apa yang dimaksud
dengan Mandatory?
Dalam penanggulangan HIV/AIDS, apa
yang dimaksud dengan asas mandatory
dan apa dasar hukum dari asas tersebut?
Nur Khotimah,
Kebumen Jawa Tengah
Jawab;
Terima kasih atas pertanyaanya;
Asas Mandatory dalam
penanggulangan HIV/AIDS,
artinya memaksa seseorang untuk
ditindaklanjuti pemeriksaan / tes
HIV dan untuk diketahui status HIV
seseorang. Kebijakan Kementerian
Kesehatan hal tersebut TIDAK PERNAH
diberlakukan, karena hal tersebut
merupakan mutlak hak pasien untuk
mengetahui status HIV dirinya.
Kebijakan Kementerian Kesehatan,
memberi pengetahuan yang cukup
kepada pasien agar memahami tentang
risiko dari HIV/AIDS. Apabila sudah
memiliki kesadaran, kemudian ingin
melakukan tes HIV, maka diarahkan
kepada konselor. Harapannya, pasien
memiliki kesiapan untuk menerima
apapun hasil tes HIV tersebut.
Namun bagi petugas kesehatan
(dokter, perawat, bidan) melihat indikasi
faktor risiko pada diri pasien untuk
tertular HIV, petugas kesehatan harus
MENAWARKAN tes HIV dengan melihat
kondisi fisik atas penyakitnya. Namun,
mau atau tidak melakukan tes, tetap
menjadi hak pasien. Pasien harus dirujuk
ke pelayanan konseling, bila belum
melakukan tes.
Redaksi
Kepesertaan Jamkesmas
Saya anak PNS, setelah menikah jaminan
kesehatan askes, tidak berlaku lagi.
Saya sangat membutuhkan jamkesmas,
karena mempunyai penyakit gagal
ginjal kronis dan saya memakai CAPD.
2
| mediakom 41 | april | 2013
Saya sangat membutuhkan cairan
untuk membilas patrineal dialisis /
cuci darah 3 x sehari. Saya bekerja di
instansi pemerintah dengan honor
Rp 300.000,-. Padahal cairan tersebut
harganya Rp 4.700.000,-. Sementara
stok cairan itu tinggal untuk 2
minggu lagi. Apabila tidak ada cairan
lagi, tentu akan membahayakan
nyawa. Mohon keterbukaan hati
untuk saya. Terima kasih atas
bantuanya.
ghazalipasca@gmail.com
Kabupaten Bondowoso
Jawab;
Saudara Ghazali yang
berbahagia,
Banyak kasus seperti Saudara,
sangat membutuhkan kartu
jamkesmas karena berbagai sebab
penyakit. Atau ketidakakuratan
pendataan dan lain sebagainya,
sehingga masyarakat miskin belum
mendapat kartu jamkesmas.
Atau sebelumnya mempunyai
kartu jamkesmas, setelah adanya
perubahan kartu jamkesmas baru
(kartu biru), yang bersangkutan tidak
terdaftar sebagai peserta, padahal
sedang menjalani pengobatan cuci
darah.
Untuk Saudara Ghazali dan
anggota masyarakat miskin
yang lain, kami sarankan segera
mengajukan permohonan kartu
Jamkesmas ke Dinas Kesehatan
setempat dengan melampirkan
surat keterangan tidak mampu dari
RT/RW dan Kelurahan setempat.
Semoga pada saat ada penggantian
kepesertaan anggota jamkesmas,
saudara dapat diikut sertakan
sebagai peserta jamkesmas.
Redaksi
*Bila perlu penjelasan lebih
lanjut dapat menghubungi Halo
Kemkes (kode lokal) 500567
daftar isi
mediakom edisi 41
ETALASE
info sehat
Cara bahagia di tempat kerja
1
4-5
stop press
IPMA – InMA: Pencapaian
Kreativitas Insan Media
Gold Winner, the best of Government
Inhouse Magazine (InMA) 2013
6
Rekrutmen PKHI:
Memintarkan, bukan mencari
orang pintar
7
Pro Kontra Sunat Perempuan
8
10
48
52
kolom
Dian Ayubi
Prawito
Waspodo Purwanto
5. daerah
media utama
Jawa Tengah yang
Tak Pernah Sudah
Harap-harap Cemas
Jelang ‘JKN’
Waspada, Siaga dan
Awas bersama Radio Komunitas
Desa Kami di Sini
Pengaturan Rokok
di Indonesia
Pokok Pokok Isi PP Tembakau
Mengapa Konsumsi Rokok
Perlu Diatur
Bahaya Rokok Menurut
Pandangan Al-qurían dan
As-sunNah
11
12
Capaian Kinerja Kemkes 2012
BOK Untuk Perluasan Cakupan
21
22
13
38
43
44
46
birokrasi bersih
melayani
Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
"Saya tidak membenci perokokî
ragam
Mutu Perencanaan:
Rasa Cabe Naga Jokia?
Tingkatkan Pelayanan Publik
Kemenkes luncurkan
e-Regalkes dan SSO
Utamakan Kesehatan Ibu,
Bayi dan Balita
Peningkatan
Kualitas Hidup Anak
siapa dia
28
29
62
63
64
65
67
31
lentera
25
Rizna Nyctagina
Rizal Idrus
Nikita Willy
resensi
potret
54
untuk rakyat
15
19
50
Kasus Malpraktek Di Tiga Daerah,
Masuk Ruang Sidang
Komisi Ix Dpr Ri
33
peristiwa
Rapat Kerja
Kesehatan Nasional
dr. Untung Suseno,
58
mediakom 41 | APRIL | 2013 |
3
6. info sehat
ruang/ meja kerja dengan membereskan
segala barang yang berserakan.
Kemudian, buatlah daftar rencana
kegiatan yang akan Anda lakukan pada
hari itu (berdasarkan prioritas).
Cara
bahagia
di tempat
kerja
B
anyak orang bekerja
namun tidak bahagia
dengan pekerjaannya.
Dan entah berapa
banyak orang-orang
yang bekerja setiap hari namun
tidak mencintai pekerjaannya
tersebut. Akibatnya yang mereka
hadapi adalah hari-hari horor yang
tidak menyenangkan. Pergi pagi,
pulang sore kadang lembur sampai
malem. Sementara yang didapat
hanya kepenatan, tekanan, depresi
dan stress. Mereka bekerja tapi
tidak bahagia. Apakah Anda juga
mengalaminya?
Nah, kalau Anda adalah salah
satu dari mereka, yang merasa
tidak bahagia di tempat kerja, tidak
bahagia dengan pekerjaan Anda,
simak cara menjadi bahagia di tempat
kerja berikut ini:
4
| mediakom 41 | april | 2013
2
Kenakan pakaian yang
meningkatkan mood
Banyak dari kita yang diharuskan
untuk memakai seragam atau mematuhi
aturan pakaian untuk bekerja. Jika Anda
memiliki lebih banyak kebebasan untuk
berpakaian, cobalah untuk mengenakan
pakaian atau aksesoris yang dapat
meningkatkan mood dan kepercayaan
diri Anda. Dengan menambahkan
sesuatu yang istimewa pada pakaian
kerja akan membuat hari Anda lebih
berwarna.
1
Atur kehidupan
kerja Anda
Jika aktivitas kerja Anda sering
membuat Anda merasa stress dan
kewalahan, sekarang saatnya untuk
menenangkan dengan membuat
segalanya lebih terorganisir. Pertama,
pastikan Anda tiba beberapa menit lebih
awal di tempat kerja untuk memberikan
Anda sedikit waktu dalam mengatur
tugas-tugas Anda untuk hari itu dan
mempersiapkan mental. Kedua, menata
3
Melakukan beragam
variasi tambahan
Variasi merupakan bumbu
kehidupan, dan ini perlu dilakukan
ketika Anda memulai rutinitas seharihari dalam pekerjaan Anda. Rutinitas
yang sama setiap hari akan membuat
Anda cepat bosan. Jadi cobalah
membuat setiap hari sedikit berbeda
7. dengan cara apapun yang Anda bisa.
Misalnya, melakukan tugas-tugas rutin
dalam urutan yang berbeda, berbicara
dengan orang baru atau mengambil
rute yang berbeda untuk bekerja (atau
mungkin menggunakan mode yang
berbeda dari transportasi, seperti
bersepeda, jika Anda mampu).
baik untuk meningkatkan harga diri,
melepaskan stres, dan juga melepaskan
zat kimia di otak seperti endorphin dan
anandamide yang dapat meningkatkan
mood dan membuat Anda merasa
bahagia. Jika tempat kerja Anda
memiliki fasilitas untuk mandi, lakukan
setelah Anda makan siang.
6
4
Hiasi meja kerja
Penelitian telah menunjukkan bahwa
pekerja yang menambahkan hiasan pada
ruang kerja/meja mereka, 40 persen lebih
bahagia ketimbang mereka yang tidak
melakukannya. Meskipun Anda mungkin
tidak memiliki kewenangan untuk
menghias atau mengatur ulang seluruh
ruang kantor, Anda bisa melakukan
dengan cara yang sederhana misalnya,
membeli beberapa alat tulis bagus,
memasang foto, kalender lucu atau
sepotong kecil karya seni, atau menaruh
tanaman kecil pada meja kerja Anda.
5
Tetap aktif di kantor
Jika hari kerja Anda membuat Anda
tak bersemangat, cobalah memberi
rangsangan pada diri Anda dengan
melakukan beberapa latihan sederhana
ketika istirahat makan siang. Latihan ini
Makan camilan yang
bikin happy
Sediakan
beberapa
camilan sehat di
atas meja kerja
Anda. Mengapa?
Karena, nutrisi
tertentu dalam
makanan dapat mempengaruhi
perasaan seseorang. Ada beberapa
makanan yang dapat mendorong rasa
bahagia seperti kenari (asam lemak
Omega-3), pisang (mengadung serotonin
yang memproduksi tryptophan dan
magnesium. Serotonin memiliki efek
untuk meningkatkan suasana hati,
menenangkan dan mengurangi depresi).
Pastikan camilan Anda mengandung
karbohidrat kompleks untuk
memperlambat pelepasan energi dan
menjaga tingkat gula darah tetap rendah
untuk mencegah depresi dan kelelahan.
7
gosip dikantor, dan memperlakukan
setiap orang sebagaimana Anda ingin
diperlakukan. Penelitian menunjukkan
bahwa memberikan senyum benar-benar
dapat membuat seseorang lebih bahagia,
jadi cobalah untuk memberikan senyum
setiap Anda bertemu dengan orang di
kantor.
8
Menghargai dan
mencintai pekerjaan Anda
Cobalah memberikan sesuatu yang
terbaik dari apa yang Anda miliki dan
mengidentifikasi hal apa saja yang
dapat membuat Anda merasa lebih
bersemangat untuk bekerja. Misalnya,
bercita-cita untuk memperoleh posisi
atau jabatan yang lebih baik dalam
pekerjaan. Dengan adanya target yang
Anda buat, ini akan membuat memacu
semangat Anda saat bekerja.
Berpikir positif dan ramah
terhadap rekan kerja
Terlepas dari apakah Anda sedang
stres, cobalah tetap mengadopsi sikap
positif dan ramah ketika berbicara dengan
rekan kerja Anda. Bahkan meskipun
mereka kerap tidak memiliki pemikiran
yang sama
dengan Anda!
Cobalah untuk
menyelesaikan
setiap konflik,
menghindari
9
Pertimbangkan mencari
pekerjaan lain yang sesuai
minat Anda
Ini adalah jalan terakhir yang perlu
Anda pertimbangkan setelah 8 tips
di atas tidak mampu membuat Anda
bahagia. Melakukan sebuah pekerjaan
yang sesuai dengan hobi Anda adalah
cara yang paling ampuh untuk untuk
menjadi lebih bahagia.
mediakom 41 | APRIL | 2013 |
5
8. stop press
IPMA – InMA:
Pencapaian Kreativitas Insan Media
Gold Winner,
the best of Government
Inhouse Magazine (InMA) 2013
K
ata-kata memang masih sangat
penting, tapi grafis jauh lebih
penting. Isi memang penting,
tapi bungkus bisa lebih
menarik. Kata-kata tidak bisa
menggantikan fungsi grafis tapi grafis
bisa menggantikan fungsi kata-kata.
Maka perpaduan antara kata-kata ,
gambar, dan grafis menjadi kekuatan
yang barangkali bisa diandalkan untuk
membuat media cetak akan tetap eksis
di masa depan.
Itu adalah kata-kata Dahlan Iskan,
Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers
(SPS) pada sambutan Indonesia Print
Media Awards (IPMA) tahun 2010, sudah
lama memang tetapi belum aus. IPMA
– InMA diselenggarakan
setiap tahun dalam
rangkaian acara Hari
Pers Nasional (HPN).
6
| mediakom 41 | april | 2013
Tahun ini, IPMA memasuki tahun
ke empatnya, sedangkan InMA lahir
belakangan. Tahun 2012 lalu, jadi tahun
perdana buat pergelaran InMA yang
diselenggarakan di kota Jambi.
InMA dan IPMA 2013 bertujuan
untuk memberikan apresiasi atas
karya kreatif sampul muka majalah
internal dan media cetak Indonesia
terkait dengan isi majalah. Karena
bukan perkara mudah untuk meramu
foto, tulisan, dan elemen lain yang
menciptakan halaman depan yang
menarik hati.
Pada tahun 2013 merupakan tahun
kedua Majalah Mediakom yang dikelola
Pusat Komunikasi Publik berkesempatan
mengikuti ajang
InMA tersebut.
Ajang InMA
Award 2013 diikuti
162 entri majalah
dari 54 lembaga
kategori Lembaga
Pemerintah,
BUMN, BUMD,
Perguruan Tinggi,
Perusahaan
Multi Nasional &
Swasta.
Dewan Juri untuk InMA adalah
Oscar Motuloh (Kepala/Kurator Galeri
Foto Jurnalistik Antara), Prof.Dr. Ibnu
Hamad (Dosen Fisip UI), Daniel Surya
(DM IDHolland Singapura), Ndang
Sutisna (Excecutive Creative Director
First Position), Dian Umar Anggraeni
(Senior Consultant, Senior Partner DASA
Strategic Communication).
Hasil yang diperoleh, Mediakom
mendapatkan Gold Winner, the best of
Government Inhouse Magazine (InMA)
2013 untuk edisi 38/Oktober 2012.
Sementara tahun 2012 pada
kompetisi ini Mediakom mendapatkan
dua award/trophy : Silver Winner, the
best of Government Inhouse Magazine
(InMA) 2012 untuk : Mediakom, edisi 31/
Agustus 2011 dan Mediakom, edisi 33/
Desemebr 2011
Prestasi yang di peroleh Mediakom
ini tak lepas dari usaha dan kerja keras
dari Tim Redaksi Mediakom, yang selalu
kompak dan seringkali dikejar-kejar
dead line. Dari Tim Redaksi Mediakom
kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak, teman-teman
Puskom atas partisipasi, dedikasinya dan
kerjasamanya serta rajin berkontribusi
dalam membangun majalah Mediakom
ini.
Bravo buat Tim Redaksi Mediakom.
Tingkatkan terus prestasinya dan tahun
2014 harus mendapat lebih baik lagi.*
9. Rekrutmen PKHI:
Memintarkan, bukan mencari orang pintar
H
ampir setiap tahun, lebih 30
ribu peserta yang mendaftar
menjadi Petugas Kesehatan
Haji Indonesia (PKHI), untuk
memperebutkan formasi
kurang lebih 1.800 kursi petugas haji.
Besarnya animo masyarakat untuk
mendaftar petugas haji, umumnya
karena mereka ingin menunaikan
ibadah haji, apalagi bagi peserta yang
belum pernah haji. Bahkan menurut
A.Hafiz Staf Pusat Kesehatan Haji, ada
peserta pelatihan petugas kesehatan
haji yang siap bekerja sebagai petugas
kesehatan haji, walau tidak dapat honor.
Bagi mereka, yang penting dapat pergi
ke Mekah untuk menunaikan ibadah
haji. Alasan mereka cukup masuk akal,
sebab menunaikan ibadah haji, tidak
cukup hanya punya uang saja. Betapa
banyak orang beruang, tapi sudah antri
bertahun-tahun belum berangkat haji
juga.
Menurut Kepala Pusat Kesehatan
Haji, dr. H.Azimal, M.Kes, banyak
pendaftar petugas kesehatan haji yang
niatnya berhaji sambil menjadi petugas
kesehatan haji. Paradigma seperti
ini akan menyulitkan diri sendiri dan
jemaah, bila menjadi petugas kesehatan
haji. Mengapa ? “ Begitu sampai di tanah
suci, ketika melihat Masjidil Haram,
langsung lupa kalau dirinya sebagai
petugas kesehatan haji. Setiap hari
sibuk dengan urusan ibadah diri sendiri.
Walau, mereka yang seperti ini hanya
1-2 orang dari total petugas”.
Hal ini disampaikan dr. H. Azimal,
M.Kes, saat memberikan penjelasan
kepada peserta pertemuan sosialisasi
recruitment Petugas Kesehatan Haji
Indonesia (PKHI), 05 Februari 2013, di
Bekasi Jawa Barat.
“Untuk itu, pelatihan PKHI harus
lebih banyak memberi muatan sisi
penguatan mental. Menjadi pribadi
yang mampu memberikan pelayanan
jemaah haji secara tulus ikhlas, penuh
pengabdian, hanya untuk mengabdi
kepada Illahi Robbi dari seluruh
kegiatannya. Saat di tanah air, tanah
suci, hingga tanah air kembali”, jelas dr.
Azimal.
Lebih lanjut, Kapus Kesehatan
Haji menambahkan, PKHI memang
memerlukan orang yang terampil dan
kompeten dalam bidang kesehatan. Tapi
yang dibutuhkan petugas yang memiliki
kepedulian untuk melayani bukan
minta dilayani. Sebab, kalau tidak punya
kepedulian untuk melayani, sekalipun
terampil dan kompeten, tak akan dapat
membantu jemaah secara optimal.
“Untuk mengukur tingkat
kepedulian, kesiapan melayani dan
kemampuan bertahan di bawah tekanan
kerja, peserta PKHI akan mengikuti
pemeriksaan dokumen, tes psikometri,
kompetensi dan pembekalan integrasi”,
ujar dr. Azimal.
Secara sistem, pendaftaran dan
seleksi PKHI sudah mempunyai
mekanisme khusus melalui online. Para
pendaftar akan mendapat perlakuan
sama dalam seleksi. Perlakuan ini
dimulai dari saat pendaftaran dan
pemasukan dokumen. Sebagai contoh;
dalam mengisi form pendaftaran,
nama peserta harus mengisi nama
dengan tiga kata missal: Prawito Sadino
Kariotaruno. Bila, peserta mengisi nama
kurang dari tiga kata, maka pada saat
verikasi, sudah langsung tereliminasi.
“Proses rekrutmen petugas
kesehatan haji Indonesia, bukan untuk
mencari tenaga yang bagus, tapi
melatih petugas sehingga menjadi
bagus. Setelah dilatih, petugas mampu
bekerja atas dasar pemahaman yang
benar, yakni melayani jemaah, tapi
punya kesempatan melakukan ritual
ibadah haji, bukan sebaliknya”, ujar
Azimal.*
mediakom 41 | april | 2013 |
7
10. stop press
PRO KONTRA
SUNAT PEREMPUAN
S
unat perempuan di Indonesia
masih menjadi kontroversi. Ada
yang mendukung, tidak sedikit
pula pihak yang menentangnya.
Bahkan isu ini sudah mendunia
sejak PBB dan WHO terlibat dengan
mengeluarkan pernyataan tegas untuk
melarangnya. Mengapa menjadi pro
dan kontra? Penasaran dengan situasi
ini, kami mencoba menggali dan
memandangnya dari berbagai sisi dan
tidak memihak atau menyudutkan
kelompok manapapun.
Praktik sunat atau khitan perempuan
sudah berlangsung sejak lama. Kegiatan
ini dilakukan di beberapa negara atas
alasan budaya dan norma yang berlaku
di keluarga dan lingkungannya, terutama
di sebagian besar negara yang mayoritas
beragama islam seperti negara-negara
di benua asia, afrika dan kawasan timur
tengah. Di kawasan afrika diperkirakan
lebih dari 3 juta perempuan setiap
tahunnya berisiko mengalami mutilasi
genital dan sekitar 140 juta wanita
di seluruh dunia telah disunat. WHO
mengistilahkan sunat perempuan yang
8
| mediakom 41 | april | 2013
dilakukan di wilayah tersebut dengan
Female Genital Mutilation (FGM). Tindakan
FGM tersebut dilakukan dengan
memotong seluruh klitoris perempuan
dan menjahit labia mayora dengan
tujuan agar perempuan tidak dapat
melakukan hubungan seks sebelum
menikah dan kalaupun menikah agar
tidak dapat menikmati hubungan seks.
Hal ini sudah menjadi adat kebiasaan
turun temurun di wilayah tersebut dan
tidak terkait sama sekali dengan aspek
kesehatan dan agama.
Situasi inilah yang memicu PBB
dan WHO untuk melarang kegiatan
tersebut. PBB pada akhir November
2012 telah mengeluarkan resolusi yang
menyerukan 193 negara anggotanya
untuk menghilangkan praktik sunat
permpuan. Menurut penjelasan dari situs
WHO (www.who.int), ada 4 tipe FGM
yakni pertama pemotongan dengan atau
tanpa mengiris/menggores bagian atau
seluruh klitoris (clitoridectomy). Kedua
pemotongan klitoris dengan disertai
pemotongan sebagian atau seluruh labia
minora (excision). Ketiga pemotongan
bagian atau seluruh alat kelamin luar
disertai penjahitan/penyempitan lubang
vagina (infibulation). Keempat, tidak
terklarifikasi, untuk tujuan non medis,
termasuk penusukan, pelubangan atau
pengirisan/penggoresan terhadap
kelamin wanita.
Bagi pihak yang menentang,
praktik sunat perempuan merupakan
pelanggaran hak asasi manusia
pada kelompok remaja putri dan
wanita dewasa. Selain itu juga dinilai
telah menabrak upaya memperkuat
kesetaraan gender/diskriminasi pada
perempuan yang salah satunya melalui
ratifikasi konvensi internasional tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan. Dampak khitan
yang mungkin timbul akibat kesalahan
penanganan sangat beragam,
diantaranya, depresi, pendarahan, infeksi
saluran kemih, radang panggul, frigiditas,
risiko kemandulan, hingga kematian. Ini
berbeda dengan sunat pada pria (male
circumcision) yang memang bermanfaat
bagi kesehatan.
Di Indonesia sendiri, sunat
11. perempuan banyak terjadi di sebagian
besar daerah di Indonesia khususnya di
kawasan Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Praktiknya juga didasari pada adat
istiadat dan kepercayaan agama yang
dianut. Berbeda dengan cara yang
dilakukan di negara-negara Afrika yang
diistilahkan dengan FGM, di Indonesia
praktik ini hanya dengan menggores
selaput yang menutupi klitoris.
Sayangnya praktik ini tidak dilakukan
dengan cara yang benar dan oleh
orang yang tepat. Seringkali juga pihak
keluarga tidak punya pilihan lain karena
disarankan oleh tetangga, keluarga
dekat bahkan ditawarkan oleh
perawat atau tenaga medis yang
menangani bayi perempuan ketika
baru dilahirkan.
Pemerintah sendiri berada
pada posisi netral menanggapi
situasi ini. Kementerian
Kesehatan pernah
mengeluarkan 2 kebijakan
yang berbeda perihal
sunat perempuan, yakni
melalui Surat Edaran Dirjen
Binkesmas pada tahun
2006 dan Permenkes
pada tahun 2010. Surat
edaran Dirjen Binkesmas
mengatur tentang larangan medikalisasi
sunat perempuan oleh petugas
kesehatan. Selanjutnya pada tahun
2008 Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengeluarkan fatwa tentang Hukum
Khitan Perempuan yang isinya antara lain
menyatakan bahwa khitan bagi laki-laki
dan perempuan termasuk fitrah (aturan)
dan syiar islam, dan khitan terhadap
perempuan adalah bersifat ibadah yang
sangat dianjurkan (makrumah) asalkan
tidak dilakukan secara berlebihan seperti
memotong dan melukai klitoris yang
berbahaya dan merugikan.
Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010
sendiri sebenarnya tidak mewajibkan
kaum perempuan untuk melakukan sunat
perempuan, inilah yang disalahartikan
oleh banyak orang. Permenkes tersebut
justru mengatur tata cara/prosedur
sunat perempuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan kaum
perempuan yang ingin melakukan praktik
sunat perempuan. Tidak sembarangan
praktik ini dapat
dilakukan.
Berdasarkan Permenkes
tersebut, sunat perempuan harus
memiliki sejumlah persyaratan yang
harus dipenuhi. Permenkes ini mengatur
pelaksanaan sunat perempuan agar
sesuai dengan ketentuan agama, standar
pelayanan dan standar profesi untuk
menjamin keamanan dan keselamatan
perempuan yang disunat. Masih menurut
aturan dalam Permenkes tersebut, sunat
hanya dapat dilakukan oleh dokter, bidan
dan perawat yang telah memiliki izin
praktek/izin kerja serta dilakukan atas
permintaan dan persetujuan perempuan
yang disunat, orang tua dan/atau walinya.
Diatur pula mengenai persyaratan
ruangan, peralatan dan prosedur tindakan
serta larangan dan batasannya.
Secara medis dan empiris, memang
banyak yang menilai sunat perempuan
tidak terbukti bermanfaat, sehingga
wajar bila hal ini banyak ditentang.
Dilain pihak, menurut banyak kalangan,
khususnya kalangan agama Islam, praktik
ini merupakan bagian dari ibadah
yang sifatnya makrumah
tadi. Menurut MUI, lebih baik
hal ini tidak dilarang karena
akan berdampak negatif, sebab
bagi sebagian kalangan yang
tetap mempercayai khitan akan
tetap melakukannya secara illegal
dan ini malah berbahaya dan
mengancam keselamatan.
Pemerintah dan semua pihak
harus melihat ini dengan bijak.
Pemerintah sepertinya harus terus
giat memberikan pemahaman kepada
masyarakat bahwa sunat perempuan
di Indonesia merupakan budaya yang
sudah lama ada dan secara religi sudah
dianut oleh sebagian besar umat islam
serta tindakan yang dilakukan tidaklah
seperti yang terjadi di negara-negara
lain seperti kekuatiran banyak orang.
Kebijakan yang pemerintah lahirkan tidak
berarti melegalisasikan praktik sunat
perempuan tetapi justru mengatur agar
dilakukan dengan aman dan higienis.
Masyarakat harus diberikan kebebasan
untuk memutuskan, apakah bayi/anak
dan/atau keluarganya akan disunat atau
tidak. Pilihan ini juga harus diketahui
dan dilaksanakan oleh pihak pemberi
layanan, baik dokter praktik mandiri,
klinik, puskesmas dan rumah sakit,
sehingga dengan demikian semua ‘kubu’
yang terkait soal ini dapat terakomodir
kepentingannya.*(AM)
mediakom 41 | april | 2013 |
9
12. kolom
healthy happy family:
kenapa tidak?
foto
Dian Ayubi
Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat
Dosen di Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
B
eberapa waktu lalu saya
mendengar kisah seorang
anak usia sekolah dasar
dipukul oleh ayahnya
ketika si anak diketahui
merokok. Lebih menyedihkan lagi
ketika saya tahu bahwa sang ayah
adalah seorang perokok. Mungkin
banyak kisah-kisah lain ketika keluarga
tidak menjadi tempat yang baik untuk
menumbuhkan perilaku sehat.
Dahlgreen dan Whitehead (1991)
menjelaskan diterminan sosial
kesehatan dimana ada beberapa lapisan
yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang. Lapisan pertama adalah gaya
hidup seseorang dan lapisan kedua
adalah lingkungan sosial dan komunitas.
Keluarga termasuk dalam lapisan kedua.
Keluarga adalah struktur terkecil
dalam masyarakat. Ibarat sebuah
bangunan masyarakat, maka keluarga
adalah salah satu batu bata yang
membangunnya. Jika tiap keluarga
memiliki perilaku sehat maka
masyarakat pun akan menjadi sehat
begitu juga sebaliknya.
Peran keluarga dalam menumbuhkan
perilaku sehat bagi anggota keluarganya
dapat dilakukan dalam dua bentuk.
Pertama adalah orang tua menjadi
contoh bagaimana berperilaku sehat.
Pepatah mengatakan buah apel jatuh
tak jauh dari pohonnya. Terlebih bagi
10
| mediakom 41 | april | 2013
anak-anak balita, dapat dikatakan
hampir seluruh perilakunya adalah hasil
mencontoh orang dekatnya. Jangan
heran jika melihat anak-anak merokok
kalau orang tuanya pun perokok.
Meskipun orang tua tidak merokok,
tetapi banyak orang tua tidak sadar
mengucapkan ‘ini uang rokok’ saat
memberi upah atau tip ke orang lain.
Hal ini dapat dikesankan oleh anak-anak
bahwa orang tuanya menganjurkan
untuk merokok. Sebaiknya katakana saja
‘ini uang lelah’ atau ‘ini uang trasport’.
Hal lain yang jarang dicontohkan
oleh orang tua adalah menegur orang
lain ketika merokok di tempat-tempat
umum. Pengalaman saya menunjukkan
bahwa jika kita menegur dengan cara
yang santun untuk tidak merokok
dan mengucapkan terima kasih, maka
orang tersebut tidak akan marah. Ini
lebih efektif daripada kita mengibasibaskan tangan di depan wajah atau
menutup hidung untuk memberi isyarat
agar orang tertentu tidak merokok di
depannya.
Peran kedua adalah membentuk
lingkungan yang sehat. Lingkungan
mencakup fisik maupun norma-norma
dalam keluarga. Contoh lingkungan
fisik adalah tidak menyediakan asbak
rokok di ruang tamu atau tempat
lainnya. Tidak menempel gambar,
poster, atau tampilan lainnya dimana
terdapat gambar rokok. Termasuk juga
didalamnya adalah membentengi
anak-anak dari derasnya iklan rokok di
media televisi. Orang tua seharusnya
memberikan pendampingan untuk
menjaga anak-anaknya dari pengaruh
buruk tayangan iklan tersebut.
Norma yang dapat dibangun dalam
keluarga antara lain tidak mengizinkan
orang lain merokok didalam rumah
meskipun itu adalah keluarga dekat kita.
Mungkin dapat menjadi perdebatan.
Teman saya mengizinkan anaknya
untuk mencoba merokok namun harus
dilakukan di depan orang tuanya. Ini
dilakukan agar sang anak tidak mencoba
bersama teman-temannya. Orang tua
dapat memberikan edukasi tentang
bahaya akibat merokok, sedangkan
teman sebayanya belum tentu demikian.
Dari uraian di atas maka peran
keluarga dalam menumbuhkan perilaku
sehat bermula dari orang tua. Perilaku
sehat harus dipupuk tidak hanya di
dalam rumah maupun di luar rumah
misal ketika sedang berbelanja di pusat
perbelanjaan dan rekreasi di tempattempat wisata. Jika semua tersebut
dilakukan bersama-sama dan dalam
suasana yang nyaman, maka tidak sulit
untuk mewujudkan keluarga sehat dan
bahagia…health happy family.*
13. m e d i a
u t a m a
PENGATURAN ROKOK DI INDONESIA
Jadi, efek buruk rokok bagi
kesehatan bukan sekadar penyakitpenyakit fisik saja, tetapi juga dapat
berpen aruh buruk pada kesehatan
g
jiwa. Terutama jika orang itu merokok
sejak usia muda atau bahkan anakanak. Oleh karena itulah konsumsi
rokok pada anak usia sekolah harus
dikurangi semaksimal mungkin,
atau bahkan dilarang sama sekali.
Mengandalkan pelaran an pada
g
kesadaran orang tua agaknya tidak
cukup. Diperlukan pula intervensi
negara melalui pengaturan.
Untuk itulah pemerintah Indonesia
kemudian berinisi tif untuk mengatur
a
dan membatasi konsumsi rokok
di masyarakat. Yang kemudian
dituangkan dalam sebuah PP No 109
tahun 2012, tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
berupa Produk Tembakau bagi
kesehatan. Diantaranya berisi tentang
peringatan kesehatan, pengaturan
kawasan tanpa rokok, perlind
ungan anak dan wanita hamil, serta
pengendalian iklan rokok di media.
Diharapkan dengan peraturan
tersebut, konsumsi ro ok akan dapat
k
ditekan seminimal mungkin. Dan
pada target jangka panjang akan
dapat mengurangi jumlah pen derita
penyakit fisik, akibat dari rokok.*
mediakom 41 | april | 2013 |
11
Flickr.com
T
embakau sebagai komoditas
dagang diperke alkan
n
oleh Belanda ke Indonesia
pada abad ke-17. Benda ini
kemudian menjadikan Indo
nesia sebagai salah satu penghasil
tembakau terbaik, di wilayah Asia
Timur. Pada waktu itu Belanda praktis
memonopoli perdagangan tembakau
di dunia, terutama di wilayah Asia.
Berbeda dengan negara-negara Eropa
yang lain yang membawa tem akau
b
langsung dari Amerika, Belanda juga
membuka perkebunan tembakau di
berbagai wilayah di Afrika dan Asia.
Hal tersebut kemudian menjadi
sebuah budaya tersendiri di kalangan
masyarakat, yaitu budaya mero
kok. Tingginya permintaan akan
rokok membuat indus ri tembakau
t
semakin berkembang dari abad ke
abad. Namun pengetahuan tentang
dampak buruk tembakau terhadap
kesehatan baru muncul di awal
abad ke-20. Tahun 1939, dokter
Franz H. Muller untuk pertama
kali membuktikan melalui studi
epidemiologis, bahwa mero ok
k
berkaitan dengan kanker paru-paru.
Mereka berkesimpulan bahwa
asap rokok, bukan han a nikotin saja
y
yang berbahaya tetapi juga zat-zat
lain yang terdapat dalam asap rokok.
Diantaranya adalah tar sebagai hasil
pembakaran tembakau, yang ikut
menyumbang bahaya rokok bagi
kesehatan. Bahaya tersebut diperkuat
oleh efek kecanduan dari nikotin.
Sehingga zat-zat berbahaya tadi
makin menumpuk dalam tubuhnya,
dan secara berangsur mendekatkan
kepada risiko penyakit akibat rokok.
14. m e d i a
u t a m a
Pokok Pokok
Isi PP Tembakau
P
eraturan Pemerintah No
109 tahun 2012, tentang
Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif
berupa Produk Tembakau bagi
kesehatan, diantaranya berisi peringatan
kesehatan, pengaturan kawasan tanpa
rokok, perlindungan anak dan wanita
hamil, serta pengendalian iklan.
Khusus, peringatan kesehatan, setiap
produsen dilarang untuk mencantumkan
keterangan atau tanda apapun yang
menyesatkan atau kata yang bersifat
promotif. Juga dilarang mencantumkan
kata “light, ultra light, mild, extra mild, low
tar, slim, special, full flavour, premium” dan
kata lain yang mengindikasikan kualitas,
superioritas, rasa aman, pencitraan,
kepribadian atau kata-kata apapun
dengan arti yang sama.
12
| mediakom 41 | april | 2013
Selain itu, PP ini juga mengatur
Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib mewujudkan KTR. Yakni ruang
atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok, menjual,
memproduksi, mengiklankan atau
mempromosikan produk tembakau.
Adapun yang dimaksud kawasan
tanpa rokok meliputi: fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat
ibadah, angkutan umum, tempat kerja
dan tempat umum lain yang telah
ditetapkan.
Secara khusus, PP ini juga
memuat perlindungan anak dan
perempuan hamil terhadap bahan
yang mengandung zat adiktif, berupa
produk tembakau. Perlindungan ini
dilakukan secara komprehensif, mulai
dari pencegahan, pemulihan kesehatan
fisik, mental dan pemulihan sosial.
Kegiatan pemulihan dilaksanakan
melalui kegiatan pemeriksaan fisik dan
mental, pengobatan, pemberian terapi
psikososial, pemberian terapi mental
dan melakukan rujukan. Sedangkan
kegiatan rehabilitasi sosial dilakukan
kegiatan dalam bentuk; motivasi dan
diagnosis psikososial, perawatan dan
pengasuhan, pelatihan vokasional dan
pembinaan kewirausahaan, bimbingan
mental dan bimbingan fisik. Selain
itu, juga mendapat bimbingan sosial
dan konseling psikososial, pelayanan
aksesibilitas, bantuan dan asistensi
sosial, bimbingan resosialisasi,
bimbingan lanjut dan rujukan.
Terkait dengan pembinaan dan
pengawasan, Menteri, Menteri terkait,
kepala badan, pemerintah daerah sesuai
kewenangannya melakukan upaya
pengawasan dan dapat memberi sanksi
berupa teguran lisan, tertulis, penarikan
produk, rekomendasi penghentian
sementara kegiatan dan rekomendasi
penindakan kepada instansi terkait.*
15. MENGAPA KONSUMSI ROKOK
PERLU DIATUR
T
embakau sebagai komoditas
dagang diperkenalkan oleh
Belanda ke Indonesia pada abad
ke 17 dan menjadikan Batavia
sebagai pusat perdagangan
tembakau di wilayah Asia Timur.
Belanda mengambil tembakau
dari perkebunan mereka di
Srilanka yang waktu itu juga
merupakan jajahan Belanda.
Baru di pertengahan kedua
abad ke 18 Belanda mulai
menanam tembakau di
Indonesia. Pada abad ke-17
itu Belanda praktis memonopoli
perdagangan tembakau di dunia,
terutama di wilayah Asia. Berbeda
dengan negara-negara Eropa yang lain
yang membawa tembakau langsung
dari Amerika, Belanda membuka
perkebunan tembakau di berbagai
wilayah di Afrika dan Asia.
Dalam buku Tobacco (A Cultural
History of How an Exotic Plant Seduced
Civilization), Iain Gately menceritakan
kelihaian Belanda dalam perdagangan
tembakau. Dengan membuat suku
Hottentot di Afrika Selatan ketagihan
tembakau, Belanda dapat memperoleh
Tanjung Harapan (Afrika Selatan) dari
suku tersebut yang ditukar dengan
tembakau. Diceritakan juga bagaimana
Belanda membujuk pemakan sirih di
Indonesia agar menukar sabut pinang
dengan tembakau sebagai pembersih
ludah dan gigi setelah makan sirih. Juga
bagaimana Belanda mengajari orang
Jawa yang gemar menggigit cengkeh
untuk mencampurkannya dengan
tembakau dan dijadikan rokok, yang kini
bernama kretek.
“The Javanese, who were addicted
to cloves, were provided with tobacco
mixed with pieces of clove. These
fragments made an attractive crackling
noise upon combustion, which was
believed to ward off evil spirits…”
Ketika negara-negara Eropa lain
lebih melihat tembakau sebagai produk
untuk kesenangan, Belanda sudah
memanfaatkan sifat ketagihan tembakau
untuk memperkaya negaranya. Persis
seperti pengusaha rokok sekarang
ini yang memanfaatkan sifat adiktif
tembakau untuk
memperkaya dirinya
sendiri.
Pengetahuan
tentang dampak
buruk tembakau
terhadap kesehatan baru
muncul di awal abad ke-20.
Di tahun 1939, dokter Franz H.
Muller dari Jerman untuk pertama
kali membuktikan melalui studi
epidemiologis, bahwa merokok berkaitan
dengan kanker paru-paru. Pemerintah
Jerman pun kemudian menyatakan
“perang” terhadap rokok, antara lain
dengan menyebarkan gambar Hitler
dengan tulisan “Fuhrer kita, Adolf Hitler
tidak minum alkohol dan tidak merokok”.
Tetapi suasana perang dan juga
perlawanan dari industri rokok membuat
kampanye anti rokok itu tidak terdengar
gaungnya. Perlawanan industri rokok
tersebut, seperti diceritakan dalam buku
Tobacco di atas, antara lain dilakukan
dengan menyuap Partai Nazi. Meskipun
demikian, pemerintah tetap melarang
orang merokok di tempat umum dan
dalam kendaraan umum. Juga melarang
mediakom 41 | april | 2013 |
13
16. m e d i a
u t a m a
merokok bagi anggota Luftwaffe
(Angkatan Udara).
Nikotin sebagai zat adiktif
Pengetahuan tentang dampak
buruk rokok bagi kesehatan semakin
lama semakin meningkat dengan makin
banyaknya laporan bukti-bukti ilmiah
di berbagai jurnal kedokteran dunia.
Ternyata dari asap rokok, bukan hanya
nikotin saja yang berbahaya tetapi juga
zat-zat lain yang terdapat dalam asap
rokok serta tar sebagai hasil pembakaran
tembakau, ikut menyumbang bahaya
rokok bagi kesehatan. Bahaya
tersebut diperkuat oleh efek
mencandu dari nikotin. Dengan
adanya kecanduan, perokok akan
selalu mencari rokok setiap kali
ketagihan, dan dengan demikian
membuat zat-zat berbahaya
tadi makin menumpuk dalam
tubuhnya, sehingga secara
berangsur mendekatkan kepada
risiko penyakit akibat rokok.
Meskipun pengetahuan
tentang bahaya rokok
sudah cukup lama dan
bahwa rokok menimbulkan
kecanduan, pengetahuan
tentang mekanisme
bagaimana nikotin dapat
mengakibatkan kecanduan
relatif belum terlalu lama.
Mekanisme bagaimana
kerja nikotin dalam
menimbulkan kecanduan antara lain
dirangkum oleh Neal L. Benowitz, dalam
majalah kedokteran terkemuka New
England Journal of Medicine, edisi 17 Juni
2010. Nikotin menimbulkan kecanduan
dengan cara mengikat sel-sel tertentu di
otak yang memacu produksi dopamin,
zat yang dapat menimbulkan rasa
nyaman, dan selanjutnya membuat sel
itu selalu memerlukan nikotin untuk
14
| mediakom 41 | april | 2013
memproduksi dopamin. Dari rangkuman
tersebut juga diungkapkan bahwa
kecanduan nikotin akan makin sulit
dihentikan pada perokok yang sudah
mulai merokok sejak usia muda.
Jadi meskipun nikotin itu sendiri
kecil peranannya dalam menimbulkan
berbagai penyakit akibat rokok, sifatnya
yang adiktif membuat perokok akan
selalu menghisap rokok dan sekaligus
menghisap zat-zat racun yang ada dalam
rokok dan asapnya. Tetapi karena nikotin
juga mempengaruhi pusat “rasa nyaman”
dan pusat emosi, maka rokok juga
mempunyai efek pada
perkembangan kejiwaan terutama
pada perokok usia muda. Jie Wu Weiss di
tahun 2005 melaporkan dalam Journal of
Adolescence bahwa kecanduan nikotin
telah membuat remaja menjadi mudah
marah, bermusuhan, dan depresi.
Apakah faktor ini yang telah membuat
banyak anak usia sekolah yang gemar
melakukan tawuran , kekerasan di
Indonesia, menarik untuk diteliti.
Tetapi kecanduan nikotin sebagai
awal (pintu masuk) ke kecanduan
narkoba yang lebih keras sudah banyak
dilaporkan. Selain melalui jalur depresi
ataupun melalui peningkatan kekuatan
zat adiktif. Sebagaimana diketahui, sifat
kecanduan nikotin sangat tergantung
dosis. Artinya kalau sudah kecanduan
pada dosis tertentu, ia tidak akan
terpuaskan kalau belum menghisap
nikotin sebesar dosis tersebut. Kalau
ia diberi rokok dengan nikotin dosis
kecil, maka jumlah batangnya akan
ditambah supaya dosis yang ia perlukan
terpenuhi. Buruknya, dosis ini makin
lama bisa makin meningkat.
Kalau sebelumnya cukup
dengan sebungkus sehari,
lama kelamaan akan meningkat
menjadi dua bungkus, dan
seterusnya. Kalau kemudian ia
membutuhkan dosis yang lebih
tinggi lagi, ia tidak akan terpusakan
oleh nikotin, lalu pindah ke zat
adiktif yang lebih kuat, misalnya
heroin. Oleh karena itu pada
perokok remaja, akan mudah ia kelak
beralih ke zat narkoba yang lebih
kuat.
Jadi, efek buruk rokok bagi
kesehatan bukan sekadar penyakitpenyakit fisik seperti kanker, serangan
jantung, dan lahir cacat bagi janin
yang sejak di kandungan terpapar asap
rokok, tetapi juga dapat berpengaruh
buruk pada kesehatan jiwa. Terutama
jika orang itu merokok sejak usia muda
atau bahkan anak-anak. Oleh karena
itulah konsumsi rokok pada anak-anak
dan remaja harus dikurangi semaksimal
mungkin, atau bahkan dilarang sama
sekali. Mengandalkan pelarangan pada
kesadaran orang tua agaknya tidak
cukup. Diperlukan pula intervensi negara
melalui pengaturan.*
17. Bahaya Rokok
Menurut
Pandangan
Al-qur’an dan
As-sunNah
B
erita-berita yang muncul
tentang bahaya rokok terhadap
perokok aktif maupun pasif
sudah bukan hal yang baru
lagi. Tetapi, menurut sebuah
studi baru-baru ini, yang dipublikasikan
oleh American Journal of Public Health,
statistik bisa menunjukkan betapa
seriusnya akibat rokok.
Rokok, siapa yang tidak kenal
dengan benda satu ini. Ia telah
menyatu dalam kehidupan sebagian
manusia. Baik orang awam atau kaum
intelek, miskin atau kaya, pedesaan
atau kota , pria bahkan wanita, semua
kalangan. Kehidupan mereka seperti
dikendalikan oleh rokok. Mereka
sanggup untuk tidak makan berjamjam, tetapi ‘pusing’ jika berjam-jam tidak
merokok. Mengaku tidak ada uang
untuk bayar sekolah, tetapi selalu ada
uang untuk memembeli rokok sungguh
mengherankan!
Tulisan ini diturunkan dalam rangka
menyelamatkan umat manusia, ,
dari bahaya rokok, serta bahaya para
propagandis (pembela)nya dengan
ketidak pahaman mereka tentang
nash-nash syar’i (teks-teks agama) dan
qawaidusy syar’iyyah (kaidah-kaidah
syariat). Atau karena hawa nafsu, mereka
memutuskan hukum agama karena
perasaan dan kebiasaannya sendiri,
bukan karena dalil-dalil Al Qur’an dan
As Sunnah, serta aqwal (pandangan)
para ulama Ahlus Sunnah yang mu’tabar
(yang bisa dijadikan rujukan). Lantaran
mereka, umat terus terombang ambing
dalam kebiasaan yang salah ini, dan
meneladani perilaku yang salah,
lantaran menemukan sebagian orang
pecandu rokok.
Mereka beralasan ‘tidak saya
temukan dalam Al Qur’an dan Al Hadits
yang mengharamkan rokok.’ Sungguh,
ini adalah perkataan yang mengandung
racun berbahaya bagi orang awam,
sekaligus menunjukkan keawaman
pengucapnya, atau kemalasannya untuk
menelusuri dalil. Sebab banyak hal yang
diharamkan dalam Islam tanpa harus
tertera secara manthuq (tekstual/jelas
tertulis) dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Kata-kata ‘rokok’ jelas tidak ada dalam Al
Qur’an dan As Sunnah secara tekstual,
sebab bukan bahasa Arab, nampaknya
anak kecil juga tahu itu. Nampaknya,
orang yang mengucapkan ini tidak
paham bahwa keharaman dalam Al
Qur’an bisa secara lafaz (teks tegas
mengharamkan) atau keharaman karena
makna/pengertian/maksud.
Kebenaran bukan dilihat dari
orangnya, tapi lihatlah dari perilakunya,
sejauh mana kesesuaian dengan Al
Qur’an dan As Sunnah. Kami amat
meyakini dan berbaik sangka, para
pengguna dari kalangan bawah
maupun kalangan intelek (atas)
sekalipun yang merokok sebenarnya
membenci apa yang telah jadi kebiasaan
mereka, hanya saja karena sudah candu,
mereka sulit meninggalkanya.
Akhirnya, tidak sedikit di antara
mereka yang mencari-cari alasan untuk
membenarkan rokok. Sungguh, Ahlus
Sunnah adalah orang yang berani
beramal setelah adanya dalil, bukan
beramal dulu, baru cari-cari dalil dan
alasan.
Berikut ini akan kami paparkan
mediakom 41 | april | 2013 |
15
18. m e d i a
u t a m a
Bahaya Merokok
1. Penyakit jantung
Rokok menimbulkan aterosklerosis atau
terjadi pengerasan pada pembuluh
darah. Kondisi ini merupakan
penumpukan zat lemak di arteri, lemak
dan plak memblok aliran darah dan
membuat penyempitan pembuluh
darah. Hal ini menyebabkan penyakit
jantung.
Jantung harus bekerja lebih
keras dan tekanan ekstra dapat
menyebabkan angina atau nyeri dada.
Jika satu arteri atau lebih menjadi
benar-benar terblokir, serangan
jantung bisa terjadi.
Semakin banyak rokok yang dihisap
dan semakin lama seseorang merokok,
semakin besar kesempatannya
adillatusy syar’iyyah (dalil-dalil syara’)
dari Al Qur’an dan As Sunnah tentang
haramnya rokok, yang tidak ada
keraguan di dalamnya, berserta kaidahkaidah fiqhiyyah yang telah disepakati
para ulama mujtahidin, dan kami
paparkan pula pandangan ulama dunia
tentang rokok. Wallahul Musta’an!
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Dan Janganlah kalian
menjerumuskan diri kalian dengan
tangan kalian sendiri ke dalam jurang
kerusakan.” (QS. Al Baqarah (2): 195)
“Dan Janganlah kalian membunuh
diri kalian sendiri ..” (QS. An Nisa (4): 29)
Perhatikan dua ayat ini, tidak
syak (ragu) lagi, merokok merupakan
tindakan merusak diri si pelakunya,
bahkan tindakan bunuh diri. Para
pakar kesehatan telah menetapkan
adanya 3000 racun berbahaya, dan 200
diantaranya amat berbahaya, bahkan
lebih bahaya dari Ganja (Canabis Sativa).
Mereka menetapkan bahwa sekali
hisapan rokok dapat mengurangi umur
16
| mediakom 41 | april | 2013
hingga beberapa menit. Wallahu A’lam
bis Shawab. Pastinya, umur manusia
urusan Allah Ta’ala, namun penelitian
para pakar ini adalah pandangan ilmiah
empirik yang tidak bisa dianggap
remeh. Al Ustadz Muhamad Abdul
Ghafar al Hasyimi menyebutkan
dalam bukunya Mashaibud Dukhan
(Bencana Rokok) bahwa rokok bisa
melahirkan 99 macam penyakit. Lancet,
sebuah majalah kesehatan di Inggris
menyatakan bahwa merokok itu adalah
penyakit itu sendiri, bukan kebiasaan.
Perilaku ini merupakan bencana yang
dialami kebanyakan anggota keluarga,
juga bisa menurunkan kehormatan
seseorang. Jumlah yang mati karena
rokok berlipat ganda. Majalah ini
menyimpulkan, asap rokok lebih bahaya
dari asap mobil.
Begitu pula ayat ‘Janganlah kalian
membunuh diri kalian sendiri’, artinya,
yang haram yaitu 1. Bunuh diri, dan 2.
Perilaku atau sarana apapun yang bisa
mematikan diri sendiri.
mengembangkan penyakit jantung
atau menderita serangan jantung atau
stroke.
2. Penyakit paru
Risiko terkena pneumonia, emfisema
dan bronkitis kronis meningkat karena
merokok. Penyakit ini sering disebut
sebagai Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK).
Penyakit paru-paru ini dapat
berlangsung dan bertambah buruk
dari waktu ke waktu sampai orang
tersebut akhirnya meninggal karena
kondisi tersebut. Orang-orang berumur
40 tahun bisa mendapatkan emfisema
atau bronkitis, tapi gejala biasanya
akan jauh lebih buruk di kemudian hari,
menurut American Cancer Society.
zat berbahaya
dalam rokok
Nikotin
Zat ini mengandung candu bisa
menyebabkan seseorang ketagihan
untuk terus menghisap rokok
Pengaruh bagi tubuh manusia :
* Menyebabkan kecanduan /
ketergantungan.
* Merusak jaringan otak
* Menyebabkan darah membeku
* Mengeraskan dinding arteri
19. 3. Kanker paru dan kanker
lainnya
Kanker paru-paru sudah lama dikaitkan
dengan bahaya rokok, yang juga dapat
menyebabkan kanker lain seperti
dari mulut, kotak suara atau laring,
tenggorokan dan kerongkongan.
Merokok juga dikaitkan dengan
kanker ginjal, kandung kemih, perut
pankreas, leher rahim dan kanker darah
(leukemia).
Merokok meningkatkan resiko
terjadinya diabetes, menurut Cleveland
Clinic. Rokok juga bisa menyebabkan
komplikasi dari diabetes, seperti
penyakit mata, penyakit jantung,
stroke, penyakit pembuluh darah,
penyakit ginjal dan masalah kaki.
Bahan dasar pembuatan aspal
yang dapat menempel pada
paru-paru dan bisa menimbulkan
iritasi bahkan kanker Pengaruh
bagi tubuh manusia :
* Membunuh sel dalam saluran
darah
* Meningkatkan produksi
lendir diparu-paru
* Menyebabkan kanker paruparu
Karbon Monoksida
Gas yang bisa menimbulkan
penyakit jantung karena gas ini
bisa mengikat oksigen dalam
tubuh
* Pengaruh bagi tubuh
manusia :
* Mengikat hemoglobin,
sehingga tubuh kekurangan
oksigen
Rokok merupakan faktor resiko
utama untuk penyakit pembuluh
darah perifer, yang mempersempit
pembuluh darah yang membawa darah
ke seluruh bagian tubuh. Pembuluh
darah ke penis kemungkinan juga
akan terpengaruh karena merupakan
pembuluh darah yg kecil dan dapat
mengakibatkan disfungsi ereksi/
impoten.
6. Menimbulkan Kebutaan
4. Diabetes
Tar
5. Impotensi
Seorang yang merokok menimbulkan
meningkatnya resiko degenerasi
makula yaitu penyebab kebutaan
yang dialami orang tua. Dalam studi
yg diterbitkan dalam ‘Archives of
Ophthal mology pada tahun 2007
menemukan yaitu orang merokok
empat kali lebih mungkin dibanding
orang yang bukan perokok untuk
mengembangkan degenerasi makula,
* Menghalangi transportasi
dalam darah
Zat Karsinogen
Pengaruh bagi tubuh manusia:
* Memicu pertumbuhan sel
kanker dalam tubuh
Zat Iritan
Zat-zat asing berbahaya tersebut
adalah zat yang terkandung
dalam dalam ASAP ROKOK,
dan ada 4000 zat kimia yang
terdapat dalam sebatang ROKOK,
40 diantaranya tergolong zat
yang berbahaya misalnya :
hidrogen sianida (HCN) , arsen,
amonia, polonium, dan karbon
monoksida (CO).
* Mengotori saluran udara dan
kantung udara dalam paruparu. Menyebabkan batuk.
yang merusak makula, pusat retina,
dan menghancurkan penglihatan
sentral tajam.
7. Penyakit mulut
Penyakit mulut yang disebabkan oleh
rokok antara lain kanker mulut, kanker
leher, penyakit gigi, dan nafas.
8. Gangguan Janin
Merokok berakibat buruk terhadap
nafas terganggu dan bau mulut
tak sedap kesehatan janin dalam
kandungan keguguran, kematian janin,
bayi lahir berat badan rendah, dan
sindrom, kematian mendadak bayi
9. Gangguan Pernafasan
Merokok meningkatkan risiko
kematian karena penyakit paru kronis
hingga sepuluh kali lipat. Sekitar 90%
kematian karena penyakit paru kronis
disebabkan oleh merokok.
“ Tidak (boleh melakukan /menggunakan
sesuatu yang) berbahaya atau membahayakan”
(Riwayat Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan
Atturmuzi)
Demikian juga (rokok diharamkan) karena
termasuk sesuatu yang buruk (khabaits),
sedangkan Allah ta’ala (ketika menerangkan sifat
nabi-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wassalam) berfirman:
“dia menghalalkan bagi mereka yang baik dan
mengharamkan yang buruk“ (Al A’raf: 157)
Allah Subhanahu Wataala berfirman:“Jangan
kalian bunuh diri kalian sendiri, sesungguhnya Allah
maha penyayang terhadap diri kalian “ (An-Nisa: 29)
Merokok sama seperti bunuh diri secara
perlahan-lahan. Dalam ayat yang laen Allah SWT
berfirman:“Jangan kalian lemparkan diri kalian
dalam kehancuran” (Al-Baqarah : 195)
Merokok adalah pemborosan yang mubazir
setiap yang mubazir adalah perbuatan setan.
“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah
(dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mediakom 41 | april | 2013 |
17
20. m e d i a
u t a m a
Cara Berhenti Merokok
1. Niat yang sungguh-sungguh
untuk berhenti merokok.
2. Belajar membenci rokok
3. Bergaullah dengan orang yang
tidak merokok
4. Sering-sering pergi ke tempat
yang ruangannya ber-AC
5. Pindahkan semua barang-barang
yang berhubungan dengan rokok.
6. Jika ingin merokok, tundalah 10
menit lagi.
7. Beritahu teman dan orang terdekat
kalau kita ingin berhenti merokok.
8. Kurangi jumlah merokok sedikit
demi sedikit.
9. Hilangkan kebiasaan bengong atau
menunggu.
10. Sering-seringlah pergi ke rumah
sakit, agar tahu pentingnya
kesehatan.
mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata darinya “ (Al
Baqarah: 267)
“ Tidak (boleh melakukan /
menggunakan sesuatu yang) berbahaya
atau membahayakan” (Riwayat
Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan
Atturmuzi)
Demikian juga (rokok diharamkan)
karena termasuk sesuatu yang buruk
(khabaits), sedangkan Allah ta’ala
(ketika menerangkan sifat nabiNya Shalallahu ‘alaihi wassalam)
berfirman: “…dia menghalalkan
bagi mereka yang baik dan
mengharamkan yang buruk“ (Al
A’raf : 157)
Dunia kedokteran telah
membuktikan bahwa
mengkonsumsi barang ini
dapat membahayakan,
jika membahayakan maka
hukumnya haram.
Sebagai generasi muda
bangsa yang dituntut lebih
18
| mediakom 41 | april | 2013
11. Cari pengganti rokok, misalnya
permen atau gula.
12. Coba dan coba lagi jika masih
gagal.
Semoga informasi tentang bahaya
merokok atau bahaya rokok diatas
bisa memberikan kita pencerahan
dan pemahaman yang lebih baik
tentang dampak bahaya rokok
Inilah nasihatku untuk diriku sendiri,
dan saudaraku sebangsa dan setanah
air, juga para laki-laki maupun para
wanita atau anak bangsa, yang masih
terbelenggu dengan candu rokok
….. untuk mereka yang mencari
ketenangan dengan merokok,
padahal seorang mu’min mencari
ketenangan melalui dzikir dan
shalat … untuk mereka yang tengah
mencari kejelasan dan kebenaran
…. untuk merekalah risalah ini
dipersembahkan….*
aktif dan berperan dalam negara,
baiknya kita bisa memahami dan ikut
mengkampanyekan ‘no smoking’ bukan
hanya di hari kampanye Hari Tanpa
Tembakau Seduania (HTTS) setiap
tanggal 31 Mei, akan tetapi setiap hari
dan setiap saat.
Mirisnya, saat ini rokok sudah
dikonsumsi oleh anak-anak dibawah
umur dan sudah menjadi sebuah
‘keharusan’ dalam artian mereka sudah
candu terhadap rokok tersebut. Mereka
seakan terbebaskan oleh sebatang
rokok yang mereka isap.
Rokok lebih besar madhorotnya,
seperti sudah diterangkan di atas
merokok bisa menyebabkan berbagai
penyakit.
Jika saja anda adalah salah satu
orang yang merokok aktif, cobalah
untuk berhenti merokok dengan
melakukan cara sebagai berikut. Hal
penting yang harus dilakukan dalam
berhenti merokok adalah NIAT yang
sungguh-sungguh.*
21. dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH
"Saya tidak
membenci
perokok”
S
osok wanita cerdas kelahiran
Sengkang, Sulawesi Selatan, 14
Juli 1940 ini, sebelumnya tidak
banyak dikenal oleh masyarakat
awam. Tetapi kemudian
setelah diangkat sebagai Menteri
Kesehatan RI oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, namanya mulai
ramai dibicarakan. Terutama setelah
menggalakkan kampanye anti rokok
di kalangan masyarakat dan instansi
pemerintahan.
Bagi sebagian kalangan masyarakat
nama dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH,
dikenal sebagai istri dari Brigjen Purn
dr. Ben Mboi MPH, mantan Gubernur
NTT. Beliau mempunyai karir di bidang
kedokteran yang cukup panjang
sejak tahun 1964. Mulai dari menjadi
karyawan Departemen Kesehatan
adalah sebagai Kepala Rumah Sakit
Umum, Ende, Flores (1964 - 1968),
Kepala Seksi Perijinan pada Kantor
Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi
NTT, Kupang (1979 - 1980), Kepala
Bidang Bimbingan dan Pengendalian
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(BPPKM) pada Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Provinsi NTT,
Kupang (1980 - 1985).
Sejak menjadi pelajar dr. Nafsiah
Mboi juga telah aktif menjadi aktivis
berbagai organisasi kesehatan dan
sosial. Bahkan hingga beranjak
dewasa beliau telah menjadi aktivis
untuk keluarga berencana hingga
penanggulangan HIV/AIDS. Bahkan
di era kepemimpinan Alm.Presiden
Soeharto, beliau sangat terkenal dengan
gebrakan mengenalkan kesehatan
perempuan di NTT. Pada saat itu
perempuan benar-benar diarahkan
tenaganya untuk kerja kolektif sosial,
ada keberhasilan terbesar Soeharto
dalam menggerakkan kerja perempuan
dalam bentuk volunteer atau
sukarelawan di tengah masyarakat yaitu
PKK dan Posyandu. Ini salah satunya
adalah berkat kerja keras beliau.
Sebagai seseorang yang berasal
dari keluarga terpandang dan memiliki
mediakom 41 | april | 2013 |
19
22. m e d i a
u t a m a
wawasan yang luas. dr. Nafsiah Mboi
juga memiliki ketertarikan untuk
menimba ilmu sebanyak mungkin.
Kakak pertama dari Nafsiah, Prof Andi
Hasan Walinono, merupakan mantan
Rektor Unhas. Hasan juga mantan
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Rl, dan pernah menjadi
Menteri Pendidikan. Dengan demikian
tidak heran jika akhirnya beliau banyak
menempuh pendidikan lanjutan di luar
negeri. Hingga akhirnya meraih Master
of Public Health (MPH) Royal Tropical
Institute, Antwerpen, Belgia (19901991) dan terpilih sebagai Research
Fellow untuk Takemi Program bidang
kesehatan Internasional Universitas
Harvard (1990-1991).
Kepedulian menegakkan dan
komitmennya untuk anti diskriminasi
dan kesetaraan dalam masyarakat,
akhirnya membuat dr. Nafsiah Mboi
menjadi aktivis untuk hak-hak asasi
manusia. Diantaranya kemudian
menjadi salah satu pendiri Komisi
Nasional Perlindungan Anak Indonesia,
(KPAI) anggota Komnas HAM, dan Wakil
Ketua Komnas Perempuan. Berkat peran
inilah kemudian diangkat menjadi
Ketua Komite PBB untuk Hak-Hak Anak
periode 1997 - 1999, dan menjabat
Direktur Department of Gender
and Women’s Health, WHO, Geneva
Switzerland pada tahun 1999 – 2002.
Kerja keras Nafsiah adalah
memperjuangkan ‘pengakuan kerja
perempuan’ dalam sektor kesehatan
publik, akhirnya membuatnya mendapat
penghargaan bergengsi ‘Magsaysay
Award’ pada tahun 1986, yang
kemudian mempopulerkan namanya. Ia
juga mendapat penghargaan nasional
lainnya yaitu Satya Lencana Bhakti Sosial
tahun 1989.
Berbagai kepeduliannya inilah yang
20
| mediakom 41 | april | 2013
kemudian membawa dr. Nafsiah Mboi
kepada sebuah pemahaman dan sikap
terhadap kebiasaan merokok di antara
masyarakat Indonesia. Menurutnya di
dalam rokok terdapat ribuan racun yang
terkandung dalam nikotin dan tar. Dari
ribuan itu, 60 persen merupakan zat
karsinogenik yang memicu penyakit
kanker. Rokok juga menyebabkan
stroke. Menurut dr. Nafsiah Mboi rokok
tidak hanya merugikan penghisapnya,
tapi juga orang-orang di sekitarnya,
yang secara langsung menjadi perokok
“Ini bukan perang.
Saya tidak suka istilah
perang dan tidak ada
yang menang dan kalah
dalam perang. Saya
lebih senang kalau
kita mencapai win-win
solution bagi kita semua
karena pemenang disini
adalah masyarakat
Indonesia,”
pasif. “Apakah Anda tega, menyakiti
keluarga atau orang yang Anda cintai?”
tanyanya lebih jauh lagi..
Dalam sebuah kunjungannya ke
Singkawang, Kalimantan, beliau juga
menyebutkan, “Kalau sebelumnya
penyebab kematian banyak disebabkan
penyakit infeksi, justru sekarang
yang besar itu penyakit terkait rokok
seperti stroke, jantung, tumor, kanker
tenggorokan, kanker paru-paru dan
sebagainya,”
Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi
sangat bersemangat untuk melindungi
penduduk di Indonesia dari asap rokok,
karena beliau mempunyai pengalaman
keluarganya yang juga perokok.
Bahkan ayah kandungnya meninggal
dunia akibat kanker, setelah menjadi
perokok berat. “Saya tidak bosan
bercerita tentang keluarga saya yang
perokok. Ayah kandung saya meninggal
akibat kanker karena ayah perokok
berat, penderitaan yang dialami tidak
bisa dibayar dengan uang,” ungkap
dr. Nafsiah Mboi dalam Sosialisasi
PP Nomor 109 tahun 2012, tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif berupa Produk Tembakau
bagi Kesehatan, di Gedung DPR, Jakarta,
bulan Februari lalu. Ia mengakui, isu
rokok sensitif dan kompleks, tetapi siapa
pun tak boleh menoleransi dampak
kesehatan akibat merokok, terutama
bagi kaum ibu, bayi, dan anak-anak.
”Mereka harus dilindungi dari paparan
asap rokok para perokok aktif,” ujarnya.
Saat gencar melakukan kampanye
anti merokok dr. Nafsiah Mboi juga
menyadari dengan langkah melindungi
masyarakat dari asap rokok, bisa
mendapat tendangan balik dari industri
rokok karena menentangnya. Tapi
Nafsiah menekankan, PP Tembakau
bukan memunculkan peperangan. “Ini
bukan perang. Saya tidak suka istilah
perang dan tidak ada yang menang dan
kalah dalam perang. Saya lebih senang
kalau kita mencapai win-win solution
bagi kita semua karena pemenang disini
adalah masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Untuk itulah, ia bersyukur dengan
lahirnya PP ini. Dengan aturan ini,
diharapkan para perokok pasif bisa
dilindungi dan perokok aktif bisa
disembuhkan. “Saya tidak membenci
perokok karena mereka adalah korban
zat adiktif.” Demikian trgas Menkes.*
23. m e d i a
u t a m a
Capaian Kinerja Kemkes 2012
M
embangun masyarakat sehat seutuhnya,
merupakan cita-cita Bangsa Indoensia. Salah
satu caranya dengan meningkatkan derajat
kesehatannya. Cita-cita itu diwujudkan dalam
pembangunan kesehatan secara berjenjang dan
bertahap. Berjenjang, mulai dari janin dalam kandungan,
bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan manula.
Sedangkan bertahap, pemerintah melakukan target-target
tertentu secara terukur. Diantaranya, target MDG’s bidang
kesehatan.
Kesehatan bayi, balita dan ibu mendapat prioritas.
Mengapa ?, karena ketiganya merupakan kelompok
rentan yang harus mendapat perlindungan dari berbagai
penyakit. Untuk itu, pemeriksaan kehamilan oleh petugas
kesehatan harus mendapat prioritas. Pemeriksaan ini untuk
memastikan janin dalam keadaan sehat dan lahir selamat.
Ibu sehat bayi selamat.
Bila ada kemungkinan terjadi komplikasi pada ibu
hamil, maka telah disediakan antisipasi dengan program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
(P4K). Upaya ini menekankan pada deteksi dini, penyedaan
akses pelayanan gawat darurat kasus kebidanan di tingkat
puskesmas. Tahun 2012 telah tersedia 2.570 puskesmas
yang mampu melayani Obtetri Neonatal Emergensi Dasar (
PONED).
Tidak cukup sampai di situ. Untuk meningkatkan
kelangsungan hidup anak juga telah disiapkan program
pemeriksaan minimal 3 kali kepada setiap bayi setelah lahir.
Pemeriksaan pertama dilakukan saat bayi berumur 6 - 48
jam. Selanjutnya bayi berumur 29 hari sampai 11 bulan
mendapat imunisasi dasar. Imunisasi ini bertujuan untuk
mencegah penyakit tuberkolusis, difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, polio dan campak. Selanjutnya, balita umur
12-29 bulan diberikan pemeriksaan dan stimulasi tumbuh
kembang dan pemberian vitamin A.
Ketika mereka menginjak remaja, harus diarahkan
kegiatan kesehatatannya melalui usaha kesehatan sekolah
(UKS), kesehatan peduli remaja (PKR) dan pelayanan
kesehatan kepada korban kekerasan terhadap anak ( KTA).
Kegiatan ini bertujuan menjauhkan anak dari peralaku tidak
sehat, seperti merokok, narkoba dan pergaulan bebas.
Setelah dewasa, mereka tetap harus melakukan
kebiasaan pola hidup besih dan sehat. Seperti tidak
merokok, makan sesuai kebutuhan kalori, berolah raga
teratur dan istrihatat yang cukup. Saat menjadi manusia
usia lanjut ( manula), maka harus segera mengikuti
program kesehatan manula. Untuk menunjang program
ini, pemerintah telah menyediakan program antara lain;
puskesmas santun lansia, pengembangan poliklinik geriatric
dan layanan perawatan di rumah.
Guna mendukung pelayanan kesehatan yang
paripurna, telah dikembangkan pelayanan kesehatan indra,
peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
Pengembangan layanan kesehatan jiwa, akreditasi rumah
sakit, pengembangan rumah sakit kelas internasional dan
tren wisata kesehatan ( health tourism). Bahkan secara
khusus untuk memperkokoh operasional layanan kesehatan
di tingkat puskesmas, pemerintah telah meluncurkan
program biaya operasional kesehatan ( BOK) sejak tahun
2010. Semua itu terangkum dalam rangkaian capaian
kinerja kemkes 2012, yang dirangkai dalam beberapa tulisan
berikut.*(Pra)
mediakom 41 | april | 2013 |
21
24. m e d i a
u t a m a
BOK Untuk Perluasan Cakupan
D
engan diluncurkannya Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK)
pada tahun 2010, semakin
memperluas cakupan
pemenuhan hak-hak warga
negara terhadap pelayanan kesehatan.
Disamping penambahan rumah sakit,
yang diikuti dengan peningkatan peran
rumah sakit dalam membuka akses
pelayanan yang lebih luas. Selain itu,
BOK diharapkan dapat mempercepat
pencapaian sasaran Millenium
Development Goals (MDG).
Penggunaan BOK diprioritaskan
untuk 6 upaya kesehatan yaitu
kesehatan ibu dan anak/keluarga
berencana, imunisasi, gizi, promosi
22
| mediakom 41 | april | 2013
kesehatan, kesehatan lingkungan
dan Pengendalian Penyakit; kegiatan
penunjang program; kegiatan
manajemen Puskesmas dan
pemeliharaan ringan Puskesmas.
Selain itu dana BOK juga untuk
membiayai upaya kesehatan lainnya
sesuai dengan risiko dan masalah
kesehatan utama di wilayah setempat,
antara lain penyuluhan pada pengguna
NAPZA, penyuluhan kesehatan haji,
pembinaan pengobatan tradisional,
kesehatan kerja dan olahraga.
BOK juga dapat digunakan
untuk kegiatan pendataan ibu hamil,
ibu bersalin, kasus risiko tinggi,
kegiatan surveillans, pelayanan
Posyandu, kegiatan penemuan kasus,
penjaringan, pengambilan spesimen,
pengambilan vaksin, pengendalian
dan pemberantasan vektor, kegiatan
promosi dan penyuluhan kesehatan,
pemberian makanan tambahan untuk
balita gizi kurang 6 – 59 bulan serta ibu
hamil dengan kurang energi kronis serta
kegiatan luar gedung lainnya.
Pada tahun 2012 jumlah
alokasi dana BOK sebesar Rp.
1.096.485.050.000 untuk total 9.323
Puskesmas sasaran, serta dukungan
pengelolaan di 497 kabupaten/kota.
Alokasi dana ini meningkat dibanding
dengan dana tahun 2011 yamg hanya
sebesar Rp 904.555.000.000 dan
25. disalurkan ke 8.967 Puskesmas. Besaran
dana BOK karena perbedaan geografis
di berbagai regional.
Pada tahun 2012, penyerapan dana
BOK telah mencapai 96,57% atau Rp
1.058.887.679.977,-.
Peningkatan jumlah Puskesmas,
renovasi fasilitas dan peningkatan
fungsi pelayanan kesehatan dari non
keperawatan menjadi perawatan, telah
meningkatkan layanan kesehatan yang
merata dan bermutu.
Sejak Desember 2009 – Desember
2012 telah terjadi penambahan jumlah
Puskesmas, menjadi 9.510 Puskesmas.
Berdasarkan hasil Riset Fasilitas
Kesehatan (Rifaskes) pada tahun 2011,
diantaranya melakukan identifikasi
kondisi fasilitas kesehatan di daerah. Hasil
Rifaskes menunjukkan fasilitas kesehatan
baik, rusak berat, rusak sedang, rusak
ringan dan tak ada data, tercatat 62%
Puskesmas memiliki kondisi bangunan
baik, sementara 36 % bangunan
Puskesmas memerlukan perbaikan.
Untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan angka kematian
bayi, Puskesmas didorong untuk
menjadi tempat rujukan terdekat yang
mampu memberikan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Dengan adanya Puskesmas PONED,
Puskesmas PONED Alalak Selatan
Kota Banjarmasin, Propinsi
Kalimantan Selatan
Peningkatan Jumlah
Puskesmas Tahun 2009 – 2012
6.033
6.085
2.920
2.704
2009
Perawatan
6.293
2011
Non Perawatan
penyulit pada ibu dan bayi baru lahir
akibat persalinan dapat diatasi. Jumlah
Puskesmas mampu PONED mengalami
peningkatan dari 1.579 di tahun 2011
menjadi 2.570 pada tahun 2012.
Peningkatan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Rujukan
Kementerian Kesehatan memfasilitasi
dan mendorong peningkatan
kuantitas dan kualitas rumah sakit.
Baik penyebaran maupun pemerataan
rumah sakit di seluruh Indonesia. Hal ini
6.358
3.152
3.028
2010
9.510
9.321
9.005
8.737
2012
Total Puskesmas
akan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan rujukan.
Tahun 2012, jumlah rumah sakit yang
telah diregistrasi mencapai 2.083,
bertambah 362 rumah sakit dalam kurun
waktu satu tahun terakhir.
Disamping itu, Kemkes mendorong
berdirinya Rumah Sakit Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam. Yakni
rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan ibu dan anak
secara komprehensif dan terintegrasi.
Diharapkan, rumah sakit mampu PONEK
dapat menurunkan angka kematian ibu
dan bayi baru lahir. Rumah Sakit Mampu
PONEK terus mengalami peningkatan
dari tahun 2009 ke tahun 2012.
Indonesia memiliki penduduk
yang tersebar di ribuan pulau
dan keterbatasan jumlah tenaga
kesehatan, sehingga Kementerian
Kesehatan melakukan terobosan
dengan menerapkan pelayanan
diagnosa dan konsultasi jarak jauh
melalui jaringan Internet yang dikenal
dengan telemedicine, untuk memenuhi
mediakom 41 | april | 2013 |
23
26. m e d i a
u t a m a
tuntutan pelayanan kesehatan yang
membutuhkan diagnosa medis yang
cepat dan tepat.
Tahun 2012 telah dikembangkan
telemedicine di delapan provinsi yang
meliputi teleradiology . Teleradiology
mampu membaca hasil rontgen pasien
dari jarak jauh melalui media internet di
10 rumah sakit yang dibina oleh RSUP
dr. Cipto Mangunkusmo. Ia juga mampu
membaca hasil pemeriksaan irama
jantung dari jarak jauh melalui internet
di 19 fasilitas pelayanan kesehatan yang
dibina oleh RS Jantung Pusat Harapan
Kita.
Beberapa daerah yang
sudah mengembangkan
program SPGDT call center
yakni Bandung, Bali,
Padang, Manado, dan
Yogyakarta.
“Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas sangat
berpengaruh pada kelancaran aktivitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Sebelum dialokasikan BOK setiap Puskesmas
hanya bergantung dengan pemberian anggaran dari pemda
melalui operasional dinas kesehatan setempat. Dengan dukungan
dana BOK maka Puskesmas bersangkutan dapat melakukan
program layanan kesehatan terutama kepada ibu hamil, balita dan
masyarakat setempat,”
Kepala Dinas Kesehatan Biak, dr Imran Ohoirella
[TVOne, 24 Mei 2012]
Guna meningkatkan kualitas
penanganan terpadu pasien dalam
kondisi gawat darurat, Kementerian
Kesehatan telah bekerjasama dengan
berbagai pihak sejak tahun 2000.
Kerjasama terus ditingkatkan baik
dalam jumlah dan mutu pelayanan
kegawatdaruratan medis.
Pada tanggal 8 Agustus 2012
Kementerian Kesehatan bersama
dengan PT Telkom Indonesia
menandatangani Nota Kesepahaman
tentang Kerjasama Terkait
Pengembangan Layanan E-Health.
Dalam kesepakatan tersebut,
dirumuskan tentang penyiapan aplikasi
24
| mediakom 41 | april | 2013
dan infrastruktur proyek percontohan
Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) untuk wilayah DKI
Jakarta (Call Center 119).
Aplikasi SPGDT ini menggunakan
Call Center 119 atau nomor panggilan
darurat untuk memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam melakukan
panggilan kegawatdaruratan ke fasilitas
pelayanan kesehatan (Puskesmas/
rumah sakit). Penggunaan angka
119 telah mendapat penetapan dari
Menteri Komunikasi dan Informatika
sebagai “Kode Akses Panggilan
Darurat”. Beberapa daerah yang sudah
mengembangkan program SPGDT call
center yakni Bandung, Bali, Padang,
Manado, dan Yogyakarta.
Untuk mendukung program SPGDT,
telah disiapkan program peningkatan
kemampuan teknis keperawatan
gawat darurat basic 2 dengan
jumlah keseluruhan 893 perawat di 9
regional.*(Pra)
27. Utamakan
Kesehatan
Ibu, Bayi
dan Balita
I
bu, bayi dan balita, merupakan
kelompok rentan yang harus
dilindungi dari berbagai penyakit.
Melalui konsep continuum of care
atau pelayanan berkesinambungan,
yakni pelayanan kesehatan masa
kehamilan, melahirkan dan setelah
melahirkan (nifas). Kemkes,
berkomitmen kuat untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan tersebut. Hal itu
diungkap Menkes dr. Nafsiah Mboi, pada
pembukaan Hari Kesehatan Nasional ke
48, tahun 2012 di Jakarta.
Peningkatan kesehatan ibu hamil,
diwujudkan dengan pelayanan
kesehatan ibu hamil (antenatal care)
sekurang-kurangnya empat kali selama
masa kehamilan. Pemeriksaan antenatal
berguna dalam menjamin kesehatan
ibu hamil dan atau janin. Pencapaian
dari upaya ini dapat dilihat dari
kunjungan pertama (K1), yang berarti
tingkat cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal untuk
pertama kalinya. Kemudian kunjungan
keempat (K4) yaitu cakupan ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali sesuai jadwal yang
dianjurkan.
Pada tahun 2011 cakupan K1 telah
mencapai 96,57%, hal ini menunjukkan
membaiknya akses masyarakat pada
pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pencapaian cakupan K4 tercatat 88,27%,
(target 88%). Sampai bulan September
2012, cakupan K4 telah mencapai
70,09% dan akhir tahun 2012, target
cakupan sebesar 90% diperkirakan
terpenuhi.
Upaya peningkatan cakupan
pelayanan sebelum melahirkan, juga
mediakom 41 | april | 2013 |
25
28. m e d i a
u t a m a
dilakukan melalui kegiatan Kelas
Ibu Hamil di desa-desa. Tujuannya,
untuk meningkatkan pengetahuan,
mengubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami cara menjaga kehamilan,
persiapan persalinan, perawatan nifas,
dan perawatan bayi baru lahir.
Kelas ibu hamil, maksimal
pesertanya 10 orang, difasilitasi dan
dibina oleh Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Tahun 2011 sudah
terbentuk 2.508 kelas. Sedangkan pada
tahun 2012, jumlah kelas ibu hamil
bertambah menjadi 5.115 kelas.
Untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI), telah dilaksanakan program
Kemitraan Bidan dan Dukun bayi.
Program ini dimulai tahun 2009 dan
sampai tahun 2012 tercatat sebanyak
72.963 dukun bermitra dengan bidan.
Melalui kemitraan ini dukun tidak lagi
menjadi penolong persalinan tetapi
beralih peran menyediakan bantuan
yang tidak bersifat medis bagi ibu hamil
selama masa kehamilan dan pasca
melahirkan.
Bagi ibu hamil yang tinggal di
daerah geografis sulit atau jauh
dari fasilitas pelayanan kesehatan,
menjelang hari taksiran persalinan
diupayakan sudah berada di “Rumah
Tunggu” yang berlokasi dekat dengan
fasilitas kesehatan. Rumah Tunggu
dapat berupa fasilitas khusus yang
disiapkan, maupun rumah sanak
saudara yang dekat dengan fasilitas
kesehatan. Hingga tahun 2012, tercatat
sebanyak 2.748 Rumah Tunggu yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
Untuk mendukung pelayanan
kesehatan ibu, anak dan balita,
pemerintah meluncuran dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) sejak
tahun 2010. Program ini memberi
dukungan dana kepada Puskesmas,
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan
26
| mediakom 41 | april | 2013
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Sehingga setiap unit kesehatan tersebut
dapat mengintensifkan pelayanan
kesehatan bagi ibu bersalin dan nifas,
termasuk dalam melakukan kunjungan
rumah bagi yang tidak datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain BOK juga diluncurkan
program Jaminan Persalinan (Jampersal)
tahun 2011. Program ini untuk
meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru
lahir. Jampersal dimaksudkan untuk
menghilangkan kendala keuangan
bagi ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang mencakup
pemeriksaan kehamilan, persalinan,
pelayanan nifas, pelayanan bayi baru
lahir, dan pelayanan Keluarga Berencana
pasca melahirkan.
Pendanaan Jampersal bersumber
dari APBN dan pengelolaannya
terintegrasi dengan kegiatan Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Pada tahun 2011, sebanyak 1.572.751
ibu bersalin telah memanfaatkan
pelayanan program Jampersal di tingkat
pelayanan dasar. Oktober tahun 2012,
meningkat menjadi 1.902.319 ibu yang
memanfaatkan program Jampersal.
Pencegahan dan Penanganan
Komplikasi
Upaya menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
di Indonesia juga dilakukan melalui
Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K). Program
ini menitikberatkan pada upaya deteksi
dini seperti melakukan screening/
penapisan ibu hamil, penyediaan
akses serta pelayanan gawat darurat
untuk kasus kebidanan (maternal) dan
bayi baru lahir (neonatal) di tingkat
Puskesmas yang mampu melaksanakan
Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Jumlah
Puskesmas mampu PONED mengalami
peningkatan tahun 2011 sebanyak 1.579
puskesmas, tahun 2012 meningkat
menjadi 2.570 puskesmas.
Sampai dengan tahun 2011, tercatat
61.784 desa telah melaksanakan
P4K. Sebagai bentuk evaluasi atau
pembelajaran untuk kasus kematian ibu
dan bayi baru lahir, telah dilakukan juga
Audit Maternal Perinatal (AMP) sebagai
upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Upaya pencegahan dan
penanganan komplikasi maternal diukur
melalui indikator cakupan penanganan
komplikasi maternal (cakupan PK).
Pencapaian cakupan PK dari tahun
2008 sampai 2011 memperlihatkan
kecenderungan peningkatan, walau
sempat menurun pada tahun 2009.
Cakupan PK tahun 2008 mencapai
44,84%, tahun 2009 turun menjadi
42,29%, pada tahun 2010 mencapai
58,82%, dan pada tahun 2011 mencapai
59,68%.
Khusus pelayanan menyeluruh
yang sering disebut Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK), diselenggarakan di Rumah
Sakit PONEK 24 jam. Rumah sakit
ini menyelenggarakan pelayanan
kedaruratan ibu dan anak secara
komprehensif dan terintegrasi. Rumah
sakit mampu PONEK terus mengalami
peningkatan, sejak tahun 2009 hingga
tahun 2012, tercatat sebanyak 410 unit
RS PONEK.
Generasi Masa Depan yang Sehat
Arah kebijakan operasional upaya
kesehatan anak meliputi peningkatan
kelangsungan hidup (bayi baru lahir,
bayi dan anak balita), peningkatan
kualitas hidup anak dan peningkatan
perlindungan kesehatan anak. Upaya
tersebut juga termasuk perlindungan
29. dari kekerasan terhadap anak,
kesehatan anak di panti atau lembaga
pemasyarakatan dan pelayanan
kesehatan untuk anak berkebutuhan
khusus.
Upaya peningkatan kesehatan anak
menggunakan pendekatan continuum
of care throughout the lifecycle yaitu
semua anak sejak janin hingga remaja
mempunyai akses mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar
pada setiap fase kehidupannya.
Selain itu juga harus menggunakan
pendekatan continuum of care
throughout the level of cares yaitu
semua anak sejak janin hingga remaja
mempunyai jaminan mendapatkan
penanganan sesuai standar atas
masalah kesehatan yang dialaminya.
Termasuk ketersediaan dan kemudahan
akses mendapatkan pelayanan
kesehatan sejak di rumah, pelayanan
kesehatan dasar hingga ke tingkat
rujukan, sehingga anak tidak terlambat
mendapatkan pelayanan.
Kementerian Kesehatan juga telah
berhasil mendorong terbentuknya
Konsorsium Perguruan Tinggi untuk
Kesehatan Ibu – Anak dan Gizi (KIA –
Gizi) yang resmi berdiri pada September
2012. Perguruan Tinggi dapat
memberikan kontribusi dalam formulasi
kebijakan melalui berbagai riset, ikut
aktif dalam perencanaan, monitoring
dan evaluasi terhadap program
kesehatan. Perguruan tinggi yang telah
menandatangani kesepakatan bersama
Kemkes melalui Ditjen Bina Gizi dan KIA
dalam upaya percepatan pencapaian
MDG 1, 4 dan 5 terdiri dari 32 Fakultas
dari 23 perguruan tinggi dari 21 provinsi
Peningkatan Kelangsungan
Hidup Anak
Salah satu upaya menurunkan
kematian bayi baru lahir adalah dengan
melakukan pemeriksaan minimal
tiga kali kepada setiap bayi baru lahir.
Pemeriksaan harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Pemeriksaan pertama
dilakukan pada saat bayi berumur 6
sampai 48 jam atau dikenal dengan
sebutan Kunjungan Neonatal Pertama
(KN1).
Selama 2010 – 2011 cakupan
pelayanan bayi baru lahir cenderung
meningkat. Tahun 2010 capaian KN1
mencapai 84,01% dari target 84%,
sedangkan tahun 2011 mencapai
90,51% melampaui target 86%. Pada
bulan Oktober tahun 2012 cakupan
kunjungan KN1 telah mencapai 64,53%.
Sedangkan target yang harus dicapai
adalah 88%.
Selanjutnya, untuk meningkatkan
kelangsungan hidup bayi umur 29 hari
sampai 11 bulan dilakukan imunisasi
dasar untuk mencegah penyakit
tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, polio dan campak.
Untuk mendeteksi ada tidaknya
kelainan tumbuh kembang pada bayi
dilakukan kegiatan Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK), pemberian vitamin A pada
bayi, penyuluhan perawatan kesehatan
bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif,
MPASI dan rujukan jika ada gejala sakit
dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Tahun 2010 cakupan pelayanan
kesehatan bayi mencapai 84.04% dan
pada tahun 2011 mencapai 85.21%.
Sedangkan capaian pada bulan Oktober
di tahun 2012 mencapai 69.98%.
Bagi anak balita umur 12 – 29
bulan diberikan pemeriksaan dan
stimulasi tumbuh kembang pada anak
serta pemberian vitamin A. SDIDTK
dilakukan untuk melakukan deteksi dini
pada keterlambatan perkembangan,
gangguan daya ingat dan daya dengar.
Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan
posyandu dan Pembinaan Anak Usia
Dini (PAUD).
Selain itu, ada konseling keluarga
pada kelas ibu balita melalui
pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA). Termasuk didalamnya
adalah konseling perawatan anak balita,
pemberian ASI sampai 2 tahun, serta
informasi makanan gizi seimbang.
Secara nasional, target cakupan
pelayanan kesehatan anak balita telah
tercapai pada tahun 2010 dan 2011.
Cakupan pelayanan pada tahun
2010 mencapai 78.01% dan tahun
2011 mencapai 80.96% dari target.
Sedangkan pada bulan Oktober tahun
2012, capaian pelayanan kesehatan anak
balita mencapai 58.69% atau mencakup
9.022.176 anak balita.
Peningkatan pemanfaatan buku KIA
juga merupakan salah satu upaya dalam
peningkatan pelayanan kesehatan
bayi dan balita melalui pemberdayaan
masyarakat dan keluarga. Berdasarkan
Riskesdas 2010 telah 25.5% balita
memiliki buku KIA. Angka ini meningkat
bila dibandingkan hasil Riskesdas 2007
yaitu 13%.
Terobosan untuk wilayah yang
belum memiliki jumlah tenaga
kesehatan dan fasilitas kesehatan
yang memadai, masyarakat dilibatkan
dalam Manajemen Terpadu Balita
Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M).
Caranya dengan ikut mempromosikan
deteksi dini penyakit berat pada balita
dan memberikan pertolongan atau
pengobatan sederhana di rumah untuk
penyakit ringan. Kegiatan ini baru
diujicobakan di tahun 2012 di beberapa
kabupaten di Papua dan akan diperluas
ke provinsi-provinsi lain pada tahun
2013.*(pra)
mediakom 41 | april | 2013 |
27
30. m e d i a
u t a m a
kabar.priangan.com
Terutama masalah pada kelompok umur
remaja sangat terkait dengan perilaku
yang berisiko terhadap kesehatannya.
Peningkatan
Kualitas Hidup Anak
M
uda merokok, seperti menjadi
trend gaya hidup anak dan
remaja. Mereka sudah mulai
merokok sejak umur 10-14
tahun, sebesar 10,3% tahun
2007, kemudian meningkat menjadi
17,5 % pada tahun 2010. Sedang
kelompok umur 15–19 tahun, terjadi
peningkatan jumlah perokok dari 33,1%
menjadi 43,3% (Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2010).
Melihat besarnya masalah kesehatan
anak dan remaja tersebut, perlu
dilakukan intervensi peningkatan
kualitas hidup anak usia sekolah dan
remaja dilaksanakan melalui kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) dan pelayanan kesehatan kepada
28
| mediakom 41 | april | 2013
korban Kekerasan Terhadap Anak
(KtA). Usaha ini dilaksanakan secara
komprehensif dan terintegrasi dengan
semua unsur multi-sektoral, baik sektor
kesehatan, pendidikan, swasta maupun
masyarakat.
Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan remaja tentang
kesehatan reproduksi
dan perilaku hidup sehat
serta memberikan
pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada
remaja. Agar pelayanan
kepada remaja lebih
efektif, maka remaja
dilibatkan untuk menjadi
konselor sebaya.
Pelayanan Kesehatan Korban
Kekerasan Terhadap Anak
Pembinaan kesehatan anak
yang komprehensif dan terarah itu,
diantaranya masalah kesehatan yang
mengancam kelangsungan hidup
dan tumbuh kembang anak maupun
masalah lainnya yang berdampak pada
kesehatan dan penurunan kualitas
hidup anak. Permasalahan tersebut
seperti masalah Kekerasan Terhadap
Anak (KtA), termasuk anak yang berada
di Lembaga Pemasyarakatan karena
menghadapi proses pelanggaran
hukum.
Sejak tahun 2010, cakupan
pelayanan pada anak korban
kekerasan telah mencapai 41,41%, dan
meningkat menjadi 54,12% pada tahun
2012yang meliputi 999 Puskesmas di
269 kabupaten/kota. Sampai bulan
Oktober tahun 2012 capaian sudah
mencapai angka 67,40% dari target
60%. Berarti, jumlah Puskesmas yang
mampu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan KtA pada tahun 2012 sudah
mencapai 1.383 Puskesmas.
Pelayanan kesehatan pada korban
KtA mencakup pelayanan kesehatan,
dan rujukan baik rujukan psikososial
maupun rujukan hukum. Selain itu,
sebagai upaya pencegahan kasus
KtA, Puskesmas mampu
tatalaksana kasus KtA juga
melakukan penyuluhan
kepada masyarakat terkait
dampak KtA pada tumbuh
kembang anak dan anak
didik di sekolah. *(pra)
31. ragam
mutu perencanaan:
rasa cabe
naga jokia?
Nagiot Cansalony Tambunan
Alumni Magister Perencanaan & Kebijakan Publik FEUI
Kabid Program, Kerjasama dan Informasi di Balai Besar
Litbang Tanaman Obat & Obat Tradisional Tawangmangu,
Badan Litbangkes, Kemenkes
A
da semangat bahwa
hari ini ya hari ini, esok
urusan nanti. Ada
juga, berperilakulah
layaknya pikiran dan
strategi Sang Pecatur, 10 langkah atau
lebih jauh ke depan. Juga, keberhasilan
dipengaruhi oleh perencanaan
dan proses yang bermutu dan
selaras. Banyak semangat-semangat
berwawasan stratejik yang sudah
muncul dan menjadi acuan dari perilaku
institusi dalam berkreasi dan berinovasi.
Perlu diingat, titik awalnya adalah
PERENCANAAN.
Seperti kita ketahui dan aplikasikan,
utamanya perencana-perencana di setiap
unit kerja, rencana kerja setiap organisasi
bermula dari hasil penilaian kinerja tahun
sebelumnya dan rencana terobosan
yang dibutuhkan, kemudian dilakukan
analisis prioritas. Analisis yang substansial
kegiatan tersebut diterjemahkan dalam
kerangka acuan dan rincian anggaran
dan biaya (RAB), yang merupakan
ikhtisar dari rencana kegiatan/kerja,
memiliki informasi what (apa materi),
where (dimana dilaksanakan), when
(kapan dilaksanakan), why (kenapa
dilaksanakan), who (siapa pelaksana),
whom (siapa penerima manfaat), how
(bagaimana dilaksanakan) dan how much
(berapa biaya yang dibutuhkan). Aspek
perencanaan mikro dan sederhana ya!
Sinkronisasi Perencanaan
Kegiatan dan Anggaran
Kenapa butuh sinkronisasi terhadap
kegiatan yang direncanakan dan
biaya yang dibutuhkan? Jawaban bisa
banyak namun satu pemahaman/
arti bahwa agar rencana kegiatan
dapat diimplementasikan sampai
menghasilkan produk/kinerja terukur
dan bermanfaat.
Perlu diingat, proses yang dilalui
dalam mekanisme perencanaan sarat
dengan telaahan dan pembahasan
RAB -di samping kerangka acuan dan
data dukung rencana kegiatan- yang
merupakan “jeroan” dari kegiatan,
memberikan dan memroses jalannya
kegiatan dengan sumber daya-sumber
daya. Lagipula, kita sudah tahu bahwa
aspek perencanaan memiliki bobot
tertinggi dalam penilaian kinerja dan
pengawasan/audit kinerja. Aspek
sederhana yang bombastis, sisi hulu
perencanaan yang memiliki rasa cabai
terpedas di dunia (Cabai Naga Jokia
dari India). Tanaman yang kecil dan
memiliki efek konsumsi yang luar
biasa pedassssss. Begitulah analogi
perencanaan, aspek sederhana dan
cenderung diakselerasi namun memiliki
pengaruh terhadap keberlanjutan
proses kegiatan dan penilaian kinerja.
Sangat mudah memahami suatu
rencana kegiatan, apakah memiliki nilai
logis dan bermanfaat, melalui telaahan
dan pembahasan RAB. Namun sayang,
proses ini lebih dominan dilaksanakan
di lingkup Direktorat Jenderal Anggaran
Kemenkeu (DJA) untuk lingkup APBN.
Apakah sudah optimal diselenggarakan
di masing-masing organisasi, dan
bagaimana proses yang dilakukan,
apakah ada perbaikan bila ditemukan
ketidakselarasan antara rencana
kegiatan dan kebutuhan biaya? Hal
yang mudah, karena sudah menjadi
kewajiban dan juga setiap orang sudah
memiliki rasa dan pengetahuan tentang
hitung-hitungan yang lojik.
Contoh sederhana mengenai
keselarasan rencana kegiatan dan
kebutuhan biaya adalah misalnya
mediakom 41 | april | 2013 |
29
32. ragam
tahapan yang harus dilalui untuk
menghasilkan suatu dokumen berupa
pedoman. Secara konvensional, perlu
pertemuan-pertemuan untuk tahap
persiapan, pembahasan, finalisasi, dan
sosialisasi, yang membutuhkan lebih dari
1 satu kali untuk setiap tahapan. Daya
kreasi dan inovasi yang berkembang,
sudah mampu mereduksi tahapantahapan konvensional secara efisien
melalui peningkatan mutu proses.
Pertemuan persiapan dapat dilakukan
hanya dalam lingkup rapat internal
di kantor, pertemuan pembahasan
diperpanjang hari dengan dasar efisiensi
biaya bahkan bisa sekaligus finalisasi.
Contoh lain, mereduksi biaya-biaya
tinggi dan/atau tidak produktif dalam
hal belanja bahan dan operasional
kesekretariatan kegiatan (yang
sebenarnya sudah ada pos alokasi
juga di pos alokasi keperluan
perkantoran rutin).
Optimalisasi Unit Kerja P2ME
Disinilah manfaat adanya
unit kerja yang bertugas dan
berfungsi dalam perencanaan
program/kegiatan, penganggaran,
monitoring dan evaluasi (P2ME).
Kita tahu bahwa secara organisasi
dan manajemen ada 2 jenis unit
kerja dalam organisasi, yaitu 1) unit
kerja yang memberikan layanan
kepada eksternal organisasi dan
2) unit kerja yang memberikan layanan
kepada internal organisasi. Unit kerja
pertama biasa disebut dengan unit kerja
teknis (unit kerja yang melaksanakan
tugas utama dari organisasi, unit kerjanya
adalah direktorat dan sub direktorat,
pusat dan bidang) dan unit kerja kedua
biasa disebut unit kerja generik (unit kerja
yang melaksanakan tugas pendukung
dan pendamping untuk pelaksanaan
tugas utama dari organisasi, unit kerjanya
30
| mediakom 41 | april | 2013
adalah sekretariat dan bagian). Nah,
perlu ada keselarasan aplikasi fungsi dari
masing unit kerja. Unit kerja pertama
merancang kegiatan-kegiatan teknis dan
bersama unit kerja kedua melakukan
telaahan dan pembahasan RAB. Sangat
sederhana, sudah ada acuan telaahan
dan pembahasan, ada Standar Biaya
Masukan/Keluaran, ada aturan perjalanan
dinas, ada aturan pengadaan barang dan
jasa pemerintah, dll.
Secara paripurna dan integral, proses
ini memberikan pembelajaran aspek
teknis dan aspek generik. Kedua unit
kerja sebagai bagian dari tim besar
(organisasi), tidak bisa lagi berargumen
bahwa itu (aspek lain) bukan tanggung
jawabnya, padahal ianya adalah bagian
dari tim. Hal ini penting, karena setiap
unit kerja, di luar tugas dan fungsi yang
sudah diamanahkan secara tertulis,
mempunyai esensi tanggung jawab
P2ME, baik aspek teknis dan generik.
Manfaat RAB
Menurut penulis, keberhasilan
menyusun RAB dan kerangka acuan
merupakan tampilan dari kualitas
perencana dan tim perencana, baik
unit teknis maupun unit generik.
Dalam hal ini, RAB dan kerangka acuan
adalah dokumen yang sesuai kriteria
mutunya, yaitu ada informasi 6 W + 2 H,
kalau kriteria RAB adalah tampilan dari
angka-angka biaya yang memiliki arti
sama dengan arti narasi kalimat dalam
kerangka acuan. Contoh keselarasan
kriteria adalah cara pencapaian tujuan
dalam kerangka acuan diterjemahkan
dalam tahapan proses yang dibiayai
dalam RAB sesuai aturan.
RAB juga dapat menjadi kendali
mutu dari implementasi kegiatan, baik
biaya maupun proses. Dapat dicegah
keinginan-keinginan berbiaya tinggi
sehingga menjadi kebutuhan riil dan
dapat dilaksanakan.
Begitu sederhana namun
masih dimarjinalkan dalam
kendali mutu perencanaan. Bisa
dilihat dari frekuensi revisi DIPA/
RKA/POK, tanda “bintang” dalam
hasil pembahasan dengan DJA,
kurangnya data dukung RAB dan
kerangka acuan, atau bahkan
temuan dari hasil audit.
Begitu sederhana, sehingga
tidak ada toleransi dan alasan
untuk diabaikan. Memasuki
tahun anggaran 2013, dengan
pengalaman-pengalaman
mekanisme perencanaan
program/kegiatan dan
penganggaran di badan legislatif
dan eksekutif akhir-akhir ini, harapannya
adalah semakin terbuka kesadaran untuk
melakukan hal yang benar daripada
sekedar melakukan hal-hal dengan
benar.
Kembali pada alinea pertama,
perencanaan saat ini memberi arti dari
kinerja yang dihasilkan dan dinilai. Mari
berperilaku stratejik dan benar. Tabik
dan Tahniah.
Salam SEHAT.*
33. M
enteri Kesehatan
RI, yang diwakili
oleh Wakil Menteri
Kesehatan Menteri,
Prof. dr. Ali
Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D meluncurkan
e-Regalkes dan Single Sign On (SSO) di
Kantor Kemenkes, pada penghujung
2012 di Jakarta.
Fitur SSO diluncurkan dalam rangka
pengembangan Indonesia National
Single Window (INSW) sebagai solusi
untuk mempermudah Pengguna
menggunakan sistem INSW dan
sistem e-Regalkes secara terintegrasi.
Pengguna hanya perlu Login satu kali
saja maka selanjutnya dapat mengakses
semua sistem.
Kementerian Kesehatan
meluncurkan sistem e-Regalkes
atau Registrasi Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) secara online untuk
meningkatkan pelayanan publik
khususnya pada pelayanan perizinan
di bidang alat kesehatan dan PKRT.
Dengan sistem ini pemohon perizinan
mediakom 41 | april | 2013 |
31
34. ragam
tidak perlu datang di loket Unit Layanan
Terpadu (ULT) Kemenkes RI yang ada
di Jakarta, karena semua dokumen
perizinan dapat disampaikan secara
elektronik. Sistem ini sangat efektif
dan efisien bagi pemohon perizinan
mengingat wilayah NKRI yang demikian
luasnya.
Layanan publik yang dilayani dalam
bidang alat kesehatan dan PKRT antara
lain izin penyalur alat kesehatan, izin
produksi alat kesehatan dan PKRT, izin
edar alat kesehatan dan PKRT, dan
pemberian Certificate of Free Sales
(CFS).
Diharapkan dengan kemudahan
dalam mendapatkan ijin edar maka
dapat mencegah dan mengurangi
masuknya alat kesehatan illegal (tidak
terdaftar) ke wilayah Indonesia.
Salah satu upaya untuk mencegah
masuknya alat kesehatan dan PKRT
ilegal ke Indonesia, sejak tahun 2008
Kemenkes bergabung dengan INSW
melalui Kepmenkes RI No. 825/Menkes/
SK/IX/2008 Tentang Pemberlakukan
Sistem Elektronik dalam Kerangka INSW
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Melalui INSW, semua izin edar alat
kesehatan dan PKRT yang dikeluarkan
Kemenkes terhubung dengan portal
INSW. Dengan demikian izin edar alat
kesehatan dan PKRT yang dikategorikan
Larangan Terbatas (Lartas), harus
memerlukan izin dari Kementerian
Kesehatan.
Mekanisme Lartas akan mencegah
masuknya Alkes impor yang di bawah
standar, seperti teknologi yang
membahayakan manusia maupun
lingkungan serta bermutu rendah
karena ketidakjelasan produsen, dan
lain-lain. Dengan demikian Kementerian
Kesehatan mampu melindungi rakyat
sepenuhnya.
Menkes juga menyampaikan, salah
32
| mediakom 41 | april | 2013
satu tugas dan fungsi Kementerian
Kesehatan adalah menjamin alat
kesehatan yang beredar di masyarakat
sesuai standar keamanan, mutu,
manfaat, tepat guna dan terjangkau
melalui pengendalian pre-market dan
post-market.
Alat kesehatan
selain mempunyai
fungsi sosial untuk
menyembuhkan,
mendiagnosis
dan mengatasi
penyakit serta
mempertahankan/
meningkatkan
kesehatan, selain
itu juga mempunyai
fungsi ekonomi.
Pengembangan e-Regalkes dan
fitur SSO dalam INSW merupakan
sumbangsih Kementerian Kesehatan
bagi bangsa dan negara serta dunia. Hal
ini merupakan kerjasama lintas sektor
dari 18 Kementerian/Lembaga.
Undang-Undang Kesehatan No.
36 tahun 2009 mengamanatkan, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga yang beredar di
Indonesia harus memiliki izin edar.
Pemberian izin diselenggarakan melalui
mekanisme pelayanan publik yang baik.
Pelayanan publik yang efektif dan efisien
serta transparan merupakan tuntutan
yang tidak dapat ditawar lagi.
Alat kesehatan selain mempunyai
fungsi sosial untuk menyembuhkan,
mendiagnosis dan mengatasi penyakit
serta mempertahankan/meningkatkan
kesehatan, selain itu juga mempunyai
fungsi ekonomi. Saat ini alat kesehatan
dan perbekalan rumah tangga
merupakan salah satu bisnis yang
menjanjikan terutama di negara ASEAN,
khususnya Indonesia. Diperkirakan
kebutuhannya akan terus meningkat
sejalan dengan bertambahnya tingkat
pengetahuan dan daya beli rakyat
Indonesia.
Dalam pelayanan kesehatan alat
kesehatan adalah salah satu komponen
yang tidak dapat dipisahkan dari
obat dan tenaga kesehatan. Dengan
diterapkannya Universal Coverage maka
diperkirakan kebutuhan alat kesehatan
akan meningkat signifikan 2,5 (dua
setengah) sampai 3 (tiga) kali lipat. Oleh
karena itu ketersedian alat kesehatan
yang memenuhi standar keamanan,
mutu dan manfaat harus tetap terjaga.
Berdasarkan Survei Integritas
Sektor Publik tahun 2012 oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK),
Pelayanan Registrasi dan Sertifikasi
Alat Kesehatan dan PKRT berada pada
urutan ke 5 dari 20 instansi Pusat dan
Nomor 8 dalam skala Nasional dengan
nilai integritas di atas 7.* (YN)
35. peristiwa
Rapat Kerja
Kesehatan Nasional
S
etiap tahun Kementerian
Kesehatan Nasional
menyelenggarakan Rapat
Kerja Kesehatan Nasional yang
diikuti oleh dinas kesehatan
dinas kesehatan dari seluruh Propinsi di
Indonesia, pada tahun ini Rakerkesnas
2013 dibagi menurut wilayah, yaitu
wilayah Indonesia bagian barat, tengah
dan timur. Penyelenggaran kegiatan
dikonsentrasikan pada bulan April,
wilayah barat diselenggarakan pada
tanggal 18 - 20 Maret 2013 di Jakarta,
wilayah tengah 1 - 3 April 2013 di
Surabaya, dan wilayah timur pada
tanggal 15-17 April 2013 di Makassar.
Tahun ini Rakerkesnas menelurkan 5
rekomendasi penting sebagai acuan
program Kemenkes saat ini dan ke
depan.
Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) Regional Barat telah
selesai dilaksanakan, acara yang
berlangsung di Jakarta pada tanggal
17–20 Maret 2013, ditutup dengan
pembacaan rekomendasi oleh Sekretaris
Jenderal Kemkes RI, dr. Supriyantoro,
Sp.P, MARS. Rekomendasi diperoleh
berdasarkan arahan Menteri Kesehatan
dan paparan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
hasil Sidang Komisi, dan Sidang Pleno
Komisi serta diskusi.
Rakerkesnas Regional Barat diikuti
oleh 734 peserta yang terdiri dari:
Kepala BPKP, Wakil DPR, Plt. Kepala
mediakom 41 | APRIL | 2013 |
33
36. peristiwa
BKKBN, Kepala Badan POM, Seluruh
Pejabat Eselon I dan II Kemenkes,
Kepala UPT Kementerian Kesehatan,
Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/
Kota dan Direktur RS Prov/Kab/kota
serta Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi
wilayah Barat, kepala BPKP Wilayah di
33 Provinsi, PT. Askes (Persero), dan
stakeholder kesehatan terkait (IDI, PPNI,
IBI, PERSI dll). Selanjutnya Rakerkesnas
Regional Tengah akan dilaksanakan di
Surabaya pada tanggal 1-3 April 2013,
dan Rakerkesnas Regional Timur akan
dilaksanakan di Makassar pada tanggal
14-17 April 2013.
Sementara itu untuk wilayah tengah
di selenggarakan pada 1-4 April 2013,
dibuka oleh Menteri kesehatan RI.
Kegiatan ini diikuti perwakilan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang berasal
dari 10 Provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Kalimantan Utara, Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur.
Dalam kesempatan ini, Menkes
menyerahkan tiga penghargaan Provinsi
di regional tengah yang berprestasi
dalam pencapaian target Millenium
Development Goals (MDGs) melalui
program Gizi atau Kesehatan Ibu-Anak.
Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta
didaulat sebagai peraih penghargaan
peringkat pertama untuk Program
Kesehatan Ibu dan Anak Terbaik tahun
2012. Selanjutnya, untuk program Gizi
Terbaik tahun 2012, Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan dan Bali,
berturut-turut mendapatkan peringkat
ketiga dan pertama.
Seperti telah diumumkan
sebelumnya pada Malam PraRakerkesnas 2013 Regional Barat (18/3),
peraih penghargaan Program Kesehatan
Ibu dan Anak tahun 2012, yaitu: Dinas
34
| mediakom 41 | april | 2013
Peletakan batu
pertama poskestren
Pondok Pesantren
Al-Ikhlas Ujung –
Bone Sul-Sel di sela
Rakerkesnas 2013
Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
(Terbaik I); Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara (Terbaik II); dan Dinas
Kesehatan Provinsi Bangka Belitung
(Terbaik III). Sementara itu, penghargaan
Program Gizi Terbaik tahun 2012, diraih
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali
(Terbaik I); Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan (Terbaik II); dan Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
(Terbaik III).
Menkes juga melakukan ReLaunching Sistem e-Catalog Obat
Generik untuk Pengadaan Pemerintah.
Sistem e-Catalog Obat Generik adalah
sistem informasi elektronik yang
memuat informasi seputar daftar nama
obat, jenis, spesifikasi teknis, harga
satuan terkecil, dan pabrik penyedia.
Harga yang tercantum dalam e-Catalog
adalah harga satuan terkecil, sudah
termasuk pajak dan biaya distribusi.
Dengan adanya sistem e-Catalog Obat
Generik, selain dapat meminimalisasi
penyimpangan, juga dapat
memudahkan pihak pemerintah untuk