SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 16
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk yang dapat dididik dan mendidik dengan
kemampuannya manusia bisa menciptakan segala hal. Dalam makalah ini saya
akan membahas tentang manusia sebagai insane pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapatditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan ?
1.2.2 Bagaimana gambaran manusia sebagai mahluk yang perlu dididik
dan mendidik diri ?
1.2.3 Bagaimanakah manusia yang dapat dididik itu ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan adanya makalah ini saya khususnya dan anda pada umumnya
diharapkan mengerti arti dari manusia sebagai insan pendidikan. Semoga makalah
ini bermanfaat.
10
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Manusia Dan Kebutuhannya Akan Pendidikan
Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable.
Artinya, pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang dapat dididik. Disamping
itu menurut Lavengel, manusia juga bisa disebut animal educandum yang artinya
manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang harus dididik, dan homo educandus
yang bermakna bahwa manusia merupakan mahluk yang bukan hanya harus
dididik tetapi juga harus dan dapat mendidik. Deskripsi diatas mengungkapkan
secara jelas bahwa ada mata rantai yang erat antara hakikat manusia dengan
garapan pendidikan sebagai salah satu satu usaha sadar untuk lebih
memanusiakan manusia. Garapan pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi
manusia. Pendidikan telah dianngap sebagai salah satu hak asasi manusia yang
harus dipenuhi. Persoalannya adalah mengapa garapan pendidikan merupakan
suatu keharusan bagi manusia, mengapa manusia harus dididik danharus
mendidik. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi sebagai berikut :
a. Hakikat Anak Sebagai Manusia
Manusia yang lahir dalam keadaan serba lemah. Ia belum
dapat berdiri sendiri, belum bisa mencari makan sendiri. Semuanya
dalam keadaaan serba bergantung kepada orang lain. Walau
demikian dia telah menunjukkan keunikannya kendati dalam takaran
yang sederhana. Pada saat ia lahir di dalam kandungan ibunya ia
10
telah mengekspresikan dirinya dalam bentuk tangis atau gerakan-
gerakan tertentu.
b. Manusia Dengan Sifat Kemanusiaannya
Kegiatan mendidik adalah sifat khas yang dimiliki manusia.
Immanuel Kant mengatakan “manusia hanya dapat menjadi
manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tak dididik maka ia
tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap ank
terlantar yang dalam perkembangannya menjadi anak liar.
c. Manusia Sebagai Mahluk Budaya
Manusia dengan budi, rasa dan karsanya menciptakan
kebudayaan. Agar manusia dapat hidupmenghayati dunia
kebudayaaan tadi, manusia patut dilengkapi dengan nilai-nilai atau
norma kebudayaan yang sepatutnya disampaikan dalam garapan
pendidikan. Dengan demikian pendidikan pada hakikatnya adalah
proses yang berkesinambungan yang mengangkat harkat dan
martabat manusia dari dunia alam (the world of nature) menuju
kehidupan yang bercirikan kebudayaan (the world of culture). Aliran
kebudayaan dalam pendidikan ini dipeloporioleh Spranger, yang
mengutamakan masalah penyampaian norma, nilai keagamaan, ilmu
pengetahuan, serta kesenian.
Ragam pemahaman tentang hakikat manusia adalah :
10
a. Homo Sapiens
Pemahaman hakikat manusia sebagai mahluk yang bijaksana dan
dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hal ini disebabkan
oleh kemampuan manusia yang memiliki akal, fikiran, rasio, daya
nalar, cipta, rasa dan karsa. Sehingga manusia mampu
mengembangkan dirinyasebagai manusia seutuhnya.
b. Homo Faber
pemahaman tentang hakikat manusia sebagai mahluk yang
berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan keterampilannya
dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu sebagai produsen dan
pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (konsumen) untuk
kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.
c. Homo Religious
Pandangan tentang manusia dan hakikat manusia sebagai mahluk
yang beragama, manusia diciptakan oleh Tuhan dimuka bumi ini
sebagai mahluk yang sempurna. Melalui kesempurnaannya itulah
manusia bisa berfikir, bertindak, dan menentukan mana yang baik
dan benar.
d. Homo Homini Socius
Kendati sosok manusia sebagai mahluk individu, mahluk yang
memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu
10
dengan yang lain, namun pada saat yang bersamaan manusia juga
sebagai kawan social bagi mahluk yang lainnya
e. Manusia Sebagai Mahkuk Etis Dan Estetis
Hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahluk yang memiliki
kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma-
norma social dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah
etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman
tentang hakikat manusia sebagai mahluk yang memiliki rasa
keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics).
Sosok manusia yang memiliki cita, rasa dan dimensi keindahan
estetika lainnya.
Jadi, kenapa manusia membutuhkan pendidikan ?
a. Anak manusia lahir dengan bermacam-macam potensi
b. Agar potensi sebagai modal dasar dapat berkembang maka perlu
bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari orang-orang yang
bertanggung jawab.
c. Pendidikan bertujuan membantu mengembangkan potensi kearah yang
lebih baik.
d. Pendidikan tidak hanya berarti penyampaian pengetahuan tetapi
merekomendasikan nilai-nilai.
10
e. Manusia tidak akan menjadi manusia kalau tidak dibesarkan dalam
lingkungan manusia.
2.2 Keharusan Manusia Sebagai Mahluk Yang Perlu Dididik Dan Mendidik Diri
Ada berbagai pandangan yang menginterpretasikan manusia sebagai
makhluk, baik makhluk social, individual, politik, berakal, berbicara, dan lain-
lain. Dalam kajian ini erat kaitannya dengan permasalahan pendidikan yang
mengasumsi- kan bahwa manusia harus dididik.
Sebagaimana dijelaskan oleh Tatang Syaripudin (2008), dan
MI.Soelaeman (1985) bahwa eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya
sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan
demikian, manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan
pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai”
mewujudkan dirinya sebagai manusia (prinsip historisitas). Bersamaan dengan
hal di atas, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi
manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-
citakan atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum
terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan (prinsip idealitas).
Permasalahan manusia, apakah ia harus dididik dan apakah manusia dapat dididik
menyangkut permasalahan antropologi filsafi, yang mempersoalkan hakikat
manusia itu sendiri, yaitu apakah manusia sebagai makhluk social, makhluk
individual, makhluk ciptaan Tuhan YME, sebagai makhluk yang berakal, atau
10
sebagai makhluk yang potensial. Persoalan ini akan memunculkan berbagai
alternative jawaban dan tindakan manusia, yang salah satunya melalui
pendidikan.
Permasalahannya adalah apakah dengan tindakan pendidikan semua
persoalan kehidupan manusia menjadi lengkap dan sempurna? Oleh karena itu,
banyak para filosof yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang
belum selesai, khususnya para filosof eksistensialisme. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Tatang Syaripudin baik dalam Tesis maupun dalam Landasan
Pendidikan (1994, 208) bahwa “Manusia belum selesai menjadi manusia, ia
dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya
menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri.
“Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian
kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959).
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan
identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum (M.J.Langeveld,
1980).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk
yang membutuhkan penyempurnaan sebagai manusia melalui pendidikan, dan
kebutuhan untuk mengembangkan dirinya melalui upaya yang terus menerus
menggali potensi dengan proses mendidik diri. Dua prinsip ini yang oleh MJ.
Langeveld disebut sebagai “Animal educandum dan Animal Educabile”.
Selanjutnya Tatang Syaripudin (1994) menyatakan “ada tiga prinsip antropologis
10
yang menjadi asumsi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlu
mendidik diri, yaitu :
a. prinsip historisitas,
b. prinsip idealitas, dan
c. prinsip posibilitas/aktualitas.
2.3 Manusia Sebagai Mahluk Yang Dapat Dididik
Suatu fakta yang jarang orang mempertanyakan kembali tentang
hakikatmanusia apakah harus dididik dan dapat dididik, karena ketidak pedulian
orang atau keawaman orang terhadap permasalahan pendidikan. Para ahli
pendidikan, kapanpun dan dimanapun akan berorientasi pada landasan filsafat
antropologis yang memberikan pandangan tentang potensi-potensi manusia yang
dapat dikembangkan melalui upaya pendidikan. Demikian pula, para ahli
kedokteran dan fisiologi akan lebih berkonsentrasi pada upaya menyelidiki
tentang berbagai rahasia yang ada pada fisik manusia, sehingga mampu
menemukan berbagai obat atau metode penyembuhan sakit fisik manusia.
Permasalahan apakah manusia akan dapat dididik ? Pertanyaan tersebut
menuntut jawaban dengan prinsip-prinsip Antropologis apakah yang
melandasinya. Berdasarkan itu, Tatang Syaripudin (1994), mengemukakan lima
prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik,
yaitu, prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip individualitas, prinsip
sosialitas, dan prinsip moralitas. MI. Soelaeman (1984) mengemukakan 3 prinsip,
10
yaitu ; prinsip, individualitas, sosialitas, dan moralitas. Sementara La Sulo (1994)
mengemukakan 4 prinsip, yaitu prinsip individualitas, sosialitas, moralitas, dan
prinsip keberagamaan. Prinsip keberagamaan tidak serta merta tercakup dalam
prinsip moralitas, sebab ada moral yang bersumber dari filsafat atau bentuk-
bentuk moral ilmu pengetahuan. Marilah kita ikuti uraian prinsip-prinsip
antropologi yang dikemukakan oleh Tatang Syaripudin dalam Tesis (1994), dan
Landasan Pendidikan (2008) berikut ini :
a. Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal.
Sosok manusia ideal tersebut antara lain adalah manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, bermoral/berakhlak
mulia, cerdas, berperasaan, berkemauan, mampu berkarya, dst.. Di
pihak lain, manusia memiliki berbagai potensi, yaitu: potensi untuk
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk mampu
berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, dan potensi karya. Sebab itu,
manusia akan dapat dididik karena ia memiliki potensi untuk menjadi
manusia ideal.
b. Prinsip Dinamika
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam
rangka membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia
ideal. Di pihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki
dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik
10
dalam aspek fisiologik mau-pun spiritualnya. Ia selalu menginginkan
dan mengejar sega-la hal yang lebih dari apa yang telah ada atau
yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri
agar menjadi manusia ideal, baik dalam rangka
interaksi/komunikasinya secara horisontal maupun vertikal.. Karena
itu dinamika manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat didik.
c. Prinsip Individualitas
Praktek pendidikan merupakan upaya membantu manusia
(peserta didik) yang antara lain diarahkan agar ia mampu menjadi
dirinya sendiri. Dipihak lain, manusia (peserta didik) adalah individu
yang memiliki ke-diri-sendirian (subyektivitas), bebas dan aktif
berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Sebab itu, individualitas
mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
d. Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan nteraksi /
komunikasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta didik).
Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan
pendidik dan diterima peserta dididik. Telah Anda pahami, hakikatnya
manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya.
Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi
huhungan pengaruh timbal balik di mana setiap individu akan
10
mene-rima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas
mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
e. Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan
sistem norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan
agar manusia berakhlak mulia ; agar manusia berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama,
masyarakat dan budayanya. Di pihak lain, manusia berdimensi
moralitas, manusia mampu membedakan yang baik dan yang jahat.
Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan
dapat dididik.
f. Prinsip Keberagamaan/religiusitas
Bagi umat beragama meyakini bahwa semua yang ada di alam
semesta ini adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa, ini berbeda
denga aliran evolusionistik yang berargumen bahwa segala yang ada
di dunia ini terjadi dengan sendirinya melalui proses panjang dengan
hukum alam. Mereka lupa bahwa evolusi dari binatang tidak semua
mencapai kesempurnaan, sementara evolusi manusia menuju ke
kesempurnaan. Ada dua atau lebih proses evolusi, dimana ada yang
menuju ke kehancuran dan ada yang tidak berevolusi, dan ada yang ke
kesempurnaan/ keunggulan.
10
Atas dasar berbagai asumsi di atas, jelas kiranya bahwa
manusia akan dapat dididik, sehubungan dengan ini M.J. Langeveld
(1980) memberikan identitas kepada manusia sebagai “Animal
Educabile”. Dengan mengacu pada asumsi ini diharapkan kita tetap
sabar dan tabah dalam melaksanakan pendidikan. Andaikan saja Anda
telah melaksanakan upaya pendidikan, sementara peserta didik belum
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, Anda seyogyanya
tetap sabar dan tabah untuk tetap mendidiknya. Dalam konteks ini,
Anda justru perlu introspeksi diri, barangkali saja terjadi kesalahan-
kesalahan.
Demikianlah prinsip-prinsip yang melandasi perlunya anak
manusia mendapat bantuan pendidikan, yang tentunya tidak
mengabaikan prinsip-prinsip antropologis lainnya selama prinsip
tersebut memperkuat kaidah-kaidah pentingnya pendidikan bagi
manusia.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Alat peraga adalah alay yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran
yang bertujuan untum memperjelas maksud dan tujuan suatu hal yang dijelaskan
oleh guru. Alat peraga memiliki banyak fungsi dan daya tarik dalam kegiatan
belajar mengajar, oleh karena itu penggunaan alat peraga sangat membantu
dalam proses belajar, selain karna menggunakannya mudah biaya yang
dibutuhkan pun murah.
3.2 Saran
Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini, karena dengan
bersyukur bisa menentramkan dan mendamaikan jiwa. Jika apa yang kita
inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita capai maka bersabarlah dan terus
berjuang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin Dinn, Dkk. (2003). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195009081981011Y.
_SUYITNO/FILSAFAT_PENDIDIKAN_Utama_I.pdf (Diakses
tanggal 08 Oktober 20013 )
10
10

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifBab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifRoyadi Nusa
 
Makalah manajemen peserta didik
Makalah manajemen peserta didikMakalah manajemen peserta didik
Makalah manajemen peserta didikArfa Mantoeng
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuRahmitha Solihat
 
Konsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi IndonesiaKonsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi IndonesiaApri'Leo Pasoepati
 
pengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikanpengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikaniwan Alit
 
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling  MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling  MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...Hudenk Hudunx
 
Resume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikan
Resume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikanResume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikan
Resume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikanAmalia Agustina
 
Pancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasiPancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasiFathur Rohman
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)setyawatiDK
 
Karakteristik Sosok Manusia Ideal
Karakteristik Sosok Manusia IdealKarakteristik Sosok Manusia Ideal
Karakteristik Sosok Manusia IdealYuni Ratnasari
 
Tugas 4 evaluasi pembelajaran pkn
Tugas 4 evaluasi pembelajaran pknTugas 4 evaluasi pembelajaran pkn
Tugas 4 evaluasi pembelajaran pknNina Ruspina
 
Angket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolahAngket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolah28DEKY
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajarandhea_nattasha
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuPutriAgilya
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasaraudiasls
 
Tokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islam
Tokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia IslamTokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islam
Tokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islambulan purnama
 

Mais procurados (20)

4. teori-belajar
4. teori-belajar4. teori-belajar
4. teori-belajar
 
Bab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifBab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatif
 
Makalah manajemen peserta didik
Makalah manajemen peserta didikMakalah manajemen peserta didik
Makalah manajemen peserta didik
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
 
Duta & 4B
Duta & 4BDuta & 4B
Duta & 4B
 
Konsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi IndonesiaKonsep dan prinsip demokrasi Indonesia
Konsep dan prinsip demokrasi Indonesia
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
pengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikanpengertian dan macam-macam alat pendidikan
pengertian dan macam-macam alat pendidikan
 
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling  MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling  MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
 
Resume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikan
Resume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikanResume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikan
Resume hakikat manusia, landasan, dan asas pendidikan
 
Pancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasiPancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasi
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
 
Karakteristik Sosok Manusia Ideal
Karakteristik Sosok Manusia IdealKarakteristik Sosok Manusia Ideal
Karakteristik Sosok Manusia Ideal
 
Tugas 4 evaluasi pembelajaran pkn
Tugas 4 evaluasi pembelajaran pknTugas 4 evaluasi pembelajaran pkn
Tugas 4 evaluasi pembelajaran pkn
 
Angket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolahAngket kedisiplinan siswa disekolah
Angket kedisiplinan siswa disekolah
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Aliran kritisisme
Aliran kritisismeAliran kritisisme
Aliran kritisisme
 
Tokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islam
Tokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia IslamTokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islam
Tokoh-tokoh Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islam
 

Semelhante a Manusia dan Pendidikan

Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikanbigbossjava
 
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikanProses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikanNadya Mastrin
 
148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalismeWarnet Raha
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanWali Min
 
Manusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptxManusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptxbambanggunawan39
 
pengantar pendidikan
pengantar pendidikanpengantar pendidikan
pengantar pendidikantrisca
 
Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia Sebagai Makhluk BudayaManusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia Sebagai Makhluk Budayaabu hanafie
 
Bab iv filsafat
Bab iv filsafatBab iv filsafat
Bab iv filsafatMask Kur
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanIwanAr
 
PPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptx
PPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptxPPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptx
PPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptxRohmiArdiansah
 
ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODREN
ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODRENALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODREN
ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODRENUNESA
 

Semelhante a Manusia dan Pendidikan (20)

Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikan
 
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikanProses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
Proses hidup dan kehidupan sebagai dasar filsafat pendidikan
 
148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme
 
Makalah naturalisme dan abstraksi
Makalah naturalisme dan abstraksiMakalah naturalisme dan abstraksi
Makalah naturalisme dan abstraksi
 
148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme
 
148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikan
 
148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme148147943 makalah-naturalisme
148147943 makalah-naturalisme
 
Manusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptxManusia dan Pendidikan.pptx
Manusia dan Pendidikan.pptx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
pengantar pendidikan
pengantar pendidikanpengantar pendidikan
pengantar pendidikan
 
Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia Sebagai Makhluk BudayaManusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia Sebagai Makhluk Budaya
 
Bab iv filsafat
Bab iv filsafatBab iv filsafat
Bab iv filsafat
 
Manusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikanManusia dan pendidikan
Manusia dan pendidikan
 
PPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptx
PPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptxPPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptx
PPT FILSAFAT PENDIDIKAN KELOMPOK 5.pptx
 
Aliran prenialisme
Aliran prenialisme Aliran prenialisme
Aliran prenialisme
 
Tugas mandiri filsafat
Tugas mandiri filsafatTugas mandiri filsafat
Tugas mandiri filsafat
 
Filsafat Islam
Filsafat IslamFilsafat Islam
Filsafat Islam
 
ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODREN
ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODRENALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODREN
ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODREN
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 

Mais de Potpotya Fitri

LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)Potpotya Fitri
 
Konsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanKonsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanPotpotya Fitri
 
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanSentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanPotpotya Fitri
 
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIAPotpotya Fitri
 
Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriPotpotya Fitri
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANPotpotya Fitri
 
Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPotpotya Fitri
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganPotpotya Fitri
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPotpotya Fitri
 
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHNAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHPotpotya Fitri
 
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGPotpotya Fitri
 

Mais de Potpotya Fitri (20)

LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
 
Konsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanKonsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahan
 
Bimbingan Konsling
Bimbingan KonslingBimbingan Konsling
Bimbingan Konsling
 
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanSentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
 
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
 
JENIS KIT IPA
JENIS KIT IPAJENIS KIT IPA
JENIS KIT IPA
 
Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
 
Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajar
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkungan
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokok
 
Hewan dan lingkungan
Hewan dan lingkunganHewan dan lingkungan
Hewan dan lingkungan
 
Bumi dan tata surya
Bumi dan tata suryaBumi dan tata surya
Bumi dan tata surya
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHNAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
 
SUMAH, GIBAH , FITNAH
SUMAH, GIBAH , FITNAHSUMAH, GIBAH , FITNAH
SUMAH, GIBAH , FITNAH
 
IFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAHIFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAH
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
 

Último

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 

Último (20)

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 

Manusia dan Pendidikan

  • 1. 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk yang dapat dididik dan mendidik dengan kemampuannya manusia bisa menciptakan segala hal. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang manusia sebagai insane pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapatditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan ? 1.2.2 Bagaimana gambaran manusia sebagai mahluk yang perlu dididik dan mendidik diri ? 1.2.3 Bagaimanakah manusia yang dapat dididik itu ? 1.3 Tujuan Penulisan Dengan adanya makalah ini saya khususnya dan anda pada umumnya diharapkan mengerti arti dari manusia sebagai insan pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat.
  • 2. 10 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Manusia Dan Kebutuhannya Akan Pendidikan Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable. Artinya, pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang dapat dididik. Disamping itu menurut Lavengel, manusia juga bisa disebut animal educandum yang artinya manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang harus dididik, dan homo educandus yang bermakna bahwa manusia merupakan mahluk yang bukan hanya harus dididik tetapi juga harus dan dapat mendidik. Deskripsi diatas mengungkapkan secara jelas bahwa ada mata rantai yang erat antara hakikat manusia dengan garapan pendidikan sebagai salah satu satu usaha sadar untuk lebih memanusiakan manusia. Garapan pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Pendidikan telah dianngap sebagai salah satu hak asasi manusia yang harus dipenuhi. Persoalannya adalah mengapa garapan pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, mengapa manusia harus dididik danharus mendidik. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi sebagai berikut : a. Hakikat Anak Sebagai Manusia Manusia yang lahir dalam keadaan serba lemah. Ia belum dapat berdiri sendiri, belum bisa mencari makan sendiri. Semuanya dalam keadaaan serba bergantung kepada orang lain. Walau demikian dia telah menunjukkan keunikannya kendati dalam takaran yang sederhana. Pada saat ia lahir di dalam kandungan ibunya ia
  • 3. 10 telah mengekspresikan dirinya dalam bentuk tangis atau gerakan- gerakan tertentu. b. Manusia Dengan Sifat Kemanusiaannya Kegiatan mendidik adalah sifat khas yang dimiliki manusia. Immanuel Kant mengatakan “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap ank terlantar yang dalam perkembangannya menjadi anak liar. c. Manusia Sebagai Mahluk Budaya Manusia dengan budi, rasa dan karsanya menciptakan kebudayaan. Agar manusia dapat hidupmenghayati dunia kebudayaaan tadi, manusia patut dilengkapi dengan nilai-nilai atau norma kebudayaan yang sepatutnya disampaikan dalam garapan pendidikan. Dengan demikian pendidikan pada hakikatnya adalah proses yang berkesinambungan yang mengangkat harkat dan martabat manusia dari dunia alam (the world of nature) menuju kehidupan yang bercirikan kebudayaan (the world of culture). Aliran kebudayaan dalam pendidikan ini dipeloporioleh Spranger, yang mengutamakan masalah penyampaian norma, nilai keagamaan, ilmu pengetahuan, serta kesenian. Ragam pemahaman tentang hakikat manusia adalah :
  • 4. 10 a. Homo Sapiens Pemahaman hakikat manusia sebagai mahluk yang bijaksana dan dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia yang memiliki akal, fikiran, rasio, daya nalar, cipta, rasa dan karsa. Sehingga manusia mampu mengembangkan dirinyasebagai manusia seutuhnya. b. Homo Faber pemahaman tentang hakikat manusia sebagai mahluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan keterampilannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu sebagai produsen dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya. c. Homo Religious Pandangan tentang manusia dan hakikat manusia sebagai mahluk yang beragama, manusia diciptakan oleh Tuhan dimuka bumi ini sebagai mahluk yang sempurna. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikir, bertindak, dan menentukan mana yang baik dan benar. d. Homo Homini Socius Kendati sosok manusia sebagai mahluk individu, mahluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu
  • 5. 10 dengan yang lain, namun pada saat yang bersamaan manusia juga sebagai kawan social bagi mahluk yang lainnya e. Manusia Sebagai Mahkuk Etis Dan Estetis Hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma- norma social dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai mahluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang memiliki cita, rasa dan dimensi keindahan estetika lainnya. Jadi, kenapa manusia membutuhkan pendidikan ? a. Anak manusia lahir dengan bermacam-macam potensi b. Agar potensi sebagai modal dasar dapat berkembang maka perlu bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari orang-orang yang bertanggung jawab. c. Pendidikan bertujuan membantu mengembangkan potensi kearah yang lebih baik. d. Pendidikan tidak hanya berarti penyampaian pengetahuan tetapi merekomendasikan nilai-nilai.
  • 6. 10 e. Manusia tidak akan menjadi manusia kalau tidak dibesarkan dalam lingkungan manusia. 2.2 Keharusan Manusia Sebagai Mahluk Yang Perlu Dididik Dan Mendidik Diri Ada berbagai pandangan yang menginterpretasikan manusia sebagai makhluk, baik makhluk social, individual, politik, berakal, berbicara, dan lain- lain. Dalam kajian ini erat kaitannya dengan permasalahan pendidikan yang mengasumsi- kan bahwa manusia harus dididik. Sebagaimana dijelaskan oleh Tatang Syaripudin (2008), dan MI.Soelaeman (1985) bahwa eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai” mewujudkan dirinya sebagai manusia (prinsip historisitas). Bersamaan dengan hal di atas, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita- citakan atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan (prinsip idealitas). Permasalahan manusia, apakah ia harus dididik dan apakah manusia dapat dididik menyangkut permasalahan antropologi filsafi, yang mempersoalkan hakikat manusia itu sendiri, yaitu apakah manusia sebagai makhluk social, makhluk individual, makhluk ciptaan Tuhan YME, sebagai makhluk yang berakal, atau
  • 7. 10 sebagai makhluk yang potensial. Persoalan ini akan memunculkan berbagai alternative jawaban dan tindakan manusia, yang salah satunya melalui pendidikan. Permasalahannya adalah apakah dengan tindakan pendidikan semua persoalan kehidupan manusia menjadi lengkap dan sempurna? Oleh karena itu, banyak para filosof yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang belum selesai, khususnya para filosof eksistensialisme. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Tatang Syaripudin baik dalam Tesis maupun dalam Landasan Pendidikan (1994, 208) bahwa “Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri. “Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum (M.J.Langeveld, 1980). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang membutuhkan penyempurnaan sebagai manusia melalui pendidikan, dan kebutuhan untuk mengembangkan dirinya melalui upaya yang terus menerus menggali potensi dengan proses mendidik diri. Dua prinsip ini yang oleh MJ. Langeveld disebut sebagai “Animal educandum dan Animal Educabile”. Selanjutnya Tatang Syaripudin (1994) menyatakan “ada tiga prinsip antropologis
  • 8. 10 yang menjadi asumsi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlu mendidik diri, yaitu : a. prinsip historisitas, b. prinsip idealitas, dan c. prinsip posibilitas/aktualitas. 2.3 Manusia Sebagai Mahluk Yang Dapat Dididik Suatu fakta yang jarang orang mempertanyakan kembali tentang hakikatmanusia apakah harus dididik dan dapat dididik, karena ketidak pedulian orang atau keawaman orang terhadap permasalahan pendidikan. Para ahli pendidikan, kapanpun dan dimanapun akan berorientasi pada landasan filsafat antropologis yang memberikan pandangan tentang potensi-potensi manusia yang dapat dikembangkan melalui upaya pendidikan. Demikian pula, para ahli kedokteran dan fisiologi akan lebih berkonsentrasi pada upaya menyelidiki tentang berbagai rahasia yang ada pada fisik manusia, sehingga mampu menemukan berbagai obat atau metode penyembuhan sakit fisik manusia. Permasalahan apakah manusia akan dapat dididik ? Pertanyaan tersebut menuntut jawaban dengan prinsip-prinsip Antropologis apakah yang melandasinya. Berdasarkan itu, Tatang Syaripudin (1994), mengemukakan lima prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu, prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip individualitas, prinsip sosialitas, dan prinsip moralitas. MI. Soelaeman (1984) mengemukakan 3 prinsip,
  • 9. 10 yaitu ; prinsip, individualitas, sosialitas, dan moralitas. Sementara La Sulo (1994) mengemukakan 4 prinsip, yaitu prinsip individualitas, sosialitas, moralitas, dan prinsip keberagamaan. Prinsip keberagamaan tidak serta merta tercakup dalam prinsip moralitas, sebab ada moral yang bersumber dari filsafat atau bentuk- bentuk moral ilmu pengetahuan. Marilah kita ikuti uraian prinsip-prinsip antropologi yang dikemukakan oleh Tatang Syaripudin dalam Tesis (1994), dan Landasan Pendidikan (2008) berikut ini : a. Prinsip Potensialitas Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal tersebut antara lain adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, bermoral/berakhlak mulia, cerdas, berperasaan, berkemauan, mampu berkarya, dst.. Di pihak lain, manusia memiliki berbagai potensi, yaitu: potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk mampu berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, dan potensi karya. Sebab itu, manusia akan dapat dididik karena ia memiliki potensi untuk menjadi manusia ideal. b. Prinsip Dinamika Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam rangka membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik
  • 10. 10 dalam aspek fisiologik mau-pun spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar sega-la hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi manusia ideal, baik dalam rangka interaksi/komunikasinya secara horisontal maupun vertikal.. Karena itu dinamika manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat didik. c. Prinsip Individualitas Praktek pendidikan merupakan upaya membantu manusia (peserta didik) yang antara lain diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya sendiri. Dipihak lain, manusia (peserta didik) adalah individu yang memiliki ke-diri-sendirian (subyektivitas), bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Sebab itu, individualitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik. d. Prinsip Sosialitas Pendidikan berlangsung dalam pergaulan nteraksi / komunikasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta didik). Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Telah Anda pahami, hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi huhungan pengaruh timbal balik di mana setiap individu akan
  • 11. 10 mene-rima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik. e. Prinsip Moralitas Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia ; agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya. Di pihak lain, manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan yang baik dan yang jahat. Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik. f. Prinsip Keberagamaan/religiusitas Bagi umat beragama meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa, ini berbeda denga aliran evolusionistik yang berargumen bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi dengan sendirinya melalui proses panjang dengan hukum alam. Mereka lupa bahwa evolusi dari binatang tidak semua mencapai kesempurnaan, sementara evolusi manusia menuju ke kesempurnaan. Ada dua atau lebih proses evolusi, dimana ada yang menuju ke kehancuran dan ada yang tidak berevolusi, dan ada yang ke kesempurnaan/ keunggulan.
  • 12. 10 Atas dasar berbagai asumsi di atas, jelas kiranya bahwa manusia akan dapat dididik, sehubungan dengan ini M.J. Langeveld (1980) memberikan identitas kepada manusia sebagai “Animal Educabile”. Dengan mengacu pada asumsi ini diharapkan kita tetap sabar dan tabah dalam melaksanakan pendidikan. Andaikan saja Anda telah melaksanakan upaya pendidikan, sementara peserta didik belum dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, Anda seyogyanya tetap sabar dan tabah untuk tetap mendidiknya. Dalam konteks ini, Anda justru perlu introspeksi diri, barangkali saja terjadi kesalahan- kesalahan. Demikianlah prinsip-prinsip yang melandasi perlunya anak manusia mendapat bantuan pendidikan, yang tentunya tidak mengabaikan prinsip-prinsip antropologis lainnya selama prinsip tersebut memperkuat kaidah-kaidah pentingnya pendidikan bagi manusia.
  • 13. 10 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Alat peraga adalah alay yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untum memperjelas maksud dan tujuan suatu hal yang dijelaskan oleh guru. Alat peraga memiliki banyak fungsi dan daya tarik dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu penggunaan alat peraga sangat membantu dalam proses belajar, selain karna menggunakannya mudah biaya yang dibutuhkan pun murah. 3.2 Saran Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini, karena dengan bersyukur bisa menentramkan dan mendamaikan jiwa. Jika apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita capai maka bersabarlah dan terus berjuang.
  • 14. 10 DAFTAR PUSTAKA Wahyudin Dinn, Dkk. (2003). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195009081981011Y. _SUYITNO/FILSAFAT_PENDIDIKAN_Utama_I.pdf (Diakses tanggal 08 Oktober 20013 )
  • 15. 10
  • 16. 10