2. Causes (Campaign Strategic)
Dari fakta data yang dikumpulkan periode bulan April-Juni 2014 pada sarana antara lain: Udara (73%): twitter (33%), web/blog (20%),
Facebook (12%), dan lainnya (8%) dan Darat (27%): media cetak (15%) dan lainnya (12%). Terbaca bahwa pihak JKW-JK lebih banyak
melakukan rekayasa di udara dibandingkan pihak Pra-HaRa terutama soal pengkondisian dizolimi, pihak Pra-HaRa lebih banyak
melaksanakan serangan darat ketimbang pihak JKW-JK terutama persoalan negative campaign, dan terbaca bahwa pihak JKW-JK lebih
banyak membalas atau menangkis serangan karena tentunya serangan yang berasal dari diri sendiri dan pihak Pra-HaRa.
3. Causes (Death Issues Strategic)
Dari fakta data lisan yang dirangkumkan periode bulan Feb-Juni 2014 dari darat bahwa masyarakat telah terbentuk opini kepada
kedua kandidat terutama soal personal capres mengenai isu-isu atau fakta yang digulirkan oleh kedua tim. Dan masyarakat
ternyata lebih termakan isu tentang Prabowo sejak lama dibandingkan Jokowi yang belum terbentuk optimal karena baru
muncul. Ini mengapa terkesan Jokowi adalah pembaharuan atau antitesa dari Prabowo.
Prabowo-Hatta Rajasa Jokowi-Jusuf Kalla
Kasus HAM masa lalu Kasus korupsi pengadaan bis
Pemimpin gagal (gagal di
keluarga, karir, usaha, dan
manajemen organisasi)
Isu mengenai latar belakang
keluarga, ras, dan agama
Pemimpin tempramental /
diktator
Pemimpin kelas lapangan /
tidak kompeten
Suka bermewahan / pro kaum
borjuis
Pemimpin memalukan soal
penampilan
“Tidak bisa punya anak” Tidak tegas / tidak berprinsip
Pro Orba / Pro korupsi Ambisius kekuasaan
Tidak merakyat Keberpihakan pada anti islam
4. Causes (Vision Strategic)
Dari fakta data interview kepada tokoh / ahli yang independen baik lokal atau daerah, periode bulan mei-Juni 2014 bahwa dari visi
misi yang diserahkan ke KPU atau terlihat di media elektronik, para narasumber dengan objektif dan berlatar belakang
keahlian tertentu menyimpulkan antara lain: Pra-HaRa diyakini akan mampu menjalankan bidang politik, ekonomi, budaya,
dan hankam sedangkan JKW-JK diyakini mampu menjalankan bidang sosial, teknologi, ideologi, hukum, dan HAM.
5. Brand (Identity Strategic)
Dari fakta data dengan bantuan alat peraga kepada responden yang punya hak pilih periode bulan Mei-Juni 2014 bahwa JKW-JK
dengan slogan jujur, merakyat, dan sederhana lebih mengena dari pada Pra-HaRa yang belum launching slogan. Tetapi, untuk
tagline Indonesia Bangkit milik Pra-HaRa lebih unggul dari pada Indonesia Hebat milik JKW-JK. Sedangkan Kostum yang
dikenakan Jokowi yakni kotak-kotak lebih mudah diingat ketimbang Prabowo yang mengenakan putih bersama Hatta Rajasa.
Terkait Simbol, angka no urut 1 (satu) diyakini bisa mempengaruhi dari pada pasangan no urut 2.
6. Brand (Merk Strategic)
Dari fakta data dari kantung-kantung suara yang punya hak pilih dengan alat bantu untuk periode bulan Mei-Juni 2014 bahwa JKW-
JK unggul mengenai dekat dan peduli sedangkan untuk Pra-HaRa lebih kepada berani dan tegas. Hal ini mempengaruhi pilihan
masyarakat baik yang sudah memiliki kedekatan dengan partai politik ataupun belum menentukan pilihan. Mereka cenderung
akan lebih memilih yang peduli dan dekat. Inilah mengapa JKW-JK masih unggul dalam elektabilitas.
7. Election (Polling)
Dari fakta data dengan metoda menggunakan buku telkom untuk dihubungi via telepon lokal dan interlokal kepada responden
secara nasional dengan sistem acak di seluruh propinsi yang punya hak pilih periode bulan Mei-Juni 2014 bahwa JKW-JK
(47%) memiliki elektabilitas yang lebih unggul dari pada Pra-HaRa (41%). Namun, yang menjadi catatan adalah adanya selisih
cuma 6% dan yang belum tentukan adalah 12%. Kemungkinan adalah, Pra-HaRa yang menang, atau JKW-JK yang menang,
atau terjadi putaran ke dua.
8. Rekomendasi
• Pihak Prabowo-Hatta Rajasa harus lebih gencar
dalam serangan darat agar negative campaign
lebih meluas ke pintu-pintu rumah di penjuru
Indonesia. Sehingga akan terbuka lebih jelas
mengenai Jokowi.
• Bagi Jokowi-Yusuf Kalla harus bisa menangkis
atau membalas serangan darat yang dilancarkan
pihak lain. Perang udara sudah tidak efektif bagi
kalangan menengah atas yang sudah
tercerdaskan oleh kubu media yang sudah
berpihak kepada kedua calon.
9. Rekomendasi
• Penentuan tetap ada pada figur calon pasangan
dan perang di darat serta adanya kontrak politik
baik berupa transaksional atau money politic di
akar rumput.
• Namun, pemilih cerdas lebih berat terhadap
pertimbangan sosok yang memiliki
kecenderungan mampu menjalankan roda
pemerintahan secara efektif dan bisa lebih
mengembangkan demokrasi serta mewujudkan
pemerataan kesejahteraan.