SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Praktikum
1
I
Setelah menyelesaikan kegiatan praktikum 1, diharapkan
Anda mampu mememahami cara pengelolaan spesimen
tinja, melakukan pemeriksaan makroskopis, dan
mikroskopis tinja untuk parasit cacing.
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah mempelajari pembelajaran
yang diuraikan pada Kegiatan
Praktikum 1, Anda diharapkan mampu
1.	 Menjelaskan cara pengumpulan,
penanganan dan pengiriman
spesimen tinja
2.	 Menjelaskanprosedurpemeriksaan
tinja makroskopis
3.	 Menjelaskanprosedurpemeriksaan
tinja mikroskopis secara langsung
A.	 Pokok – Pokok Materi
1.	 Pengelolaan spesimen tinja.
2.	 Pemeriksaan tinja makroskopis
3.	 Pemeriksaa tinja mikrokopis
langsung
4.	 Pemeriksaan tinja cara
pengapungan
5.	 Pemeriksaan anal swab
Pemeriksaan Parasit Cacing
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1.	 Pengelolaan Spesimen Tinja
Untuk mendapatkan spesimen feses/tinja yang benar, penting untuk
memberikan penjelasan pada pasien tentang cara pengambilan tinja, yaitu:
a.	 Feses tidak boleh tercampur dengan air kloset (karena dapat mengandung
organisme bentuk bebas yang menyerupai parasit manusia) atau urin (karena
urin dapat menghancurkan organisme – organisme yang bergerak)
b.	 Bila memungkinkan, dianjurkan pada pasien agar pada saat buang air besar, feses
langsung ditampung dalam wadah. Bila tidak, feses ditampung di alas plastik,
lalu diambil sebanyak 5 gram atau satu sendok teh dari tinja yang berlendir atau
berdarah dan masukkan ke dalam wadah.
c.	 Untuk menjaga agar contoh feses tidak cepat mengering.
d.	 Penampung /sediaan wadah harus bersih, kering, seyogyanya bermulut lebar dan
tertutup (agar tidak mudah tumpah). Untuk setiap pemeriksaan, bisa diberikan
pada pasien salah satu dari penampung berikut :
1)	 Kardus yang berlapis lilin
2)	 Kaleng yang bertutup
3)	 Penampung dari bahan plastik yang ringan
4)	 Botol gelas yang khusus dibuat untuk penampugan spesimen feses, yang
dilengkapi sendok yang melekat pada tutupnya.
e.	 Beri label pada wadah, feses dikirim bersama formulir permintaan pemeriksaan.
Spesimen feses setelah dikumpulkan harus diperiksa sesegera mungkin (dalam
waktu 15 menit, maksimum 1 jam setelah pengumpulan). Bila menerima beberapa
contoh feses pada waktu bersamaan, dahulukan pemeriksaan feses cair atau feses yang
mengandung darah atau berlendir (bisa jadi mengandung amuba yang motil yang cepat
mengalami kematian. Spesimen yang paling baik adalah feses segar, dan spesimen feses
hendaknya disimpan dalam lingkungan yang hangat karena dalam lingkungan dingin
gerak amuboidnya berkurang.
Uraian Materi
3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3
Spesimen dengan pengawet. Bila tinja tidak dapat segera diperiksa, spesimen
sebaiknya diberi pengawet, dengan tujuan mengawetkan morfologi protozoa dan
mencegah berkembangnya telur /larva. Beberapa larutan pengawet yang umum
digunakan adalah :
1)	 Formalin 5% atau 10%.
Biasanya 5% untuk mengawetkan protozoa; 10% untuk telur dan larva cacing.
Pemeriksaan spesimen hanya dapat dilakukan melalui sediaan basah saja.
2)	 Merthiolate-Iodine-Formalin (MIF).
Baik untuk berbagai stadium dan semua jenis sampel. Terutama digunakan
dilapangan, pemeriksaan spesimen biasanya dilakukan melalui sediaan basah.
3)	 Sodium Acetate-Acetic Acid-Formalin (SAF).
Mirip formalin 10%, digunakan untuk teknik konsentrasi dan sediaan pulas permanen
(HE). Bisa digunakan sebagai pengawet tunggal di laboratorium karena telur, larva,
cacing, kista dan trofozoit bisa diawetkan dengan metode ini
4)	 Schaudinn.
Digunakan untuk spesimen tinja segar atau sampel dari permukaan mukosa usus à
dibuat sediaan hapusan permanen.
5)	 Polyvinyl Alkohol (PVA).
Biasanya digunakan bersama dengan Schaudinn. Keuntungan: dapat dibuat sediaan
hapus dengan pulasan permanen. Sangat dianjurkan untuk pemeriksaan Kista dan
Trofozoit yang akan diperiksa dikemudian hari (jika perlu waktu pengiriman yang
lama).
Cara pengawetan tinja adalah sebagai berikut :
a)	 Pembuatan Larutan PVA. Tambahkan 10 gram bubuk PVA ke dalam campuran
62,5 ml etil alkohol 95% dengan 125 ml larutan merkuri klorida, dan 10 ml asam
cuka glasial, dan 3 ml gliserin. Tanpa diaduk, panaskan secara perlahan sampai
suhu mencapai 75oC, baru diaduk sampai homogen.
b)	 Tuangkan 30 ml PVA ke dalam botol ( ± ¾ volume botol).
c)	 Tambahkan spesimen tinja segar, sehingga botol penuh ( ± ¼ volume botol).
d)	 Hancurkan dan ratakan tinja dengan cara diaduk dengan pengaduk gelas.
4
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
e)	 Diamkan botol yang berisi tinja dan larutan PVA minimal selama 30 menit.
f)	 Pengawetan ini bisa untuk semua parasit, dan bisa dipertahankan dalam jangka
waktu yang lama.
2.	 Pemeriksaan Makroskopis Tinja
Pemeriksaan Tinja makroskopis dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan
mikroskopis, dengan memperhatikan konsistensi (keras, lunak, cair), warna (kuning,
putih, hijau/hitam) dan tanda – tanda abnormal (bau tinja; amis seperti ikan, atau bau
busuk), lendir, darah, nanah, potongan jaringan, sisa makanan (lemak, serat2; sisa
obat: zat besi, magnesium/barium) dan cacing). Cacing Enterobius (kremi) dan cacing
Ascaris (gelang), sering keluar bersama tinja dan dapat dikenali dengan mudah jika
cacingnya masih bergerak. Demikian pula dengan proglotid cacing pita. Namun pada
pemeriksaan yang terlambat, proglotid dapat mengering dan melingkar menyerupai
cacing gelang. Untuk mengembalikan ke bentuk semula dapat dibasahi dengan air.
Periksa satu rantai segmen untuk mengamati susunan dari lateral pore-nya.
Taenia saginata: tidak teratur
Taenia solium: teratur
Haemodium nana: pada sisi yang sama
D,cranium: dua pore pada sisi yang berlawanan pada masing-masing segmen.
3.	 Pemeriksaan Mikroskopis Tinja Secara Langsung
Pemeriksaan mikroskopis tinja dapat dilakukan dengan beberapa macam
pemeriksaan melalui tiga cara yaitu :
a.	 Cara langsung
Pemeriksaan sediaan basah dengan pengecatan langsung (Direct wet mount).
Pemeriksaan tinja mikroskopik langsung harus dilakukan sebelum dilakukan
pemeriksaan dengan metoda konsentrasi, karena bentukan parasit yang
motil tidak akan ditemukan pada sediaan konsentrasi
b.	 Cara konsentrasi
5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Jika jumlah parasit dalam spesimen tinja adalah rendah, pemeriksaan preparat
basahdirecttidakdapatmendeteksiparasit,makatinjaharusdikonsentrasi. Telur,
kista dan larva utuh setelah prosedur konsentrasi sedangkan trofozoit bisa
hancur selama proses. Pemeriksaan parasit yang sering kali disebut tehnik
memperkaya (Enrichment technique), memungkinkan untuk memeriksa dan
mendeteksi lebih banyak parasit dalam sedikit tinja. Terdapat tiga cara yang
dilakukan yaitu: pengapungan tinja /Fecal flotation), cara sedimentasi/ cara
endap dan cara biakan
c.	 Cara Pengenceran
Cara ini dipakai untuk menghitung jumlah telur cacing yang dikeluarkan
bersamaan dengan tinja. Ada kegunaan peghitungan jumlah telur cacing,
yaitu menetukan beratnya infeksi dan mengevaluai hasil pengobatan.
1.1	Pengecatan langsung (Direct wet mount)
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat
dan baik untuk infeksi yang berat, tetapi untuk infeksi yang ringan
sulit ditemukan telur-telurnya.
1)	 Alat dan bahan
a.	 Gelas obyek
b.	 Gelas penutup 20 mm x 20 mm
c.	 Lidi
d.	 Pensil untuk label
e.	 Larutan Nacl 0,9% (garam faali)
f.	 Larutan lugol iodin
g.	 Mikroskop
2)	 Prosedur pemeriksaan
1)	 Teteskan 1 tetes larutan garam faali dibagian tengah dari separo bagian
kiri kaca obyek; dan 1 tetes larutan lugol iodin dibagian tengah separoh
yang kanan.
6
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2)	 Ambil sedikit spesimen tinja menggunakan lidi.
a)	 Bila tinja berbentuk padat, ambil dari bagian dalam dan bagian
permukaan.
b)	Bila tinja berbentuk cair, ambil dari bagian permukaan cairan atau
permukaan berlendir
3)	 Campur spesimen tinja dengan larutan garam faali pada kaca obyek
sebelah kiri.
4)	 Ambil spesimen dan campur dengan larutan iodin pada kaca obyek
sebelah kanan.
5)	 Tutup masaing-masing spesimen dan kaca penutup (sedapat mungkin
hindari timbulnya gelembung udara) (gambar 1).
6)	 Periksa sediaan di bawah mikroskop
a)	 Untuk sediaan dengan larutan garam faali gunakan lensa obyek 10
kali dan 40 kali, dimulai dari sebelah pojok kiri atas.
b)	Untuk sediaan dengan larutan iodine, gunakan lensa obyek 40 kali.
c)	 Pada pemeriksaan telur yang tidak berwarna, untuk meningkatkan
kontras dapat dilakukan dengan pengurangan jumlah sinar dengan
mengatur celah kondensor atau merendahkan letak kondensor.
7)	 Untuk meyakinkan tidak ada lapang pandang yang terlewati, letakkan kaca
obyek pada tepi lapangan pandang dan gerakkan kaca obyek melintasi
microscope stage, periksa kaca obyek sampai tepi andangan yang lain
7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 1 : Pengecatan langsung (Direct wet mount)
1.2	Cara sediaan tebal kato
Sebagai pengganti kaca tutup pada teknik pengecatan langsung,
digunakan sepotong selofan. Dengan teknik ini lebih banyak telur
cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini
dianjurkan juga untuk pemeriksaan tinja secara massal karena lebih
sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat
diagnosis
1)	 Alat dan bahan
a.	 Kaca obyek
b.	 Kertas selofan ukuran 26 x 28 mm
c.	 Larutan untuk membuat selophane terdiri atas (100 ml gliserin,
100 ml air, 1ml larutan malakit dalam air 3%)
d.	 Rendam selofan dalam larutan tersebut di atas sebelum dipakai
selama > 24 jam
e.	 Spesimen tinja
f.	 Mikroskop
8
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2)	 Prosedur
a.	 Letakkan spesimen tinja 20 -50 mg (sebesar kacang tanah) di atas kaca
obyek.
b.	 Tutup tinja dengan kertas selofan
c.	 Tekan sediaan diantara kertas selofan dan kaca obyek dengan tutup botol
karet supaya tinja menjadi rata sampai menyebar di bawah selofan
d.	 Keringkan larutan yang berlebihan dengan kertas saring
e.	 Diamkan selama ½ - 1 jam pada suhu kamar
f.	 Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan cahaya terang (gambar 2)
Gambar 2 : Tehnik sediaan tebal (metoda Kato)
4.	 Pemeriksaan metode konsentrasi: cara apung (flotation methode)
Prinsip : tinja dicampur dengan larutan jenuh sodium klorida (larutan jenuh
garam dapur) dengan berat jenis 1200 gram/cc sehingga telur yang lebih ringan
daripada BJ larutan akan terapung di permukaan sehingga mudah dikumpulkan
dan kemudian diambil sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan ini hanya berhasil
untuk telur-telur Nematoda, Schistosoma, Dibothriocephalus, telur yang berpori-pori
dari famili Tainidae, telur-telur Acanthocephala ataupun telur Ascaris yang infertil
dan terutama dipakai untuk pemeriksaan feces yang mengandung sedikit telur.
Kerugiannya mengakibatkan larva dari Schistosoma sp, Strongyodes sp, Necator
americanus, Ancylostoma duodenale dan kista protozoa menjadi sangat menciut.
Sebaliknya, telur Opisthorchis sp dan Clonorchis sinensis berat jenisnya lebih besar
dari 1200 gram/cc sehingga mengendap.
9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1)	 Alat dan bahan
a.	 Botol volume 10 ml
b.	 Lidi
c.	 Kaca penutup
d.	 Etanol
e.	 Eter
f.	 Cawan petri
g.	 Larutan jenuh garam dapur (larutan Willis).
Cara pembuatan larutan Willis : campurkan 125 gram sodium klorida dengan
500 ml akuades. Panaskan campuran sampai titik didih dan biarkan dingin.
Bila semua garam telah larut, tambahkan 50 gram lagi. Saring dan simpan
dalam botol yang tertutup.
2)	 Prosedur
a.	 Siapkan kaca penutup bersih bebas dari lemak
b.	 Buat campuran 10 ml etanol 95% dan 10 ml eter
c.	 Tuangkan campuran tadi ke dalam cawan petri, dan masukkan ke dalamnya
30 kaca penutup satu persatu, kocok dan biarkan selama 10 menit
d.	 Keluarkan kaca penutup satu – persatu dan keringkan dengan kain kasa
dan simpan pada cawan petri yang kering.
e.	 Ambil spesimen tinja sebanyak ± 2 ml dan masukkan ke dalam botol.
f.	 Tuangkan larutan jenuh garam dapur ke dalam botol sampai ¼ volume
botol.
g.	 Dengan lidi atau pengaduk, hancurkan tinja dan campur dengan rata. Bila
terdapat serat-serat selulosa disaring terlebih dahulu dengan penyaring
teh
Selanjutnya ada 2 cara :
10
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
1)	 Didiamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan ose diambil larutan
permukaan dan ditaruh di atas kaca objek. Kemudian ditutup dengan
gelas penutup/cover glass. Periksa di bawah mikroskop. ( Gambar 3 )
2)	 Tuangkan lagi larutan jenuh garam dapur sampai batas permukaan
botol/tabung, letakkan atau tutupkan kaca obyek, sehingga menutupi
botol. Pastikan bahwa kaca penutup kontak dengan cairan dan tidak
ada gelembung udara, biarkan selama 10 menit, Angkat kaca penutup,
setetes cairan akan menempel. Tempatkan kaca penutup di atas kaca
obyektif dan segera periksa di bawah mikroskop ( menghindari sediaan
cepat kering).
		
Gambar 3 : Metode apung tanpa disentrifugasi
5.	 Pemeriksaan anal swap
Telur Enterobius vermikularis biasanya dikumpulkan pada cekungan kulit
disekitar anus, dan jarang ditemukan pada tinja. Pemeriksaan dilakukan pada
pagi hari sebelum anak kontak dengan air, anak yang diperiksa berumur
1 – 10 tahun.
1)	 Alat dan bahan
a.	 Mikroskop
b.	 Kaca obyek
c.	 lidi kapas
d.	 Tabung reaksi
11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
e.	 Pipet pasteur
2)	 Prosedur
a.	 Usapkan lidi kapas pada daerah sekitar anus
b.	 Celupkan lidi kapas ke dalam tabung yang berisi 5 ml larutan sodium klorida.
c.	 Cuci kapas lidi dalam larutan di tabung
d.	 Isap larutan dengan pipet pasteur dan pindahkan ke kaca penutup dan tutup
kaca penutup
e.	 Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan memakai lensa obyektif 10 x dan
dengan mengurangi celah kondensor.
Contoh gambar telur parasit cacing dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5
Gambar 4 : Rekapitulasi telur nematoda dan cestoda usus
12
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
Gambar 5 : Telur trematoda yang ditemukan dalam spesimen tinja
13
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
A.	 Lembar kerja praktikum parasitologi
Kegiatan 1 : Pemeriksaan Tinja (Parasit Cacing)
Hari/tanggal	: ………………… 						
Nama		 : …………………
Kelompok		 : …………………
1)	 Pemeriksaan tinja Makroskopis : ..................................................................... ..
..........................................................................................................................
Mikroskopis :
TelurCacing
Metode
Sediaanbasah(Direct wet
mount)
Jumlah
Eosin Nacl0,9% Lugol
Tebal
Kato
Apung
Anal
swab
Ancylostoma
duodenale
Necator
americanus
Strongyloides
stercoralis
Trichuris
trichiura
Ascaris sp.
Enterobius
Vermikularis
Paraf Dosen
14
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2)	 Gambarkan Kenampakan telur atau larva cacing parasit pada preparat tinja
(lengkap dengan keterangan gambar)
3)	 Kesimpulan
.......................................................................................................................

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
tristyanto
 
Nematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringanNematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringan
Iqbal Agung
 
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputumProsedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Bambang Fadhil
 
Morfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasMorfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugas
progsus6
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Irawati Nurani
 

Mais procurados (20)

Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
 
Pewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode KleinPewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode Klein
 
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan KehamilanPemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan Kehamilan
 
Urinalisis
UrinalisisUrinalisis
Urinalisis
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 
Soal soal hematologi
Soal soal hematologiSoal soal hematologi
Soal soal hematologi
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Giardia Lamblia
Giardia LambliaGiardia Lamblia
Giardia Lamblia
 
Haemometer
HaemometerHaemometer
Haemometer
 
makalah fotometer
makalah fotometermakalah fotometer
makalah fotometer
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
 
Nematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringanNematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringan
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputumProsedur pengambilan spesimen kultur sputum
Prosedur pengambilan spesimen kultur sputum
 
Trematoda pbl8
Trematoda pbl8Trematoda pbl8
Trematoda pbl8
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Morfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugasMorfologi jamur tugas
Morfologi jamur tugas
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
 

Destaque (11)

Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
 
Feses
FesesFeses
Feses
 
LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Instrumen analitik feses
Instrumen analitik fesesInstrumen analitik feses
Instrumen analitik feses
 
Kepentingan pengawetan makanan
Kepentingan pengawetan makananKepentingan pengawetan makanan
Kepentingan pengawetan makanan
 
Kajian kualitatif
Kajian kualitatifKajian kualitatif
Kajian kualitatif
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
Trichuris trichiura
Trichuris trichiuraTrichuris trichiura
Trichuris trichiura
 
Ascaris lumbricoides & Trichuris trichiura
Ascaris lumbricoides & Trichuris trichiuraAscaris lumbricoides & Trichuris trichiura
Ascaris lumbricoides & Trichuris trichiura
 

Semelhante a Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing

Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Farida Lukmi
 
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
PedroDaSilvaTL
 

Semelhante a Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing (20)

Metode pengamatan kelompok a
Metode pengamatan kelompok aMetode pengamatan kelompok a
Metode pengamatan kelompok a
 
Metode Pengamatan
Metode PengamatanMetode Pengamatan
Metode Pengamatan
 
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
 
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa  Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
 
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptxPENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
 
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi SpesimenPengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
 
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
Pengumpulan dan Transportasi Spesimen
 
Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing
 
Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
MATERI INTI - 4. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS CACINGAN.pptx
MATERI INTI - 4. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS CACINGAN.pptxMATERI INTI - 4. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS CACINGAN.pptx
MATERI INTI - 4. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS CACINGAN.pptx
 
Ppt karantina
Ppt karantinaPpt karantina
Ppt karantina
 
Penanganan sputum
Penanganan sputumPenanganan sputum
Penanganan sputum
 
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...
 
Pengenceran & metode sebar
Pengenceran & metode sebarPengenceran & metode sebar
Pengenceran & metode sebar
 
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 

Mais de pjj_kemenkes

Mais de pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Último

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 

Último (20)

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 

Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing

  • 1. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Praktikum 1 I Setelah menyelesaikan kegiatan praktikum 1, diharapkan Anda mampu mememahami cara pengelolaan spesimen tinja, melakukan pemeriksaan makroskopis, dan mikroskopis tinja untuk parasit cacing. TUJUANPembelajaran Umum TUJUANPembelajaran Khusus Setelah mempelajari pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Praktikum 1, Anda diharapkan mampu 1. Menjelaskan cara pengumpulan, penanganan dan pengiriman spesimen tinja 2. Menjelaskanprosedurpemeriksaan tinja makroskopis 3. Menjelaskanprosedurpemeriksaan tinja mikroskopis secara langsung A. Pokok – Pokok Materi 1. Pengelolaan spesimen tinja. 2. Pemeriksaan tinja makroskopis 3. Pemeriksaa tinja mikrokopis langsung 4. Pemeriksaan tinja cara pengapungan 5. Pemeriksaan anal swab Pemeriksaan Parasit Cacing
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1. Pengelolaan Spesimen Tinja Untuk mendapatkan spesimen feses/tinja yang benar, penting untuk memberikan penjelasan pada pasien tentang cara pengambilan tinja, yaitu: a. Feses tidak boleh tercampur dengan air kloset (karena dapat mengandung organisme bentuk bebas yang menyerupai parasit manusia) atau urin (karena urin dapat menghancurkan organisme – organisme yang bergerak) b. Bila memungkinkan, dianjurkan pada pasien agar pada saat buang air besar, feses langsung ditampung dalam wadah. Bila tidak, feses ditampung di alas plastik, lalu diambil sebanyak 5 gram atau satu sendok teh dari tinja yang berlendir atau berdarah dan masukkan ke dalam wadah. c. Untuk menjaga agar contoh feses tidak cepat mengering. d. Penampung /sediaan wadah harus bersih, kering, seyogyanya bermulut lebar dan tertutup (agar tidak mudah tumpah). Untuk setiap pemeriksaan, bisa diberikan pada pasien salah satu dari penampung berikut : 1) Kardus yang berlapis lilin 2) Kaleng yang bertutup 3) Penampung dari bahan plastik yang ringan 4) Botol gelas yang khusus dibuat untuk penampugan spesimen feses, yang dilengkapi sendok yang melekat pada tutupnya. e. Beri label pada wadah, feses dikirim bersama formulir permintaan pemeriksaan. Spesimen feses setelah dikumpulkan harus diperiksa sesegera mungkin (dalam waktu 15 menit, maksimum 1 jam setelah pengumpulan). Bila menerima beberapa contoh feses pada waktu bersamaan, dahulukan pemeriksaan feses cair atau feses yang mengandung darah atau berlendir (bisa jadi mengandung amuba yang motil yang cepat mengalami kematian. Spesimen yang paling baik adalah feses segar, dan spesimen feses hendaknya disimpan dalam lingkungan yang hangat karena dalam lingkungan dingin gerak amuboidnya berkurang. Uraian Materi
  • 3. 3 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 3 Spesimen dengan pengawet. Bila tinja tidak dapat segera diperiksa, spesimen sebaiknya diberi pengawet, dengan tujuan mengawetkan morfologi protozoa dan mencegah berkembangnya telur /larva. Beberapa larutan pengawet yang umum digunakan adalah : 1) Formalin 5% atau 10%. Biasanya 5% untuk mengawetkan protozoa; 10% untuk telur dan larva cacing. Pemeriksaan spesimen hanya dapat dilakukan melalui sediaan basah saja. 2) Merthiolate-Iodine-Formalin (MIF). Baik untuk berbagai stadium dan semua jenis sampel. Terutama digunakan dilapangan, pemeriksaan spesimen biasanya dilakukan melalui sediaan basah. 3) Sodium Acetate-Acetic Acid-Formalin (SAF). Mirip formalin 10%, digunakan untuk teknik konsentrasi dan sediaan pulas permanen (HE). Bisa digunakan sebagai pengawet tunggal di laboratorium karena telur, larva, cacing, kista dan trofozoit bisa diawetkan dengan metode ini 4) Schaudinn. Digunakan untuk spesimen tinja segar atau sampel dari permukaan mukosa usus à dibuat sediaan hapusan permanen. 5) Polyvinyl Alkohol (PVA). Biasanya digunakan bersama dengan Schaudinn. Keuntungan: dapat dibuat sediaan hapus dengan pulasan permanen. Sangat dianjurkan untuk pemeriksaan Kista dan Trofozoit yang akan diperiksa dikemudian hari (jika perlu waktu pengiriman yang lama). Cara pengawetan tinja adalah sebagai berikut : a) Pembuatan Larutan PVA. Tambahkan 10 gram bubuk PVA ke dalam campuran 62,5 ml etil alkohol 95% dengan 125 ml larutan merkuri klorida, dan 10 ml asam cuka glasial, dan 3 ml gliserin. Tanpa diaduk, panaskan secara perlahan sampai suhu mencapai 75oC, baru diaduk sampai homogen. b) Tuangkan 30 ml PVA ke dalam botol ( ± ¾ volume botol). c) Tambahkan spesimen tinja segar, sehingga botol penuh ( ± ¼ volume botol). d) Hancurkan dan ratakan tinja dengan cara diaduk dengan pengaduk gelas.
  • 4. 4 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan e) Diamkan botol yang berisi tinja dan larutan PVA minimal selama 30 menit. f) Pengawetan ini bisa untuk semua parasit, dan bisa dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. 2. Pemeriksaan Makroskopis Tinja Pemeriksaan Tinja makroskopis dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan mikroskopis, dengan memperhatikan konsistensi (keras, lunak, cair), warna (kuning, putih, hijau/hitam) dan tanda – tanda abnormal (bau tinja; amis seperti ikan, atau bau busuk), lendir, darah, nanah, potongan jaringan, sisa makanan (lemak, serat2; sisa obat: zat besi, magnesium/barium) dan cacing). Cacing Enterobius (kremi) dan cacing Ascaris (gelang), sering keluar bersama tinja dan dapat dikenali dengan mudah jika cacingnya masih bergerak. Demikian pula dengan proglotid cacing pita. Namun pada pemeriksaan yang terlambat, proglotid dapat mengering dan melingkar menyerupai cacing gelang. Untuk mengembalikan ke bentuk semula dapat dibasahi dengan air. Periksa satu rantai segmen untuk mengamati susunan dari lateral pore-nya. Taenia saginata: tidak teratur Taenia solium: teratur Haemodium nana: pada sisi yang sama D,cranium: dua pore pada sisi yang berlawanan pada masing-masing segmen. 3. Pemeriksaan Mikroskopis Tinja Secara Langsung Pemeriksaan mikroskopis tinja dapat dilakukan dengan beberapa macam pemeriksaan melalui tiga cara yaitu : a. Cara langsung Pemeriksaan sediaan basah dengan pengecatan langsung (Direct wet mount). Pemeriksaan tinja mikroskopik langsung harus dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan dengan metoda konsentrasi, karena bentukan parasit yang motil tidak akan ditemukan pada sediaan konsentrasi b. Cara konsentrasi
  • 5. 5 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Jika jumlah parasit dalam spesimen tinja adalah rendah, pemeriksaan preparat basahdirecttidakdapatmendeteksiparasit,makatinjaharusdikonsentrasi. Telur, kista dan larva utuh setelah prosedur konsentrasi sedangkan trofozoit bisa hancur selama proses. Pemeriksaan parasit yang sering kali disebut tehnik memperkaya (Enrichment technique), memungkinkan untuk memeriksa dan mendeteksi lebih banyak parasit dalam sedikit tinja. Terdapat tiga cara yang dilakukan yaitu: pengapungan tinja /Fecal flotation), cara sedimentasi/ cara endap dan cara biakan c. Cara Pengenceran Cara ini dipakai untuk menghitung jumlah telur cacing yang dikeluarkan bersamaan dengan tinja. Ada kegunaan peghitungan jumlah telur cacing, yaitu menetukan beratnya infeksi dan mengevaluai hasil pengobatan. 1.1 Pengecatan langsung (Direct wet mount) Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi yang berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. 1) Alat dan bahan a. Gelas obyek b. Gelas penutup 20 mm x 20 mm c. Lidi d. Pensil untuk label e. Larutan Nacl 0,9% (garam faali) f. Larutan lugol iodin g. Mikroskop 2) Prosedur pemeriksaan 1) Teteskan 1 tetes larutan garam faali dibagian tengah dari separo bagian kiri kaca obyek; dan 1 tetes larutan lugol iodin dibagian tengah separoh yang kanan.
  • 6. 6 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2) Ambil sedikit spesimen tinja menggunakan lidi. a) Bila tinja berbentuk padat, ambil dari bagian dalam dan bagian permukaan. b) Bila tinja berbentuk cair, ambil dari bagian permukaan cairan atau permukaan berlendir 3) Campur spesimen tinja dengan larutan garam faali pada kaca obyek sebelah kiri. 4) Ambil spesimen dan campur dengan larutan iodin pada kaca obyek sebelah kanan. 5) Tutup masaing-masing spesimen dan kaca penutup (sedapat mungkin hindari timbulnya gelembung udara) (gambar 1). 6) Periksa sediaan di bawah mikroskop a) Untuk sediaan dengan larutan garam faali gunakan lensa obyek 10 kali dan 40 kali, dimulai dari sebelah pojok kiri atas. b) Untuk sediaan dengan larutan iodine, gunakan lensa obyek 40 kali. c) Pada pemeriksaan telur yang tidak berwarna, untuk meningkatkan kontras dapat dilakukan dengan pengurangan jumlah sinar dengan mengatur celah kondensor atau merendahkan letak kondensor. 7) Untuk meyakinkan tidak ada lapang pandang yang terlewati, letakkan kaca obyek pada tepi lapangan pandang dan gerakkan kaca obyek melintasi microscope stage, periksa kaca obyek sampai tepi andangan yang lain
  • 7. 7 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 1 : Pengecatan langsung (Direct wet mount) 1.2 Cara sediaan tebal kato Sebagai pengganti kaca tutup pada teknik pengecatan langsung, digunakan sepotong selofan. Dengan teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan juga untuk pemeriksaan tinja secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosis 1) Alat dan bahan a. Kaca obyek b. Kertas selofan ukuran 26 x 28 mm c. Larutan untuk membuat selophane terdiri atas (100 ml gliserin, 100 ml air, 1ml larutan malakit dalam air 3%) d. Rendam selofan dalam larutan tersebut di atas sebelum dipakai selama > 24 jam e. Spesimen tinja f. Mikroskop
  • 8. 8 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2) Prosedur a. Letakkan spesimen tinja 20 -50 mg (sebesar kacang tanah) di atas kaca obyek. b. Tutup tinja dengan kertas selofan c. Tekan sediaan diantara kertas selofan dan kaca obyek dengan tutup botol karet supaya tinja menjadi rata sampai menyebar di bawah selofan d. Keringkan larutan yang berlebihan dengan kertas saring e. Diamkan selama ½ - 1 jam pada suhu kamar f. Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan cahaya terang (gambar 2) Gambar 2 : Tehnik sediaan tebal (metoda Kato) 4. Pemeriksaan metode konsentrasi: cara apung (flotation methode) Prinsip : tinja dicampur dengan larutan jenuh sodium klorida (larutan jenuh garam dapur) dengan berat jenis 1200 gram/cc sehingga telur yang lebih ringan daripada BJ larutan akan terapung di permukaan sehingga mudah dikumpulkan dan kemudian diambil sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistosoma, Dibothriocephalus, telur yang berpori-pori dari famili Tainidae, telur-telur Acanthocephala ataupun telur Ascaris yang infertil dan terutama dipakai untuk pemeriksaan feces yang mengandung sedikit telur. Kerugiannya mengakibatkan larva dari Schistosoma sp, Strongyodes sp, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan kista protozoa menjadi sangat menciut. Sebaliknya, telur Opisthorchis sp dan Clonorchis sinensis berat jenisnya lebih besar dari 1200 gram/cc sehingga mengendap.
  • 9. 9 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1) Alat dan bahan a. Botol volume 10 ml b. Lidi c. Kaca penutup d. Etanol e. Eter f. Cawan petri g. Larutan jenuh garam dapur (larutan Willis). Cara pembuatan larutan Willis : campurkan 125 gram sodium klorida dengan 500 ml akuades. Panaskan campuran sampai titik didih dan biarkan dingin. Bila semua garam telah larut, tambahkan 50 gram lagi. Saring dan simpan dalam botol yang tertutup. 2) Prosedur a. Siapkan kaca penutup bersih bebas dari lemak b. Buat campuran 10 ml etanol 95% dan 10 ml eter c. Tuangkan campuran tadi ke dalam cawan petri, dan masukkan ke dalamnya 30 kaca penutup satu persatu, kocok dan biarkan selama 10 menit d. Keluarkan kaca penutup satu – persatu dan keringkan dengan kain kasa dan simpan pada cawan petri yang kering. e. Ambil spesimen tinja sebanyak ± 2 ml dan masukkan ke dalam botol. f. Tuangkan larutan jenuh garam dapur ke dalam botol sampai ¼ volume botol. g. Dengan lidi atau pengaduk, hancurkan tinja dan campur dengan rata. Bila terdapat serat-serat selulosa disaring terlebih dahulu dengan penyaring teh Selanjutnya ada 2 cara :
  • 10. 10 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 1) Didiamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan ose diambil larutan permukaan dan ditaruh di atas kaca objek. Kemudian ditutup dengan gelas penutup/cover glass. Periksa di bawah mikroskop. ( Gambar 3 ) 2) Tuangkan lagi larutan jenuh garam dapur sampai batas permukaan botol/tabung, letakkan atau tutupkan kaca obyek, sehingga menutupi botol. Pastikan bahwa kaca penutup kontak dengan cairan dan tidak ada gelembung udara, biarkan selama 10 menit, Angkat kaca penutup, setetes cairan akan menempel. Tempatkan kaca penutup di atas kaca obyektif dan segera periksa di bawah mikroskop ( menghindari sediaan cepat kering). Gambar 3 : Metode apung tanpa disentrifugasi 5. Pemeriksaan anal swap Telur Enterobius vermikularis biasanya dikumpulkan pada cekungan kulit disekitar anus, dan jarang ditemukan pada tinja. Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari sebelum anak kontak dengan air, anak yang diperiksa berumur 1 – 10 tahun. 1) Alat dan bahan a. Mikroskop b. Kaca obyek c. lidi kapas d. Tabung reaksi
  • 11. 11 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan e. Pipet pasteur 2) Prosedur a. Usapkan lidi kapas pada daerah sekitar anus b. Celupkan lidi kapas ke dalam tabung yang berisi 5 ml larutan sodium klorida. c. Cuci kapas lidi dalam larutan di tabung d. Isap larutan dengan pipet pasteur dan pindahkan ke kaca penutup dan tutup kaca penutup e. Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan memakai lensa obyektif 10 x dan dengan mengurangi celah kondensor. Contoh gambar telur parasit cacing dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5 Gambar 4 : Rekapitulasi telur nematoda dan cestoda usus
  • 12. 12 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan Gambar 5 : Telur trematoda yang ditemukan dalam spesimen tinja
  • 13. 13 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan A. Lembar kerja praktikum parasitologi Kegiatan 1 : Pemeriksaan Tinja (Parasit Cacing) Hari/tanggal : ………………… Nama : ………………… Kelompok : ………………… 1) Pemeriksaan tinja Makroskopis : ..................................................................... .. .......................................................................................................................... Mikroskopis : TelurCacing Metode Sediaanbasah(Direct wet mount) Jumlah Eosin Nacl0,9% Lugol Tebal Kato Apung Anal swab Ancylostoma duodenale Necator americanus Strongyloides stercoralis Trichuris trichiura Ascaris sp. Enterobius Vermikularis Paraf Dosen
  • 14. 14 Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan 2) Gambarkan Kenampakan telur atau larva cacing parasit pada preparat tinja (lengkap dengan keterangan gambar) 3) Kesimpulan .......................................................................................................................