Buku Tarbiyah Iqtishadiyah membahas tiga masalah utama dalam bidang ekonomi (iqtishadiyah) yang dihadapi insan dakwah yaitu penghasilan yang minim, pengeluaran yang boros, dan lemahnya perencanaan keuangan. Ketiga masalah ini diatasi masing-masing di bab 2, 3, dan 4 melalui solusi menjadi kokoh berpenghasilan, akurat berbelanja, dan cerdas mengelola keuangan keluarga.
2. Intisari Buku Tarbiyah Iqtishadiyah
Bersama Dakwah 2
Tarbiyah Iqtishadiyah
Judul Buku : Tarbiyah Iqtishadiyah
Penulis : Eko Novianto
Penerbit : Era Adicitra Intermedia
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : Sya'ban 1431 H / Juli 2010 M
Tebal Buku : xviii + 254 halaman
Seorang ikhwan yang dulunya sangat aktif di
dakwah kampus, kini jarang terlibat dalam
aktifitas dakwah. Adik-adik angkatannya sangat
terkesan dengan militansinya sewaktu ia
memimpin aksi beberapa tahun yang lalu. Namun,
kini tak pernah lagi ia dijumpai; tidak dalam forum
dakwah, apalagi aksi .
Ketika ditelusuri, ternyata ikhwan ini "gagal"
dalam masalah iqtishadiyah. Sewaktu di kampus,
ia sangat concern dengan organisasi dakwahnya,
beraksi ke sana kemari, setiap hari ia di kampus,
bahkan menginap di sana. Yang disayangkan, ia
tak memperhatikan kualitas kuliahnya. Prestasi
akademis hampir tidak ada, skill tidak terasah.
Demikianlah hingga ia lulus kuliah. Membuka
usaha tidak kuasa, bekerja sesuai jurusannya juga
tidak bisa. Kesulitan ekonomi yang membelitnya
membuat intensitas kegiatan dakwahnya menurun
drastis .
3. Intisari Buku Tarbiyah Iqtishadiyah
Bersama Dakwah 3
Ada kasus yang berbeda dalam domain yang sama.
Kali ini bukan masalah penghasilan yang
didapatkan. Sebenarnya penghasilannya cukup.
Pendapatan dari gajinya lumayan besar untuk
ukuran masyarakat di sekitarnya. Namun karena
boros, tidak bisa mengelola uang dengan baik, satu
keluarga aktifis dakwah terlilit hutang. Masalah itu
kemudian selesai setelah para ikhwah
membantunya. Namun, ia kembali ke pola lama.
Hutang pun kembali melilitnya .
Masalah iqtishadiyah (ekonomi) tak bisa
disepelekan. Tarbiyah iqtishadiyah, dengan
demikian, menjadi keniscayaan. Sebagaimana
Islam itu bersifat syamil (menyeluruh), tarbiyah
juga demikian. Jika selama ini kita akrab dengan
istilah tarbiyah ruhiyah, tarbiyah fikriyah, dan
tarbiyah jasadiyah, Eko Novianto –penulis buku
ini- mengajak kita untuk mengokohkan tarbiyah
iqtishadiyah.
Lalu apa itu tujuan tarbiyah iqtishadiyah? Dalam
halaman 6, kita mendapatkan penjelasan mengenai
tujuan tarbiyah iqtishadiyah. "Tarbiyah
iqtishadiyah," tulis Eko Novianto, "bertujuan
memberi kesadaran akan peranan ekonomi di
bidang pembangunan, produksi dan ivestasi;
memberi pengetahuan problematika ekonomi
umat; memberi keterampilan dalam memanfaatkan
teknologi modern di bidang ekonomi; memberi
pemahaman dasar-dasar ekonomi Islam dan
kontemporer; seta memberi kemampuan
4. Intisari Buku Tarbiyah Iqtishadiyah
Bersama Dakwah 4
mengombinasikan ekonomi Islam dan
kontemporer".
Tujuan itu hendak dicapai oleh tarbiyah,
diantaranya, melalui kurikulum tarbiyah yang di
dalamnya mencakup materi-materi bidang studi
ekonomi (iqtishadiyah). Pada kurikulum 1421 H,
sebagaimana dituturkan penulis pada bab I, materi
iqtishadiyah diberikan sejak jenjang anggota
pemula, muda, madya dan seterusnya.
Nah, buku Tarbiyah Iqtishadiyah ini tidak
dimaksudkan untuk membahas ekonomi Islam
secara makro, perbankan Islam atau memenuhi
semua tujuan tarbiyah iqtishadiyah yang telah
disebutkan. Secara khusus, buku yang terdiri dari
empat bab ini membahas permasalahan keuangan
dalam entitas keluarga tarbiyah dan bagaimana
mengatasinya.
Bab 1 bisa disebut sebagai pendahuluan yang
membicarakan apa itu tarbiyah iqtishadiyah dan
muatan tarbiyah iqtishadiyah dalam kurikulum
1421 H di tiap jenjang, dari pemula hingga
dewasa. Bab 2 berjudul "kokoh berpenghasilan",
memotivasi pembaca untuk berpenghasilan serta
mengungkap berbagai aspek dari berbagai jenis
profesi dan pekerjaan. Bab 3 berjudul "cerdas
berbelanja" menguraikan manhaj Islam dalam
membelanjakan harta, membekali pembaca agar
melawan konsumerisme hingga panduan
berhemat. Bab 4 berjudul "perencanaan keuangan
5. Intisari Buku Tarbiyah Iqtishadiyah
Bersama Dakwah 5
keluarga tarbiyah" membahas mulai dari teori
hingga bagaimana mempraktikkannya
perencanaan keluangan keluarga tarbiyah.
Tiga Masalah Iqtishadiyah
Jika kita perhatikan, masalah iqtishadiyah ikhwah
umunya bermula dari minimnya penghasilan.
Masalah kedua, borosnya pengeluaran. Seperti
pada kisah kedua di atas, ada ikhwah yang
sebenarnya penghasilannya cukup, namun karena
pengeluarannya "boros", akhirnya ia mengalami
peribahasa "besar pasak daripada tiang." Apatah
lagi yang penghasilannya minim, lalu tidak bisa
mengendalikan pengeluaran, tentu akibatknya
menjadi lebih fatal .
Sedangkan masalah ketiga adalah lemahnya
perencanaan keuangan. Tanpa perencanaan
keuangan yang baik, bisa jadi kebutuhan sehari-
hari terpenuhi dari penghasilan yang didapatkan.
Namun, menabung tidak menjadi agenda, investasi
tak pernah bisa, dan mendanai dakwah juga sangat
berat terasa. Hal-hal semacam itu bisa diatasi jika
ada perencanaan keuangan yang baik .
Tiga Solusi dalam Tiga Bab
Bab 2 sampai dengan bab 4, masing-masing
merupakan solusi dari tiga permasalahan di atas.
Seperti sub judul yang tertulis dalam cover depan,
Tarbiyah Iqtishadiyah mengajak pembaca –dengan
berbagai pembahasan teoritis hingga tips- agar
menjadi pribadi/keluarga yang kokoh
6. Intisari Buku Tarbiyah Iqtishadiyah
Bersama Dakwah 6
berpenghasilan, akurat berbelanja dan cerdas
mengelola .
Kokoh Berpenghasilan
Ikhwah harus bekerja dan berpenghasilan. Bahkan
harus kokoh penghasilannya. Bekerja di sini dalam
arti luas; beragam profesi, termasuk –atau
terutama?- menjadi enterpreneur. Hal pertama
yang menjadi syaratnya adalah bahwa pekerjaan
itu halal, tak bisa ditawar. Kedua, memilih
pekerjaan sesuai dengan kecenderungan dan
spesialisasinya, dengan memprioritaskan
pekerjaan yang tidak terikat; misalnya menjadi
enterpreneur. Ketika sudah bekerja, ikhwah harus
bekerja dengan amanah, disiplin dan profesional.
Secara khusus, di akhir bab 2 penulis mengupas
plus minus menjadi PNS. Dikatakan oleh penulis
ikhwah menjadi PNS adalah sebuah dilema.
Dilema karena di satu sisi banyak hal negatif
(mulai dari citra tidak profesional hingga tidak
disiplin) dan keterbatasan (keterbatasan gaji dan
beraktifitas), sedangkan di sisi lain
berkembangnya mihwar semakin membutuhkan
PNS/eksekutif yang baik.
Apa yang disebutkan penulis bukannya tanpa
bukti. Di lapangan, ada ikhwah yang berhenti
mengaji karena menjadi PNS. Ada pula ikhwah
yang tak mau lagi terlibat aktifitas dakwah karena
status plat merah. "Ada hambatan tarbawi. Ada
7. Intisari Buku Tarbiyah Iqtishadiyah
Bersama Dakwah 7
kebutuhan mihwar." Simpul penulis di halaman
104.
Akurat Berbelanja
Bab 3 buku Tarbiyah Iqtishadiyah ini benar-benar
menarik. Setelah menjelaskan secara normatif
pada bagian awal, pembahasan masuk ke ranah
praksis hingga tips berhemat. Pada bab ini pula
kita akan disuguhi sejumlah rumus hubungan
konsumsi dan pendapatan. Mulai C = a + bY
hingga Y = C + S. Untuk melihat penjelasannya,
tentu saja pembaca harus membaca langsung
bukunya, khususnya halaman 132-135.
Selain beberapa langkah umum menghemat
pengeluaran, penulis juga menyuguhkan panduan
menghemat dalam keseharian. Misalnya
bagaimana memanfaatkan diskon, memilih eceran
atau borongan, hingga tips menghemat
penggunaan air, listrik dan telepon/pulsa.
Cerdas Mengelola
Bagaimana caranya agar keluarga tarbiyah bisa
mengelola keuangan keluarga dengan baik?
Jawaban yang kita dapatkan dari buku Tarbiyah
Iqtishadiyah ini adalah dengan menerapkan
perencanaan keuangan keluarga tarbiyah. Tentu
hal pertama yang harus dipenuhi adalah membuat
perencanaan keuangan keluarga. Panduannya
dipaparkan penulis dalam bab 4 .
8. Intisari Buku Tarbiyah Iqtishadiyah
Bersama Dakwah 8
Pada bab ini, setelah diawali secara teori, pembaca
langsung disuguhi bagaimana membuat
perencanaan keuangan keluarga tarbiyah secara
praktik. Ada banyak tabel dan formula yang bisa
kita dapatkan dalam bab ini, juga banyak tips
praktis yang bisa kita manfaatkan.
Akhirnya, buku Tarbiyah Iqtishadiyah ini perlu
dibaca oleh insan dan keluarga tarbiyah. Semoga
motivasi, inspirasi dan panduan praktis dalam
buku ini membuat keluarga tarbiyah menjadi
keluarga yang sehat finansial dan dapat
mendukung dakwah dengan dukungan yang lebih
besar. [Muchlisin]