SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 40
PENGUATAN PE 1-2-5
PENGELOLA PROGRAM MALARIA
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
Parasit Malaria Life
Cycle
STRATEGI SPESIFIK ELIMINASI MALARIA
Strategi spesifik Sasaran Tujuan Kegiatan Utama
•Kampanye kelambu berinsektisida secara
massal
•IRS di desa dengan API > 20 ‰ &
pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal
•Perluasan Diagnosis Dini - Pengobatan
tepat
•Kelambu berinsektisida untuk
focus/kelompok berisiko tinggi
•Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan
komplit
•IRS pada KLB & pengendalian vektor lain
sesuai bukti lokal
•Penemuan kasus aktif
•Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan
komplit serta jejaringnya
• Penyelidikan Epid. setiap kasus &
respons dengan formula 1-2-5
•Pengamatan daerah reseptif dan
pengendalian vektor sesuai bukti lokal
•Penemuan kasus aktif - MBS
• Surveilans Migrasi
• Penyelidikan Epid. setiap kasus &
respons dengan formula 1-2-5
• Penguatan jejaring tatalaksana kasus
•Pengamatan daerah reseptif dan
pengendalian vektor sesuai bukti lokal
ELIMINASI daerah endemis rendah
menghentikan
penularan
setempat/
menghilangkan
kasus indigenus
PEMELIHARAAN daerah bebas malaria
mencegah
munculnya
penularan malaria
daerah endemis tinggi
(khususnya Papua,
Papua Barat, NTT,
Maluku)
AKSELERASI
menurunkan
jumlah kasus
secepat mungkin
INTENSIFIKASI
daerah yang
mempunyai fokus-
fokus (daerah endemis
sedang)
Menghilangkan
fokus aktif
Metode 1-2-5
1. Notifikasi Kasus Positif Malarian (1)
Tujuan
untuk melakukan penanggulangan kasus
secara cepat sehingga tidak menimbulkan
penularan.
Waktu Pelaksanaan
Notifikasi kasus malaria pada daerah yang telah
masuk fase eliminasi dan pemeliharaan dalam
waktu 1X24 jam !
Metode
Notifikasi diberikan dari semua fasyankes yang
dapat melakukan diagnostik malaria ke
Puskesmas atau Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Notifikasi kasus malaria pada daerah yang telah masuk fase eliminasi dan
pemeliharaan dalam waktu 1X24 jam !
1. Notifikasi Kasus Positif Malaria (2)
Alur Notifikasi
Notifikasi memuat informasi seperti nama penderita, jenis kelamin, hasil
diagnostik dll yang ada dalam formulir notifikasi kasus malaria
1. Notifikasi Kasus Positif Malaria (3)
2. Penyelidikan
Epidemiologi
Tujuan penyelidikan kasus adalah untuk mengetahui
klasifikasi kasus
Waktu pelaksanaannya adalah selambat-lambatnya 1 hari
setelah kasus dinotifikasi.
Penyelidikan kasus malaria dilakukan dengan melakukan
wawancara kepada kasus menggunakan formulir wawancara
kasus. kegiatan wawancara dapat dilakukan di fasyankes
saat pasien datang maupun di tempat tinggal pasien.
Tujua
n
Waktu
Metod
e
2. Penyelidikan Epidemiologi (1)
A. Penyelidikan Kasus
2. Penyelidikan Epidemiologi
Klasifikasi Kasus
Klasifikasi Kasus
Impor
Indigenous
Relaps
Transfusi/
Kongenital
2. Penyelidikan Epidemiologi (3)
B. Survai Kontak
Tujuan
Survei kontak dilakukan untuk mengetahui luasnya penularan atau kejadian malaria.
Waktu Pelaksanaan
Survei kontak dilakukan setelah kasus diklasifikasikan dan dalam rentang waktu 2-4
hari.
Metode
Klasifikasi kasus menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus
dilaksanakan, setelah kasus diklasifikasikan langkah selanjutnya adalah melakukan
kontak survai, namun tidak semua kasus perlu dilakukan kontak survai, hal tersebut
dapat lebih jelas terlihat pada bagan dibawah ini:
Kontak survai dilakukan pada kasus:
1. penularan lokal (indigenous)
2. kasus import di daerah reseptif
3. kasus impor yang datang secara berkelompok.
Pengamatan faktor risiko dilakukan pada kasus:
1. penularan lokal (indigenous)
2. kasus import di daerah reseptif .
Kontak Survai pada Kasus
Indigenous
Seluruh anggota
keluarga/orang
yang tinggal
bersama penderita
Tetangga yang
tinggal dalam radius
200 m atau 5 rumah
sekitar penderita
(indeks kasus).
Teman yang
bekerja/Beraktivitas
dilingkungan yang
sama dengan
penderita
Survai kontak pada kasus indigenous dilakukan di sekitar tempat yang
dicurigai sebagai tempat penularan
Kontak Survai pada Kasus Impor
Kontak survai di
Daerah Reseptif
dilakukan pada
populasi berisiko
(seperti pada kasus
indigenous)
kontak survai pada
daerah non-reseptif
dilakukan pada seluruh
anggota kelompok atau
rombongan yang pergi
bersama dengan kasus
Kontak survai pada kasus impor dilakukan berdasarkan reseptifitas
suatu daerah
2. Penyelidikan Epidemiologi (4)
C. Penyelidikan Faktor Risiko
Tujuan
Mengetahui faktor risiko lingkungan dan perilaku yang berhubungan
dengan penularan malaria
Waktu Pelaksanaan
Penyelidikan faktor risiko dilakukan dalam rentang waktu 2-5 hari
Tempat
Dilaksanakan di sekitar tempat yang dicurigai menjadi tempat
penularan
Metode
1. Pengamatan Lingkungan
2. Pengamatan Perilaku Masyarakat
C. Penyelidikan Faktor Risiko
Pengamatan lingkungan disekitar tempat
yang dicurigai sebagai tempat penularan
meliputi:
> Melakukan pemerikasaan jentik di tempat
perindukan nyamuk seperti lagoon, rawa, mata
air, sungai, sawah, dan genangan air lainnya
yang ada di alam serta pemetaannya.
Pengumpulan data entomologis.
> Bila reseptif tinggi (ditemukan tempat
perindukan yang positif larva Anopheles ≥1%
dan atau MBR-Man Biting Rate > 0,025 gigitan
nyamuk/orang/malam) dilakukan pengendalian
vektor yang sesuai
>Pengamatan lingkungan disertai juga dengan
pengumpulan informasi mengenai upaya
program pengendalian malaria setempat (IRS,
pembagian kelambu, larvaciding)
Pengamatan Perilaku
Masyarakat
Pengamatan perilaku
masyarakat dilakukan
dengan:
observasi perilaku penduduk
yang berpotensi terjadinya
penularan malaria
C. Klasifikasi dan Pemetaan Fokus
2. Penyelidikan Epidemiologi (5)
Fokus diklasifikasikan menjadi tiga daerah fokus antara lain:
oFokus Aktif
Fokus aktif merupakan daerah reseptif yang masih terdapat
penularan setempat dalam waktu satu tahun berjalan.
oFokus Non Aktif
adalah daerah reseptif malaria yang tidak terdapat penularan
dalam tahun berjalan hingga 2 tahun sebelumnya.
oFokus Bebas
Fokus Bebas adalah daerah reseptif yang tidak ada penularan
dalam waktu 3 tahun berturut-turut.
Klasifikasi Fokus
3. Penanggulangan
a. Penyelidikan Fokus
Pengamatan Daerah Fokus
• Identifikasi populasi berisiko
• Identifikasi vektor (tempat perindukan, spesies,
bionomik, kerentanan terhadap insektisida,
intervensi vektor yang pernah dilakukan)
Penilaian Intervensi Program
• Penilaian kinerja diagnostik
• Penilaian kinerja tatalaksana
• Penilaian kinerja pengendalian vektor
• Penilaian Kinerja surveilans
B. Pemetaan Fokus
• Kasus Malaria (Indigenous/Impor)
• Klasifikasi Fokus
• Tempat Perindukan Nyamuk
C. Penanggulangan Fokus
1. Fokus Aktif
a. Pemantauan minum obat dan follow up pengobatan pada hari ke 4-7-14-21-28-
(+90 untuk vivax)
b. Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus pertama dilakukan
kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan (2 kali masa inkubasi)
c. Pengendalian vektor dilakukan dengan pembagian kelambu dan pengendalian
vektor lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat seperti IRS dan Larvaciding
serta manajemen lingkungan
d. Promosi kesehatan
e. Melakukan analisis kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan oleh lintas
program/sektor terkait sesuai permasalahan penularan malaria di daerah tersebut.
2. Fokus Non-Aktif
a. Pemantauan minum obat dan follow up pengobatan pada hari ke 4-7-14-21-28-
(+90 untuk vivax)
b. Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus pertama dilakukan
kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan (2 kali masa inkubasi)
c. Pengendalian vektor dilakukan dengan pembagian kelambu dan pengendalian
vektor lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat seperti IRS dan Larvaciding
serta manajemen lingkungan
d. Promosi kesehatan
e. Melakukan analisis kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan oleh lintas
program/sektor terkait sesuai permasalahan penularan malaria di daerah tersebut.
f. Penguatan Surveilans Migrasi
3. Penanggulangan Daerah
Fokus Bebas
a. Penguatan Diagnostik Malaria
• Pemeriksaan Lab Menggunakan
Mikroskop
• Kemampuan Mikroskopis di fasyankes
minimal level 3.
• Menunjuk petugas uji silang melalui SK
kepala dinas di seluruh kab dan provinsi
• uji silang sediaan darah di laboratorium
rujukan kabupaten, bila hasil
pemeriksaan berbeda (discordence) uji
silang dilanjutkan di laboratorium rujukan
provinsi
b. Penguatan Tatalaksana malaria
dan jejaringnya
• Di wilayah (puskesmas) yang reseptif dan atau
vulnerabel, penemuan penderita secara dini
dilakukan secara Pasive Case Detection (PCD),
Active Case Detection (ACD) dilaksanakan pada
saat situasi khusus
• Perlu adanya penetapan Fasyankes dan Focal
point untuk diagnosis, tatalaksana kasus dan
logistik malaria.
• Perlu adanya hotline penatalaksanaan kasus.
• Audit kematian Malaria
c. Surveilans Vektor di daerah
reseptif
• Pemantauan nyamuk Anopheles (larva dan
ataunyamuk dewasa) secara berkala, minimal 6 bulan
sekali.
• Untuk daerah reseptif dan atau vulnerabel dilakukan
kegiatan pengendalian vektor yang sesuai
D. Penguatan Surveilans Migrasi
• Melakukan pengamatan terus menerus terhadap penduduk dengan
riwayat perjalanan atau sedang melakukan perjalanan baik dari atau ke
daerah endemis malaria
• Kegiatan yang dilakukan meliputi : penemuan kasus secara pasif
maupun aktif, dengan pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah
pada pelaku perjalanan, penyuluhan, notifikasi silang, monitoring dan
evaluasi
• Berkoordinasi dengan KKP dalam kegiatan surveilans migrasi di pintu
masuk
 Logistik
 Laporan
 Notifikasi
 Pelatihan
 Surveilans Vektor
E. Penguatan kemandirian masyarakat dalam
mencegah munculnya kasus baru malaria.
• Melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
untuk kebersihan lingkungan.
• Mengaktifkan peran keluarga dalam mengenali gejala
malaria dan pencegahannya.
• Mengaktifkan peran Kader/Juru Malaria Desa (JMD)
dalam pengamatan kasus, jentik, tempat perindukan,
migrasi (penduduk yang datang dan pergi) diwilayahnya.
• Mengaktifkan masyarakat terlibat dalam perencanaan dan
pemanfaatan dana desa.
• Penguatan organisasi masyarakat yang terintegrasi untuk
pencegahan penyakit tular vektor (Posmaldes, kelompok
pengajian, poskesdes, pos bindu, dsb)
PETUGAS YANG PERNAH DILATIH
SISMAL VERSI 2(ON LINE) TAHUN
2018
NO NAMA ASAL
1 SUHARDI
WARDONO,S.SOS
DINKES KAB TULUNGAGUNG
2 ENDAH WIJI ASTUTI RSUD dr Iskak Tulungagung
3 Siti Choliifah , Amd AK PKM Besole Kab Tulungagung
4 Arvita Ernawati, Amd PKM Campurdarat
Tulungagung
TERIMA KASIH
DIAGNOSA MALARIA
 DEMAM
 1 BULAN TERAKHIR BARU PULANG DARI DAERAH
ENDEMIS MALARIA, BARU DATANG DARI TEMPAT
TINGGAL DI DAERAH ENDEMIS MALARIA, PERNAH
SAKIT MALARIA
 PERIKSA LABORAT (DARAH)

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a PE125_KAB-TULUNGAGUNG.pptx

PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptxPPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptxEpidPKMBanjaranKotaK
 
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdfMPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdfAqnaAkhila
 
DESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptx
DESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptxDESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptx
DESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptxs2kesmasukb01
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Rini Wulandari
 
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptxKEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptxYusindrawati
 
2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologi2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologiagnesnece1
 
Materi kegawatdaruratan komunitas
Materi kegawatdaruratan komunitasMateri kegawatdaruratan komunitas
Materi kegawatdaruratan komunitasklinikadhipradana
 
Pokok Bahasan 3 upaya pengendalian
Pokok Bahasan 3 upaya pengendalianPokok Bahasan 3 upaya pengendalian
Pokok Bahasan 3 upaya pengendalianrickygunawan84
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxMTHORIEKIKI
 
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19
Bahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19Bahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19PusdiklatKKB
 
PPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptx
PPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptxPPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptx
PPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptxDindaRahmaHadiputri
 
#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx
#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx
#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptxssuser53198f
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
Pedoman KLB Malaria
Pedoman KLB MalariaPedoman KLB Malaria
Pedoman KLB Malariaazisbustari
 
Surveilans Kesehatan.ppt
Surveilans Kesehatan.pptSurveilans Kesehatan.ppt
Surveilans Kesehatan.pptssuserfaa3c91
 
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbn
Bahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbnBahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbn
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbnPusdiklatKKB
 
Surveilans_Epidemiology.ppt
Surveilans_Epidemiology.pptSurveilans_Epidemiology.ppt
Surveilans_Epidemiology.pptPuputEdiyarsari
 
3. penanganan thd kasus covid 19
3. penanganan thd kasus covid 193. penanganan thd kasus covid 19
3. penanganan thd kasus covid 19PusdiklatKKB
 

Semelhante a PE125_KAB-TULUNGAGUNG.pptx (20)

PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptxPPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
 
Modul konsep penanggulangan klb
Modul konsep penanggulangan klbModul konsep penanggulangan klb
Modul konsep penanggulangan klb
 
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdfMPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
MPD-2 Surveilans HIV dan PIMS.pdf
 
DESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptx
DESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptxDESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptx
DESAIN SISTEM SURVEILANS (Pertemuan 3).pptx
 
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
Ppt surveilans malaria tugas kelompok (2)
 
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptxKEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
 
2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologi2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologi
 
Materi kegawatdaruratan komunitas
Materi kegawatdaruratan komunitasMateri kegawatdaruratan komunitas
Materi kegawatdaruratan komunitas
 
Pokok Bahasan 3 upaya pengendalian
Pokok Bahasan 3 upaya pengendalianPokok Bahasan 3 upaya pengendalian
Pokok Bahasan 3 upaya pengendalian
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
 
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19
Bahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19Bahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19
 
PPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptx
PPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptxPPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptx
PPT Situasi Pengendalian Rabies Nasional - pdhi 9Sep23.pptx
 
#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx
#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx
#17012022_Webinar Kesiapan RS dalam Menghadapi Varian Omicron.pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Pedoman KLB Malaria
Pedoman KLB MalariaPedoman KLB Malaria
Pedoman KLB Malaria
 
Surveilans Kesehatan.ppt
Surveilans Kesehatan.pptSurveilans Kesehatan.ppt
Surveilans Kesehatan.ppt
 
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbn
Bahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbnBahan pembelajaran 3   penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbn
Bahan pembelajaran 3 penanganan terhadap kasus covid-19 bagi asn bkkbn
 
Surveilans_Epidemiology.ppt
Surveilans_Epidemiology.pptSurveilans_Epidemiology.ppt
Surveilans_Epidemiology.ppt
 
3. penanganan thd kasus covid 19
3. penanganan thd kasus covid 193. penanganan thd kasus covid 19
3. penanganan thd kasus covid 19
 
Natasya ikm pbl 2
Natasya ikm   pbl 2Natasya ikm   pbl 2
Natasya ikm pbl 2
 

Último

PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 

Último (20)

PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

PE125_KAB-TULUNGAGUNG.pptx

  • 1. PENGUATAN PE 1-2-5 PENGELOLA PROGRAM MALARIA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
  • 2.
  • 4. STRATEGI SPESIFIK ELIMINASI MALARIA Strategi spesifik Sasaran Tujuan Kegiatan Utama •Kampanye kelambu berinsektisida secara massal •IRS di desa dengan API > 20 ‰ & pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal •Perluasan Diagnosis Dini - Pengobatan tepat •Kelambu berinsektisida untuk focus/kelompok berisiko tinggi •Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit •IRS pada KLB & pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal •Penemuan kasus aktif •Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit serta jejaringnya • Penyelidikan Epid. setiap kasus & respons dengan formula 1-2-5 •Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor sesuai bukti lokal •Penemuan kasus aktif - MBS • Surveilans Migrasi • Penyelidikan Epid. setiap kasus & respons dengan formula 1-2-5 • Penguatan jejaring tatalaksana kasus •Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor sesuai bukti lokal ELIMINASI daerah endemis rendah menghentikan penularan setempat/ menghilangkan kasus indigenus PEMELIHARAAN daerah bebas malaria mencegah munculnya penularan malaria daerah endemis tinggi (khususnya Papua, Papua Barat, NTT, Maluku) AKSELERASI menurunkan jumlah kasus secepat mungkin INTENSIFIKASI daerah yang mempunyai fokus- fokus (daerah endemis sedang) Menghilangkan fokus aktif
  • 6. 1. Notifikasi Kasus Positif Malarian (1) Tujuan untuk melakukan penanggulangan kasus secara cepat sehingga tidak menimbulkan penularan. Waktu Pelaksanaan Notifikasi kasus malaria pada daerah yang telah masuk fase eliminasi dan pemeliharaan dalam waktu 1X24 jam ! Metode Notifikasi diberikan dari semua fasyankes yang dapat melakukan diagnostik malaria ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Notifikasi kasus malaria pada daerah yang telah masuk fase eliminasi dan pemeliharaan dalam waktu 1X24 jam !
  • 7. 1. Notifikasi Kasus Positif Malaria (2) Alur Notifikasi Notifikasi memuat informasi seperti nama penderita, jenis kelamin, hasil diagnostik dll yang ada dalam formulir notifikasi kasus malaria
  • 8. 1. Notifikasi Kasus Positif Malaria (3)
  • 9.
  • 11. Tujuan penyelidikan kasus adalah untuk mengetahui klasifikasi kasus Waktu pelaksanaannya adalah selambat-lambatnya 1 hari setelah kasus dinotifikasi. Penyelidikan kasus malaria dilakukan dengan melakukan wawancara kepada kasus menggunakan formulir wawancara kasus. kegiatan wawancara dapat dilakukan di fasyankes saat pasien datang maupun di tempat tinggal pasien. Tujua n Waktu Metod e 2. Penyelidikan Epidemiologi (1) A. Penyelidikan Kasus
  • 12. 2. Penyelidikan Epidemiologi Klasifikasi Kasus Klasifikasi Kasus Impor Indigenous Relaps Transfusi/ Kongenital
  • 13. 2. Penyelidikan Epidemiologi (3) B. Survai Kontak Tujuan Survei kontak dilakukan untuk mengetahui luasnya penularan atau kejadian malaria. Waktu Pelaksanaan Survei kontak dilakukan setelah kasus diklasifikasikan dan dalam rentang waktu 2-4 hari. Metode Klasifikasi kasus menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus dilaksanakan, setelah kasus diklasifikasikan langkah selanjutnya adalah melakukan kontak survai, namun tidak semua kasus perlu dilakukan kontak survai, hal tersebut dapat lebih jelas terlihat pada bagan dibawah ini:
  • 14. Kontak survai dilakukan pada kasus: 1. penularan lokal (indigenous) 2. kasus import di daerah reseptif 3. kasus impor yang datang secara berkelompok. Pengamatan faktor risiko dilakukan pada kasus: 1. penularan lokal (indigenous) 2. kasus import di daerah reseptif .
  • 15. Kontak Survai pada Kasus Indigenous Seluruh anggota keluarga/orang yang tinggal bersama penderita Tetangga yang tinggal dalam radius 200 m atau 5 rumah sekitar penderita (indeks kasus). Teman yang bekerja/Beraktivitas dilingkungan yang sama dengan penderita Survai kontak pada kasus indigenous dilakukan di sekitar tempat yang dicurigai sebagai tempat penularan
  • 16. Kontak Survai pada Kasus Impor Kontak survai di Daerah Reseptif dilakukan pada populasi berisiko (seperti pada kasus indigenous) kontak survai pada daerah non-reseptif dilakukan pada seluruh anggota kelompok atau rombongan yang pergi bersama dengan kasus Kontak survai pada kasus impor dilakukan berdasarkan reseptifitas suatu daerah
  • 17. 2. Penyelidikan Epidemiologi (4) C. Penyelidikan Faktor Risiko Tujuan Mengetahui faktor risiko lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan penularan malaria Waktu Pelaksanaan Penyelidikan faktor risiko dilakukan dalam rentang waktu 2-5 hari Tempat Dilaksanakan di sekitar tempat yang dicurigai menjadi tempat penularan Metode 1. Pengamatan Lingkungan 2. Pengamatan Perilaku Masyarakat
  • 18. C. Penyelidikan Faktor Risiko Pengamatan lingkungan disekitar tempat yang dicurigai sebagai tempat penularan meliputi: > Melakukan pemerikasaan jentik di tempat perindukan nyamuk seperti lagoon, rawa, mata air, sungai, sawah, dan genangan air lainnya yang ada di alam serta pemetaannya. Pengumpulan data entomologis. > Bila reseptif tinggi (ditemukan tempat perindukan yang positif larva Anopheles ≥1% dan atau MBR-Man Biting Rate > 0,025 gigitan nyamuk/orang/malam) dilakukan pengendalian vektor yang sesuai >Pengamatan lingkungan disertai juga dengan pengumpulan informasi mengenai upaya program pengendalian malaria setempat (IRS, pembagian kelambu, larvaciding) Pengamatan Perilaku Masyarakat Pengamatan perilaku masyarakat dilakukan dengan: observasi perilaku penduduk yang berpotensi terjadinya penularan malaria
  • 19.
  • 20. C. Klasifikasi dan Pemetaan Fokus 2. Penyelidikan Epidemiologi (5) Fokus diklasifikasikan menjadi tiga daerah fokus antara lain: oFokus Aktif Fokus aktif merupakan daerah reseptif yang masih terdapat penularan setempat dalam waktu satu tahun berjalan. oFokus Non Aktif adalah daerah reseptif malaria yang tidak terdapat penularan dalam tahun berjalan hingga 2 tahun sebelumnya. oFokus Bebas Fokus Bebas adalah daerah reseptif yang tidak ada penularan dalam waktu 3 tahun berturut-turut.
  • 23. a. Penyelidikan Fokus Pengamatan Daerah Fokus • Identifikasi populasi berisiko • Identifikasi vektor (tempat perindukan, spesies, bionomik, kerentanan terhadap insektisida, intervensi vektor yang pernah dilakukan) Penilaian Intervensi Program • Penilaian kinerja diagnostik • Penilaian kinerja tatalaksana • Penilaian kinerja pengendalian vektor • Penilaian Kinerja surveilans
  • 24. B. Pemetaan Fokus • Kasus Malaria (Indigenous/Impor) • Klasifikasi Fokus • Tempat Perindukan Nyamuk
  • 25.
  • 26.
  • 28. 1. Fokus Aktif a. Pemantauan minum obat dan follow up pengobatan pada hari ke 4-7-14-21-28- (+90 untuk vivax) b. Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus pertama dilakukan kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan (2 kali masa inkubasi) c. Pengendalian vektor dilakukan dengan pembagian kelambu dan pengendalian vektor lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat seperti IRS dan Larvaciding serta manajemen lingkungan d. Promosi kesehatan e. Melakukan analisis kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan oleh lintas program/sektor terkait sesuai permasalahan penularan malaria di daerah tersebut.
  • 29. 2. Fokus Non-Aktif a. Pemantauan minum obat dan follow up pengobatan pada hari ke 4-7-14-21-28- (+90 untuk vivax) b. Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus pertama dilakukan kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan (2 kali masa inkubasi) c. Pengendalian vektor dilakukan dengan pembagian kelambu dan pengendalian vektor lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat seperti IRS dan Larvaciding serta manajemen lingkungan d. Promosi kesehatan e. Melakukan analisis kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan oleh lintas program/sektor terkait sesuai permasalahan penularan malaria di daerah tersebut. f. Penguatan Surveilans Migrasi
  • 30. 3. Penanggulangan Daerah Fokus Bebas a. Penguatan Diagnostik Malaria • Pemeriksaan Lab Menggunakan Mikroskop • Kemampuan Mikroskopis di fasyankes minimal level 3. • Menunjuk petugas uji silang melalui SK kepala dinas di seluruh kab dan provinsi • uji silang sediaan darah di laboratorium rujukan kabupaten, bila hasil pemeriksaan berbeda (discordence) uji silang dilanjutkan di laboratorium rujukan provinsi
  • 31. b. Penguatan Tatalaksana malaria dan jejaringnya • Di wilayah (puskesmas) yang reseptif dan atau vulnerabel, penemuan penderita secara dini dilakukan secara Pasive Case Detection (PCD), Active Case Detection (ACD) dilaksanakan pada saat situasi khusus • Perlu adanya penetapan Fasyankes dan Focal point untuk diagnosis, tatalaksana kasus dan logistik malaria. • Perlu adanya hotline penatalaksanaan kasus. • Audit kematian Malaria
  • 32. c. Surveilans Vektor di daerah reseptif • Pemantauan nyamuk Anopheles (larva dan ataunyamuk dewasa) secara berkala, minimal 6 bulan sekali. • Untuk daerah reseptif dan atau vulnerabel dilakukan kegiatan pengendalian vektor yang sesuai
  • 33. D. Penguatan Surveilans Migrasi • Melakukan pengamatan terus menerus terhadap penduduk dengan riwayat perjalanan atau sedang melakukan perjalanan baik dari atau ke daerah endemis malaria • Kegiatan yang dilakukan meliputi : penemuan kasus secara pasif maupun aktif, dengan pengambilan dan pemeriksaan sediaan darah pada pelaku perjalanan, penyuluhan, notifikasi silang, monitoring dan evaluasi • Berkoordinasi dengan KKP dalam kegiatan surveilans migrasi di pintu masuk  Logistik  Laporan  Notifikasi  Pelatihan  Surveilans Vektor
  • 34. E. Penguatan kemandirian masyarakat dalam mencegah munculnya kasus baru malaria. • Melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk kebersihan lingkungan. • Mengaktifkan peran keluarga dalam mengenali gejala malaria dan pencegahannya. • Mengaktifkan peran Kader/Juru Malaria Desa (JMD) dalam pengamatan kasus, jentik, tempat perindukan, migrasi (penduduk yang datang dan pergi) diwilayahnya. • Mengaktifkan masyarakat terlibat dalam perencanaan dan pemanfaatan dana desa. • Penguatan organisasi masyarakat yang terintegrasi untuk pencegahan penyakit tular vektor (Posmaldes, kelompok pengajian, poskesdes, pos bindu, dsb)
  • 35. PETUGAS YANG PERNAH DILATIH SISMAL VERSI 2(ON LINE) TAHUN 2018 NO NAMA ASAL 1 SUHARDI WARDONO,S.SOS DINKES KAB TULUNGAGUNG 2 ENDAH WIJI ASTUTI RSUD dr Iskak Tulungagung 3 Siti Choliifah , Amd AK PKM Besole Kab Tulungagung 4 Arvita Ernawati, Amd PKM Campurdarat Tulungagung
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 40. DIAGNOSA MALARIA  DEMAM  1 BULAN TERAKHIR BARU PULANG DARI DAERAH ENDEMIS MALARIA, BARU DATANG DARI TEMPAT TINGGAL DI DAERAH ENDEMIS MALARIA, PERNAH SAKIT MALARIA  PERIKSA LABORAT (DARAH)

Notas do Editor

  1. Kasus relaps adalah kasus kekambuhan yang bukan disebabkan gigitan kembali nyamuk infektif malaria, biasanya terjadi pada plasmodium vivax akibat masih adanya hipnozoid di dalam hati a) Indigenous: adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous adalah kasus tersangka malaria yang tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu sebelum sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria. b) Impor: adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di luar wilayah. Secara teknis kasus malaria impor adalah kasus tersangka malaria dengan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 4 minggu terakhir sebelum menderita sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria c) Induced (Kongenital, Transfusi): adalah kasus malaria yang penularannya tidak melalui nyamuk (melalui plasenta dari ibu ke janin dan transfusi darah)
  2. Pengamatan RESEPTIF melalui pengamatan jentik, jika jentiknya di permukaan, maka merupakan jentik anopheles