O slideshow foi denunciado.
Seu SlideShare está sendo baixado. ×

LAPORAN KASUS pranikah.docx

Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
LAPORAN KASUS
LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH DI
PMB WIWIK WAHYU HANGGRAINI, AMD.KEB
Disusun guna memenu...
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus asuhan kebidanan pada pasien ini telah dikonsultasikan pada
pembimbing akademik dan diset...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yanng diberikan pada
perempuan sebelum terjadi kon...
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Carregando em…3
×

Confira estes a seguir

1 de 24 Anúncio

Mais Conteúdo rRelacionado

Semelhante a LAPORAN KASUS pranikah.docx (20)

Mais recentes (20)

Anúncio

LAPORAN KASUS pranikah.docx

  1. 1. LAPORAN KASUS LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH DI PMB WIWIK WAHYU HANGGRAINI, AMD.KEB Disusun guna memenuhi syarat mengikuti praktik klinik Stase praktik Kebidanan Fisiologis Holistic NURSITA DINARANI PUTRI 62022050 PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO BOYOLALI 2022
  2. 2. HALAMAN PENGESAHAN Laporan kasus asuhan kebidanan pada pasien ini telah dikonsultasikan pada pembimbing akademik dan disetujui pada: Tanggal : Waktu : Selanjutnya, setelah laporan ini direvisi sesuai hasil masukan, saran pembimbing dari perseptor wahana dan pembimbing akademik serta disahkan pada Tanggal : Waktu : Demikian laporan ini disusun. Mengetahui, Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan (ATIK MAHMUDAH, S.Tr.Keb.,M.Keb) NIDN.0607019501 ( WIWIK W.H., AMD.KEB ) NIP. 19740417 200604 2 020
  3. 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yanng diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah wanita mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum hamil. Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian persiapan. Salah satu persiapan yang harus disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada masa prakonsepsi pada wanita akan mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Beberapa penyakit yang kemungkinan mengganggu proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat dihindari (Cunningham, 2012). Masalah pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome kehamilan (Paratmanitya & Hadi, 2012). Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan menta;, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yanng direncakanan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan komplikasi kehamilan (Oktaria & Juli, 2016).
  4. 4. Pelayanan yang diberikan puskesmas kepada calon pengantin diantaranya yaitu pemeriksaan lab lengkap yang sudah memenuhi protokol kesehatan yaitu wajib memakai handsanitizer serta menjaga jarak antara pasien dan tenaga kesehatan. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melakukan asuhan kebidanan pada calon pengantin pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dengan metode SOAP. 2. Tujuan Khusus Melakukan asuhan kebidanan pad calon pengantin, meliputi : pengkajian, merumuskan diagnose kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan, penatalaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi dan didokumentasikan dengan metode SOAP. C. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Laporan ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan pada calon pengantin. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Kebidanan serta referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan Asuhan secara komprehensif pada calon pengantin. b. Manfaat Bagi Penulis Dapat mempraktekkan teori yang didapatkan secara langsung di lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada calon pengantin. Dapat mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses perkuliahan serta mampu memberikan asuhan kebidanan yang berkesinambungan yang bermutu dan berkualitas.
  5. 5. c. Manfaat Bagi Pasien Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai standar pelayanan kebidanan dan sesuai kebutuhan klien, seingga klien apabila terdapat komplikasi dapat terdeteksi sedini mungkin.
  6. 6. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Kasus 1. Pengertian Calon Pengantin Calon pengantin adalah pasangan yang belum mempunyai ikatan, baik secara hukum agama ataupun negara dan pasangan tersebut berproses menuju pernikahan. Dan juga proses memenuhi persyaratan dalam melengkapi data-data yang diperlukan untuk pernikahan (Iskandar, 2017). Persiapan pernikahan adalah waktu proses untuk menyiapkan keadaan lahir dan batin menuju pernikahan, dan persiapan tersebut meliputi Aspek Fisik / Biologis, Aspek Mental / Psikologis, Aspek Psikososial dan Spiritual. Pernikahan adalah akad/janji yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan saling kasih(mawaddah wa rohmah), pernikahan juga disebut awal dari terbentuknya suatu keluarga (Kemenkes RI, 2018) 2. Pemeriksaan Pra-Nikah Pre marital screening check up atau tes pranikah merupakan serangkaian tes yang harus dilakukan pasangan sebelum menikah. Di negara-negara lain, tes pranikah sudah menjadi pernyaratan wajib bagi pasangan yang akan menikah. Hal tersebut dikarenakan tidak semua orang mempunyai riwayat kesehatan yang baik. Seorang yang tampak sehat dapat dimungkinkan memiliki sifat pembawa (carrier) penyakit (Kemenkes RI, 2018). Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan genetik, penyakit menular dan infeksi melalui darah. Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan
  7. 7. pemeriksaan pra nikah yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon mempelai menikah (Kemenkes RI, 2018) 3. Manfaat Pemeriksaan Pra-Nikah Menjalankan pre marital check up (pemeriksaan kesehatan pra nikah) merupakan sebuah tindakan pecegahan yang wajib dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan ke depannya. Beberapa keuntungan melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah menurut (Kemenkes RI, 2018), antara lain : a. Mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi, seperti penyakit thalasemia, diabetes melitus, dan penyakit lainnya. b. Pemeriksaan pranikah dilakukan untuk mengenal riwayat kesehatan diri sendiri maupun pasangan, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari, khususnya bagi riwayat keturunan yang dihasilkan. c. Memnuat calon mempelai semakin mantap, lebih terbuka, dan lebih yakin satu sama lain mengenai riwayat kesehatan keduanya. 4. Tahapan Pemeriksaan Pra-Nikah Tahapan Pemeriksaan Pra-Nikah (Kemenkes RI, 2018) adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan Fisik Secara Lengkap Pemeriksaan pra nikah yang pertama terdiri atas pemeriksaan umum, yakni uji pemeriksaan fisik secara lengkap. Hal ini dilakukan karena umumnya status kesehatan dapat dilihat lewat tekanan darah. Umumnya, tekanan darah dapat berbahaya bagi kandungan terhambat. Selain itu, pemeriksaan pra nikah juga dapat mengetahui apakah pasnagan tersebut mempunyai beberapa riwayat ataukan tidak, misalnya diabetes. b. Pemeriksaan penyakit hereditas Penyakit hereditas biasanya diturunkan dari kedua orang tua, misalahnya gangguan kelainan darah yang memnuat penderitanya tidak bisa memproduksi hemoglobin (sel darah merah) secara normal. c. Pemeriksaan penyakit menular
  8. 8. Pemeriksaan yang ketiga meliputi pemeriksaan terhadap penyakit menular, diantaranya seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan tersebut penting sekali dilakukan, mengingat penyakit- penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan mengancam jiwa. d. Pemeriksaan organ reproduksi Pemeriksaan ini berkaitan dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk pria maupun wanita. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan organ reproduksi diri sendiri dan pasangan. e. Pemeriksaan alergi Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi sangatlah penting karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak ditangani dengan tepat dapat berakibat fatal. 5. Persiapan Pra-Nikah Bagi Calon Pengantin a. Aspek Fisik / Biologis Menurut WHO tentang persiapan perkawinan yang ditulis oleh Hawari di dalam bukunya, aspek fisik dan biologisnya, meliputi : 1) Usia yang ideal menurut kesehatan dan juga program KB, maka usia antara 20-25 tahun bagi wanita dan usia antara 25-30 tahun bagi pria adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga. +azimnnya usia pria lebih tua daripada usia waita, perbedaan usia relatif sifatnya. 2) Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat dianjurkan untuk menjaga kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani. Kesehatan fisik meliputi kesehatan dalam arti orang itu tidak mengidap penyakit (apalagi oenyakit menular) dan bebas dari penyakit keturunan. b. Aspek Mental / Psikologis 1) Kepribadian Aspek kepribadian sangat penting karena hal ini akan memengaruhi pasangan dalam kemampuan beradaptasi antar pribadi. Pasangan yang memiliki kematangan pribadi akan memiliki kemampuan yang baik
  9. 9. dalam memberikan kebutuhan afeksional sebagai unsur penting dalam berumah tangga. Kenyataannya, tidak ada orang yang memiliki kepribadian ideal yang sempurna, tapi paling tidak masing-masing pasangan bisa saling memahami dan menghargai kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga diharapkan akan bisa saling mengisi dan melengkapi. 2) Pendidikan Tingkat kecerdasan dan pendidikan masing-masing pasangan hendaknya diperhatikan. Umumnya taraf kecerdasan dan pednidikan pria lebih tinggi dari wanita, emskipun tidak menutup kemungkinan terjadi hal yang sebaliknya. Kalaupun hal ini terjadi, hendaknya keduanya memiliki kemampuan adaptasi dan saling menghargai yang cukup tinggi, karena walau bagaimanaoun, laki-lakilah yang kelak menjadi pemimpin dalam rumah tangganya, sebagai pihak yang nantinya akan banyak mengambil keputusan penting dalam keluarga. Karenanya, laki-laki dituntut memiliki kemampuan. 6. Masalah yang Sering Muncul Pada Pemeriksaan Pra-Nikah a. Catin dengan Anemia Pada pemeriksaan Pra-Nikah dilakukan pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui anemia tidaknya pasangan catin terutama catin wanita. Pemeriksaan hemoglobin sangat penting dilakukan, sebab jumlah kadar hemoglobin dalam selm darah akan menentukan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. WUS tidak hamil normalnya memilik 12 g/dl hemoglobin, jika kurang dari angka tersebut maka terjadi anemia pada WUS. Penggolongan anemia berdasarkan WHO untuk WUS tidak hamil sebagai berikut, anemia ringan dengan kadar Hb 11,0-11,9 g/dl, anemia sedang 8,0-10,9 g/dl, dan anemia berat <8,0 g/dl(Kemenkes RI, 2018). Untuk itu perlu dilakukan pemberian tablet zat besi pada catin wanita. b. Catin dengan KEK
  10. 10. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana LiLA wanita usia subur 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran LiLA <23,5 cm atau berada pada garis merah makan perempuan tersebut beresiko KEK dan nantinya jika hamil diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (Kemenkes RI, 2018). Apabila ditemukan catin WUS dengan KEK maka akan diberikan pelayanan gizi yang bertujuan meningkatkan BB melalui konseling gizi tentang makanan dengan gizi seimbang, cara pemilihan dan pengolahan makanan yang tepat, serta penerapan PHBS (Kemenkes RSI, 2018). c. Catin dengan Obesitas Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obestitas adalah mengonsumsi makanan porsi besar (melebihi kebutuhan), makanan dengan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohodrat sederhana dan rendah serat. Sedangkan perilaku makan yang salah adalah kebiasaan makan junk food, makanan dalam kemasan, dan minuman ringan (Kemenkes RI, 2018) Untuk menghindari terjadinya obesitas dumulai dengan perubahan pola makan, perbanyak konsumsi buah dan sayur mengurangi konsumsi makanan manis, mengurangi konsumsi tinggi protein dan lemak, mengurangi mengkonsumsi junk food, serta peningkatan aktifitas fisik (Kemenkes RI, 2018) d. Catik dengan IMS IMS atau infeksi menular seksual melalui hubunga intim baik secara vaginal, anal, maupun oral. Tidak hanya hubungan intim, penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan berbagai jarum suntik dengan penderita. Infeksi juga dapat ditularkan dari ibu hamil ke janin, baik selama hamil dan persalinan (Willy, 2019). Tes IMS dilakukan pada catin jika ada keluhan keluar cairan tubuh abnormal dari kemaluan, luka/lecet di kemaluan, pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha, adanya kondiloma atau jengger ayam di
  11. 11. kemaluan, dan terasa terbakar di kemaluan. Pemeriksaan ini dilakukan sedini mungkin pada pasangan seksual sebelum terjadinya kehamilan (Kemenkes RI, 2918). 7. Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada Pemeriksaan Pra-Nikah Beberapa KIE yang diberikan selama pemeriksaan Pra-Nikah menurut Kemenkes RI (2018) meliputi : 1. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya : 1) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing. 2) Suami istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, mengasuh, dan pendidikan anak. 3) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama. 4) Suami mendukung terlaksananya pemberian ASI Eksklusif. 2. Hak dan kesehatan reproduksi Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki setiap laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak- hak ini menjamin setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak dan waktu memiliki anak serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi. 3. Kehamilan dan perencanaan kehamilan 1) Kehamilan Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. 2) Perencanaan Kehamilan
  12. 12. Perencanaan kehamilah adalah pengaturan kapan usia ideal dan saat yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak. Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah terlalu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35tahun), terlalu dekat jarak kehamilan (<2 tahun), terlalu sering hamil (>3 anak). 4. Pengetahuan tentang fertilitas dan kesuburan 1) Cara menghitung masa subur Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi / masa subur pada wanita. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah haid pertama, sedangkan masa subur biasanya akan terjadi kurang lebih 3 hari sebelum dan sesudah menuju puncak masa subur tersebut. 2) Tanda-tanda masa subur a) Perubahan lendir serviks Jika dalam masa subur cairan ini bertekstur lengket dan kental. Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan dan peribahan tekstur menjadi berwarna bening dan bertekstur lebih cair. b) Dorongan seksual meningkat Hormon kewanitaan akan meningkat dalam masa subur sehingga berpengaruh terhadap hasrat seksual. c) Temperature tubuh meningkat dan payudara lebih lunak Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan memicu kenaikan suhu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh tersebut hanya sedikit (0,5o C) maka cukup sulit mengamati kenaikan masa subur hanya dengan memperhatikan kenaikan suhu tubuh pada wanita. Oleh karena itu cara ini jarang digunakan sebagai acuan. Akibat lain dari meningkatnya produksi hormon yang tinggi menyebabkan payudara menjadi lebih lunak.
  13. 13. 3) Infertilitas Infertiltas adalah kegagalan pasangan suami istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi selama satu tahun. Faktor yang memengaruhi infertilitas adalah umur, lama infertilitas, emosi, lingkungan, kondisi reproduksi wanita, meliputi serviks, uterus dan sel telur, kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas. 5. Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat menghadapi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. 6. Kekerasan dalam rumah tangga KDRT adalah setiap perbuatan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukung dalam lingkup rumah tangga. 7. Kebutuhan energi dan zat gizi masa prakonsepsi The Reference Daily Intake (RDI) menyarankan untuk asupan harian bagi perempuan masa prakonsepsi mengandung zat gizi asam folat sebesar 400 mcg yang dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian maupun suplemen. Selain asam folat ada suplementasi vitamin A maksimal 5000 IU serta pembatasan minuman yang mengandung alkohol selama masa prakonsepsi.
  14. 14. B. Referensi Jurnal Judul Advokasi dan Bimbingan Pra Nikah tentang Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin Nama Jurnal Neotyce Journal Volume dan halaman Vol 2 No 1 Page 5-8 Tahun 2022 Penulis Susanti, Mega Octamelia, Yogho Prastyo Reviewer Tanggal Februari 2022 Tujuan Penleitian Memberikan edukasi atau bimbingan kepada calon pengantin agar dapat memberikan informasi kesehatan reproduksi. Kerangka Penelitian - Teori yang mendukung penelitian yang bersangkutan Pelaksanaan kegiatan bimbingan pranikah bagi calon pengantin diawali dengan melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan. - Problem/ populasi (latar belakang masalah) Bimbingan pranikah dengan materi kesehatan reproduksi masih terbatas. Metode Penelitian - intervensi - Komparasi/ perbandingan dengan metode standar - Upaya edukasi atau pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi. - Pemberian edukasi pranikah pada calon pengantin pada saat melakukan pemeriksaan pranikah. Outcome - Hasil penelitian dan temuan penelitian - Analisis kasus dengan jurnal yang dipilih - Pemberian edukasi dan bimbingan pranikah pada calon pengantin dapat diterima dengan baik oleh peserta. - Pemberian edukasi pranikah tentang kesehatan reproduksi dapat memupuk kesiapan calon pasangan suami istri untuk membina bahtera rumah tangga.
  15. 15. BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAM KEBIDANAN PADA REMAJA / PRANIKAH PADA Nn. H UMUR 22TH DI PMB WIWIK WAHYU HANGGRAINI, AMD.KEB A. PENGKAJIAN Tanggal Pengkajian : 8 Desember 2022 Tempat Pengkajian : PMB Wiwik Wahyu Hanggraini Pukul : 16.00 WIB B. DATA SUBYEKTIF 1. Biodata Calon Istri Calon Suami Nama Nn. H Tn. K Umur 22 tahun 30 tahun Agama Islam Islam Status Pernikahan Belum pernah menikah Belum pernah menikah Pendidikan SMA SMA Pekerjaan Swasta TNI Alamat Gilis 7 Katelan, Tangen Banaran 2. Alasan Datang Nn. H dan Tn. K datang ke BPM untuk konsultasi pemeriksaan pra- nikah. Nn. H dan Tn. K berencana melangsungkan pernikahan pada 2 Maret 2023. 3. Riwayat Kesehatan a) Riwayat Penyakit Sekarang Saat ini calon pengantin pria dan wanita dalam keadaan sehat tidak ada keluhan dalam masalah kesehatan. Calon pengantin tidak ada
  16. 16. gejala demam, batuk, pilek, mual muntak yang berkaitan dengan Covid-19. b) Riwayar Kesehatan Dahulu Calon pengantin pria dan wanita tidak memiliki riwayta penyakit seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, diabetes mellitus, hipertensi, epilepsi, dan penyakit lainnya. Calon pengantin tidak mempunyai riwayat alergi, riwayat operasi, riwayat trauma fisik dan tidak ada riwayat penyakit kelenjar parotis. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga Nn. H ada yang menderita penyakit diabetes mellitus dan hipertensi, sementara pada keluarga Tn. M tidak ada yang menderita penyakit menurun, tidak ada riwayat keturunan kembar dan tidak ada riwayat cacat bawaan. d) Riwayat Kesehatan Obstetric dan Ginekologi Calon pengatin wanita tidak memiliki riwayat penyakit organ reproduksi seperti myoma uteri dan kista ovarium. 4. Riwayat Kebidanan a) Riwayat Haid Calon pengantin menarch usia 11 tahun, siklus 30 hari, teratur, lama 5-7 hari, warna merah segar. Hari pertama dan kedua biasa mengalami nyeri haid dengan konsistensi encer tidak menggumpal. b) Rencana Kehamilan dan Riwayat Imunisasi TT Calon pengantin pria dan wanita sepakat tidak menunda kehamilan. Catin wanita tahun kelahiran 2000 rutin di imunisasi saat kecil dan status imunisasi TT belum lengkap. 5. Pola Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi Calon pengantin makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, buah jarang, dan sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada pantangan / alergi makanan.
  17. 17. b) Eliminasi Calon pengantin BAB 1 kali sehari, nomal. BAK 5-6 kali sehari, warna putih kekuningan. Tidak ada keluhan BAB dan BAK. c) Istirahat Calon pengantin tidur malam 7-8 jam. Tidak ada tidur siang. Tidak ada keluhan pola istirahat. d) Aktivitas Nn. H kerja sejak pukul 08.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Olahraga voli dan renang tiap minggu kurang lebih 2 jam. tidak melakukan aktivitas yang berat. Tn. K kerja sejak pukul 08.00 WIB sampai pukul 15.00 WIb. Terbiasa melakukan aktivitas berat. 6. Riwayat Ketergantungan Tidak memiliki kebiasaan seperti merokok, konsumsu makanan berlemak, konsumsi alkohol dan NAPZA. Calon pengantin wanita tidak suka mengonsumsi jamu, kopi dan minuman bersoda. 7. Riwayat Sosial Ekonomi Pendidikan terakhir calon suami dan calon isttri adalah SMA. Calon suami bekerja sebagai TNI-AD dan calon istri bekerja pada sebuah perusahaan swasta. Setelah menikah keduannya tetap bekerja dan mengurus rumah tangga bersama. 8. Riwayat Seksual Calon pengantin wanita dan pria tidak pernah melakukan hubungan seksualpranikah atau perilaku seksual beresiko, tidak pernah melakukan kekerasan seksual, tidak menderita IMS / HIV. 9. Psikologi Catin Pasangan catin saling setuju dalam pernikahan dan tidak ada pakasaan dari pihak manapun. Pasangan catin mengungkapkan siap untuk berumah tangga dan bersiap menjadi orang tua.
  18. 18. Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20 Pertanyaan Y T Apakah anda sering merasakan sakit kepala?  Apakah anda kehilangan nafsu makan?  Apakah tidur anda tidak lelap?  Apakah anda mudah jadi takut?  Apakah anda merasa cemas, tegang dam khawatir?  Apakah tangan anda gemetar?  Apakah anda mengalami gangguan pencernaan?  Apakah anda sulit berpikir jernih?  Apakah anda tidak bahagia?  Apakah anda sering menangis?  Apakah anad merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari- hari?  Apakah adana mengalami kesulitas untuk mengambil keputusan?  Apakah aktivitas / tugas sehari-hari anda terbengkalai?  Apakah anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini?  Apakah anda kehilangan minat terhadap banyak hal?  Apakah anda merasa tidak berharga?  Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup?  Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?  Apakah anda merasa tidak enak di perut?  Apakah anda mudah lelah?  Intepretasi Hasil : Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari calon pengantin wanita dan pengantin pria dari 20 pertanyaan didapat hasil jawaban Tidak berjumlah 20 dan Ya Nol, hal ini berarti menunjukkan bahwa pasangan calon pengantin ini tidak menunjukkan adanya penyimpangan masalah kejiwaan. 10. Pengetahuan Catin mengenai kesehatan prakonsepsi Catin hanya mengetahui pemeriksaan kesehatan di puskesmas berfungsi untuk suntik TT dan pemeriksaan darah. C. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum baik, composmentis.
  19. 19. 2. Tanda-tanda vital : Nn. H Tn. K T : 120/80 mmHg T : 120/70 mmHg S : 36,5o C S : 36,5o C N : 80 x/menit N : 83 x/menit R : 21 x/menit R : 22 x/menit 3. Anthropometri Nn. H Tn. K BB : 48 kg BB : 63 kg IMT : Normal IMT : Normal TB : 160 cm TB : 174 cm LILA 23,5 cm Lingkar panggul luar : 80 4. Pemeriksaan fisik Nn. H Muka : Tidak sembab, tidak pucat, tidak berjerawat. Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva palpebrae merah muda, penglihatan normal. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik. Mulut : Bersih, mukosa bibir warna merah muda, dan tidak ada stomatitis. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid, tidak ada pembendungan vena jugularis. Dada : bunyi jantung dan paru-paru normal, simetris, tidak ada pernapasan retraksi intercostalis. Payudara : tidak terkaji Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak teraba massa, tidak teraba ballotement. Genetalia : tidak terkaji Ekstremitas Atas : normal, tidak oedema, kuku tidak pucat Bawah : normal, tidak oedema, tidak ada varices
  20. 20. Pemeriksaan Fisik Tn. K Muka : Tidak sembab, tidak pucat, tidak berjerawat. Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva palpebrae merah muda, penglihatan normal. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik. Mulut : Bersih, mukosa bibir warna merah muda. Dada : bunyi jantung dan paru-paru normal, simetris, tidak ada pernapasan retraksi intercostalis. Abdomen : Tidak terkaji Genetalia : tidak terkaji Ekstremitas Atas : normal, tidak oedema, kuku tidak pucat Bawah : normal, tidak oedema, tidak ada varices 5. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan, catin di beri edukasi bahwa catin harus menjalani pemeriksaan penunjang berupa cek golongan darah, HB dan HCB bagi catin wanita dan cek HIV dan HbSAg bagi pasangan catin. D. ASSESMENT Calon pengantin Nn. H dan Tn. K usia 22 tahun dan 30 tahun dengan prakonsepsi 4 bulan tidak ada masalah, KU baik, prognosa baik. E. PENATALAKSANAAN 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan calon pengantin pria dan wanita dalam keadaan sehat. 2. Memberikan KIE tentang kesehatan reproduksi, kehamilan dan perencanaan kehamilan, kesehatan jiwa, pengetahuan tentang fertilitas, kesetaraan gender, pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). 3. Memberitahu kepada calon pengantin mengenai skrining status imunisasi TT.
  21. 21. a. Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit Tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis Imunisasi Tetanus untuk mencapai kekebalan penuh. Evaluasi : catin mengerti. b. Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit Tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap Tetanus. Evalusasi : catin mengerti. c. Untuk menentukan status imunisasi Tetanus, harus dilakukan skrining status imunisasi Tetanus pada catin perempuan. Evaluasi : Catin mengerti 4. Menganjurkan catin untuk melakukan pemeriksaan penunjang dan melakukan pemeriksaan calon pengantin di Puskesmas terdekat.
  22. 22. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang asuhan kebidanan prakonsepsi pada Nn. H 22 tahun dan Tn. K 30 tahun di PMB Wiwik Wahyu Hanggraini yang dilakukan pada tanggal 8 Desember 2022 dengan menggunakan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP. Berdasarkan hasil asuhan prakonsepsi pada Nn. H 22 tahun dan Tn. K 30 tahun terdapat kesamaan dan kesenjangan antara teori dan praktik, diantaranya sebagai berikut : Pada teori disebutkan bahwa pemeriksaan pra nikah disarankan 6 bulan sebelum pernikahan dilaksanakan, namun pada praktiknya pemeriksaan pra nikah belum dilaksanakan di Puskesmas atau belum dilaksanakan belum lengkap, dan calon pengantin baru melakukan konsultasi pada bidan tiga bulan sebelum pernikahan. Untuk usia menikah sudah sesuai dengan teori, yaitu lebih dari 19 tahun untuk calon pengantin wanita sesuai menurut UU RI No 16 tahun 2019 tentang perubahan atsa UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Pada pelaksanaan konseling mahasiswa melakukan skrining deteksi dini masalah kejiwaan (SRQ 20).
  23. 23. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi pada Nn. H 22 tahun dan Tn.K 30 tahun dengan prakonsepsi tiga bulan di PMB Wiwik Wahyu Hanggraini pada tanggal 8 Desember 2022 dengan hasil calon pengantin dalam keadaan baik. Calon pengantin diberikan edukasi untuk melakukan pemeriksaan pranikah di puskesmas terdekat dan diberikan edukasi mengenai persiapan sebelum konsepsi. Pada asuhan kebidanan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya yang berguna untuk mengurangi risiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat. B. Saran Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada masa prakonsepsi dengan prinsip menganggap seluruh pasien mempunyai risiko yang sama, sehingga kesiapan dalam masa sebelum hamil dapat dilakukan dengan tepat. Masyarakat diharapkan dapat melakukan pemeriksaan pranikah sesuai dengan anjuran yaitu 6 bulan sebelum menikah atau minimal 3 bulan sebelum menikah.
  24. 24. DAFTAR PUSTAKA Bhutta, Z & Lassi, Z. 2015. Preconception Care and Nutrition Intervention in Low and Middle-income Countries. Global Epidemiology and Risk Factors, 15-26 Iswanto. 2007. Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Sunda Kelapa Pustaka Kemenkes RI. 2018. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes RI. 2018. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pra-Nikah. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kesehatan- pra-nikah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (2019) Susanti, Octamelia, Prastyo. 2022. Advokasi dan Bimbinan Pra Nikaj tentang Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin. Neotyce Journal. Vol 2 No 1

×