Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Tokoh it indonesia siswa pemenang
1. Tokoh IT Indonesia Siswa Pemenang & Pencetak Rekor Peserta Termuda di
10th International APICTA Awards 2010, Malaysia
'Fahma (lahir di Bandung, Jawa Barat, 27 Mei 1998; umur 15 tahun) adalah programer cilik asal
Indonesia. ia memulai sebagai seorang programer cilik saat usia SMP, banyak hasil karyanya
seperti game mobile sampai game smartphone yang mengandung unsur edukasi
Perkataan fama terhadap adiknya hania
“Aku sayang adikku, Hania, meskipun dia kadang-kadang rewel, terutama saat dia tidak ada
kegiatan atau permainan. Dia sekarang sekolah di TK B Cendikia, Bandung. Dia senang
memainkan ponsel, terutama punya Ibuku. Sejak di playgroup, dia senang belajar. Aku
ditantang Ayahku untuk membuat aplikasi di hape Ibuku, agar adikku bisa bermain sambil
belajar. Akhirnya, dibuatlah aplikasi untuk ponsel Ibuku (Nokia E71, sama dengan ponsel
Ayahku) “Belajar Huruf, Angka, dan Warna”, lalu “EnglishForKids”, dan “Doa Anak
Muslim”. Jadi, aplikasi Flash Lite di ponsel ini adalah untuk anak-anak belajar huruf,
angka, warna, bahasa Inggris, dan doa-doa di ponsel.” (Fahma Waluya Rosmansyah –
Program Book INAICTA 2010)
Mereka adalah anak dari pasangan Dr. Yusep Rosmansyah (Dosen & Peneliti di ITB) dan Yusi
Elsiano (Praktisi Anak) ini berhasil menjuarai APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards)
2010 pada kategori Secondary Student Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP
Salman AL-Farisi Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika
Rosmansyah (6 tahun).
Karya mereka merupakan kumpulan program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan
Adobe Flash Lite untuk ponsel Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My
Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika berhasil
2. mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional 2010 dan memperoleh skor
tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner) APICTA 2010 pada kategori Secondary
Student Project, disusul secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat pemenang Merit Award
(Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB
– Brunei, Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School
(Kulai) – Malaysia, SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine
Strategy karya Rayongwittayakom School – Thailand
Fahma Waluya (12 tahun) dan adiknya Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk
peserta termuda yang berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan
kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001. Selama ini untuk
kategori Secondary Student Project yang diikuti siswa-siswa elementary, middle dan high
school, pemenangnya berasal dari siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school).
APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang
diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ICT
(Information and Communication Technology) dalam masyarakat dan membantu menjembatani
kesenjangan digital.
3. Motivasi
anak berusia 15 tahun ini memiliki visi untuk mengubah paradigma yang sudah tertanam di
benak masyarakat sejak bertahun-tahun itu. Dia berpikir aktivitas membuat game sama serunya
dengan bermain game.
Perjalanan hania dalam membuat game
Cukup 10 Menit
Dalam membuat aplikasi, peranan Hania sang adik juga tidak kalah besar. Dia menjadi tester
dan pengisi suara bagi aplikasi buatan kakaknya.
"Eh, kak. Aku yang isi suaranya loh," celetuk Hania.
"Iya, semua aplikasi dan game buatan saya untuk adik saya belajar. Karena setiap saya buat
aplikasi itu harus ada filosofinya," tambah Fahma.
Jawaban Fahma membuat detikINET penasaran akan kemampuannya. Tanpa ragu-ragu dia pun
menawarkan diri untuk membuat aplikasi.
"Kakak mau aplikasi apa. Saya bisa buat dalam 10 menit," katanya.
Dengan cekatan, dia pun langsung membuka aplikasi Adobe Flash CS 3, software yang biasa dia
gunakan untuk membuat aplikasi. Lincah jari-jarinya menggerak-gerakan mouse. Membuat
sketsa dan memasukan beberapa script. Hebat. Dalam waktu kurang dari 10 menit, sebuah
4. aplikasi sederhana tentang jenis-jenis hewan, suara dan ejaan namanya pun rampung.
"Biasanya saya pakai Flash dan Photoshop untuk desainnya. Ini aplikasi untuk membantu anak-
anak kecil mengenal jenis hewan. Kan mereka cuma tau gambarnya, tapi tidak tahu suaranya
seperti apa. Ditambah juga ejaan nama hewan ini," terangnya.
Tak mau kalah, si adik pun unjuk gigi. "Aku juga bisa," katanya sambil menenteng laptop.
"Aku udah bikin 8 aplikasi. Kakak mau lihat," katanya.
Siapa bilang anak Indonesia cuma bisa main game saja. Anak Indonesia juga bisa buat game.
Fahma Waluya Rosmansyah (12) adalah anak Indonesia yang masuk jajaran pembuat game dan
”software mobile” termuda di dunia!
Setidaknya saat ia dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (6), memenangi lomba pembuatan
”software” Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA)
International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia, Oktober lalu yang diikuti 16 negara.
“Buktikan kalau kamu bisa bikin aplikasi ponsel dalam lima menit?” Tanpa banyak gerak,
Fahma dan Hania berembuk, menyambut tantangan Kompas. Fahma memberikan pilihan
binatang apa yang akan dibuatkan grafisnya. Seorang relawan, anak kelas I SD, meminta Fahma
membuat kupu-kupu.
”Tapi kupu-kupu kan enggak ada suaranya!” kata Hania, siswa kelas I SD di Bandung.
Fahma langsung bekerja di laptopnya. Dengan software Adobe Flash, ia menggambar sebelah
sayap kupu-kupu menggunakan tetikus, sayap satunya lagi tinggal menduplikasi sehingga tak
lebih dari satu menit rancangan grafis kupu-kupu selesai. Fahma mewarnai kupu-kupu yang
kelak bisa bergerak. Kurang dari empat menit, animasi sudah tercipta, tinggal memasukkan
suara.
Hania benar, kupu-kupu tak bersuara. Namun, Fahma tak kehabisan akal, dari mulutnya keluar
suara ”keplek-keplek….” Suaranya lalu ia dekatkan pada laptop agar bisa terekam. ”Ini bukan
suara kupu-kupu, tetapi bunyi kepak sayapnya,” kilah Fahma.
Ketika aplikasi itu diputar kembali, animasi berdurasi 10 detik itu muncul: seekor kupu-kupu
warna-warni yang terbang mengepak-ngepakkan sayap bersuara ”keplek-keplek….” Animasi
5. yang dibuat anak Indonesia dalam waktu lima menit. Fahma, siswa kelas I SMP di Bandung ini,
memenuhi janjinya.
”Biasanya Hania yang menjadi dubber, pengisi suara berbagai aplikasi untuk ponsel yang
diciptakan kakaknya,” kata Yusep Rosmansyah, ayah kedua kakak-adik itu, beberapa waktu lalu
di Jakarta.
Aplikasi lain yang dibuat Fahma tidaklah sesederhana kupu-kupu bersuara keplek-keplek. Jauh
lebih rumit karena dia harus menyesuaikannya untuk aplikasi mobile yang bisa dinikmati pada
ponsel.
Beberapa software yang diciptakan Fahma untuk ponsel, antara lain, Bahana (Belajar Huruf
Warna Angka), DUIT (Doa Usaha Ikhlas Tawakal), Enrich (English for Children), Mantap
(Matematika untuk Anak Pintar), dan Doa Anak Muslim (Prayers for Children).
”Pada saat adik saya berumur tiga tahun, ia sulit mengenali huruf. Lalu saya buatkan aplikasi
sederhana di ponsel yang memungkinkan dia mengenali huruf, warna, dan angka. Soalnya, adik
saya suka main-main dengan ponsel ibu,” kata Fahma.
Tak aneh kalau Fahma lalu membuat aplikasi di salah satu jenis ponsel Nokia berjudul ”My
Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku untuk Belajar Adikku). Aplikasi itu ia
buat dengan menggunakan Adobe Flash Lite.
Disusun oleh :
Nama : Nuria Sari
Nim : 1100631005
kelas : MI.A