SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 65
Baixar para ler offline
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 
Dibuat 
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan 
Universitas Indraprasta PGRI 
Disusun Oleh : 
ELAWATI 
DWI KUSUMA NINGRUM 
NURAIDA 
YULIANA 
SUBHAN 
PROGRAM PASCA SARJANA 
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA, DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI 
2014
KATA PENGANTAR 
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang dengan ridho-Nya, alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kami mengharapkan bimbingan, bantuan, saran dan dukungan dari Bapak dosen serta pihak lain agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. 
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai penunjang tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. 
Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kami serta seluruh pembaca. Amin. 
Jakarta, 19 Oktober 2014 
Penulis
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR 
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 1 
B. Rumusan Masalah 2 
C. Tujuan 2 
BAB II PEMBAHASAN 
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas 3 
B. Kajian Teori 6 
C. Model-model PTK 13 
D. Jenis-jenis PTK 15 
BAB III SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 
A. Tahap-Tahap PTK 18 
B. Langkah-langkah PTK 19 
C. Kelebihan dan Keterbatasan PTK 21 
D. Contoh Penelitian Tindakan kelas 22 
E. Judul – judul PTK Lain 59 
BAB IV PENUTUP 
Kesimpulan 63 DAFTAR PUSTAKA 64
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Pembaharuan pendidikan selalu mengalami perbaikan sehingga pembelajaran tidak hanya berbasis akademis saja. Berbagai penemuan teori-teori pembelajaran selalu digencarkan agar pendidikan mengalami inovasi yang terus menerus. Memasuki zaman yang berbasis teknologi, maka pendidikan pun tak mau kalah jauh selalu memajukan teknologi dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. 
Salah satu pembaruan pendidikan yaitu dengan adanya suatu penelitian yang mencari titik kelemahan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan dalam lingkup kelas. Dalam hal ini guru memang menjadi objek sebagai pembaruan dalam pendidikan, sehingga seorang guru secara tidak langsung juga dituntut untuk dapat melakukan sebuah penelitian dengan berbekal pengetahuan, kesabaran, dan ketekunan. 
Adanya masalah yang memicu guru untuk melakukan sebuah penelitian tidak lain karena kesadaran guru itu sendiri yang ingin menjadikan masalah sebagai acuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar menjadi yang lebih baik. Sehingga guru ingin mencari kelemahannya sendiri kemudian mencoba menyempurnakan dengan diadakannya sebuah penelitian tindakan kelas. Dengan adanya penelitian ini, guru dituntun untuk berfikir kritis dan memperbaiki pola berfikirnya, yaitu bahwa mengajar tentunya tidak hanya datang secara rutin lalu memberi penjelasan kepada peserta didik kemudian selesai. Tetapi sebagai pekerja professional guru harus memiliki sejumlah kompetensi khususnya dalam pengelolaan pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, tingkat dasar dan menegah. 
Seorang guru dikatakan profesional dalam bidang tertentu manakala memiliki sejumlah kompetensi sesuai dengan keahlian hasil dari proses
pendidikan. Dan sebagai pekerja profesional guru haruslah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas. 
B. Rumusan Masalah 
1. Bagaimana konsep dasar penelitian tindakan kelas? 
2. Apa pengertian Penelitian Tindakan Kelas? 
3. Apa saja tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas ? 
4. Bagaimana karakteristik dan perbedaan antara penelitian tindakan kelas dengan penelitian formal? 
5. Bagaimana tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas secara garis besar? 
C. Tujuan 
1. Mahasiswa mengetahui memahami konsep dasar penelitian tindakan kelas. 
2. Mahasiswa mengetahui tujuan penelitian tindakan kelas. 
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami manfaat penelitian tindakan kelas. 
4. Mahasiswa dapat memahami karakteristik dan perbedaan penelitian tindakan kelas dengan penelitian tindakan. 
5. Mahasiwa dapat memahami tahap-tahap penelitian tindakan kelas.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas 
Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kajian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya. 
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. 
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, pene- litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut : 
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. 
Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. 
Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru. 
Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut. 
1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain. 
2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran dan sebagainya. 
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar. 
5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru atau perilaku belajar siswa itu sendiri. 
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya. 
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas dan lain sebagainya. 
Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: 
1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan pembelajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain sebagainya. 
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembelajaran. 
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku, teknik memotivasi dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu). 
5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa. 
6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan dan sumber belajar di dalam/luar kelas. 
7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian berbasis kompetensi atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu. 
8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran atau interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar. 
Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. 
Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti. 
B. Kajian Teori 
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas 
Menurut Arikunto (2008) Penelitian Tindakan Kelas dalam bahasa Inggris adalah classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukan isi
yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. 
Ada tiga kata dalam penelitian tindakan kelas, yang masing-masing dapat diterangkan: 
a. Penelitian, menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan mengunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 
b. Tindakan, menunjukkan pada suau gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dalam tujuan terteentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 
c. Kelas, dalam hal ini kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Jadi kelas bukan seperti pengetian kita selam ini yaitu, berwujud bangunan yang di dalamnya ada guru dan siswa. Jelas pengertian kelas tersebut adalah salah namun kita terbiasa mengartikan seperti itu. 
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu penelitian, tindakan dan kelas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. 
Sedangkan dalam Wijaya Kusumah (2010:8) terdapat beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK), antara lain: 
a. Menurut Carr dan Kemmis (1986) PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini,
dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan. 
b. Menurut Mc Niff (1992) PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat atau kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok sasaran. 
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. 
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kalas 
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain: 
a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah. 
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas. 
c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. 
d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Dengan demikian output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran. 
Sedangkan menurut Departemen Pendidik Nasional (2004), Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk : 
a. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah 
b. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas 
c. Peningkatan atau perbaikan terhadapa kualitas penggunaan media, alat bantu belajar dan sumber belajar lainnya. 
d. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan proses dan hasil belajar siswa. 
e. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah. 
f. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah. 
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas 
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut: 
a. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah. 
b. Menumbuh kembangkan kebiasaan, budaya dan, atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik. 
c. Mewujudkan kerja sama, kaloborasi dan, atau sinergi antar pendidik dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
d. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah dan kelas. 
e. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat. 
f. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh. 
4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas 
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah pembelajaran di kelas. 
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut. 
A. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah pembelajaran, dengan dukungan ilmiah. 
B. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan. 
C. Persoalaan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. 
D. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. 
E. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action). 
Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi (2008) PTK mempunyai enam karakteristik, yaitu sebagai berikut: 
a. Penelitian tindakan kelas sifatnya situasional, yaitu berkaitan dengan upaya mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, yaitu di kelas dalam sekolah dan berupaya menyelesaikannya dalam konteks tersebut. 
b. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan peserta didiknya, yaitu satu satuan kerja sama dengan perspektif yang berbeda, bisa juga antara guru dan kepala sekolah. Kerja sama kolaboratif ini dengan sendirinya juga partisipatori. 
c. Penelitian tindakan kelas bersifat self evaluative, yaitu kegiatan modifikasi praksis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan, yang tujuan akhirnya ialah untuk peningkatan perbaikan dalam praktik nyatanya. 
d. Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan. 
e. Penelitian tindakan kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik. 
f. Ketataan ilmiah penelitian tindakan kelas memang agak longgar. 
5. Perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Formal 
Penelitian tindakan berbeda dengan penelitian formal. Penelitian formal bertujuan menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. 
Perbedaan antara penelitian formal dengan penelitian tindakan kelas disajikan dalam tabel berikut (Wijaya Kusumah, 2010): 
NO 
KETENTUAN 
PENELITIAN FORMAL 
PTK 
1 
Pelaku 
Dilakukan oleh orang lain 
Dilakukan oleh guru yang bersangkutan 
2 
Sample 
Harus Representatif 
Tidak harus representatif
3 
Instrumen 
Harus valid dan Reliabel 
Tidak harus valid dan reliabel 
4 
Statistik 
Analisis statistik yang baik 
Tidak harus menggunakan statistik 
5 
Hipotesis 
Hipotesis harus jelas 
Tidak mensyaratkan hipotesis 
6 
Teori 
Harus berdasarkan teori yang sudah ada 
Teori tidak terlalu berpengaruh 
7 
Fungsi 
Menguji Teori 
Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung 
6. Asas-Asas Penelitian Tindakan Kelas 
Karena tujuan utama PTK bukan menemukan atau menggeneralisasikan akan tetapi memperbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu baik dalam proses pengumpulan data, menganalisis data sampai pada proses pengambilan kesimpulan sangat situasional sesuai dengan keadaan tertentu dan bersifat subjektif. Ada beberapa asas proses pelaksanaan PTK. Yaitu asas reflektif, asas kolaboratif dan asas resiko. 
A. Asas reflektif, yaitu untuk mencari dan menemukan berbagai kelemahan yang dilakukan oleh guru itu sendiri. 
B. Asas kolaboratif, dalam melkukan PTK minimal ada 3 kelompok yakni, guru, observer dan siswa. Yang harus memberikan penilaian dari sudut yang berbeda sehingga akan memberi perluasan pandangan. 
C. Asas resiko, guru haruslah berani menanggung resiko berbagai kemungkinan yang terjadi seperti: Resiko kegagalan tindakan yang dilakukan, adanya tuntutan tertentu dari berbagai pihak, dan adanya kejadian-kejadian diluar dugaan dan perhitungan peneliti. 
7. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas 
PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru disekolah, prinsip tersebut diantaranya: 
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar. 
b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas PTK. 
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran dikelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. 
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi. 
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. 
C. Model-model PTK 
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt, (5)Model Hopkins, (6)Model McKernan dan masih banyak yang lainnya. Dibawah ini kita akan bahas satu persatu dari beberapa model tersebut: 
1. Model Kurt Lewin; PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi: (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing) dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996). 
2. Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart, 1990:14). 
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada gambar diatas, tampak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan. 
3. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan
terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf- taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini. 
SIKLUS PELAKSANAAN PTK 
Gambar 4: Riset Aksi Model John Elliot 
D. Jenis-jenis PTK 
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosa dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas. 
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian. 
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari. 
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiata belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
BAB III 
SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 
A. Tahap-Tahap PTK 
Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) yaitu Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih memperjelas mari kita perhatikan tahapan-tahapan berikut: 
1. PLANNING (RENCANA) 
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan. Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu. 
2. ACTION (TINDAKAN) 
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas. 
3. OBSERVATION (PENGAMATAN) 
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh
peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul. 
4. REFLECTION (REFLEKSI) 
Releksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya. 
B. Langkah-langkah PTK 
Langkah-langkah umum dalam PTK bervariasi, namun ada beberapa langkah pokok yang hendaknya diikuti dalam melakukan PTK. Langkah-langkah tersebut yaitu : 
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah 
Dalam dunia pendidikan, contoh-contoh garapan PTK antara lain adalah ; 1) Metode mengajar dan strategi mengajar, 2) Prosedur evaluasi, 3) Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai, 4) Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar baru, menambahkan kemampuan analisis, 5) Pengelolaan dan kontrol, 6) Administrasi 
Masalah yang dapat dilakukan PTK adalah masalah harus: 
a) Riil, artinya harus benar-benar dibawah kewenangan guru dalam memecahkan masalah itu datang dari pengamatan/pengalaman guru sendiri melalui kegiatan sehari-hari. 
b) Masalah harus problematik 
c) Masalah harus memberi manfaat yang jelas 
d) Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan atau ditangani) 
Setelah diidentifikasi, masalah dirumuskan. Masalah penelitian tindakan adalah kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kesenjangan ini hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskan masalahnya. ldentifikasi masalah hendaknya dilakukan oleh
para peserta penelitian secara bersama-sama untuk menjamin pemahamannya dari awal. Beberapa kriteria dalam menemukan masalah adalah ; 
a) harus penting dan signifikan bagi pengembangan lembaga atau program 
b) Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan, baik dari segi biaya, tenaga maupun waktu 
c) Pernyataan masalah harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab akibat, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal yang fundamental pula, bukan atas dasar fenomena yang dangkal 
2. Manganalisis masalah 
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi- dimensi problem yang mungkin ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya, dan untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis masalah melibatkan berbagai jenis kegiatan, tergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahny:a, analisis tentang sebab akibat tentang data penelitian yang tersedia atau mengamankan data pendahuluan untuk melihat dalam penelitian tentang masalahnya. 
3. Merumuskan hipotesis tindakan. 
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang tepat, peneliti hendaknya mencari masukan dari orang lain yang terkait sehingga wawasannya terbuka. 
4. Membuat rencana tindakan dan pemantauannya 
Rencana tindakan hendaknya memuat insformasi tentang hal-hal berikut: 
a) apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan terpecahkannya masalah yang telah dirumuskan 
b) alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti/data
c) perekaman/pencatatan data dan pengolahannya 
d) rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasilnya 
5. Melaksanakan tindakan dan mengamatinya 
Dalam PTK bersifat fleksibel, artinya jika sesuatu memerlukan perubahan itu mengandung tercapainya perbaikan. Pada saat tindakan dilaksanakan itulah pengumpulan data dilakukan. Data mencakup semua yang dilakukan oleh siapa pun yang ada dalam situasi terkait, perubahan- perubahan yang perlu dilakukan, pengaruh suatu kegiatan (sikap, motivasi, prestasi), pola interaksi yang terjadi dan proses yang berlangsung. Data dapat dikumpulkan melalui teknik-teknik berikut: catatan anekdot, catatan interaksi, deskripsi perilaku ekologis, analisis sosiometrrik, jadwal dan ceking interaksi, rekaman audio, foto dan slide dan kinerja subjek penelitian pada kegiatan tersebut. 
6. Mengelola dan menafsirkan data 
Semua data hendaknya diperiksa untuk dijadikan landasan untuk melakukan refleksi. Perbandingan data antarpencatat/peneliti atau antarteknik dilakukan untuk meningkatkan obyektivitas. Untuk menentukan apakah perbaikan yang diinginkan telah terjadi, data tentang perubahan perilaku, sikap, motivasi dan pengetahuan dianalisis. Bila perubahan dicatat secara kualitatif hendaknya ditentukan indikator- indikator deskreptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat diperiksa oleh semua pihak. Hasil analisis disajikan secara kualitatif deskriptif dan mungkin dalam aspek tertentu secara kuantitatif. 
7. Melaporkan Hasil 
Hasil analisis data dilaporkan, dan laporan hendaknya mencakup ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan bersama pelaksanaan pemantauannya serta perubahan yang terjadi. 
C. Kelebihan dan Keterbatasan PTK 
Kelebihan : 
1. Adanya kerjasama antara guru, siswa dan ahli peneliti dari LPTK. 
2. Menghasilkan kreatifitas serta inovasi
3. Hasil penelitian lebih valid dan reliabel. 
4. Hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh guru. 
Keterbatasan : 
1. Guru cenderung konvesional 
2. Hasilnya tidak bersifat universal atau secara umum. 
3. Penelitiannya bersifat kondisional dan situasional, yang kadang tidak menerapkan metode ilmiah yang ajek atau konsisten. 
D. Contoh Penelitian Tindakan kelas 
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA KONSEP PERUBAHAN PADA BENDA DENGAN MENGGUNAKAN METODA DEMONTRASI 
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka) 
Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk Kenaikan Tingkat dari IV /A ke IV/ B 
Oleh : 
MUHAMAD YUSUF, S.Pd. 
NIP. 131 506 701
KATA PENGANTAR 
Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Konsep Perubahan Pada Benda dengan Menggunakan Metoda Demontrasi " 
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kelemahan baik dalam penyusunan, dan itu semua semata-mata merupakan keterbatasan dalam pengalamam menyusun makalah, mudah-mudahan makalah ini banyak manfaatnya terutama bagi para guru umumnya bagi dunia pendidikan.. 
Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini 
Kasturi , Nopember 2011 
Penulis
DAFTAR ISI 
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i 
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii 
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii 
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang .................................................................... 1 
B. Perumusan Masalah ............................................................. 2 
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3 
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 3 
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESA 
A. Landasan Teoritis ................................................................. 4 
1. Media Pembelajaran ..................................................... 4 
2. Hakikat IPA .................................................................. 9 
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ............................. 15 
B. Hipotesis ............................................................................... 18 
BAB III METODOLOGI 
A. Seting Penelitian .................................................................. 19 
1. Waktu Penelitian ........................................................... 19 
2. Tempat Penelitian .......................................................... 19 
3. Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat Itu .................. 19 
B. Subjek Penelitian ................................................................. 19 
C. Sumber Data ........................................................................ 19 
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ................................... 20 
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 20 
2. Alat Pengumpulan Data ................................................ 20 
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 20 
F. Indikator Kinerja .................................................................. 21 
G. Prosedur Penelitian ............................................................... 21 
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 24 
1. Keadaan Siswa .............................................................. 24 
2. Kemampuan Siswa ........................................................ 24 
B. Deskripsi dan Pembelajaran Siklus I .................................... 25 
C. Deskripsi dan Pembelajaran Siklus II .................................. 30 
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan ........................................................................... 36 
B. Saran ..................................................................................... 36 
DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL 
Tabel 4.1 ............................................................................................................................. Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian ................................................... 24 
Tabel4.2Proses Pembelajaran Siklus I ................................................................ 26 
Tabel4.3Perolehan Nilai Tes dan Post Tes Pada Siklus I ................................... 27 
Tabel4.4Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklu I ............................ 28 
Tabel4.5Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklu I ............................... 29 
Tabel4.6Refleksi Pembelajaran Siklu I ............................................................... 30 
Tabel4.7Proses Pembelajaran Siklus 2 ............................................................... 30 
Tabel4.8Perolehan Nilai pre tes dan Pos tes Siklus 2 ........................................ 32 
Tabel4.9Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklu 2 ........................... 33 
Tabel4.10Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklu 2............................. 34 
Tabel4.11Refleksi Pembelajaran Siklu 2 ............................................................ 35
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci sebagai berikut : 
1. Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. 
2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan din melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan din melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42) 
Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna apabila : 
1. Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. 
2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap. 
3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. 
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, metoda demontrasil dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan metoda demontrasi siswa akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. 
Kehadiran metoda demontrasi dalam pembelajaran IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa. 
Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah melaksanakan pembelajaran IPA tentang perubahan benda, yang dilanjutkan dengan evaluasi, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa, antara lain pembelajaran berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi dengan rata-rata nilai 5,38, berlatar belakang dari permasalahan tersebut, dipandang perlu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, sebab Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang bersifat individual dan luwes. (Kasihani Kasbolah, 1998:22). 
B. Perumusan Masalah 
Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang perubahan benda yang selama ini dianggap sulit oleh siswa. 
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan masalah diperinci sebagai berikut : 
a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan metoda demontrasi untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan benda 
b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metoda demontrasi dalam meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan benda 
c. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam perubahan benda
C. Tujuan Penelitian 
a. Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA tentang perubahan benda berdasarkan makanannya dengan menggunakan Metoda demontrasi di Kelas VI SD Negeri Kasturi II. 
b. Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya pembelajaran IPA dalam perubahan benda berdasarkan makanannya di Kelas VI SD Negeri Kasturi II dengan menggunakan alat peraga Metoda demontrasi. 
c. Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI SD Negeri Kasturi II dalam konsep perubahan benda berdasarkan makanannya setelah pembelajaran menggunakan alat peraga Metoda demontrasi. 
D. Manfaat Penelitian 
a. Bagi Siswa 
1) Dapat menguasai konsep yang dipelajarai dan tidak perbalisme. 
2) Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA. 
3) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran IPA. 
b. Bagi Guru 
1) Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. 
2) Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami bahan ajar/materi tentang konsep perubahan benda berdasarkan makanannya dengan mempergunakan alat peraga Metoda demontrasi.
BAB II 
LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 
A. Landasan Teoritis 
1. Media Pembelajaran 
Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran. 
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. 
a. Nilai dan Manfaat Media Pengajaran 
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain: 
a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; 
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; 
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. 
Penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran, berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. 
b. Jenis dan Kriteria Memilih Media Pengajaran 
Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain- lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. 
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. 
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan
keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pengajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pengajaran. 
c. Cara memilih media pembelajaran 
a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran. 
b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. 
c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya. 
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenisnya media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Ada OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. 
e) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. 
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas- kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu
konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi. 
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertingggi kualitas belajar mengajar. 
Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut: 
a) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat ke bosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa. 
b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pengajaran. 
c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Sitausi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media. Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa, demikian juga model, diorama, media grafis dan lain-lain. 
d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta
memberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok. 
Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan sikap dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakekatnya mempelajari lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna, disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan guru. Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila penerima pesan (siswa) dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya. 
Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme. 
Isi pesan yang akan disampaikannya, suatu objek atau kegiatan nyata yang dipelajari selalu mempunyai aspek-aspek yang tidak bisa dinyatakan seluruhnya secara ilustratif sekalipun melalui bentuk tiga dimensi atau gambar hidup. Dengan demikian visualisasi suatu objek atau kejadian tersusun secara kontinum mulai dari yang realistik sampai kepada yang paling abstrak. 
Pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya, namun tidaklah berarti bahwa media harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah model. Model sekalipun merupakan gambaran nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak dapat dikatakan realistik sepenuhnya. Sungguhpun demikian model sebagai media pengajaran dapat memberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang sebenarnya. 
Studi mengenai penggunaan pesan visual dalam hubungannya dengan hasil belajar menunjukkan bahwa pesan-pesan visual yang moderat (berada dalam rentangan abstrak dan realistik) memberikan pengaruh tinggi terhadap prestasi belajar siswa, yang bila dilukiskan membentuk kurva normal.
2. Hakikat IPA 
Sejak ada peradaban manusia, orang lebih dapat mengadakan upaya untuk mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Mereka telah dapat membedakan hewan atau tumbuhan mana yang dapat dimakan. Mereka telah dapat menggunakan alat untuk mencapai kebutuhannya. Dengan menggunakan alat, mereka telah merasakan manfaat kemudahan-kemudahan untuk mencapai suatu tujuan. Kesemua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Berkat pengalaman pula, mereka mengenal beberapa macam tumbuhan yang dapat dijadikan obat dan bagaimana cara pengobatannya. 
Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokkan tangan timbul kehangatan, maka timbul gagasan untuk menggosokan bambu sehingga ditemukan api. Mulai pengematan terhadap objek disekitarnya, kemudian mereka mengarahkan pandangan ke objek yang lebih jauh seperti bulan, bintang, matahari. Akibatnya, pengetahuan mereka lebih meluas. Tetapi pengetahuan mereka tetap dalam bentuk yang sederhana, diperoleh dengan cara berfikir sederhana pula. 
Dorongan ingin tahu yang telah terbentuk secara kodrati, telah mendorong mereka untuk mengagumi dan mempercayai adanya keteraturan di alam. Hal ini telah mendorong munculnya sekelornpok orang ahli berfikir kemudian disebut ahli filsafat. Berkat mereka, pola berpikir manusia lebih sempurna dan penciptaan alat sudah menjadi kebutuhan. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dorongan tidak hanya karena ingin tahu tetapi telah meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya. 
Penemuan mereka dapat diuji kebenarannya oleh orang lain sehingga dapat diterima secara universal. Dengan demikian, dari pengetahuan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan di dapat melalui percobaan, didukung oleh fakta, menggunakan metode berfikir yang sistematik sehingga dapat diterima secara universal. Ilmu pengetahuan yang diperoleh itu selanjutnya dinamakan produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan merupakan suatu proses. Dimulai dengan adanya masalah, kemudian berupaya untuk mengumpulkan
informasi yang relevan, mencari beberapa alternatif jawaban, memilih jawaban yang paling mungkin benar, melakukan percobaan dan memperoleh kesimpulan. 
Berdasarkan gambaran mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam. 
Perkembangan IPA telah melaju dengan cepat. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan IPA memungkinkan teknologi berkembang. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan IPA berkembang dengan pesat pula. Inilah salah satu ciri dari abad modern, dan pada abad modern kita sedang berada. 
Tujuan Pendidikan IPA, ialah hanya untuk memahami pengetahuan tentang fakta- fakta, konsep IPA, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai- nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu. Dengan lain perkataan, hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Keterampilan yang diharapkan ialah dinamakan keterampilan intelektual, atau disebut juga keterampilan proses. 
Sesuai dengan tujuan pendidikan itu, maka belajar mempunyai makna sebagai proses yang menimbulkan suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan mental yang bukan disebabkan oleh pertumbuhan fisikologis atau pengaruh lain yang bersifat sementara. Dari sinilah sebenarnya sumber pengembangan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan IPA. Bagaimapun pendekatan yang digunakan dan ataupun metode mengajar yang digunakan, kita harus tetap memperhatikan pola berfikir sesuai dengan metode ilmah, agar berkembang juga sikap ilmiah. Untuk lebih jelasnya perhatikan kembali langkah- langkah metode ilmiah seperti yang digambarkan pada diagram, beserta keterampilan intelektual apa yang dikembangkan, selama proses belajar mengajar berlangsung. 
Perkembangan sosial yang cepat akibat perkembangan teknologi dan industrial sebenarnya mempersulit pemilihan konsep yang penting dan berguna, yang akan dijadikan materi GBPP suatu kurikulum. Tetapi tentunya kita harus menyajikan materi itu sesuai dengan stuktur psikologis yang sesuai dengan perkembangan
mental anak, sehingga memudahkan terbentuknya struktrur pengetahuan yang diperoleh anak. Sudah barang tentu struktur materi yang diperoleh anak tidak terlepas dari struktur materi sesuai dengan GBPP. 
Sesuai dengan prinsip cara belajar siswa aktif, maka pemilihan metode itu harus berdasarkan pilihan metode mengajar yang akan meningkatkan derajat keaktifan siswa. Persoalan keterbatasan sumber belajar antara lain adalah lingkungan, perpustakaan, alat bantu mengajar, TV, radio, film, dan lain-lain. Sumber belajar- sumber belajar tersebut dapat digunakan siswa untuk belajar aktif, didorong oleh motivasi keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan oleh minat. Penggunaan alat-alat pendidikan untuk membantu proses belajar-mengajar sesuai dengan perkembangan teknik komunikasi, dinamakan teknologi pengajaran. 
Penggunaan teknologi pengajaran tetap memerlukan keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan memberi motivasi, penggunaan sumber belajar, memberi bantuan dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa. Guru harus berusaha agar terdapat keseimbangan antara waktu belajar mandiri, belajar kelompok, berdiskusi, dan memberikan informasi dengan menggunakan metode ceramah, ataupun melakukan demonstrasi. Kegiatan kelompok dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan demonstrasi. 
Perlu diingat pula bahwa suatu metode mengajar yang baik tidak selalu memberikan hasil belajar yang baik untuk tiap anak. Hasil belajar seorang siswa masih tergantung pada bakat dan minatnya. Sikap dan minat terhadap pelajaran menentukan ketekunan siswa untuk belajar. Ketekunan inilah yang sebenarnya dapat menentukan keberhasilan belajar dalam waktu yang relatif singkat. Jadi faktor waktu dapat diperhitungkan dan digunakan secara efisien setelah kita dapat membiasakan belajar secara tekun. Sedangkan faktor minat dan sikap ini dapat dikembangkan kalau siswa diberi kesempatan untuk belajar secara aktif, disertai rasa gembira, dan tidak membosankan. Kebosanan ini dapat dihindari dengan cara menggunakan berbagai sumber belajar yang bervariasi, dan digunakan rnetode yang cocok, atau bervariasi pula. 
Hasil belajar yang kurang baik, tentu saja akan mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa tidak memuaskan. Perolehan nilai kurang ini akan menimbulkan perasaan bahwa pelajaran itu sulit. Ketidakpuasan yang berlebihan menimbulkan
rada frustrasi yang pada akhirnya menimbukan kebencian terhadap mata pelajaran tersebut. Tetapi di lain pihak timbul anggapan bahwa pelajaran yang sulit itu adalah lebih berharga. Siswa yang berhasil dalam pelajaran tersebut dianggap mempunyai kelebihan dari lainnya. Sebaliknya bagi siswa yang tidak berhasil akan menimbulkan rendah diri dari perasaan bodoh. 
Sesuai dengan prisip pengajaran yang telah kita tentukan kita tetap harus berpegang pada metode ilmiah. Tiap langkah metode ilmiah harus dikuasai siswa. Melalui latihan secara bertahap siswa akan memperoleh dan mengembangkan setiap keterampilan intelektual. Melalui pendekatan konsep, para siswa berkesempatan untuk berlatih dart mengembangkan keterampilan intelektualnya. 
Tiap pendekatan selalu berpangkal pada adanya masalah, untuk dan dengan memecahkan masalah. Karena itu ada yang menemukan metode pemecahan masalah (problem solving). Dilihat dari tujuannya maka hasil belajar harus merupakan suatu penemuan-penemuan konsep atau prisip, yang dilakukan siswa. 
Demikianlah usaha para pendidik untuk menyempurnakan proses belajar mengajar IPA, menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi, serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Kebermaknaan hasil belajar akhirnya tidak hanya ditentukan oleh sejumlah pengetahuan yang banyak, tetapi hasil belajar yang lebih bermakna, dilihat dari perkembangan struktur, kognitif, struktur efektif, dan nilai-nilai ilmiah. Nilai-nilai ilmiah menjadi sangat berperan dalam perkembangan kebudayaan bangsa, dalam zaman moderenisasi sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi yang maju dengan sangat cepat. 
Langkah lain yang tak kalah penting adalah, mengusahakan agar penemuan siswa lebih bermakna. Biasanya siswa cukup puas kalau semua tugasnya telah selesai dikerjakan. Kepada siswa harus diberikan pengertian, untuk apa jawaban yang diperoleh, dan apa sebenarnya yang diperoleh itu. Alangkah baiknya kalau kepada siswa diberi informasi untuk memberikan penekanan terhadap penemuan siswa. Penemuan ini akan lebih bermakna lagi kalau siswa dapat mengkomunikasikan pada orang lain, temasuk temannya dan gurunya, dapat dalam bentuk diskusi. Mendiskusikan hasil merupakan langkah untuk membuat penemuan siswa lebih bermakna. Kebermaknaan penemuan siswa dapat juga dinyatakan dalam bentuk
aplikasi. Siswa dapat menggunakan hasil penemuannya untuk memecahkan masalah lain yang relevan. Kegiatan ini secara sederhana dapat dilakukan dalam bentuk latihan soal. Kemampuan siswa untuk menghubungkan penemuannya dengan pengetahuan lain yang diperolehnya, merupakan suatu pertanda adanya kebermaknaan atas penemuannya. Sebagai hasil kegiatan ini dapat berbentuk struktur konsep, bagan konsep, atau peta konsep. Jadi kebermaknaan pengetahuan yang diperoleh siswa dapat membentuk suatu struktur kognitif yang dapat dipergunakan untuk belajar lebih lanjut, dan dapat menimbulkan motivasi intrinsik untuk perkembangannya lebih lanjut. 
Pengetahuan baru harus dapat disimpan dalam struktur kognitif individu. Informasi kadang-kadang diperlukan untuk melengkapi struktur kognitifnya. Informasi ini diperoleh dalam bentuk hafalan. Pengetahuan hafalan ini didistribusikan dalam struktur kognitif, sebagai pengganti konsep yang relevan. Informasi ini tidak membentuk ikatan dengan struktur kognitif. 
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 
Pada dasarnya sama saja hanya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan mentalnya. Artinya, cara penyajian dan apa yang disajikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak. Pada tingkat SD, perkembangan mental anak baru sampai tingkat berfikir konkret. Pikiran anak terbatas pada objek di sekitar lingkungannya. Pada tingkat ini anak harus dapat mengenal bagian-bagian dari benda seperti, berat, warna dan bentuknya. 
Kemampuan ini harus kita kembangkan sampai anak dapat : 
a. Menggolong-golongkan dengan berbagai cara, misalkan penggolongan benda atas tingkatan atau perbedaan tertentu. 
b. Melakukan penyusunan atau rangkaian yang berurutan 
c. Melakukan proses berfikir kebalikan 
d. Melakukan berbagai operasi metematik seperti menambah, mengurangi, membagi, mengalikan dan sebagainya. 
Dengan demikian anak SD harus sudah dapat mengklasfikasikan sesuai dengan bagian, struktur, dan fungsinya. Dia harus mampu berpikir kebalikan. Misal, Nuri termasuk kelas burung dan burung itu bertelur. Maka anak harus dapat menyimpulkan bahwa nuri dapat bertelur. Meskipun pada tingkatan ini anak
belum dapat berfikir abstrak, seperti berhipotesa secara deduktif, tetapi dia sudah dapat membuat hipotesis sederhana, hanya meliputi satu variabel. Dia akan dapat memecahkan masalah dengan baik kalau konkret melakukannya. 
Berdasarkan pemikiran di atas maka materi yang disajikan haruslah konsep- konsep dalam bentuk klasifikasi, konsep berkorelasi dan semuanya dalam tingkatan konsep konkret. Tindakan atau menyimpulkan secara menggeneralisasi sudah mengarah ke berpikir abstrak. Demikian juga halnya dengan konsep teoretis. Maka disinlah peran disajikannya model dan percobaan. 
Konsep ini harus dicarinya sendiri, kita tidak sekedar memberikan. Guru hanyalah menciptakan lingkungan belajar yang baik agar siswa dapat menemukan sendiri konsep. Konsep yang ditemukan menjadi bermakna kalau dia dapat menemukan hubungannya dengan konsep lain yang lebih diketahui. 
Kegiatan belajar berlangsung atas dasar kemampuan, minat, keperluan dan kebutuhan siswa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan belajar, kemampuan belajar bebas, mandiri, dan kemampuan memecahkan masalah. Guru bersama siswa menelaah tiap aspek yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Tugas guru bukan memberitahukan cara memecahkan masalah. Guru harus pula menciptakan suasana sarana pendidikan yang ada, berhipotesis, dan menarik kesimpulan. 
Sesuai dengan uraian terdahulu, proses belajar-mengajar berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan pengajaran sebagai ilmu ditandai dengan penerapan hasilhasil penelitian, hasil penalaran para ahli psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Dengan demikian maka pengajaran termasuk pengembangan teknologi karena didalamnya tejadi proses penerapan teori-teori ilmu pengetahuan, beserta penjabarannya. Di samping itu proses belajarmengajar tetap merupakan seni dan kiat karena dalam pelaksanaannya tetap mempertimbangkan hakikat dari guru dan hakikat dari murid. Penerapan pilihan serta implementasi tindakan guru maupun murid tetap berdasarkan pertimbangan pribadi maupun instusi, serta sesuai dengan wawasan kependidikan. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram berikut: 
proses belajar-mengajar tetap merupakan seni dan kiat karena dalam pelaksanaannya tetap mempertimbangkan hakikat dari guru dan hakikat dari
murid. Penerapan pilihan serta implementasi tindakan guru maupun murid tetap berdasarkan pertimbangan pribadi maupun instusi, serta sesuai dengan wawasan kependidika 
B. Hipotesis 
Hipotesis adalah dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan, atau jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti dan secara teoritis dianggap mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Sudarsono, 1996:65). 
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah "Pemahaman siswa tentang perubahan benda akan meningkat, jika pembelajaran menggunakan metoda demontrasi".
BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN 
A. Seting Penelitian 
l. Waktu Penelitian 
Penelian direncanakan pada hari Senin tanggal 9 Oktober 2007 untuk siklus 1 dan siklus 2 pada hari kamis tanggal 12 Nopember 2007 
2. Tempat Penelitian 
Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Kasturi II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, yang merupakan objek Penelitian. 
3. Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat itu 
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa . Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan konsep perubahan benda 
B. Subjek Penelitian 
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Kasturi II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka sebanyak 29 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 11 orang. 
C. Sumber Data 
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan keluhan guru dalam proses Pembelajaran tentang konsep perubahan benda, dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 5,38 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 79% siswa menjawab kesulitan. 
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data 
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes. 
a. Teknik Observasi 
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan sebagai perangkat pengumpul data. Adapun hal-hal yang diobservasi antara lain: 
1) Observasi terhadap rencana pembelajaran. 
2) Observasi terhadap proses pembelajaran. 
3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan. 
b. Teknik Tes 
Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar soal. 
2. Alat Pengumpulan Data 
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 
l. Butir Soal tes sebanyak 10 nomor 
2. Lembar Observasi, yaitu: 
1) Observasi terhadap rencana pembelajaran. 
2) Observasi terhadap proses pembelajaran. 
3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan. 
E. Teknik Analisis Data 
Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian. 
Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan penulis disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah dilaksanakan, adapun prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut 
a. Seleksi Data
Data yang telah terkumpul dari hasil observasi selama kegiatan penelitian maka diadakan penyeleksian data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian. 
b. Klasifikasi Data 
Data yang terkumpul berdasarkan penyeleksian, diklasifikasikan berdasarkan urutan logis untuk disajikan secara sistematis berdasarkan urutan siklus. 
c. Prosentase Data 
Tahap akhir dari teknik analisis data, dilakukan prosentase data bagi data yang telah terkumpul beradasarkan klasifikasi. 
d. Indikator Kinerja 
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil tes formatif yang hanya memperoleh nilai rata-rata 5,2 Adapun hasil penelitian yang diharapkan adalah siswa memperoleh nilai rata-rata 7,00 
F. Prosedur Penelitian 
Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran. 
a. Perencanaan Tindakan Penelitian 
Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil orientasi dan identifikasi masalah pengajaran penggunaan alat bantu audio visual. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun : (1) Rencana Pembelajaran IPA (2) lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran; 
b. Pelaksanaan Tindakan Penetitian 
Empat tahap kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus tindakan pembelajaran adalah seperti di bawah ini. 
a. Perencanaan Tindakan 
Kegiatan perencanaan tindakan meliputi tahapan sebagai berikut : (a) membuat Rencana Pembelajaran (Renpel) berdasarkan prioritas masalah yaitu penggunaan metoda demontrasi pada pembelajaran IPA tentang konsep perubahan benda, (b) mempersiapkan alat atau media
pembelajaran yang akan digunakan yaitu metoda demontrasi untuk setiap kelompok, (c) membicarakan prosedur pelaksanaan pengajaran IPA tentang konsep perubahan benda menggunakan metoda demontrasi dan (d) menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan. 
b. Pelaksanaan Pembelajaran 
Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melaksanakan pembelajaran tentang penggunaan metoda demontrasi dan mencatat berbagai temuan selama kegiatan pembelajaran sebagai bahan refleksi pada pelaksanaan pada siklus l khususnya yang berhubungan dengan fokus penelitian. 
c. Observasi Pelaksanaan Penelitian 
Peneliti dengan berkolaborasi dengan teman sesekolah melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran, untuk keperluan analisis dilakukan pemeriksaan lembar pengamatan dan catatan-catatan tentang data yang terkumpul. Hasil observasi sebagai temuan dijadikan sebagai rekomendasi hasil penelitian dan rencana tindakan selanjutnya. 
d. Analisis dan Refleksi Pembelajaran 
Peneliti bersama-sama dengan rekan se SD melakukan analisis dan refleksi data yang terkutnpul selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dijadikan bahan untuk melakukan tindakan penelitian.
BAB IV 
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 
A. Deskripsi Kondisi Awal 
1. Keadaan Siswa 
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD Negeri Kasturi II pada semester I diperoleh data yaitu dari 29 siswa dikatagorikan pandai sebanyak 5 orang, katagori sedang sebanyak 11 orang, dan katagori kurang sebanyak 13 orang. 
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat. 
2. Kemampuan Siswa 
Dalam kegiatan orientasi dan identivikasi masalah terlebih dahulu dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal) tentang aturan konsep perubahan benda . Adapun hasil yang diperoleh dari tes awal adalah sebagai berikut : 
Tabel 4.1 Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian 
No 
Nama Siswa 
Nilai 
Prosentase 
Ket 
1. 
6 
60 
2. 
4 
40 
3. 
3 
30 
4. 
6 
60 
5. 
6 
60 
6. 
4 
40 
7. 
4 
40 
8. 
6 
60 
9. 
7 
70 
10. 
5 
50 
11. 
5 
50 
12. 
6 
60 
13. 
8 
80 
14. 
5 
50
15. 
3 
30 
16. 
6 
60 
17. 
6 
60 
18. 
7 
70 
19. 
7 
70 
20. 
4 
40 
21. 
8 
80 
22. 
6 
60 
23. 
6 
60 
24. 
4 
40 
25. 
4 
40 
26. 
4 
40 
27. 
5 
50 
28. 
6 
60 
29. 
5 
50 
Jumlah 
156 
1450 
Rata-rata 
5,37 
53,70 
B. Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1 
Tindakan Pembelajaran 
Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan metoda demonstrasi, siswa dalam kegiatan belajar akan dikelompokkan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang, dengan tujuan agar siswa dalam kelompok memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam melaksanakan kegiatan 
1. Perencanaan 
Untuk menjaring data dalam penelitian, maka langkah selanjutnya membuat lembar observasi, antara lain : 
1) Lembar observasi Rancangan Pembelajaran 
2) Lembar observasi Pelaksanaan Pembelajaran 
3) Lembar observasi Kemampuan Siswa pada Konsep perubahan benda 
Tindakan penelitian siklus I berdasarkan perencanaan tindakan penelitian yang telah ditetapkan dan hasilnya disusun berdasarkan katagori data dibawah ini : 
2. Proses Pembelajaran 
Proses pembelajaran pada Siklus I meliputi kegiatan guru dalam mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.2. Proses Pembelajaran Siklus I 
No 
Kegiatan Guru 
Kegiatan Siswa 
1 
Kegiatan Awal 
• Guru mengawali kegiatan mengajar dengan mengkondisikan siswa pada situasi mengajar yang kondusif dengan melontarkan kata- kata "anak-anak, sekarang kita akan belajar Ilmu Pengetahuan Alam, tentang perubahan benda". 
• Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan diajarkan, termasuk menginformasikan belajar kelompok 
• Guru memberikan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan 
• Siswa memperhatikan pembicaraan guru, semula banyak yang ngobrol 
• Anak-anak kelihatan semakin penasaran ingin segera pelajaran dimulai. 
• Siswa menjawab pertanyaan guru dengan baik, meski ada beberapa orang yang kurang memperhatikan guru, sehingga ketika diberi Pertanyaan kebingungan 
2 
Kegiatan Inti 
• Guru menjelaskan tentang konsep perubahan benda 
• Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang siswa. 
• Guru memberikan lembar kerja untuk dikerjakan dan dilaksanakan oleh setiap kelompok 
• Guru membimbing siswa dalam melakukan kegiatan 
• Guru menyuruh masuk keruangan kelas untuk melaksanakan diskusi kelompok 
• Guru menjadi moderator dalam kegiatan diskusi 
• Siswa memperhatikan penjelasan guru meski ada beberapa orang siswa yang kurang memperhatikan, akan tetapi ketika disuruh menjelaskan hampir semua siswa memperhatikannya. 
• Siswa berkelompok berdasarkan kelompoknya masing-masing 
• Siswa berkumpul masing-masing kelompok 
• Setiap siswa sangat antusias melaksanakan perannya masing- masing? 
• Siswa mengerjakan lembar kerja meskipun setiap kelompok hanya didominasi oleh siswa pandai 
• Semua siswa sisuruh memasuki kelas kembali untuk melaksanakan kerja kelompok dan melaporkan hasil kerja kelompok 
• Setiap kelompok melaporkan hasil kegiatan kelompoknya dan kelompok lain mendengarkan untuk memberikan sanggahan 
• Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pelajaran 
3 
Kegiatan Akhir 
• Guru memberikan evaluasi 
• Siswa mengerjakan soal yang
sebanyak 5 nomor 
• Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan Pekerjaan Rumah 
diberikan oleh guru 
3. Hasil Belajar Siswa Siklus I 
Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Siklus I, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut : 
Tabel 4.3. Perolehan Nilai Pre-Tes dan Pos-Tes Pada Siklus I 
No 
Nama Siswa 
Nilai 
Prosentase 
Ket 
Pre tes 
Pos Tes 
Pre tes 
Pos Tes 
1. 
6 
7 
60 
70 
2. 
4 
6 
40 
60 
3. 
3 
5 
30 
50 
4. 
6 
8 
60 
80 
5. 
6 
7 
60 
70 
6. 
4 
5 
40 
50 
7. 
4 
6 
40 
60 
8. 
6 
7 
60 
70 
9. 
7 
6 
70 
60 
10. 
5 
7 
50 
70 
11. 
5 
6 
50 
60 
12. 
6 
7 
60 
70 
13. 
8 
10 
80 
100 
14. 
5 
7 
50 
70 
15. 
3 
8 
30 
80 
16. 
6 
6 
60 
60 
17. 
6 
6 
60 
60 
18. 
7 
8 
70 
80 
19. 
7 
7 
70 
70 
20. 
4 
5 
40 
50 
21. 
8 
9 
80 
90 
22. 
6 
7 
60 
70 
23. 
6 
7 
60 
70 
24. 
4 
8 
40 
80 
25. 
4 
6 
40 
60 
26. 
4 
5 
40 
50 
27. 
5 
7 
50 
70 
28. 
6 
8 
60 
80 
29. 
5 
7 
50 
70 
Jumlah 
156 
183 
1560 
1830 
Rata-rata 
5,37 
6,78 
53,70 
67,78
Tabel 4.4. Lembar Observasi Rencana Pembelajaran Siklus 1 
No. 
Aspek yang Diamati 
Hasil Observasi 
Ket 
Ya 
Tidak 
1 
2 
3 
4 
5 
l. 
A. Tujuan Pembelajaran Umum 
1) Tujuan Pembelajaran Umum sesuai dengan yang tercantum Kurikulum 2004 
2) Mencantumkan Kompetensi Dasar 
B. Tujuan Pembetajaran Khusus 
1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi Dasar 
2. Indikator terarah pada konsep Perubahan pada Benda 
3. Indikator telah mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
C. Metoda 
1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi dalam memberikan penjelasan materi 
2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja kelompok 
3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk memahatni materi 
4.Menggunakan metoda tugas untuk kerja Kelompok 
√ 
√ 
√ 
√ 
D. Sumber 
1. Menggunakan buku sumber berupa buku paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI 
2. Menggunakan diktat pengalaman guru 
3. Menggunakan sumber lain yang relevan 
√ 
√ 
√ 
E. Media 
1. Media menunjang tujuan pembelajaran 
2. Media sesuai jumlah kebutuhan 
3. Media mudah digunakan 
4. Media menarik minat siswa 
√ 
√ 
√ 
√ 
2. 
Evaluasi 
l. Prosedur evaluasi : 
a. Diawal 
b. Diakhir 
2. Bentuk evaluasi 
a. Objektif 
b. Esei 
3. Jenis evaluasi 
a. Tulisan 
4. Soal 
a. Sesuai dengan tujuan 
b. Sesuai kemampuan siswa 
c. Jumlah sesuai kebutuhan 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√
Tabel 4.5. Lembar Observasi Aktifitas Guru dalam Mengajar Siklus 1 
No. 
Aspek yang Diamati 
Hasil Observasi 
Ket 
Ya 
Tidak 
1 
Tahap Pelaksanaan 
1) Kegiatan Awal 
l. Mengkondisikan kelas pada situasi pembelajaran yang menyenangkan 
2. Memotivasi belajar siswa dengan menginformasikan tentang materi pelajaran yang akan diajarkan 
3. Melakukan apersepsi mengarah pada materi yang akan diajarkan 
2) Kegiatan inti dengan tahapan proses : 
(1) Guru memberi penjelasan tentang perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi 
(2) Pembentukan kelompok belajar siswa secara merata baik jumlah, kemampuan, maupun jenis kelamin. 
(3) Setiap kelompok diberi tuga yang sama antara lain perubahan benda 
(4) Setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya Guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok 
(5) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari 
3 Kegiatan Akhir 
1. Melaksanakan evaluasi 
2. Memberikan tindak lanjut dengan memberikan PR 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
Tabel 4.6. Refleksi Pembelajaran Siklus I 
Masalah Pembelajaran 
Hipotesis Tindakan Selanjutnya 
A. Kegiatan Guru 
Guru telah dapat melaksanakan prosedur pengajaran sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran, meskipun masih ada keraguan dan siswa yang tidak aktif kurang mendapat perhatian dari guru. 
B. Kegiatan Siswa 
Siswa secara umum tampak memiliki minat belajar yang tinggi dalam belajar, akan tetapi masih perlu penjelasan guru dalam Kelompok kerja 
a. Tiap siswa dalam kelompok diberi tugas yang sama antara antara lain melaksanakan praktek 
b. Siswa dibimbing secara intensif secara individu, baik dalam kegiatan menjelaskan maupun dalam kerja kelompok 
Hasil refleksi dari siklus I merupakan rekomendasi untuk siklus II agar pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kegiatan
perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus 2 antara lain merefisi Rencana pembelajaran terutarna dalam Proses Belajar Mengajar. 
C. Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 2 
Tindakan penelitian siklus 2 berdasarkan repleksi siklus l, dan hasilnya disusun berdasarkan katagori data dibawah ini : 
1. Proses Pembelajaran 
Proses pembelajaran pada siklus 2 meliputi kegiatan guru dalam mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini : 
Tabel 4.7 Proses Pembelajaran Siklus 2 
No. 
Kegiatan Guru 
Kegiatan Siswa 
1 
Kegiatan Awal 
• Guru mengawali kegiatan mengajar dengan mengkondisikan siswa pada situasi mengajar yang kondusif 
• Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan diajarkan, termasuk menginformasikan belajar kelompok 
• Siswa memperhatikan pembicaraan guru dengan antusias 
• Anak-anak kelihatan semakin penasaran ingin segera pelajaran dimulai kegiatan belajar 
• Guru memberikan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan 
• Siswa menjawab pertanyaan guru dengan baik, meski ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru, sehingga ketika diberikan pertanyaan kebingunan. 
2 
Kegiatan Inti 
• Guru menjelaskan tentang konsep perubahan pada benda 
• Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 sapai 6 orang siswa. 
• Guru membagikan LKS untuk setiap kelompok 
• Guru menyuruh setiap kelompok untuk mengamati percobaan dan memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh setiap kelompok 
• Guru membimbinf siswa dalam kerja kelompok 
• Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran 
• Siswa memperhatikan penjelasan guru meski ada beberapa orang siswa yang kurang memperhatikan, akan tetapi ketika disuruh menjelaskan hampir semua siswa memperhatikannya. 
• Siswa berkelompok berdasarkan kelompoknya masing-masing 
• Siswa menerima Lembar Kerja Siswa. 
• Siswa berkumpul masing-masing kelompok 
• Setiap kelompok melaksanakan kegiatan kelompok sesuai dengan petunjuk yang ada pada LKS 
• Setiap siswa sangat diberi kesempatan untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain sebagai penanya . 
• Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pelajaran
3 
Kegiatan Akhir 
• Guru memberikan Lembar evaluasi 
• Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan Pekerjaan Rumah 
• Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru 
2. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 
Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Siklus 2, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut : 
Tabel 4.8. Perolehan Nilai Pos Tes Siklus 2 
No 
Nama Siswa 
Nilai 
Prosentase 
Ket 
1. 
8 
80 
2. 
7 
70 
3. 
7 
70 
4. 
9 
90 
5. 
8 
80 
6. 
7 
70 
7. 
8 
80 
8. 
9 
90 
9. 
7 
70 
10. 
9 
90 
11. 
7 
70 
12. 
7 
70 
13. 
10 
100 
14. 
7 
70 
15. 
10 
100 
16. 
7 
70 
17. 
8 
80 
18. 
10 
100 
19. 
9 
90 
20. 
6 
60 
21. 
10 
100 
22. 
8 
80 
23. 
9 
90 
24. 
10 
100 
25. 
8 
80 
26. 
7 
70 
27. 
8 
80 
28. 
8 
80 
29. 
8 
80 
Jumlah 
220 
2360 
Rata-rata 
8,15 
81,48
Tabe1 4.9. Lembar Observasi Merancang Pembelajaran siklus 2 
No. 
Aspek yang Diamati 
Hasil Observasi 
Ket 
Ya 
Tidak 
1 
2 
3 
4 
5 
l. 
A. Tujuan Pembelajaran Umum 
1) Tujuan Pembelajaran Umum sesuai dengan yang tercantum Kurikulum 2004 
2) Mencantumkan Kompetensi Dasar 
B. Tujuan Pembetajaran Khusus 
1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi Dasar 
2. Indikator terarah pada konsep Perubahan pada Benda 
3. Indikator telah mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
C. Metoda 
1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi dalam memberikan penjelasan materi 
2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja kelompok 
3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk memahatni materi 
4.Menggunakan metoda tugas untuk kerja Kelompok 
√ 
√ 
√ 
√ 
D. Sumber 
1. Menggunakan buku sumber berupa buku paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI 
2. Menggunakan diktat pengalaman guru 
3. Menggunakan sumber lain yang relevan 
√ 
√ 
√ 
E. Media 
1. Media menunjang tujuan pembelajaran 
2. Media sesuai jumlah kebutuhan 
3. Media mudah digunakan 
4. Media menarik minat siswa 
√ 
√ 
√ 
√ 
2. 
Evaluasi 
l. Prosedur evaluasi : 
a. Diawal 
b. Diakhir 
2. Bentuk evaluasi 
a. Objektif 
b. Esei 
3. Jenis evaluasi 
a. Tulisan 
4. Soal 
a. Sesuai dengan tujuan 
b. Sesuai kemampuan siswa 
c. Jumlah sesuai kebutuhan 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√
Tabel 4.10 . Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus 2 
No. 
Aspek yang Diamati 
Hasil Observasi 
Ket 
Ya 
Tidak 
1 
Tahap Pelaksanaan 
1) Kegiatan Awal 
l. Mengkondisikan kelas pada situasi pembelajaran yang menyenangkan 
2. Memotivasi belajar siswa dengan menginformasikan tentang materi pelajaran yang akan diajarkan 
3. Melakukan apersepsi mengarah pada materi yang akan diajarkan 
2) Kegiatan inti dengan tahapan proses : 
(1) Guru memberi penjelasan tentang perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi 
(2) Pembentukan kelompok belajar siswa secara merata baik jumlah, kemampuan, maupun jenis kelamin. 
(3) Setiap kelompok diberi tuga yang sama antara lain perubahan benda 
(4) Setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya Guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok 
(5) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari 
3 Kegiatan Akhir 
1. Melaksanakan evaluasi 
2. Memberikan tindak lanjut dengan memberikan PR 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
√ 
Tabel 4.11 . Refleksi Pembelajaran Siklus 2 
Masalah Pembelajaran 
Hipotesis Tindakan Selanjutnya 
A. Kegiatan Guru 
Guru telah dapat melaksanakan prosedur pengajaran sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran, meskipun masih ada keraguan dan siswa yang tidak aktif kurang mendapat perhatian dari guru. 
B. Kegiatan Siswa 
Siswa secara umum tampak memiliki minat belajar yang tinggi dalam belajar, akan tetapi masih perlu penjelasan guru dalam Kelompok kerja 
a. Tiap siswa dalam kelompok diberi tugas yang sama antara antara lain melaksanakan praktek 
b. Siswa dibimbing secara intensif secara individu, baik dalam kegiatan menjelaskan maupun dalam kerja kelompok 
Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus 2 maka hasil refleksi selama kegiatan pada penelitian yang dimulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang cukup baik.
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan 
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri Kasturi II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 
1. Langkah-langkah persiapan yang telah direncanakan untuk pelaksanaan penelitian berjalan sesuai dengan rencana, dari mulai pembuatan Rencana Penelitian (Renpel) sampai pembuatan instrumen yaitu lembar observasi untuk rencana pelajaran, lembar observasi untuk aktivitas guru dalam mengajar dan lembar observasi untuk kegiatan siswa dalam belajar, telah berhasil menjaring data sebagai hasil penelitian. 
2. Pelaksanaan pembelajaran tentang konsep perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi, berjalan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pelajaran (renpel), dan telah berhasil menciptakan situasi belajar yang kondusif yakni siswa terlibat secara langsung pada proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar IPA yang semula dianggap sulit. 
3. Tingkat pemahaman siswa tentang perubahan benda setelah pembelajaran menggunakan metoda demontrasi dapat meningkat dengan baik, ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yaitu pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 6,78 dan pada siklus ke 2 memperoleh nilai rata-rata 8,15. 
B. Saran 
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan Proses Belajar Mengajar (PBM), serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang perubahan benda, ada beberapa hal yang perlu disampaikan antara lain:
1. Guru hendaknya membina dan mengembangkan kemampuan menyerap informasi tentang media pembelajaran seperti audio visual, misalnya memalui kegiatan KKG, seminar, dan dari media cetak 
2. Penggunaan metoda demontrasi dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang perubahan benda yang telah dilaksanakan selama kegiatan penelitian sangat baik, hal ini terbukti dari hasil evaluasi dari siklus ke 1 dan siklus ke 2 terjadi peningkatan yang cukup tinggi, disamping situasi belajar sangat kondusif, karena pembelajaran dengan menggunakan metoda demontrasi dapat melibatkan siswa secara utuh, artinya terlibat dari awal sampai akhir pembelajaran. 
3. Disamping media pembelajaran yang harus dikuasai, juga alat peraga yang diperlukan perlu dipersiapkan, karena alat peraga mampu menjembatani pemahaman siswa.
DAFTAR PUSTAKA 
Depdikbud, (1989). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Sistem Pendidikan. Semarang Aneka Ilmu. 
Depdiknas, (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar, Dirjen Dikdasmen. 
Depdikbud, (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI Sekolah Dasar. Jakarta Dirjen Dikdasmen. 
Depdikbud, (1995). Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta Dirjen Dikdasmen. 
Depdikbud, (1997. Ilmu Pengetahuan Alam Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta Dirjen Dikdasmen. 
H. Udin, (1987). Strategi Pembelajaran Dirjen Pendidikan. Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 
Kasihani Kasbolah, (1998). Penelitian Tindakan Kelas Dirjen Pendidikan. Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 
Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru. 
Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosda Karya.
E. JUDUL – JUDUL PTK LAIN 
 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITERA MELALUI PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE CONTEKSTUAL PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VIII SLB NEGERI SURAKARTA Oleh : Abdullah 
 PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA NYATA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR AKAR PADA SISWA KELAS IVSD NEGERI TAWANG 02 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 Oleh : Heni Kartikawati 
 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI DENGAN METODE KWL (KNOW, WANT, LEARNED) SEMESTER I KELAS IV SDN JURON 01 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : Katiyo 
 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMASAN 02 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN2012/2013 Oleh : Siswanto 
 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PERMAINAN KARTU MODEL WEBBING MATA PELAJARAN IPA KELAS II SD NEGERI PALUR 03 KEC. MOJOLABAN KAB.SUKOHARJO TAHUN 2012/2013 
Oleh : Sri Handayani 
 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN BILANGAN 1 SAMPAI 500 MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS II SDNEGERIKARANGMOJO03SEMESTERITAHUNPELAJARAN2012/2013 
Oleh : Sri Lestari
 PENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR MENYUSUN PARAGRAF MELALUI KARTU KALIMAT PADA SISWA KELAS IIII SEMESTER I SD NEGERI TAWANG 02 TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 
Oleh: Sri Pitulasi 
 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KONSEP STRUKTUR ORGAN TUBUH MANUSIA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI JOHO 02 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013 
Oleh : Sudarno 
 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KARANGMOJO 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012 
Oleh : Suhardi 
 UPAYA PENINGKATAN PROSES BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TENTANG TOKOH SUMPAH PEMUDA MELALUI MEDIA GAMBAR KELAS III SD NEGERI MRANGGEN 01 KEC. POLOKARTO KAB. SUKOHARJO. SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013. Sumardi 
 PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA AKAN HASIL FOTOSINTESIS MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SD N CELEP 1 NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO. TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Suparno 89 
 COOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALSARI 04 SEMESTER I. TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013. Supriyati. 95 
 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ALAT PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI TANJUNGREJO 01. SEMESTER I.
TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Surati. 105 
 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER I SD NEGERI KRAJAN 02 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Suroto. 115 
 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP KEYAKINAN HARI AKHIR MELALUI MEDIA LCD BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI MERTAN 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Suwarto. 125 
 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN CD INTERAKTIF PADA PELAJARAN IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PENDEKATAN QUESTION STUDENT HAVE PADA SISWA KELAS VI SD WIRUN 01 KEC. MOJOLABAN. KAB. SUKOHARJO SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013. Titik wahyuni. 135 
 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANG WUNI KEC. POLOKARTO KAB. SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Warasito. 141. 
 PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA KELOMPOK B2 TK KENCANASARI 01 TELUKAN SUKOHARJO. TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Am. Mardiastutik. 148. 
 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI VOLUME BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS VI SDN NGUTER 04 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013.Wahyu Budi Setiawan. 157
BAB IV 
PENUTUP 
Kesimpulan 
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. PTK mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. PTK berbeda dengan penelitian formal dan mempunyai prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru. PTK model John Eliot lebih detil dan terperinci dibandingkan PTK model Kurt Lewin dan Model Kemmis & Mc Taggart.
Konsep teori dan contoh PTK

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxkwartircabangmempawa
 
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdfAksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdfNur Rohmadi
 
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2Dian Sari
 
Sejarah dan Model Pengembangan Kurikulum
Sejarah dan Model Pengembangan KurikulumSejarah dan Model Pengembangan Kurikulum
Sejarah dan Model Pengembangan KurikulumTeguh Arie Sandy
 
LK Bedah LMS.docx
LK Bedah LMS.docxLK Bedah LMS.docx
LK Bedah LMS.docxuud efendi
 
Model-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumModel-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumArief Kurniatama
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Irman Ramly
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDUwes Chaeruman
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloommasterkukuh
 
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdfEksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdfDelindaheaven
 
Membedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptx
Membedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptxMembedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptx
Membedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptxKaista Glow
 
9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilanJiehan Liya
 
ASESMEN P-5.pptx
ASESMEN P-5.pptxASESMEN P-5.pptx
ASESMEN P-5.pptxHeru793600
 
materi profil pelajar pancasila ppt
materi profil pelajar pancasila pptmateri profil pelajar pancasila ppt
materi profil pelajar pancasila pptsriagunggb
 
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxDiskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxUlfahWulandari2
 
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomKata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomRiyani Widyaningsih
 
Pemahaman Peserta Didik.pptx
Pemahaman Peserta Didik.pptxPemahaman Peserta Didik.pptx
Pemahaman Peserta Didik.pptxSultonRizal
 

Mais procurados (20)

OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
 
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdfAksi Nyata Topik 2  Kurikulum Merdeka.pdf
Aksi Nyata Topik 2 Kurikulum Merdeka.pdf
 
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
E 2 144 dian purnama sari -- 01.b._lembar_peta_aktivitas_p2
 
Sejarah dan Model Pengembangan Kurikulum
Sejarah dan Model Pengembangan KurikulumSejarah dan Model Pengembangan Kurikulum
Sejarah dan Model Pengembangan Kurikulum
 
LK Bedah LMS.docx
LK Bedah LMS.docxLK Bedah LMS.docx
LK Bedah LMS.docx
 
FORM PENILAIAN PROYEK P5.pdf
FORM PENILAIAN PROYEK P5.pdfFORM PENILAIAN PROYEK P5.pdf
FORM PENILAIAN PROYEK P5.pdf
 
Model-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumModel-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan Kurikulum
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdfEksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
 
LA-LOKA- Kelompok 3.docx
LA-LOKA- Kelompok 3.docxLA-LOKA- Kelompok 3.docx
LA-LOKA- Kelompok 3.docx
 
Lembar observasi Kelas
Lembar observasi KelasLembar observasi Kelas
Lembar observasi Kelas
 
Membedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptx
Membedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptxMembedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptx
Membedah Modul Ajar di Kurikulum Merdeka.pptx
 
9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan9. lembar penilaian keterampilan
9. lembar penilaian keterampilan
 
ASESMEN P-5.pptx
ASESMEN P-5.pptxASESMEN P-5.pptx
ASESMEN P-5.pptx
 
materi profil pelajar pancasila ppt
materi profil pelajar pancasila pptmateri profil pelajar pancasila ppt
materi profil pelajar pancasila ppt
 
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docxDiskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
Diskusi Refleksi Akhir PPL I.docx
 
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloomKata kerja operasional revisi taksonomi bloom
Kata kerja operasional revisi taksonomi bloom
 
Pemahaman Peserta Didik.pptx
Pemahaman Peserta Didik.pptxPemahaman Peserta Didik.pptx
Pemahaman Peserta Didik.pptx
 

Semelhante a Konsep teori dan contoh PTK

makalah_penelitian_tindakan_kelas.docx
makalah_penelitian_tindakan_kelas.docxmakalah_penelitian_tindakan_kelas.docx
makalah_penelitian_tindakan_kelas.docxArieVianty
 
1. konsep dasar penelitian tindakan kelas
1. konsep dasar penelitian tindakan kelas1. konsep dasar penelitian tindakan kelas
1. konsep dasar penelitian tindakan kelasSTAISARTugasKuliah
 
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VIObjek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VIQonita Aliyatunnuha
 
Penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelasPenelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelasiwan Alit
 
Implementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelasImplementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelassmkfarmasi
 
Ptk presentasi
Ptk presentasiPtk presentasi
Ptk presentasiibyadul
 
Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Ibenk Hallen
 
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelasKonsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelaseli priyatna laidan
 
Penelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelasPenelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelasMas Rudi
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKAida Dwi Astuti
 
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )makciak
 
Penelitian tindakan kelas (ptk)
Penelitian tindakan kelas (ptk)Penelitian tindakan kelas (ptk)
Penelitian tindakan kelas (ptk)Hida II
 
Penelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti
Penelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-ktiPenelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti
Penelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-ktiAriska Armaya
 
Penelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelasPenelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelasJeny Hardiah
 

Semelhante a Konsep teori dan contoh PTK (20)

makalah_penelitian_tindakan_kelas.docx
makalah_penelitian_tindakan_kelas.docxmakalah_penelitian_tindakan_kelas.docx
makalah_penelitian_tindakan_kelas.docx
 
1. konsep dasar penelitian tindakan kelas
1. konsep dasar penelitian tindakan kelas1. konsep dasar penelitian tindakan kelas
1. konsep dasar penelitian tindakan kelas
 
16. kimia (ptk)
16. kimia (ptk)16. kimia (ptk)
16. kimia (ptk)
 
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VIObjek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
Objek dalam Penelitian Tindakan Kelas - smst VI
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelasPenelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas
 
Implementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelasImplementasi penelitian tindakan kelas
Implementasi penelitian tindakan kelas
 
Ptk presentasi
Ptk presentasiPtk presentasi
Ptk presentasi
 
Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)Penelitian tindakan kelas (viii)
Penelitian tindakan kelas (viii)
 
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelasKonsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
 
Penelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelasPenelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelas
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTK
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
 
Penelitian tindakan kelas (ptk)
Penelitian tindakan kelas (ptk)Penelitian tindakan kelas (ptk)
Penelitian tindakan kelas (ptk)
 
Penelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti
Penelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-ktiPenelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti
Penelitian tindakan-kelas-ptk-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti
 
Penelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelasPenelitian tindakan-kelas
Penelitian tindakan-kelas
 
MODUL 1.docx
MODUL 1.docxMODUL 1.docx
MODUL 1.docx
 
Langkah ptk
Langkah ptkLangkah ptk
Langkah ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 

Último

Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Último (20)

Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

Konsep teori dan contoh PTK

  • 1. PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan Universitas Indraprasta PGRI Disusun Oleh : ELAWATI DWI KUSUMA NINGRUM NURAIDA YULIANA SUBHAN PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA, DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang dengan ridho-Nya, alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kami mengharapkan bimbingan, bantuan, saran dan dukungan dari Bapak dosen serta pihak lain agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai penunjang tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kami serta seluruh pembaca. Amin. Jakarta, 19 Oktober 2014 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan 2 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas 3 B. Kajian Teori 6 C. Model-model PTK 13 D. Jenis-jenis PTK 15 BAB III SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) A. Tahap-Tahap PTK 18 B. Langkah-langkah PTK 19 C. Kelebihan dan Keterbatasan PTK 21 D. Contoh Penelitian Tindakan kelas 22 E. Judul – judul PTK Lain 59 BAB IV PENUTUP Kesimpulan 63 DAFTAR PUSTAKA 64
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembaharuan pendidikan selalu mengalami perbaikan sehingga pembelajaran tidak hanya berbasis akademis saja. Berbagai penemuan teori-teori pembelajaran selalu digencarkan agar pendidikan mengalami inovasi yang terus menerus. Memasuki zaman yang berbasis teknologi, maka pendidikan pun tak mau kalah jauh selalu memajukan teknologi dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Salah satu pembaruan pendidikan yaitu dengan adanya suatu penelitian yang mencari titik kelemahan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan dalam lingkup kelas. Dalam hal ini guru memang menjadi objek sebagai pembaruan dalam pendidikan, sehingga seorang guru secara tidak langsung juga dituntut untuk dapat melakukan sebuah penelitian dengan berbekal pengetahuan, kesabaran, dan ketekunan. Adanya masalah yang memicu guru untuk melakukan sebuah penelitian tidak lain karena kesadaran guru itu sendiri yang ingin menjadikan masalah sebagai acuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar menjadi yang lebih baik. Sehingga guru ingin mencari kelemahannya sendiri kemudian mencoba menyempurnakan dengan diadakannya sebuah penelitian tindakan kelas. Dengan adanya penelitian ini, guru dituntun untuk berfikir kritis dan memperbaiki pola berfikirnya, yaitu bahwa mengajar tentunya tidak hanya datang secara rutin lalu memberi penjelasan kepada peserta didik kemudian selesai. Tetapi sebagai pekerja professional guru harus memiliki sejumlah kompetensi khususnya dalam pengelolaan pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, tingkat dasar dan menegah. Seorang guru dikatakan profesional dalam bidang tertentu manakala memiliki sejumlah kompetensi sesuai dengan keahlian hasil dari proses
  • 5. pendidikan. Dan sebagai pekerja profesional guru haruslah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar penelitian tindakan kelas? 2. Apa pengertian Penelitian Tindakan Kelas? 3. Apa saja tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas ? 4. Bagaimana karakteristik dan perbedaan antara penelitian tindakan kelas dengan penelitian formal? 5. Bagaimana tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas secara garis besar? C. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui memahami konsep dasar penelitian tindakan kelas. 2. Mahasiswa mengetahui tujuan penelitian tindakan kelas. 3. Mahasiswa mengetahui dan memahami manfaat penelitian tindakan kelas. 4. Mahasiswa dapat memahami karakteristik dan perbedaan penelitian tindakan kelas dengan penelitian tindakan. 5. Mahasiwa dapat memahami tahap-tahap penelitian tindakan kelas.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kajian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, pene- litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
  • 7. Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut : Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru. Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut. 1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain. 2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran dan sebagainya. 3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.
  • 8. 4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar. 5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru atau perilaku belajar siswa itu sendiri. 6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya. 7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas dan lain sebagainya. Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan pembelajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain sebagainya. 2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembelajaran. 3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku, teknik memotivasi dan teknik pengembangan potensi diri.
  • 9. 4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu). 5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa. 6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan dan sumber belajar di dalam/luar kelas. 7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian berbasis kompetensi atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu. 8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran atau interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar. Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti. B. Kajian Teori 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Menurut Arikunto (2008) Penelitian Tindakan Kelas dalam bahasa Inggris adalah classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukan isi
  • 10. yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. Ada tiga kata dalam penelitian tindakan kelas, yang masing-masing dapat diterangkan: a. Penelitian, menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan mengunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan, menunjukkan pada suau gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dalam tujuan terteentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. c. Kelas, dalam hal ini kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Jadi kelas bukan seperti pengetian kita selam ini yaitu, berwujud bangunan yang di dalamnya ada guru dan siswa. Jelas pengertian kelas tersebut adalah salah namun kita terbiasa mengartikan seperti itu. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu penelitian, tindakan dan kelas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan dalam Wijaya Kusumah (2010:8) terdapat beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK), antara lain: a. Menurut Carr dan Kemmis (1986) PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini,
  • 11. dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan. b. Menurut Mc Niff (1992) PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat atau kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok sasaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. 2. Tujuan Penelitian Tindakan Kalas Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain: a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah. b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas. c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
  • 12. Dengan demikian output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Sedangkan menurut Departemen Pendidik Nasional (2004), Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk : a. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah b. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas c. Peningkatan atau perbaikan terhadapa kualitas penggunaan media, alat bantu belajar dan sumber belajar lainnya. d. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan proses dan hasil belajar siswa. e. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah. f. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah. 3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut: a. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah. b. Menumbuh kembangkan kebiasaan, budaya dan, atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik. c. Mewujudkan kerja sama, kaloborasi dan, atau sinergi antar pendidik dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
  • 13. d. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah dan kelas. e. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat. f. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh. 4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut. A. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah pembelajaran, dengan dukungan ilmiah. B. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan. C. Persoalaan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. D. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. E. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang
  • 14. permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action). Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi (2008) PTK mempunyai enam karakteristik, yaitu sebagai berikut: a. Penelitian tindakan kelas sifatnya situasional, yaitu berkaitan dengan upaya mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, yaitu di kelas dalam sekolah dan berupaya menyelesaikannya dalam konteks tersebut. b. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan peserta didiknya, yaitu satu satuan kerja sama dengan perspektif yang berbeda, bisa juga antara guru dan kepala sekolah. Kerja sama kolaboratif ini dengan sendirinya juga partisipatori. c. Penelitian tindakan kelas bersifat self evaluative, yaitu kegiatan modifikasi praksis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan, yang tujuan akhirnya ialah untuk peningkatan perbaikan dalam praktik nyatanya. d. Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan. e. Penelitian tindakan kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik. f. Ketataan ilmiah penelitian tindakan kelas memang agak longgar. 5. Perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Formal Penelitian tindakan berbeda dengan penelitian formal. Penelitian formal bertujuan menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Perbedaan antara penelitian formal dengan penelitian tindakan kelas disajikan dalam tabel berikut (Wijaya Kusumah, 2010): NO KETENTUAN PENELITIAN FORMAL PTK 1 Pelaku Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru yang bersangkutan 2 Sample Harus Representatif Tidak harus representatif
  • 15. 3 Instrumen Harus valid dan Reliabel Tidak harus valid dan reliabel 4 Statistik Analisis statistik yang baik Tidak harus menggunakan statistik 5 Hipotesis Hipotesis harus jelas Tidak mensyaratkan hipotesis 6 Teori Harus berdasarkan teori yang sudah ada Teori tidak terlalu berpengaruh 7 Fungsi Menguji Teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung 6. Asas-Asas Penelitian Tindakan Kelas Karena tujuan utama PTK bukan menemukan atau menggeneralisasikan akan tetapi memperbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu baik dalam proses pengumpulan data, menganalisis data sampai pada proses pengambilan kesimpulan sangat situasional sesuai dengan keadaan tertentu dan bersifat subjektif. Ada beberapa asas proses pelaksanaan PTK. Yaitu asas reflektif, asas kolaboratif dan asas resiko. A. Asas reflektif, yaitu untuk mencari dan menemukan berbagai kelemahan yang dilakukan oleh guru itu sendiri. B. Asas kolaboratif, dalam melkukan PTK minimal ada 3 kelompok yakni, guru, observer dan siswa. Yang harus memberikan penilaian dari sudut yang berbeda sehingga akan memberi perluasan pandangan. C. Asas resiko, guru haruslah berani menanggung resiko berbagai kemungkinan yang terjadi seperti: Resiko kegagalan tindakan yang dilakukan, adanya tuntutan tertentu dari berbagai pihak, dan adanya kejadian-kejadian diluar dugaan dan perhitungan peneliti. 7. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru disekolah, prinsip tersebut diantaranya: a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar. b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran.
  • 16. c. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas PTK. d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran dikelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi. f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. C. Model-model PTK Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt, (5)Model Hopkins, (6)Model McKernan dan masih banyak yang lainnya. Dibawah ini kita akan bahas satu persatu dari beberapa model tersebut: 1. Model Kurt Lewin; PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi: (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing) dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996). 2. Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
  • 17. terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart, 1990:14). Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada gambar diatas, tampak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan. 3. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan
  • 18. terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf- taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini. SIKLUS PELAKSANAAN PTK Gambar 4: Riset Aksi Model John Elliot D. Jenis-jenis PTK Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
  • 19. 1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosa dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas. 2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian. 3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari. 4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiata belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
  • 20. BAB III SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) A. Tahap-Tahap PTK Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) yaitu Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih memperjelas mari kita perhatikan tahapan-tahapan berikut: 1. PLANNING (RENCANA) Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan. Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu. 2. ACTION (TINDAKAN) Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas. 3. OBSERVATION (PENGAMATAN) Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh
  • 21. peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul. 4. REFLECTION (REFLEKSI) Releksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya. B. Langkah-langkah PTK Langkah-langkah umum dalam PTK bervariasi, namun ada beberapa langkah pokok yang hendaknya diikuti dalam melakukan PTK. Langkah-langkah tersebut yaitu : 1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah Dalam dunia pendidikan, contoh-contoh garapan PTK antara lain adalah ; 1) Metode mengajar dan strategi mengajar, 2) Prosedur evaluasi, 3) Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai, 4) Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar baru, menambahkan kemampuan analisis, 5) Pengelolaan dan kontrol, 6) Administrasi Masalah yang dapat dilakukan PTK adalah masalah harus: a) Riil, artinya harus benar-benar dibawah kewenangan guru dalam memecahkan masalah itu datang dari pengamatan/pengalaman guru sendiri melalui kegiatan sehari-hari. b) Masalah harus problematik c) Masalah harus memberi manfaat yang jelas d) Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan atau ditangani) Setelah diidentifikasi, masalah dirumuskan. Masalah penelitian tindakan adalah kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kesenjangan ini hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskan masalahnya. ldentifikasi masalah hendaknya dilakukan oleh
  • 22. para peserta penelitian secara bersama-sama untuk menjamin pemahamannya dari awal. Beberapa kriteria dalam menemukan masalah adalah ; a) harus penting dan signifikan bagi pengembangan lembaga atau program b) Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan, baik dari segi biaya, tenaga maupun waktu c) Pernyataan masalah harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab akibat, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal yang fundamental pula, bukan atas dasar fenomena yang dangkal 2. Manganalisis masalah Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi- dimensi problem yang mungkin ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya, dan untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis masalah melibatkan berbagai jenis kegiatan, tergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahny:a, analisis tentang sebab akibat tentang data penelitian yang tersedia atau mengamankan data pendahuluan untuk melihat dalam penelitian tentang masalahnya. 3. Merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang tepat, peneliti hendaknya mencari masukan dari orang lain yang terkait sehingga wawasannya terbuka. 4. Membuat rencana tindakan dan pemantauannya Rencana tindakan hendaknya memuat insformasi tentang hal-hal berikut: a) apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan terpecahkannya masalah yang telah dirumuskan b) alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti/data
  • 23. c) perekaman/pencatatan data dan pengolahannya d) rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasilnya 5. Melaksanakan tindakan dan mengamatinya Dalam PTK bersifat fleksibel, artinya jika sesuatu memerlukan perubahan itu mengandung tercapainya perbaikan. Pada saat tindakan dilaksanakan itulah pengumpulan data dilakukan. Data mencakup semua yang dilakukan oleh siapa pun yang ada dalam situasi terkait, perubahan- perubahan yang perlu dilakukan, pengaruh suatu kegiatan (sikap, motivasi, prestasi), pola interaksi yang terjadi dan proses yang berlangsung. Data dapat dikumpulkan melalui teknik-teknik berikut: catatan anekdot, catatan interaksi, deskripsi perilaku ekologis, analisis sosiometrrik, jadwal dan ceking interaksi, rekaman audio, foto dan slide dan kinerja subjek penelitian pada kegiatan tersebut. 6. Mengelola dan menafsirkan data Semua data hendaknya diperiksa untuk dijadikan landasan untuk melakukan refleksi. Perbandingan data antarpencatat/peneliti atau antarteknik dilakukan untuk meningkatkan obyektivitas. Untuk menentukan apakah perbaikan yang diinginkan telah terjadi, data tentang perubahan perilaku, sikap, motivasi dan pengetahuan dianalisis. Bila perubahan dicatat secara kualitatif hendaknya ditentukan indikator- indikator deskreptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat diperiksa oleh semua pihak. Hasil analisis disajikan secara kualitatif deskriptif dan mungkin dalam aspek tertentu secara kuantitatif. 7. Melaporkan Hasil Hasil analisis data dilaporkan, dan laporan hendaknya mencakup ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan bersama pelaksanaan pemantauannya serta perubahan yang terjadi. C. Kelebihan dan Keterbatasan PTK Kelebihan : 1. Adanya kerjasama antara guru, siswa dan ahli peneliti dari LPTK. 2. Menghasilkan kreatifitas serta inovasi
  • 24. 3. Hasil penelitian lebih valid dan reliabel. 4. Hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh guru. Keterbatasan : 1. Guru cenderung konvesional 2. Hasilnya tidak bersifat universal atau secara umum. 3. Penelitiannya bersifat kondisional dan situasional, yang kadang tidak menerapkan metode ilmiah yang ajek atau konsisten. D. Contoh Penelitian Tindakan kelas UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA KONSEP PERUBAHAN PADA BENDA DENGAN MENGGUNAKAN METODA DEMONTRASI (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka) Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk Kenaikan Tingkat dari IV /A ke IV/ B Oleh : MUHAMAD YUSUF, S.Pd. NIP. 131 506 701
  • 25. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Konsep Perubahan Pada Benda dengan Menggunakan Metoda Demontrasi " Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kelemahan baik dalam penyusunan, dan itu semua semata-mata merupakan keterbatasan dalam pengalamam menyusun makalah, mudah-mudahan makalah ini banyak manfaatnya terutama bagi para guru umumnya bagi dunia pendidikan.. Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini Kasturi , Nopember 2011 Penulis
  • 26. DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................... iii DAFTAR TABEL ....................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................. 2 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 3 BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESA A. Landasan Teoritis ................................................................. 4 1. Media Pembelajaran ..................................................... 4 2. Hakikat IPA .................................................................. 9 3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ............................. 15 B. Hipotesis ............................................................................... 18 BAB III METODOLOGI A. Seting Penelitian .................................................................. 19 1. Waktu Penelitian ........................................................... 19 2. Tempat Penelitian .......................................................... 19 3. Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat Itu .................. 19 B. Subjek Penelitian ................................................................. 19 C. Sumber Data ........................................................................ 19 D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ................................... 20 1. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 20 2. Alat Pengumpulan Data ................................................ 20 E. Teknik Analisis Data ............................................................ 20 F. Indikator Kinerja .................................................................. 21 G. Prosedur Penelitian ............................................................... 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  • 27. A. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 24 1. Keadaan Siswa .............................................................. 24 2. Kemampuan Siswa ........................................................ 24 B. Deskripsi dan Pembelajaran Siklus I .................................... 25 C. Deskripsi dan Pembelajaran Siklus II .................................. 30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................... 36 B. Saran ..................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 28. DAFTAR TABEL Tabel 4.1 ............................................................................................................................. Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian ................................................... 24 Tabel4.2Proses Pembelajaran Siklus I ................................................................ 26 Tabel4.3Perolehan Nilai Tes dan Post Tes Pada Siklus I ................................... 27 Tabel4.4Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklu I ............................ 28 Tabel4.5Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklu I ............................... 29 Tabel4.6Refleksi Pembelajaran Siklu I ............................................................... 30 Tabel4.7Proses Pembelajaran Siklus 2 ............................................................... 30 Tabel4.8Perolehan Nilai pre tes dan Pos tes Siklus 2 ........................................ 32 Tabel4.9Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklu 2 ........................... 33 Tabel4.10Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklu 2............................. 34 Tabel4.11Refleksi Pembelajaran Siklu 2 ............................................................ 35
  • 29. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci sebagai berikut : 1. Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. 2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan din melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan din melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42) Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna apabila : 1. Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap. 3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, metoda demontrasil dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan metoda demontrasi siswa akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
  • 30. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Kehadiran metoda demontrasi dalam pembelajaran IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah melaksanakan pembelajaran IPA tentang perubahan benda, yang dilanjutkan dengan evaluasi, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa, antara lain pembelajaran berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi dengan rata-rata nilai 5,38, berlatar belakang dari permasalahan tersebut, dipandang perlu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, sebab Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang bersifat individual dan luwes. (Kasihani Kasbolah, 1998:22). B. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang perubahan benda yang selama ini dianggap sulit oleh siswa. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan masalah diperinci sebagai berikut : a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan metoda demontrasi untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan benda b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metoda demontrasi dalam meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan benda c. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam perubahan benda
  • 31. C. Tujuan Penelitian a. Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA tentang perubahan benda berdasarkan makanannya dengan menggunakan Metoda demontrasi di Kelas VI SD Negeri Kasturi II. b. Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya pembelajaran IPA dalam perubahan benda berdasarkan makanannya di Kelas VI SD Negeri Kasturi II dengan menggunakan alat peraga Metoda demontrasi. c. Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI SD Negeri Kasturi II dalam konsep perubahan benda berdasarkan makanannya setelah pembelajaran menggunakan alat peraga Metoda demontrasi. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Siswa 1) Dapat menguasai konsep yang dipelajarai dan tidak perbalisme. 2) Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA. 3) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran IPA. b. Bagi Guru 1) Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. 2) Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami bahan ajar/materi tentang konsep perubahan benda berdasarkan makanannya dengan mempergunakan alat peraga Metoda demontrasi.
  • 32. BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teoritis 1. Media Pembelajaran Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran. Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. a. Nilai dan Manfaat Media Pengajaran Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain: a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
  • 33. guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran, berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. b. Jenis dan Kriteria Memilih Media Pengajaran Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain- lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan
  • 34. keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pengajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pengajaran. c. Cara memilih media pembelajaran a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran. b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya. d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenisnya media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Ada OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. e) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas- kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu
  • 35. konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi. Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertingggi kualitas belajar mengajar. Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut: a) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat ke bosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa. b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pengajaran. c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Sitausi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media. Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa, demikian juga model, diorama, media grafis dan lain-lain. d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta
  • 36. memberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok. Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan sikap dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakekatnya mempelajari lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna, disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan guru. Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila penerima pesan (siswa) dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya. Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme. Isi pesan yang akan disampaikannya, suatu objek atau kegiatan nyata yang dipelajari selalu mempunyai aspek-aspek yang tidak bisa dinyatakan seluruhnya secara ilustratif sekalipun melalui bentuk tiga dimensi atau gambar hidup. Dengan demikian visualisasi suatu objek atau kejadian tersusun secara kontinum mulai dari yang realistik sampai kepada yang paling abstrak. Pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya, namun tidaklah berarti bahwa media harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah model. Model sekalipun merupakan gambaran nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak dapat dikatakan realistik sepenuhnya. Sungguhpun demikian model sebagai media pengajaran dapat memberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang sebenarnya. Studi mengenai penggunaan pesan visual dalam hubungannya dengan hasil belajar menunjukkan bahwa pesan-pesan visual yang moderat (berada dalam rentangan abstrak dan realistik) memberikan pengaruh tinggi terhadap prestasi belajar siswa, yang bila dilukiskan membentuk kurva normal.
  • 37. 2. Hakikat IPA Sejak ada peradaban manusia, orang lebih dapat mengadakan upaya untuk mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Mereka telah dapat membedakan hewan atau tumbuhan mana yang dapat dimakan. Mereka telah dapat menggunakan alat untuk mencapai kebutuhannya. Dengan menggunakan alat, mereka telah merasakan manfaat kemudahan-kemudahan untuk mencapai suatu tujuan. Kesemua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Berkat pengalaman pula, mereka mengenal beberapa macam tumbuhan yang dapat dijadikan obat dan bagaimana cara pengobatannya. Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokkan tangan timbul kehangatan, maka timbul gagasan untuk menggosokan bambu sehingga ditemukan api. Mulai pengematan terhadap objek disekitarnya, kemudian mereka mengarahkan pandangan ke objek yang lebih jauh seperti bulan, bintang, matahari. Akibatnya, pengetahuan mereka lebih meluas. Tetapi pengetahuan mereka tetap dalam bentuk yang sederhana, diperoleh dengan cara berfikir sederhana pula. Dorongan ingin tahu yang telah terbentuk secara kodrati, telah mendorong mereka untuk mengagumi dan mempercayai adanya keteraturan di alam. Hal ini telah mendorong munculnya sekelornpok orang ahli berfikir kemudian disebut ahli filsafat. Berkat mereka, pola berpikir manusia lebih sempurna dan penciptaan alat sudah menjadi kebutuhan. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dorongan tidak hanya karena ingin tahu tetapi telah meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya. Penemuan mereka dapat diuji kebenarannya oleh orang lain sehingga dapat diterima secara universal. Dengan demikian, dari pengetahuan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan di dapat melalui percobaan, didukung oleh fakta, menggunakan metode berfikir yang sistematik sehingga dapat diterima secara universal. Ilmu pengetahuan yang diperoleh itu selanjutnya dinamakan produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan merupakan suatu proses. Dimulai dengan adanya masalah, kemudian berupaya untuk mengumpulkan
  • 38. informasi yang relevan, mencari beberapa alternatif jawaban, memilih jawaban yang paling mungkin benar, melakukan percobaan dan memperoleh kesimpulan. Berdasarkan gambaran mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam. Perkembangan IPA telah melaju dengan cepat. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan IPA memungkinkan teknologi berkembang. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan IPA berkembang dengan pesat pula. Inilah salah satu ciri dari abad modern, dan pada abad modern kita sedang berada. Tujuan Pendidikan IPA, ialah hanya untuk memahami pengetahuan tentang fakta- fakta, konsep IPA, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai- nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu. Dengan lain perkataan, hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Keterampilan yang diharapkan ialah dinamakan keterampilan intelektual, atau disebut juga keterampilan proses. Sesuai dengan tujuan pendidikan itu, maka belajar mempunyai makna sebagai proses yang menimbulkan suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan mental yang bukan disebabkan oleh pertumbuhan fisikologis atau pengaruh lain yang bersifat sementara. Dari sinilah sebenarnya sumber pengembangan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan IPA. Bagaimapun pendekatan yang digunakan dan ataupun metode mengajar yang digunakan, kita harus tetap memperhatikan pola berfikir sesuai dengan metode ilmah, agar berkembang juga sikap ilmiah. Untuk lebih jelasnya perhatikan kembali langkah- langkah metode ilmiah seperti yang digambarkan pada diagram, beserta keterampilan intelektual apa yang dikembangkan, selama proses belajar mengajar berlangsung. Perkembangan sosial yang cepat akibat perkembangan teknologi dan industrial sebenarnya mempersulit pemilihan konsep yang penting dan berguna, yang akan dijadikan materi GBPP suatu kurikulum. Tetapi tentunya kita harus menyajikan materi itu sesuai dengan stuktur psikologis yang sesuai dengan perkembangan
  • 39. mental anak, sehingga memudahkan terbentuknya struktrur pengetahuan yang diperoleh anak. Sudah barang tentu struktur materi yang diperoleh anak tidak terlepas dari struktur materi sesuai dengan GBPP. Sesuai dengan prinsip cara belajar siswa aktif, maka pemilihan metode itu harus berdasarkan pilihan metode mengajar yang akan meningkatkan derajat keaktifan siswa. Persoalan keterbatasan sumber belajar antara lain adalah lingkungan, perpustakaan, alat bantu mengajar, TV, radio, film, dan lain-lain. Sumber belajar- sumber belajar tersebut dapat digunakan siswa untuk belajar aktif, didorong oleh motivasi keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan oleh minat. Penggunaan alat-alat pendidikan untuk membantu proses belajar-mengajar sesuai dengan perkembangan teknik komunikasi, dinamakan teknologi pengajaran. Penggunaan teknologi pengajaran tetap memerlukan keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan memberi motivasi, penggunaan sumber belajar, memberi bantuan dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa. Guru harus berusaha agar terdapat keseimbangan antara waktu belajar mandiri, belajar kelompok, berdiskusi, dan memberikan informasi dengan menggunakan metode ceramah, ataupun melakukan demonstrasi. Kegiatan kelompok dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan demonstrasi. Perlu diingat pula bahwa suatu metode mengajar yang baik tidak selalu memberikan hasil belajar yang baik untuk tiap anak. Hasil belajar seorang siswa masih tergantung pada bakat dan minatnya. Sikap dan minat terhadap pelajaran menentukan ketekunan siswa untuk belajar. Ketekunan inilah yang sebenarnya dapat menentukan keberhasilan belajar dalam waktu yang relatif singkat. Jadi faktor waktu dapat diperhitungkan dan digunakan secara efisien setelah kita dapat membiasakan belajar secara tekun. Sedangkan faktor minat dan sikap ini dapat dikembangkan kalau siswa diberi kesempatan untuk belajar secara aktif, disertai rasa gembira, dan tidak membosankan. Kebosanan ini dapat dihindari dengan cara menggunakan berbagai sumber belajar yang bervariasi, dan digunakan rnetode yang cocok, atau bervariasi pula. Hasil belajar yang kurang baik, tentu saja akan mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa tidak memuaskan. Perolehan nilai kurang ini akan menimbulkan perasaan bahwa pelajaran itu sulit. Ketidakpuasan yang berlebihan menimbulkan
  • 40. rada frustrasi yang pada akhirnya menimbukan kebencian terhadap mata pelajaran tersebut. Tetapi di lain pihak timbul anggapan bahwa pelajaran yang sulit itu adalah lebih berharga. Siswa yang berhasil dalam pelajaran tersebut dianggap mempunyai kelebihan dari lainnya. Sebaliknya bagi siswa yang tidak berhasil akan menimbulkan rendah diri dari perasaan bodoh. Sesuai dengan prisip pengajaran yang telah kita tentukan kita tetap harus berpegang pada metode ilmiah. Tiap langkah metode ilmiah harus dikuasai siswa. Melalui latihan secara bertahap siswa akan memperoleh dan mengembangkan setiap keterampilan intelektual. Melalui pendekatan konsep, para siswa berkesempatan untuk berlatih dart mengembangkan keterampilan intelektualnya. Tiap pendekatan selalu berpangkal pada adanya masalah, untuk dan dengan memecahkan masalah. Karena itu ada yang menemukan metode pemecahan masalah (problem solving). Dilihat dari tujuannya maka hasil belajar harus merupakan suatu penemuan-penemuan konsep atau prisip, yang dilakukan siswa. Demikianlah usaha para pendidik untuk menyempurnakan proses belajar mengajar IPA, menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi, serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Kebermaknaan hasil belajar akhirnya tidak hanya ditentukan oleh sejumlah pengetahuan yang banyak, tetapi hasil belajar yang lebih bermakna, dilihat dari perkembangan struktur, kognitif, struktur efektif, dan nilai-nilai ilmiah. Nilai-nilai ilmiah menjadi sangat berperan dalam perkembangan kebudayaan bangsa, dalam zaman moderenisasi sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi yang maju dengan sangat cepat. Langkah lain yang tak kalah penting adalah, mengusahakan agar penemuan siswa lebih bermakna. Biasanya siswa cukup puas kalau semua tugasnya telah selesai dikerjakan. Kepada siswa harus diberikan pengertian, untuk apa jawaban yang diperoleh, dan apa sebenarnya yang diperoleh itu. Alangkah baiknya kalau kepada siswa diberi informasi untuk memberikan penekanan terhadap penemuan siswa. Penemuan ini akan lebih bermakna lagi kalau siswa dapat mengkomunikasikan pada orang lain, temasuk temannya dan gurunya, dapat dalam bentuk diskusi. Mendiskusikan hasil merupakan langkah untuk membuat penemuan siswa lebih bermakna. Kebermaknaan penemuan siswa dapat juga dinyatakan dalam bentuk
  • 41. aplikasi. Siswa dapat menggunakan hasil penemuannya untuk memecahkan masalah lain yang relevan. Kegiatan ini secara sederhana dapat dilakukan dalam bentuk latihan soal. Kemampuan siswa untuk menghubungkan penemuannya dengan pengetahuan lain yang diperolehnya, merupakan suatu pertanda adanya kebermaknaan atas penemuannya. Sebagai hasil kegiatan ini dapat berbentuk struktur konsep, bagan konsep, atau peta konsep. Jadi kebermaknaan pengetahuan yang diperoleh siswa dapat membentuk suatu struktur kognitif yang dapat dipergunakan untuk belajar lebih lanjut, dan dapat menimbulkan motivasi intrinsik untuk perkembangannya lebih lanjut. Pengetahuan baru harus dapat disimpan dalam struktur kognitif individu. Informasi kadang-kadang diperlukan untuk melengkapi struktur kognitifnya. Informasi ini diperoleh dalam bentuk hafalan. Pengetahuan hafalan ini didistribusikan dalam struktur kognitif, sebagai pengganti konsep yang relevan. Informasi ini tidak membentuk ikatan dengan struktur kognitif. 3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pada dasarnya sama saja hanya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan mentalnya. Artinya, cara penyajian dan apa yang disajikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak. Pada tingkat SD, perkembangan mental anak baru sampai tingkat berfikir konkret. Pikiran anak terbatas pada objek di sekitar lingkungannya. Pada tingkat ini anak harus dapat mengenal bagian-bagian dari benda seperti, berat, warna dan bentuknya. Kemampuan ini harus kita kembangkan sampai anak dapat : a. Menggolong-golongkan dengan berbagai cara, misalkan penggolongan benda atas tingkatan atau perbedaan tertentu. b. Melakukan penyusunan atau rangkaian yang berurutan c. Melakukan proses berfikir kebalikan d. Melakukan berbagai operasi metematik seperti menambah, mengurangi, membagi, mengalikan dan sebagainya. Dengan demikian anak SD harus sudah dapat mengklasfikasikan sesuai dengan bagian, struktur, dan fungsinya. Dia harus mampu berpikir kebalikan. Misal, Nuri termasuk kelas burung dan burung itu bertelur. Maka anak harus dapat menyimpulkan bahwa nuri dapat bertelur. Meskipun pada tingkatan ini anak
  • 42. belum dapat berfikir abstrak, seperti berhipotesa secara deduktif, tetapi dia sudah dapat membuat hipotesis sederhana, hanya meliputi satu variabel. Dia akan dapat memecahkan masalah dengan baik kalau konkret melakukannya. Berdasarkan pemikiran di atas maka materi yang disajikan haruslah konsep- konsep dalam bentuk klasifikasi, konsep berkorelasi dan semuanya dalam tingkatan konsep konkret. Tindakan atau menyimpulkan secara menggeneralisasi sudah mengarah ke berpikir abstrak. Demikian juga halnya dengan konsep teoretis. Maka disinlah peran disajikannya model dan percobaan. Konsep ini harus dicarinya sendiri, kita tidak sekedar memberikan. Guru hanyalah menciptakan lingkungan belajar yang baik agar siswa dapat menemukan sendiri konsep. Konsep yang ditemukan menjadi bermakna kalau dia dapat menemukan hubungannya dengan konsep lain yang lebih diketahui. Kegiatan belajar berlangsung atas dasar kemampuan, minat, keperluan dan kebutuhan siswa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan belajar, kemampuan belajar bebas, mandiri, dan kemampuan memecahkan masalah. Guru bersama siswa menelaah tiap aspek yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Tugas guru bukan memberitahukan cara memecahkan masalah. Guru harus pula menciptakan suasana sarana pendidikan yang ada, berhipotesis, dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan uraian terdahulu, proses belajar-mengajar berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan pengajaran sebagai ilmu ditandai dengan penerapan hasilhasil penelitian, hasil penalaran para ahli psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Dengan demikian maka pengajaran termasuk pengembangan teknologi karena didalamnya tejadi proses penerapan teori-teori ilmu pengetahuan, beserta penjabarannya. Di samping itu proses belajarmengajar tetap merupakan seni dan kiat karena dalam pelaksanaannya tetap mempertimbangkan hakikat dari guru dan hakikat dari murid. Penerapan pilihan serta implementasi tindakan guru maupun murid tetap berdasarkan pertimbangan pribadi maupun instusi, serta sesuai dengan wawasan kependidikan. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram berikut: proses belajar-mengajar tetap merupakan seni dan kiat karena dalam pelaksanaannya tetap mempertimbangkan hakikat dari guru dan hakikat dari
  • 43. murid. Penerapan pilihan serta implementasi tindakan guru maupun murid tetap berdasarkan pertimbangan pribadi maupun instusi, serta sesuai dengan wawasan kependidika B. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan, atau jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti dan secara teoritis dianggap mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Sudarsono, 1996:65). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah "Pemahaman siswa tentang perubahan benda akan meningkat, jika pembelajaran menggunakan metoda demontrasi".
  • 44. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Seting Penelitian l. Waktu Penelitian Penelian direncanakan pada hari Senin tanggal 9 Oktober 2007 untuk siklus 1 dan siklus 2 pada hari kamis tanggal 12 Nopember 2007 2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Kasturi II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, yang merupakan objek Penelitian. 3. Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat itu Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa . Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan konsep perubahan benda B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Kasturi II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka sebanyak 29 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 11 orang. C. Sumber Data Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan keluhan guru dalam proses Pembelajaran tentang konsep perubahan benda, dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 5,38 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 79% siswa menjawab kesulitan. D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
  • 45. 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes. a. Teknik Observasi Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan sebagai perangkat pengumpul data. Adapun hal-hal yang diobservasi antara lain: 1) Observasi terhadap rencana pembelajaran. 2) Observasi terhadap proses pembelajaran. 3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan. b. Teknik Tes Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar soal. 2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: l. Butir Soal tes sebanyak 10 nomor 2. Lembar Observasi, yaitu: 1) Observasi terhadap rencana pembelajaran. 2) Observasi terhadap proses pembelajaran. 3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian. Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan penulis disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah dilaksanakan, adapun prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut a. Seleksi Data
  • 46. Data yang telah terkumpul dari hasil observasi selama kegiatan penelitian maka diadakan penyeleksian data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian. b. Klasifikasi Data Data yang terkumpul berdasarkan penyeleksian, diklasifikasikan berdasarkan urutan logis untuk disajikan secara sistematis berdasarkan urutan siklus. c. Prosentase Data Tahap akhir dari teknik analisis data, dilakukan prosentase data bagi data yang telah terkumpul beradasarkan klasifikasi. d. Indikator Kinerja Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil tes formatif yang hanya memperoleh nilai rata-rata 5,2 Adapun hasil penelitian yang diharapkan adalah siswa memperoleh nilai rata-rata 7,00 F. Prosedur Penelitian Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran. a. Perencanaan Tindakan Penelitian Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil orientasi dan identifikasi masalah pengajaran penggunaan alat bantu audio visual. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun : (1) Rencana Pembelajaran IPA (2) lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran; b. Pelaksanaan Tindakan Penetitian Empat tahap kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus tindakan pembelajaran adalah seperti di bawah ini. a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan meliputi tahapan sebagai berikut : (a) membuat Rencana Pembelajaran (Renpel) berdasarkan prioritas masalah yaitu penggunaan metoda demontrasi pada pembelajaran IPA tentang konsep perubahan benda, (b) mempersiapkan alat atau media
  • 47. pembelajaran yang akan digunakan yaitu metoda demontrasi untuk setiap kelompok, (c) membicarakan prosedur pelaksanaan pengajaran IPA tentang konsep perubahan benda menggunakan metoda demontrasi dan (d) menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan. b. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melaksanakan pembelajaran tentang penggunaan metoda demontrasi dan mencatat berbagai temuan selama kegiatan pembelajaran sebagai bahan refleksi pada pelaksanaan pada siklus l khususnya yang berhubungan dengan fokus penelitian. c. Observasi Pelaksanaan Penelitian Peneliti dengan berkolaborasi dengan teman sesekolah melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran, untuk keperluan analisis dilakukan pemeriksaan lembar pengamatan dan catatan-catatan tentang data yang terkumpul. Hasil observasi sebagai temuan dijadikan sebagai rekomendasi hasil penelitian dan rencana tindakan selanjutnya. d. Analisis dan Refleksi Pembelajaran Peneliti bersama-sama dengan rekan se SD melakukan analisis dan refleksi data yang terkutnpul selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dijadikan bahan untuk melakukan tindakan penelitian.
  • 48. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal 1. Keadaan Siswa Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD Negeri Kasturi II pada semester I diperoleh data yaitu dari 29 siswa dikatagorikan pandai sebanyak 5 orang, katagori sedang sebanyak 11 orang, dan katagori kurang sebanyak 13 orang. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat. 2. Kemampuan Siswa Dalam kegiatan orientasi dan identivikasi masalah terlebih dahulu dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal) tentang aturan konsep perubahan benda . Adapun hasil yang diperoleh dari tes awal adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian No Nama Siswa Nilai Prosentase Ket 1. 6 60 2. 4 40 3. 3 30 4. 6 60 5. 6 60 6. 4 40 7. 4 40 8. 6 60 9. 7 70 10. 5 50 11. 5 50 12. 6 60 13. 8 80 14. 5 50
  • 49. 15. 3 30 16. 6 60 17. 6 60 18. 7 70 19. 7 70 20. 4 40 21. 8 80 22. 6 60 23. 6 60 24. 4 40 25. 4 40 26. 4 40 27. 5 50 28. 6 60 29. 5 50 Jumlah 156 1450 Rata-rata 5,37 53,70 B. Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1 Tindakan Pembelajaran Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan metoda demonstrasi, siswa dalam kegiatan belajar akan dikelompokkan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang, dengan tujuan agar siswa dalam kelompok memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam melaksanakan kegiatan 1. Perencanaan Untuk menjaring data dalam penelitian, maka langkah selanjutnya membuat lembar observasi, antara lain : 1) Lembar observasi Rancangan Pembelajaran 2) Lembar observasi Pelaksanaan Pembelajaran 3) Lembar observasi Kemampuan Siswa pada Konsep perubahan benda Tindakan penelitian siklus I berdasarkan perencanaan tindakan penelitian yang telah ditetapkan dan hasilnya disusun berdasarkan katagori data dibawah ini : 2. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada Siklus I meliputi kegiatan guru dalam mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
  • 50. Tabel 4.2. Proses Pembelajaran Siklus I No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Kegiatan Awal • Guru mengawali kegiatan mengajar dengan mengkondisikan siswa pada situasi mengajar yang kondusif dengan melontarkan kata- kata "anak-anak, sekarang kita akan belajar Ilmu Pengetahuan Alam, tentang perubahan benda". • Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan diajarkan, termasuk menginformasikan belajar kelompok • Guru memberikan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan • Siswa memperhatikan pembicaraan guru, semula banyak yang ngobrol • Anak-anak kelihatan semakin penasaran ingin segera pelajaran dimulai. • Siswa menjawab pertanyaan guru dengan baik, meski ada beberapa orang yang kurang memperhatikan guru, sehingga ketika diberi Pertanyaan kebingungan 2 Kegiatan Inti • Guru menjelaskan tentang konsep perubahan benda • Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang siswa. • Guru memberikan lembar kerja untuk dikerjakan dan dilaksanakan oleh setiap kelompok • Guru membimbing siswa dalam melakukan kegiatan • Guru menyuruh masuk keruangan kelas untuk melaksanakan diskusi kelompok • Guru menjadi moderator dalam kegiatan diskusi • Siswa memperhatikan penjelasan guru meski ada beberapa orang siswa yang kurang memperhatikan, akan tetapi ketika disuruh menjelaskan hampir semua siswa memperhatikannya. • Siswa berkelompok berdasarkan kelompoknya masing-masing • Siswa berkumpul masing-masing kelompok • Setiap siswa sangat antusias melaksanakan perannya masing- masing? • Siswa mengerjakan lembar kerja meskipun setiap kelompok hanya didominasi oleh siswa pandai • Semua siswa sisuruh memasuki kelas kembali untuk melaksanakan kerja kelompok dan melaporkan hasil kerja kelompok • Setiap kelompok melaporkan hasil kegiatan kelompoknya dan kelompok lain mendengarkan untuk memberikan sanggahan • Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pelajaran 3 Kegiatan Akhir • Guru memberikan evaluasi • Siswa mengerjakan soal yang
  • 51. sebanyak 5 nomor • Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan Pekerjaan Rumah diberikan oleh guru 3. Hasil Belajar Siswa Siklus I Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Siklus I, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut : Tabel 4.3. Perolehan Nilai Pre-Tes dan Pos-Tes Pada Siklus I No Nama Siswa Nilai Prosentase Ket Pre tes Pos Tes Pre tes Pos Tes 1. 6 7 60 70 2. 4 6 40 60 3. 3 5 30 50 4. 6 8 60 80 5. 6 7 60 70 6. 4 5 40 50 7. 4 6 40 60 8. 6 7 60 70 9. 7 6 70 60 10. 5 7 50 70 11. 5 6 50 60 12. 6 7 60 70 13. 8 10 80 100 14. 5 7 50 70 15. 3 8 30 80 16. 6 6 60 60 17. 6 6 60 60 18. 7 8 70 80 19. 7 7 70 70 20. 4 5 40 50 21. 8 9 80 90 22. 6 7 60 70 23. 6 7 60 70 24. 4 8 40 80 25. 4 6 40 60 26. 4 5 40 50 27. 5 7 50 70 28. 6 8 60 80 29. 5 7 50 70 Jumlah 156 183 1560 1830 Rata-rata 5,37 6,78 53,70 67,78
  • 52. Tabel 4.4. Lembar Observasi Rencana Pembelajaran Siklus 1 No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi Ket Ya Tidak 1 2 3 4 5 l. A. Tujuan Pembelajaran Umum 1) Tujuan Pembelajaran Umum sesuai dengan yang tercantum Kurikulum 2004 2) Mencantumkan Kompetensi Dasar B. Tujuan Pembetajaran Khusus 1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi Dasar 2. Indikator terarah pada konsep Perubahan pada Benda 3. Indikator telah mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor √ √ √ √ √ C. Metoda 1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi dalam memberikan penjelasan materi 2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja kelompok 3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk memahatni materi 4.Menggunakan metoda tugas untuk kerja Kelompok √ √ √ √ D. Sumber 1. Menggunakan buku sumber berupa buku paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI 2. Menggunakan diktat pengalaman guru 3. Menggunakan sumber lain yang relevan √ √ √ E. Media 1. Media menunjang tujuan pembelajaran 2. Media sesuai jumlah kebutuhan 3. Media mudah digunakan 4. Media menarik minat siswa √ √ √ √ 2. Evaluasi l. Prosedur evaluasi : a. Diawal b. Diakhir 2. Bentuk evaluasi a. Objektif b. Esei 3. Jenis evaluasi a. Tulisan 4. Soal a. Sesuai dengan tujuan b. Sesuai kemampuan siswa c. Jumlah sesuai kebutuhan √ √ √ √ √ √ √ √
  • 53. Tabel 4.5. Lembar Observasi Aktifitas Guru dalam Mengajar Siklus 1 No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi Ket Ya Tidak 1 Tahap Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal l. Mengkondisikan kelas pada situasi pembelajaran yang menyenangkan 2. Memotivasi belajar siswa dengan menginformasikan tentang materi pelajaran yang akan diajarkan 3. Melakukan apersepsi mengarah pada materi yang akan diajarkan 2) Kegiatan inti dengan tahapan proses : (1) Guru memberi penjelasan tentang perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi (2) Pembentukan kelompok belajar siswa secara merata baik jumlah, kemampuan, maupun jenis kelamin. (3) Setiap kelompok diberi tuga yang sama antara lain perubahan benda (4) Setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya Guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok (5) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari 3 Kegiatan Akhir 1. Melaksanakan evaluasi 2. Memberikan tindak lanjut dengan memberikan PR √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel 4.6. Refleksi Pembelajaran Siklus I Masalah Pembelajaran Hipotesis Tindakan Selanjutnya A. Kegiatan Guru Guru telah dapat melaksanakan prosedur pengajaran sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran, meskipun masih ada keraguan dan siswa yang tidak aktif kurang mendapat perhatian dari guru. B. Kegiatan Siswa Siswa secara umum tampak memiliki minat belajar yang tinggi dalam belajar, akan tetapi masih perlu penjelasan guru dalam Kelompok kerja a. Tiap siswa dalam kelompok diberi tugas yang sama antara antara lain melaksanakan praktek b. Siswa dibimbing secara intensif secara individu, baik dalam kegiatan menjelaskan maupun dalam kerja kelompok Hasil refleksi dari siklus I merupakan rekomendasi untuk siklus II agar pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kegiatan
  • 54. perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus 2 antara lain merefisi Rencana pembelajaran terutarna dalam Proses Belajar Mengajar. C. Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 2 Tindakan penelitian siklus 2 berdasarkan repleksi siklus l, dan hasilnya disusun berdasarkan katagori data dibawah ini : 1. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada siklus 2 meliputi kegiatan guru dalam mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.7 Proses Pembelajaran Siklus 2 No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Kegiatan Awal • Guru mengawali kegiatan mengajar dengan mengkondisikan siswa pada situasi mengajar yang kondusif • Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan diajarkan, termasuk menginformasikan belajar kelompok • Siswa memperhatikan pembicaraan guru dengan antusias • Anak-anak kelihatan semakin penasaran ingin segera pelajaran dimulai kegiatan belajar • Guru memberikan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan • Siswa menjawab pertanyaan guru dengan baik, meski ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru, sehingga ketika diberikan pertanyaan kebingunan. 2 Kegiatan Inti • Guru menjelaskan tentang konsep perubahan pada benda • Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 sapai 6 orang siswa. • Guru membagikan LKS untuk setiap kelompok • Guru menyuruh setiap kelompok untuk mengamati percobaan dan memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh setiap kelompok • Guru membimbinf siswa dalam kerja kelompok • Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran • Siswa memperhatikan penjelasan guru meski ada beberapa orang siswa yang kurang memperhatikan, akan tetapi ketika disuruh menjelaskan hampir semua siswa memperhatikannya. • Siswa berkelompok berdasarkan kelompoknya masing-masing • Siswa menerima Lembar Kerja Siswa. • Siswa berkumpul masing-masing kelompok • Setiap kelompok melaksanakan kegiatan kelompok sesuai dengan petunjuk yang ada pada LKS • Setiap siswa sangat diberi kesempatan untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain sebagai penanya . • Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pelajaran
  • 55. 3 Kegiatan Akhir • Guru memberikan Lembar evaluasi • Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan Pekerjaan Rumah • Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru 2. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada Siklus 2, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut : Tabel 4.8. Perolehan Nilai Pos Tes Siklus 2 No Nama Siswa Nilai Prosentase Ket 1. 8 80 2. 7 70 3. 7 70 4. 9 90 5. 8 80 6. 7 70 7. 8 80 8. 9 90 9. 7 70 10. 9 90 11. 7 70 12. 7 70 13. 10 100 14. 7 70 15. 10 100 16. 7 70 17. 8 80 18. 10 100 19. 9 90 20. 6 60 21. 10 100 22. 8 80 23. 9 90 24. 10 100 25. 8 80 26. 7 70 27. 8 80 28. 8 80 29. 8 80 Jumlah 220 2360 Rata-rata 8,15 81,48
  • 56. Tabe1 4.9. Lembar Observasi Merancang Pembelajaran siklus 2 No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi Ket Ya Tidak 1 2 3 4 5 l. A. Tujuan Pembelajaran Umum 1) Tujuan Pembelajaran Umum sesuai dengan yang tercantum Kurikulum 2004 2) Mencantumkan Kompetensi Dasar B. Tujuan Pembetajaran Khusus 1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi Dasar 2. Indikator terarah pada konsep Perubahan pada Benda 3. Indikator telah mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor √ √ √ √ √ C. Metoda 1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi dalam memberikan penjelasan materi 2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja kelompok 3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk memahatni materi 4.Menggunakan metoda tugas untuk kerja Kelompok √ √ √ √ D. Sumber 1. Menggunakan buku sumber berupa buku paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI 2. Menggunakan diktat pengalaman guru 3. Menggunakan sumber lain yang relevan √ √ √ E. Media 1. Media menunjang tujuan pembelajaran 2. Media sesuai jumlah kebutuhan 3. Media mudah digunakan 4. Media menarik minat siswa √ √ √ √ 2. Evaluasi l. Prosedur evaluasi : a. Diawal b. Diakhir 2. Bentuk evaluasi a. Objektif b. Esei 3. Jenis evaluasi a. Tulisan 4. Soal a. Sesuai dengan tujuan b. Sesuai kemampuan siswa c. Jumlah sesuai kebutuhan √ √ √ √ √ √ √ √
  • 57. Tabel 4.10 . Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus 2 No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi Ket Ya Tidak 1 Tahap Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal l. Mengkondisikan kelas pada situasi pembelajaran yang menyenangkan 2. Memotivasi belajar siswa dengan menginformasikan tentang materi pelajaran yang akan diajarkan 3. Melakukan apersepsi mengarah pada materi yang akan diajarkan 2) Kegiatan inti dengan tahapan proses : (1) Guru memberi penjelasan tentang perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi (2) Pembentukan kelompok belajar siswa secara merata baik jumlah, kemampuan, maupun jenis kelamin. (3) Setiap kelompok diberi tuga yang sama antara lain perubahan benda (4) Setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya Guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok (5) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari 3 Kegiatan Akhir 1. Melaksanakan evaluasi 2. Memberikan tindak lanjut dengan memberikan PR √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel 4.11 . Refleksi Pembelajaran Siklus 2 Masalah Pembelajaran Hipotesis Tindakan Selanjutnya A. Kegiatan Guru Guru telah dapat melaksanakan prosedur pengajaran sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran, meskipun masih ada keraguan dan siswa yang tidak aktif kurang mendapat perhatian dari guru. B. Kegiatan Siswa Siswa secara umum tampak memiliki minat belajar yang tinggi dalam belajar, akan tetapi masih perlu penjelasan guru dalam Kelompok kerja a. Tiap siswa dalam kelompok diberi tugas yang sama antara antara lain melaksanakan praktek b. Siswa dibimbing secara intensif secara individu, baik dalam kegiatan menjelaskan maupun dalam kerja kelompok Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus 2 maka hasil refleksi selama kegiatan pada penelitian yang dimulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang cukup baik.
  • 58. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri Kasturi II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Langkah-langkah persiapan yang telah direncanakan untuk pelaksanaan penelitian berjalan sesuai dengan rencana, dari mulai pembuatan Rencana Penelitian (Renpel) sampai pembuatan instrumen yaitu lembar observasi untuk rencana pelajaran, lembar observasi untuk aktivitas guru dalam mengajar dan lembar observasi untuk kegiatan siswa dalam belajar, telah berhasil menjaring data sebagai hasil penelitian. 2. Pelaksanaan pembelajaran tentang konsep perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi, berjalan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pelajaran (renpel), dan telah berhasil menciptakan situasi belajar yang kondusif yakni siswa terlibat secara langsung pada proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar IPA yang semula dianggap sulit. 3. Tingkat pemahaman siswa tentang perubahan benda setelah pembelajaran menggunakan metoda demontrasi dapat meningkat dengan baik, ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yaitu pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 6,78 dan pada siklus ke 2 memperoleh nilai rata-rata 8,15. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan Proses Belajar Mengajar (PBM), serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang perubahan benda, ada beberapa hal yang perlu disampaikan antara lain:
  • 59. 1. Guru hendaknya membina dan mengembangkan kemampuan menyerap informasi tentang media pembelajaran seperti audio visual, misalnya memalui kegiatan KKG, seminar, dan dari media cetak 2. Penggunaan metoda demontrasi dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang perubahan benda yang telah dilaksanakan selama kegiatan penelitian sangat baik, hal ini terbukti dari hasil evaluasi dari siklus ke 1 dan siklus ke 2 terjadi peningkatan yang cukup tinggi, disamping situasi belajar sangat kondusif, karena pembelajaran dengan menggunakan metoda demontrasi dapat melibatkan siswa secara utuh, artinya terlibat dari awal sampai akhir pembelajaran. 3. Disamping media pembelajaran yang harus dikuasai, juga alat peraga yang diperlukan perlu dipersiapkan, karena alat peraga mampu menjembatani pemahaman siswa.
  • 60. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud, (1989). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Sistem Pendidikan. Semarang Aneka Ilmu. Depdiknas, (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar, Dirjen Dikdasmen. Depdikbud, (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI Sekolah Dasar. Jakarta Dirjen Dikdasmen. Depdikbud, (1995). Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta Dirjen Dikdasmen. Depdikbud, (1997. Ilmu Pengetahuan Alam Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta Dirjen Dikdasmen. H. Udin, (1987). Strategi Pembelajaran Dirjen Pendidikan. Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Kasihani Kasbolah, (1998). Penelitian Tindakan Kelas Dirjen Pendidikan. Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru. Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosda Karya.
  • 61. E. JUDUL – JUDUL PTK LAIN  PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITERA MELALUI PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE CONTEKSTUAL PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VIII SLB NEGERI SURAKARTA Oleh : Abdullah  PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA NYATA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR AKAR PADA SISWA KELAS IVSD NEGERI TAWANG 02 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 Oleh : Heni Kartikawati  UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI DENGAN METODE KWL (KNOW, WANT, LEARNED) SEMESTER I KELAS IV SDN JURON 01 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : Katiyo  PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMASAN 02 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN2012/2013 Oleh : Siswanto  UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PERMAINAN KARTU MODEL WEBBING MATA PELAJARAN IPA KELAS II SD NEGERI PALUR 03 KEC. MOJOLABAN KAB.SUKOHARJO TAHUN 2012/2013 Oleh : Sri Handayani  PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN BILANGAN 1 SAMPAI 500 MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS II SDNEGERIKARANGMOJO03SEMESTERITAHUNPELAJARAN2012/2013 Oleh : Sri Lestari
  • 62.  PENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR MENYUSUN PARAGRAF MELALUI KARTU KALIMAT PADA SISWA KELAS IIII SEMESTER I SD NEGERI TAWANG 02 TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Oleh: Sri Pitulasi  PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KONSEP STRUKTUR ORGAN TUBUH MANUSIA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI JOHO 02 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : Sudarno  PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KARANGMOJO 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh : Suhardi  UPAYA PENINGKATAN PROSES BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TENTANG TOKOH SUMPAH PEMUDA MELALUI MEDIA GAMBAR KELAS III SD NEGERI MRANGGEN 01 KEC. POLOKARTO KAB. SUKOHARJO. SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013. Sumardi  PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA AKAN HASIL FOTOSINTESIS MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SD N CELEP 1 NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO. TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Suparno 89  COOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALSARI 04 SEMESTER I. TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013. Supriyati. 95  UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ALAT PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI TANJUNGREJO 01. SEMESTER I.
  • 63. TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Surati. 105  PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER I SD NEGERI KRAJAN 02 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Suroto. 115  PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP KEYAKINAN HARI AKHIR MELALUI MEDIA LCD BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI MERTAN 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Suwarto. 125  MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN CD INTERAKTIF PADA PELAJARAN IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PENDEKATAN QUESTION STUDENT HAVE PADA SISWA KELAS VI SD WIRUN 01 KEC. MOJOLABAN. KAB. SUKOHARJO SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013. Titik wahyuni. 135  MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANG WUNI KEC. POLOKARTO KAB. SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Warasito. 141.  PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA KELOMPOK B2 TK KENCANASARI 01 TELUKAN SUKOHARJO. TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Am. Mardiastutik. 148.  PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI VOLUME BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS VI SDN NGUTER 04 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013.Wahyu Budi Setiawan. 157
  • 64. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. PTK mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. PTK berbeda dengan penelitian formal dan mempunyai prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru. PTK model John Eliot lebih detil dan terperinci dibandingkan PTK model Kurt Lewin dan Model Kemmis & Mc Taggart.