SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 12
Baixar para ler offline
1STIKes Dharma Husada Bandung
EVALUASI PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK
DI PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG
TAHUN 2017
Drs. Edi Rachman, M.Kes1
Ns.Asri Handayani, S.Kep.,M.Kep2
Sartikasari, S.KM3
123
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung
Jl Terusan Jakarta No 75 Antapani Bandung
ABSTRAK
Keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata untuk memberantas cakupan
angka kematian dan kesakitan balita diantaranya campak. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
melaporkan bahwa cakupan campak di Jawa Barat yaitu 29,2% lebih rendah dari target yang ditetapkan
adalah 90%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi perencanaan program imunisasi
Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Jenis penelitian kualitatif dengan metode
snowball sampling. Jumlah informan yaitu 4 orang terdiri dari 1 pengelola program imunisasi, 1 bidan
koordinator dan 2 bidan pelaksana. Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dengan teknik
human instrument. Hasil penelitian didapatkan setelah melakukan wawancara terhadap 4 informan
untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang evaluasi perencanaan program imunisasi
campak ditemukan evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas yaitu belum
optimalnya jadwal imunisasi campak secara rutin, masih terbatasnya stock vaksin imunisasi campak
serta belum mendapatkan alokasi dana secara khusus dari pemerintah setempat seperti BPUD. Evaluasi
proses pada pelaporan program imunisasi campak kurang efektif, seperti terbatasnya perencanaan
program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program imunisasi campak setiap
bulan. Evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak belum efektif, seperti terbatasnya
cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi
campak. Saran bagi pihak puskesmas diharapkan dapat membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi
camak setiap bulan yang telah dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung, sehingga
pelaksanaan dalam program imunisasi dapat terlaksana dengan baik.
The success of the immunization program is the achievement of UCI evenly to eradicate the coverage
of mortality and morbidity among children under measles. Basic Health Research in 2013 reported that
the coverage of measles in West Java is 29.2% lower than the target set at 90%. This study aims to find
out evaluation of measles immunization program planning in UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung.
Type of qualitative research with snowball sampling method. The number of informants consisted of 4
people consisting of 1 immunization program manager, 1 midwife coordinator and 2 midwives. The
research instrument is guidance interview with human instrument technique. The results obtained after
interviewing 4 informants to obtain more in-depth information about the evaluation of measles
immunization program evaluation found that the evaluation of inputs in measles immunization
implementation is still limited, which is not optimal measles immunization schedule routinely, the
limited stock vaccine immunization against measles and has not received fund allocation Specifically
from local government such as BPUD. Process evaluation on measles immunization reporting
programs is less effective, such as limited future measles immunization planning and no reporting of
measles immunization program every month. Output evaluations in measles immunization programs
have not been effective, such as the limited coverage of overall measles immunization and the limited
organization of measles immunization programs. Suggestion for puskesmas party is expected to make
recording and reporting immunization of Measles every month which has been done inside building
and outside of building, so that implementation in immunization program can be done well.
Kata Kunci : Campak, Evaluasi, Imunisasi, Perencanaan
iiSTIKes Dharma Husada Bandung
PENDAHULUAN
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia
saat ini mempunyai beban ganda. Penyakit
menular masih merupakan masalah, sementara
penyakit degeneratif juga muncul sebagai
masalah. Penyakit menular tidak mengenal
batas wilayah administrasi, sehingga
menyulitkan pemberantasannya. Tersedianya
vaksin dapat mencegah penyakit menular
tertentu, maka tindakan pencegahan untuk
mencegah berpindahnya penyakit dari satu
daerah atau negara ke negara lain dapat
dilakukan dalam waktu relatif singkat dan
dengan hasil yang efektif (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Sukarmin, (2014) imunisasi
merupakan salah satu upaya pencegahan
penyebaran penyakit yang bertujuan untuk
memberikan kekebalan terhadap tubuh anak
dengan cara pemberian vaksin. Vaksin berasal
dari bibit penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini
terlebih dahulu dilemahkan/ dimatikan
sehingga tidak berbahaya lagi terhadap
kelangsungan hidup manusia
Pada hakekatnya, kekebalan tubuh dapat
dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya
dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi
yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam
tubuh anak sementara kekebalan aktif
didapatkan apabila anak terjangkit suatu
penyakit, yang berarti masuknya antigen yang
akan merangsang tubuh anak untuk membentuk
antibodi sendiri secara aktif. Oleh karena itu,
perlu dilakukan imunisasi sebagai upaya
pencegahan terhadap serangan penyakit yang
berpengaruh terhadap status gizi anak akan
berdampak pada kematian pada anak (Ranuh,
dkk, 2011).
Berdasarkan angka kematian pada anak.
Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian
anak di dunia setiap tahunnya. Namun
demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia
tidak terjangkau imunisasi rutin. Lebih dari
13% anak Indonesia belum mendapatkan
imunisasi lengkap (Kemenkes 2014). Beberapa
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) adalah Difteri, Tetanus, Hepatitis B,
radang selaput otak, radang paru-paru, Pertussis
dan Polio. Berdasarkan data Profil Kesehatan
tahun 2013 ditetapkan target UCI tahun 2013
adalah sebesar 95%. Pada tahun 2013 terdapat
tiga provinsi yang memiliki capaian UCI
tertinggi sebesar 100% yaitu DIY Yogyakarta,
DKI Jakarta, dan Jambi. Sedangkan Provinsi
Jawa Barat memiliki pencapaian terendah
sebesar 13,05%. Pencapaian UCI di Jawa Barat
masih belum mencapai target yaitu sebesar
80,18% (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun
2013, persentase cakupan imunisasi dasar
lengkap di Indonesia sebesar 59,2%. Cakupan
imunisasi dasar lengkap bervariasi antar
provinsi, yaitu tertinggi di DI Yogyakarta
(83,1%) dan terendah di Jawa Barat (29,2%)
(RISKESDAS 2013).
Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan suatu
rencana strategis dalam upaya percepatan
pencapaian UCI yaitu Gerakan Akselerasi
Imunisasi Nasional UCI 2010-2014 (GAIN
UCI 2010-2014) yang dituangkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010.
Sasaran dari kegiatan GAIN UCI adalah
seluruh bayi usia 0-11 bulan untuk
mendapatkan imunisasi dasar lengkap sehingga
seluruh desa/kelurahan mencapai UCI.
Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan
unsur yang sangat penting dalam pelayanan
imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam keberhasilan program
imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata
di tingkat desa. Pelayanan imunisasi dilakukan
di puskesmas dan lapangan (posyandu). Hasil
pelayanan imunisasi baik di puskesmas maupun
dilapangan (posyandu) di rekapitulasi oleh
jurim (juru imunisasi) dan hasil ini dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai hasil
cakupan pelayanan imunisasi dari suatu
wilayah kerja (desa). Jurim selain sebagai
pelaksana imunisasi juga sebagai koordinator
imunisasi puskesmas yang bertanggug jawab
terhadap keberhasilan program imunisasi di
puskesmas (Kepmenkes RI No. 482 tahun
2010).
Kegiatan manajemen pelaksanaan imunisasi
yang dilakukan puskesmas meliputi kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
serta pengawasan yang berkaitan dengan
pencapaian UCI. Kegiatan manajemen dapat
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
pencapaian UCI, sehingga diperlukan adanya
perbaikan terhadap manajemen pelaksanaan
dalam pencapaian UCI. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti
(2013) tentang analisis manajemen pelaksanaan
imunisasi oleh bidan desa kaitannya dengan
pencapaian UCI yang merupakan penelitian
observasional dengan pendekatan cross
sectional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
iiiSTIKes Dharma Husada Bandung
di dapatkan hasil bahwa manajemen
perencanaan dan penggerakan berpengaruh
terhadap pencapaian UCI yang belum optimal.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie. Menurut data
laporan tahunan 2015 didapatkan jumlah
penduduk sebesar 21.265 jiwa yang terdiri dari
3 kelurahan yaitu Kebon Waru, Kebon Gedang
dan Cibangkong, dari data kelurahan tersebut
jumlah posyandu yang melaksanakan imunisasi
yaitu sebanyak 67 posyandu, jika dilihat
berdasarkan situasi derajat kesehatan yaitu
jumlah angka kematian pada balita sebanyak 3
orang, hal tersebut dikarenakan kurangnya
sarana dan prasarana masih terbatas, jumlah
vaksin yang ada masih kurang, sehingga
pelaksanaan program imunisasi secara rutin
dengan target kumulatif semula 87,7%
mengalami penurunan yang sangat signifikan
71,9%, sehingga angka penurunan sebesar
15,8% sangat signifikan yaitu mengingat target
cakupan imunisasi untuk setiap puskesmas
minimal 80%.
Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan
unsur yang sangat penting dalam pelayanan
imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam keberhasilan program
imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata
dan setingkat dengan pelayanan kesehatan
lainya. Pelayanan imunisasi dilakukan di
puskesmas. Hasil pelayanan di rekapitulasi oleh
jurim ( juru imunisasi ) dan hasil ini dilaporkan
ke Dinas Kesehatan sebagai hasil cakupan
pelayanan imunisasi dari suatu wilayah kerja
(desa). Dengan demikian jurim selain sebagai
pelaksana imunisasi juga sebagai kordinator
imunisasi puskesmas yang bertanggung jawab
terhadap keberhasilan program imunisasi di
puskesmas.
Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk
mencapai tujuan akhir program imunisasi yaitu
menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian terhadap kondisi sanitasi lingkungan
yang buruk ditambah dengan keadaan gizi yang
menurun dapat menyebabkan berjangkitnya
penyakit menular antara lain diare, ISPA, kulit,
campak, malaria dan demam berdarah situasi
penyakit tersebut biasanya akan berakibat pada
tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi.
Kepadatan penduduk yang menyebabkan
meningkatkan resiko penyakit pada setiap
keadaan darurat adalah lingkungan yang tidak
sehat, kemiskinan, tingkat kepadatan penduduk
yang berlebihan, jumlah dan kualitas air yang
rendah, dan asupan makanan yang kurang.
Salah satu penyebab utama kematian dan
kesakitan dikalangan masyarakat adalah
campak. Program prioritas yang perlu segera
dilakukan pada cakupan yang tinggi adalah
kegiatan imunisasi campak dan pemberian
makanan tambahan untuk bayi dan balita,
dengan pertimbangan kerentanan golongan
umur tersebut. Vaksinasi campak harus menjadi
prioritas yang tertinggi dan dilakukan sedini
mungkin, karena campak merupakan suatu
penyakit yang paling menular dan dengan virus
yang paling kuat. Kepadatan penduduk
merupakan lingkungan yang ideal bagi
penularan secara cepat dan luas sehingga
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang
tinggi terutama pada anak-anak. Imunisasi
campak diberikan secara serentak kepada bayi
mulai berumur 6 bulan hingga 15 tahun tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya.
Selain itu juga dilakukan pemberian vitamin A
dengan dosisi yang tepat (Adiono, 2012)
Salah satu upaya pencegahan penyakit yang
dilakukan adalah campak, berupa pemberian
imunisasi campak terhadap 71.516 anak di
wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie tahun
2015 atau 79,8% dari sasaran. Sedangkan bayi
dan anak yang mendapat imunisasi campak di
seluruh wilayah kerja tersebut adalah 188.580
atau 15,8% dari total sasaran 1.190.558 anak.
Target yang ditetapkan adalah 90%. Hasil
cakupan imunisasi campak di Kota Bandung
adalah 72,83%.
Cakupan yang tinggi harus disertai dengan
mutu program yang tinggi pula. Untuk
meningkatkan mutu program, pembinaan dari
atas (supervisi) sangat diperlukan. Supervisi
dapat berupa suatu kegiatan evaluasi. Evaluasi
digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap program yang sedang berjalan, atau
yang telah dilaksanakan, apakah
pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar
(Asrul, 2010). Sehingga pada penelitian ini,
program imunisasi di UPT Puskesmas Ibrahim
Adjie Kota Bandung akan dinilai berdasarkan
komponen input terdiri dari waktu, jumlah
vaksin, petugas imunisasi, sarana dan
prasarana, pendanaan. Proses (pelaksanaan)
yaitu perencanaan, pendataan atau pencatatan
dan pelaporan, pelaksanaan imunisasi dan yang
terakhir adalah output (melaksanakan) yaitu
cakupan imunisasinya sebagai indikator output.
Penelitian yang dilakukan yaitu dengan
pendekatan kualitatif, dengan alasan kualitatif
karena peneliti ingin langsung menemukan
fenomena secara mendalam antara peneliti dan
ivSTIKes Dharma Husada Bandung
informan, sehingga informasi tentang program
imunisasi dapat ditemukan dengan jelas, aktual
dan akurat, selain itu peneliti ingin menemukan
data yang tampak, dipahami dengan apa yang
diucapkan oleh informan yaitu tentang program
imunisasi campak.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak,
peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi
kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting
sehingga anak dapat terbebas dari penyakit
infeksi. Dengan adanya perencanaan program
imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka
kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan
balita dapat berkurang, oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
judul evaluasi perencanaan program imunisasi
Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan data
Metode yang di gunakan adalah wawancara
mendalam, di harapkan peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang informan dalam menginterprestasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal
ini tidak bisa di temukan melalui observasi
(Sugiyono, 2012).
Adapun pelaksanaannya menggunakan alat
bantu rekaman berupa tape recorder dan di
catat secara langsung hal-hal intinya. Waktu
pelaksanaanya setelah ada kesepakatan terlebih
dahulu dengan informan untuk menjaga
kerahasiannya.Wawancara ini juga tidak di
lakukan sekaligus melainkan dalam waktu yang
sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan banyak.
Format wawancara mengacu kepada kerangka
atau panduan wawancara yang telah di siapkan
sebelumnya oleh peneliti. Wawancara
dinyatakan selesai di laksanakan jika informan
mengalami titik jenuh dalam menjawab
pertanyaan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini
adalah sebanyak 4 Informan. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan metode snowball
sampling. Penentuan informan menggunakan
snowball sampling sesuai rekomendasi dari
informan yang sudah diwawancara. Snowball
sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang pada awalnya sedikit, lama-lama menjadi
besar. Informan yang di teliti sebanyak 4 orang
dengan kriteria sebagai berikut
1. Informan yang menguasai dan memahami
program campak dalam proses kegiatan,
sehingga perogram campak bukan sekedar
di ketahui, tetapi juga di hayatinya oleh
informan.
2. Informan aktif dan sedang berkecimpung
atau terlibat pada kegiatan yang telah di teliti
yaitu tentang program campak.
3. Informan yang mempunyai waktu yang
memadai untuk di mintai informasi tentang
program campak
4. Informan tidak cenderung menyampaikan
informasinya sendiri
5. Informan yang tidak asing untuk dijadikan
informasi dalam narasumber program
campak.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di
gunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang di amati (sugiyono, 2012).
Instrumen penelitian yang di gunakan adalah
human instrument atau peneliti sendiri.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang di lakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk di
analisis
Langkah ini melibatkan transkripsi
wawancara, men-scaning materi, mengetik
data lapangan, atau memilah-milah dan
menyusun data tersebut kedalam jenis -jenis
yang berbeda tergantung pada sumber
informasi.
2. Membaca keseluruhan data
Pada tahap ini, membangun general sense
atas informasi yang di peroleh dan
merefleksikan maknanya secara
keseluruhan dengan menulis catatan-catatan
khusus atau gagasan-gagasan umum tentang
data yang diperoleh.
3. Menganalisis lebih detail dengan meng-
coding data
Coding merupakan proses mengolah
materi/informasi menjadi segmen-segmen
tulisan sebelum memaknainya.
4. Terapkan proses Coding untuk
mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan teman-teman yang di
analisis peneliti dapat membuat kode-kode
untuk mendeskripsikan semua informasi
dan menganalisisnya untuk proyek studi
kasus, etnografi, atau penelitian naratif.
vSTIKes Dharma Husada Bandung
5. Tunjukan bagaimana deskripsi dan tema-
tema ini akan di sajikan kembali dalam
narasi/laporan kualitatif.
Langkah ini meliputi pembahasan tentang
pembahasan tentang kronologi peristiwa,
tema-tema terntentu atau berhubungan antar
tema.
6. Menginterprestasi atau memaknai data.
Interprestasi atau pemaknaan ini bisa berupa
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari
data dan analisis, dan bukan hasil ramalan
peneliti.
Keabsahan Penelitian
Keabsahan data adalah data yang memenuhi
nilai kebenaran, dapat diterapkan, konsisten
dan memenuhi unsur netralis bukan persepsi
peneliti. Uji keabsahan data meliputi uji derajat
kepercayaan data (Credibility), Keteralihan
data (Transferability), Kebergantungan data
(Dependability), dan Kepastian data
(Comfirmability).
1. Derajat kepercayaan data (Credibility)
Uji kredibilitas data dilakukan dengan
pengamatan. Dengan cara peneliti ke
lapangan, melakukan wawancara dengan
informan. Dengan pengamatan ini hubungan
peneliti dengan informan akan semakin
terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka,
saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan .
2. Keteralihan data (Transferability)
Transferability ini merupakan validitas
eksternal menunjukan derajat ketepatan atau
dapat diterapkanya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil.
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya hingga
membuat laporanya memberikan uraian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipahami.
3. Kebergantungan data (Dependability)
Depenability disebut juga reliabilitas,
dimana suatu penelitian yang reliabel adalah
apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian
tersebut. Pengujian dependability dilakukan
dengan cara penelitian dibawah arahan
pembimbing melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian.
4. Kepastian data (Comfirmability).
Comfirmability atau uji obyektivitas,
penelitian dikatakan obyektif bila hasil
penelitian telah disepakati oleh informan.
Peneliti telah melakukan comfirmability
dengan menunjukan hasil yang telah dibuat
pada informan dan pembimbing untuk
mendapatkan saran atau komentar.
HASIL PENELITIAN
Pemahaman Informan terhadap evaluasi
input pelaksanaan program imunisasi
campak
Temuan : Program Imunisasi Sudah
Terjadwal Baik Di Dalam Gedung Maupun
Diluar Gedung
Informan I : “Jadwal imunisasi, didalam
gedung itu yaitu di poli yang dilaksanakannya
hari Selasa dan hari Jumat, kalau diluar
gedung itu kita memasarkan di beberapa
posyandu yang sasaran imunisasinya banyak,
sama ada nanti diakhir bulan ada sweeping di
3 keluarahan, keluarahan binaan kita yaitu
Kebon Waru, Kebon Geudang sama
Cibangkong”
Informan 2 : “Eummmm, untuk di Puskesmas
Ibrahim Adjie jadwal imunisasi setiap Selasa-
Jumat, setiap posyandu ada jadi sudah cukup
lengkap yah, untuk jadwalnya”
Informan 3 : “Kalau untuk waktu dan jadwal
imunisasi sudah lengkap, waktunya 2 kali
dalam seminggu, semua jenis imunisasipun
ada”
Informan 4 : “Kalau didalam gedung
puskesmas setiap hari Selasa-Jumat, kalau di
posyandu hampir setiap hari ada jadwal
posyandu”
Temuan : stock vaksin imunisasi campak
tergantung dari ketersediaan dari dinas
kesehatan
Informan 1 : “Vaksin sudah lengkap
euuuu...jadi setiap bulanya kita
meeeendapatkan vaksinnya ngambil di Dinas
Kesehatan kota Bandung, jadi pakai gastoknya
sudah mulai berkurang kita ada permintaan ke
Dinas Kesehatan Kota Bandung dan dipenuhi
sesuai yang kita butuhkan, tapi terkadang jika
tidak ada petugas yang mengambil kesana
kekurngan stock masih yang digunakan
seadanya”
Informan 2 : “Sudah bagus ko, lengkap, tetapi
kalau misalkan ada kekurangan kita harus
menunggu dari Dinkes Kota Bandung”
viSTIKes Dharma Husada Bandung
Informan 3 : “Untuk vaksin memang sudah
lengkap, tetapi terkadang kita kan masih
tergantung sama dines ya, jadi tergantung
sama dinesnya apakah stoknya ada atau
tidaknya”
Informan 4 : “Sudah, akan tetapi tergantung
dari dinkes, apakah sudah dikirim atau belum”
Temuan : Sumber dana sudah ada dari BOK
dan BUPD
Informan 1 : “Kalau untuk imunnisasi wajib
mah, kita kan sudah menjadi tugas kita sebagai
bidan yah, karena kita sudah digaji ya,
walapun kita melakukan itu mah kan, udah ada
euuu orangnya tuh maksudnya tuh, kalau
didalam gedung kan itu gak ada dananya,
kecuali kalau ada imunisasi tambahan diluar
imunisasi wajib. Imunisasi tambahan seperti
misalnya ada pin, atau sekrang paling banyak
diadakan kampanye, campak-campak, pusup
polowup, do, imunisasi, ada pembiyaanya, jadi
jika kita melakukan penyisiran jumlah yang
banyak lapangan, diluar gedung kita ada
namanya biaya transfortasi, per-nanti berapa
kali kita kelapanganya, itu untuk transfor
biayaan imunisasi, terus ada juga misalnya
sosialisasi, ada suatu kegiatan imunisasi dalam
sekala besar seprti pin, campak kan otomatis
sebelum-sebelumnya harus ada persiapan, nah
persiapan-persiapan itu ketika kita melibatkan
peran akseptor, peran kader, kita harus
keplapangan, pemberitahuan masyarakat,
sosialisasi semua ada pembiyaan dari BOK”
Informan 2 : “Untuk pendanaan yang sedang
berlangsung sudah kok, pendanaan dari APBD,
gak tahu untuk kedepan BPUD nya mah yah”
Informan 3 : “Kalau pelaksaanaan program
saya kurang tahu, karena itu kan pemegang
program yang mengetahui alokasi dananya dan
seperti apa prosesnya jadi harus berkoordinasi
dengan pemegang programnya”
Informan 4 : “Ada, dan kalau dari APBD
mungkin ada ya, saya bukan pemegang
programnya ya jadi saya tidak tahu”
Pemahaman Informan terhadap evaluasi
proses pelaksanaan program imunisasi
campak
Temuan : perencanaan program imunisasi
campak kedepan
Informan 1 : “Belum ada rencana untuk
pelaksanaanya, akan tetapi dilaksanakan
dengan baik”
Informan 2 : “Ada program crash campak, di
bulan September-Oktober”
Informan 3 : “Kalau perencanaan program
imunisasinya mah pelaksanan dalam gedung
tetap dilaksanakan diluar gedung pun tetap
dilaksanakan dan ada cass program campak
yang akan dilakukan pada bulan Agustus-
September yah?.....eh Juli-Agustus”
Temuan : hasil pelaporan program
imunisasi campak belum dilakukan secara
rutin setiap bulan
Informan 1 : “Bukan menerima, tapi merekap
jadi setiap posyandu itu dia dikasih kohort, dan
dari kohort nanti ditulis, status imunisasinya di
kohort imunisasi, kohort bayi itu kan,
diseblahnya ada imunisasi, nah diakhir bulan
tanggal 25 saya nanyin gimana hasilnya, lalu
saya masukin ke buku kuning, itu yang diluar
gedung, untuk diadalam gedung, di rekap juga
untuk didalam wilayah dan di luar wilayahnya,
terus untuk sweeping direkap di masukin, nanti
hasilnya menjadi laporan dimasukin setiap
bulan, tapi terkadang kita tidak melakukan
pencatatan setiap bulan”
Informan 2 : “Tidak Setiap bulan dan
dilaporkan ke Dinkes kesehatan Kota Bandung,
seharusnya sih setiap bulan”
Informan 3 : “Kalau untuk pelaksanaan
didalam gedung memang setiap harinya kita
catat, lalu di rekap sama pemegang
programnya, tidak tahu apakah dilaporkan
setiap bulan atau tidak”
Informan 4 : “Bukan menerima tetapi kita
mencatat lalu melaporkan setiap bulan yang
diserahkan kepada pemegang program dan
dari pemegang program diserahkan ke dines”
Pemahaman Informan terhadap evaluasi
output pelaksanaan program imunisasi
campak
Temuan : cakupan imunisasi campak secara
menyeluruh
Informan 1 : “Sudah mencapai target, akan
tetapi belum semuanya balita mendapatkan
imunisasi campak itu sendiri”
viiSTIKes Dharma Husada Bandung
Informan 2 : “Sudah mencapai target, tapi
belum secara keseluruhan mendapatkanya”
Informan 3 : “Kalau untuk cakupan imunisasi
campak harus dilihat dari pemegang
programnya, jadi kita tidak tahu angka riil nya
seperti apa, yang pasti setiap pelaksanaanya
pasti di catat untuk meningkatkan cakupanya”
Temuan : pengorganisasian program
imunisasi campak
Informan 1 : “Sebenarnya imunisasi disini tidak
usah di pilah-pilah ya yah, kalau disini
tugasnya imunisasinya ya, semua keseluruhan
imunisasi, mau ia imunisasi hamil, mau
imunisasi catin, imunisasi bayi, balita, bahkan
anak sekolah, itu menjadi tanggung jawab ya,
sesuai dengan imunisasi nya SK nya yang
penangung jawab para medis, kita bidan dan
beberapa perawat diluar geung ke posyandu di
memberikan imunisasi juga, jadi ada
pelaksanan imunisasinya. Kalau misalnya
untuk di luar gedung, di lapangan biasanya
pembinaan secara khusus”
Informan 2 : “Ada apa itu namnya.......
.euuuuu......eummmm... pemegang programnya
yang khusus menangani ini imunisasi dan
bukan sekedar imunisasi sih, tapi untuk
pelaksanaanya kita seluruh tenaga kesehatan
ikut melaksanakan”
Informan 3 : “Ada, cuman tidak tahu”
Informan 3 : “Ada”
Dapat disimpukan dari hasil wawancara
terhadap informan 1,2,3,4 ditemukan evaluasi
input pelaksanaan program imunisasi campak
yaitu Informan sudah mengetahui jadwal
imunisasi, namun belum dilaksanakan dengan
optimal, yang terkadang petugas tidak hadis
dalam pelaksanaanya. Informan kekurangan
stock vaksin yang digunakan pelaksanaan
imunisasi campak masih terbatas dan
tergantung dari dines kesehatan setempat,
Keterbatasan informan dalam alokasi dana
belum optimal dari BPUD pemerintah.
Evaluasi proses pelaksanaan program imunisasi
campak yaitu Informan belum mengetahui
rencana kedepan tentang program imunisasi
campak, Informan tidak melakukan pencatatan
imunisasi campak setiap bulan. Evaluasi output
pelaksanaan program imunisasi campak yaitu
pengorganisasian program imunisasi campak
belum optimal.
Pembahasan
Evaluasi input dalam pelaksanaan program
imunisasi campak di UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie Kota Bandung
Berdasarkan penyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi
input dalam pelaksanaan imunisasi campak
masih terbatas yaitu belum optimalnya jadwal
imunisasi campak secara rutin, masih
terbatasnya stock vaksin imunisasi campak
serta belum mendapatkan alokasi dana dari
pemerintah setempat dan saat ini baru dari BOK
dan APBD, akan tetapi dari BPUD belum ada
alokasi secara khusus.
Jadwal imunisasi yang dilakukan di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yaitu
1 minggu 2 kali. Akibat Pemberian Imunisasi
yang tidak tepat waktu pada keadaan tertentu
imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai
jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini
merupakan hambatan untuk melanjutkan
imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang
dihasilkan masih di bawah kadar ambang
perlindungan atau belum mencapai kadar
antibodi yang bisa memberikan perlindungan
untuk kurun waktu yang lama. Ketaatan
kunjungan imunisasi dinilai dengan ketepatan
jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang
minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Sugiarti,
2012).
Sedangkan untuk stock vaksin di puskesmas
UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
hanya menunggu dari pihak dinkes yang
dikirim artinya stock vaksin yang digunakan di
puskesmas diatur oleh pihak dinkes stempat.
Secara teori Apabila jumlah vaksin di tempat
kejadian KIPI/lapangan tidak mencukupi
kebutuhan pengujian, maka pengambilan
sampel dapat dilakukan di Puskesmas/Dinas
Kesehatan setempat yang merupakan sumber
pengadaan dari vaksin yang terkait KIPI pada
tingkat Kecamatan/Kabupaten. Apabila sampel
masih tidak mencukupi/ habis maka
pengambilan sampel dilakukan pada Dinas
Kesehatan Provinsi.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie untuk pelaksanaan
Program imunisasi khususnya program campak
dilakukan didalam gedung dan diluar gedung.
Didalam gedung pelaksanaan imunisasi yang
dilaksanakan di ruangan poli. Poli imunisasi di
Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan tempat
bagi balita untuk melakukan imunisasi yang
vii
i
STIKes Dharma Husada Bandung
secara khusus di sediakan untuk program
imunisasi campak, dan sarana untuk tempat
penyimpanan vaksin, kegiatan yang dilakukan
di poli imunisasi ini adalah pemberian vaksin
bagi bayi diantaranya adalah campak. Biasanya
pelayanan imunisasi dilaksanakan setiap hari
khusus yaitu Selasa-Jumat dan dilayani
langsung oleh seorang Bidan Puskesmas. Poli
imunisasi di kelola oleh seorang Bidan
koordinator dan bidan pelaksana KIA, karena
bidan pelaksana KIA yang mencatat
perkembaangan balita yang diaplikasikan
kepada khort balita.
Sedangkan diluar gedung pelaksanaan
imunisasi dilaksanakan bukah hanya 1
imunisasi saja, melainkan imunisasi
dilaksanakan dalam jenis banyak, diantaranya
BCG, TD, TT, DPT/HB, CAMPAK, POLIO
dan VENTAVALEN yang merupakan vaksin
baru. Biasanya puskesmas Ibrahim Adjie
melaksakanya pada tiga kelurahan yaitu Kebon
Waru, Kebon Gedang, dan Cibangkong.
Berikut pernyataan informan 1, 2, 3 dan 4 yang
menyatakan hampir sama bahwa :
“Jadwal imunisasi, didalam gedung itu yaitu di
poli yang dilaksanakannya hari selasa dan hari
jumat, kalau diluar gedung itu kita
memasarkan di beberapa posyandu yang
sasaran imunisasinya banyak, sama ada nanti
diakhir bulan ada sweeping di 3 keluarahan,
keluarahan binaan kita yaitu Kebon Waru,
Kebon Geudang sama Cibangkong”
Disposisi dalam pelaksanaan program
imunisasi campak berupa supervisi yang
dilakukan oleh DKK dan Kepala puskesmas
secara berkala dan berkesinambungan meliputi
pemantauan, pembinaan dan pemecahan
masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat
berguna untuk melihat bagaimana program
dilaksanakan sesuai standar dalam rangka
menjamin tercapainya tujuan program.
Supervisi juga sekaligus untuk melaksanakan
terhadap petugas dilapangan serta diharapkan
menimbulkan motivasi untuk meningkatkan
kinerja petugas lapangan sehingga akan
menjadi lebih terampil baik segi teknis maupun
manajerial.
Sejalan dengan hasil penelitian Rochmah
(2015) tentang analisis sistem kemitraan dalam
program imunisasi berdasarkan peran dinas
kesehatan setempat , bidan desa, dan
masyarakat yang mendapatkan hasilnya yaitu
masih terbatasnya jadwal, vaksin dan anggaran
dalam program imunisasi campak secara
keseluruhan, waktu yang diselengraakan saat
ini masih terbatas.
Waktu adalah Informasi mengenai kapan suatu
jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan
kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara
dapat saja berbeda dengan negara lain
tergantung kepada lembaga kesehatan yang
berwewenang mengeluarkannya. Akibat
Pemberian Imunisasi yang tidak tepat waktu
pada keadaan tertentu imunisasi dapat
dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang
ditetapkan (Sugiarti, 2012).
Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk
melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar
antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar
ambang perlindungan atau belum mencapai
kadar antibodi yang bisa memberikan
perlindungan untuk kurun waktu yang lama.
Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai dengan
ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan
ulang minimal 4 minggu sampai 6 minggu
(Sugiarti, 2012).
Stock vaksin imunisasi campak di Ibrahim
Adjie masih terbatas yaitu stock vaksin yang
diambil dari pihak Dinkes terkait, dan jika
masih kekurangan digunakan hanya vaksin
seadanya. Sedangkan vaksin, alat suntik, safety
box, termos dan kartu imunisasi lengkap di
masing-masing puskesmas karena
perlengkapan tersebut didistribusikan langsung
dari dinas kesehatan tiap bulan dan dengan
kondisi yang baik. Petugas imunisasi tiap
puskesmas mengambil langsung ke puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
informasi bahwa memang sejak awal tidak ada
pengalokasian khusus untuk imunisasi, sumber
dananya dari dana APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah). Jadi, untuk
dana program imunisasi masih kurang karena
tidak adanya pengalokasian khusus untuk
program imunisasi. Informasi tersebut
diperoleh dari hasil wawancara mendalam
informan 2 sebagai berikut :
Untuk pendanaan yang sedang berlangsung
sudah kok, pendanaan dari APBD, gak tahu
untuk kedepan BPUD nya mah yah”
Menurut Hasil penelitian bahwa untuk dapat
melaksanakan kebijakan dari suatu program
yang ada, para pelaksana harus mendapat
sumber yang dibutuhkan agar program berjalan
lancar, salah satunya dalam bentuk uang. Dana
sebagai syarat kelancaran sebuah program
harus dialokasikan secara tepat, demikian juga
kelancaran dalam proses penyediaan dan
penggunaannya. Jadi diharapkan adanya
ixSTIKes Dharma Husada Bandung
pengalokasian khusus untuk program imunisasi
agar pelaksanaan kegiatannya lancar.
Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam
penyimpanan maupun saat transportasi ke
tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang
baik (imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui,
bahwa vaksin adalah produk biologis yang
sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin
yang sensitif terhadap panas misalnya vaksin
polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang
sensitif terhadap pembekuan misalnya vaksin
heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara
umum, semua vaksin akan rusak bila terpapar
suhu panas, namun vaksin polio, campak dan
BCG akan lebih mudah rusak pada paparan
panas bila dibanding vaksin hepatitis B, DPT,
DT dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan
memiliki tempat penyimpanan vaksin.
Demikian juga dalam pendistribusiannya
penting untuk diperhatikan. Faktor yang dapat
merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu
dan kelembaban.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi input dalam
pelaksanaan program imunisasi campak di
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yang
dilihat berdasarkan pernyataan dari jawaban
informan 1,2,3,4 yaitu terbatasnya evaluasi
input dalam pelaksanaan imunisasi campak
seperti jadwal imunisasi campak belum
optimal, terbatasnya sarana dan prasarana stock
vaksin campak masih kurang, dan belum ada
alokasi dana dari BPUD.
Evaluasi proses dalam pelaksanaan
program imunisasi campak di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
Berdasarkan penyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi
proses pada pelaksanaan program imunisasi
campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung, hasil temuan dari informan yaitu
terbatasnya perencanaan program imunisasi
campak kedepan dan hasil pelaporan program
imunisasi campak setiap bulan masih terbatas.
Perencanaan program imunisasi campak di
UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
yaitu masih terbatas. Pada dasaranya
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana
tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana
tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam.
Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan
wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan.
Perencanaan program imunisasi campak di
Puskesmas Ibrahim Adjie belum ada
perencanaan yang dialokasikan secara khusus,
jadi hanya pada saat pelaksanaanya saja
imunisasi campak dilaksakankan dan belum
ada perencanaan kedepan dalam tindak lanjut
perogram imunisasi campak. Seperti informasi
yang dinyatakan oleh informan 1 yaitu sebagai
berikut :
“Belum ada rencana untuk pelaksanaanya,
akan tetapi dilaksanakan dengan baik”
Dalam pelaksanaannya, program imunisasi
dituntut agar dapat terselenggara secara efektif
dan efisien. Salah satu cara agar program
imunisasi berjalan efektif dan efisien maka
perlu adanya koordinasi baik lintas program
ataupun lintas sektor. Koordinasi lintas
program dilakukan dengan bekerjasama dengan
program lain yang ada di Puskesmas, misalnya
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau
program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
Koordinasi lintas sektor dilakukan untuk
mengurangi terjadinya ketidak sepahaman
lintas sektor, misalnya dengan Departemen
Agama, Dinas Kesehatan, dan institusi
pemerintah lainnya.
Proses pemberian imunisasi harus
memperhatikan keamanan vaksin dan
penyuntikan agar tidak terjadi penularan
penyakit terhadap tenaga kesehatan pelaksana
pelayanan imunisasi dan masyarakat serta
menghindari terjadinya Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) (Kemenkes RI, 2013).
Sebelum pelaksanaan imunisasi, pelaksana
pelayanan imunisasi harus memberikan
informasi lengkap tentang imunisasi meliputi
vaksin, cara pemberian, manfaat dan
kemungkinan terjadinya KIPI. Pemberian
informasi imunisasi wajib yang dilakukan
secara perorangan dilakukan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Pemberian
informasi wajib yang dilakukan secara massal
dilakukan melalui pemberitahuan dengan
menggunakan media massa dan/atau media
informasi kepada masyarakat (Kemenkes RI,
2013).
Penyelenggaraan imunisasi wajib dicatat dan
dilaporkan secara berkala dan berjenjang mulai
dari tingkat pelayanan sampai dengan tingkat
pusat. Pencatatan dan pelaporan meliputi
cakupan imunisasi, stok dan pemakaian vaksin,
monitoring suhu, dan kasus Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi atau diduga Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi. Pelaksana pelayanan
imunisasi wajib melakukan pencatatan
xSTIKes Dharma Husada Bandung
terhadap pelayanan imunisasi yang dilakukan.
Pencatatan pelayanan imunisasi dilakukan di
buku Kesehatan Ibu dan Anak, rekam medis,
dan/atau kohort
Di Ibrahim Adjie belum secara khusus mencatat
pelaporan kegiatan imunisasi dan belum
melaporkan secara khusus kepada pihak dinkes,
karena pada dasarnya perlu adanya tembusan
sistem pelaporan kepada pihak terkait, agar
dinas kesehatan setempat memiliki catatan
khusus terkait program imunisasi di wilayah
kerjanya. Catatan ini dapat digunakan oleh
dinas kesehatan setempat sebagai bahan
evaluasi terhadap program imunisasi yang telah
berjalan di wilayah kerjanya. Sebagian besar
bidan juru imunisasi sudah menjalankan
kewenangannya dengan baik dalam melakukan
pendekatan promotif ke masyarakat. Peran serta
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ibrahim Adjie sebagian besar sudah baik
dengan tingkat persepsi masyarakat mengenai
program imunisasi campak yang sangat baik.
Keikutsertaan masyarakat perlu ditingkatkan,
karena masyarakat masih melakukan imunisasi
tidak sesuai dengan wilayah tinggalnya.
Keterbukaan masyarakat juga dinilai kurang
maksimal karena masyarakat tidak mengetahui
adanya pihak yang terlibat dalam program
imunisasi. Dalam hal dana masyarakat
mengetahui adanya bantuan dana yang
digunakan dalam program imunisasi, namun
tidak mengetahui dana tersebut sudah
digunakan sepenuhnya atau disubsidi dalam
program kesehatan lainnya di wilayah
Puskesmas Ibrahim Adjie. Variabel
keterbukaan ini juga dinilai kurang sensitif
dikarenakan masyarakat hanya mengetahui
adanya dana untuk program imunisasi namun
arah aliran dana tidak mengetahui secara pasti.
Berdasarkan hasil temuan dari 12,3,4 informan
di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung dapat disimpulkan bahwa Kurang
efektifnya evaluasi proses pada pelaporan
program imunisasi campak, seperti terbatasnya
perencanaan program imunisasi campak
kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program
imunisasi campak setiap bulan.
Evaluasi output dalam pelaksanaan
program imunisasi campak di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.
Berdasarkan penyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi
output pada pelaksanaan program imunisasi
campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung, hasil temuan dari informan yaitu
kurang efektifnya evaluasi output dalam
cakupam program imunisasi campak, seperti
terbatasnya cakupan imunisasi campak secara
menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian
program imunisasi campak.
Terlaksananya rencana kegiatan puskesmas
campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung, perlu dilakukan pengorganisasian.
Ada dua macam pengorganisasian yang harus
dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa
penentuan para penanggungjawab dan para
pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk
setiap satuan wilayah kerja. Dilakukan
pembagian habis seluruh program kerja dan
seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas
puskesmas dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para
penanggungjawab ini dilakukan melalui
pertemuan penggalangan tim pada awal tahun
kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa
penggalangan kerjasama tim secara lintas
sektoral.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak,
peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi
kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting
sehingga anak dapat terbebas dari penyakit
infeksi. Dengan adanya perencanaan program
imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka
kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan
balita dapat berkurang, oleh karena puskesmas
mampu membina pada wilayah cakupanya
tentang imunisasi campak terpenuhi, sehingga
balita terhidar dari penyakit campak secara
optimal.
Salah satu upaya pencegahan penyakit yang
dilakukan adalah campak, berupa pemberian
imunisasi campak. Cakupan yang tinggi harus
disertai dengan mutu program yang tinggi pula.
Untuk meningkatkan mutu program,
pembinaan dari atas (supervisi) sangat
diperlukan. Supervisi dapat berupa suatu
kegiatan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap program yang
sedang berjalan, atau yang telah dilaksanakan
dalam evaluasi proses program pelaksanaan
imunisasi, apakah pelaksanaannya sudah sesuai
dengan standar (Asrul, 2010).
Berdasarkan hasil temuan informan 1,2,3,4
tentang evaluasi output pada pelaksanaan
program imunisasi campak di UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie Kota Bandung dapat
disimpulkan bahwa evaluasi output dalam
cakupam program imunisasi campak belum
efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi
xiSTIKes Dharma Husada Bandung
campak secara menyeluruh dan terbatasnnya
pengorganisasian program imunisasi campak.
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan,
kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan
rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para
penanggungjawab dan para pelaksana yang
telah ditetapkan pada pengorganisasian,
ditugaskan menyelenggarakan kegiatan
puskesmas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya
rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah
disusun, terutama yang menyangkut jadwal
pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah
kerja dan rincian tugas para penanggungjawab
dan pelaksana. Menyusun jadwal kegiatan
bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban
kegiatan puskesmas harus terbagi habis dan
merata kepada seluruh petugas.
Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Pemantauan yaitu
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan
kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal
sebagai berikut: Melakukan telaahan
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai, yang dibedakan atas dua hal yaitu
telaahan internal dan telaahan eksternal.
Telaahan internal merupakan telaahan bulanan
terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai puskesmas, dibandingkan dengan
rencana dan standar pelayanan. Telahaan
bulanan dilakukan dalam lokakarya mini
bulanan puskesmas. telaahan eksternal
merupakan telaahan triwulan terhadap hasil
yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan
tingkat pertama lainnya serta sektor lain terkait
yang ada di wilayah kerja puskesmas. telaahan
triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini
triwulan puskesmas secara lintas sektor.
Pada umumnya setiap sistem membutuhkan
Kepemimpinan atau suatu organisasi secara
khsus begitu juga setiap program imunisasi
tentu berharap memiliki pemimpin yang baik
atau keorganisasian yang baik. pemimpin yang
sukses harus memimpin dengan menciptakan
suatu kondisi sehingga membuat setiap personil
dapat berkontribusi secara total kepemimpinan
adalah proses untuk melakukan pengembangan
secara langsung dengan melakukan koordinasi
pada anggota kelompok serta memiliki
karakteristik untuk dapat meningkatkan
kesuksesan dan pengembangan dalam
mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-
aktivitas tugas dari orang-orang dalam
kelompok. Kepemimpinan berarti melibatkan
orang lain, yaitu bawahan atau karyawan yang
dipimpin.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
dipaparkan di Bab sebelumnya tentang evaluasi
perencanaan program imunisasi campak di
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
Tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi
campak masih terbatas yaitu Program
Imunisasi Sudah Terjadwal Baik Di Dalam
Gedung Maupun Diluar Gedung, stock
vaksin imunisasi campak masih tergantung
pada dines kesehatan setempat serta belum
mendapatkan alokasi dana secara khusus
dari pemerintah setempat seperti BPUD.
2. Evaluasi proses pada pelaporan program
imunisasi campak kurang efektif, seperti
terbatasnya perencanaan program imunisasi
campak kedepan dan tidak ada hasil
pelaporan program imunisasi campak setiap
bulan
3. Evaluasi output dalam cakupam program
imunisasi campak belum efektif, seperti
terbatasnya cakupan imunisasi campak
secara menyeluruh dan terbatasnnya
pengorganisasian program imunisasi
campak.
Saran
1. Diharapkan bagi pihak puskesmas membuat
pencatatan dan pelaporan imunisasi camak
setiap bulan yang telah dilaksanakan di
dalam gedung maupun di luar gedung,
sehingga pelaksanaan dalam program
imunisasi dapat terlaksana dengan baik.
2. Diharapkan pada pemegang program
imunisasi dapat membuat jadwal imunisasi
secara berkala dan dapat direncanakan,
sehingga pelaksanaan program imunisasi
dapat berjalan secara optimal.
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
meneliti tentang program imunisasi
sehingga dalam kekurangan pada penelitian
ini dapat dilanjutkan dengan fenomena yang
lain, seperti faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya cakupan
imunisasi.
xiiSTIKes Dharma Husada Bandung
DAFTAR PUSTAKA
Adiono,S. 2012. Analisis Kepemimpinan yang
Mendorong Iklim Kerja dan Motivasi serta
dampaknya Terhadap Kinerja Perawat di
Rumah Sakit Sekota Palu. Tesis PS FKM-
UI. Jakarta.
Asrul, 2010. Evaluasi Dan Jadwal Pelaksanaan
Imunisasi
Atikah, 2010. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Edisi Ketiga.Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi
Dan Imunisasi Dasar. Pada Balita.
Yogyakarta : Nuha Medika
Hasuki, 2013. Macam dan jenis Imunisasi.
Jakarta : EGC.
Hidayat, 2012. Ilmu Kesehatan Tumbuh
Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar.
Pada Balita.
Johanes, 2015. Semiloka Evaluasi Penilaian
dan Pengukuran. Jakarta, EGC.
Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan
indonesia 2012. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2015. Pedoman Penyelenggaran
Imunisasi. Jakarta. Kemenkes RI. 2015.
Muninjaya, 2011. Manajemen Kesehatan, Edisi
kedua. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta. Rhineka
Cipta
, 2012. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan.Jakarta. Rhineka Cipta
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan:
Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawati, 2007. Proporsi Ibu Yang Bekerja
Terhadap Anak Dengan Imunisasi Lengkap.
Diakses dari http://eprints.ums.ac.id.
Diunduh pada tanggal 28 Januari 2017
Ranuh, dkk, 2011. Pedoman Imunisasi di
Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
RISKESDAS 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Rismayanti, 2013. Evaluasi Program Imunisasi.
Puskesmas di Kota Makassar Tahun 2012.
Jurnal, FKM Universitas. Hasanuddin.
Sugiarti, 2012. Jadwal dan peran ibu terhadap
Imunisasi. Jakarta : EGC.
Suharto, 2015. Analisis Kebijakan Publik :
Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan Sosial. Alfabeta : Bandung.
Sukarmin, 2014. Asuhan Keperawatan Pada
Anak, Edisi 1,. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Supartini, 2014. Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. Jakarta. EGC
Yusuf, 2015. Evaluasi Program. Jakarta:
Rineka Cipta
Wahab, 2012. Analisis kebijaksanaan dari
Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Bumi Aksara. Jakarta

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Joni Saputra
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Ana maria shofiana 201010201142 naskah publikasi
Ana maria shofiana 201010201142 naskah publikasiAna maria shofiana 201010201142 naskah publikasi
Ana maria shofiana 201010201142 naskah publikasiArshikaArvind
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maretppidkemenkes
 
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIAPETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIADeif Tunggal
 
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Aji Wibowo
 
Filariasis di jawa
Filariasis di jawaFilariasis di jawa
Filariasis di jawaTia Galyani
 
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017Ditjen P2P Kemenkes
 
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...ashtherhiqx
 
Expos puskesmas pasar usang ed.
Expos puskesmas pasar usang ed.Expos puskesmas pasar usang ed.
Expos puskesmas pasar usang ed.gst ayu
 
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...Aji Wibowo
 

Mais procurados (18)

Abtrak deliana oke
Abtrak  deliana okeAbtrak  deliana oke
Abtrak deliana oke
 
Jurnal jadi okkk
Jurnal jadi okkkJurnal jadi okkk
Jurnal jadi okkk
 
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
 
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020Buletin Surveilans & Imunisasi  Edisi I Maret 2020
Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020
 
Ana maria shofiana 201010201142 naskah publikasi
Ana maria shofiana 201010201142 naskah publikasiAna maria shofiana 201010201142 naskah publikasi
Ana maria shofiana 201010201142 naskah publikasi
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maret
 
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIAPETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS PENGOBATAN PENCEGAHAN DENGAN ISONIAZID UNTUK ODHA DI INDONESIA
 
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...
 
Filariasis di jawa
Filariasis di jawaFilariasis di jawa
Filariasis di jawa
 
3661 6909-1-sm
3661 6909-1-sm3661 6909-1-sm
3661 6909-1-sm
 
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
 
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
Pemberdayaan anggota ranting aisyiyah grendeng dalam identifikasi keamanan ja...
 
Expos puskesmas pasar usang ed.
Expos puskesmas pasar usang ed.Expos puskesmas pasar usang ed.
Expos puskesmas pasar usang ed.
 
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008   TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...
 
Jurnal klinik sanitasi
Jurnal klinik sanitasiJurnal klinik sanitasi
Jurnal klinik sanitasi
 

Semelhante a Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak
Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campakJurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak
Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campaknrukmana rukmana
 
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Joni Saputra
 
Artikel evaluasi pelaksanaan ddtk balita
Artikel evaluasi pelaksanaan ddtk balitaArtikel evaluasi pelaksanaan ddtk balita
Artikel evaluasi pelaksanaan ddtk balitaDamsen Husen
 
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatZelitania
 
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfPPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfAkunAlissa
 
KAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docxKAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docxpuskesmaspagak
 
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxKERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxBudimanSetiawan5
 
Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx
Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptxKel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx
Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptxJansenFernando1
 
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptxPkmSbaru
 
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxKEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxssuser9c651e2
 
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptxBAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptxCynthiaOctavia1
 
292-Article Text-807-1-10-20211003.pdf
292-Article Text-807-1-10-20211003.pdf292-Article Text-807-1-10-20211003.pdf
292-Article Text-807-1-10-20211003.pdferlindasst
 
413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docx
413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docx413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docx
413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docxinong008
 

Semelhante a Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak (20)

Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak
Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campakJurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak
Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak
 
PPT PKM.pptx
PPT PKM.pptxPPT PKM.pptx
PPT PKM.pptx
 
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
 
Proposal & thesis
Proposal & thesisProposal & thesis
Proposal & thesis
 
imunisasi 1.doc
imunisasi 1.docimunisasi 1.doc
imunisasi 1.doc
 
Artikel evaluasi pelaksanaan ddtk balita
Artikel evaluasi pelaksanaan ddtk balitaArtikel evaluasi pelaksanaan ddtk balita
Artikel evaluasi pelaksanaan ddtk balita
 
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
 
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfPPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
 
imunisasi 2 revisi.doc
imunisasi 2 revisi.docimunisasi 2 revisi.doc
imunisasi 2 revisi.doc
 
imunisasi 2 revisi.doc
imunisasi 2 revisi.docimunisasi 2 revisi.doc
imunisasi 2 revisi.doc
 
KAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docxKAK KECACINGAN 2019.docx
KAK KECACINGAN 2019.docx
 
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxKERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
 
Pedoman_Campak_Rubella_2020.pdf
Pedoman_Campak_Rubella_2020.pdfPedoman_Campak_Rubella_2020.pdf
Pedoman_Campak_Rubella_2020.pdf
 
Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx
Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptxKel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx
Kel.3_Evaluasi Program Kesehatan....pptx
 
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
 
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxKEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
 
Pedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 finalPedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 final
 
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptxBAHAN  SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
BAHAN SOSIALISASI BIAS DAN HPV.pptx
 
292-Article Text-807-1-10-20211003.pdf
292-Article Text-807-1-10-20211003.pdf292-Article Text-807-1-10-20211003.pdf
292-Article Text-807-1-10-20211003.pdf
 
413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docx
413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docx413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docx
413229984-1-6-1-Kak-Pemberian-Obat-Cacing.docx
 

Mais de nrukmana rukmana

Jurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
Jurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamilJurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
Jurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamilnrukmana rukmana
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILnrukmana rukmana
 
Jurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat
Jurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawatJurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat
Jurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawatnrukmana rukmana
 
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasiJurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasinrukmana rukmana
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diarenrukmana rukmana
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dininrukmana rukmana
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 
Jurnal pemberdayaan mayaraka
Jurnal pemberdayaan mayarakaJurnal pemberdayaan mayaraka
Jurnal pemberdayaan mayarakanrukmana rukmana
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilnrukmana rukmana
 
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumJurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumnrukmana rukmana
 
Jurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepang
Jurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepangJurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepang
Jurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepangnrukmana rukmana
 
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balitaJurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balitanrukmana rukmana
 
Jurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok
Jurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan  perilaku merokokJurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan  perilaku merokok
Jurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokoknrukmana rukmana
 
Jurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Jurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajarJurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Jurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajarnrukmana rukmana
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensinrukmana rukmana
 

Mais de nrukmana rukmana (20)

Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
Jurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
Jurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamilJurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
Jurnal Pola makan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
 
Jurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat
Jurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawatJurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat
Jurnal hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat
 
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasiJurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
 
Bentuk jurnal penelitian
Bentuk jurnal penelitianBentuk jurnal penelitian
Bentuk jurnal penelitian
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dini
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 
Jurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omskJurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omsk
 
Jurnal pemberdayaan mayaraka
Jurnal pemberdayaan mayarakaJurnal pemberdayaan mayaraka
Jurnal pemberdayaan mayaraka
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
 
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumJurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
 
Jurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepang
Jurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepangJurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepang
Jurnal motivasi perawat indonesia untuk bekerja ke jepang
 
Jurnal karies gigi
Jurnal karies gigiJurnal karies gigi
Jurnal karies gigi
 
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balitaJurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
 
Jurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok
Jurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan  perilaku merokokJurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan  perilaku merokok
Jurnal hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok
 
Jurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Jurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajarJurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Jurnal faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensi
 
Jurnal borks pada bakso
Jurnal borks pada baksoJurnal borks pada bakso
Jurnal borks pada bakso
 

Último

IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioSafrina Ramadhani
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAStarkoko
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).pptnurifat
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxALHIDAYAHRMALLORONG2
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANfaisalkurniawan12
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.pptcels17082019
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIgermanaaprianineno
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptchoukocat
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)fifinoktaviani
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfaguswidiyanto98
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptHenryAdhySantoso
 

Último (17)

IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 

Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak

  • 1. 1STIKes Dharma Husada Bandung EVALUASI PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG TAHUN 2017 Drs. Edi Rachman, M.Kes1 Ns.Asri Handayani, S.Kep.,M.Kep2 Sartikasari, S.KM3 123 Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung Jl Terusan Jakarta No 75 Antapani Bandung ABSTRAK Keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata untuk memberantas cakupan angka kematian dan kesakitan balita diantaranya campak. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan bahwa cakupan campak di Jawa Barat yaitu 29,2% lebih rendah dari target yang ditetapkan adalah 90%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi perencanaan program imunisasi Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Jenis penelitian kualitatif dengan metode snowball sampling. Jumlah informan yaitu 4 orang terdiri dari 1 pengelola program imunisasi, 1 bidan koordinator dan 2 bidan pelaksana. Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dengan teknik human instrument. Hasil penelitian didapatkan setelah melakukan wawancara terhadap 4 informan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang evaluasi perencanaan program imunisasi campak ditemukan evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas yaitu belum optimalnya jadwal imunisasi campak secara rutin, masih terbatasnya stock vaksin imunisasi campak serta belum mendapatkan alokasi dana secara khusus dari pemerintah setempat seperti BPUD. Evaluasi proses pada pelaporan program imunisasi campak kurang efektif, seperti terbatasnya perencanaan program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program imunisasi campak setiap bulan. Evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak belum efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi campak. Saran bagi pihak puskesmas diharapkan dapat membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi camak setiap bulan yang telah dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung, sehingga pelaksanaan dalam program imunisasi dapat terlaksana dengan baik. The success of the immunization program is the achievement of UCI evenly to eradicate the coverage of mortality and morbidity among children under measles. Basic Health Research in 2013 reported that the coverage of measles in West Java is 29.2% lower than the target set at 90%. This study aims to find out evaluation of measles immunization program planning in UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung. Type of qualitative research with snowball sampling method. The number of informants consisted of 4 people consisting of 1 immunization program manager, 1 midwife coordinator and 2 midwives. The research instrument is guidance interview with human instrument technique. The results obtained after interviewing 4 informants to obtain more in-depth information about the evaluation of measles immunization program evaluation found that the evaluation of inputs in measles immunization implementation is still limited, which is not optimal measles immunization schedule routinely, the limited stock vaccine immunization against measles and has not received fund allocation Specifically from local government such as BPUD. Process evaluation on measles immunization reporting programs is less effective, such as limited future measles immunization planning and no reporting of measles immunization program every month. Output evaluations in measles immunization programs have not been effective, such as the limited coverage of overall measles immunization and the limited organization of measles immunization programs. Suggestion for puskesmas party is expected to make recording and reporting immunization of Measles every month which has been done inside building and outside of building, so that implementation in immunization program can be done well. Kata Kunci : Campak, Evaluasi, Imunisasi, Perencanaan
  • 2. iiSTIKes Dharma Husada Bandung PENDAHULUAN Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda. Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Tersedianya vaksin dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif (Kemenkes RI, 2015). Menurut Sukarmin, (2014) imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyebaran penyakit yang bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak dengan cara pemberian vaksin. Vaksin berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini terlebih dahulu dilemahkan/ dimatikan sehingga tidak berbahaya lagi terhadap kelangsungan hidup manusia Pada hakekatnya, kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak sementara kekebalan aktif didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang berarti masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak untuk membentuk antibodi sendiri secara aktif. Oleh karena itu, perlu dilakukan imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap serangan penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi anak akan berdampak pada kematian pada anak (Ranuh, dkk, 2011). Berdasarkan angka kematian pada anak. Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian anak di dunia setiap tahunnya. Namun demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia tidak terjangkau imunisasi rutin. Lebih dari 13% anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi lengkap (Kemenkes 2014). Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, Pertussis dan Polio. Berdasarkan data Profil Kesehatan tahun 2013 ditetapkan target UCI tahun 2013 adalah sebesar 95%. Pada tahun 2013 terdapat tiga provinsi yang memiliki capaian UCI tertinggi sebesar 100% yaitu DIY Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jambi. Sedangkan Provinsi Jawa Barat memiliki pencapaian terendah sebesar 13,05%. Pencapaian UCI di Jawa Barat masih belum mencapai target yaitu sebesar 80,18% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, persentase cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 59,2%. Cakupan imunisasi dasar lengkap bervariasi antar provinsi, yaitu tertinggi di DI Yogyakarta (83,1%) dan terendah di Jawa Barat (29,2%) (RISKESDAS 2013). Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan suatu rencana strategis dalam upaya percepatan pencapaian UCI yaitu Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014) yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010. Sasaran dari kegiatan GAIN UCI adalah seluruh bayi usia 0-11 bulan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap sehingga seluruh desa/kelurahan mencapai UCI. Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan unsur yang sangat penting dalam pelayanan imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dalam keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata di tingkat desa. Pelayanan imunisasi dilakukan di puskesmas dan lapangan (posyandu). Hasil pelayanan imunisasi baik di puskesmas maupun dilapangan (posyandu) di rekapitulasi oleh jurim (juru imunisasi) dan hasil ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai hasil cakupan pelayanan imunisasi dari suatu wilayah kerja (desa). Jurim selain sebagai pelaksana imunisasi juga sebagai koordinator imunisasi puskesmas yang bertanggug jawab terhadap keberhasilan program imunisasi di puskesmas (Kepmenkes RI No. 482 tahun 2010). Kegiatan manajemen pelaksanaan imunisasi yang dilakukan puskesmas meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan yang berkaitan dengan pencapaian UCI. Kegiatan manajemen dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pencapaian UCI, sehingga diperlukan adanya perbaikan terhadap manajemen pelaksanaan dalam pencapaian UCI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti (2013) tentang analisis manajemen pelaksanaan imunisasi oleh bidan desa kaitannya dengan pencapaian UCI yang merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
  • 3. iiiSTIKes Dharma Husada Bandung di dapatkan hasil bahwa manajemen perencanaan dan penggerakan berpengaruh terhadap pencapaian UCI yang belum optimal. Studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie. Menurut data laporan tahunan 2015 didapatkan jumlah penduduk sebesar 21.265 jiwa yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kebon Waru, Kebon Gedang dan Cibangkong, dari data kelurahan tersebut jumlah posyandu yang melaksanakan imunisasi yaitu sebanyak 67 posyandu, jika dilihat berdasarkan situasi derajat kesehatan yaitu jumlah angka kematian pada balita sebanyak 3 orang, hal tersebut dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana masih terbatas, jumlah vaksin yang ada masih kurang, sehingga pelaksanaan program imunisasi secara rutin dengan target kumulatif semula 87,7% mengalami penurunan yang sangat signifikan 71,9%, sehingga angka penurunan sebesar 15,8% sangat signifikan yaitu mengingat target cakupan imunisasi untuk setiap puskesmas minimal 80%. Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan unsur yang sangat penting dalam pelayanan imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dalam keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata dan setingkat dengan pelayanan kesehatan lainya. Pelayanan imunisasi dilakukan di puskesmas. Hasil pelayanan di rekapitulasi oleh jurim ( juru imunisasi ) dan hasil ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan sebagai hasil cakupan pelayanan imunisasi dari suatu wilayah kerja (desa). Dengan demikian jurim selain sebagai pelaksana imunisasi juga sebagai kordinator imunisasi puskesmas yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program imunisasi di puskesmas. Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk mencapai tujuan akhir program imunisasi yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian terhadap kondisi sanitasi lingkungan yang buruk ditambah dengan keadaan gizi yang menurun dapat menyebabkan berjangkitnya penyakit menular antara lain diare, ISPA, kulit, campak, malaria dan demam berdarah situasi penyakit tersebut biasanya akan berakibat pada tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi. Kepadatan penduduk yang menyebabkan meningkatkan resiko penyakit pada setiap keadaan darurat adalah lingkungan yang tidak sehat, kemiskinan, tingkat kepadatan penduduk yang berlebihan, jumlah dan kualitas air yang rendah, dan asupan makanan yang kurang. Salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan dikalangan masyarakat adalah campak. Program prioritas yang perlu segera dilakukan pada cakupan yang tinggi adalah kegiatan imunisasi campak dan pemberian makanan tambahan untuk bayi dan balita, dengan pertimbangan kerentanan golongan umur tersebut. Vaksinasi campak harus menjadi prioritas yang tertinggi dan dilakukan sedini mungkin, karena campak merupakan suatu penyakit yang paling menular dan dengan virus yang paling kuat. Kepadatan penduduk merupakan lingkungan yang ideal bagi penularan secara cepat dan luas sehingga mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada anak-anak. Imunisasi campak diberikan secara serentak kepada bayi mulai berumur 6 bulan hingga 15 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Selain itu juga dilakukan pemberian vitamin A dengan dosisi yang tepat (Adiono, 2012) Salah satu upaya pencegahan penyakit yang dilakukan adalah campak, berupa pemberian imunisasi campak terhadap 71.516 anak di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie tahun 2015 atau 79,8% dari sasaran. Sedangkan bayi dan anak yang mendapat imunisasi campak di seluruh wilayah kerja tersebut adalah 188.580 atau 15,8% dari total sasaran 1.190.558 anak. Target yang ditetapkan adalah 90%. Hasil cakupan imunisasi campak di Kota Bandung adalah 72,83%. Cakupan yang tinggi harus disertai dengan mutu program yang tinggi pula. Untuk meningkatkan mutu program, pembinaan dari atas (supervisi) sangat diperlukan. Supervisi dapat berupa suatu kegiatan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk memberikan penilaian terhadap program yang sedang berjalan, atau yang telah dilaksanakan, apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar (Asrul, 2010). Sehingga pada penelitian ini, program imunisasi di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung akan dinilai berdasarkan komponen input terdiri dari waktu, jumlah vaksin, petugas imunisasi, sarana dan prasarana, pendanaan. Proses (pelaksanaan) yaitu perencanaan, pendataan atau pencatatan dan pelaporan, pelaksanaan imunisasi dan yang terakhir adalah output (melaksanakan) yaitu cakupan imunisasinya sebagai indikator output. Penelitian yang dilakukan yaitu dengan pendekatan kualitatif, dengan alasan kualitatif karena peneliti ingin langsung menemukan fenomena secara mendalam antara peneliti dan
  • 4. ivSTIKes Dharma Husada Bandung informan, sehingga informasi tentang program imunisasi dapat ditemukan dengan jelas, aktual dan akurat, selain itu peneliti ingin menemukan data yang tampak, dipahami dengan apa yang diucapkan oleh informan yaitu tentang program imunisasi campak. Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak, peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting sehingga anak dapat terbebas dari penyakit infeksi. Dengan adanya perencanaan program imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan balita dapat berkurang, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang judul evaluasi perencanaan program imunisasi Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. METODOLOGI PENELITIAN Metode Pengumpulan data Metode yang di gunakan adalah wawancara mendalam, di harapkan peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa di temukan melalui observasi (Sugiyono, 2012). Adapun pelaksanaannya menggunakan alat bantu rekaman berupa tape recorder dan di catat secara langsung hal-hal intinya. Waktu pelaksanaanya setelah ada kesepakatan terlebih dahulu dengan informan untuk menjaga kerahasiannya.Wawancara ini juga tidak di lakukan sekaligus melainkan dalam waktu yang sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan banyak. Format wawancara mengacu kepada kerangka atau panduan wawancara yang telah di siapkan sebelumnya oleh peneliti. Wawancara dinyatakan selesai di laksanakan jika informan mengalami titik jenuh dalam menjawab pertanyaan. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini adalah sebanyak 4 Informan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode snowball sampling. Penentuan informan menggunakan snowball sampling sesuai rekomendasi dari informan yang sudah diwawancara. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang pada awalnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Informan yang di teliti sebanyak 4 orang dengan kriteria sebagai berikut 1. Informan yang menguasai dan memahami program campak dalam proses kegiatan, sehingga perogram campak bukan sekedar di ketahui, tetapi juga di hayatinya oleh informan. 2. Informan aktif dan sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang telah di teliti yaitu tentang program campak. 3. Informan yang mempunyai waktu yang memadai untuk di mintai informasi tentang program campak 4. Informan tidak cenderung menyampaikan informasinya sendiri 5. Informan yang tidak asing untuk dijadikan informasi dalam narasumber program campak. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di gunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang di amati (sugiyono, 2012). Instrumen penelitian yang di gunakan adalah human instrument atau peneliti sendiri. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk di analisis Langkah ini melibatkan transkripsi wawancara, men-scaning materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut kedalam jenis -jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi. 2. Membaca keseluruhan data Pada tahap ini, membangun general sense atas informasi yang di peroleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan dengan menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh. 3. Menganalisis lebih detail dengan meng- coding data Coding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. 4. Terapkan proses Coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori-kategori, dan teman-teman yang di analisis peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua informasi dan menganalisisnya untuk proyek studi kasus, etnografi, atau penelitian naratif.
  • 5. vSTIKes Dharma Husada Bandung 5. Tunjukan bagaimana deskripsi dan tema- tema ini akan di sajikan kembali dalam narasi/laporan kualitatif. Langkah ini meliputi pembahasan tentang pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema terntentu atau berhubungan antar tema. 6. Menginterprestasi atau memaknai data. Interprestasi atau pemaknaan ini bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan bukan hasil ramalan peneliti. Keabsahan Penelitian Keabsahan data adalah data yang memenuhi nilai kebenaran, dapat diterapkan, konsisten dan memenuhi unsur netralis bukan persepsi peneliti. Uji keabsahan data meliputi uji derajat kepercayaan data (Credibility), Keteralihan data (Transferability), Kebergantungan data (Dependability), dan Kepastian data (Comfirmability). 1. Derajat kepercayaan data (Credibility) Uji kredibilitas data dilakukan dengan pengamatan. Dengan cara peneliti ke lapangan, melakukan wawancara dengan informan. Dengan pengamatan ini hubungan peneliti dengan informan akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan . 2. Keteralihan data (Transferability) Transferability ini merupakan validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkanya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya hingga membuat laporanya memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipahami. 3. Kebergantungan data (Dependability) Depenability disebut juga reliabilitas, dimana suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Pengujian dependability dilakukan dengan cara penelitian dibawah arahan pembimbing melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. 4. Kepastian data (Comfirmability). Comfirmability atau uji obyektivitas, penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati oleh informan. Peneliti telah melakukan comfirmability dengan menunjukan hasil yang telah dibuat pada informan dan pembimbing untuk mendapatkan saran atau komentar. HASIL PENELITIAN Pemahaman Informan terhadap evaluasi input pelaksanaan program imunisasi campak Temuan : Program Imunisasi Sudah Terjadwal Baik Di Dalam Gedung Maupun Diluar Gedung Informan I : “Jadwal imunisasi, didalam gedung itu yaitu di poli yang dilaksanakannya hari Selasa dan hari Jumat, kalau diluar gedung itu kita memasarkan di beberapa posyandu yang sasaran imunisasinya banyak, sama ada nanti diakhir bulan ada sweeping di 3 keluarahan, keluarahan binaan kita yaitu Kebon Waru, Kebon Geudang sama Cibangkong” Informan 2 : “Eummmm, untuk di Puskesmas Ibrahim Adjie jadwal imunisasi setiap Selasa- Jumat, setiap posyandu ada jadi sudah cukup lengkap yah, untuk jadwalnya” Informan 3 : “Kalau untuk waktu dan jadwal imunisasi sudah lengkap, waktunya 2 kali dalam seminggu, semua jenis imunisasipun ada” Informan 4 : “Kalau didalam gedung puskesmas setiap hari Selasa-Jumat, kalau di posyandu hampir setiap hari ada jadwal posyandu” Temuan : stock vaksin imunisasi campak tergantung dari ketersediaan dari dinas kesehatan Informan 1 : “Vaksin sudah lengkap euuuu...jadi setiap bulanya kita meeeendapatkan vaksinnya ngambil di Dinas Kesehatan kota Bandung, jadi pakai gastoknya sudah mulai berkurang kita ada permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Bandung dan dipenuhi sesuai yang kita butuhkan, tapi terkadang jika tidak ada petugas yang mengambil kesana kekurngan stock masih yang digunakan seadanya” Informan 2 : “Sudah bagus ko, lengkap, tetapi kalau misalkan ada kekurangan kita harus menunggu dari Dinkes Kota Bandung”
  • 6. viSTIKes Dharma Husada Bandung Informan 3 : “Untuk vaksin memang sudah lengkap, tetapi terkadang kita kan masih tergantung sama dines ya, jadi tergantung sama dinesnya apakah stoknya ada atau tidaknya” Informan 4 : “Sudah, akan tetapi tergantung dari dinkes, apakah sudah dikirim atau belum” Temuan : Sumber dana sudah ada dari BOK dan BUPD Informan 1 : “Kalau untuk imunnisasi wajib mah, kita kan sudah menjadi tugas kita sebagai bidan yah, karena kita sudah digaji ya, walapun kita melakukan itu mah kan, udah ada euuu orangnya tuh maksudnya tuh, kalau didalam gedung kan itu gak ada dananya, kecuali kalau ada imunisasi tambahan diluar imunisasi wajib. Imunisasi tambahan seperti misalnya ada pin, atau sekrang paling banyak diadakan kampanye, campak-campak, pusup polowup, do, imunisasi, ada pembiyaanya, jadi jika kita melakukan penyisiran jumlah yang banyak lapangan, diluar gedung kita ada namanya biaya transfortasi, per-nanti berapa kali kita kelapanganya, itu untuk transfor biayaan imunisasi, terus ada juga misalnya sosialisasi, ada suatu kegiatan imunisasi dalam sekala besar seprti pin, campak kan otomatis sebelum-sebelumnya harus ada persiapan, nah persiapan-persiapan itu ketika kita melibatkan peran akseptor, peran kader, kita harus keplapangan, pemberitahuan masyarakat, sosialisasi semua ada pembiyaan dari BOK” Informan 2 : “Untuk pendanaan yang sedang berlangsung sudah kok, pendanaan dari APBD, gak tahu untuk kedepan BPUD nya mah yah” Informan 3 : “Kalau pelaksaanaan program saya kurang tahu, karena itu kan pemegang program yang mengetahui alokasi dananya dan seperti apa prosesnya jadi harus berkoordinasi dengan pemegang programnya” Informan 4 : “Ada, dan kalau dari APBD mungkin ada ya, saya bukan pemegang programnya ya jadi saya tidak tahu” Pemahaman Informan terhadap evaluasi proses pelaksanaan program imunisasi campak Temuan : perencanaan program imunisasi campak kedepan Informan 1 : “Belum ada rencana untuk pelaksanaanya, akan tetapi dilaksanakan dengan baik” Informan 2 : “Ada program crash campak, di bulan September-Oktober” Informan 3 : “Kalau perencanaan program imunisasinya mah pelaksanan dalam gedung tetap dilaksanakan diluar gedung pun tetap dilaksanakan dan ada cass program campak yang akan dilakukan pada bulan Agustus- September yah?.....eh Juli-Agustus” Temuan : hasil pelaporan program imunisasi campak belum dilakukan secara rutin setiap bulan Informan 1 : “Bukan menerima, tapi merekap jadi setiap posyandu itu dia dikasih kohort, dan dari kohort nanti ditulis, status imunisasinya di kohort imunisasi, kohort bayi itu kan, diseblahnya ada imunisasi, nah diakhir bulan tanggal 25 saya nanyin gimana hasilnya, lalu saya masukin ke buku kuning, itu yang diluar gedung, untuk diadalam gedung, di rekap juga untuk didalam wilayah dan di luar wilayahnya, terus untuk sweeping direkap di masukin, nanti hasilnya menjadi laporan dimasukin setiap bulan, tapi terkadang kita tidak melakukan pencatatan setiap bulan” Informan 2 : “Tidak Setiap bulan dan dilaporkan ke Dinkes kesehatan Kota Bandung, seharusnya sih setiap bulan” Informan 3 : “Kalau untuk pelaksanaan didalam gedung memang setiap harinya kita catat, lalu di rekap sama pemegang programnya, tidak tahu apakah dilaporkan setiap bulan atau tidak” Informan 4 : “Bukan menerima tetapi kita mencatat lalu melaporkan setiap bulan yang diserahkan kepada pemegang program dan dari pemegang program diserahkan ke dines” Pemahaman Informan terhadap evaluasi output pelaksanaan program imunisasi campak Temuan : cakupan imunisasi campak secara menyeluruh Informan 1 : “Sudah mencapai target, akan tetapi belum semuanya balita mendapatkan imunisasi campak itu sendiri”
  • 7. viiSTIKes Dharma Husada Bandung Informan 2 : “Sudah mencapai target, tapi belum secara keseluruhan mendapatkanya” Informan 3 : “Kalau untuk cakupan imunisasi campak harus dilihat dari pemegang programnya, jadi kita tidak tahu angka riil nya seperti apa, yang pasti setiap pelaksanaanya pasti di catat untuk meningkatkan cakupanya” Temuan : pengorganisasian program imunisasi campak Informan 1 : “Sebenarnya imunisasi disini tidak usah di pilah-pilah ya yah, kalau disini tugasnya imunisasinya ya, semua keseluruhan imunisasi, mau ia imunisasi hamil, mau imunisasi catin, imunisasi bayi, balita, bahkan anak sekolah, itu menjadi tanggung jawab ya, sesuai dengan imunisasi nya SK nya yang penangung jawab para medis, kita bidan dan beberapa perawat diluar geung ke posyandu di memberikan imunisasi juga, jadi ada pelaksanan imunisasinya. Kalau misalnya untuk di luar gedung, di lapangan biasanya pembinaan secara khusus” Informan 2 : “Ada apa itu namnya....... .euuuuu......eummmm... pemegang programnya yang khusus menangani ini imunisasi dan bukan sekedar imunisasi sih, tapi untuk pelaksanaanya kita seluruh tenaga kesehatan ikut melaksanakan” Informan 3 : “Ada, cuman tidak tahu” Informan 3 : “Ada” Dapat disimpukan dari hasil wawancara terhadap informan 1,2,3,4 ditemukan evaluasi input pelaksanaan program imunisasi campak yaitu Informan sudah mengetahui jadwal imunisasi, namun belum dilaksanakan dengan optimal, yang terkadang petugas tidak hadis dalam pelaksanaanya. Informan kekurangan stock vaksin yang digunakan pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas dan tergantung dari dines kesehatan setempat, Keterbatasan informan dalam alokasi dana belum optimal dari BPUD pemerintah. Evaluasi proses pelaksanaan program imunisasi campak yaitu Informan belum mengetahui rencana kedepan tentang program imunisasi campak, Informan tidak melakukan pencatatan imunisasi campak setiap bulan. Evaluasi output pelaksanaan program imunisasi campak yaitu pengorganisasian program imunisasi campak belum optimal. Pembahasan Evaluasi input dalam pelaksanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung Berdasarkan penyataan Informan hasil wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas yaitu belum optimalnya jadwal imunisasi campak secara rutin, masih terbatasnya stock vaksin imunisasi campak serta belum mendapatkan alokasi dana dari pemerintah setempat dan saat ini baru dari BOK dan APBD, akan tetapi dari BPUD belum ada alokasi secara khusus. Jadwal imunisasi yang dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yaitu 1 minggu 2 kali. Akibat Pemberian Imunisasi yang tidak tepat waktu pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang perlindungan atau belum mencapai kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu yang lama. Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai dengan ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Sugiarti, 2012). Sedangkan untuk stock vaksin di puskesmas UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung hanya menunggu dari pihak dinkes yang dikirim artinya stock vaksin yang digunakan di puskesmas diatur oleh pihak dinkes stempat. Secara teori Apabila jumlah vaksin di tempat kejadian KIPI/lapangan tidak mencukupi kebutuhan pengujian, maka pengambilan sampel dapat dilakukan di Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat yang merupakan sumber pengadaan dari vaksin yang terkait KIPI pada tingkat Kecamatan/Kabupaten. Apabila sampel masih tidak mencukupi/ habis maka pengambilan sampel dilakukan pada Dinas Kesehatan Provinsi. Di Puskesmas Ibrahim Adjie untuk pelaksanaan Program imunisasi khususnya program campak dilakukan didalam gedung dan diluar gedung. Didalam gedung pelaksanaan imunisasi yang dilaksanakan di ruangan poli. Poli imunisasi di Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan tempat bagi balita untuk melakukan imunisasi yang
  • 8. vii i STIKes Dharma Husada Bandung secara khusus di sediakan untuk program imunisasi campak, dan sarana untuk tempat penyimpanan vaksin, kegiatan yang dilakukan di poli imunisasi ini adalah pemberian vaksin bagi bayi diantaranya adalah campak. Biasanya pelayanan imunisasi dilaksanakan setiap hari khusus yaitu Selasa-Jumat dan dilayani langsung oleh seorang Bidan Puskesmas. Poli imunisasi di kelola oleh seorang Bidan koordinator dan bidan pelaksana KIA, karena bidan pelaksana KIA yang mencatat perkembaangan balita yang diaplikasikan kepada khort balita. Sedangkan diluar gedung pelaksanaan imunisasi dilaksanakan bukah hanya 1 imunisasi saja, melainkan imunisasi dilaksanakan dalam jenis banyak, diantaranya BCG, TD, TT, DPT/HB, CAMPAK, POLIO dan VENTAVALEN yang merupakan vaksin baru. Biasanya puskesmas Ibrahim Adjie melaksakanya pada tiga kelurahan yaitu Kebon Waru, Kebon Gedang, dan Cibangkong. Berikut pernyataan informan 1, 2, 3 dan 4 yang menyatakan hampir sama bahwa : “Jadwal imunisasi, didalam gedung itu yaitu di poli yang dilaksanakannya hari selasa dan hari jumat, kalau diluar gedung itu kita memasarkan di beberapa posyandu yang sasaran imunisasinya banyak, sama ada nanti diakhir bulan ada sweeping di 3 keluarahan, keluarahan binaan kita yaitu Kebon Waru, Kebon Geudang sama Cibangkong” Disposisi dalam pelaksanaan program imunisasi campak berupa supervisi yang dilakukan oleh DKK dan Kepala puskesmas secara berkala dan berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program dilaksanakan sesuai standar dalam rangka menjamin tercapainya tujuan program. Supervisi juga sekaligus untuk melaksanakan terhadap petugas dilapangan serta diharapkan menimbulkan motivasi untuk meningkatkan kinerja petugas lapangan sehingga akan menjadi lebih terampil baik segi teknis maupun manajerial. Sejalan dengan hasil penelitian Rochmah (2015) tentang analisis sistem kemitraan dalam program imunisasi berdasarkan peran dinas kesehatan setempat , bidan desa, dan masyarakat yang mendapatkan hasilnya yaitu masih terbatasnya jadwal, vaksin dan anggaran dalam program imunisasi campak secara keseluruhan, waktu yang diselengraakan saat ini masih terbatas. Waktu adalah Informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya. Akibat Pemberian Imunisasi yang tidak tepat waktu pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang ditetapkan (Sugiarti, 2012). Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang perlindungan atau belum mencapai kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu yang lama. Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai dengan ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Sugiarti, 2012). Stock vaksin imunisasi campak di Ibrahim Adjie masih terbatas yaitu stock vaksin yang diambil dari pihak Dinkes terkait, dan jika masih kekurangan digunakan hanya vaksin seadanya. Sedangkan vaksin, alat suntik, safety box, termos dan kartu imunisasi lengkap di masing-masing puskesmas karena perlengkapan tersebut didistribusikan langsung dari dinas kesehatan tiap bulan dan dengan kondisi yang baik. Petugas imunisasi tiap puskesmas mengambil langsung ke puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa memang sejak awal tidak ada pengalokasian khusus untuk imunisasi, sumber dananya dari dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Jadi, untuk dana program imunisasi masih kurang karena tidak adanya pengalokasian khusus untuk program imunisasi. Informasi tersebut diperoleh dari hasil wawancara mendalam informan 2 sebagai berikut : Untuk pendanaan yang sedang berlangsung sudah kok, pendanaan dari APBD, gak tahu untuk kedepan BPUD nya mah yah” Menurut Hasil penelitian bahwa untuk dapat melaksanakan kebijakan dari suatu program yang ada, para pelaksana harus mendapat sumber yang dibutuhkan agar program berjalan lancar, salah satunya dalam bentuk uang. Dana sebagai syarat kelancaran sebuah program harus dialokasikan secara tepat, demikian juga kelancaran dalam proses penyediaan dan penggunaannya. Jadi diharapkan adanya
  • 9. ixSTIKes Dharma Husada Bandung pengalokasian khusus untuk program imunisasi agar pelaksanaan kegiatannya lancar. Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat transportasi ke tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik (imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui, bahwa vaksin adalah produk biologis yang sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin yang sensitif terhadap panas misalnya vaksin polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang sensitif terhadap pembekuan misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara umum, semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio, campak dan BCG akan lebih mudah rusak pada paparan panas bila dibanding vaksin hepatitis B, DPT, DT dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan memiliki tempat penyimpanan vaksin. Demikian juga dalam pendistribusiannya penting untuk diperhatikan. Faktor yang dapat merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu dan kelembaban. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi input dalam pelaksanaan program imunisasi campak di Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yang dilihat berdasarkan pernyataan dari jawaban informan 1,2,3,4 yaitu terbatasnya evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak seperti jadwal imunisasi campak belum optimal, terbatasnya sarana dan prasarana stock vaksin campak masih kurang, dan belum ada alokasi dana dari BPUD. Evaluasi proses dalam pelaksanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung Berdasarkan penyataan Informan hasil wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi proses pada pelaksanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung, hasil temuan dari informan yaitu terbatasnya perencanaan program imunisasi campak kedepan dan hasil pelaporan program imunisasi campak setiap bulan masih terbatas. Perencanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yaitu masih terbatas. Pada dasaranya Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan. Perencanaan program imunisasi campak di Puskesmas Ibrahim Adjie belum ada perencanaan yang dialokasikan secara khusus, jadi hanya pada saat pelaksanaanya saja imunisasi campak dilaksakankan dan belum ada perencanaan kedepan dalam tindak lanjut perogram imunisasi campak. Seperti informasi yang dinyatakan oleh informan 1 yaitu sebagai berikut : “Belum ada rencana untuk pelaksanaanya, akan tetapi dilaksanakan dengan baik” Dalam pelaksanaannya, program imunisasi dituntut agar dapat terselenggara secara efektif dan efisien. Salah satu cara agar program imunisasi berjalan efektif dan efisien maka perlu adanya koordinasi baik lintas program ataupun lintas sektor. Koordinasi lintas program dilakukan dengan bekerjasama dengan program lain yang ada di Puskesmas, misalnya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Koordinasi lintas sektor dilakukan untuk mengurangi terjadinya ketidak sepahaman lintas sektor, misalnya dengan Departemen Agama, Dinas Kesehatan, dan institusi pemerintah lainnya. Proses pemberian imunisasi harus memperhatikan keamanan vaksin dan penyuntikan agar tidak terjadi penularan penyakit terhadap tenaga kesehatan pelaksana pelayanan imunisasi dan masyarakat serta menghindari terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) (Kemenkes RI, 2013). Sebelum pelaksanaan imunisasi, pelaksana pelayanan imunisasi harus memberikan informasi lengkap tentang imunisasi meliputi vaksin, cara pemberian, manfaat dan kemungkinan terjadinya KIPI. Pemberian informasi imunisasi wajib yang dilakukan secara perorangan dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian informasi wajib yang dilakukan secara massal dilakukan melalui pemberitahuan dengan menggunakan media massa dan/atau media informasi kepada masyarakat (Kemenkes RI, 2013). Penyelenggaraan imunisasi wajib dicatat dan dilaporkan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat pelayanan sampai dengan tingkat pusat. Pencatatan dan pelaporan meliputi cakupan imunisasi, stok dan pemakaian vaksin, monitoring suhu, dan kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau diduga Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Pelaksana pelayanan imunisasi wajib melakukan pencatatan
  • 10. xSTIKes Dharma Husada Bandung terhadap pelayanan imunisasi yang dilakukan. Pencatatan pelayanan imunisasi dilakukan di buku Kesehatan Ibu dan Anak, rekam medis, dan/atau kohort Di Ibrahim Adjie belum secara khusus mencatat pelaporan kegiatan imunisasi dan belum melaporkan secara khusus kepada pihak dinkes, karena pada dasarnya perlu adanya tembusan sistem pelaporan kepada pihak terkait, agar dinas kesehatan setempat memiliki catatan khusus terkait program imunisasi di wilayah kerjanya. Catatan ini dapat digunakan oleh dinas kesehatan setempat sebagai bahan evaluasi terhadap program imunisasi yang telah berjalan di wilayah kerjanya. Sebagian besar bidan juru imunisasi sudah menjalankan kewenangannya dengan baik dalam melakukan pendekatan promotif ke masyarakat. Peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie sebagian besar sudah baik dengan tingkat persepsi masyarakat mengenai program imunisasi campak yang sangat baik. Keikutsertaan masyarakat perlu ditingkatkan, karena masyarakat masih melakukan imunisasi tidak sesuai dengan wilayah tinggalnya. Keterbukaan masyarakat juga dinilai kurang maksimal karena masyarakat tidak mengetahui adanya pihak yang terlibat dalam program imunisasi. Dalam hal dana masyarakat mengetahui adanya bantuan dana yang digunakan dalam program imunisasi, namun tidak mengetahui dana tersebut sudah digunakan sepenuhnya atau disubsidi dalam program kesehatan lainnya di wilayah Puskesmas Ibrahim Adjie. Variabel keterbukaan ini juga dinilai kurang sensitif dikarenakan masyarakat hanya mengetahui adanya dana untuk program imunisasi namun arah aliran dana tidak mengetahui secara pasti. Berdasarkan hasil temuan dari 12,3,4 informan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa Kurang efektifnya evaluasi proses pada pelaporan program imunisasi campak, seperti terbatasnya perencanaan program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program imunisasi campak setiap bulan. Evaluasi output dalam pelaksanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Berdasarkan penyataan Informan hasil wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi output pada pelaksanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung, hasil temuan dari informan yaitu kurang efektifnya evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak, seperti terbatasnya cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi campak. Terlaksananya rencana kegiatan puskesmas campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung, perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak, peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting sehingga anak dapat terbebas dari penyakit infeksi. Dengan adanya perencanaan program imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan balita dapat berkurang, oleh karena puskesmas mampu membina pada wilayah cakupanya tentang imunisasi campak terpenuhi, sehingga balita terhidar dari penyakit campak secara optimal. Salah satu upaya pencegahan penyakit yang dilakukan adalah campak, berupa pemberian imunisasi campak. Cakupan yang tinggi harus disertai dengan mutu program yang tinggi pula. Untuk meningkatkan mutu program, pembinaan dari atas (supervisi) sangat diperlukan. Supervisi dapat berupa suatu kegiatan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk memberikan penilaian terhadap program yang sedang berjalan, atau yang telah dilaksanakan dalam evaluasi proses program pelaksanaan imunisasi, apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar (Asrul, 2010). Berdasarkan hasil temuan informan 1,2,3,4 tentang evaluasi output pada pelaksanaan program imunisasi campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak belum efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi
  • 11. xiSTIKes Dharma Husada Bandung campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi campak. Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut: Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pemantauan yaitu Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal sebagai berikut: Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, yang dibedakan atas dua hal yaitu telaahan internal dan telaahan eksternal. Telaahan internal merupakan telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Telahaan bulanan dilakukan dalam lokakarya mini bulanan puskesmas. telaahan eksternal merupakan telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja puskesmas. telaahan triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini triwulan puskesmas secara lintas sektor. Pada umumnya setiap sistem membutuhkan Kepemimpinan atau suatu organisasi secara khsus begitu juga setiap program imunisasi tentu berharap memiliki pemimpin yang baik atau keorganisasian yang baik. pemimpin yang sukses harus memimpin dengan menciptakan suatu kondisi sehingga membuat setiap personil dapat berkontribusi secara total kepemimpinan adalah proses untuk melakukan pengembangan secara langsung dengan melakukan koordinasi pada anggota kelompok serta memiliki karakteristik untuk dapat meningkatkan kesuksesan dan pengembangan dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas- aktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau karyawan yang dipimpin. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan di Bab sebelumnya tentang evaluasi perencanaan program imunisasi campak di Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung Tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas yaitu Program Imunisasi Sudah Terjadwal Baik Di Dalam Gedung Maupun Diluar Gedung, stock vaksin imunisasi campak masih tergantung pada dines kesehatan setempat serta belum mendapatkan alokasi dana secara khusus dari pemerintah setempat seperti BPUD. 2. Evaluasi proses pada pelaporan program imunisasi campak kurang efektif, seperti terbatasnya perencanaan program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program imunisasi campak setiap bulan 3. Evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak belum efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi campak. Saran 1. Diharapkan bagi pihak puskesmas membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi camak setiap bulan yang telah dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung, sehingga pelaksanaan dalam program imunisasi dapat terlaksana dengan baik. 2. Diharapkan pada pemegang program imunisasi dapat membuat jadwal imunisasi secara berkala dan dapat direncanakan, sehingga pelaksanaan program imunisasi dapat berjalan secara optimal. 3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya meneliti tentang program imunisasi sehingga dalam kekurangan pada penelitian ini dapat dilanjutkan dengan fenomena yang lain, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi.
  • 12. xiiSTIKes Dharma Husada Bandung DAFTAR PUSTAKA Adiono,S. 2012. Analisis Kepemimpinan yang Mendorong Iklim Kerja dan Motivasi serta dampaknya Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Sekota Palu. Tesis PS FKM- UI. Jakarta. Asrul, 2010. Evaluasi Dan Jadwal Pelaksanaan Imunisasi Atikah, 2010. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi Ketiga.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2017 Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi Dan Imunisasi Dasar. Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Hasuki, 2013. Macam dan jenis Imunisasi. Jakarta : EGC. Hidayat, 2012. Ilmu Kesehatan Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar. Pada Balita. Johanes, 2015. Semiloka Evaluasi Penilaian dan Pengukuran. Jakarta, EGC. Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan indonesia 2012. Jakarta : Kemenkes RI. Kemenkes RI, 2015. Pedoman Penyelenggaran Imunisasi. Jakarta. Kemenkes RI. 2015. Muninjaya, 2011. Manajemen Kesehatan, Edisi kedua. EGC. Jakarta. Notoatmodjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta. Rhineka Cipta , 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta. Rhineka Cipta Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Rahmawati, 2007. Proporsi Ibu Yang Bekerja Terhadap Anak Dengan Imunisasi Lengkap. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id. Diunduh pada tanggal 28 Januari 2017 Ranuh, dkk, 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. RISKESDAS 2013. Riset Kesehatan Dasar. Rismayanti, 2013. Evaluasi Program Imunisasi. Puskesmas di Kota Makassar Tahun 2012. Jurnal, FKM Universitas. Hasanuddin. Sugiarti, 2012. Jadwal dan peran ibu terhadap Imunisasi. Jakarta : EGC. Suharto, 2015. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Alfabeta : Bandung. Sukarmin, 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,. Yogyakarta : Graha Ilmu. Supartini, 2014. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC Yusuf, 2015. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta Wahab, 2012. Analisis kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta