Jurnal evaluasi perencanaan program imunisasi campak
1. 1STIKes Dharma Husada Bandung
EVALUASI PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK
DI PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG
TAHUN 2017
Drs. Edi Rachman, M.Kes1
Ns.Asri Handayani, S.Kep.,M.Kep2
Sartikasari, S.KM3
123
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung
Jl Terusan Jakarta No 75 Antapani Bandung
ABSTRAK
Keberhasilan program imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata untuk memberantas cakupan
angka kematian dan kesakitan balita diantaranya campak. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
melaporkan bahwa cakupan campak di Jawa Barat yaitu 29,2% lebih rendah dari target yang ditetapkan
adalah 90%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi perencanaan program imunisasi
Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung. Jenis penelitian kualitatif dengan metode
snowball sampling. Jumlah informan yaitu 4 orang terdiri dari 1 pengelola program imunisasi, 1 bidan
koordinator dan 2 bidan pelaksana. Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dengan teknik
human instrument. Hasil penelitian didapatkan setelah melakukan wawancara terhadap 4 informan
untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang evaluasi perencanaan program imunisasi
campak ditemukan evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi campak masih terbatas yaitu belum
optimalnya jadwal imunisasi campak secara rutin, masih terbatasnya stock vaksin imunisasi campak
serta belum mendapatkan alokasi dana secara khusus dari pemerintah setempat seperti BPUD. Evaluasi
proses pada pelaporan program imunisasi campak kurang efektif, seperti terbatasnya perencanaan
program imunisasi campak kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program imunisasi campak setiap
bulan. Evaluasi output dalam cakupam program imunisasi campak belum efektif, seperti terbatasnya
cakupan imunisasi campak secara menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian program imunisasi
campak. Saran bagi pihak puskesmas diharapkan dapat membuat pencatatan dan pelaporan imunisasi
camak setiap bulan yang telah dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung, sehingga
pelaksanaan dalam program imunisasi dapat terlaksana dengan baik.
The success of the immunization program is the achievement of UCI evenly to eradicate the coverage
of mortality and morbidity among children under measles. Basic Health Research in 2013 reported that
the coverage of measles in West Java is 29.2% lower than the target set at 90%. This study aims to find
out evaluation of measles immunization program planning in UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung.
Type of qualitative research with snowball sampling method. The number of informants consisted of 4
people consisting of 1 immunization program manager, 1 midwife coordinator and 2 midwives. The
research instrument is guidance interview with human instrument technique. The results obtained after
interviewing 4 informants to obtain more in-depth information about the evaluation of measles
immunization program evaluation found that the evaluation of inputs in measles immunization
implementation is still limited, which is not optimal measles immunization schedule routinely, the
limited stock vaccine immunization against measles and has not received fund allocation Specifically
from local government such as BPUD. Process evaluation on measles immunization reporting
programs is less effective, such as limited future measles immunization planning and no reporting of
measles immunization program every month. Output evaluations in measles immunization programs
have not been effective, such as the limited coverage of overall measles immunization and the limited
organization of measles immunization programs. Suggestion for puskesmas party is expected to make
recording and reporting immunization of Measles every month which has been done inside building
and outside of building, so that implementation in immunization program can be done well.
Kata Kunci : Campak, Evaluasi, Imunisasi, Perencanaan
2. iiSTIKes Dharma Husada Bandung
PENDAHULUAN
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia
saat ini mempunyai beban ganda. Penyakit
menular masih merupakan masalah, sementara
penyakit degeneratif juga muncul sebagai
masalah. Penyakit menular tidak mengenal
batas wilayah administrasi, sehingga
menyulitkan pemberantasannya. Tersedianya
vaksin dapat mencegah penyakit menular
tertentu, maka tindakan pencegahan untuk
mencegah berpindahnya penyakit dari satu
daerah atau negara ke negara lain dapat
dilakukan dalam waktu relatif singkat dan
dengan hasil yang efektif (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Sukarmin, (2014) imunisasi
merupakan salah satu upaya pencegahan
penyebaran penyakit yang bertujuan untuk
memberikan kekebalan terhadap tubuh anak
dengan cara pemberian vaksin. Vaksin berasal
dari bibit penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini
terlebih dahulu dilemahkan/ dimatikan
sehingga tidak berbahaya lagi terhadap
kelangsungan hidup manusia
Pada hakekatnya, kekebalan tubuh dapat
dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya
dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Kekebalan pasif adalah pemberian antibodi
yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam
tubuh anak sementara kekebalan aktif
didapatkan apabila anak terjangkit suatu
penyakit, yang berarti masuknya antigen yang
akan merangsang tubuh anak untuk membentuk
antibodi sendiri secara aktif. Oleh karena itu,
perlu dilakukan imunisasi sebagai upaya
pencegahan terhadap serangan penyakit yang
berpengaruh terhadap status gizi anak akan
berdampak pada kematian pada anak (Ranuh,
dkk, 2011).
Berdasarkan angka kematian pada anak.
Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian
anak di dunia setiap tahunnya. Namun
demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia
tidak terjangkau imunisasi rutin. Lebih dari
13% anak Indonesia belum mendapatkan
imunisasi lengkap (Kemenkes 2014). Beberapa
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) adalah Difteri, Tetanus, Hepatitis B,
radang selaput otak, radang paru-paru, Pertussis
dan Polio. Berdasarkan data Profil Kesehatan
tahun 2013 ditetapkan target UCI tahun 2013
adalah sebesar 95%. Pada tahun 2013 terdapat
tiga provinsi yang memiliki capaian UCI
tertinggi sebesar 100% yaitu DIY Yogyakarta,
DKI Jakarta, dan Jambi. Sedangkan Provinsi
Jawa Barat memiliki pencapaian terendah
sebesar 13,05%. Pencapaian UCI di Jawa Barat
masih belum mencapai target yaitu sebesar
80,18% (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun
2013, persentase cakupan imunisasi dasar
lengkap di Indonesia sebesar 59,2%. Cakupan
imunisasi dasar lengkap bervariasi antar
provinsi, yaitu tertinggi di DI Yogyakarta
(83,1%) dan terendah di Jawa Barat (29,2%)
(RISKESDAS 2013).
Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan suatu
rencana strategis dalam upaya percepatan
pencapaian UCI yaitu Gerakan Akselerasi
Imunisasi Nasional UCI 2010-2014 (GAIN
UCI 2010-2014) yang dituangkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010.
Sasaran dari kegiatan GAIN UCI adalah
seluruh bayi usia 0-11 bulan untuk
mendapatkan imunisasi dasar lengkap sehingga
seluruh desa/kelurahan mencapai UCI.
Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan
unsur yang sangat penting dalam pelayanan
imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam keberhasilan program
imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata
di tingkat desa. Pelayanan imunisasi dilakukan
di puskesmas dan lapangan (posyandu). Hasil
pelayanan imunisasi baik di puskesmas maupun
dilapangan (posyandu) di rekapitulasi oleh
jurim (juru imunisasi) dan hasil ini dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai hasil
cakupan pelayanan imunisasi dari suatu
wilayah kerja (desa). Jurim selain sebagai
pelaksana imunisasi juga sebagai koordinator
imunisasi puskesmas yang bertanggug jawab
terhadap keberhasilan program imunisasi di
puskesmas (Kepmenkes RI No. 482 tahun
2010).
Kegiatan manajemen pelaksanaan imunisasi
yang dilakukan puskesmas meliputi kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
serta pengawasan yang berkaitan dengan
pencapaian UCI. Kegiatan manajemen dapat
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
pencapaian UCI, sehingga diperlukan adanya
perbaikan terhadap manajemen pelaksanaan
dalam pencapaian UCI. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti
(2013) tentang analisis manajemen pelaksanaan
imunisasi oleh bidan desa kaitannya dengan
pencapaian UCI yang merupakan penelitian
observasional dengan pendekatan cross
sectional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
3. iiiSTIKes Dharma Husada Bandung
di dapatkan hasil bahwa manajemen
perencanaan dan penggerakan berpengaruh
terhadap pencapaian UCI yang belum optimal.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie. Menurut data
laporan tahunan 2015 didapatkan jumlah
penduduk sebesar 21.265 jiwa yang terdiri dari
3 kelurahan yaitu Kebon Waru, Kebon Gedang
dan Cibangkong, dari data kelurahan tersebut
jumlah posyandu yang melaksanakan imunisasi
yaitu sebanyak 67 posyandu, jika dilihat
berdasarkan situasi derajat kesehatan yaitu
jumlah angka kematian pada balita sebanyak 3
orang, hal tersebut dikarenakan kurangnya
sarana dan prasarana masih terbatas, jumlah
vaksin yang ada masih kurang, sehingga
pelaksanaan program imunisasi secara rutin
dengan target kumulatif semula 87,7%
mengalami penurunan yang sangat signifikan
71,9%, sehingga angka penurunan sebesar
15,8% sangat signifikan yaitu mengingat target
cakupan imunisasi untuk setiap puskesmas
minimal 80%.
Pelaksana imunisasi puskesmas merupakan
unsur yang sangat penting dalam pelayanan
imunisasi, mereka mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam keberhasilan program
imunisasi yaitu tercapainya UCI secara merata
dan setingkat dengan pelayanan kesehatan
lainya. Pelayanan imunisasi dilakukan di
puskesmas. Hasil pelayanan di rekapitulasi oleh
jurim ( juru imunisasi ) dan hasil ini dilaporkan
ke Dinas Kesehatan sebagai hasil cakupan
pelayanan imunisasi dari suatu wilayah kerja
(desa). Dengan demikian jurim selain sebagai
pelaksana imunisasi juga sebagai kordinator
imunisasi puskesmas yang bertanggung jawab
terhadap keberhasilan program imunisasi di
puskesmas.
Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk
mencapai tujuan akhir program imunisasi yaitu
menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian terhadap kondisi sanitasi lingkungan
yang buruk ditambah dengan keadaan gizi yang
menurun dapat menyebabkan berjangkitnya
penyakit menular antara lain diare, ISPA, kulit,
campak, malaria dan demam berdarah situasi
penyakit tersebut biasanya akan berakibat pada
tingkat kesakitan dan kematian yang tinggi.
Kepadatan penduduk yang menyebabkan
meningkatkan resiko penyakit pada setiap
keadaan darurat adalah lingkungan yang tidak
sehat, kemiskinan, tingkat kepadatan penduduk
yang berlebihan, jumlah dan kualitas air yang
rendah, dan asupan makanan yang kurang.
Salah satu penyebab utama kematian dan
kesakitan dikalangan masyarakat adalah
campak. Program prioritas yang perlu segera
dilakukan pada cakupan yang tinggi adalah
kegiatan imunisasi campak dan pemberian
makanan tambahan untuk bayi dan balita,
dengan pertimbangan kerentanan golongan
umur tersebut. Vaksinasi campak harus menjadi
prioritas yang tertinggi dan dilakukan sedini
mungkin, karena campak merupakan suatu
penyakit yang paling menular dan dengan virus
yang paling kuat. Kepadatan penduduk
merupakan lingkungan yang ideal bagi
penularan secara cepat dan luas sehingga
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang
tinggi terutama pada anak-anak. Imunisasi
campak diberikan secara serentak kepada bayi
mulai berumur 6 bulan hingga 15 tahun tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya.
Selain itu juga dilakukan pemberian vitamin A
dengan dosisi yang tepat (Adiono, 2012)
Salah satu upaya pencegahan penyakit yang
dilakukan adalah campak, berupa pemberian
imunisasi campak terhadap 71.516 anak di
wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie tahun
2015 atau 79,8% dari sasaran. Sedangkan bayi
dan anak yang mendapat imunisasi campak di
seluruh wilayah kerja tersebut adalah 188.580
atau 15,8% dari total sasaran 1.190.558 anak.
Target yang ditetapkan adalah 90%. Hasil
cakupan imunisasi campak di Kota Bandung
adalah 72,83%.
Cakupan yang tinggi harus disertai dengan
mutu program yang tinggi pula. Untuk
meningkatkan mutu program, pembinaan dari
atas (supervisi) sangat diperlukan. Supervisi
dapat berupa suatu kegiatan evaluasi. Evaluasi
digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap program yang sedang berjalan, atau
yang telah dilaksanakan, apakah
pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar
(Asrul, 2010). Sehingga pada penelitian ini,
program imunisasi di UPT Puskesmas Ibrahim
Adjie Kota Bandung akan dinilai berdasarkan
komponen input terdiri dari waktu, jumlah
vaksin, petugas imunisasi, sarana dan
prasarana, pendanaan. Proses (pelaksanaan)
yaitu perencanaan, pendataan atau pencatatan
dan pelaporan, pelaksanaan imunisasi dan yang
terakhir adalah output (melaksanakan) yaitu
cakupan imunisasinya sebagai indikator output.
Penelitian yang dilakukan yaitu dengan
pendekatan kualitatif, dengan alasan kualitatif
karena peneliti ingin langsung menemukan
fenomena secara mendalam antara peneliti dan
4. ivSTIKes Dharma Husada Bandung
informan, sehingga informasi tentang program
imunisasi dapat ditemukan dengan jelas, aktual
dan akurat, selain itu peneliti ingin menemukan
data yang tampak, dipahami dengan apa yang
diucapkan oleh informan yaitu tentang program
imunisasi campak.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak,
peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi
kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting
sehingga anak dapat terbebas dari penyakit
infeksi. Dengan adanya perencanaan program
imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka
kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan
balita dapat berkurang, oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
judul evaluasi perencanaan program imunisasi
Campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan data
Metode yang di gunakan adalah wawancara
mendalam, di harapkan peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang informan dalam menginterprestasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal
ini tidak bisa di temukan melalui observasi
(Sugiyono, 2012).
Adapun pelaksanaannya menggunakan alat
bantu rekaman berupa tape recorder dan di
catat secara langsung hal-hal intinya. Waktu
pelaksanaanya setelah ada kesepakatan terlebih
dahulu dengan informan untuk menjaga
kerahasiannya.Wawancara ini juga tidak di
lakukan sekaligus melainkan dalam waktu yang
sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan banyak.
Format wawancara mengacu kepada kerangka
atau panduan wawancara yang telah di siapkan
sebelumnya oleh peneliti. Wawancara
dinyatakan selesai di laksanakan jika informan
mengalami titik jenuh dalam menjawab
pertanyaan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini
adalah sebanyak 4 Informan. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan metode snowball
sampling. Penentuan informan menggunakan
snowball sampling sesuai rekomendasi dari
informan yang sudah diwawancara. Snowball
sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang pada awalnya sedikit, lama-lama menjadi
besar. Informan yang di teliti sebanyak 4 orang
dengan kriteria sebagai berikut
1. Informan yang menguasai dan memahami
program campak dalam proses kegiatan,
sehingga perogram campak bukan sekedar
di ketahui, tetapi juga di hayatinya oleh
informan.
2. Informan aktif dan sedang berkecimpung
atau terlibat pada kegiatan yang telah di teliti
yaitu tentang program campak.
3. Informan yang mempunyai waktu yang
memadai untuk di mintai informasi tentang
program campak
4. Informan tidak cenderung menyampaikan
informasinya sendiri
5. Informan yang tidak asing untuk dijadikan
informasi dalam narasumber program
campak.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di
gunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang di amati (sugiyono, 2012).
Instrumen penelitian yang di gunakan adalah
human instrument atau peneliti sendiri.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang di lakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk di
analisis
Langkah ini melibatkan transkripsi
wawancara, men-scaning materi, mengetik
data lapangan, atau memilah-milah dan
menyusun data tersebut kedalam jenis -jenis
yang berbeda tergantung pada sumber
informasi.
2. Membaca keseluruhan data
Pada tahap ini, membangun general sense
atas informasi yang di peroleh dan
merefleksikan maknanya secara
keseluruhan dengan menulis catatan-catatan
khusus atau gagasan-gagasan umum tentang
data yang diperoleh.
3. Menganalisis lebih detail dengan meng-
coding data
Coding merupakan proses mengolah
materi/informasi menjadi segmen-segmen
tulisan sebelum memaknainya.
4. Terapkan proses Coding untuk
mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan teman-teman yang di
analisis peneliti dapat membuat kode-kode
untuk mendeskripsikan semua informasi
dan menganalisisnya untuk proyek studi
kasus, etnografi, atau penelitian naratif.
5. vSTIKes Dharma Husada Bandung
5. Tunjukan bagaimana deskripsi dan tema-
tema ini akan di sajikan kembali dalam
narasi/laporan kualitatif.
Langkah ini meliputi pembahasan tentang
pembahasan tentang kronologi peristiwa,
tema-tema terntentu atau berhubungan antar
tema.
6. Menginterprestasi atau memaknai data.
Interprestasi atau pemaknaan ini bisa berupa
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari
data dan analisis, dan bukan hasil ramalan
peneliti.
Keabsahan Penelitian
Keabsahan data adalah data yang memenuhi
nilai kebenaran, dapat diterapkan, konsisten
dan memenuhi unsur netralis bukan persepsi
peneliti. Uji keabsahan data meliputi uji derajat
kepercayaan data (Credibility), Keteralihan
data (Transferability), Kebergantungan data
(Dependability), dan Kepastian data
(Comfirmability).
1. Derajat kepercayaan data (Credibility)
Uji kredibilitas data dilakukan dengan
pengamatan. Dengan cara peneliti ke
lapangan, melakukan wawancara dengan
informan. Dengan pengamatan ini hubungan
peneliti dengan informan akan semakin
terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka,
saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan .
2. Keteralihan data (Transferability)
Transferability ini merupakan validitas
eksternal menunjukan derajat ketepatan atau
dapat diterapkanya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil.
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya hingga
membuat laporanya memberikan uraian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipahami.
3. Kebergantungan data (Dependability)
Depenability disebut juga reliabilitas,
dimana suatu penelitian yang reliabel adalah
apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian
tersebut. Pengujian dependability dilakukan
dengan cara penelitian dibawah arahan
pembimbing melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian.
4. Kepastian data (Comfirmability).
Comfirmability atau uji obyektivitas,
penelitian dikatakan obyektif bila hasil
penelitian telah disepakati oleh informan.
Peneliti telah melakukan comfirmability
dengan menunjukan hasil yang telah dibuat
pada informan dan pembimbing untuk
mendapatkan saran atau komentar.
HASIL PENELITIAN
Pemahaman Informan terhadap evaluasi
input pelaksanaan program imunisasi
campak
Temuan : Program Imunisasi Sudah
Terjadwal Baik Di Dalam Gedung Maupun
Diluar Gedung
Informan I : “Jadwal imunisasi, didalam
gedung itu yaitu di poli yang dilaksanakannya
hari Selasa dan hari Jumat, kalau diluar
gedung itu kita memasarkan di beberapa
posyandu yang sasaran imunisasinya banyak,
sama ada nanti diakhir bulan ada sweeping di
3 keluarahan, keluarahan binaan kita yaitu
Kebon Waru, Kebon Geudang sama
Cibangkong”
Informan 2 : “Eummmm, untuk di Puskesmas
Ibrahim Adjie jadwal imunisasi setiap Selasa-
Jumat, setiap posyandu ada jadi sudah cukup
lengkap yah, untuk jadwalnya”
Informan 3 : “Kalau untuk waktu dan jadwal
imunisasi sudah lengkap, waktunya 2 kali
dalam seminggu, semua jenis imunisasipun
ada”
Informan 4 : “Kalau didalam gedung
puskesmas setiap hari Selasa-Jumat, kalau di
posyandu hampir setiap hari ada jadwal
posyandu”
Temuan : stock vaksin imunisasi campak
tergantung dari ketersediaan dari dinas
kesehatan
Informan 1 : “Vaksin sudah lengkap
euuuu...jadi setiap bulanya kita
meeeendapatkan vaksinnya ngambil di Dinas
Kesehatan kota Bandung, jadi pakai gastoknya
sudah mulai berkurang kita ada permintaan ke
Dinas Kesehatan Kota Bandung dan dipenuhi
sesuai yang kita butuhkan, tapi terkadang jika
tidak ada petugas yang mengambil kesana
kekurngan stock masih yang digunakan
seadanya”
Informan 2 : “Sudah bagus ko, lengkap, tetapi
kalau misalkan ada kekurangan kita harus
menunggu dari Dinkes Kota Bandung”
6. viSTIKes Dharma Husada Bandung
Informan 3 : “Untuk vaksin memang sudah
lengkap, tetapi terkadang kita kan masih
tergantung sama dines ya, jadi tergantung
sama dinesnya apakah stoknya ada atau
tidaknya”
Informan 4 : “Sudah, akan tetapi tergantung
dari dinkes, apakah sudah dikirim atau belum”
Temuan : Sumber dana sudah ada dari BOK
dan BUPD
Informan 1 : “Kalau untuk imunnisasi wajib
mah, kita kan sudah menjadi tugas kita sebagai
bidan yah, karena kita sudah digaji ya,
walapun kita melakukan itu mah kan, udah ada
euuu orangnya tuh maksudnya tuh, kalau
didalam gedung kan itu gak ada dananya,
kecuali kalau ada imunisasi tambahan diluar
imunisasi wajib. Imunisasi tambahan seperti
misalnya ada pin, atau sekrang paling banyak
diadakan kampanye, campak-campak, pusup
polowup, do, imunisasi, ada pembiyaanya, jadi
jika kita melakukan penyisiran jumlah yang
banyak lapangan, diluar gedung kita ada
namanya biaya transfortasi, per-nanti berapa
kali kita kelapanganya, itu untuk transfor
biayaan imunisasi, terus ada juga misalnya
sosialisasi, ada suatu kegiatan imunisasi dalam
sekala besar seprti pin, campak kan otomatis
sebelum-sebelumnya harus ada persiapan, nah
persiapan-persiapan itu ketika kita melibatkan
peran akseptor, peran kader, kita harus
keplapangan, pemberitahuan masyarakat,
sosialisasi semua ada pembiyaan dari BOK”
Informan 2 : “Untuk pendanaan yang sedang
berlangsung sudah kok, pendanaan dari APBD,
gak tahu untuk kedepan BPUD nya mah yah”
Informan 3 : “Kalau pelaksaanaan program
saya kurang tahu, karena itu kan pemegang
program yang mengetahui alokasi dananya dan
seperti apa prosesnya jadi harus berkoordinasi
dengan pemegang programnya”
Informan 4 : “Ada, dan kalau dari APBD
mungkin ada ya, saya bukan pemegang
programnya ya jadi saya tidak tahu”
Pemahaman Informan terhadap evaluasi
proses pelaksanaan program imunisasi
campak
Temuan : perencanaan program imunisasi
campak kedepan
Informan 1 : “Belum ada rencana untuk
pelaksanaanya, akan tetapi dilaksanakan
dengan baik”
Informan 2 : “Ada program crash campak, di
bulan September-Oktober”
Informan 3 : “Kalau perencanaan program
imunisasinya mah pelaksanan dalam gedung
tetap dilaksanakan diluar gedung pun tetap
dilaksanakan dan ada cass program campak
yang akan dilakukan pada bulan Agustus-
September yah?.....eh Juli-Agustus”
Temuan : hasil pelaporan program
imunisasi campak belum dilakukan secara
rutin setiap bulan
Informan 1 : “Bukan menerima, tapi merekap
jadi setiap posyandu itu dia dikasih kohort, dan
dari kohort nanti ditulis, status imunisasinya di
kohort imunisasi, kohort bayi itu kan,
diseblahnya ada imunisasi, nah diakhir bulan
tanggal 25 saya nanyin gimana hasilnya, lalu
saya masukin ke buku kuning, itu yang diluar
gedung, untuk diadalam gedung, di rekap juga
untuk didalam wilayah dan di luar wilayahnya,
terus untuk sweeping direkap di masukin, nanti
hasilnya menjadi laporan dimasukin setiap
bulan, tapi terkadang kita tidak melakukan
pencatatan setiap bulan”
Informan 2 : “Tidak Setiap bulan dan
dilaporkan ke Dinkes kesehatan Kota Bandung,
seharusnya sih setiap bulan”
Informan 3 : “Kalau untuk pelaksanaan
didalam gedung memang setiap harinya kita
catat, lalu di rekap sama pemegang
programnya, tidak tahu apakah dilaporkan
setiap bulan atau tidak”
Informan 4 : “Bukan menerima tetapi kita
mencatat lalu melaporkan setiap bulan yang
diserahkan kepada pemegang program dan
dari pemegang program diserahkan ke dines”
Pemahaman Informan terhadap evaluasi
output pelaksanaan program imunisasi
campak
Temuan : cakupan imunisasi campak secara
menyeluruh
Informan 1 : “Sudah mencapai target, akan
tetapi belum semuanya balita mendapatkan
imunisasi campak itu sendiri”
7. viiSTIKes Dharma Husada Bandung
Informan 2 : “Sudah mencapai target, tapi
belum secara keseluruhan mendapatkanya”
Informan 3 : “Kalau untuk cakupan imunisasi
campak harus dilihat dari pemegang
programnya, jadi kita tidak tahu angka riil nya
seperti apa, yang pasti setiap pelaksanaanya
pasti di catat untuk meningkatkan cakupanya”
Temuan : pengorganisasian program
imunisasi campak
Informan 1 : “Sebenarnya imunisasi disini tidak
usah di pilah-pilah ya yah, kalau disini
tugasnya imunisasinya ya, semua keseluruhan
imunisasi, mau ia imunisasi hamil, mau
imunisasi catin, imunisasi bayi, balita, bahkan
anak sekolah, itu menjadi tanggung jawab ya,
sesuai dengan imunisasi nya SK nya yang
penangung jawab para medis, kita bidan dan
beberapa perawat diluar geung ke posyandu di
memberikan imunisasi juga, jadi ada
pelaksanan imunisasinya. Kalau misalnya
untuk di luar gedung, di lapangan biasanya
pembinaan secara khusus”
Informan 2 : “Ada apa itu namnya.......
.euuuuu......eummmm... pemegang programnya
yang khusus menangani ini imunisasi dan
bukan sekedar imunisasi sih, tapi untuk
pelaksanaanya kita seluruh tenaga kesehatan
ikut melaksanakan”
Informan 3 : “Ada, cuman tidak tahu”
Informan 3 : “Ada”
Dapat disimpukan dari hasil wawancara
terhadap informan 1,2,3,4 ditemukan evaluasi
input pelaksanaan program imunisasi campak
yaitu Informan sudah mengetahui jadwal
imunisasi, namun belum dilaksanakan dengan
optimal, yang terkadang petugas tidak hadis
dalam pelaksanaanya. Informan kekurangan
stock vaksin yang digunakan pelaksanaan
imunisasi campak masih terbatas dan
tergantung dari dines kesehatan setempat,
Keterbatasan informan dalam alokasi dana
belum optimal dari BPUD pemerintah.
Evaluasi proses pelaksanaan program imunisasi
campak yaitu Informan belum mengetahui
rencana kedepan tentang program imunisasi
campak, Informan tidak melakukan pencatatan
imunisasi campak setiap bulan. Evaluasi output
pelaksanaan program imunisasi campak yaitu
pengorganisasian program imunisasi campak
belum optimal.
Pembahasan
Evaluasi input dalam pelaksanaan program
imunisasi campak di UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie Kota Bandung
Berdasarkan penyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi
input dalam pelaksanaan imunisasi campak
masih terbatas yaitu belum optimalnya jadwal
imunisasi campak secara rutin, masih
terbatasnya stock vaksin imunisasi campak
serta belum mendapatkan alokasi dana dari
pemerintah setempat dan saat ini baru dari BOK
dan APBD, akan tetapi dari BPUD belum ada
alokasi secara khusus.
Jadwal imunisasi yang dilakukan di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yaitu
1 minggu 2 kali. Akibat Pemberian Imunisasi
yang tidak tepat waktu pada keadaan tertentu
imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai
jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini
merupakan hambatan untuk melanjutkan
imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang
dihasilkan masih di bawah kadar ambang
perlindungan atau belum mencapai kadar
antibodi yang bisa memberikan perlindungan
untuk kurun waktu yang lama. Ketaatan
kunjungan imunisasi dinilai dengan ketepatan
jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang
minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Sugiarti,
2012).
Sedangkan untuk stock vaksin di puskesmas
UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
hanya menunggu dari pihak dinkes yang
dikirim artinya stock vaksin yang digunakan di
puskesmas diatur oleh pihak dinkes stempat.
Secara teori Apabila jumlah vaksin di tempat
kejadian KIPI/lapangan tidak mencukupi
kebutuhan pengujian, maka pengambilan
sampel dapat dilakukan di Puskesmas/Dinas
Kesehatan setempat yang merupakan sumber
pengadaan dari vaksin yang terkait KIPI pada
tingkat Kecamatan/Kabupaten. Apabila sampel
masih tidak mencukupi/ habis maka
pengambilan sampel dilakukan pada Dinas
Kesehatan Provinsi.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie untuk pelaksanaan
Program imunisasi khususnya program campak
dilakukan didalam gedung dan diluar gedung.
Didalam gedung pelaksanaan imunisasi yang
dilaksanakan di ruangan poli. Poli imunisasi di
Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan tempat
bagi balita untuk melakukan imunisasi yang
8. vii
i
STIKes Dharma Husada Bandung
secara khusus di sediakan untuk program
imunisasi campak, dan sarana untuk tempat
penyimpanan vaksin, kegiatan yang dilakukan
di poli imunisasi ini adalah pemberian vaksin
bagi bayi diantaranya adalah campak. Biasanya
pelayanan imunisasi dilaksanakan setiap hari
khusus yaitu Selasa-Jumat dan dilayani
langsung oleh seorang Bidan Puskesmas. Poli
imunisasi di kelola oleh seorang Bidan
koordinator dan bidan pelaksana KIA, karena
bidan pelaksana KIA yang mencatat
perkembaangan balita yang diaplikasikan
kepada khort balita.
Sedangkan diluar gedung pelaksanaan
imunisasi dilaksanakan bukah hanya 1
imunisasi saja, melainkan imunisasi
dilaksanakan dalam jenis banyak, diantaranya
BCG, TD, TT, DPT/HB, CAMPAK, POLIO
dan VENTAVALEN yang merupakan vaksin
baru. Biasanya puskesmas Ibrahim Adjie
melaksakanya pada tiga kelurahan yaitu Kebon
Waru, Kebon Gedang, dan Cibangkong.
Berikut pernyataan informan 1, 2, 3 dan 4 yang
menyatakan hampir sama bahwa :
“Jadwal imunisasi, didalam gedung itu yaitu di
poli yang dilaksanakannya hari selasa dan hari
jumat, kalau diluar gedung itu kita
memasarkan di beberapa posyandu yang
sasaran imunisasinya banyak, sama ada nanti
diakhir bulan ada sweeping di 3 keluarahan,
keluarahan binaan kita yaitu Kebon Waru,
Kebon Geudang sama Cibangkong”
Disposisi dalam pelaksanaan program
imunisasi campak berupa supervisi yang
dilakukan oleh DKK dan Kepala puskesmas
secara berkala dan berkesinambungan meliputi
pemantauan, pembinaan dan pemecahan
masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat
berguna untuk melihat bagaimana program
dilaksanakan sesuai standar dalam rangka
menjamin tercapainya tujuan program.
Supervisi juga sekaligus untuk melaksanakan
terhadap petugas dilapangan serta diharapkan
menimbulkan motivasi untuk meningkatkan
kinerja petugas lapangan sehingga akan
menjadi lebih terampil baik segi teknis maupun
manajerial.
Sejalan dengan hasil penelitian Rochmah
(2015) tentang analisis sistem kemitraan dalam
program imunisasi berdasarkan peran dinas
kesehatan setempat , bidan desa, dan
masyarakat yang mendapatkan hasilnya yaitu
masih terbatasnya jadwal, vaksin dan anggaran
dalam program imunisasi campak secara
keseluruhan, waktu yang diselengraakan saat
ini masih terbatas.
Waktu adalah Informasi mengenai kapan suatu
jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan
kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara
dapat saja berbeda dengan negara lain
tergantung kepada lembaga kesehatan yang
berwewenang mengeluarkannya. Akibat
Pemberian Imunisasi yang tidak tepat waktu
pada keadaan tertentu imunisasi dapat
dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang
ditetapkan (Sugiarti, 2012).
Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk
melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar
antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar
ambang perlindungan atau belum mencapai
kadar antibodi yang bisa memberikan
perlindungan untuk kurun waktu yang lama.
Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai dengan
ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan
ulang minimal 4 minggu sampai 6 minggu
(Sugiarti, 2012).
Stock vaksin imunisasi campak di Ibrahim
Adjie masih terbatas yaitu stock vaksin yang
diambil dari pihak Dinkes terkait, dan jika
masih kekurangan digunakan hanya vaksin
seadanya. Sedangkan vaksin, alat suntik, safety
box, termos dan kartu imunisasi lengkap di
masing-masing puskesmas karena
perlengkapan tersebut didistribusikan langsung
dari dinas kesehatan tiap bulan dan dengan
kondisi yang baik. Petugas imunisasi tiap
puskesmas mengambil langsung ke puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
informasi bahwa memang sejak awal tidak ada
pengalokasian khusus untuk imunisasi, sumber
dananya dari dana APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah). Jadi, untuk
dana program imunisasi masih kurang karena
tidak adanya pengalokasian khusus untuk
program imunisasi. Informasi tersebut
diperoleh dari hasil wawancara mendalam
informan 2 sebagai berikut :
Untuk pendanaan yang sedang berlangsung
sudah kok, pendanaan dari APBD, gak tahu
untuk kedepan BPUD nya mah yah”
Menurut Hasil penelitian bahwa untuk dapat
melaksanakan kebijakan dari suatu program
yang ada, para pelaksana harus mendapat
sumber yang dibutuhkan agar program berjalan
lancar, salah satunya dalam bentuk uang. Dana
sebagai syarat kelancaran sebuah program
harus dialokasikan secara tepat, demikian juga
kelancaran dalam proses penyediaan dan
penggunaannya. Jadi diharapkan adanya
9. ixSTIKes Dharma Husada Bandung
pengalokasian khusus untuk program imunisasi
agar pelaksanaan kegiatannya lancar.
Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam
penyimpanan maupun saat transportasi ke
tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang
baik (imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui,
bahwa vaksin adalah produk biologis yang
sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin
yang sensitif terhadap panas misalnya vaksin
polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang
sensitif terhadap pembekuan misalnya vaksin
heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara
umum, semua vaksin akan rusak bila terpapar
suhu panas, namun vaksin polio, campak dan
BCG akan lebih mudah rusak pada paparan
panas bila dibanding vaksin hepatitis B, DPT,
DT dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan
memiliki tempat penyimpanan vaksin.
Demikian juga dalam pendistribusiannya
penting untuk diperhatikan. Faktor yang dapat
merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu
dan kelembaban.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi input dalam
pelaksanaan program imunisasi campak di
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung yang
dilihat berdasarkan pernyataan dari jawaban
informan 1,2,3,4 yaitu terbatasnya evaluasi
input dalam pelaksanaan imunisasi campak
seperti jadwal imunisasi campak belum
optimal, terbatasnya sarana dan prasarana stock
vaksin campak masih kurang, dan belum ada
alokasi dana dari BPUD.
Evaluasi proses dalam pelaksanaan
program imunisasi campak di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
Berdasarkan penyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi
proses pada pelaksanaan program imunisasi
campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung, hasil temuan dari informan yaitu
terbatasnya perencanaan program imunisasi
campak kedepan dan hasil pelaporan program
imunisasi campak setiap bulan masih terbatas.
Perencanaan program imunisasi campak di
UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
yaitu masih terbatas. Pada dasaranya
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana
tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana
tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam.
Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan
wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan.
Perencanaan program imunisasi campak di
Puskesmas Ibrahim Adjie belum ada
perencanaan yang dialokasikan secara khusus,
jadi hanya pada saat pelaksanaanya saja
imunisasi campak dilaksakankan dan belum
ada perencanaan kedepan dalam tindak lanjut
perogram imunisasi campak. Seperti informasi
yang dinyatakan oleh informan 1 yaitu sebagai
berikut :
“Belum ada rencana untuk pelaksanaanya,
akan tetapi dilaksanakan dengan baik”
Dalam pelaksanaannya, program imunisasi
dituntut agar dapat terselenggara secara efektif
dan efisien. Salah satu cara agar program
imunisasi berjalan efektif dan efisien maka
perlu adanya koordinasi baik lintas program
ataupun lintas sektor. Koordinasi lintas
program dilakukan dengan bekerjasama dengan
program lain yang ada di Puskesmas, misalnya
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau
program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
Koordinasi lintas sektor dilakukan untuk
mengurangi terjadinya ketidak sepahaman
lintas sektor, misalnya dengan Departemen
Agama, Dinas Kesehatan, dan institusi
pemerintah lainnya.
Proses pemberian imunisasi harus
memperhatikan keamanan vaksin dan
penyuntikan agar tidak terjadi penularan
penyakit terhadap tenaga kesehatan pelaksana
pelayanan imunisasi dan masyarakat serta
menghindari terjadinya Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) (Kemenkes RI, 2013).
Sebelum pelaksanaan imunisasi, pelaksana
pelayanan imunisasi harus memberikan
informasi lengkap tentang imunisasi meliputi
vaksin, cara pemberian, manfaat dan
kemungkinan terjadinya KIPI. Pemberian
informasi imunisasi wajib yang dilakukan
secara perorangan dilakukan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Pemberian
informasi wajib yang dilakukan secara massal
dilakukan melalui pemberitahuan dengan
menggunakan media massa dan/atau media
informasi kepada masyarakat (Kemenkes RI,
2013).
Penyelenggaraan imunisasi wajib dicatat dan
dilaporkan secara berkala dan berjenjang mulai
dari tingkat pelayanan sampai dengan tingkat
pusat. Pencatatan dan pelaporan meliputi
cakupan imunisasi, stok dan pemakaian vaksin,
monitoring suhu, dan kasus Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi atau diduga Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi. Pelaksana pelayanan
imunisasi wajib melakukan pencatatan
10. xSTIKes Dharma Husada Bandung
terhadap pelayanan imunisasi yang dilakukan.
Pencatatan pelayanan imunisasi dilakukan di
buku Kesehatan Ibu dan Anak, rekam medis,
dan/atau kohort
Di Ibrahim Adjie belum secara khusus mencatat
pelaporan kegiatan imunisasi dan belum
melaporkan secara khusus kepada pihak dinkes,
karena pada dasarnya perlu adanya tembusan
sistem pelaporan kepada pihak terkait, agar
dinas kesehatan setempat memiliki catatan
khusus terkait program imunisasi di wilayah
kerjanya. Catatan ini dapat digunakan oleh
dinas kesehatan setempat sebagai bahan
evaluasi terhadap program imunisasi yang telah
berjalan di wilayah kerjanya. Sebagian besar
bidan juru imunisasi sudah menjalankan
kewenangannya dengan baik dalam melakukan
pendekatan promotif ke masyarakat. Peran serta
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ibrahim Adjie sebagian besar sudah baik
dengan tingkat persepsi masyarakat mengenai
program imunisasi campak yang sangat baik.
Keikutsertaan masyarakat perlu ditingkatkan,
karena masyarakat masih melakukan imunisasi
tidak sesuai dengan wilayah tinggalnya.
Keterbukaan masyarakat juga dinilai kurang
maksimal karena masyarakat tidak mengetahui
adanya pihak yang terlibat dalam program
imunisasi. Dalam hal dana masyarakat
mengetahui adanya bantuan dana yang
digunakan dalam program imunisasi, namun
tidak mengetahui dana tersebut sudah
digunakan sepenuhnya atau disubsidi dalam
program kesehatan lainnya di wilayah
Puskesmas Ibrahim Adjie. Variabel
keterbukaan ini juga dinilai kurang sensitif
dikarenakan masyarakat hanya mengetahui
adanya dana untuk program imunisasi namun
arah aliran dana tidak mengetahui secara pasti.
Berdasarkan hasil temuan dari 12,3,4 informan
di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung dapat disimpulkan bahwa Kurang
efektifnya evaluasi proses pada pelaporan
program imunisasi campak, seperti terbatasnya
perencanaan program imunisasi campak
kedepan dan tidak ada hasil pelaporan program
imunisasi campak setiap bulan.
Evaluasi output dalam pelaksanaan
program imunisasi campak di UPT
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung.
Berdasarkan penyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa evaluasi
output pada pelaksanaan program imunisasi
campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung, hasil temuan dari informan yaitu
kurang efektifnya evaluasi output dalam
cakupam program imunisasi campak, seperti
terbatasnya cakupan imunisasi campak secara
menyeluruh dan terbatasnnya pengorganisasian
program imunisasi campak.
Terlaksananya rencana kegiatan puskesmas
campak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota
Bandung, perlu dilakukan pengorganisasian.
Ada dua macam pengorganisasian yang harus
dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa
penentuan para penanggungjawab dan para
pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk
setiap satuan wilayah kerja. Dilakukan
pembagian habis seluruh program kerja dan
seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas
puskesmas dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para
penanggungjawab ini dilakukan melalui
pertemuan penggalangan tim pada awal tahun
kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa
penggalangan kerjasama tim secara lintas
sektoral.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan anak,
peran tenaga kesehatan dan unit/organisasi
kesehatan seperti Puskesmas sangatlah penting
sehingga anak dapat terbebas dari penyakit
infeksi. Dengan adanya perencanaan program
imunisasi di Puskesmas, diharapkan angka
kesakitan dan kematian anak terutama bayi dan
balita dapat berkurang, oleh karena puskesmas
mampu membina pada wilayah cakupanya
tentang imunisasi campak terpenuhi, sehingga
balita terhidar dari penyakit campak secara
optimal.
Salah satu upaya pencegahan penyakit yang
dilakukan adalah campak, berupa pemberian
imunisasi campak. Cakupan yang tinggi harus
disertai dengan mutu program yang tinggi pula.
Untuk meningkatkan mutu program,
pembinaan dari atas (supervisi) sangat
diperlukan. Supervisi dapat berupa suatu
kegiatan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap program yang
sedang berjalan, atau yang telah dilaksanakan
dalam evaluasi proses program pelaksanaan
imunisasi, apakah pelaksanaannya sudah sesuai
dengan standar (Asrul, 2010).
Berdasarkan hasil temuan informan 1,2,3,4
tentang evaluasi output pada pelaksanaan
program imunisasi campak di UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie Kota Bandung dapat
disimpulkan bahwa evaluasi output dalam
cakupam program imunisasi campak belum
efektif, seperti terbatasnya cakupan imunisasi
11. xiSTIKes Dharma Husada Bandung
campak secara menyeluruh dan terbatasnnya
pengorganisasian program imunisasi campak.
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan,
kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan
rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para
penanggungjawab dan para pelaksana yang
telah ditetapkan pada pengorganisasian,
ditugaskan menyelenggarakan kegiatan
puskesmas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya
rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah
disusun, terutama yang menyangkut jadwal
pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah
kerja dan rincian tugas para penanggungjawab
dan pelaksana. Menyusun jadwal kegiatan
bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban
kegiatan puskesmas harus terbagi habis dan
merata kepada seluruh petugas.
Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Pemantauan yaitu
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan
kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal
sebagai berikut: Melakukan telaahan
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai, yang dibedakan atas dua hal yaitu
telaahan internal dan telaahan eksternal.
Telaahan internal merupakan telaahan bulanan
terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai puskesmas, dibandingkan dengan
rencana dan standar pelayanan. Telahaan
bulanan dilakukan dalam lokakarya mini
bulanan puskesmas. telaahan eksternal
merupakan telaahan triwulan terhadap hasil
yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan
tingkat pertama lainnya serta sektor lain terkait
yang ada di wilayah kerja puskesmas. telaahan
triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini
triwulan puskesmas secara lintas sektor.
Pada umumnya setiap sistem membutuhkan
Kepemimpinan atau suatu organisasi secara
khsus begitu juga setiap program imunisasi
tentu berharap memiliki pemimpin yang baik
atau keorganisasian yang baik. pemimpin yang
sukses harus memimpin dengan menciptakan
suatu kondisi sehingga membuat setiap personil
dapat berkontribusi secara total kepemimpinan
adalah proses untuk melakukan pengembangan
secara langsung dengan melakukan koordinasi
pada anggota kelompok serta memiliki
karakteristik untuk dapat meningkatkan
kesuksesan dan pengembangan dalam
mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-
aktivitas tugas dari orang-orang dalam
kelompok. Kepemimpinan berarti melibatkan
orang lain, yaitu bawahan atau karyawan yang
dipimpin.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
dipaparkan di Bab sebelumnya tentang evaluasi
perencanaan program imunisasi campak di
Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung
Tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Evaluasi input dalam pelaksanaan imunisasi
campak masih terbatas yaitu Program
Imunisasi Sudah Terjadwal Baik Di Dalam
Gedung Maupun Diluar Gedung, stock
vaksin imunisasi campak masih tergantung
pada dines kesehatan setempat serta belum
mendapatkan alokasi dana secara khusus
dari pemerintah setempat seperti BPUD.
2. Evaluasi proses pada pelaporan program
imunisasi campak kurang efektif, seperti
terbatasnya perencanaan program imunisasi
campak kedepan dan tidak ada hasil
pelaporan program imunisasi campak setiap
bulan
3. Evaluasi output dalam cakupam program
imunisasi campak belum efektif, seperti
terbatasnya cakupan imunisasi campak
secara menyeluruh dan terbatasnnya
pengorganisasian program imunisasi
campak.
Saran
1. Diharapkan bagi pihak puskesmas membuat
pencatatan dan pelaporan imunisasi camak
setiap bulan yang telah dilaksanakan di
dalam gedung maupun di luar gedung,
sehingga pelaksanaan dalam program
imunisasi dapat terlaksana dengan baik.
2. Diharapkan pada pemegang program
imunisasi dapat membuat jadwal imunisasi
secara berkala dan dapat direncanakan,
sehingga pelaksanaan program imunisasi
dapat berjalan secara optimal.
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
meneliti tentang program imunisasi
sehingga dalam kekurangan pada penelitian
ini dapat dilanjutkan dengan fenomena yang
lain, seperti faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya cakupan
imunisasi.
12. xiiSTIKes Dharma Husada Bandung
DAFTAR PUSTAKA
Adiono,S. 2012. Analisis Kepemimpinan yang
Mendorong Iklim Kerja dan Motivasi serta
dampaknya Terhadap Kinerja Perawat di
Rumah Sakit Sekota Palu. Tesis PS FKM-
UI. Jakarta.
Asrul, 2010. Evaluasi Dan Jadwal Pelaksanaan
Imunisasi
Atikah, 2010. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Edisi Ketiga.Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
Hanum, 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi
Dan Imunisasi Dasar. Pada Balita.
Yogyakarta : Nuha Medika
Hasuki, 2013. Macam dan jenis Imunisasi.
Jakarta : EGC.
Hidayat, 2012. Ilmu Kesehatan Tumbuh
Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar.
Pada Balita.
Johanes, 2015. Semiloka Evaluasi Penilaian
dan Pengukuran. Jakarta, EGC.
Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan
indonesia 2012. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2015. Pedoman Penyelenggaran
Imunisasi. Jakarta. Kemenkes RI. 2015.
Muninjaya, 2011. Manajemen Kesehatan, Edisi
kedua. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta. Rhineka
Cipta
, 2012. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan.Jakarta. Rhineka Cipta
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan:
Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawati, 2007. Proporsi Ibu Yang Bekerja
Terhadap Anak Dengan Imunisasi Lengkap.
Diakses dari http://eprints.ums.ac.id.
Diunduh pada tanggal 28 Januari 2017
Ranuh, dkk, 2011. Pedoman Imunisasi di
Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
RISKESDAS 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Rismayanti, 2013. Evaluasi Program Imunisasi.
Puskesmas di Kota Makassar Tahun 2012.
Jurnal, FKM Universitas. Hasanuddin.
Sugiarti, 2012. Jadwal dan peran ibu terhadap
Imunisasi. Jakarta : EGC.
Suharto, 2015. Analisis Kebijakan Publik :
Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan Sosial. Alfabeta : Bandung.
Sukarmin, 2014. Asuhan Keperawatan Pada
Anak, Edisi 1,. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Supartini, 2014. Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. Jakarta. EGC
Yusuf, 2015. Evaluasi Program. Jakarta:
Rineka Cipta
Wahab, 2012. Analisis kebijaksanaan dari
Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Bumi Aksara. Jakarta