3. PENGERTIAN SIKAP
• Attitude is a favourable or unfavourable evaluative reaction to ward
something or someone, exhibited in one’s belief, feelings or
intended behavior. (Myers, 1996)
• An attitude is a disposition to respond favourably or unfavourably
to an object, person, institution or event. (Azjen, 1988)
• Attitude is a psychological tendency that is expressed by evaluating
a particular entity with some degree of favor or disfavor. (Eagly &
Chaiken, 1992)
• Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu, atau orang.
4. TEORI-TEORI SIKAP
Theory of Reasoned Action
Dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975.
(Sarlito W. Sarwono, 2002)
Dinamakan reasoned action karena berusaha
mengungkapkan latar belakang atau alasan (reason) dari
suatu tindakan (action).
Teori ini mengembangkan suatu teori dan metode untuk
memprakirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Teori tindakan beralasan menjelaskan tentang integrasi
komponen perilaku dalam struktur yang telah didesain untuk
memprediksi perilaku yang lebih baik.
Variabel-variabel yang terdapat dalam teori tindakan
beralasan adalah variabel sikap, norma subyektif, niat dan
perilaku (Ajzen, 1988).
5. TEORI-TEORI SIKAP
Theory of Planned Behavior
Teori ini adalah pengembangan dari teori reaction action
dengan adanya penambahan satu variabel, yaitu kontrol
keperilakuan yang dirasakan.
Kontrol keperilakuan yang dirasakan ditunjukkan dengan
tanggapan seseorang terhadap halangan dari dalam atau
halangan dari luar sewaktu melakukan perilaku.
Kontrol keperilakuan dapat mengukur kemampuan seseorang
dalam mendapatkan sesuatu dalam mengambil suatu
kegiatan.
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh segala
sesuatu yang berada di sekelilingnya seperti, orang tua,
teman, pengalaman, serta pengetahuan yang telah dimiliki
dalam proses pengambilan keputusan.
7. Perbedaan Sikap dengan Konsep-konsep lain
Dari semua definisi sikap tersebut, sependapat bahwa ciri khas dari
sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep,
situasi, benda dsb) dan mengandung penilaian (setuju-tidak setuju,
suka-tidak suka). (Bem, 1970; Edwards, 1957; Fishbein & Azjen,
1975; Osgood, Suci & tannenbaum, 1957; oskamp, 1977).
Sikap adalah sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan, oleh karena
itu sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan
diubah.
Sikap berbeda dengan sifat (trait) yang lebih merupakan bawaan
dan sulit diubah.
8. Perbedaan Sikap dengan Konsep-konsep lain
Sebagian pakar lain mengatakan bahwa, dapat saja
sikap timbul karena bawaan, hal ini terbukti dari
kenyataan bahwa sikap dapat timbul tanpa ada
pengalaman sebelumnya. Misalnya, orang yang sejak
bayi tidak suka sayur (Eagly & Chaiken, 1992).
Sifat merupakan faktor peramal terhadap perilaku dan
keduanya tidak tampak dari luar, hanya dapat
diperkirakan dari isyarat-isyarat yang tampak dari luar.
Perilaku adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai,
etika, kekuasaan, persuasi atau genetika.
Nilai mempengaruhi sikap dan perilaku.
9. KOMPONEN SIKAP
Sikap memiliki komponen kognitif (pikiran), komponen afektif
(perasaan), dan komponen behavioral (perilaku).
Komponen kognitif terdiri dari pemikiran seseorang tentang
objek tertentu, seperti fakta, pengetahuan dan keyakinan.
Komponen afektif terdiri dari emosi dan perasaan seseorang
terhadap suatu stimulus, khususnya evaluasi positif atau
negatif.
Komponen behavioral adalah cara orang bertindak dalam
merespons stimulus.
10. FUNGSI SIKAP
Fungsi instrumental
fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan
menggambarkan keadaan keinginan.
disebut juga sebagai fungsi manfaat (utility) yaitu sejauh mana
manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan.
Fungsi pertahanan ego
sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari
kecemasan atau ancaman harga dirinya
Fungsi nilai ekspresi
sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem
nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang
diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.
12. PEMBENTUKAN SIKAP
Sikap terbentuk karena dipelajari, maka sikap dapat berubah-
ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu
yang bersangkutan pada waktu dan tempat yang berbeda.
a. Adopsi
kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara
bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhh
terbentuknya sikap.
b. Diferensiasi
pembentukan sikap yang dipengaruhi oleh berkembangnya
intelegensi, bertambahnya pengetahuan, bertambahnya
usia.
c. Integrasi
pembentukan sikap yang terjadi secara bertahap, dimulai
dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan
satu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap
mengenai hal tersebut.
d. Trauma
adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang
13. PEMBENTUKAN SIKAP
Sikap terbentuk melalui suatu proses, melalui kontak sosial terus
menerus antar individu dengan individu-individu lain di sekitarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah:
1. faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang
yang bersangkutan, seperti faktor pilihan.
2. faktor eksternal
- sifat objek, sikap itu sendiri, bagus, jelek
- kewibawaan : orang yang mengemukakan suatu sikap
- sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
- media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
- situasi pada saat sikap itu dibentuk
14. PERUBAHAN SIKAP
Perubahan Sikap Spontan
Menurut Tesser (1978), kita me-review dan mengkaji
keyakinan kita, dan tekanan konsistensi menyebabkan
keyakinan kita cenderung lebih konsisten.
Misalnya, jika Anda meluangkan waktu lebih lama untuk
memikirkan sahabat baik Anda, Anda mungkin akan lebih
menyukainya. Anda mungkin ingat sifat-sifat lain atau
pengalaman bersama yang Anda alami bersama dengannya.
Dan, Anda mungkin menginterpretasikan ulang beberapa
memori yang kurang menyenangkan dengan memaafkannya.
Akan tetapi, jika Anda lebih sering memikirkan musuh Anda,
maka Anda mungkin akan lebih jengkel kepadanya. Anda
mungkin akan mengingat lebih banyak hal tidak
menyenangkan dan mencurigai motif di balik tindakannya
yang kelihatan baik.
15. PERUBAHAN SIKAP
Persistensi Perubahan Sikap
Secara umum, memori detail argumen akan pudar dengan
cepat dan kemudian pudar secara lebih lambat.
Contohnya adalah sleeper effect, yaitu kemunculan kembali
daya persuasi pesan dari sumber berkredibilitas rendah
(Kelman dan Hovland, 1953). Perbedaan kredibilitas tersebut
dapat dimunculkan kembali ketika seseorang ingat akan
sumber pesan.
Kesesuaian antara sikap dan perilaku
Adanya kesesuaian antara sikap dan perilaku sudah
diketahui oleh para pakar sejak lama. Hartshorne & May
(1928), menemukan bahwa kecurangan dalam hubungan
dengan situasi tertentu, misalnya mencontek ulangan, belum
tentu berkolerasi dengan kecurangan dalam hubungan situasi
yang lain seperti berbohong kepada teman.
16. PERUBAHAN SIKAP
Meningkatkan prakiraan perilaku dari sikap
Hubungan antara sikap dan perilaku timbul dari berbagai
kritik. Upaya untuk meramalkan atau memprakirakan perilaku
tetap saja dianggap penting dalam psikologi sosial, karena
lebih efisien daripada harus melakukan pengamatan
langsung di lapangan. Misalnya, meramalkan atau
memprakirakan perilaku dalam hal keluarga berencana.
Belum tentu dapat meramalkan apakah seseorang akan
memakai kontrasepsi, tetapi sikap terhadap kontrasepsi
dapat meramalkan pemakaian kontrasepsi (Morrison).
Membenarkan perilaku yang salah
Gejala yang satu ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Seringkali kita melakukan hal yang salah, tetapi kita
membenarkan perilaku kita sendiri dengan menyalahkan
korban. Misalnya, pria yang melecehkan wanita, akan
mengatakan bahwa wanita lah yang memancing dengan rok
mini, baju yang serba terbuka, dan gaya yang centil.
17. SIKAP DAN TINGKAH LAKU
Sikap memiliki peranan penting dalam membentuk perilaku.
(Engel, Blackwell & Miniard , 1995, 338).
Pembentukan sikap yang paling efektif adalah melalui
pengalaman sendiri.
Pengaruh perilaku pada sikap juga terjadi karena apa yang
dikatakan atau diperbuat oleh seseorang yang cenderung
dipercayai oleh orang itu sendiri (saying is believing).
Sikap yang stabil, sikap yang penting, sikap yang mudah
diakses, sikap yang dibentuk melalui pengalaman langsung,
sikap tentang seseorang yang sudah pasti, dan sikap yang
menunjukkan tingkat konsistensi tinggi antara kognisi dan
afek kemungkinan besar akan sesuai dengan perilaku
(Kraus, 1995).
18. Karakteristik Sikap terhadap
Perilaku
Kekuatan sikap
segala hal yang memberi kontribusi pada sikap yang kuat
cenderung meningkatkan konsistensi sikap-perilaku.
Stabilitas sikap
sikap yang stabil yang mudah diingat kemungkinan besar
lebih selaras dengan perilaku ketimbang sikap yang kurang
stabil dan sulit diingat.
Aksesibilitas sikap
sikap yang lebih mudah diakses di memori akan lebih kuat
dalam mempengaruhi perilaku. Sikap yang mudah diakses
juga akan dianggap sebagai sesuatu yang penting.
Relevansi sikap terhadap perilaku
ketika suatu sikap relevan dengan perilaku, maka keduanya
akan saling terkait erat.
19. Karakteristik Sikap terhadap
Perilaku
Kemenonjolan sikap
Sikap tertentu yang menonjol akan lebih mungkin
mempengaruhi perilaku. Kemenonjolan sangat penting ketika
sikap tidak terlalu kuat. Misal: menyontek saat ujian
disebabkan siswa kurang menghargai nilai kejujuran atau
ingin mendapatkan nilai tinggi.
Penalaran tentang sikap seseorang
Alasan yang mendasari sikap seseorang akan menyebabkan
sikap itu berubah untuk sementara waktu, khususnya jika
sikap tidak memiliki dukungan kognisi yang cukup, yakni tidak
ada keyakinan yang menopang sikap. Misal: seorang
karyawan yang kuliah-kerja, pada saat ada tugas kantor
bersamaan dengan jadwal kuliah maka ia akan mengevaluasi
berbagai keuntungan dan kerugian dari masing-masing
pilihan.
20. Karakteristik Sikap terhadap
Perilaku
Tekanan situasi
Setiap kali seseorang melakukan perilaku
yang jelas, mereka dapat dipengaruhi oleh
sikap dan situasi sekitar. Misal: ketika
berada dalam satu kelompok, Ani dan Ayu
saling bekerja sama, akan berbeda
sikapnya jika mereka sudah tidak dalam
satu kelompok, mereka akan bersikap
seolah tidak saling kenal.
21. PENGUKURAN SIKAP
Sikap tidak dapat dilihat secara langsung. Untuk mengetahui bagaimana
sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, kita harus melihatnya
melalui ketiga domain sikap, yaitu pengetahuan (kognisi), perasaan (afek),
dan perilakunya (konasi).
Pada prinsipnya pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan daftar
pernyataan tentang objek sikap. Subjek atau responden diminta untuk
memberikan jawabannya dengan menyatakan setuju, sependapat, atau
suka (sikap positif) dengan pernyataan itu atau tidak (sikap negatif).
Bentuk jawaban bisa berupa “Ya” dan “Tidak” (skala nominal) seperti
dalam skala Guttman (1941, 1944), dapat berjenjang mulai dari sangat
tidak setuju sampai sangat setuju dengan skor 1-5 (Likert,1932) atau 1-7
(Thurstone, 1927a, & 1927b) atau -3- +3 (Fishbein & Ajzen, 1974) (skala
interval).
22. PENGUKURAN SIKAP
Pengukuran mempunyai 2 syarat, yaitu:
Validitas yaitu setiap butir pernyataan harus sungguh-sungguh
mengukur apa yang hendak digali
Reliabilitas yaitu alat ukur itu harus memberikan hasil yang kira-
kira sama jika diulang pada waktu –waktu yang berbeda
Untuk menghindari kesalahan (error), baik kesalahan
sistematik (kesalahan tertentu berulang terus-menerus) jika alat
ukur tidak valid, maupun kesalahan acak (kesalahan terjadi
berulang-ulang walaupun tidak pada kesalahan tertentu) jika alat
ukur tidak reliable (Himmelfarb, 1993 ; Edwards, 1957) .
23. PENGUKURAN SIKAP
Tehnik mengukur sikap ada beberapa jenis. Jenis yang paling awal
adalah yang masih menggunakan perbandingan fisik untuk
menentukan sikap terhadap objek sikap tertentu (A lebih berat dari B, X
lebih keras dari Y, fitnah lebih jahat dari pembunuhan, dan sebagainya).
Menurut Thurstone (1927a, 1927b) penilaian (judgement) orang
sebagai hasil memperbandingkan itu dapat diukur dalam bentuk skala.
Teknik pengukuran yang dikembangkan oleh Thurstone ini dinamakan
Judgement Technique.
Tehnik pengukuran lainnya adalah yang sepenuhnya psikologik. Jadi,
tidak menggunakan perbandingan fisik yang dianggap terlalu rumit.
Tehnik ini dikembangkan oleh Likert (1932) dan dinamakan method of
summated ratings.
24. DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito W. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-teori
Psikologi Sosial. Balai Pustaka, Jakarta.
Sarwono, Sarlito W. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Rajawali Pers,
Jakarta.
Sears, David O. Peplau.Anne.Letitia. Taylor, Shelley E. 2009. Psikologi
Sosial Edisi Kedua Belas. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Engel, J.F., Blackwell, R.D., and Miniard, P.W. 1995. Consumer
Behavior. 8 Edition. Forth Worth., Texas. The Dryden Press.
Sunaryo, M.Kes,Drs. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
(http://books.google.co.id/books?id=6GzU18HfuAC&pg=PA199&lpg=PA
195&focus=viewport&hl=id&output=html_text)
Frans Warmanto MB, Handhika Noviant Thenu, “ANALISIS HUBUNGAN
ANTARA SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL
KEPERILAKUAN YANG DIDASARKAN TERHADAP PERILAKU
BERBAGAI PENGETAHUAN MANAJER: STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN DI WILAYAH JAKARTA”
(http://library.umn.ac.id/jurnal/public/uploads/papers/pdf/9e98107ccae6f
e5c98e66d8a092dd481.pdf)
NK Wardani, B Setiawan, A Shinta- Habitat, 2013, “ANALISIS SIKAP
DAN PERILAKU PEMBACA SURAT KABAR TERHADAP IKLAN SUSU
KEDELAI”habitat.ub.ac.id