Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
BAEP memberikan informasi tentang fungsi batang otak dengan mengukur waktu timbulnya gelombang elektrik dari batang otak setelah stimulus suara. BAEP normal terjadi dalam 10 msec pertama dan terdiri dari 7 gelombang. Dokumen ini menjelaskan karakteristik gelombang BAEP dan faktor yang mempengaruhinya serta contoh kasus BAEP pada pasien dengan gangguan saraf.
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Book review enmg
1. Book Review Stase ENMG
POTENSIAL CETUSAN AUDITORIK
Sumber :
Buku : Comprehensive Clinical
Neurophysiology
Editor : Kerry H.Levin & Hans O. Luders
Oleh :
Noormainiwati
Pembimbing :
dr. Diah Kurnia Mirawati, Sp.S
2. Potential Cetusan Auditorik Batang Otak
(BAEP)
BAEP memberikan informasi yang unik tentang fungsi batang otak.
Merupakan tes pada telinga dan batang otak, dengan cara mengukur
waktu timbulnya gelombang elektrik dari batang otak terhadap respon
stimulus klik atau nada ditelinga.
BAEP yang normal terjadi dalam 10 msec pertama, terjadi antara 10 – 50 msec.
Cara :
Pada subyek diletakkan elektroda dengan montase : A1 – Cz, dan A2 – Cz .
Subyek mengenakan earphone, yg diberi stimulus klik monoaural (intensitas 70 dBSL,
durasi 0,1 msec, frek. 11 Hz), dan masking pada telinga kontralateral dg intensitas
30 dB. BAEP dicatat dalam bentuk gelombang yang khas.
7. Gelombang V
Puncak yg paling menonjol, diikuti oleh defleksi ke bwh yg panjang.
Selalu terjadi setelah 5,0 msec.
Paling akhir menghilang dari semua komponen BAEP jika intensitas klik
dkurangi
Lebih mudah dilihat & lebih jelas dibedakan dg gel.IV di Ac-Cz
Sumber : bag.rostral lemniscus lateralis atau colliculus inferior atau keduanya.
Gelombang IV
1/3 kasus terjadi fusi gel. IV & V ( IV/V kompleks), latensinya berada
antara kedua gelombang.
Bs berupa takik kecil pd pars ascenden gel. V atau gel V hanya berupa
lekukan kecil di pars descenden gel. IV.
Sumber : kompleks olive superior atau colliculus inferior.
9. Gelombang I
Selalu timbul setelah 1 msec, amplitudo relatif rendah.
Terbaik dilihat pada Ai-Cz.
Sumber : n.VIII perifer (ganglion spiralis cochlea).
Gelombang II dan III
Gel.II terbaik dcatat pada Ac-Cz, gel.III terbaik dcatat pada Ai-Cz.
Dpt terjadi fusi gel. II dan III di Ac-Cz, atau gel.III dobel.
Gel.III adlh komponen paling konsisten di antara gel.I dan V.
Melebar dan amplitudo relatif tinggi.
Sumber Gel. II : n.VIII bag.intrakranial (nukleus cochlearis ventral & dorsal)
Sumber Gel.III : pons caudal ipsilateral & kontralateral.
10. Gelombang VI & VII
Bs tidak muncul pada org normal.
Gel.VI sering pada pars descending gel.V, kadang hanya berupa belokan kecil.
Gel.VII sering tidak terlihat.
Sumber gel. VI : geniculatum medial
Sumber gel.VII : radiasio auditorik
11. Nilai Normal Latensi Puncak pada BAEP
Gelombang Latensi Rata-rata SD
I 1,7 msec 0,15
II 2,8 msec 0,17
III 3,9 msec 0,19
IV 5,1 msec 0,24
V 5,7 msec 0,25
VI 7,3 msec 0,29
VII 9,6 msec 0,6
12. Latensi Antar Puncak (IPL) Gelombang
pada BAEP
Rata-rata
I – III 2,1 msec
III – V 1,9 msec
I–V 4,0 msec
Untuk wanita, I – V lebih pendek 0,1 msec; untuk orang tua (> 60 tahun) I – V lebih panjang 0,1 msec;
ditambah 0,1 msec untuk setiap peningkatan frekuensi 20 Hz.
14. Faktor Usia Terhadap
BAEP
Tidak konsistennya gel BAEP pd
anak-anak mungkin k/ desinkronisasi
stimulus pd jalur auditorik di batang
otak.
Dg pertambahan usia, semua
komponen BAEP memendek secara
signifikan.
15. Faktor Jenis Kelamin terhadap BAEP
Terdapat perbedaan latensi yg signifikan antara pria & wanita.
Perbedaan gender terlihat pada anak setelah usia 8 thn.
Latensi gel.I dan IPL I-V lebih panjang pd pria, dg intensitas 60-70 dBSL.
Amplitudo lebih tinggi pd wanita.
Perbedaan tsb terjadi k/ perbedaan ukuran kepala & perbedaan suhu basal
tubuh.
16. Faktor Suhu
terhadap BAEP
..
Latensi BAEP
meningkat 7% untuk
setiap penurunan suhu
tubuh 7’C.
Amplitudo meningkat
50% ketika suhu
menurun sampai 27-
28’C, kemudian
menghilang pada 20’C.
17. Faktor Parameter Klik
terhadap BAEP
.
Semua latensi puncak BAEP
berkurang 0,03 msec/dB
sesuai dengan peningkatan
intensitas klik.
Jika intensitas klik
diturunkan, semua
gelombang cenderung
menghilang, kecuali I, III, dan
V.
Dengan intensitas klik
semakin menurun, hanya
gelombang V yang masih ada.
18. Abnormalitas BAEP pada Kelainan
Neurologik
Koma & Mati Otak
BAEP biasanya normal pada pasien koma akibat toksik atau metabolik.
Pasien tanpa tanda2 klinis disfungsi batang otak, biasanya memiliki
BAEP normal.
Pasien dengan bukti klinis lesi otak tengah atau pons akan memiliki
BAEP abnormal.
Pasien dengan tidak adanya gelombang IV/V bilateral cenderung memiliki
prognosis yg sangat buruk.
Pada pasien mati otak, mungkin hanya gelombang I yang menetap
(hanya 1/3 kasus).
Tidak adanya gel.I yang jelas, tidak mungkin dapat menentukan apakah hal tsb
berasal dari kematian otak atau akibat kerusakan sistem auditorik perifer.
19. Multiple Sklerosis
BAEP pada pasien MS menjadi abnormal jika ada plak yg berada di jalur auditorik,
yg akan menghasilkan abnormalitas konduksi.
Persentase BAEP abnormal meningkat sesuai dg kepastian diagnosa MS :
30% pada probable MS, 41% pada possible MS dan 67% pada definite MS.
BAEP berguna untuk menentukan lesi tersembunyi di batang otak, sebagai
pendukung tambahan.
20. Tumor Fossa Posterior
Neuroma akustik
Terdapat abnormalitas konduksi k/ kompresi tumor.
Variasi abnormalitas BAEP :
IPL I-III atau I-V ipsilateral melambat, atau keduanya.
semua puncak gelombang ipsilateral menghilang, setelah gel.I
semua puncak gelombang ipsilateral menghilang, termasuk gel.I.
BAEP normal pd 11%-23% neuroma akustik yg berukuran < 1 cm.
21. Lesi Serebrovaskuler di Batang Otak
Pasien dengan TIA, atau infark di medula oblongata mempunyai BAEP normal.
Infark di tingkat pons ke atas yg mengenai jalur auditorik akan menimbulkan
abnormalitas BAEP (contoh Gbr. 37-32)
Pasien dg locked in syndrome memiliki BAEP normal k/ jalur auditorik terletak
lebih dorsolateral dibandingkan jalur motorik di pons.
22. Abnormalitas BAEP pada kondisi lainnya
Pada inflamasi ruang subarakhnoid yang dilalui nervus akustikus
dapat terjadi pemanjangan IPL I-III.
Alkoholisme akut menyebabkan pemanjangan latensi BAEP k/
penurunan suhu tubuh.
Alkoholisme kronis menimbulkan pemanjangan IPL I-V k/demyelinasi
atau edema.
Def.vit.B12 dapat menimbulkan pemanjangan IPL I-V yg reversibel
dg terapi.
Pasien dg tuli kortikal akibat infark bitemporal mungkin memiliki
BAEP normal.
23. Kasus 1.
Ilustrasi Kasus
Seorang wanita, 45 th,datang ke poliklinik saraf RSDM dengan keluhan
wajah merot ke kanan, dan mata kiri tidak bisa menutup rapat.
Kejadian mendadak, saat bangun tidur 1 bulan sebelum ke RS.
Disertai telinga kiri terasa bergemuruh.
Riwayat HT (+)
Pemeriksaan Fisik :
Motorik & sensorik : dbn
Nn. Craniales : - parese N.VII kiri perifer
- refleks kornea kiri melemah
- tes weber, lateralisasi kiri
24. Kasus 1.
Hasil ABR Kiri :
IV
Gel I : 1,48 ms I
II III V
Gel.II : 2,56 ms
Gel.III : 3,74 ms
Gel.IV : 5,40 ms (↑)
Gel.V : 6,53 ms (↑)
IPL I-III : 2,26 ms
IPL III-V : 2,79 ms (↑)
IPL I-V : 5,05 ms (↑)
25. Kasus 1.
Hasil ABR Kanan :
Gel I : 1,34 ms
Gel.II : 2,48 ms
Gel.III : 3,46 ms
Gel.IV : 4,76 ms
Gel.V : 5,41 ms
IPL I-III : 2,12 ms
III IV V
IPL III-V : 1,95 ms I
II
IPL I-V : 4,97 ms
Hasil Tes BAEP :
Menyokong lesi pons kiri
29. Kasus 2.
Ilustrasi Kasus
Seorang laki-laki, 32 tahun, MRS dg keluhan utama kelemahan kedua lengan &
tungkai sejak 1 thn yl. Mulanya dari tungkai, kemudian diikuti kedua lengan.
Disertai suara pelo dan pandangan kabur. Tidak ada gangguan menelan.
Pemeriksaan Fisik :
Motorik : bihemiparesis UMN
Sensorik : dbn
Nn. Craniales : - parese N.VI bilateral
- parese N.VII bilateral (kedua alis tidak bisa diangkat)
- parese N.VIII bilateral (nistagmus horizontal bilateral)
- parese N.XII kanan UMN (saat menjulur lidah terdorong
ke kanan)
30. Kasus 2.
Hasil ABR Kanan :
Gel I : 1,52 ms
Gel.II : 3,14 ms
Gel.III : 4,15 ms (↑)
Gel.IV : 5,23 ms
Gel.V : 6,95 ms (↑)
IPL I-III : 2,63 ms (↑)
II III IV
IPL III-V : 2,80 ms (↑) I V
IPL I-V : 5,43 ms (↑)
31. Kasus 2.
Hasil ABR Kiri :
Gel I : 1,83 ms
Gel.II : 2,98 ms III IV
II V
Gel.III : 4,56 ms (↑) I
Gel.IV : 5,28 ms
Gel.V : 6,60 ms (↑)
IPL I-III : 2,73 ms (↑)
IPL III-V : 2,04 ms (↑)
IPL I-V : 4,77 ms (↑)
Hasil BAEP : menyokong lesi
pada pons bilateral.