1. BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured Numbered Heads
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai banyak model
pembelajaran dan menggunakan variasinya sehingga guru mampu menciptakan
suasana yang lebih menyenangkan bagi siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat
divariasikan adalah pembelajaran kooperatif. Salah satu pembelajaran yang menuntut
keaktifan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (Trianto, 2013: 56)
“dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri
dari 4-5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru”.
Sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas–tugas
bersama, dan melalui struktur mpenghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai
satu sama lain. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa memahami konsep–
konsep sulit, menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan
membantu teman.
2. Roger dan David Johnson (Lie: 2008) mengatakan bahwa tidak semua kerja
kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu:
a) Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b) Tanggung jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan
model kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c) Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d) Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
dalam mengutarakan pendapatnya.
3. e) Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok dan hasil kerjasama
mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Format evaluasi
bermacam-macam tergantung tingkat pendidikan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan penekanan
pada aspek sosial dalam belajar dengan menggunakan kelompok–kelompok kecil
yang terdiri dari 4-5 orang siswa dengan struktur kelompok yang heterogen
(berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan) dalam mencapai tujuan.
b. Model Kooperatif tipe Structured Numbered Heads
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model Structured Numbered Heads atau pembelajaran Kepala Bernomor
Terstruktur yang merupakan pengembangan dari pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) atau kepala bernomor. Menurut Lie (2008: 60) Structured Numbered
Heads pertama kali dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Model Structured
Numbered Heads ini memudahkan pembagian tugas. Dengan ini siswa belajar
melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan teman-
teman sekelompoknya. Dengan diterapkannya model Structured Numbered Heads
diharapkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih besar dalam
membangun pengetahuan serta interksi siswa dengan guru maupun siswa dengan
siswa dapat terjadi secara aktif, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan
4. meningkat. Bila siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran maka akan memiliki
ilmu atau pengetahuan dengan baik.
Model pembelajaran Structured Numbered Heads dalam pembentukan
kelompok dilakukan secara heterogen dan setiap anggota kelompok saling membantu
dan mempersiapkan diri untuk tes, kemudian masing-masing mengerjakan tes secara
individu dan menerima nilai individu. Pembelajaran ini banyak
menumbuhkembangkan aktifitas belajar, baik secara individual maupun secara
kelompok. Pembelajaran ini menuntut keaktifan dan semangat kerja antar siswa.
Structured Numbered Heads baik untuk diterapkan pada pembelajaran karena
tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa tetapi juga melatih siswa
untuk bertanggung jawab. Hal ini tentu sangat positif untuk mencapai hasil belajar
yang memuaskan. Untuk efisiensi pembentukkan kelompok dan penstrukturan tugas,
Structured Numbered Heads ini bisa dipakai dalam kelompok yang dibentuk
permanen. Artinya, siswa disuruh mengingat kelompok dan nomornya sepanjang
semester. Supaya ada pemerataan tanggung jawab, penugasan berdasarkan nomor
bisa diubah-ubah. Misalnya, siswa nomor satu bertugas mengumpulkan data kali ini,
tapi pada saat pertemuan berikutnya dapat bertugas untuk melaporkan. Dan dalam
pelaksanaan Structured Numbered Heads guru dapat menggabungkan siswa dengan
nomor yang sama dari kelompok lain.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menimpulkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif tipe Structured Numbered Heads ini menuntut keaktifan dan semangat
kerjasama antar siswa dan juga memiliki hubungan yang kuat antara apa yang siswa
5. lakukan dengan apa yang mereka pelajari sehingga interaksi-interaksi yang terjadi
didalam kelas mempunyai suatu efek terhadap hubungan sosial, kognitif dan
pengembangan kemampuan akademis siswa yang pada akhirnya akan meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
C. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Structured
Numbered Heads
Langkah-langkah model kooperatif tipe Structured Numbered Heads menurut
Aqib (2014) sebagai berikut: 1) siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan
dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor, 2) penugasan diberikan pada
setiap siswa berdasarkan nomor dengan tugas yang berantai. Misalkan, siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor
tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya, 3) jika perlu, guru bisa meminta
kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa siswa dengan tugas yang sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja mereka, 4) Melaporkan hasil kelompok dan tanggapan dari
kelompok yang lain, 5) Kesimpulan.
Menurut Lie (2008) struktur tugas dan kelompok dalam model Structured
Numbered Heads dapat divariasi yaitu, penugasan berdasarkan nomor dapat diubah-
ubah agar ada pemerataan tanggung jawab, dapat dipakai dalam kelompok permanen
untuk efisiensi kelompoknya dan bergabung dengan siswa lain yang bernomor sama
6. dari kelompok lain dengan cara ini dapat mengurangi kebosanan jika guru
mengelompokkan siswa secara permanen.
D. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Structured Numbered Heads
Keunggulan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Structured
Numbered Heads siswa akan menjadi siap semua karena setiap siswa diberi tugas
berdasarkan nomornya, siswa diberi tanggung jawab untuk menguasai materi dan
memahami materi sehingga membangkitkan motivasi siswa untuk lebih giat belajar,
siswa dapat membangun dan mengembangkan pengetahuan mereka dengan
berdiskusi secara sungguh–sungguh sehingga timbul sikap kerjasama dan setiap
siswa bebas mengeluarkan pendapat serta mengembangkan daya pikirnya. Semua ini
akan mempengaruhi hasil belajar siswa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
kelompoknya. Selain itu, kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Structured
Numbered Heads yaitu ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek
kepada anggotanya dan apabila pada satu nomor kurang maximal mengerjakan
tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor
selanjutnya.
2. Hakikat Belajar & Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan aktivitas
yang paling utama. Ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak
7. tergantung pada bagaimana proses belajar dapat berlangsung secara efektif.
Pemahaman seorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi cara guru
itu mengajar. Menurut Reber (Suprijono, 2009: 3) belajar adalah “the process of
acquiring knowledge”. Artinya belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Hamalik (Susanto: 2013) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar
merupakan proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan hasil atau tujuan. Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang mencakup perubahan
dalam aspek kogniti, sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) dalam kegiatan
belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.
Menurut Gagne (Sapriati, 2008: 1.37) mengemukakan bahwa belajar adalah:
Suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah
lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap,
sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali
setiap menghadapi situasi yang baru.
Berdasarkan beberapa definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku ke arah positif yang relatif melalui latihan dan
pengalaman.
b. Pengertian Hasil Belajar
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar itu perlu
mendapatkan hasil, dimana selanjutnya dikenal dengan hasil belajar siswa. Menurut
8. Susanto (2013: 5) makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
meliputi semua aspek tingkah laku dan bukan hanya satu atau dua aspek. Perubahan
tingkah laku itu, meliputi aspek-aspek tingkah laku kognitif, afektif dan psimotorik.
Dan Nawawi (Susanto, 2013: 5) menegaskan bahwa hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Selain itu Gagne (Suprijono, 2009: 5) mengungkapkan hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; 2) Keterampilan
intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang;
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri; 4) Keterampilan motorik yaitu
kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi , sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; 5) Sikap
adalah kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Dilihat dari pengertian hasil dan belajar di atas, maka dapat diketahui bahwa
hasil belajar adalah suatu akibat dari proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan
tingkah laku dan kepribadian sebagai hasil dari pengalaman.
9. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman (Susanto, 2013: 12) mengemukakan bahwa hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor internal: faktor internal merupakan faktor yang bersumber
dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan minat dan
perhatian, motivasi belajar, ketekuan, sikap, kebiasaan belajar, serta
kondisi fisik dan kesehatan. 2) Faktor internal: faktor yang berasal
dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu pengaruh yang
datangnya dari luar maupun pengaruh yang datangnya dari dalam. Adanya pengaruh
dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang disadari. Salah satu lingkungan belajar
yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, adalah kualitas
pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ruseffendi (Susanto,2013: 14) mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu : kecerdasan, kesiapan
anak, bakat anak, kemauan anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian
materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi
masyarakat.
10. Berdasarkan uraian tersebut, maka disimpulkan bahwa berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa baik dari dalam maupun dari luar akan saling
mempengaruhi dalam proses belajar, yaitu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.
3. Pembelajaran IPA di SD
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Dari segi istilah yang digunakan IPA atau ilmu pengetahuan alam berarti
“ilmu” tentang “pengetahuan alam”. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur
kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis,
diterima oleh akal sehat, sedangkan objektif artinya sesuai dengan objeknya atau
sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui pancaindra.
Menurut H.W Fowler (Trianto, 2010: 136) IPA adalah “pengetahuan yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”. Dengan mempelajari IPA siswa
akan dituntut untuk melakukan pengamatan langsung untuk memahami alam sekitar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2013:167) bahwa “IPA adalah usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada saaran,
serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan
suatu kesimpulan”.
11. Dari pengertian IPA di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
secara logis sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis
yang diikuti dengan pengujian gagasan-gagasan.
b. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Berdasarkan KTSP (Sapriati,2008: 8.24) mengungkapkan bahwa Mata
Pelajaran IPA di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1) Memperoleh keyakinan tehadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman kosep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk
berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam
dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melajutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
Abruscato (Khaeruddin dkk, 2005: 15) juga telah menjelaskan tujuan
mengapa IPA diajarkan di kelas adalah: 1) mengembangkan kognitif siswa;
2) mengembangkan afektif siswa; 3) mengembangkan psikomotorik siswa;
4) mengembangkan kreatifitas siswa dan 5) melatih siswa berfikir kritis. Sehingga
12. kelima alasan tersebut sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran di kelas, yaitu
mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek
alam serta persoalannya. Hal tersebut sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/ MI
meliputi aspek-aspek berikut: 1) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan;
2) Benda/materi, sifat- sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas;
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya.
4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Structured Numbered
Heads dalam Pembelajaran IPA
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan tahapan
pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads dilaksanakan melalui tiga
kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal,
dilaksanakan tanya jawab dengan mengaitkan pembelajaran yang lalu dengan pokok
bahasan IPA yang akan dipelajari dan mengarahkan siswa untuk menyimak
penyampaian tujuan pembelajaran yang akan di capai.
13. Setelah itu, berlanjut pada kegiatan inti. Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Guru menyajikan materi
pelajaran. Guru memberi tugas kepada siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai. Siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan
soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan. Guru membagikan tugas
kelompok (LKS). Jika perlu, guru bisa meminta kerja sama antar kelompok. Siswa
disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa dengan
tugas yang sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang
sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka. Setiap kelompok
melaporkan hasil diskusi mereka dan kelompok lain menanggapi, memberikan
kesimpulan, dan langkah terakhir di kegiatan inti adalah guru memberikan evaluasi
untuk meninjau keberhasilan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Structured
Numbered Heads dengan mengadakan tes hasil belajar berupa soal-soal yang
berhubungan dengan materi pada siswa. Setelah itu, guru memberikan motivasi dan
pesan-pesan moral pada siswa.
B. Kerangka Pikir
Hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres 12/79 Sumpang Minangae Kecamatan
Sibulue Kabupaten Bone dalam pembelajaran IPA termasuk dalam kategori rendah
hal ini disebabkan oleh faktor guru dan siswa, faktor guru antara lain : 1) guru kurang
memberikan motivasi kepada siswa, 2) guru sudah membagi siswa dalam kelompok,
namun belum jelas dalam penugasan kepada setiap siswa, 3) guru kurang melatih
14. siswa bekerja sama dalam kelompok, 4) guru kurang efektif menggunakan media
dalam menyampaikan pembelajaran. Sedangkan dari aspek siswa yaitu : 1) siswa
kurang aktif berpartisipasi dalam belajar karena suasana belajar yang membosankan,
2) siswa kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan,
3) siswa kurang menjalin kerjasama dalam berdiskusi kelompok, 4) siswa kurang
memperhatikan materi dengan disampaikan oleh guru.
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka untuk mengatasinya, guru perlu
menerapkan suatu model yang dapat membuat siswa berada dalam suasana kelas
yang menyenangkan sehingga siswa dapat aktif dan bersemangat dalam pembelajaran
IPA. Untuk itu peneliti bersama wali kelas IV akan berusaha bekerjasama untuk
memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan penerapan model pembelajaran
kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam suatu tim untuk
menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama. Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Structured Numbered Heads diduga dapat meningkatkan peran serta
siswa, karena dalam pelaksanaannya setiap siswa diberikan penugasan pada masing-
masing nomor yang dimilikinya dan dilibatkan secara langsung dalam pembagian
tugas kelompok. Tipe pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam penguasaan materi, walaupun setiap siswa memiliki
tugasnya masing-masing. Pada pelaksanaannya guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa akan aktif dan lebih
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran sehingga tercipta belajar bermakna
15. dan siswa termotivasi untuk belajar, yang kemudian akan dapat meningkatkan
kompetensi dan kemampuan berpikir siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered
Heads sebagai berikut: : 1) siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor, 2) penugasan diberikan pada setiap siswa
berdasarkan nomor dengan tugas yang berantai. Misalkan, siswa nomor satu bertugas
mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan
hasil pekerjaan dan seterusnya, 3) Jika perlu, guru bisa meminta kerja sama antar
kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
siswa dengan tugas yang sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa
dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka,
4) Melaporkan hasil kelompok dan tanggapan dari kelompok yang lain, 5)
Kesimpulan.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas dengan baik, maka diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV.
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka peneliti dapat membuat kerangka pikir
dalam bentuk skema sebagai berikut
16. Pembelajaran IPA
Aspek Guru
1) guru kurang memberikan
motivasi kepada siswa
2) guru sudah membagi siswa
dalam kelompok, namun belum
jelas dalam penugasan kepada
setiap siswa
3) guru kurang melatih siswa
bekerja sama dalam kelompok
4) guru kurang efektif
menggunakan media dalam
menyampaikan pembelajaran
Aspek Siswa
1) siswa kurang aktif berpartisipasi
dalam belajar karena suasana
belajar yang membosankan
2) siswa kurang memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan
3) siswa kurang menjalin kerjasama
dalam berdiskusi kelompok
4) siswa kurang memperhatikan
materi dengan disampaikan oleh
guru.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered
Heads
1. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setip kelompok
mendapat nomor
2. Penugasan diberikan pada setiap siswa berdasarkan nomor dengan tugas
yang berantai. Misalkan, siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa
nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil
pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa meminta kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa dengan
tugas yang sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan
tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
mereka
4. Melaporkan hasil kelompok dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan.
Hasil Belajar IPA Akan Meningkat
Bagan 1. Skema Kerangka Pikir
Hasil Belajar IPA Rendah
17. C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah jika model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered
Heads diterapkan, maka hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD
Inpres 12/79 Sumpang Minangae Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone meningkat.