1. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 1
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen suatu perusahaan adalah nyawa dari suatu perusahaan. Manajemen yang
menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Dengan adanya suatu
pengelolaan dan manajemen yang baik maka suatu perusahaan akan mampu bertahan dari segala
tekanan, kendala, dan rintangan yang ada. Begitu pula dengan manajemen persediaan yang
sangat penting bagi kelangsungan perusahaan, Pentingnya sebuah perencanaan persediaan
merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dalam manajemen produksi.
Peranan manajer dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan manajer yaitu
menjadi palang pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam
berorganisasi . Dalam pengelolaan manajemen persediaan peran manajer perlu mengetahui teori-
teori dalam manajeman persediaan. Pada makalah ini akan diterangkan ruang lingkup
manajemen persediaan dan perhitungan-perhitungan berbagai persoalan yang akan dihadapi
dalam manajemen persediaan.
2. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN MANAJEMEN
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah
pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan secara fisik akan
berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di
sisi lain.Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation,
marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara
fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan
Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen
dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Menurut Handoko, Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang
memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan harus
diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Menurut jenisnya, persediaan phisik
terbagi menjadi lima yaitu:
1. Persediaan bahan mentah (raw materials)
Persediaan barang-barang yang berwujud seperti baja, kayu, dll .
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased part/components)
Yaitu persediaan yang terdiri dari komponen-komponen dari perusahaan lain, dimana
komponen-komponen tersebut dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu aatau penolong (supplies)
Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian
atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in proses)
Persediaaan barang-barang yang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses
3. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 3
produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses untuk dijadikan
barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finised goods)
Persediaan barang-barang yang telah selesai dibuat dan siap dijual kapada konsumen.
Menurut fungsinya , persediaan terbagi menjadi tiga yaitu berfungsi sebagai “decoupling”,
“economic lot sizing” dan sebagai antisipasi. Fungsi sebagai decoupling karena memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier, dalam art
mempunyai kebebasan dalam pemenuhan persediaanya sendiri. Sedangkan economic lot sizing
manakala perusahaan melakukan pembelian dalam jumlah besar sehingga biaya-biaya yang
keluarkan menjadi sedikit otomatis akan terjadi penghematan kas oleh perusahaan. Dan fungsi
antisipasi jika terjadi sebuah fluktuasi permintaan oleh perusahaan dan jika perusahaan
menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik
bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan
pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan
selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam
spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak
terganggu).
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu jangan
sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak,
maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan
terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya-biaya yang
terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam
persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam
persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya
asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya kerusakan/kehilangan.
4. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 4
Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan
persediaan yang biasa disebut stock out costseperti : mahalnya harga karena membeli dalam
partai kecil, terganggunya proses produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan.Jika
tidak memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu : 1). Konsumen
menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak mendesak). Hal ini akan mengakibatkan
tertundanya kesempatan memperoleh keuntungan. 2). Konsumen membeli dari pesaing, dan
kembali ke perusahaan (jika kebutuhan mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan tidak ada. 3). Yang terparah
jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan pesaing, artinya kita
kehilangan konsumen.
Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak penempatan pesanan sampai
tersedianya bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya telepon, biaya surat
menyurat, biaya adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok, biaya
pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.
Pengendalian persediaan: aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang
dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian
material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa
pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak
memerlukan persediaan.
MENGAPA PERSEDIAAN DIKELOLA?
1. Persediaan merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.
2. Mempengaruhi pelayanan ke pelanggan.
3. Mempunyai pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.
5. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 5
2. 2 JENIS-JENIS PERSEDIAAN
a. Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent demand
inventory).
b. Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses produksi
dan bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).
2. 3 PERPUTARAN PERSEDIAAN
Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang
selalu dalam keadaaan berputar, dimana secata terus menerus mengalami perubahan. Turnover
menunjukan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan
diganti). Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutar barang
dagangannya, dan menunjukan hubungan antara barang yang diperlukan untuk mengimbangi
tingkat penjualan yang ditentukan.
Menurut Jumingan (2006:128), menerangkan bahwa :
“Perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukan berapa kali barang dijual dan diadakan
kembali selama satu periode akuntansi”.Perputaran persediaan dihitung sebagai berikut :
Perputaran persediaan = Harga PokokPenjualan
Rata – rata Persediaan
Menurut S. Munawir (2007:77), menerangkan bahwa :
“Turn over persediaan adalah merupakan ratio atau jumlah harga pokok barang yang dijual
dengan nilai rata – rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Dibutuhkan konsistensi dalam penggunaan harga pokok penjualan sebagai pembilang karena,
seperti juga persediaan, akun ini disajikan berdasarkan biaya perolehan. Sebaliknya, penjualan,
mencakup margin laba. Persediaan rata – rata dihitung dengan menambah saldo awal dan saldo
6. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 6
akhir persediaan, dan membaginya dengan dua.Perhitungan rata – rata ini dapat diperhalus
dengan rata – rata angka persediaan kuartalan atau bulanan.
2. 4 TUJUAN PERSEDIAAN
1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)
2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
3. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.
4. Menghilangkan/mengurangi risiko keterlambatan pengiriman bahan
5. Menyesuaikan dengan jadwal produksi
6. Menghilangkan/mengurangi resiko kenaikan harga
7. Menjaga persediaan bahan yang dihasilkan secara musiman
8. Mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan.
9. Mendapatkan keuntungan dari quantity discount
10. Komitmen terhadap pelanggan.
2. 5 HAL-HAL YANG DIPERTIMBANGKAN
1. Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
• Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
• Biaya pengiriman pemesanan
• Biaya transportasi
• Biaya penerimaan (Receiving cost)
• Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan
biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
d. Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan
digunakan untuk investasi (Cost of capital).
7. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 7
e. Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah
sesuai dengan nilai persediaan.
f. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
g. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2.6. Model economic order quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS) merupakan metode-metode
yang yang digunakan dalam manajemen persediaan. Metode-metode ini dapat digunakan untuk
barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Dalam implementasinya barang-
barang yang dibeli menggunakan metode dengan nama EOQ, sedangkan nama metode ELS
digunakan pada barang-barang yang diproduksi secara internal. Dalam konsep teori EOQ, model
ini berfungsi untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya
penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost). Model EOQ ini dapat diterapkan
atas dasar asumsi sebagai berikut:
1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui
2. Harga per unit produk adalah konstan
3. Biaya penyimpanan per unit pertahun (H) adalah konstan
4. Biaya pemesanan perpesanan (S) adalah konstan
5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, L) adalah konstan
6. Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”
EOQ dengan “ backorders”
Sangat sering perusahaan dapat, dan akan mengalami, kekurangan persediaan tanpa kehilangan
penjualan selama periode kehabisan peresdiaan (out-of-stock). Bila barang-barang disuplai
terlambat ke pesanan-pesanan di waktu lalu, “backordering” terjadi . Hal ini akan menyebabkan
adanya biaya “backordering” persediaan. Bila biaya backorderingbesarnya proporsional dengan
kuantitas unit dan waktu barang-barang dipesan kembali, model sederhana dapat digunakan
untuk menentukan EOQ.
8. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 8
Anggapan-anggapan dan istilah-istilah model “backorder” identik dengan EOQ dasar tetapi ada
beberapa kekecualian seperti ditunjukkan dalam 11-3 dan diperinci berikut:
1. ada waktu ( t1 ) dimana ada surplus persediaan ( I )
2. waktu ( t2 ) dimana ada kekurangan persediaan ( Q – 1 )
3. setiap siklus memerlukan waktu sama ( tc )
4. biaya “backordering” per unit per tahun adalah konstan ( B, Rp / unit / tahun)
5. backorder dan persediaan dipenuhi secara bersamaan.
Rumus EOQ untuk model ini :
Contoh:
Seorang tenaga penjualan telah menginformasikan kepada departemen pengawasan persediaan
suatu perusahaan bahwa para pelanggan produk tertentu tidak berkeberatan menunggu
pengiriman barang bila diberikan potongan ketika harus menunggu. Tenaga penjualan tersebut
memperkirakan bahwa biaya backordering Rp 150,-per unit per tahun. Parameter-parameter
model lainnya :
D = 250.000 unit/tahun
H = Rp 50,- / unit/ tahun
S = Rp 35.000,-/order.
Dari data-data ini:
a) tentukan economic order quantity ( Q )
b) tentukan jumlah order (siklus) per tahun
c) tentukan jumlah yang dipesan kembali ( Q-1 )
d) tentukan biaya tahunan total
Penyelesaian:
a.
= 18.708 (1,1547)
= 21.602 unit
b. jumlah order siklus pertahun = D/F:
c. Jumlah yang dipesan kembali =Q-I
9. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 9
= 18.708 (0,866)
= 16.202 unit
Backorder = 21.602-16.202=5.400 unit
d.
= 303.796 + 404.950 + 101.241 = Rp. 809.987,-
EOQ dengan Tingkat Produksi Terbatas (Finite Production Rate)
Model EOQ dasar menganggap bahwa kuantitas yang dipesan diterima seluruhnya pada saat
yang sama (seketika), dalam jumlah tunggal Q. Berbagai produk yang dibeli dan diproduksi
sendiri perusahaan tidak selalu memenuhi anggapan tersebut. Jadi, persediaan tidak dipenuhi
semua seketika sebagai secara bertahap. Kuantitas pesanan tidak diterima dalam jumlah besar,
tetapi dalam kuantitas-kuantitas yang lebih kecil sejalan dengan kemajuan produksi. Produk-
produk yang dibeli atau diproduksi sendiri mempunyai tingkat produksi (p) yang relatif lebih
besar daripada tingkat permintaan (d).
Anggapan-anggapan dan istilah-istilah model ini yang berbeda dari model dasar dapat diperinci
sebagai berikut:
1. Kuantitas pesanan tidak dipenuhi semuanya pada saat yang sama tetapi tersedia dalam
kuantitas-kuantitas lebih kecil pada tingkat produksi atau pemenuhan konstan (p).
2. Tingkat permintaan (d) besarnya relatif terhadap tingkat produksi.
3. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat
produksi dikurangi tingkat permintaan (p-d).
4. Selama Q unit diproduksi, besarnya tingkat persediaan maksimum kurang dari Q karena
penggunaan selama pemenuhan.
Rumusan EOQ, atau sering disebut juga economic production quatity (EPQ), model ini:
Contoh: sebuah perusahaan yang memproduksi kalkulator elektronik akan memperbaiki
pengawasan terhadap persediaan. Plastik yang digunakan semua model kalkulator. Perusahaan
memproduksi 500 kalkulator per hari selama 250 hari kerja setahun. Departemen pencetak
plastik mempunyai tingkat produksi 1000 unit perhari. Biaya penyimpanan per unit Rp 500,
pertahun, sedangkan biaya penyiapan mesin Rp 80.000, tentukan hal-hal berikut ini:
10. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 10
a. Economic Order Quantity
b. Biaya persediaan total pertahun
c. Lamanya produksi berjalan (tp)
d. Tingkat produksi maksimum (I)
e. Bandingkan hasil bagian (a) dan (b) dengan hasil menggunakan modal EOQ dasar.
Penyelesaian :
a. D = d (jumlah hari kerja) = 500(250)
= 125.000
= 6.324,56 (1,414)
= 8.944,28 unit
b.
=1.118.035 + 1.118.033 = Rp. 2.236.068
c. Q = p tp
d. I = Q – dtp = ptp-dtp = (p-d) tp
I = (1.000 – 500) 8,944 = 4,472
e. EOQ dasar
Kuantitas pesanan lebih rendah bila tingkat produksi terbatas diabaikan. Anggap bahwa hasil-
hasil bagian (a) dan (b) adalah valid, biaya total nyata menggunakan EOQ dasar adalah:
= 790.570 + 1.581.138 = Rp 2.371.708
2.7. Analisis Persediaan Abc
Analisis ABC merupakan analisis Membagi persediaan kedalam tiga kelas : A, B, dan C,
berdasarkan atas nilai persediaan. Secara umum, identifikasi ke tiga kelompok atau kelas
persediaan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Kelas A : merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15 sampai 20%, tetapi
mempunyai nilai rupiah 60 sampai 90% dari investasi tahunan total dalam persediaan.
Kelas B : merupakan barang-barang dengan jumlah phisik 30 sampai 40%, tetapi bernilai 10
sampai 30% dari investasi tahunan.
Kelas C : merupakan barang-barang dengan jumlah phisik 40 sampai 60%, tetapi bernilai 10
11. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 11
sampai 20% dari investasi tahunan.
Setelah perusahaan mengidentifikasi persediaan menjadi kelas A, B, dan C sistem pengendalian
persediaan yang berbeda dapat digunakan dalam klasifikasi yang berbeda .
No Kelas A Kelas B Kelas C
1 Pengendalian ketat Pengendalian moderat Pengendalian longgar
2 Pengecekan secara ketat revisi skedul Serangkain pengecekan perubahan-perubahan kebutuhan
Pengecekan sedikit dilakukan dengan membandingkan terhadap kebutuhan
3 Monitoring terus menerus Monitoringuntuk kemungkinan kekurangan persediaan Monitoring
tidak perlu atau sedikit dilakukan
Tabel : Pengendalian persediaan masing-masing kelas dalam analisis ABC
2. 8 Masalah Penentuan Nilai Persediaan Bahan
Bila bahan-bahan dibuat menjadi berbagai produk, nilai uangnya dikurangkan dari rekening
bahan mentah dan ditambahkan ke rekening yang menunjukkan barang dalam proses. Kemudian,
investasi bahan diambil dari rekening barang dalam proses dan ditambahkan ke rekening produk
jadi.
Ini tampaknya sederhana, tetapi ada suatu masalah bagaimana menentukan nilai bahan yang
diambil dari persediaan. Sebagai contoh, anggap sebuah tempat penyimapanan penuh dengan
suatu macam barang - misal, 125 unit. Barang-barang tersebut diperoleh dengan cara sebagai
berikut: 25 unit pada harga Rp. 5000/unit, 50 uint pada harga Rp. 6000/unit, dan 50 unit pada
harga Rp. 7000/unit. Perbedaan-perbedaan ini ekstrim, tetapi akan menggambarkan secara jelas
permasalahan. Ada 100 unit yang telah digunakan dalam produksi. Berapa harga atau nilai yang
harus dicantumkan pada daftar permintaan bahan – Rp. 5000, Rp. 6000, Rp.7000 atau kombinasi
dari ketiganya.
Ada 4 metode untuk menjawab pertanyaan ini: MPKP, MTKP, harga rata-rata tertimbang dan
harga standar.
Masuk pertama keluar pertama (MPKP), penggunaan, MPKP atau disebut “First in first out”
(fifo), berarti 25 unit pertama bahan akan dinilai dengan harga Rp. 5000, kemudian 50 unit
12. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 12
berikutnya dengan harga Rp. 6000, dan 25 unit terakhir dengan harga Rp. 7000. Besarnya nilai
bahan total 100 unit adalah:
25 unit a Rp. 5000 = Rp. 125000
50 unit a Rp. 6000 = Rp. 300000
25 unit a Rp. 7000 = Rp. 175000
100 unit Rp. 600000
Dan 25 unit bahan yang masih ada dalam persediaan akan bernilai Rp. 175000. Dalam contoh
ini, MPKP mengecilkan biaya bahan mentah, dan dilain pihak menurunkan perhitungan harga
pokok penjualan, menaikkan laba, dan menaikkan pajak.
Masuk terakhir keluar pertama (MTKP), penggunaan MTKP, atau “Last in first out” (Lifo),
berarti 50 unit pertama bahan akan dinilai dengan harga Rp. 7000 dan 50 unit selanjutnya dengan
harga Rp. 6000. Nilai bahan mentah total 100 unit adalah:
50 unit a Rp. 7000 = Rp. 350000
50 uint a Rp. 6000 = Rp. 300000
100 unit Rp. 650000
Dan 25 unit bahan sisa dalam persediaan bernilai Rp. 125000, MTKP mempunyai pengaruh yang
berlawanan pada laba dan pajak dibanding MPKP. Selama periode waktu harga-harga bahan
mentah naik, laba dan pajak akan turun.
Harga rata-rata tertimbang (weighted average cost) 125 unit bahan bernilai Rp. 775000 atau rata-
rata Rp. 6200/unit. Sehingga, dengan menggunakan metode ini, 100 unit bahan akan dinilai
sebesar Rp. 100 x Rp. 6200= Rp. 620000. 25 unit yang tinggal akan ditunjukkan dengan nilai
Rp. 155000.
Harga standar (standart cost). Nilai persediaan ditentukan atas dasar standar yang telah
ditetapkan. Metode ini biasanya digunakan untuk barang-barang yang dibuat sendiri oleh
perusahaan. Anggap harga standar dalam contoh kita adalah Rp. 5750/unit. Bila ada 100 unit
yang dimasalahkan, maka akan dinilai sebesar 100 x Rp.5750= Rp.575000. 25 unit barang yang
tinggal dalam ruang penyimpanan juga akan dinilai pada harga Rp. 5750/unit, atau 25 x Rp.
5750= Rp. 143750.
Setiap metode akan menghasilkan gambaran biaya produk yang berbeda-beda. Ini berarti laba
yang dihitung berbeda, dan ini mempengaruhi pajak pendapatan perushaan. Juga bila harga
13. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 13
barang jadi ditetapkan atas dasar biaya produksi. Metode penilaian bahan yang digunakan akan
mempengaruhi harga penjualan dan kemungkinan volume penjualan .
14. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 14
BAB III
3.1. Simpulan
Dari pokok bahasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa manajemen persediaan
merupakan fungsi menejerial yang sangat penting, karena persediaan phisik banyak perusahaan
melibatkan investasi terbesar dalam pos aktiva lancar. perencanaan persediaan sangat
berpengaruh penting terhadap roda aktivitas kegiatan produksi. Lebih lanjut lagi jika hal tersebut
dikelola dengan baik dan terukur maka akan kegiatan produksi akan berjalan efektif dan efisien
.
3.2. Penutup
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca khususnya dan pelajaran bagi saya sendiri. kritik yang
membangun sangat kami harapkan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiiin.
15. Ruang LIngkup “MANAJEMEN PERSEDIAAN” 15
DAFTAR PUSTAKA
T. Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPPE, Yogyakarta: 1984
Http://Www.Docstoc.Com/Docs/18199491/Manajemen-Persediaan diakses tangal 2 april 2011