Dokumen tersebut membahas pentingnya penerapan syariat Islam dan keberadaan khilafah sebagai institusi pemerintahan umat Islam. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa syariat dan khilafah bukanlah gagasan baru atau utopis, melainkan telah berlangsung selama 13 abad sejak zaman Rasulullah SAW hingga runtuhnya Khilafah Utsmaniyyah pada tahun 1924. Dokumen tersebut juga mengkritik pola pikir u
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
1. Ketika Syariah dan Khilafah Mendekat dan Lebih Dekat Lagi, bagaimana pendapat anda?
Syariah dan Khilafah bukanlah dongeng lama yang diceritakan ulang. Sama sekali bukan hal
baru juga bukan sesuatu yang utopis. Karena tertetapkannya Islam secara menyeluruh dalam
bingkai Khilafah (Daulah Islamiyah/Negara Islam) sudah pernah berlangsung selama 13 Abad.
Dimulai dari Rasulullah, Khulafa ar-rasyidin, Khilafah Bani Ummayah sampai Khilafah Bani
Utsmani. Baru tahun 1924 diruntuhkan oleh penjahat paling buruk sepanjang sejarah Islam,
Kemal at Tarturk di Turki bekerjasama dengan Inggris.
Sebenarnya jarak kaum muslimin hari ini dari tidak dijadikannya Islam sebagai dasar peraturan
hidup dan Khilafah sebagai institusi penerap kurang dari 1 abad. Sayangnya kaum muslimin lupa
dengan kejayaannya sama sekali bahkan silau dengan negeri-negeri yang ditangan-tangan
mereka masih ada darah-darah saudara seakidah kita yang masih belum kering.
Melaksanakan syariat Allah secara sempurna adalah konsekuensi dari 2 kalimat syahadat yang
senantiasa kita ucapkan. Jadi tidak hanya parsial pada perkara-perkara ibadah saja, tetapi
menjadi aturan bagi menyeluruh bagi seluruh aspek kehidupan. Dan dalam pelaksanaan Islam
kaffah, maka keberadaan Khilafah adalah sebuah keharusan, sebagai payung yang menaungi
seluruh kaum muslimin dibawah satu kepemimpinan, seorang Khalifah.
Secara global dan nasioanal, ide untuk mengembalikan kehidupan Islam banyak mendapat
dukungan sekaligus pertentangan. Kita berbicara di Indonesia saja, dalam sebuah situs berita
harian online, ada yang menyatakan pertentangannya dengan tegas pada sebuah audiensi
peneraparan syariah dan khilafah di Makassar tahun 2013 ini, katanya 'Kalo mau menerapkan
Islam, sana aja tuh di Arab'. Yang dijawab dengan elegan 'Tidak mau menerapkan hukum Allah
ya jangan tinggal di Buminya Allah. Carilah bumi yang lain'. Ya..Allah bahkan menciptakan
sebutir telor semut saja manusia tidak akan mampu. Tidak habis pikir, penentangnya sendiri
pun adalah seorang muslim. Aneh. Mungkin Si Penentang juga tidak sempat berpikir kalo Islam
bukan untuk orang Arab saja.
Secara personal, dalam usaha menyampaikan kepada ummat tentang penerapan syariah-khilafah
merupakan sebuah keharusan dan kewajiban yang harus dipikul bersama, juga banyak
mendapat komentar yang lucu, unik, yang kadang menggelitik akal dan hati. Tak aral kadang
juga bikin nyengir unta atau justru rasanya ingin menangis saja.
Rata-rata pertanyaan pertama yang selalu muncul dari orang-orang yang saya temui adalah:
"Bagaimana mungkin Islam bisa diterapkan di Indonesia dengan keragaman masyarakat dan
agama, bagaimana dengan orang yang bukan Islam?"
Ini menarik. Jika yang bertanya adalah orang bukan muslim wajar, mereka memikirkan
kehidupan mereka nantinya seperti apa di dalam khilafah. Kalo justru seorang muslim....???
2. Jawaban atas pertanyaan tersebut menurut 'logika bodoh' yang pernah disampaikan Ust. felix,
kira-kira : Jika ada 100 Ayam, 15 berpenyakit dan 85 sehat, mana yang akan kita selamatkan?
Pasti yang 15 kita bunuh dan membiarkan 85 yang sehat. Di Indonesia kurang lebih 85% adalah
muslim, yang wajib bagi mereka untuk taat syariat dan tidak boleh ditinggalkan. Sementara
sisanya, 15% adalah kafir yang menjalankan syariat atau tidak sama saja bagi mereka, karena
kekufuran mereka terhadap Allah. Mana yang harus kita perjuangkan? Tentu pihak yang ada
kewajiban bagi mereka untuk menerapkan syariat.
Jawaban pintarnya: Coba kita cerna lagi syahadat yang berulang kali kita ucapkan. Akan kita
dapati bahwa di sana terdapat sumpah kita untuk tunduk pada patuh pada segala sesuatu yang
Allah telah tetapkan atas diri kita. Aqidah Islam sudah jelas menegaskan bahwa Allah adalah
satu-satunya Tuhan. Pada saat yang bersamaan kita harus menafikan keberadaan tuhan-tuhan
yang lain. Artinya Tuhan orang kafir pun adalah Allah, hanya saja mereka mengingkari. Allah
juga yang menciptakan mereka. Harusnya aturan Allah lah yang berada di tengah-tengah
mereka sebagai pemutus perkara. Lagi pula yang harus dipahami adalah ketika Islam diterapkan
dalam bingkai khilafah, bukan lah aqidah mereka yang dipaksakan untuk di tinggalkan, dan
tidak juga dipaksa untuk masuk Islam. Tetapi peraturan Islam yang berlaku ditengah-tengah
manusia lah yang harus/wajib bagi mereka untuk menerima juga melaksanakan. Dan yang
biasanya dilupakan adalah Islam bukan rahmatan lil muslimin tapi rahmatan lil alamin. Jadi apa
pun dan siapa pun termasuk di dalamnya, bahkan sebutir telor semut. Sehingga tidak ada
masalah jika islam diterapkan termasuk dikalangan orang kafir.
Kalo tadi pertanyaan, maka aja juga pernyataan yang menguncang akal.
Salah satunya: “Kalo ingin memperbaiki kondisi -yang kadung rusak dan akan terus rusak-, kita
haru memulai dari hal-hal yang kecil. Kadang perubahan kecil seperti memungut sampah yang
ada di dekat kita saja masi belum bisa dilakukan.”
Ini adalah pernyataan yang paling memilukan. Siapa pun tahu tidak ada perubahan besar untuk
merubah dunia itu dimulai dari memungut sampah dan harus menunggu semua orang mau
memungut sampah. Kasihan. Potret pola pikir kaum intelektual muda muslim. Tidakkah miris?
Atau pernyataan ini: “jangan ngomong khilafah, terlalu jauh. Mulai saja perubahan itu dari diri
kita sendiri, keluarga kita, membaikkan diri dan keluraga kita dengan Islam.”
Pernyataan yang sangat individualis dan egosentris. Yang penting saya….. saya baik, saya tidak
bermaksiat, saya beribadah dengan baik. Lalu bagaimana dengan saudara kita yang lain, yang
tidak mendapatkan akses untuk menjadi baik? .
Oke, bisa jadi ‘saya dan keluarga saya’ bisa menerapkan Islam dengan baik di dalam rumah, tapi
diluar rumah? Apakah bisa ‘saya dan keluarga saya’ tidak memakai ekonomi riba yang
3. disediakan sistem? Tentu tidak. Benar perubahan dari diri sendiri itu niscaya, tapi mencukupkan
perubahan itu hanya untuk diri kita sendiri dan menutup mata pada sekitar itu adalah bentuk
pembodohan. Tidakkah kita ingat hadis rasul yang ini:
"Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam
kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada
sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang
berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di
atasnya. Mereka berkata, "Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu
orang yang berada di atas kita." Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang
bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian
atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula
semua penumpang kapal itu." (HR. Bukhari no. 2493)
Dan tidak ada perubahan besar yang bersifat global, mengarahkan dunia sesuai dengan aturan-aturan
Allah, mengganti sistem yang kufur dengan sistem Islam bisa diwujudkan dengan
perubahan-perubahan kecil. Itu pembodohan. Tidak percaya, lihatlah Al Fatih generasi Islam
terbaik yang terdekat dengan kita. Saat Ia menaklukkan Konstantinopel apakah dia melakukan
perubahan-perubahan kecil? Tidak. Melainkan justru pergerakan massa yang tiada habis,
gelombang serangan yang sangat besar, hebat, taktis dan strategis.
Teman, bukalah mata kita, bukalah pikiran kita, bukalah hati kita. Hari ini Al-quran sudah jauh
dilemparkan ke belakang punggung penguasa-penguasa kita. Aturan Allah digadaikan dan
dikompromikan. Islam dan kaum muslimin ada pada titik paling nadir. Tangan siapa lagi yang
akan terulur untuk menolong agama Allah kalo bukan anda, generasi muda Islam yang paling
hebat yang dicintai Rabb seluruh alam. We Need Syariah- Khilafah.
miris karena, bgitu lah pola pikir ummat saat ini. dangkal, tidak berani berfiikir perubahan
besar, langkah-langkah besar, dan sibuk dengan hal2 kecil yang memang penting tapi sama
sekali tidak mendasar.
4. yang membuat miris dari pertanyaan tersebut adalah: pola pikir toleran kaum muslimin yang
sudah samar tepiannya.
pertanyaan tersebut menunjukkan:
1. orang islam masih sangat peduli, masih sangat menghargai, masih sangat mengerti, kepada
orang-orang kafir, dimana pada saat yang bersamaan mereka justru ingin menghancurkan
islam. bukti baru2 ini, lihat lah nafsiyah mboi, sudah menyuruh umat islam berzina dengan
pekan kondomnya, melegalkan keberadaan obat yang mengandung babi yang sudah jelas bagi
haram bagi orang islam. kristenisasi yang luar biasa marak. aksi masuk islam kayak masuk bis,
keluar masuk sekehendaknya.
di saat minoritas pemeluk agama yang berkoar2 tidak boleh mendholimi mereka justru kita
mendukung, tetapi jika minoritas sudah berbalik menjajah kaum muslimin justru malah
komentar kita 'jangan suudzon, islam agama damai" uda salah, bawa islam lagi. nah ini kan lucu
plus miris.
fakta yang mencerminkan dangkalanya pemahaman dari pertanyaan yang sangat toleran
tersebut adalah kejadian ambon beberapa tahun sila. salah satu anak yang pernah saya temui
di ITS adalah korban dari buruknya perlakuan kaum kafir mayoritas terhadap islam minoritas,
kakanya ingin dibunuh dirumahnya sendiri tanpa alasan yang jelasm dan mereka harus
melarikan diri tengah malam buta dengan kapal kecil berlomba dengan sekelompok orang yang
rela memburu kaum muslimin bahkan saat mereka tidak berdaya.itu potretnya.
tidak ada keinginan utnuk mengadu domba. hanya ingin mengajak utnuk membuka mata inilah
fakta yang harus diketahui., saat islam minoritas maka keberadaannya teramcam. tetapi ketika
kaum kafir menjadi minoritas dipastikan mereka aman.
5. jelas. karena islam adalah agama yang sangat menjaga nyawa. keberadasaan islam sama sekali
tidak memaksakan meeka utnuk menggadaikan aqidah mereka, tetapi aturan praktis yang
digunakan ditengah manusialah yang harus diterima. berbeda dengan kaum kafir yang pasti
dengan terbuka atau misi tersembunyi memaksa kaum muslimin utnuk menanggalkan aqidah
islam kita.
2. kaum muslimin tidak sadar fakta
di jaman yang semakin kapitalis tidak heran orang semakin individualis, dirinya saja yang
dirusui, sehingga lupa dengan apa yang terjadi disekitarnya. tidakkah kita bertanya kenapa SDA
kita dikuasai asing semuanya?. karena aturan kepemilikikan yang digunakan ditengah2 kita
adalah aturan kepemilikan kapitelisme, dmn org/kelompoh bebas untuk sekaya2nya dan bebas
untuk menguasaan kekayaan umum (ESDM), dan meninggalkan aturan kepemilikan islam.
kenapa disekeliling kita banyak orang miskin? tdk punya rumah dst. karena diterapkannya
sistem ekonomi kapitalisme, yang menghalalkan riba. sistem ekonomi riba membuat uang
menjadi komoditi dagang dan hanya tertahan di segolongan orang, sehingga tidak terdistribusi
merata dan muculkan jurang kaya miskin yang lebar. karena ditinggalkannya islam yang
mengharamkan riba dan harta tiadk boleh menumpuk pada satu orang. dst
3. Mencukupkan dirinya dari mempelajari islam
karena ketika kita benar2 paham dengan islam, kita tidak akan meninggalkannya sedetikpun.
dan ketidak pahaman kita muncul karena kemalasan untuk mempelajari islam. bahkan waktu
untuk kita mengalokasikan untuk satunya kunci surga kita 'islam' hampir tidak ada ketimbah
alokasi waktu kita untuk agenda2 yang alih2 membawa manfaat justru mudharat. Allah yang
memberikan kita waktu, jangan kita berikan untuknya hanya -Sisa waktu dari kelelahan-kelelahan
kita-nah
itu juga lucu, pertama ini adalah sikap individualis dan egosentris yang penting saya baik,
saya tidak ikut2an yang ngga jelas, saya tetap dalam keislaman. terus saudara kita yang lain
gmn? siapa yang akan menunjuki mereka ke jalan yang benar?
oke kita dan keluarga kita bisa menerapkan islam dengan baik. tapi bisa kita dan keluarga kita
mengganti sitem ekonomi riba? selama itu belum terganti artinya kita masih dalam kondisi riba
yang bertebaran dimana-mana, pasti akan ada transaksi ribawi. bisa dikatakan kita sudah
berislam dengan baik.
6. oleh karena itu saudaraku, marilah sama-sama, bahu membahu mengangkat kembali umat
menuju kemuliaannya dengan islam yang kaffah dalam bingkai khilafah. tanpa ada khilafah
sebagai daulah islamiyah, lalu negara mana yang akan berani merebut kembali baitul maqdis.
tempat suci pertama kita kaum muslimin, jangan kita lupakan. tanpa khilafah bagaimana kita
bisa mewujudkan berita gembira rasulullah untuk menguasai Roma.
Konstantin telah ditaklukkan al fatih, tidak ingin kah kita menjadi generasi yang membenarkan
janji rasulullah untuk menggenggam roma?
dan tidak bisa kita berdiam diri dan merasa cukup dengan keislaman yang bak bagi diri kita
sendiri. ingatlah hadis rasul
banyak orang, ketika disampaikan atau dibahas mengenai perihal tersebut, -islam, khilafah,
keruntuhannya, dan usaha untuk emngembaalikan kedua hadir ditengah-tengah umat- merasa
berat, dan lebih cenderung berbau kekuasaan dan poltis. sehingga dihidari. bahasan yang
ketika masih usia SD, orang tua sudah mengikutkan saya pada sebuah ponpes yang memiliki
kelas khusus, untuk bisa diikuti setengah hari saja setelah sekolah. suatu kali masuk lah
kesebuah materi fiqih pelaksanaan hukum rajam bagi pezina yang sudah menikah, dan
diasingkan bagi pezina yang belum menikah. otak saya yang masih anak kecil itu masih belum
bisa mencerna terlalu jauh. keyakinan yang saya miliki adalah itu hukum Allah, dan harus bisa
diaplikasikan tentunya. yang saya bayangkan saat itu, apakah hukum ini harus dijalankan dan
bagaimana jika rajam itu dilaksanakan. menyeramkan.
awalnya tidak terpikir bahwa hukum itu akan dilaksanakan, karena sejauh usia SD sampe kelas 6
tidak pernah ada kasus asusila zina bahkan di TV pun, informasinya tidak ada.
sampai kemudian SMP, barulah saya tau sejauh saya mengingat yang namanya rajam, potong
tangan, cambuk dan hukum lain yang sudah Allah dan rasulNya tetapkan TIDAK DIJALANKAN.
7. pertanyaan yang muncul? KENAPA TIDAK DIJALANKAN, padahal di alquran sudah jelas
diperintahkan harusnya tidak ada tawar menawar. dan bagaimana jika itu diterapkan kembali.
pertanyaan yang berkecamuk itu tenggelam dalam sebuah pernyataan guru saya yang samar.
katanya 'sekarang sudah tidak mungkin diterapkan lagi'.
di tahun-tahun berikut, semakin usia bertambah, sekolah naik tingkat, pertanyaan2 tersebut
hilang, sempat disinggung-singgung beberapa kalangan. bahkan di Aceh sampai dicoba untuk
diterapkan, hukum judi, zina/khalwat, dan pemabuk sesuai dengan islam.
dalam pelaksanaanya justru saya mendapati diri saya ada pertententangan dengan pelaksanaan
tersebut. utamanya karena petugas pelaksananya kasar, arogan , dan terkesan superior padahal
sebenarnya mereka juga bukan orang-orang yang teguh dalam keislamannya. penerapan syariat
yang salah mengantarkan saya pada keraguan, bisakah syariat Islam itu menjadi pengatur
urusan manusia, masih cocokkah. pikiran yang menyesatkan seandainya saya mengikutinya.
ide yang cemerlang, tidak biasa, mendapatkan sejuta pertentangan penolakan, bahkan
pembumi hangusan datang beberapa tahun setelah itu.
syariat adalah sebuah kewajiban. aqidah islam yang kita ambil menjelaskan kita bahwa dibalik
keberadaan semesta ada Allah sebagai pencipta, yang menciptakan langit dan bumi serta
seisinya. tidak hanya menciptakan tapi Allah juga menjaga, bagaimana langit itu ditinggikan dan
jatuh menimpa bumi. dan bagaimana bumi dihamparkan seolah bidang persegi padahal bumi
itu bulat. bagaimana gravitasi menjadikan kita tetap berpijak di tanah dan atmosfir melindungi
kita dari meteor2 yang jatuh. siapa kah yang mengatur semua itu jika tidak Allah. lalu jika
semesta tetap dnegan keteraturan yang Allah jaga, apakah kemudian manusia dibiarkan bebas
berlenggang dibumi tanpa panduan. tidak ada kapal yang bisa berlayar dengan selamat di
samudera tanpa navigasi. dan navigasi kita adalah alquran dan assunnah. 2 pengikat manusia.
berdasarkan apa yang tercantum keduanya lah manusia mengerjakan dan tidak mengerjakan
sesuatu.
mengapa kita sholat, puasa, zakat dan haji, saling tolong menolong, tidak membenci, tidak
mendengki tidak mencuri, tidak dhalim kepada yang lain? karena Allah dan rasul sudah
memerintahkan begitu. harusnya kita mengambil semua, islam secara sempurna. tetapi kenapa
ada yang ktita tinggalkan? perintah rajam, potong tangan, cambuk, kita tinggalkan?
kenapa hari ini kita bisa melihat orang-orang yang setengah telanjang padahal mereka muslim.
kenapa kita lihat banyak nyawa2 yang menghilang karena kedholiman?
8. ternyata islam hari ini tidak diterapkan secara kaffah, menyeluruh. tetapi hanya diambil
sepotong-sepotong saja. jika ingin menerapkannya maka tidak bisa tidak harus dengan khilafah,
daulah islamiyah. negara islam, asas negara islam, peraturannya syariah islam, dan
pemimpinnya adalah pemimpin islam yang tidak bisa ditangannya lahir aturan atau kebijakan
melainkan semuanya itu bersumber dari dalil-dalil syarak.
Saat khilafah terwujud,
ehingga
oh bukan, syariah dan khilafah sudah sangat dekat, bagaimana anda menghadapinya