SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012


            APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS
                 DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI
            BAKPIA PATHOK JAYA “25” DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

                                Mustofa Arifin1) dan Musthofa2)
           1) Mahasiswa Program Studi Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

                 2) Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

                            Email: mustofamath08@gmail.com, musthofa@uny.ac.id

                                                     Abstrak
                       Sistem linear max-plus waktu invariant (SLMI) merupakan Sistem Event
              Diskret (SED), di mana waktu aktifitasnya berupa bilangan real. Dalam sistem linear
              max-plus waktu invariant (SLMI) terdapat ketidakpastian dalam waktu aktifitasnya,
              sehingga waktu aktifitas ini dimodelkan sebagai bilangan real. Makalah ini
              membahas tentang penerapan SLMI pada sistem produksi sederhana Bakpia Pathok
              Jaya “25” yang bertujuan untuk dalam mengoptimalisasi waktu produksi Bakpia
              Pathok Jaya “25” dalam perhitungannya digunakan program matlab.

              Kata kunci: Aplikasi, aljabar max-plus, optimalisasi waktu produksi.

                                                     Abstract
                       Max-plus linear system is time invariant (SLMI) is a Discrete Event System
              (SED), at which time the activity in the form of real numbers. In the max-plus linear
              system time invariant (SLMI) there is uncertainty in the activity, so the activity is
              modeled as a real number. This paper focuses on the application of SLMI on a simple
              production system Bakpia Pathok Jaya "25" which aims to optimize production time
              in Bakpia Pathok Jaya "25" is used in the calculation matlab program.

              Keywords: Application, max-plus algebra, optimization of production time.


PENDAHULUAN
         Dalam masalah pemodelan dan optimalisasi suatu sistem produksi, terdapat waktu aktifitas yang
belum diketahui. Hal ini misalkan karena sistem produksi masih pada tahap perancangan, data-data mengenai
waktu aktifitas belum diketahui secara pasti maupun distribusinya. Waktu aktifitas ini dapat diperkirakan
berdasarkan pengalaman maupun pendapat dari para ahli maupun operator sistem produksi tersebut. Untuk
itu waktu aktifitas sistem produksi dimodelkan dalam suatu waktu, yang disebut waktu aktifitas (Rudhito,
2003).
         Aljabar max-plus (himpunan ¡ ∪ {−∞} dengan ¡ himpunan semua bilangan real yang
dilengkapi dengan operasi maksimum, dinotasikan dengan ⊕ dan operasi penjumlahan yang dinotasikan
dengan ⊗ ) telah dapat digunakan dengan baik untuk memodelkan dan menganalisis secara aljabar masalah-
masalah jaringan, seperti masalah: penjadwalan (proyek),sistem antrian, teori graf, kombinatorik, teori
sistem, teori antrian, dan proses stokastik, lebih detailnya dapat dilihat pada seperti B. De Schutter, et.al
(1998), Heidergott (1999), Bacelli,et.al (2001), Kasie G. Farlow, (2009), dan Rudhito, A. (2003) dan hal
tersebut dijadikan acuan pada makalah ini. Secara khusus makalah ini akan membahas mengenai penerapan
Sistem Linear Max-Plus Waktu Invariant dalam mengoptimalisasi waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya ”25”.

SISTEM EVENT DISKRET (SED)
         Aljabar max-plus dapat digunakan untuk menggambarkan secara linear dinamika waktu dari suatu
sistem nonlinear dalam aljabar konvensional, sehingga pembahasan menjadi lebih mudah (Kasie G. Farlow,
2009:11). Pendekatan aljabar max-plus berguna untuk menentukan dan menganalisa berbagai sifat sistem ,
tetapi pendekatan hanya bisa diterapkan pada sebagian klas SED. Sub klas ini adalah sub klas dari waktu
invariant SED deterministik.

        Menurut Necoara et.al. (2008: 1), dalam SED keadaan sistem pasti akan bergantung dengan waktu.

Setiap waktu bertambah, maka keadaan sistem dipastikan berubah pula. Sistem yang demikian ini disebut

                                                    M–1
SLMI SISO



dengan sistem terkendali waktu (time-driven system). Selain sistem tersebut, sering dijumpai pula suatu

sistem yang berkembang berdasarkan kemunculan kejadiannya. Transisi keadaan merupakan hasil dari

kejadian lain yang selaras (kejadian-kejadian yang bertindak sebagai kejadian input bagi transisi keadaan

yang bersangkutan). Dengan kata lain, perubahan keadaan merupakan hasil dari kejadian sebelumnya. Sistem

seperti ini disebut dengan sistem terkendali kejadian (event-driven system).
          Tujuan utama dari jenis sistem event diskret dapat dijabarkan menggunakan model Sistem Linear
Max-Plus Waktu invariant sebagai berikut:
                                x( k +1) = A ⊗x( k ) ⊕B ⊗u ( k ) ………..(1)
                                y ( k ) =C ⊗x (k ) ………….……………….(2)

SISTEM LINEAR MAX-PLUS WAKTU INVARIANT
         Sebuah sistem dikatakan waktu invariant jika respon terhadap suatu urutan input tertentu tidak
tergantung pada waktu mutlak dan deterministik adalah sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat.
Berikut ini akan dibahas mengenai definisi dan teorema yang memenuhi SLMI:

Definisi 9 (Schutter, 1996 : 156)
         Sistem Linear Max-Plus Waktu-Invariant adalah SED (Sistem Event Diskret) yang dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:
                                  x(k+1) = A ⊗ x(k) ⊕ B ⊗ u(k+1)……..(9.1)
                                  y(k) = C ⊗ x(k)……….……………… (9.2)
untuk k = 1, 2, 3, ... , dengan kondisi awal x(0) = x0, A ∈ R max , B ∈ R max , dan C ∈ R max . Vektor x(k)∈
                                                                       n× n             n× m              l ×n


R n menyatakan keadaan (state), u(k)∈ R m adalah vektor input, dan y(k)∈ R lmax adalah vektor output
  max                                   max
sistem saat waktu ke-k.
         SLMI seperti dalam definisi di atas secara singkat akan dituliskan dengan SLMI (A, B, C) dan
dituliskan dengan SLMI (A, B, C, x0), jika kondisi awal x(0) = x0 diberikan. SLMI dengan satu input dan
satu output akan disebut SLMI satu input satu output (SISO). Akan tetapi, SLMI dengan lebih dari satu
input dan lebih dari satu output akan disebut SLMI multi input multi output (MIMO).

Teorema 7 (Input-Output SLMI (A, B, C, x0 )) (Schutter, 1996 : 161)
         Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika vektor output y = [y(1), y(2), ... , y(p)] T dan vektor
input u = [u(1), u(2), ... , u(p)] T pada SLMI (A, B, C, x0 ) , maka
                                                      y = K ⊗ x0 ⊕ H ⊗ u
dengan
            C ⊗A               C ⊗B                 ε              Lε 
           C ⊗ A⊗2           C ⊗ A⊗B              C ⊗B             Lε 
        K =         dan H =                                             
              M                   M                   M         O   M 
                ⊗p                ⊗ p −1                                
           C ⊗ A            C ⊗ A        ⊗B    C ⊗ A ⊗ p −2 ⊗ B L C ⊗ B 
Bukti:
           Jika diberikan kondisi awal x(0) = x0 dan barisan input             {u ( k )}∞ 0 , dengan induksi matematik
                                                                                        k=

                                                              k
akan dibuktikan berlaku x(k) = (    A   ⊗k   ⊗ x(0) ) ⊕ (   ⊕( A
                                                            i=1
                                                                              ⊗k − i   ⊗ B ⊗ u(i) ) untuk k = 1, 2, 3, .......

(7.1)
                                                                                 0
Diperhatikan bahwa           x(1) = A⊗ x(0)⊕B⊗ u(1) = A ⊗ x(0)⊕               A ⊗ ⊗B⊗u(1)
                                                                                               1
                                                            = (   A   ⊗1   ⊗ x(0) ) ⊕ (        ⊕( A
                                                                                               i=1
                                                                                                        ⊗1−i     ⊗ B ⊗ u(i) ).

Jadi, (7.1) benar untuk k = 1.




                                                       M–2
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012


                                                                          n
Misalkan benar untuk k = n yaitu x(n)=( A             ⊗n   ⊗ x(0))⊕(    ⊕A
                                                                        i=1
                                                                            (       ⊗n −i   ⊗B⊗u(i))

maka x(n +1)           = A ⊗ x(n) ⊕ B ⊗ u(n +1)
                                                            n
                       = A ⊗ ((     A   ⊗n   ⊗ x(0)) ⊕ (   ⊕A
                                                           i=1
                                                               (       ⊗n −i   ⊗ B ⊗u(i)))⊕B ⊗u(n+1)

                                                      n
                       = ((   A   ⊗n +1   ⊗ x(0))⊕(   ⊕A
                                                      i=1
                                                          (      ⊗ ( n +1) −i ⊗ B ⊗ u(i)))⊕B ⊗u(n +1)


                                                      n+1
                       = ((   A   ⊗n +1   ⊗ x(0))⊕(   ⊕( A
                                                      i=1
                                                                 ⊗ ( n +1) −i ⊗ B ⊗ u(i)))B⊗u(n+1).


Jadi, (7.1) benar untuk k = n +1.
Akibatnya diperoleh
                                             k
y(k) = (C ⊗   A   ⊗k   ⊗ x(0)) ⊕ (        ⊕ A
                                          i=1
                                              C⊗       ⊗k −i    ⊗ B ⊗ u(i)…………….(7.2)

untuk k = 1, 2, 3, ... .
Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika didefinisikan y = [y(1), y(2), ... , y(p)]T dan u = [u(1), u(2), ... ,
y(p)]T maka dari persamaan (7.2) diperoleh:

     y(1) = C ⊗ A ⊗ x(0) ⊕ C ⊗ B ⊗ u(1)
                          2
     y(2) = C ⊗        A ⊗ ⊗ x(0) ⊕ C ⊗ A ⊗B ⊗ u(1) ⊕ C ⊗ B ⊗ u(2)
                        M
                      p                p −1                 p −2
     y(p) = C ⊗    A ⊗ ⊗ x(0) ⊕ C ⊗ A ⊗ ⊗B ⊗ u(1) ⊕ C ⊗ A ⊗      ⊗B ⊗ u(2) ⊕ … ⊕ C ⊗ B ⊗
    u(p).
Dalam persamaan matriks dapat dituliskan sebagai
       y (1)   C ⊗ A                C ⊗B                                       ε                  L   ε 
       y (2)   C ⊗ A ⊗ 2          C ⊗ A⊗B                                    C ⊗B                 L   ε 
               =          ⊗x(0)⊕                                                                         ⊗
       M           M                    M                                       M                 O   M 
                       p               ⊗ p −1                                  ⊗ p −2                    
       y ( p )  C ⊗ A ⊗          C ⊗ A        ⊗B                           C⊗A        ⊗B          L C ⊗ B
      u (1) 
      u (2) 
             
       M 
             
      u ( p) 
atau y = K ⊗ x(0) ⊕ H ⊗ u ………………….(7.3) dengan
          C ⊗A               C ⊗B                             ε             Lε 
         C ⊗ A⊗2           C ⊗ A⊗B                           C ⊗B           Lε 
      K =         dan H =                                                        
            M                   M                              M         O   M 
              ⊗p                ⊗ p −1                                           
         C ⊗ A            C ⊗ A        ⊗B               C ⊗ A ⊗ p −2 ⊗ B L C ⊗ B 

         Dalam sistem produksi, Teorema 7 berarti bahwa jika diketahui kondisi awal sistem dan barisan
waktu saat bahan mentah dimasukkan ke sistem, maka dapat ditentukan barisan waktu saat produk selesai
diproses dan meninggalkan sistem.

Akibat 6 Input-Output SLMI (A, B, C, ε )(Schutter, 1996: 86)
         Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika vektor output y = [y(1), y(2), ... , y(p)] T dan vektor
input u = [u(1), u(2), ... , u(p)] T pada SLMI (A, B, C, ε ) , maka

                                                                 M–3
SLMI SISO


                        C ⊗B                       ε                      L   ε 
                      C ⊗ A⊗B                    C ⊗B                     L   ε 
y = H ⊗ u dengan H =                                                             .
                            M                       M                     O   M 
                           ⊗ p −1                  ⊗ p −2                        
                     C ⊗ A        ⊗B           C⊗A        ⊗B              L C ⊗ B
Bukti: Seperti bukti Teorema 7, dengan mengambil x0 = ε .
        Dalam sistem produksi, SLMI (A, B, C, ε ) merupakan keadaan awal sistem. Semua penyangga
dalam keadaan kosong dan tidak ada unit pemrosesan yang memuat bahan mentah atau produk setengah jadi.

Teorema 8 (Rudhito, 2003: 62)
         Penyelesaian masalah input paling lambat pada SLMI(A, B, C, ɛ) dengan C ⊗ B ≠ ɛ diberikan oleh
u = [u (1), u (2),..., u ( p )]T dengan −u k ) = max(−y (i ) + H i , k ) , untuk k = 1, 2, …, p.
 ˆ ˆ        ˆ          ˆ                 ˆ(
                                                1≤i ≤ p

Bukti:
      K ⊗ ɛ = ɛ, maka K ⊗ ɛ ⊕ H ⊗ u = H ⊗ u. Hal ini mengakibatkan masalah input paling lambat pada
SLMI (A, B, C, ɛ) menjadi masalah menentukan vektor input u terbesar (waktu paling lambat) yang
memenuhi H ⊗ u        ≤m y. Masalah ini merupakan masalah menentukan sub penyelesaian terbesar sistem
persamaan linear max-plus H ⊗ u = y. C ⊗ B ≠ ɛ maka komponen setiap kolom matriks H tidak semuanya
sama dengan ɛ. Menurut Teorema 8, apabila H ⊗ u = y diberikan oleh u =[u (1), u (2),..., u ( p)]T dengan
                                                                   ˆ   ˆ      ˆ          ˆ
−u k ) = max(− y (i) + H i , k ) , untuk k = 1, 2, …, p.
  ˆ(
            1≤i ≤ p


Teorema 9 (Rudhito, 2003: 64)
        Diberikan SLMI (A, B, C, x0) dengan C ⊗ B ≠ ɛ. Jika K ⊗ x0 ≤m y, maka penyelesaian masalah
input paling lambat pada SLMI (A, B, C, x0) diberikan oleh u =[u (1), u (2),..., u ( p )]T dengan
                                                                   ˆ   ˆ    ˆ        ˆ
 −u k ) = max(− y (i) + H i , k ) , untuk k = 1, 2, …, p.
   ˆ(
            1≤i ≤ p


Bukti:
           K ⊗ x0 ≤ m y, maka K ⊗ x0 ⊕ H ⊗ u = y ⇔ H ⊗ u = y. Selanjutnya bukti seperti pada Teorema 8
di atas.

Berikut dibahas mengenai masalah minimisasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, x0).
Masalah minimisasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, x0) adalah sebagai berikut.
Teorema 10 (Rudhito, 2003: 65)
        Penyelesaian masalah minimasi simpangan maksimum output pada SLMI(A, B, C, ɛ) dengan C ⊗
                                δ
B ≠ ɛ diberikan oleh u = u ⊗
                     % ˆ             dengan   ˆ
                                              u merupakan subpeyelesaian terbesar sistem H ⊗ u = y dan
                                2
δ = max ( y − H ⊗ u )i .
                  ˆ
    i



Bukti:
           K ⊗ ɛ = ɛ, maka K ⊗ ɛ ⊕ H ⊗ u = H ⊗ u. Hal ini mengakibatkan masalah minimasi simpangan
maksimum output ini jadi menentukan vektor input u sedemikian sehingga                max ( y − H ⊗ U )i . Masalah
                                                                                        i
ini merupakan masalah optimisasi yang berkaitan dengan sistem persamaan linear max-plus H ⊗ u = y.
Karena C ⊗ B ≠ ɛ maka komponen setiap kolom matriks H tidak semuanya sama dengan ɛ. Menurut
                                                               δ
Teorema 2.5, suatu penyelesaian     u untuk masalah
                                    %                     u =u ⊗
                                                          % ˆ          , dengan   δ   = max ( y − H ⊗u )i dan
                                                                                                     ˆ          ˆ
                                                                                                                u
                                                                   2                     i

merupakan subpenyelesaian terbesar sistem H ⊗ u = y.

          Pembahasan penyelesaian masalah minimasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, ɛ)
di atas juga dapat diperluas untuk SLMI (A, B, C, x0) dengan x0 ≠ ɛ, seperti diberikan dalam teorema berikut.

Teorema 11 (Rudhito, 2003: 67)
       Diberikan SLMI (A, B, C, x0) dengan C ⊗ B ≠ ɛ. Jika K ⊗ x0 ≤m y, maka penyelesaian masalah


                                                     M–4
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012


                                                                                           δ
minimasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, x0) diberikan oleh u = u ⊗
                                                                          % ˆ                   dengan   ˆ
                                                                                                         u
                                                                                            2
merupakan subpenyelesaian terbesar sistem H ⊗ u = y dan   δ   = max ( y − H ⊗u )i .
                                                                 i
                                                                             ˆ


Bukti:
       K ⊗ x0 ≤ m y, maka maka K ⊗ x0 ⊕ H ⊗ u = y ⇔ H ⊗ u = y. Selanjutnya bukti seperti pada
Teorema 9 di atas.

Asumsi-Asumsi Dalam Sistem Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”
Penggunaan SLMI pada sistem produksi Bakpia Pathok Jaya “25” ini diasumsikan sebagai berikut:
       1. Waktu perhitungan dilakukan untuk proses produksi secara kontinu.
       2. Waktu untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan diproses tidak diperhatikan atau dianggap
           0 (u(1) = 0) dimana k = 0 sehingga k dimulai dari 1, 2, 3 …..
       3. Waktu dibatasi sampai barang siap untuk dipasarkan sehingga dalam hal ini t ke-16 bernilai 0.
       4. Pada input sistem dan antara unit pemrosesan terdapat penyangga (buffer) yang berturut-turut
           disebut buffer input dan buffer internal, dengan kapasitas yang cukup besar untuk menjamin
           tidak ada penyangga yang meluap (overflow).
       5. Suatu unit pemrosesan hanya dapat mulai bekerja untuk suatu produk baru jika telah
           menyelesaikan pemrosesan produk sebelumnya.
       6. Mesin-mesin bisa bekerja pada kondisi awal dan untuk berikutnya tidak perlu menunggu
           kedatangan input karena input sudah selalu tersedia.
       7. Suatu unit pemrosesan hanya dapat mulai bekerja untuk suatu produk baru, jika ia telah
           menyelesaikan pemrosesan produk sebelumnya.
       8. Matriks dalam sistem persamaannya merupakan matriks konstan, yaitu tidak tergantung pada
           parameter k sehingga sistemnya merupakan sistem waktu invariant.
       9. Dalam sekali produksi menggunakan 200 kg kacang hijau.
       10. Diasumsikan kegiatan Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dilakukan dengan jadwal produksi
           yang periodik.
       11. Proses produksi tidak mengalami gangguan dan tidak mengalami cacat pada produk.
       12. Diasumsikan lama waktu yang dibutuhkan pada proses pengayakan tepung, pembungkusan
           bakpia, dan pengepakan bakpia sama untuk pemesanan bakpia dalam jumlah tertentu.
       13. Pemesanan bakpia (pack) hanya dalam jangka waktu sehari dibatasi.
       14. Diasumsikan kegiatan Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” tidak mendahului jadwal yang telah
           ditentukan.
       15. Waktu referensi yang digunakan untuk memulai kegiatan produksi Bakpia Pathok Jaya “25”
           adalah pukul 07.00 WIB.
       16. Sistem kerja dibuat per-shift, sehingga tenaga pekerja tidak terlalu terforsir (waktu istirahat
           tersedia).

Bagan Pemodelan Produksi Bakpia Pathok “25”
         Berdasarkan hasil penelitian produksi Bakpia Pathok Jaya dapat digambarkan dalam bentuk bagan
seperti di bawah ini (Gambar 1).




                                                  M–5
SLMI SISO




                      Gambar 1. Bagan Pemodelan Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”

         Keterangan :
         ti = waktu proses pemindahan bahan yang akan diproses, i = 1,2, 3,….16
         d1 = waktu saat proses penggilingan kacang hijau
         d2 = waktu saat proses pengayakan tepung
         d3 = waktu saat proses perendaman kacang hijau
         d4 = waktu saat proses pencampuran adonan kulit bakpia
         d5 = waktu saat proses pemisahan kulit kacang hijau
         d6 = waktu saat proses pengepressan adonan kulit bakpia
         d7 = waktu saat proses pengukusan kacang hijau
         d8 = waktu saat proses pembentukan kulit bakpia
         d9 = waktu saat proses penggilingan kacang hijau yang telah dikukus
         d10=waktu saat proses pencampuran adonan kacang hijau dengan minyak, gula dan garam
         d11 = waktu pendinginan 1 adonan kacang hijau
         d12 = waktu pendinginan 2 adonan kacang hijau
         d13=waktu proses pembungkusan adonan kacang hijau dengan kulitnya
         d14 = waktu proses pemanggangan bakpia
         d15 = waktu proses pengepakan bakpia
         P1 = penggilingan kacang hijau
         P2 = pengayakan tepung
         P3 = perendaman kacang hijau
         P4 = pencampuran adonan kulit bakpia
         P5 = pemisahan kulit kacang hijau
         P6 = pengepressan adonan kulit bakpia
         P7 = pengukusan kacang hijau
         P8 = pembentukan kulit bakpia
         P9 = penggilingan kacang hijau yang telah dikukus
         P10 = pencampuran adonan kacang hijau dengan minyak, gula dan garam
         P11 = pendinginan 1 adonan kacang hijau
         P12 = pendinginan 2 adonan kacang hijau
         P13 = pembungkusan adonan kacang hijau dengan kulitnya
         P14 = pemanggangan bakpia
         P15 = pengepakan bakpia

Pemodelan Sistem Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dengan SLMI Aljabar Max-Plus
         Sistem Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” ini terdiri dari 15 unit pemrosesan P1, P2, P3, P4, P5, P6,
P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13, P14, dan P15. Kacang hijau dimasukkan ke P1 untuk digiling dan dikirimkan ke P3
untuk dilakukan proses perendaman, dari P3 kemudian dikirimkan sampai dengan P 12 untuk diproses



                                                    M–6
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012


pendinginan. Tepung dimasukkan ke P2 untuk dilakukan pengayakan dan dikirimkan sampai dengan P8 untuk
dilakukan pembentukan kulit bakpia. Waktu pemrosesan untuk P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12,
P13, P14,dan P15 berturut-turut adalah d1 = 20, d2 = 20, d3 = 120, d4 = 28, d5 = 30, d6 = 20, d7 = 30, d8 = 25,
d9 = 30, d10 = 30, d11 = 15, d12 = 5, d13 = 15 , d14 = 15, dan d15 = 20 satuan waktu (menit).
Didefinisikan Proses Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” sebagai berikut:
         i)    u(k+1)    : waktu saat bahan baku kacang hijau dan tepung dimasukkan ke sistem untuk
              pemrosesan ke-(k+1),
         ii) xi(k)       : waktu saat bahan kacang hijau maupun tepung di dilakukan pemrosesan ke-i dan
              mulai bekerja untuk pemrosesan ke-k,
         iii) y(k)       : waktu saat produk bakpia ke-k yang diselesaikan meninggalkan sistem.
          Waktu saat P1 mulai bekerja untuk pemrosesan ke-(k+1) dapat ditentukan sebagai berikut. Unit
pemrosesan P1 hanya dapat mulai bekerja pada sejumlah bahan baku baru segera setelah menyelesaikan
pemrosesan sebelumnya, yaitu sejumlah bahan baku untuk pemrosesan ke-k. . Jika bahan mentah
dimasukkan ke sistem untuk pemrosesan ke-(k+1), maka bahan mentah ini tersedia pada input unit
pemrosesan P1 pada waktu t = u(k+1) + 3. P1 hanya dapat mulai bekerja pada sejumlah bahan baku baru
segera setelah menyelesaikan pemrosesan sebelumnya, yaitu sejumlah bahan baku untuk pemrosesan ke-k.
Waktu pemrosesan pada P1 adalah d1 = 20 satuan waktu (menit), maka produk setengah-jadi ke-k akan
meninggalkan P1 pada saat t = x1(k) + 20. Menggunakan operasi Aljabar Max-Plus maka diperoleh:
           x1(k+1) = max (u(k+1) + 3, x1(k) + 20) untuk k = 1, 2, 3, ...15
                    Dengan alasan yang sama untuk P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13,
         P14,dan P15 waktu saat produk ke-k yang diselesaikan meninggalkan sistem, diperoleh:
         x2(k+1) = max (u(k+1) + 2, x2(k) + 20)
         x3(k+1) = max (x1(k+1) + 20 + 2, x3(k) + 120)
                    = max (max (u(k+1) + 3, x1(k) + 20) + 22, max (u(k+1) + 2, x3(k) + 120)
                    = max ( u(k+1) + 3 + 22, x1(k) + 20 + 22, u(k+1) + 2 , x3(k) + 120)
                    = max ( x1(k) + 42, x3(k) + 120, u(k+1) + 25)
         x4(k+1) = max (x2(k+1) + 20 + 2, x4(k) + 28)
                    = max (max (u(k+1) + 2, x2(k) + 20) + 22, max (u(k+1) + 2, x4(k) + 28)
                    = max ( u(k+1) + 2 + 22, x2(k+1) + 20 + 22, u(k+1) + 2 , x4(k) + 28)
                    = max ( x2(k) + 44, x4(k) + 28, u(k+1) + 24)
                                             M
       x15(k+1) = max (x14(k+1) + 15 + 4, x15(k) + 20)
                = max (max (u(k+1) + 324, x1(k) + 341, x3(k) + 318, x5(k) + 206, x7(k) + 172, x9(k) +
                  138, x10(k) + 107, x11(k) + 58, x12(k) + 31,x2(k) + 142, x4(k) + 116,x6(k) + 78, x8(k) +
                  71, x13(k) + 33, x14(k) + 15) + 19, max (u(k+1) + 4, x15(k) + 20)
                = max (max (u(k+1) + 324 + 19, x1(k) + 341 + 19, x3(k) + 318 + 19, x5(k) + 206+19, x7(k)
                  + 172 + 19, x9(k) + 138 + 19, x10(k) + 107 + 19, x11(k) + 58 + 19, x12(k) + 31 + 19, x2(k) +
                  142 + 19, x4(k) + 116 + 19, x6(k) + 78 + 19, x8(k) + 71+ 19, x13(k) + 33 + 19, x14(k) + 15 +
                  19), max (u(k+1) + 4, x15(k) + 20)
                = max (max (u(k+1) + 343, x1(k) + 360, x3(k) + 337, x5(k) + 225, x7(k) + 191, x9(k) +
                  157, x10(k) + 126, x11(k) + 76, x12(k) + 50, x2(k) + 161, x4(k) + 135, x6(k) + 96, x8(k) +
                  90, x13(k) + 52, x14(k) + 34), max (u(k+1) + 4, x15(k) + 20)
                = max (u(k+1) + 343, x1(k) + 360, x3(k) + 337, x5(k) + 225, x7(k) + 191, x9(k) +
                  157, x10(k) + 126, x11(k) + 76, x12(k) + 50, x2(k) + 161, x4(k) + 135, x6(k) + 96,
                  x8(k) + 90, x13(k) + 52, x14(k) + 34, x15(k) + 20)
       y(k)     = x15(k) + 20 + 0 untuk k = 1, 2, 3, ... .

Analisis Input-Output SLMI dalam mengoptimalisasi Waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”
      Berdasarkan pemodelan sistem persamaan linear aljabar maxplus tersebut dapat dituliskan persamaan
matriks dalam Sistem Linear Max-Plus waktu Invariant, persamaan-persamaannya menjadi:
                               x ( k +1) = A ⊗x ( k ) ⊕B ⊗ ( k ) ………..(1)
                                                            u
                               y ( k ) =C ⊗x (k ) …………….…………….(2)
      Matriks A sebagai sistem produksi Bakpia Pathok Jaya “25” yang sedang berlangsung, matriks B waktu
transfer dari awal bahan baku masuk ke sistem produksi sebelum kejadian ke-i, lalu matriks C waktu
kejadian akhir dan waktu transfer sebelum produk Bakpia Pathok Jaya “25” dapat diambil atau selesai
dikerjakan, dan matriks x sebagai deadline waktu untuk tiap pemroses (mesin/manual) bahan sesuai bahan
yang dimasukkan.




                                                     M–7
SLMI SISO


                        20    ε       ε     ε     ε     ε     ε    ε         ε     ε    ε    ε    ε    ε ε               3 
                        ε     20      ε     ε     ε     ε     ε    ε         ε     ε    ε    ε    ε    ε ε               2 
                                                                                                                         
                        42    ε      120    ε     ε     ε     ε    ε         ε     ε    ε    ε    ε    ε ε               25 
                                                                                                                         
                        ε     44      ε     28    ε     ε     ε    ε         ε     ε    ε    ε    ε    ε ε               24 
                        165   ε      143    ε     30    ε     ε    ε         ε     ε    ε    ε    ε    ε ε               148 
                                                                                                                         
                        ε     74      ε     58    ε     20    ε    ε         ε     ε    ε    ε    ε    ε ε               54 
                       199    ε      177    ε     64    ε     30   ε         ε     ε    ε    ε    ε    ε ε               182 
                                                                                                                         
          x ( k + 1) =  ε     96      ε     70    ε     42    ε    25        ε     ε    ε    ε    ε    ε ε  ⊗ x ( k ) ⊕  76  ⊗ u ( k + 1)
                        232    ε     210    ε     97    ε     63   ε         30    ε    ε    ε    ε    ε ε               215 
                                                                                                                         
                        264    ε     242    ε    129    ε     95   ε         62    30   ε    ε    ε    ε ε               247 
                                                                                                                         
                        298    ε     276    ε    163    ε    129   ε         96    64   15   ε    ε    ε ε               281
                        315    ε     292    ε    180    ε    146   ε        112    81   32    5   ε    ε ε               298
                                                                                                                         
                        323   124    300    98   188    60   154   53       120    89   40   13   15   ε ε               306 
                        341   142    318   116   206    78   172   71       138   107   58   31   33   15 ε              324 
                                                                                                                         
                        360
                              161    337   135   225    97   191   90       157   126   77   50   52         
                                                                                                        34 20             343 
                                                                                                                           
         y(k) = [ ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε 20] ⊗ x(k)
untuk k = 1, 2, 3, ..., 15 dengan x(k) = [x1(k), x2(k), x3(k), x4(k), x5(k), x6(k), x7(k), x8(k), x9(k), x10(k), x11(k),
x12(k), x13(k), x14(k), x15(k)] T.Dengan perhitungan program matlab maxio diperoleh lama waktu proses
Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan Waktu Keadaan dan Output Lama Proses Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”
                        u(k)         1       2      3         4          5         6      7
                                                                     10            12
                         x1          20     40      60        80                         140
                                                                      0             0
                                                                     10            12
                         x2          21     41      61        81                         141
                                                                      1             1
                                            16      28        40     52            64
                         x3          42                                                  762
                                             2       2         2      2             2
                                                    10        12     15            18
                         x4          45     73                                           213
                                                     1         9      7             5
                                     16     19      30        42     54            66
                         x5                                                              785
                                      5      5       5         5      5             5
                                            10      13        15     18            21
                         x6          75                                                  243
                                             3       1         9      7             5
                                     19     22      33        45     57            69
                         x7                                                              819
                                      9      9       9         9      9             9
                                            12      14        17     20            22
                         x8          97                                                  257
                                             2       7         3      1             9
                                     23     26      37        49     61            73
                         x9                                                              852
                                      2      2       2         2      2             2
                                     26     29      40        52     64            76
                         x10                                                             884
                                      4      4       4         4      4             4
                                     29     32      43        55     67            79
                         x11                                                             918
                                      8      8       8         8      8             8
                                     31     34      45        57     69            81
                         x12                                                             934
                                      5      5       4         4      4             4
                                     32     35      46        58     70            82
                         x13                                                             942
                                      3      3       2         2      2             2
                                     34     37      48        60     72            84
                         x14                                                             960
                                      1      1       0         0      0             0
                                     36     39      49        61     73            85
                         x15                                                             979
                                      0      0       9         9      9             9
                                     38     41      51        63     75            87
                        y(k)                                                             999
                                      0      0       9         9      9             9


        Waktu maksimal produksi dalam sehari kurang lebih 10 jam (600 menit) dengan waktu kerja
dimulai dari pukul 07.00 – 17.00 wib, dari output tabel 1 dengan waktu penyelesaian produksi (menit) ≤
600 menunjukan bahwa dalam sehari Perusahaan Bakpia Pathok Jaya “25” hanya bisa melakukan 3 kali
produksi bakpia karena keterbatasan waktu dan hal ini juga berarti bahwa jumlah bakpia yang bisa dipesan
dalam jumlah yang terbatas yakni sekitar 3750 pack bakpia isi 20 atau 3000 pack bakpia isi 25.

        Berikut ini merupakan penjadwalan waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” secara periodik (isi
20/pack):
                    Tabel 2. Jadwal Periodik Waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”
   Proses Kegiatan Produksi                                                                    WAKTU MEMULAI PRODUKSI (WIB)



                                                                                   M–8
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012


                                                                               Produksi ke
                                                        1       2       3          4              5      6      7
                                                       07.0    07.2    07.4       08.0           08.2   08.4
   Penggilingan Kacang Hijau                                                                                   09.00
                                                        0       0       0          0              0      0
                                                       07.0    07.2    07.4       08.0           08.2   08.4
   Pengayakan Tepung                                                                                           09.01
                                                        1       1       1          1              1      1
                                                       07.2    09.2               13.2           15.2   17.2
   Perendaman Kacang Hijau                                             11.22                                   19.22
                                                        2       2                  2              2      2
                                                       07.2    07.5    08.2       08.4           09.1   09.4
   Pencampuran adonan kulit bakpia                                                                             10.13
                                                        5       3       1          9              7      5
                                                       09.2    09.5               13.4           15.4   17.4
   Pemisahan kulit kacang hijau                                        11.45                                   19.45
                                                        5       5                  5              5      5
                                                       07.5    08.2    08.5       09.1           09.4   10.1
   Pengepresan adonan kulit bakpia                                                                             10.43
                                                        5       3       1          9              7      5
                                                       09.5    10.2    12.1       14.1           16.1   18.1
   Pengukusan kacang hijau                                                                                     20.19
                                                        9       9       9          9              9      9
                                                       08.1    08.4    09.0       09.3           10.0   10.2
   Pembentukan kulit bakpia                                                                                    10.57
                                                        7       2       7          3              1      9
                                                       10.3            12.5       14.5           16.5   18.5
   Penggilingan Kacang Hijau (setelah dikukus)                 11.02                                           20.52
                                                        2               2          2              2      2
                                                                       13.2       14.2           16.2   18.2
   Pencampuran adonan kacang hijau                     11.04   11.34                                           20.24
                                                                        4          4              4      4
                                                               12.0    13.5       14.5           16.5   18.5
   Pendinginan 1                                       11.38                                                   20.58
                                                                8       8          8              8      8
                                                               12.2    14.1       15.1           16.1   18.1
   Pendinginan 2                                       11.55                                                   21.14
                                                                5       4          4              4      4
                                                       12.0    12.3    14.2       15.2           16.2   18.2
   Pembungkusan Adonan kacang hijau dengan kulitnya                                                            21.22
                                                        3       3       2          2              2      2
                                                       12.2    12.5    14.4       15.4           16.4   18.4
   Pemanggangan bakpia                                                                                         21.40
                                                        1       1       0          0              0      0
                                                       12.4    13.1    14.5       15.5           16.5   18.5
   Pengepakan bakpia                                                                                           21.59
                                                        0       0       9          9              9      9
                                                       13.0    13.3    15.1       16.1           17.1   19.1
   Pengambilan bakpia (produk jadi)                                                                            22.19
                                                        0       0       9          9              9      9

         Dari hasil output matlab file maxio (penerapan definisi 9 dan teorema 7) dengan input waktu yang
diperlukan saat bahan yang dimasukkan untuk diproses dari saat produksi pertama sampai produksi ke-7,
yang memenuhi untuk kegiatan perharinya dengan waktu kerja yang telah ditentukan dari pukul 07.00 wib sd
pukul 17.00 wib yakni tabel 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika produksi bakpia dilakukan secara
maksimal dan kontinu maka hasil bakpia perharinya dapat mencapai optimal pada produksi ke-4.
Dari hasil perhitungan matlab kx0 dan Hu diperoleh bahwa:
K ⊗ x0 = [ 380; 410;519;639;759;879;999;1119;1239;1359;1479;1599;1719;1839;1959]
                                                                                             T



H ⊗ u = [ 363,393,502,622, 742,862,982,1102,1222,1342,1462,1582,1702,1822,1942] maka
                                                                                         T



 y = [ 380, 410,519,639,759,879,999,1119,1239,1359,1479,1599,1719,1839,1959] karena K ⊗ x0 > H ⊗ u .
                                                                          T


            Dengan hasil tersebut maka y digunakan sebagai batas minimal untuk mengoptimalisasi waktu
produksi bakpia pada program matlab maxioopt, K ⊗ x0 ≤ m y. Dengan syarat tersebut produsen bakpia dapat
menentukan waktu optimal memulai produksi Bakpia Pathok Jaya “25” agar dapat memenuhi permintaan
konsumen yang telah melakukan pemesanan bakpia dengan menentukan waktu pengambilan bakpia sebelum
proses produksi dimulai. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan optimalisasi Aljabar
Max-Plus. Waktu produksi bakpia dapat dilakukan optimalisasi dengan menggunakan program matlab
maxioopt. Misalkan konsumen memesan bakpia berturut-turut dengan waktu (menit) yang telah ditentukan
yakni y = [390, 420, 529, 739, 859, 979, 1099, 1219, 1339, 1459, 1479, 1699, 1919, 2039, 2459] T maka
sebelum produsen menentukan waktu optimal (subpenyelesaian terbesar) memulai kegiatan produksi, dengan
perhitungan matlab (penerapan definid 9, teorema 7, teorema 9 dan teorema 11) diperoleh output maxioopt
yang dapat dilihat seperti di bawah ini :




                                                      M–9
SLMI SISO


        u = H T ⊗ (− y )
        ˆ
          = [ 17,57,166,376, 496, 616, 736,856, 976,1086,1116,1336,1556,1676, 2096 ]
                                                                                            T


         y = K ⊗ x(0) ⊕ H ⊗ u
         ˆ                  ˆ
          = [ 380, 420,529, 739,859,979,1099,1219,1339,1449,1479,1699,1919, 2039, 2459 ]
                                                                                                T



        u = [ 22, 62,171, 381, 501, 621, 741,861, 981,1091,1121,1341,1561,1681, 2101]
                                                                                        T
        %
         y = K ⊗ x(0) ⊕ H ⊗ u
         %                  %
          = [ 385, 425,534, 744,864,984,1104,1224,1344,1454,1484,1704,1924, 2044, 2464 ]
                                                                                                T




        Perhitungan tersebut mempermudah produsen dalam menentukan waktu optimal memulai proses
                                                 ˆ
Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”, dalam hal ini u dan u merupakan subpenyelesaian terbesar sekaligus
                                                         %
                                       ˆ
waktu optimal dalam sistem produksi. u dan u digunakan untuk menentukan jadwal produksi periodik
                                              %
sehingga waktu produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dapat dioptimalisasi.
        Tabel 3. Jadwal Pemesanan Bakpia Pathok Jaya “25” dengan Waktu Mulai Memasukan Bahan
Sampai Waktu Pengambilan Produk dalam jangka waktu satu hari (WIB)

                                             Waktu
                              Waktu          tercepat     Waktu produksi      Waktu terlama         Waktu produksi
         Pemesanan
                           pengambilan      memulai       selesai tercepat   memulai produksi        selesai terlama
           Bakpia
                               (y)
                                            produksi             ˆ
                                                                 y                  u
                                                                                    %                      y
                                                                                                           %
                                               ˆ
                                               u
             1         Pukul 13.30       Pukul 07.17      Pukul 13.20        Pukul 07.22            Pukul 13.25
             2         Pukul 14.00       Pukul 07.57      Pukul 14.00        Pukul 08.02            Pukul 14.05
             3         Pukul 15.49       Pukul 09.46      Pukul 15.49        Pukul 09.51            Pukul 15.54
             4         Pukul 19.19       Pukul 13.16      Pukul 19.19        Pukul 13.21            Pukul 19.24


         Waktu optimal bagi produsen untuk memulai proses Produksi dari tabel 3 untuk pemesanan 1 yakni
dengan memilih u karena dengan memulai produksi pada pukul 07.22 maka konsumen yang telah memesan
                 %
Bakpia Pathok Jaya “25” dapat mengambil pesanannya pada pukul 13.25 wib atau setelahnya, dari hal
tersebut produsen dapat melayani konsumen tepat waktu dengan menggunakan tabel tersebut sebagai acuan
memulai produksi. Selain itu produsen juga bisa memenuhi pemesanan 2 dan 3 tepat waktu dengan memilih
 ˆ
u sebagai waktu optimal (subpenyelesaian terbesar). Produksi keempat dan seterusnya tidak bisa dijadikan
acuan karena telah melewati waktu kerja dalam produksi yaitu pukul 07.00-17.00 wib (kecuali ada kerja
lembur). Penjadwalan yang telah dilakukan seperti pada tabel 3 merupakan penjadwalan yang digunakan
produsen untuk mengoptimalisasi waktu input (memasukan bahan-bahan) dan waktu output (penyelesaian
produk bakpia) sehingga tabel tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan memulai produksi sehingga
waktu produksi bakpia dapat dioptimalisasi sehingga pemesanan bakpia untuk waktu tertentu (ditentukan
pemesan/konsumen) dapat dilayani tepat waktu.

KESIMPULAN
        Dari penelitian ini Metode Sistem Linear Max-Plus Waktu Invarian Satu Input Satu Output (SLMI
SISO) pada Sistem Event Diskret (SED) Aljabar Max-Plus yang diterapkan pada Sistem Produksi Perusahaan
Bakpia Pathok Jaya “25 dapat disimpulkan bahwa :
        1. Persamaan x(k+1) = A ⊗ x(k) ⊕ B ⊗ u(k+1) dan y(k) = C ⊗ x(k) untuk k = 1, 2, 3, ...15, dapat
            digunakan untuk memodelkan proses Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” (pemodelan sesuai
            halaman M-7). Selain itu diperoleh juga jadwal periodik Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”
            (tabel 2) yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan waktu memulai produksi dan
            waktu penyelesaian produk Bakpia Pathok Jaya “25”.
        2. Cara mengoptimalisasi waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dengan metode Sistem Linear
            Max-Plus Waktu Invarian (SLMI) ada 2 cara yakni bagi produsen dapat menentukan waktu
            mulai produksi dengan memilih diantara u atau u sehingga waktu penyelesaian produk y
                                                      ˆ       %                                      ˆ
             atau y yang mendekati waktu pengambilan pemesanan yang telah ditentukan oleh konsumen
                   %
                                                             ˆ
             (seperti tabel 3). Jadi, produsen dapat memilih u atau u (subpenyelesaian terbesar SLMI pada
                                                                    %
             sistem produksi ini) agar dapat mengoptimalisasi waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”
             sehingga hasil produksi dapat memenuhi permintaan konsumen dan pesanan bakpia juga dapat
             dilayani tepat waktu.




                                                        M–10
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012



Referensi
[1] Anton, Howard & Chris Rorres. (2005). Aljabar Linier Elementer edisi 8. (Alih bahasa : Irzam
     Harmein, Julian Gressando, editor : Amalia Safitri). Jakarta: Erlangga.
[2] Baccelli, F., Cohen, G., Olsder, G.J. and Quadrat, J.P. (2001). Synchronization and Linearity. New York:
     John Wiley & Sons.
[3] Butkovic, Peter. (2010). Max-linear systems : Theory and Algorithms. New York : Springer
[4] B. Heidergott, B., dkk. ( 2005). Max Plus at Work Chapter 1. Princeton: Princeton
     University Press.
[5] De Schutter, B. (1996). Max-Algebraic System Theory for Discrete Event Systems. PhD Thesis. Leuven:
     Department of Electrical Engineering, Katholieke Universiteit.
[6] De Schutter B. and T. van den Boom. (2000). Model predictive control for max-plus-linear discrete-
     event systems:Extended report & Addendum. A short version of this report has been published in
     Automatica, vol. 37, no. 7, pp. 1049–1056. Faculty of Information Technology and System, Delt
     University of Technology, Delft.
[7] Farlow, Kasie G. (2009). Max-Plus Algebra. Thesis submitted to the Faculty of the Virginia Polytechnic
     Institute and State University
[8] Necoara I., De Schutter B., T. van den Boom, and H. Hellendoor. (2008). Model Predictive Control for
     Uncertain Max-Min-Plus-Scaling Systems. International Journal of Control, vol. 81, no. 5, pp. 701–713.
[9] Siang, Jong Jek. (2002). Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Yogyakarta : Andi.
[10] Rudhito, Andy. (2003). Sistem Linear MaxPlus Waktu Invariant. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta:
     Program Pascasarjana Unversitas Gajah Mada. Yogyakarta.
[11] Rudhito, Andy. (2004). “Semimodul atas Aljabar Max-Plus”. Jurnal Sains dan Teknologi SIGMA, 7 (2):
     131-139.
[12] Rudhito, Andy. (2005). “Sistem Persamaan Linear Max-Plus”. Jurnal Sains dan Teknologi SIGMA, 7
     (2): 157-164.
[13] Subiono. (2010). Aljabar Maxplus dan Terapannya. Surabaya : Jurusan Matematika, FMIPA-ITS,
     Surabaya.




Reviewer,                                                             Mengetahui,
                                                                      Dosen Pembimbing,




Dr. Agus Maman Abadi                                                  Musthofa, M.Sc
NIP. 197008281995021001                                               NIP. 198011072006041001




                                                   M–11

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Arvina Frida Karela
 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DHeni Widayani
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuAnderzend Awuy
 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksSafran Nasoha
 
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...Onggo Wiryawan
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal DistributionAPG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal DistributionRani Nooraeni
 
Penerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normalPenerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normalhidayatulfitri
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05KuliahKita
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Metode maximum likelihood
Metode maximum likelihoodMetode maximum likelihood
Metode maximum likelihoodririn12
 
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Indra Gunawan
 

Mais procurados (20)

Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
 
kekontinuan fungsi
kekontinuan fungsikekontinuan fungsi
kekontinuan fungsi
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
Ring
RingRing
Ring
 
Kalkulus modul vi kontinuitas
Kalkulus modul vi kontinuitasKalkulus modul vi kontinuitas
Kalkulus modul vi kontinuitas
 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriks
 
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal DistributionAPG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
 
Penerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normalPenerapan distribusi normal
Penerapan distribusi normal
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
 
L i m i t
L i m i tL i m i t
L i m i t
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Metode maximum likelihood
Metode maximum likelihoodMetode maximum likelihood
Metode maximum likelihood
 
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
Bilangan prima dan tfm ( teori & aplikasi )
 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
 
Contoh ruang metrik
Contoh ruang metrikContoh ruang metrik
Contoh ruang metrik
 
letis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskritletis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskrit
 

Semelhante a Jurnal aplikasi sistem persamaan linear aljabar max-plus dalam mengoptimalisasi waktu produksi bakpia pathok 25

Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxSinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxNdysP
 
Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1
Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1
Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1DEDEALAMSYAHSPd
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedwahyuddin S.T
 
Tutorial visual basic
Tutorial visual basicTutorial visual basic
Tutorial visual basicelfani_rahmi
 
Eksponen dan logaritma
Eksponen dan logaritmaEksponen dan logaritma
Eksponen dan logaritmayulika usman
 
Algoritma Brute Force 12345678901112.ppt
Algoritma Brute Force 12345678901112.pptAlgoritma Brute Force 12345678901112.ppt
Algoritma Brute Force 12345678901112.pptELDONIMOSUL1
 
Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18kasega
 
Sttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiSttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiPrayudi MT
 
Sttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiSttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiPrayudi MT
 
Kalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Kalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiKalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Kalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiPrayudi MT
 

Semelhante a Jurnal aplikasi sistem persamaan linear aljabar max-plus dalam mengoptimalisasi waktu produksi bakpia pathok 25 (20)

Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxSinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 
Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1
Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1
Referensi Materi Algoritma Brute Force Bagian 1
 
Diferensial
DiferensialDiferensial
Diferensial
 
04 fuzzy ruledecompositions
04 fuzzy ruledecompositions04 fuzzy ruledecompositions
04 fuzzy ruledecompositions
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
 
Tutorial visual basic
Tutorial visual basicTutorial visual basic
Tutorial visual basic
 
Ekonomi manajerial permintaan (kuliah2)
Ekonomi manajerial permintaan (kuliah2)Ekonomi manajerial permintaan (kuliah2)
Ekonomi manajerial permintaan (kuliah2)
 
Eksponen dan logaritma
Eksponen dan logaritmaEksponen dan logaritma
Eksponen dan logaritma
 
13184085.ppt
13184085.ppt13184085.ppt
13184085.ppt
 
Teknik Counting 2
Teknik Counting 2Teknik Counting 2
Teknik Counting 2
 
Makalah mtk
Makalah mtkMakalah mtk
Makalah mtk
 
Algoritma Brute Force 12345678901112.ppt
Algoritma Brute Force 12345678901112.pptAlgoritma Brute Force 12345678901112.ppt
Algoritma Brute Force 12345678901112.ppt
 
Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18
 
Algoritma brute force
Algoritma brute forceAlgoritma brute force
Algoritma brute force
 
Sttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiSttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 04 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
 
Sttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiSttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Sttm tm 03 modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
 
Kalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Kalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisiKalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
Kalkulus modul 2 fungsi dan limit fungsi revisi
 
integral print mhs
integral print mhsintegral print mhs
integral print mhs
 
6 pencocokan-kurva
6 pencocokan-kurva6 pencocokan-kurva
6 pencocokan-kurva
 

Jurnal aplikasi sistem persamaan linear aljabar max-plus dalam mengoptimalisasi waktu produksi bakpia pathok 25

  • 1. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012 APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINEAR ALJABAR MAX-PLUS DALAM MENGOPTIMALISASI WAKTU PRODUKSI BAKPIA PATHOK JAYA “25” DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mustofa Arifin1) dan Musthofa2) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 2) Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Email: mustofamath08@gmail.com, musthofa@uny.ac.id Abstrak Sistem linear max-plus waktu invariant (SLMI) merupakan Sistem Event Diskret (SED), di mana waktu aktifitasnya berupa bilangan real. Dalam sistem linear max-plus waktu invariant (SLMI) terdapat ketidakpastian dalam waktu aktifitasnya, sehingga waktu aktifitas ini dimodelkan sebagai bilangan real. Makalah ini membahas tentang penerapan SLMI pada sistem produksi sederhana Bakpia Pathok Jaya “25” yang bertujuan untuk dalam mengoptimalisasi waktu produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dalam perhitungannya digunakan program matlab. Kata kunci: Aplikasi, aljabar max-plus, optimalisasi waktu produksi. Abstract Max-plus linear system is time invariant (SLMI) is a Discrete Event System (SED), at which time the activity in the form of real numbers. In the max-plus linear system time invariant (SLMI) there is uncertainty in the activity, so the activity is modeled as a real number. This paper focuses on the application of SLMI on a simple production system Bakpia Pathok Jaya "25" which aims to optimize production time in Bakpia Pathok Jaya "25" is used in the calculation matlab program. Keywords: Application, max-plus algebra, optimization of production time. PENDAHULUAN Dalam masalah pemodelan dan optimalisasi suatu sistem produksi, terdapat waktu aktifitas yang belum diketahui. Hal ini misalkan karena sistem produksi masih pada tahap perancangan, data-data mengenai waktu aktifitas belum diketahui secara pasti maupun distribusinya. Waktu aktifitas ini dapat diperkirakan berdasarkan pengalaman maupun pendapat dari para ahli maupun operator sistem produksi tersebut. Untuk itu waktu aktifitas sistem produksi dimodelkan dalam suatu waktu, yang disebut waktu aktifitas (Rudhito, 2003). Aljabar max-plus (himpunan ¡ ∪ {−∞} dengan ¡ himpunan semua bilangan real yang dilengkapi dengan operasi maksimum, dinotasikan dengan ⊕ dan operasi penjumlahan yang dinotasikan dengan ⊗ ) telah dapat digunakan dengan baik untuk memodelkan dan menganalisis secara aljabar masalah- masalah jaringan, seperti masalah: penjadwalan (proyek),sistem antrian, teori graf, kombinatorik, teori sistem, teori antrian, dan proses stokastik, lebih detailnya dapat dilihat pada seperti B. De Schutter, et.al (1998), Heidergott (1999), Bacelli,et.al (2001), Kasie G. Farlow, (2009), dan Rudhito, A. (2003) dan hal tersebut dijadikan acuan pada makalah ini. Secara khusus makalah ini akan membahas mengenai penerapan Sistem Linear Max-Plus Waktu Invariant dalam mengoptimalisasi waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya ”25”. SISTEM EVENT DISKRET (SED) Aljabar max-plus dapat digunakan untuk menggambarkan secara linear dinamika waktu dari suatu sistem nonlinear dalam aljabar konvensional, sehingga pembahasan menjadi lebih mudah (Kasie G. Farlow, 2009:11). Pendekatan aljabar max-plus berguna untuk menentukan dan menganalisa berbagai sifat sistem , tetapi pendekatan hanya bisa diterapkan pada sebagian klas SED. Sub klas ini adalah sub klas dari waktu invariant SED deterministik. Menurut Necoara et.al. (2008: 1), dalam SED keadaan sistem pasti akan bergantung dengan waktu. Setiap waktu bertambah, maka keadaan sistem dipastikan berubah pula. Sistem yang demikian ini disebut M–1
  • 2. SLMI SISO dengan sistem terkendali waktu (time-driven system). Selain sistem tersebut, sering dijumpai pula suatu sistem yang berkembang berdasarkan kemunculan kejadiannya. Transisi keadaan merupakan hasil dari kejadian lain yang selaras (kejadian-kejadian yang bertindak sebagai kejadian input bagi transisi keadaan yang bersangkutan). Dengan kata lain, perubahan keadaan merupakan hasil dari kejadian sebelumnya. Sistem seperti ini disebut dengan sistem terkendali kejadian (event-driven system). Tujuan utama dari jenis sistem event diskret dapat dijabarkan menggunakan model Sistem Linear Max-Plus Waktu invariant sebagai berikut: x( k +1) = A ⊗x( k ) ⊕B ⊗u ( k ) ………..(1) y ( k ) =C ⊗x (k ) ………….……………….(2) SISTEM LINEAR MAX-PLUS WAKTU INVARIANT Sebuah sistem dikatakan waktu invariant jika respon terhadap suatu urutan input tertentu tidak tergantung pada waktu mutlak dan deterministik adalah sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat. Berikut ini akan dibahas mengenai definisi dan teorema yang memenuhi SLMI: Definisi 9 (Schutter, 1996 : 156) Sistem Linear Max-Plus Waktu-Invariant adalah SED (Sistem Event Diskret) yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: x(k+1) = A ⊗ x(k) ⊕ B ⊗ u(k+1)……..(9.1) y(k) = C ⊗ x(k)……….……………… (9.2) untuk k = 1, 2, 3, ... , dengan kondisi awal x(0) = x0, A ∈ R max , B ∈ R max , dan C ∈ R max . Vektor x(k)∈ n× n n× m l ×n R n menyatakan keadaan (state), u(k)∈ R m adalah vektor input, dan y(k)∈ R lmax adalah vektor output max max sistem saat waktu ke-k. SLMI seperti dalam definisi di atas secara singkat akan dituliskan dengan SLMI (A, B, C) dan dituliskan dengan SLMI (A, B, C, x0), jika kondisi awal x(0) = x0 diberikan. SLMI dengan satu input dan satu output akan disebut SLMI satu input satu output (SISO). Akan tetapi, SLMI dengan lebih dari satu input dan lebih dari satu output akan disebut SLMI multi input multi output (MIMO). Teorema 7 (Input-Output SLMI (A, B, C, x0 )) (Schutter, 1996 : 161) Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika vektor output y = [y(1), y(2), ... , y(p)] T dan vektor input u = [u(1), u(2), ... , u(p)] T pada SLMI (A, B, C, x0 ) , maka y = K ⊗ x0 ⊕ H ⊗ u dengan  C ⊗A   C ⊗B ε Lε  C ⊗ A⊗2   C ⊗ A⊗B C ⊗B Lε  K =  dan H =    M   M M O M   ⊗p   ⊗ p −1  C ⊗ A  C ⊗ A ⊗B C ⊗ A ⊗ p −2 ⊗ B L C ⊗ B  Bukti: Jika diberikan kondisi awal x(0) = x0 dan barisan input {u ( k )}∞ 0 , dengan induksi matematik k= k akan dibuktikan berlaku x(k) = ( A ⊗k ⊗ x(0) ) ⊕ ( ⊕( A i=1 ⊗k − i ⊗ B ⊗ u(i) ) untuk k = 1, 2, 3, ....... (7.1) 0 Diperhatikan bahwa x(1) = A⊗ x(0)⊕B⊗ u(1) = A ⊗ x(0)⊕ A ⊗ ⊗B⊗u(1) 1 = ( A ⊗1 ⊗ x(0) ) ⊕ ( ⊕( A i=1 ⊗1−i ⊗ B ⊗ u(i) ). Jadi, (7.1) benar untuk k = 1. M–2
  • 3. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012 n Misalkan benar untuk k = n yaitu x(n)=( A ⊗n ⊗ x(0))⊕( ⊕A i=1 ( ⊗n −i ⊗B⊗u(i)) maka x(n +1) = A ⊗ x(n) ⊕ B ⊗ u(n +1) n = A ⊗ (( A ⊗n ⊗ x(0)) ⊕ ( ⊕A i=1 ( ⊗n −i ⊗ B ⊗u(i)))⊕B ⊗u(n+1) n = (( A ⊗n +1 ⊗ x(0))⊕( ⊕A i=1 ( ⊗ ( n +1) −i ⊗ B ⊗ u(i)))⊕B ⊗u(n +1) n+1 = (( A ⊗n +1 ⊗ x(0))⊕( ⊕( A i=1 ⊗ ( n +1) −i ⊗ B ⊗ u(i)))B⊗u(n+1). Jadi, (7.1) benar untuk k = n +1. Akibatnya diperoleh k y(k) = (C ⊗ A ⊗k ⊗ x(0)) ⊕ ( ⊕ A i=1 C⊗ ⊗k −i ⊗ B ⊗ u(i)…………….(7.2) untuk k = 1, 2, 3, ... . Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika didefinisikan y = [y(1), y(2), ... , y(p)]T dan u = [u(1), u(2), ... , y(p)]T maka dari persamaan (7.2) diperoleh: y(1) = C ⊗ A ⊗ x(0) ⊕ C ⊗ B ⊗ u(1) 2 y(2) = C ⊗ A ⊗ ⊗ x(0) ⊕ C ⊗ A ⊗B ⊗ u(1) ⊕ C ⊗ B ⊗ u(2) M p p −1 p −2 y(p) = C ⊗ A ⊗ ⊗ x(0) ⊕ C ⊗ A ⊗ ⊗B ⊗ u(1) ⊕ C ⊗ A ⊗ ⊗B ⊗ u(2) ⊕ … ⊕ C ⊗ B ⊗ u(p). Dalam persamaan matriks dapat dituliskan sebagai  y (1)   C ⊗ A   C ⊗B ε L ε   y (2)   C ⊗ A ⊗ 2   C ⊗ A⊗B C ⊗B L ε   =   ⊗x(0)⊕  ⊗  M   M   M M O M     p  ⊗ p −1 ⊗ p −2   y ( p )  C ⊗ A ⊗  C ⊗ A ⊗B C⊗A ⊗B L C ⊗ B u (1)  u (2)     M    u ( p)  atau y = K ⊗ x(0) ⊕ H ⊗ u ………………….(7.3) dengan  C ⊗A   C ⊗B ε Lε  C ⊗ A⊗2   C ⊗ A⊗B C ⊗B Lε  K =  dan H =    M   M M O M   ⊗p   ⊗ p −1  C ⊗ A  C ⊗ A ⊗B C ⊗ A ⊗ p −2 ⊗ B L C ⊗ B  Dalam sistem produksi, Teorema 7 berarti bahwa jika diketahui kondisi awal sistem dan barisan waktu saat bahan mentah dimasukkan ke sistem, maka dapat ditentukan barisan waktu saat produk selesai diproses dan meninggalkan sistem. Akibat 6 Input-Output SLMI (A, B, C, ε )(Schutter, 1996: 86) Diberikan suatu bilangan bulat positip p. Jika vektor output y = [y(1), y(2), ... , y(p)] T dan vektor input u = [u(1), u(2), ... , u(p)] T pada SLMI (A, B, C, ε ) , maka M–3
  • 4. SLMI SISO  C ⊗B ε L ε   C ⊗ A⊗B C ⊗B L ε  y = H ⊗ u dengan H =  .  M M O M   ⊗ p −1 ⊗ p −2  C ⊗ A ⊗B C⊗A ⊗B L C ⊗ B Bukti: Seperti bukti Teorema 7, dengan mengambil x0 = ε . Dalam sistem produksi, SLMI (A, B, C, ε ) merupakan keadaan awal sistem. Semua penyangga dalam keadaan kosong dan tidak ada unit pemrosesan yang memuat bahan mentah atau produk setengah jadi. Teorema 8 (Rudhito, 2003: 62) Penyelesaian masalah input paling lambat pada SLMI(A, B, C, ɛ) dengan C ⊗ B ≠ ɛ diberikan oleh u = [u (1), u (2),..., u ( p )]T dengan −u k ) = max(−y (i ) + H i , k ) , untuk k = 1, 2, …, p. ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ( 1≤i ≤ p Bukti: K ⊗ ɛ = ɛ, maka K ⊗ ɛ ⊕ H ⊗ u = H ⊗ u. Hal ini mengakibatkan masalah input paling lambat pada SLMI (A, B, C, ɛ) menjadi masalah menentukan vektor input u terbesar (waktu paling lambat) yang memenuhi H ⊗ u ≤m y. Masalah ini merupakan masalah menentukan sub penyelesaian terbesar sistem persamaan linear max-plus H ⊗ u = y. C ⊗ B ≠ ɛ maka komponen setiap kolom matriks H tidak semuanya sama dengan ɛ. Menurut Teorema 8, apabila H ⊗ u = y diberikan oleh u =[u (1), u (2),..., u ( p)]T dengan ˆ ˆ ˆ ˆ −u k ) = max(− y (i) + H i , k ) , untuk k = 1, 2, …, p. ˆ( 1≤i ≤ p Teorema 9 (Rudhito, 2003: 64) Diberikan SLMI (A, B, C, x0) dengan C ⊗ B ≠ ɛ. Jika K ⊗ x0 ≤m y, maka penyelesaian masalah input paling lambat pada SLMI (A, B, C, x0) diberikan oleh u =[u (1), u (2),..., u ( p )]T dengan ˆ ˆ ˆ ˆ −u k ) = max(− y (i) + H i , k ) , untuk k = 1, 2, …, p. ˆ( 1≤i ≤ p Bukti: K ⊗ x0 ≤ m y, maka K ⊗ x0 ⊕ H ⊗ u = y ⇔ H ⊗ u = y. Selanjutnya bukti seperti pada Teorema 8 di atas. Berikut dibahas mengenai masalah minimisasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, x0). Masalah minimisasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, x0) adalah sebagai berikut. Teorema 10 (Rudhito, 2003: 65) Penyelesaian masalah minimasi simpangan maksimum output pada SLMI(A, B, C, ɛ) dengan C ⊗ δ B ≠ ɛ diberikan oleh u = u ⊗ % ˆ dengan ˆ u merupakan subpeyelesaian terbesar sistem H ⊗ u = y dan 2 δ = max ( y − H ⊗ u )i . ˆ i Bukti: K ⊗ ɛ = ɛ, maka K ⊗ ɛ ⊕ H ⊗ u = H ⊗ u. Hal ini mengakibatkan masalah minimasi simpangan maksimum output ini jadi menentukan vektor input u sedemikian sehingga max ( y − H ⊗ U )i . Masalah i ini merupakan masalah optimisasi yang berkaitan dengan sistem persamaan linear max-plus H ⊗ u = y. Karena C ⊗ B ≠ ɛ maka komponen setiap kolom matriks H tidak semuanya sama dengan ɛ. Menurut δ Teorema 2.5, suatu penyelesaian u untuk masalah % u =u ⊗ % ˆ , dengan δ = max ( y − H ⊗u )i dan ˆ ˆ u 2 i merupakan subpenyelesaian terbesar sistem H ⊗ u = y. Pembahasan penyelesaian masalah minimasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, ɛ) di atas juga dapat diperluas untuk SLMI (A, B, C, x0) dengan x0 ≠ ɛ, seperti diberikan dalam teorema berikut. Teorema 11 (Rudhito, 2003: 67) Diberikan SLMI (A, B, C, x0) dengan C ⊗ B ≠ ɛ. Jika K ⊗ x0 ≤m y, maka penyelesaian masalah M–4
  • 5. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012 δ minimasi simpangan maksimum output pada SLMI (A, B, C, x0) diberikan oleh u = u ⊗ % ˆ dengan ˆ u 2 merupakan subpenyelesaian terbesar sistem H ⊗ u = y dan δ = max ( y − H ⊗u )i . i ˆ Bukti: K ⊗ x0 ≤ m y, maka maka K ⊗ x0 ⊕ H ⊗ u = y ⇔ H ⊗ u = y. Selanjutnya bukti seperti pada Teorema 9 di atas. Asumsi-Asumsi Dalam Sistem Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” Penggunaan SLMI pada sistem produksi Bakpia Pathok Jaya “25” ini diasumsikan sebagai berikut: 1. Waktu perhitungan dilakukan untuk proses produksi secara kontinu. 2. Waktu untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan diproses tidak diperhatikan atau dianggap 0 (u(1) = 0) dimana k = 0 sehingga k dimulai dari 1, 2, 3 ….. 3. Waktu dibatasi sampai barang siap untuk dipasarkan sehingga dalam hal ini t ke-16 bernilai 0. 4. Pada input sistem dan antara unit pemrosesan terdapat penyangga (buffer) yang berturut-turut disebut buffer input dan buffer internal, dengan kapasitas yang cukup besar untuk menjamin tidak ada penyangga yang meluap (overflow). 5. Suatu unit pemrosesan hanya dapat mulai bekerja untuk suatu produk baru jika telah menyelesaikan pemrosesan produk sebelumnya. 6. Mesin-mesin bisa bekerja pada kondisi awal dan untuk berikutnya tidak perlu menunggu kedatangan input karena input sudah selalu tersedia. 7. Suatu unit pemrosesan hanya dapat mulai bekerja untuk suatu produk baru, jika ia telah menyelesaikan pemrosesan produk sebelumnya. 8. Matriks dalam sistem persamaannya merupakan matriks konstan, yaitu tidak tergantung pada parameter k sehingga sistemnya merupakan sistem waktu invariant. 9. Dalam sekali produksi menggunakan 200 kg kacang hijau. 10. Diasumsikan kegiatan Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dilakukan dengan jadwal produksi yang periodik. 11. Proses produksi tidak mengalami gangguan dan tidak mengalami cacat pada produk. 12. Diasumsikan lama waktu yang dibutuhkan pada proses pengayakan tepung, pembungkusan bakpia, dan pengepakan bakpia sama untuk pemesanan bakpia dalam jumlah tertentu. 13. Pemesanan bakpia (pack) hanya dalam jangka waktu sehari dibatasi. 14. Diasumsikan kegiatan Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” tidak mendahului jadwal yang telah ditentukan. 15. Waktu referensi yang digunakan untuk memulai kegiatan produksi Bakpia Pathok Jaya “25” adalah pukul 07.00 WIB. 16. Sistem kerja dibuat per-shift, sehingga tenaga pekerja tidak terlalu terforsir (waktu istirahat tersedia). Bagan Pemodelan Produksi Bakpia Pathok “25” Berdasarkan hasil penelitian produksi Bakpia Pathok Jaya dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti di bawah ini (Gambar 1). M–5
  • 6. SLMI SISO Gambar 1. Bagan Pemodelan Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” Keterangan : ti = waktu proses pemindahan bahan yang akan diproses, i = 1,2, 3,….16 d1 = waktu saat proses penggilingan kacang hijau d2 = waktu saat proses pengayakan tepung d3 = waktu saat proses perendaman kacang hijau d4 = waktu saat proses pencampuran adonan kulit bakpia d5 = waktu saat proses pemisahan kulit kacang hijau d6 = waktu saat proses pengepressan adonan kulit bakpia d7 = waktu saat proses pengukusan kacang hijau d8 = waktu saat proses pembentukan kulit bakpia d9 = waktu saat proses penggilingan kacang hijau yang telah dikukus d10=waktu saat proses pencampuran adonan kacang hijau dengan minyak, gula dan garam d11 = waktu pendinginan 1 adonan kacang hijau d12 = waktu pendinginan 2 adonan kacang hijau d13=waktu proses pembungkusan adonan kacang hijau dengan kulitnya d14 = waktu proses pemanggangan bakpia d15 = waktu proses pengepakan bakpia P1 = penggilingan kacang hijau P2 = pengayakan tepung P3 = perendaman kacang hijau P4 = pencampuran adonan kulit bakpia P5 = pemisahan kulit kacang hijau P6 = pengepressan adonan kulit bakpia P7 = pengukusan kacang hijau P8 = pembentukan kulit bakpia P9 = penggilingan kacang hijau yang telah dikukus P10 = pencampuran adonan kacang hijau dengan minyak, gula dan garam P11 = pendinginan 1 adonan kacang hijau P12 = pendinginan 2 adonan kacang hijau P13 = pembungkusan adonan kacang hijau dengan kulitnya P14 = pemanggangan bakpia P15 = pengepakan bakpia Pemodelan Sistem Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dengan SLMI Aljabar Max-Plus Sistem Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” ini terdiri dari 15 unit pemrosesan P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13, P14, dan P15. Kacang hijau dimasukkan ke P1 untuk digiling dan dikirimkan ke P3 untuk dilakukan proses perendaman, dari P3 kemudian dikirimkan sampai dengan P 12 untuk diproses M–6
  • 7. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012 pendinginan. Tepung dimasukkan ke P2 untuk dilakukan pengayakan dan dikirimkan sampai dengan P8 untuk dilakukan pembentukan kulit bakpia. Waktu pemrosesan untuk P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13, P14,dan P15 berturut-turut adalah d1 = 20, d2 = 20, d3 = 120, d4 = 28, d5 = 30, d6 = 20, d7 = 30, d8 = 25, d9 = 30, d10 = 30, d11 = 15, d12 = 5, d13 = 15 , d14 = 15, dan d15 = 20 satuan waktu (menit). Didefinisikan Proses Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” sebagai berikut: i) u(k+1) : waktu saat bahan baku kacang hijau dan tepung dimasukkan ke sistem untuk pemrosesan ke-(k+1), ii) xi(k) : waktu saat bahan kacang hijau maupun tepung di dilakukan pemrosesan ke-i dan mulai bekerja untuk pemrosesan ke-k, iii) y(k) : waktu saat produk bakpia ke-k yang diselesaikan meninggalkan sistem. Waktu saat P1 mulai bekerja untuk pemrosesan ke-(k+1) dapat ditentukan sebagai berikut. Unit pemrosesan P1 hanya dapat mulai bekerja pada sejumlah bahan baku baru segera setelah menyelesaikan pemrosesan sebelumnya, yaitu sejumlah bahan baku untuk pemrosesan ke-k. . Jika bahan mentah dimasukkan ke sistem untuk pemrosesan ke-(k+1), maka bahan mentah ini tersedia pada input unit pemrosesan P1 pada waktu t = u(k+1) + 3. P1 hanya dapat mulai bekerja pada sejumlah bahan baku baru segera setelah menyelesaikan pemrosesan sebelumnya, yaitu sejumlah bahan baku untuk pemrosesan ke-k. Waktu pemrosesan pada P1 adalah d1 = 20 satuan waktu (menit), maka produk setengah-jadi ke-k akan meninggalkan P1 pada saat t = x1(k) + 20. Menggunakan operasi Aljabar Max-Plus maka diperoleh: x1(k+1) = max (u(k+1) + 3, x1(k) + 20) untuk k = 1, 2, 3, ...15 Dengan alasan yang sama untuk P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13, P14,dan P15 waktu saat produk ke-k yang diselesaikan meninggalkan sistem, diperoleh: x2(k+1) = max (u(k+1) + 2, x2(k) + 20) x3(k+1) = max (x1(k+1) + 20 + 2, x3(k) + 120) = max (max (u(k+1) + 3, x1(k) + 20) + 22, max (u(k+1) + 2, x3(k) + 120) = max ( u(k+1) + 3 + 22, x1(k) + 20 + 22, u(k+1) + 2 , x3(k) + 120) = max ( x1(k) + 42, x3(k) + 120, u(k+1) + 25) x4(k+1) = max (x2(k+1) + 20 + 2, x4(k) + 28) = max (max (u(k+1) + 2, x2(k) + 20) + 22, max (u(k+1) + 2, x4(k) + 28) = max ( u(k+1) + 2 + 22, x2(k+1) + 20 + 22, u(k+1) + 2 , x4(k) + 28) = max ( x2(k) + 44, x4(k) + 28, u(k+1) + 24) M x15(k+1) = max (x14(k+1) + 15 + 4, x15(k) + 20) = max (max (u(k+1) + 324, x1(k) + 341, x3(k) + 318, x5(k) + 206, x7(k) + 172, x9(k) + 138, x10(k) + 107, x11(k) + 58, x12(k) + 31,x2(k) + 142, x4(k) + 116,x6(k) + 78, x8(k) + 71, x13(k) + 33, x14(k) + 15) + 19, max (u(k+1) + 4, x15(k) + 20) = max (max (u(k+1) + 324 + 19, x1(k) + 341 + 19, x3(k) + 318 + 19, x5(k) + 206+19, x7(k) + 172 + 19, x9(k) + 138 + 19, x10(k) + 107 + 19, x11(k) + 58 + 19, x12(k) + 31 + 19, x2(k) + 142 + 19, x4(k) + 116 + 19, x6(k) + 78 + 19, x8(k) + 71+ 19, x13(k) + 33 + 19, x14(k) + 15 + 19), max (u(k+1) + 4, x15(k) + 20) = max (max (u(k+1) + 343, x1(k) + 360, x3(k) + 337, x5(k) + 225, x7(k) + 191, x9(k) + 157, x10(k) + 126, x11(k) + 76, x12(k) + 50, x2(k) + 161, x4(k) + 135, x6(k) + 96, x8(k) + 90, x13(k) + 52, x14(k) + 34), max (u(k+1) + 4, x15(k) + 20) = max (u(k+1) + 343, x1(k) + 360, x3(k) + 337, x5(k) + 225, x7(k) + 191, x9(k) + 157, x10(k) + 126, x11(k) + 76, x12(k) + 50, x2(k) + 161, x4(k) + 135, x6(k) + 96, x8(k) + 90, x13(k) + 52, x14(k) + 34, x15(k) + 20) y(k) = x15(k) + 20 + 0 untuk k = 1, 2, 3, ... . Analisis Input-Output SLMI dalam mengoptimalisasi Waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” Berdasarkan pemodelan sistem persamaan linear aljabar maxplus tersebut dapat dituliskan persamaan matriks dalam Sistem Linear Max-Plus waktu Invariant, persamaan-persamaannya menjadi: x ( k +1) = A ⊗x ( k ) ⊕B ⊗ ( k ) ………..(1) u y ( k ) =C ⊗x (k ) …………….…………….(2) Matriks A sebagai sistem produksi Bakpia Pathok Jaya “25” yang sedang berlangsung, matriks B waktu transfer dari awal bahan baku masuk ke sistem produksi sebelum kejadian ke-i, lalu matriks C waktu kejadian akhir dan waktu transfer sebelum produk Bakpia Pathok Jaya “25” dapat diambil atau selesai dikerjakan, dan matriks x sebagai deadline waktu untuk tiap pemroses (mesin/manual) bahan sesuai bahan yang dimasukkan. M–7
  • 8. SLMI SISO  20 ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε  3   ε 20 ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε  2       42 ε 120 ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε  25       ε 44 ε 28 ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε  24   165 ε 143 ε 30 ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε   148       ε 74 ε 58 ε 20 ε ε ε ε ε ε ε ε ε  54  199 ε 177 ε 64 ε 30 ε ε ε ε ε ε ε ε   182      x ( k + 1) =  ε 96 ε 70 ε 42 ε 25 ε ε ε ε ε ε ε  ⊗ x ( k ) ⊕  76  ⊗ u ( k + 1)  232 ε 210 ε 97 ε 63 ε 30 ε ε ε ε ε ε   215       264 ε 242 ε 129 ε 95 ε 62 30 ε ε ε ε ε   247       298 ε 276 ε 163 ε 129 ε 96 64 15 ε ε ε ε   281  315 ε 292 ε 180 ε 146 ε 112 81 32 5 ε ε ε   298      323 124 300 98 188 60 154 53 120 89 40 13 15 ε ε   306   341 142 318 116 206 78 172 71 138 107 58 31 33 15 ε   324       360  161 337 135 225 97 191 90 157 126 77 50 52  34 20   343    y(k) = [ ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε ε 20] ⊗ x(k) untuk k = 1, 2, 3, ..., 15 dengan x(k) = [x1(k), x2(k), x3(k), x4(k), x5(k), x6(k), x7(k), x8(k), x9(k), x10(k), x11(k), x12(k), x13(k), x14(k), x15(k)] T.Dengan perhitungan program matlab maxio diperoleh lama waktu proses Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” sebagai berikut: Tabel 1. Perhitungan Waktu Keadaan dan Output Lama Proses Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” u(k) 1 2 3 4 5 6 7 10 12 x1 20 40 60 80 140 0 0 10 12 x2 21 41 61 81 141 1 1 16 28 40 52 64 x3 42 762 2 2 2 2 2 10 12 15 18 x4 45 73 213 1 9 7 5 16 19 30 42 54 66 x5 785 5 5 5 5 5 5 10 13 15 18 21 x6 75 243 3 1 9 7 5 19 22 33 45 57 69 x7 819 9 9 9 9 9 9 12 14 17 20 22 x8 97 257 2 7 3 1 9 23 26 37 49 61 73 x9 852 2 2 2 2 2 2 26 29 40 52 64 76 x10 884 4 4 4 4 4 4 29 32 43 55 67 79 x11 918 8 8 8 8 8 8 31 34 45 57 69 81 x12 934 5 5 4 4 4 4 32 35 46 58 70 82 x13 942 3 3 2 2 2 2 34 37 48 60 72 84 x14 960 1 1 0 0 0 0 36 39 49 61 73 85 x15 979 0 0 9 9 9 9 38 41 51 63 75 87 y(k) 999 0 0 9 9 9 9 Waktu maksimal produksi dalam sehari kurang lebih 10 jam (600 menit) dengan waktu kerja dimulai dari pukul 07.00 – 17.00 wib, dari output tabel 1 dengan waktu penyelesaian produksi (menit) ≤ 600 menunjukan bahwa dalam sehari Perusahaan Bakpia Pathok Jaya “25” hanya bisa melakukan 3 kali produksi bakpia karena keterbatasan waktu dan hal ini juga berarti bahwa jumlah bakpia yang bisa dipesan dalam jumlah yang terbatas yakni sekitar 3750 pack bakpia isi 20 atau 3000 pack bakpia isi 25. Berikut ini merupakan penjadwalan waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” secara periodik (isi 20/pack): Tabel 2. Jadwal Periodik Waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” Proses Kegiatan Produksi WAKTU MEMULAI PRODUKSI (WIB) M–8
  • 9. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012 Produksi ke 1 2 3 4 5 6 7 07.0 07.2 07.4 08.0 08.2 08.4 Penggilingan Kacang Hijau 09.00 0 0 0 0 0 0 07.0 07.2 07.4 08.0 08.2 08.4 Pengayakan Tepung 09.01 1 1 1 1 1 1 07.2 09.2 13.2 15.2 17.2 Perendaman Kacang Hijau 11.22 19.22 2 2 2 2 2 07.2 07.5 08.2 08.4 09.1 09.4 Pencampuran adonan kulit bakpia 10.13 5 3 1 9 7 5 09.2 09.5 13.4 15.4 17.4 Pemisahan kulit kacang hijau 11.45 19.45 5 5 5 5 5 07.5 08.2 08.5 09.1 09.4 10.1 Pengepresan adonan kulit bakpia 10.43 5 3 1 9 7 5 09.5 10.2 12.1 14.1 16.1 18.1 Pengukusan kacang hijau 20.19 9 9 9 9 9 9 08.1 08.4 09.0 09.3 10.0 10.2 Pembentukan kulit bakpia 10.57 7 2 7 3 1 9 10.3 12.5 14.5 16.5 18.5 Penggilingan Kacang Hijau (setelah dikukus) 11.02 20.52 2 2 2 2 2 13.2 14.2 16.2 18.2 Pencampuran adonan kacang hijau 11.04 11.34 20.24 4 4 4 4 12.0 13.5 14.5 16.5 18.5 Pendinginan 1 11.38 20.58 8 8 8 8 8 12.2 14.1 15.1 16.1 18.1 Pendinginan 2 11.55 21.14 5 4 4 4 4 12.0 12.3 14.2 15.2 16.2 18.2 Pembungkusan Adonan kacang hijau dengan kulitnya 21.22 3 3 2 2 2 2 12.2 12.5 14.4 15.4 16.4 18.4 Pemanggangan bakpia 21.40 1 1 0 0 0 0 12.4 13.1 14.5 15.5 16.5 18.5 Pengepakan bakpia 21.59 0 0 9 9 9 9 13.0 13.3 15.1 16.1 17.1 19.1 Pengambilan bakpia (produk jadi) 22.19 0 0 9 9 9 9 Dari hasil output matlab file maxio (penerapan definisi 9 dan teorema 7) dengan input waktu yang diperlukan saat bahan yang dimasukkan untuk diproses dari saat produksi pertama sampai produksi ke-7, yang memenuhi untuk kegiatan perharinya dengan waktu kerja yang telah ditentukan dari pukul 07.00 wib sd pukul 17.00 wib yakni tabel 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika produksi bakpia dilakukan secara maksimal dan kontinu maka hasil bakpia perharinya dapat mencapai optimal pada produksi ke-4. Dari hasil perhitungan matlab kx0 dan Hu diperoleh bahwa: K ⊗ x0 = [ 380; 410;519;639;759;879;999;1119;1239;1359;1479;1599;1719;1839;1959] T H ⊗ u = [ 363,393,502,622, 742,862,982,1102,1222,1342,1462,1582,1702,1822,1942] maka T y = [ 380, 410,519,639,759,879,999,1119,1239,1359,1479,1599,1719,1839,1959] karena K ⊗ x0 > H ⊗ u . T Dengan hasil tersebut maka y digunakan sebagai batas minimal untuk mengoptimalisasi waktu produksi bakpia pada program matlab maxioopt, K ⊗ x0 ≤ m y. Dengan syarat tersebut produsen bakpia dapat menentukan waktu optimal memulai produksi Bakpia Pathok Jaya “25” agar dapat memenuhi permintaan konsumen yang telah melakukan pemesanan bakpia dengan menentukan waktu pengambilan bakpia sebelum proses produksi dimulai. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan optimalisasi Aljabar Max-Plus. Waktu produksi bakpia dapat dilakukan optimalisasi dengan menggunakan program matlab maxioopt. Misalkan konsumen memesan bakpia berturut-turut dengan waktu (menit) yang telah ditentukan yakni y = [390, 420, 529, 739, 859, 979, 1099, 1219, 1339, 1459, 1479, 1699, 1919, 2039, 2459] T maka sebelum produsen menentukan waktu optimal (subpenyelesaian terbesar) memulai kegiatan produksi, dengan perhitungan matlab (penerapan definid 9, teorema 7, teorema 9 dan teorema 11) diperoleh output maxioopt yang dapat dilihat seperti di bawah ini : M–9
  • 10. SLMI SISO u = H T ⊗ (− y ) ˆ = [ 17,57,166,376, 496, 616, 736,856, 976,1086,1116,1336,1556,1676, 2096 ] T y = K ⊗ x(0) ⊕ H ⊗ u ˆ ˆ = [ 380, 420,529, 739,859,979,1099,1219,1339,1449,1479,1699,1919, 2039, 2459 ] T u = [ 22, 62,171, 381, 501, 621, 741,861, 981,1091,1121,1341,1561,1681, 2101] T % y = K ⊗ x(0) ⊕ H ⊗ u % % = [ 385, 425,534, 744,864,984,1104,1224,1344,1454,1484,1704,1924, 2044, 2464 ] T Perhitungan tersebut mempermudah produsen dalam menentukan waktu optimal memulai proses ˆ Produksi Bakpia Pathok Jaya “25”, dalam hal ini u dan u merupakan subpenyelesaian terbesar sekaligus % ˆ waktu optimal dalam sistem produksi. u dan u digunakan untuk menentukan jadwal produksi periodik % sehingga waktu produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dapat dioptimalisasi. Tabel 3. Jadwal Pemesanan Bakpia Pathok Jaya “25” dengan Waktu Mulai Memasukan Bahan Sampai Waktu Pengambilan Produk dalam jangka waktu satu hari (WIB) Waktu Waktu tercepat Waktu produksi Waktu terlama Waktu produksi Pemesanan pengambilan memulai selesai tercepat memulai produksi selesai terlama Bakpia (y) produksi ˆ y u % y % ˆ u 1 Pukul 13.30 Pukul 07.17 Pukul 13.20 Pukul 07.22 Pukul 13.25 2 Pukul 14.00 Pukul 07.57 Pukul 14.00 Pukul 08.02 Pukul 14.05 3 Pukul 15.49 Pukul 09.46 Pukul 15.49 Pukul 09.51 Pukul 15.54 4 Pukul 19.19 Pukul 13.16 Pukul 19.19 Pukul 13.21 Pukul 19.24 Waktu optimal bagi produsen untuk memulai proses Produksi dari tabel 3 untuk pemesanan 1 yakni dengan memilih u karena dengan memulai produksi pada pukul 07.22 maka konsumen yang telah memesan % Bakpia Pathok Jaya “25” dapat mengambil pesanannya pada pukul 13.25 wib atau setelahnya, dari hal tersebut produsen dapat melayani konsumen tepat waktu dengan menggunakan tabel tersebut sebagai acuan memulai produksi. Selain itu produsen juga bisa memenuhi pemesanan 2 dan 3 tepat waktu dengan memilih ˆ u sebagai waktu optimal (subpenyelesaian terbesar). Produksi keempat dan seterusnya tidak bisa dijadikan acuan karena telah melewati waktu kerja dalam produksi yaitu pukul 07.00-17.00 wib (kecuali ada kerja lembur). Penjadwalan yang telah dilakukan seperti pada tabel 3 merupakan penjadwalan yang digunakan produsen untuk mengoptimalisasi waktu input (memasukan bahan-bahan) dan waktu output (penyelesaian produk bakpia) sehingga tabel tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan memulai produksi sehingga waktu produksi bakpia dapat dioptimalisasi sehingga pemesanan bakpia untuk waktu tertentu (ditentukan pemesan/konsumen) dapat dilayani tepat waktu. KESIMPULAN Dari penelitian ini Metode Sistem Linear Max-Plus Waktu Invarian Satu Input Satu Output (SLMI SISO) pada Sistem Event Diskret (SED) Aljabar Max-Plus yang diterapkan pada Sistem Produksi Perusahaan Bakpia Pathok Jaya “25 dapat disimpulkan bahwa : 1. Persamaan x(k+1) = A ⊗ x(k) ⊕ B ⊗ u(k+1) dan y(k) = C ⊗ x(k) untuk k = 1, 2, 3, ...15, dapat digunakan untuk memodelkan proses Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” (pemodelan sesuai halaman M-7). Selain itu diperoleh juga jadwal periodik Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” (tabel 2) yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan waktu memulai produksi dan waktu penyelesaian produk Bakpia Pathok Jaya “25”. 2. Cara mengoptimalisasi waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” dengan metode Sistem Linear Max-Plus Waktu Invarian (SLMI) ada 2 cara yakni bagi produsen dapat menentukan waktu mulai produksi dengan memilih diantara u atau u sehingga waktu penyelesaian produk y ˆ % ˆ atau y yang mendekati waktu pengambilan pemesanan yang telah ditentukan oleh konsumen % ˆ (seperti tabel 3). Jadi, produsen dapat memilih u atau u (subpenyelesaian terbesar SLMI pada % sistem produksi ini) agar dapat mengoptimalisasi waktu Produksi Bakpia Pathok Jaya “25” sehingga hasil produksi dapat memenuhi permintaan konsumen dan pesanan bakpia juga dapat dilayani tepat waktu. M–10
  • 11. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Oktober 2012 Referensi [1] Anton, Howard & Chris Rorres. (2005). Aljabar Linier Elementer edisi 8. (Alih bahasa : Irzam Harmein, Julian Gressando, editor : Amalia Safitri). Jakarta: Erlangga. [2] Baccelli, F., Cohen, G., Olsder, G.J. and Quadrat, J.P. (2001). Synchronization and Linearity. New York: John Wiley & Sons. [3] Butkovic, Peter. (2010). Max-linear systems : Theory and Algorithms. New York : Springer [4] B. Heidergott, B., dkk. ( 2005). Max Plus at Work Chapter 1. Princeton: Princeton University Press. [5] De Schutter, B. (1996). Max-Algebraic System Theory for Discrete Event Systems. PhD Thesis. Leuven: Department of Electrical Engineering, Katholieke Universiteit. [6] De Schutter B. and T. van den Boom. (2000). Model predictive control for max-plus-linear discrete- event systems:Extended report & Addendum. A short version of this report has been published in Automatica, vol. 37, no. 7, pp. 1049–1056. Faculty of Information Technology and System, Delt University of Technology, Delft. [7] Farlow, Kasie G. (2009). Max-Plus Algebra. Thesis submitted to the Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University [8] Necoara I., De Schutter B., T. van den Boom, and H. Hellendoor. (2008). Model Predictive Control for Uncertain Max-Min-Plus-Scaling Systems. International Journal of Control, vol. 81, no. 5, pp. 701–713. [9] Siang, Jong Jek. (2002). Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Yogyakarta : Andi. [10] Rudhito, Andy. (2003). Sistem Linear MaxPlus Waktu Invariant. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana Unversitas Gajah Mada. Yogyakarta. [11] Rudhito, Andy. (2004). “Semimodul atas Aljabar Max-Plus”. Jurnal Sains dan Teknologi SIGMA, 7 (2): 131-139. [12] Rudhito, Andy. (2005). “Sistem Persamaan Linear Max-Plus”. Jurnal Sains dan Teknologi SIGMA, 7 (2): 157-164. [13] Subiono. (2010). Aljabar Maxplus dan Terapannya. Surabaya : Jurusan Matematika, FMIPA-ITS, Surabaya. Reviewer, Mengetahui, Dosen Pembimbing, Dr. Agus Maman Abadi Musthofa, M.Sc NIP. 197008281995021001 NIP. 198011072006041001 M–11