SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 49
Baixar para ler offline
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Permasalah belajar dan mengajar sejak dulu sampai dengan sekarang terus-menerus mendapatkan perhatian, baik di kalangan pakar ilmu pendidikan dan psikologi (yang melihat dari sisi pedagogis dan psikologis) maupun di kalangan praktisi pendidikan, seperti; guru, dosen, penilik, konselor dan para pengelola pendidikan. 
Menurut Suryo subrata dalam Akyak, peran dan tanggung jawab guru dalam pendidikan sangat berat. Apalagi dalam konteks pendidikan islam, semua aspek kependidikan dalam islam terkait dengan nilai-nilai (value bond), yang melihat guru bukan saja pada penguasaan material-pengetahuan, tetapi juga pada investasi nilai-niali moral dan spiritual yang diembanya untuk ditransformasikan kearah pembentukan kepribadian islam, guru dituntut bagaimana membimbing, melatih dan membiasakan anak didik berperilaku yang baik.1 
Sebagai seorang pendidik guru diharapkan mampu memberikan perubahan-perubahan yang positif kepada siswa, sehingga siswa akan 
1Akhyak, Profil Pendidik Sukses. (Surabaya: Elkaf, 2005), hal. 2
2 
semangat dalam belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi hasil belajarnya. 
Pendidikan harus dapat membantu siswa untuk mengembangkan bakat potensi, kreatifitas yang dimiliki siswa secara penuh menuju pembentukan manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan perlu adanya upaya-upaya dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti peningkatan interaktsi timbal balik antar siswa dan guru. Umpan balik perilaku guru dapat diwujudkan dalam bentuk membantu setiap anak yang mengalami kesulitan belajar secara individual dengan cara memberikan pujian, kritikan dan arahan serta tanggapan terhadap hasil pekerjaan siswa selama proses belajar mengajar. 
Salah satu cara guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam hal kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pada Madrasah Ibtidaiyah adalah dengan menggunakan metode sorogan. Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya (badal, asisten kiyai).2 Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Al Qur‟an 
2 Zamakhsari Dhofeir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. (Jakarta: LP3ES, tt), hal. 29
3 
dan merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari santri. Santri seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren.3 
Metode sorogan merupakan pembelajaran yang bertumpul pada individu atau di istilahkan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan metode ini, siswa dituntut untuk dapat mencapai hasil belajar tertentu dengan bimbingan dan arahan dari guru secara individu. Metode ini sangat cocok untuk mendidik siswa pada pendidikan dasar (SD/MI), namun penerapan metode ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari guru dalam membimbing proses belajar siswa. 
Dari beberapa hasil wawancara di MI Munjungan I Trenggalek Pada siswa kelas IV mata pelajaran Al-Qur‟an Hadist ditemukan bahwa prestasi belajar siswa tidak sesuai dengan KKM yang telah disepakati bersama. Peneliti menyimpulkan bahwa dari 24 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan hanya ada 8 siswa yang berhasil mencapai KKM, sedangkan 16 siswa masih belum tuntas. Maka pendidik menyatakan bahwa prestasi belajar membaca dan menghafal QS. Al-„Adiyat di kelas IV tersebut tergolong rendah. 
3 Ibid., hal. 28
4 
Sehubungan dengan ini peneliti memandang bahwa begitu pentingnya belajar agama terutama sebagai generasi penerus umat Islam harus mampu memahami dan mempelajari kitab sucinya yaitu Al-Qur‟an, sehingga tidak akan dilupakan di masa mendatang. Untuk itu, peneliti mengambil judul “Peningkatan Prestasi Membaca Dan Menghafal QS. Al ‘Adiyat Melalui Metode Sorogan Pelajaran Al-qur’an Hadist Siswa Kelas IV MI Munjungan I Trenggalek” 
B. Rumusan Masalah 
Dari paparan dalam latar belakang masalah di atas, maka Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah: 
1. Bagaimana penerapan metode sorogan untuk meningkatkan prestasi belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek? 
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek setelah diterapkannya metode sorogan? 
C. Tindakan Yang Dipilih 
Dari uraian diatas, maka penulis mempunyai dugaan yang nantinya perlu dibuktikan, yaitu:
5 
1. Dengan penerapan metode sorogan dapat meningkatkan prestasi belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek 
2. Dengan penerapan metode sorogan dapat meningkatkan kefasihan dan kelancaran belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek 
D. Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 
1. Untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam meningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek 
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek 
E. Lingkup Penelitian 
Dilakukanya penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Al Qur‟an Hadist materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat. Tindakan penelitian yang digunakan adalah metode sorogan. Subjek penelitianya adalah siswa kelas IV MI Munjungan I Trenggalek.
6 
F. Manfaat Penelitian 
1. Manfaat penelitian secara teoritis 
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan dan juga bisa menjadi referensi bagi kalangan akademis dan non-akademis khususnya yang bergerak pada bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 
b. Sebagai bahan bacaan atau pertimbangan bagi penulis khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya, dalam rangka meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits dengan menggunakan metode sorogan. 
2. Manfaat penelitian secara praktis 
a. Bagi peneliti 
1) Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian. 
2) Untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. PdI) 
b. Bagi siswa 
Untuk meningkatkan prestasi belajar Al Qur‟an Hadist materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat 
c. Bagi guru 
Untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran dan dapat menjadi inspirasi dalam meningkatkan prestasi siswa
7 
d. Bagi Kepala Sekolah 
Untuk dijadikan acuan agar dapat lebih memperhatikan kelangsungan kegiatan proses belajar mengajar dengan metode sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Al- Qur‟an Hadits, khususnya yang berkaitan dengan fungsi Kepala Sekolah sebagai evaluator, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan optimal.
8 
BAB II 
KAJIAN TEORI 
A. Metode Sorogan 
1. Pengertian Metode 
Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah “cara kerja yang bersistim untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna untuk mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.”4 
Sedangkan metode dalam pengertian istilah telah banyak dikemukakan oleh pakar dalam dunia pendidikan sebagaimana berikut ini: 
a. Prof. Mohd. Athiyah al-Abrasy mengartikan, metode ialah jalan yang kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam pembelajaran, dalam segala mata pelajaran. Ia adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu sesudah kita memasukinya. 
4Ismail, Strategi Pembelajaran Agama…, hal. 7-8 
8
9 
b. Prof. Mohd. Abd. Rokhim Ghunaimah mengartikan metode sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud- maksud pengajaran. 
c. Prof. Ali al- Jumbalaty dan abu al-Fath Attawanisy mengartikan metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru yang menyampaikan maklumat ke otak murid-murid.5 
Menurut buku “Srategi Pembelajaran Agama Islam” diterangkan bahwa metode adalah pelaksanaan cara mengajar atau guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.6 
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode merupakan suatu cara atau alat untuk mencapai tujuan, selain itu metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.7 
2. Pengertian Sorogan 
Sorogan berasal dari bahasa Jawa sorog yang berarti menyodorkan. Secara istilah, menerangkan bahwa metode ini disebut sorogan karena 
5 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 209 
6 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 46 
7 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama hal. 8
10 
santri/peserta didik menghadap guru atau ustadz pengajarnya seorang demi seorang dan menyodorkan kitab untuk dibaca atau dikaji bersama dengan guru atau ustadz tersebut. 
Departemen Agama mendefinisikan metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individual), di bawah bimbingan seorang guru atau ustadz. Sorogan adalah metode pengajaran dimana ditekankan murid harus lebih aktif, yaitu murid menghadap kepada guru ‟satu persatu‟ dengan membaca kitab / buku yang telah ditentukan. Bila ada bacaan yang salah atau pemaknaan dan pemahaman yang salah guru membetulkannya. Sehingga bisa dipastikan seorang murid akan sangat paham betul akan materi yang dia pelajari.8 
Jadi metode sorogan adalah metode pengajaran dimana ditekankan siswa harus lebih aktif yaitu murid menghadap kepada guru ”satu persatu” dengan membaca kitab/buku yang telah ditentukan. Bila ada bacaan yang salah atau pemaknaan dan pemahaman yang salah guru membetulkannya. Sehingga bisa dipastikan seorang murid akan sangat paham betul akan materi yang dia pelajari. 
3. Tujuan metode sorogan 
Tujuan metode sorogan adalah sebagai sarana memberikan stimulus/rangsangan terhadap keaktifan siswa di dalam mengeksplorasikan 
8 Hasan chabibie, “edukasi” dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/12/sorogan/,
11 
berbagai pengetahuan terhadap materi yang sebelumnya mereka kaji baik secara individu maupun kelompok, mengembangkan karakter mandiri, terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid, memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai materi, murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang interpretasi suatu buku/ kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung, guru dapat mengetahui seacara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. .9 
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Sorogan 
 Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. 
 Guru menyuruh siswa untuk belajar materi yang telah disampaikan secara individu dengan kompetensi dan indikator yang telah disampaikan. 
 Selesai belajar materi yang telah disampaikan secara individu seorang siswa yang mendapat giliran menyodorkan buku/kitabnya menghadap langsung secara tatap muka kepada guru atau ustadz, buku/kitab yang menjadi media sorogan diletakan di atas meja atau bangku kecil yang ada di antara mereka berdua. 
 guru atau ustadz meminta siswa tersebut membacakan atau menjelaskan dalam buku/kitab yang dipelajari, siswa dengan tekun membacakan atau 
9 Six, “Metode Sorogan”, dalam http://sazmgl.blogspot.com/2010/12/metode-sorogan.html
12 
menjelaskan apa yang di pelajari atau yang telah disampaikan guru atau ustadz sesuai dengan pembelajaran. 
 guru atau ustadz melakukan monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau kekurangan atas bacaan atau materi yang telah di sampaikan kepada santri, guru meluruskan kesalah pemahaman pada siswa, santri terkadang juga melakukan catatan-catatan seperlunya. 
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan 
a. Kelebihan metode sorogan adalah individu diajar langsung sehingga dapat diketahui secara pasti kemampuannya dan jika ada kesulitan dapat segera ditangani. 
b. Kelemahan metode sorogan adalah membutuhkan pengelolaan yang intensif dengan system pemantauan siswa yang sistematis. Membutuhkan kesabaran, ketelatenan, kedisiplinan baik guru maupun siswanya. Materi tidak dapat ditentukan bersama tingkat pencapaian ketuntasan belajarnya.10 
B. Al-Qur’an dan Hadits 
1. Pengertian Al-qur’an 
Kata Al-Qur‟an menurut bahasa merupakan kata benda bentukan dari kata kerja qara’a yang maknanya sinonim dengan kata qira’ah yang berarti “bacaa”, sebagaimana kata ini digunakan dalam ayat 17-18 surat Al-Qiyamah: 
10 yonosmagasolo, “Penerapan Metode Sorogan” dalam 
http://yonosmagasolo.blogspot.com/2012/02/penerapan-metode-sorogan-pada-mata.html
13 
          
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkanya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaa nya itu.” 
Sebagaimana yang dikemukakan oleh syekh Ali Ash-Shabuni, “Al- Qur‟an adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat jibril, tertulis dalam mushaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An- Nas”11 
Sedangkan menurut istilah banyak berbagai pakar agama yang mendefinisikan Al-Qur‟an diantaranya; 
a. Menurut istilah ahli agama (ulama) ialah: 
“Kalamullah yang diturunkan Allah swt. Kepada Nabi Muhammad saw, disampaikan secara mutawatir, bernilai islam bagi umat muslimin yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf.12 
b. Ada juga yang mendefinisikan Al-Qur‟an secara terperinci seperti yang dikemukakan oleh Abu Shahbah:13 
11 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits…,hal. 35 
12 Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula. (Jakarta: CV Artha Rivera, 2002), hal. 1
14 
ىُوَ كِتَابُ اللّوِ عَزَّ وَجَلَّ اَلْمُنَ زَّلُ عَلَي خَاتََِ أَنْبِيَائِوِ مَُُمَّ د صَلَّي اللهُ عَلَيْوِ وَسَلَّمَ بِلَفْظِوِ وَمَعْنَاهُ 
اَلْمَنْ قُوْلُ بِالتَّوا تُرِ اَلْمُفِيْدُ لِلْقَطْعِ وَاْليَقِيِْْ اْلَمَكْتُ وْبُ فِِ الْمَصَاحِفِ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ ا لْفَاتَِِةِ اِلََ 
اخِرِ سُوْرَةِ النَّاسِ 
“Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang diturunkan – baik lafad maupun maknanya – kepada nabi terakhir Muhammad SAW, diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan ( kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad ), serta ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat al-fatihah (1) sampai akhir surat an-nas (114).” 
2. Pengertian Hadits 
Terdapat perbedaan pendapat para ulama dalam memberikan definisi hadits dan sunnah.14 Secara harfiah hadits berarti, “komunikasi”, “kisah” (baik masa lampau ataupun kontemporer), “percakapan” (baik yang bersifat keagamaan ataupun umum). Secara istilah, hadits menurut ulama ahli hadits berarti “segala sesuatu yang disadarkan kepada nabi Muhammad SAW baik yang berupa ucapaan, perbuatan, takrir, (sesuatu yang dibiarkan, dipersilahkan, disetujui secara diam-diam), sifat-sifat dan perilaku Nabi SAW”. Sementara itu, menurut para ahli usul fiqih. Hadist adalah “ Segala 
13 Rosibon Anwar, Ulumul Qur’an. (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 32 
14 Umi Sumbulah, Ilmu Hadits. (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal. 5
15 
sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik yang berupa ucapan, perbuatan atau takrir yang patut menjadi dalil hukum syara”. 15 
Istilah lain yang dianggap sinonim dan biasa dipakai adalah khabar, atsar, dan sunnah. 
a. Sunnah menurut banyak bahasa artinya suatu perjalana yang diikuti. Baik dinilai perjalanan baik atau buruk.16 
b. Khabar menurut bahasa diartikan “berita”. dari segi istilah khabar identik dengan hadits, yaitu segala sesuatu yang disadarkan kepada Nabi( baik secara marfu‟, mawquf dan maqthu) baik berupa perkataan perbuatan, persetujuan, dan sifat. 
c. Atsar dari segi bahasa diartikan peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas nabi karena hadits itu peninggalan beliau. Atau di artikan yang di pindahkan dari Nabi. 17 
Sebagian ulama berpendapat bahwa khabar dan atsar merupakan istilah yang lebih khusus dinisabkan kepada ucapan, perbuatan, dan takrir yang disandarkan kepada sahabat Nabi SAW atau tabi‟in. Dalam perkembanganya, para ulama ahli hadits maupun usul fiqih menganggap sunnah sinonim dengan 
15Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 35 
16Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits. (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 5 
17Ibid,. hal. 9
16 
hadits. Oleh karena itu sebagian besar buku yang mencantumkan kata “sunnah”, maka yang dimaksud adalah hadits. 18 
C. Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI 
Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( bablum min allah wa bablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya.19 
Nilai penting ini bertujuan untuk memberikan pemahaman agar siswa sejak dini belajar untuk beriman dan bertakwa kepada allah swt, belajar untuk memahami dan menghayati Al-Qur‟an dan hadist, menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis Al-Qur‟an dan hadits. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif apa yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan hadits. Dan belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain sesuai tuntutan Al-Qur‟an dan hadits. 20 
18 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 35 
19 Abdul Halim, et. all., Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 3 
20 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 36
17 
1. Karakteristik Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI 
Kemampuan-kemampuan dalam standar kompetensi lulusan mata pelajaran Al-qur‟an dan Hadits yang harus dicapai peserta didik di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, yaitu: 
a) Membaca, menghafal, menulis dan memahami, surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, yakni QS. Al „Adiyat 
Kemampuan tersebut meliputi: melafalkan, membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan mengamalkan. Yakni dengan maksud agar peserta didik memiliki kemampuan: 
a) Memahami cara melafalkan huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya. 
b) Menyusun kata-kata dengan huruf-huruf hijaiyah baik secara terpisah maupun bersanbung. 
c) Memahami cara melafalkan dan memghafal surat-surat tertentu dalam juz‟ Amma. 
d) Memahami arti surat tertentu dalam juz‟ Amma. 
e) Menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwid dalam bacaan al-qur‟an. 
Upaya memperkenalkan Al Qur‟an dan hadits sejak dini menjadi hal yang sangat penting. Pembelajaran Al Qur‟an dan Hadits diarahkan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan peserta didik terhadap al-qur‟an dan hadits, sehingga memperooleh pengetahuan mengenai keduanya dengan baik dan benar. Mata pelajaran Al Qur‟an dan Hadits di madrasah ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca
18 
dan menullis Al-Qur‟an dan hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat- surat pendek dalam Al-Qur‟an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Al-Qur‟an Hadist ini diharapkan: 
a) Peserta didik dapat mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minatnya, serta dapat menumbuhkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, penguasaan keterampilan hidup, penguasaan kemampuan akademik, dan pengembangan kepribadaian yang paripurna. 
b) Guru dapat mengembangkan kompetensi pelajaran Al-Qur‟an Hadits peserta diidik dengan menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran dan sumber belajar. 
c) Guru dapat menentukan bahan ajar Al-Qur‟an dan Hadits sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dari peserta didik. 
d) Orang tua dan masyarakat dapat secara akif terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran Al-Qur‟an dan Hadits. 
e) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang Al-Qur‟an dan Hadits sesuai dengan keadaan keadaan peserta didik dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedian. 21 
21Ibid., hal. 20
19 
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits 
Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pada Madrasah Ibtidaiyah bertujuan: 
a) Memberikan kemampuan dasar kepada kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca Al-Qur‟an dan Hadits. 
b) Memberikan pengertiaan, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat- ayat Al-Qur‟an Hadits melalui keteladanan dan pembiasaan. 
c) Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada isi kandungan ayat Al-Qur‟an dan Hadits. 
Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: 
a) Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur‟an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. 
b) Hafalan surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungan serta pengamalanya melaui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. 
3. Sumber Belajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI 
Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah buku mengenal
20 
Al-Qur‟an dan Hadits, Cinta Al-Qur‟an dan Hadits, dan buku Al-Qur‟an Hadits yang relevan. Selain itu lingkungan salah satu sumber yang sangat penting dan memilikli nilai-nilai yang sangat berharga dalam proses pembelajaran peserta didik. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, yang terdiri dari: pertama, lingkungan sosial dan kedua, lingkungan fisik (alam). 
1. Lingkungan sosial dapat di digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam Al-Qur‟an Hadits lingkungan sosial menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam mewujudkan kandungan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadits, seperti bagaimana berperilaku terhadap orang miskin, menekankan rasa persaudaraan dan sebagainya. 
2. Sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi dalam memelihara dan melestarikan alam. Kondisi ini pun sangat sesuai dengan penanaman dan ajaran yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits, seperti bagaimana siswa diajarkan untuk menjaga kebersihan. Dalam prakteknya, pembelajaran Al- Qur‟an Hadits dengan teknik karya wisata, misalnya, guru dapat
21 
memperkenalkan lingkungan sekitar yang dapat menumbuh kembangkan siswa terhadap kandungan Al-Qur‟an dan Hadits. 22 
5. Pendekatan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MI 
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an Hadits pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan adalah: 
a) Pendekatan tujuan. 
Pendekatan ini digunakan karena didasari oleh pemikiran bahwa setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus diterapkan terlebih dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka kemudian dapat ditentukan metode dan teknik pengajaran yang akan di terapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. 
b) Pendekatan struktural. 
Pendekatan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa Al-Qur‟an Hadits dinarasikan dalam bahasa arab, yang memiliki kaidah, norma, dan aturanya sendiri, khususnya dalam membaca dan menulisnya. 23 
Sedangkan departemen agama (2004) menyajikan beberapa pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an hadits, yaitu: 
22Ibid., hal. 70 
23Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 61
22 
1. Pendekatan keimanan spiritual. 
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan pada pengolahan rasa dan kemampuan beriman melaui pengembangan spiritual dalam menerima, menghayati, menyadari dalam mengamalkan nilai ajaran-ajaran islam, 
2. Pendekatan pengamalan. 
Menekankan aktivitas peserta didik untuk menemukan dan memaknai pengalamanya sendiri dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama islam, terutama yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan Hadits, dalam kehiduupan sehari-hari. 
3. Pendekatan pembiasaan. 
Dikembangkan dengan memberikan peran terhadap lingkungan belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah, dalam membangun sikap mental dan membagun masyarakat yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits. 
4. Pendekatan rasional. 
Proses pembelajaran dengan menekankan fungsi rasio (akal) peserta didik dengan tingkat perkembangan kecerdasan intelektualnya dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al- Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari. 
5. Pendekatan emosional.
23 
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan kecerdasan emosional peserta didik dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits. 
6. Pendekatan fungsional. 
Menekankan untuk memberikan peran terhadap kemampuuan peserta didik dalam menggali, menemukan, dan menunjukan nilai-nilai fungsi tuntunan dan ajaran sebagaimna yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits. 
7. Pendekatan keteladanan. 
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan agar personal sebagai contoh nyata, tujuan agar peserta didik dapat secara langsung melihat, merasakan, menyadari, menerima, kemudian mempraktekanya sendiri.24 
C. Prestasi Belajar 
1. Pengertian Prestasi 
Prestasi menurut Depdiknas adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.25 Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada 
24 Ibid., hal. 63-64 
25 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi…, hal. 19
24 
perubahan–perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dari sikap siswa. 
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.26 
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. 
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel bahwa Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh 
26 Sunarto, “Pengertian Presstasi Belajar” dalam http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ ,
25 
guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. 
Menurut Poerwodarminto dalam Syaiful Bahri Djamarah yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Mas‟ud Khasan Abdul Qohar, Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.27 
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor. 
2. Pengertian Belajar 
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam iteraksi dengan lingkunganya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Dari pendapat ini kata “perubahan” berarti bahwa seseorang yang telah mengalami belajar akan berubah tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan, 
27Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi…, hal. 20-21
26 
keterampilan, maupun dalam sikapnya, karena hal ini merupakan interaksi diri mereka sendiri dengan lingkungannya. 
Belajar mengandung pengertian suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.28 Orang yang belajar makin lama makin dapat mengerti akan hubungan– hubungan dan perbedaan bahan–bahan yang dipelajari, dan setingkat dapat membuat suatu bentuk yang mula–mula belum ada, atau memperbaiki bentuk–bentuk yang telah ada. 
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sadar yang dari semula seorang tersebut tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tidak mengerti menjadi mengerti serta memahami dengan baik. Perubahan itu nantinya akan mempengaruhi pola fikir individu dalam berbuat dan bertindak. Perubahan itu sebagai hasil dan pengalaman individu dalam belajar.29 
Dengan demikian, dapat difahami bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.30 
3. Prestasi Belajar Sebagai Penilaian 
28Ibid., hal. 21 
29Ibid., hal. 22 
30Ibid., hal. 24
27 
Pada pengertian diatas sudah dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yg dinyatakan sesudah hasil penilaian. Ini berarti prestasi belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktiftas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar siswa bukan hanya untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan aktifitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk meningkatkan siswa agar lebih giat belajarnya, baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan dibicarakan mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian. Prestasi belajar adalah penilaian, sedangkan penilaian sebagai aktifitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar itu sendiri. Dalam penilaian mau tidak mau pembicaraan harus membahas evaluasi. Evaluasi menurut Wayan Nurkancana dalam Muhammad Zaini, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai segala sesuatu. 31 Jadi untuk penilain hasil pretasi belajar guru harus tepat dalam menyusun strategi evaluasi agar hasil penilaian tidak biasa, yang pada gilirannya informasi yang didapatkan tentang peningkatkan aktifitas (prestasi belajar) muridnya akurat. 
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa perlu diadakan evaluasi sebagai pengukur prestasi. Pertama untuk evalusi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran materi membaca Al-Qur‟an dan Hadits adalah dengan teknik unjuk kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai 
31Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 142
28 
istrumenya untuk mengetahuai seberapa lancar dan bagus pembacaan siswa terhadap Al-Qur‟an dan Hadits. 
Kedua bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat untuk materi Al-Qur‟an dan Hadits adalah tes Obyektif dan Subyektif dengan teknik lisan/ tulis. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an dan Hadits.32 
4. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 
Prestasi belajar merupakan hasil interaksi sebagai faktor. Baik internal maupun eksternal.33 Untuk memahami tentang prestasi belajar perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya. 
a. Faktor Intern 
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan dalam faktor intern yaitu: 
1) Kecerdasan / intelegensi 
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan–kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya, sehingga seorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yan lebih tinggi dibanding dengan 
32 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 126 
33 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 190
29 
kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. 
Menurut Kartono, kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat normal atau diatas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi”. 
Slameto mengatakan bahwa “ tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah “. Sedangkan Muhibbin berpendapat bahwa intelegensi adalah “ semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk maraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses “. 
Dari pendapat diatas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. 
2) Bakat 
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim purwanto, bahwa “ bakat dalam hal ini lebih
30 
dekat pengertiannya dengan kata abtitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan – kesanggupan tertentu”. 
Kartono menyatakan bahwa “ bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembankan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata”. Menurut syah Muhibbin “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan“. 
Dari pendapat diatas jelas bahwa tmbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Sehubungan dengan bakat ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang–bidang studi tertentu. Pada proses belajar terutama belajar ketrampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil prestasi yang baik. 
3) Minat 
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. 
Menurut Winkel minat adalah “ kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang untuk berkecimpung dalam hal itu “. Selanjutnya Slameto mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati
31 
seseorang diperhatikan terus yang disertai rasa sayang“. Kemudian Sardiman mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri–ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan–keinginan atau kebutuhan–kebutuhannya sendiri“. 
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah di pelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai. 
4) Motivasi 
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong kedaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. 
Nasution mengataakan motivasi belajar adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan Sardiman
32 
mengatakan bahawa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu”. 
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa terhadap sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran, sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif. 
b. Faktor Ekstern 
Faktor ekstern adalah faktor–faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadan sekolah dan lingkungan masyarakat”. 
1) Keadaan Keluarga 
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelakan oleh Slameto bahwa “Keluarga dalah lembaga pendidikan pertama dan utama“. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam kebehasilan seseorang dalam belajar. Dalam hal ini Hasbulloh mengatakan: Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
33 
keluarga inilah anak pertama–tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluaraga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidkan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. 
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidika selanjutnya. Peralihan pendidikan informal ke lembaga formal memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. 
2) Keadaan Sekolah 
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolayh ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat – alat pelajaran dan kurikulum. Jika hubungan guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil–hasil belajarnya. 
Menurut Kartono “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan di ajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar“. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. 
3) Lingkungan Masyarakat
34 
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari–hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. 
Dalam hal ini Kartono berpendapat: lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak–anak yang sebayanya. Apabila anak–anak yang sebaya merupakan anak–anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak–anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak–anak yang berkeliaran maka anakpun dapat terpengaruh pula. 
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari–hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan–kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. 34 
34 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 54-60
35 
BAB III 
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 
A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas “merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”35 Rancangan penelitian tindakan kelas dipilih karena masalah yang akan dipecahkan berasal dari praktek pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa. 
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.36 Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang akan menghasilkan kesimpulan berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan menghasilkan data yang berupa angka-angka. 
35 Arikunto, Suharjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 3 
36 Lexy J. Moleong,. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 4 
35
36 
Sejalan dengan definisi tersebut di atas, Kirk dan Miller dalam Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.37 Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang mengandalkan pengamatan, wawancara dan dokumentasi pada obyek penelitian sehingga dihasilkan data yang menggambarkan secara rinci dan lengkap tentang obyek penelitian. Adapun pola penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pola deskriptif. Pola ini berarti penelitian yang “hanya akan melukiskan keadaan obyek atau persoalannya dan tidak dimaksudkan untuk mengambil/menarik kesimpulan yang berlaku umum”.38 Menurut teori penelitian, pola deskriptif itu ada dua sifat, yaitu bersifat eksploratif dan bersifat developmental, namun dalam penelitian ini menggunakan pola deskriptif eksploratif yaitu, “bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena”,39 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan pola deskriptif eksploratif, yakni pola penelitian yang menggambarkan secara rinci atau lengkap tentang keadaan atau status fenomena obyek penelitian dan tidak mencari kesimpulan 
37 Ibid., hal. 4 
38 Marzuki, Metodologi Riset. (Yogyakarta : Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi-UII, 1983), hal. 47 
39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hal. 195
37 
yang berlaku secara umum. Adapun kesimpulan yang diambil merupakan gambaran yang terjadi pada obyek penelitian. Model yang digunakan adalah model Kurt Lewin. PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin dalam Aqib (2007:21) yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (refecting). Secara keseluruhan, empat tahapan tersebut membentuk suatu siklus PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama, begitu juga seterusnya. 
B. Setting Penelitian Dan Karakter Subjek Penelitian Tempat Penelitian Tindak Kelas ini dilakukan di Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek. Waktu Penelitian Tindak Kelas dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Subjek Penelitian Tindak Kelas adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek. 
C. Variabel yang di Selidiki 
Adapun variable yang diselidiki adalah; 
1. Untuk variable inputnya yaitu siswa kelas IV Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek
38 
2. Untuk variable proses yaitu proses belajar mengajar dengan menggunakan metode sorogan 
3. Untuk variable out put yaitu peningkatan prestasi belajar siswa 
D. Rencana Tindakan 
Adapun Penelitian ini mengunakan model Kurt lewin yang menyatakan bahwa diagram dari empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah, sebagai berikut: 40 
Gambar I. Bagan Model Penelitian Tindakan Kelas41 
Dalam penelitian tindakan kelas ini, tahap-tahap penelitian dirinci sebagai berikut: 
1. Pratindakan 
40 Arikunto, Suharjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan…, hal. 16 
41 Ibid.,
39 
Kegiatan pratindakan merupakan kegiatan pendekatan permasalahan pembelajaran di kelas yang akan diteliti. Dalam kegiatan pratindakan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain: 
a. Observasi Awal 
Dalam kegiatan ini, peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung. Posisi peneliti dalan observasi awal ini adalah sebagai pengamat sekaligus sebagai pencatat atau pelaku langsung dari observasi yang dilakukan. Observasi awal ini digunakan untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. 
b. Tes Awal 
Kegiatan tes awal yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Al- Qur‟an Hadits. Pada kegiatan tes awal ini, peneliti memberikan tes atau tugas kepada anak didik untuk memilih beberapa metode pembelajaran yang disenangi dalam mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 
c. Wawancara Awal 
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tak terstruktur atau bebas. Hal ini peneliti lakukan untuk mendapatkan
40 
informasi yang lebih mendalam, sehingga diharapkan akan mendapatkan data yang rinci, sejujurnya dan mendalam. Informan yang diwawancarai pada kegiatan wawancara awal ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. Kegiatan wawancara awal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari sisi guru terkait dengan prestasi belajar anak. 
Selain itu juga ditentukan kriteria keberhasilan tindakan yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini, kriteria keberhasilan tindakan ditentukan dengan asumsi, sebagai berikut: 
“Kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus tindakan yang telah dirancang dianggap telah berhasil jika hasil observasi menunjukkan nilai atau skor 78 - 89 yang pada tabel kriteria interpretasi berarti baik”. 
2. Kegiatan pelaksanaan tindakan 
a. Siklus I 
1) Perencanaan I 
a) Penyusunan perencanaan observasi mengajar pada siswa kelas IV Semester II Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek.
41 
b) Membuat lembar observasi untuk pengamatan aktivitas guru dan anak di dalam kelas pada waktu proses kegiatan belajar mengajar. 
c) Mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan mengetahui sejauhmana prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. 
2) Tindakan I 
a) Melaksanakan perencanaan observasi mengajar. 
b) Melaksanakan analisis evaluasi hasil observasi. 
3) Observasi I 
Pada tahap ini peneliti bersama dengan guru dan atau teman sejawat melaksanakan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, yakni: 
a) Penerapan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. 
b) Prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 
4) Refleksi I 
Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil observasi, peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi, apakah kegiatan
42 
belajar mengajar yang dilakukan dalam siklus I dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jika belum berhasil maka perlu dilanjutkan pada siklus II. 
b. Siklus II 
1) Perencanaan II 
Dalam perencanaan tindakan siklus II ini, peneliti menyampaikan hasil refleksi siklus I. Kemudian dalam rencana pembelajaran pada siklus II ini, peneliti menggunakan metode sorogan dalam kegiatan belajar mengajar. 
2) Tindakan II 
Pada tahapan ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan, yakni pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Diharapkan pada akhir kegiatan ini, peneliti sudah mendapatkan hasil yaitu meningkatnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits. 
3) Observasi II 
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh guru dan atau teman sejawat melaksanakan observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan mencatat data-data. Fokus pengamatan dan pencatatan adalah semua aktifitas siswa dan
43 
peran aktif siswa yang merupakan indikator dari prestasi belajar siswa. 
4) Refleksi II 
Pada akhir tindakan II ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegaiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan untuk: a) menganalisis tindakan yang telah dilaksanakan, b) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan, dan c) melakukan penyimpulan data yang diperoleh. 
E. Data dan Cara Pengumpulanya 
Dalam proses pengumpulan data ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut: 
1. Metode Observasi 
Pengertian observasi menurut Suharsini Arikunto adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat-alat indera.42 Dalam metode ini, peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung. Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu kegiatan pemusatan perhatian 
42 Ibid., hal. 156
44 
terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba).43 
Posisi peneliti dalan metode ini adalah sebagai pengamat sekaligus sebagai pencatat atau pelaku langsung dari observasi yang dilakukan. 
Pengertian observasi juga disampaikan oleh Riyanto dalam Tanzeh yang menyatakan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan obyek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.44 Sehingga dapat simpulkan bahwa metode observasi adalah sebuah metode pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dan merekamnya dalam bentuk catatan-catatan. 
2. Metode Wawancara / Interview 
Menurut Tanzeh, wawancara merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data atau obyek penelitian.45 
43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 146 
44Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal.100 
45Ibid., hal. 63
45 
Menurut Hadi wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.46 
Sementara Suharsimi menjelaskan bahwa: Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (intervieer)".47 
Dalam metode penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tak terstruktur atau bebas. Hal ini peneliti lakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Sehingga diharapkan akan mendapatkan data yang rinci, sejujurnya, dan mendalam tentang penerapan metode sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Al- Qur‟an Hadits siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. 
3. Metode Dokumentasi 
Menurut Suharsimi Arikunto dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, 
46 Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan wawancara (Malang: Banyumedia, 2004), hlm. 63 
47 Suharsimi Arikunto, Penelitian…, 132
46 
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat dan sebagainya.48 Pendapat lain mengatakan bahwa metode dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.49 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mencatat, menyalin, dan mendokumentasikan data yang sudah ada sebagai hasil penelitian. 
Dalam metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang: (a) selayang padang/profil sekolah, (b) struktur kepengurusan, (c) daftar keadaan siswa, (d) daftar keadaan guru, dan (e) kedaan sarana prasarana yang dimiliki sekolah. 
F. Indikator Kinerja 
Sebagai tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan PTK, maka perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar siswa. Adapun indikator keberhasilan yang berkaitan erat dengan evaluasi pembelajaran (seberapa besar siswa telah menguasai suatu kompetensi), maka dapat digunakan besarnya skor kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya. 
Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran ada dua kriteria, yakni (1) indikator 
48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…., hal. 158 
49Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi…, hal. 66
47 
kualitatif berupa keantusiasan siswa mengikuti pembelajaran dan sikap mereka terhadap strategi pembelajaran yang dikembangkan, dan (2) indikator kuantitatif berupa besarnya skor ulangan yang diperoleh siswa dan selanjutnya dibandingkan dengan batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek, besarnya skor KKM adalah sebesar 78 artinya siswa dapat dikatakan lulus jika nilai ulangan mereka di atas 78 dari alternatif penilaian yang ditentukan. Dengan demikian siswa dikatakan tuntas belajar secara individual jika skor tes minimal sebesar 78. Demikian sebaliknya siswa yang mencapai skor dibawah rentang 78 dinyatakan belum tuntas mengikuti program pembelajaran. Tetapi jika siswa yang berhasil secara individual masih dibawah 60%, maka model pembelajaran yang dijalankan dapat dikatakan belum berhasil. 
G. Tim Peneliti dan Tugasnya 
Penelitian menggunakan kolaborasi. Peneliti bekolaborasi dengan guru kelas IV Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek yang bertugas sebagai guru mata pelajaran Al Qur‟an Hadist
48 
DAFTAR RUJUKAN 
Akhyak, Profil Pendidik Sukses, Surabaya: eK, 2005. 
Amrullah, Fahmi, Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula, Jakarta: CV Artha Rivera, 2002. 
Anwar, Rosibon, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2000). 
chabibie, Hasan, “edukasi”, dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/12/sorogan/, 
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2002. 
Dhofeir, Zamakhsari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES, tt. 
Djamarah, B, Syaiful & Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. 
Djamarah, B, Syaiful, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional, 1994. 
Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. 
Halim, Abdul, et. all., Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002. 
Ismail, Strategi Pembelajaran: Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008. 
Khon, Majid, Abdul, Ulumul Hadits, Jakarta: Amzah, 2010. 
Lutfi, Ahmad, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Repuplik Indonesia, 2009. 
Mulyasa, E, Implementasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. 
Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Teras, 2009. 
Rosyadi, Khoirun, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
49 
Six, “Metode Sorogan”, dalam http://sazmgl.blogspot.com/2010/12/metode- sorogan.html 
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. 
Sumbulah, Umi, Ilmu Hadits, Malang: UIN Maliki Press, 2010. 
Sunarto, “Pengertian Presstasi Belajar” dalam http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/, 
Fata, Choirul, Cinta Al-Qur’an dan Hadits, Surabaya: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009 
Mughni, abdul, et. All., Mengenal Al-Qur’an dan Hadits, Surabaya: PT Putratama Bintang Timur, 2009 
Yonosmagasolo, “Penerapan Metode Sorogan”, dalam http://yonosmagasolo.blogspot.com/2012/02/penerapan-metode-sorogan- pada-mata.html, . 
Arikunto, et. all., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. 
Moleong, J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. 
Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi-UII, 1983. 
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Bina Aksara, 1989. 
Supranto, J, Metode Ramalan Kuantitatif , Jakarta: Rineka Cipta, 1993. 
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabet, 2005. 
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. 
Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Contoh PowerPoint Seminar Skripsi
Contoh PowerPoint Seminar SkripsiContoh PowerPoint Seminar Skripsi
Contoh PowerPoint Seminar Skripsi
Santie Poh
 
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur RasyidinModul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istna Zakia Iriana
 
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
SaftuniSaf
 
Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik
Kurikulum Pendidikan Islam Masa KlasikKurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik
Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik
Ali Murfi
 

Mais procurados (20)

TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
 
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamModul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM 2013
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM 2013PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM 2013
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM 2013
 
KB 3 Mengembangkan dan Mengolah Tes Hasil Belajar
KB 3 Mengembangkan dan Mengolah Tes Hasil BelajarKB 3 Mengembangkan dan Mengolah Tes Hasil Belajar
KB 3 Mengembangkan dan Mengolah Tes Hasil Belajar
 
Resume kb 7
Resume kb 7Resume kb 7
Resume kb 7
 
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi ModernModul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
 
KB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an
KB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'anKB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an
KB 2 Pendekatan dan Metode Penafsiran Al-Qur'an
 
Contoh PowerPoint Seminar Skripsi
Contoh PowerPoint Seminar SkripsiContoh PowerPoint Seminar Skripsi
Contoh PowerPoint Seminar Skripsi
 
Rpp Fiqih MA Kelas X Semeter 1
Rpp Fiqih MA Kelas X Semeter 1Rpp Fiqih MA Kelas X Semeter 1
Rpp Fiqih MA Kelas X Semeter 1
 
LK- RESUME KB 1.docx
LK- RESUME KB 1.docxLK- RESUME KB 1.docx
LK- RESUME KB 1.docx
 
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama IslamModul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
 
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam IslamModul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
 
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur RasyidinModul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
 
RPP MA Akidah Akhlak Kelas X
RPP MA Akidah Akhlak Kelas XRPP MA Akidah Akhlak Kelas X
RPP MA Akidah Akhlak Kelas X
 
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
 
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.9 penyelenggaraan janazah
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.9 penyelenggaraan janazahRPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.9 penyelenggaraan janazah
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.9 penyelenggaraan janazah
 
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MIMateri Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
Materi Akidah Akhlaq Kelas 3 MI
 
Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik
Kurikulum Pendidikan Islam Masa KlasikKurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik
Kurikulum Pendidikan Islam Masa Klasik
 
Konsep Pendidikan Pesantren
Konsep Pendidikan PesantrenKonsep Pendidikan Pesantren
Konsep Pendidikan Pesantren
 

Semelhante a Proposal sekripsi

Proposal skripsi ii
Proposal skripsi iiProposal skripsi ii
Proposal skripsi ii
Warsito Sito
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Muhammad Syafrullah
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guru
Ikhwan Mutaqin
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
Dewi Fitri
 

Semelhante a Proposal sekripsi (20)

Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Proposal skripsi ii
Proposal skripsi iiProposal skripsi ii
Proposal skripsi ii
 
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarMetode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
 
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaranPendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
 
Ipa penemuan terbimbing
Ipa penemuan terbimbingIpa penemuan terbimbing
Ipa penemuan terbimbing
 
Ilmu pendidikannn
Ilmu pendidikannnIlmu pendidikannn
Ilmu pendidikannn
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guru
 
Bab i ptk
Bab i ptkBab i ptk
Bab i ptk
 
Proposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah DiseminarkanProposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah Diseminarkan
 
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
	Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...	Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
 
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh TimurMetodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
 
PPT Sempro Farid - UIN Jambi.pptx
PPT Sempro Farid - UIN Jambi.pptxPPT Sempro Farid - UIN Jambi.pptx
PPT Sempro Farid - UIN Jambi.pptx
 
Makalah Klp 13 Akidah Akhlak.docx
Makalah Klp 13 Akidah Akhlak.docxMakalah Klp 13 Akidah Akhlak.docx
Makalah Klp 13 Akidah Akhlak.docx
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
 
analisis filosofis tentang metode pendidikan.docx
analisis filosofis tentang metode pendidikan.docxanalisis filosofis tentang metode pendidikan.docx
analisis filosofis tentang metode pendidikan.docx
 
Pendekatan dalam pendidikan islam pendekatan berarti proses
Pendekatan dalam pendidikan islam pendekatan berarti prosesPendekatan dalam pendidikan islam pendekatan berarti proses
Pendekatan dalam pendidikan islam pendekatan berarti proses
 
Bab i
Bab  iBab  i
Bab i
 
Ptkbahasaarabm ts n
Ptkbahasaarabm ts nPtkbahasaarabm ts n
Ptkbahasaarabm ts n
 

Mais de mukhtarsyafaat21 (6)

Cover
Cover Cover
Cover
 
Bab iii
Bab iii Bab iii
Bab iii
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Formulir pendaftaran unusida(1)
Formulir pendaftaran unusida(1)Formulir pendaftaran unusida(1)
Formulir pendaftaran unusida(1)
 
Latihan tpa
Latihan tpaLatihan tpa
Latihan tpa
 

Último

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 

Último (20)

Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 

Proposal sekripsi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalah belajar dan mengajar sejak dulu sampai dengan sekarang terus-menerus mendapatkan perhatian, baik di kalangan pakar ilmu pendidikan dan psikologi (yang melihat dari sisi pedagogis dan psikologis) maupun di kalangan praktisi pendidikan, seperti; guru, dosen, penilik, konselor dan para pengelola pendidikan. Menurut Suryo subrata dalam Akyak, peran dan tanggung jawab guru dalam pendidikan sangat berat. Apalagi dalam konteks pendidikan islam, semua aspek kependidikan dalam islam terkait dengan nilai-nilai (value bond), yang melihat guru bukan saja pada penguasaan material-pengetahuan, tetapi juga pada investasi nilai-niali moral dan spiritual yang diembanya untuk ditransformasikan kearah pembentukan kepribadian islam, guru dituntut bagaimana membimbing, melatih dan membiasakan anak didik berperilaku yang baik.1 Sebagai seorang pendidik guru diharapkan mampu memberikan perubahan-perubahan yang positif kepada siswa, sehingga siswa akan 1Akhyak, Profil Pendidik Sukses. (Surabaya: Elkaf, 2005), hal. 2
  • 2. 2 semangat dalam belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi hasil belajarnya. Pendidikan harus dapat membantu siswa untuk mengembangkan bakat potensi, kreatifitas yang dimiliki siswa secara penuh menuju pembentukan manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan perlu adanya upaya-upaya dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti peningkatan interaktsi timbal balik antar siswa dan guru. Umpan balik perilaku guru dapat diwujudkan dalam bentuk membantu setiap anak yang mengalami kesulitan belajar secara individual dengan cara memberikan pujian, kritikan dan arahan serta tanggapan terhadap hasil pekerjaan siswa selama proses belajar mengajar. Salah satu cara guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam hal kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pada Madrasah Ibtidaiyah adalah dengan menggunakan metode sorogan. Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya (badal, asisten kiyai).2 Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Al Qur‟an 2 Zamakhsari Dhofeir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. (Jakarta: LP3ES, tt), hal. 29
  • 3. 3 dan merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari santri. Santri seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren.3 Metode sorogan merupakan pembelajaran yang bertumpul pada individu atau di istilahkan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan metode ini, siswa dituntut untuk dapat mencapai hasil belajar tertentu dengan bimbingan dan arahan dari guru secara individu. Metode ini sangat cocok untuk mendidik siswa pada pendidikan dasar (SD/MI), namun penerapan metode ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari guru dalam membimbing proses belajar siswa. Dari beberapa hasil wawancara di MI Munjungan I Trenggalek Pada siswa kelas IV mata pelajaran Al-Qur‟an Hadist ditemukan bahwa prestasi belajar siswa tidak sesuai dengan KKM yang telah disepakati bersama. Peneliti menyimpulkan bahwa dari 24 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan hanya ada 8 siswa yang berhasil mencapai KKM, sedangkan 16 siswa masih belum tuntas. Maka pendidik menyatakan bahwa prestasi belajar membaca dan menghafal QS. Al-„Adiyat di kelas IV tersebut tergolong rendah. 3 Ibid., hal. 28
  • 4. 4 Sehubungan dengan ini peneliti memandang bahwa begitu pentingnya belajar agama terutama sebagai generasi penerus umat Islam harus mampu memahami dan mempelajari kitab sucinya yaitu Al-Qur‟an, sehingga tidak akan dilupakan di masa mendatang. Untuk itu, peneliti mengambil judul “Peningkatan Prestasi Membaca Dan Menghafal QS. Al ‘Adiyat Melalui Metode Sorogan Pelajaran Al-qur’an Hadist Siswa Kelas IV MI Munjungan I Trenggalek” B. Rumusan Masalah Dari paparan dalam latar belakang masalah di atas, maka Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode sorogan untuk meningkatkan prestasi belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek? 2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek setelah diterapkannya metode sorogan? C. Tindakan Yang Dipilih Dari uraian diatas, maka penulis mempunyai dugaan yang nantinya perlu dibuktikan, yaitu:
  • 5. 5 1. Dengan penerapan metode sorogan dapat meningkatkan prestasi belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek 2. Dengan penerapan metode sorogan dapat meningkatkan kefasihan dan kelancaran belajar Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam meningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek 2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek E. Lingkup Penelitian Dilakukanya penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Al Qur‟an Hadist materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat. Tindakan penelitian yang digunakan adalah metode sorogan. Subjek penelitianya adalah siswa kelas IV MI Munjungan I Trenggalek.
  • 6. 6 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian secara teoritis a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan dan juga bisa menjadi referensi bagi kalangan akademis dan non-akademis khususnya yang bergerak pada bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. b. Sebagai bahan bacaan atau pertimbangan bagi penulis khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya, dalam rangka meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits dengan menggunakan metode sorogan. 2. Manfaat penelitian secara praktis a. Bagi peneliti 1) Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian. 2) Untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. PdI) b. Bagi siswa Untuk meningkatkan prestasi belajar Al Qur‟an Hadist materi membaca dan menghafal QS. Al „Adiyat c. Bagi guru Untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran dan dapat menjadi inspirasi dalam meningkatkan prestasi siswa
  • 7. 7 d. Bagi Kepala Sekolah Untuk dijadikan acuan agar dapat lebih memperhatikan kelangsungan kegiatan proses belajar mengajar dengan metode sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Al- Qur‟an Hadits, khususnya yang berkaitan dengan fungsi Kepala Sekolah sebagai evaluator, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan optimal.
  • 8. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Sorogan 1. Pengertian Metode Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa yunani, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah “cara kerja yang bersistim untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna untuk mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.”4 Sedangkan metode dalam pengertian istilah telah banyak dikemukakan oleh pakar dalam dunia pendidikan sebagaimana berikut ini: a. Prof. Mohd. Athiyah al-Abrasy mengartikan, metode ialah jalan yang kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala macam pembelajaran, dalam segala mata pelajaran. Ia adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu sesudah kita memasukinya. 4Ismail, Strategi Pembelajaran Agama…, hal. 7-8 8
  • 9. 9 b. Prof. Mohd. Abd. Rokhim Ghunaimah mengartikan metode sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan maksud- maksud pengajaran. c. Prof. Ali al- Jumbalaty dan abu al-Fath Attawanisy mengartikan metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru yang menyampaikan maklumat ke otak murid-murid.5 Menurut buku “Srategi Pembelajaran Agama Islam” diterangkan bahwa metode adalah pelaksanaan cara mengajar atau guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.6 Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode merupakan suatu cara atau alat untuk mencapai tujuan, selain itu metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.7 2. Pengertian Sorogan Sorogan berasal dari bahasa Jawa sorog yang berarti menyodorkan. Secara istilah, menerangkan bahwa metode ini disebut sorogan karena 5 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 209 6 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 46 7 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama hal. 8
  • 10. 10 santri/peserta didik menghadap guru atau ustadz pengajarnya seorang demi seorang dan menyodorkan kitab untuk dibaca atau dikaji bersama dengan guru atau ustadz tersebut. Departemen Agama mendefinisikan metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individual), di bawah bimbingan seorang guru atau ustadz. Sorogan adalah metode pengajaran dimana ditekankan murid harus lebih aktif, yaitu murid menghadap kepada guru ‟satu persatu‟ dengan membaca kitab / buku yang telah ditentukan. Bila ada bacaan yang salah atau pemaknaan dan pemahaman yang salah guru membetulkannya. Sehingga bisa dipastikan seorang murid akan sangat paham betul akan materi yang dia pelajari.8 Jadi metode sorogan adalah metode pengajaran dimana ditekankan siswa harus lebih aktif yaitu murid menghadap kepada guru ”satu persatu” dengan membaca kitab/buku yang telah ditentukan. Bila ada bacaan yang salah atau pemaknaan dan pemahaman yang salah guru membetulkannya. Sehingga bisa dipastikan seorang murid akan sangat paham betul akan materi yang dia pelajari. 3. Tujuan metode sorogan Tujuan metode sorogan adalah sebagai sarana memberikan stimulus/rangsangan terhadap keaktifan siswa di dalam mengeksplorasikan 8 Hasan chabibie, “edukasi” dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/12/sorogan/,
  • 11. 11 berbagai pengetahuan terhadap materi yang sebelumnya mereka kaji baik secara individu maupun kelompok, mengembangkan karakter mandiri, terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid, memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai materi, murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang interpretasi suatu buku/ kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung, guru dapat mengetahui seacara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. .9 4. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Sorogan  Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.  Guru menyuruh siswa untuk belajar materi yang telah disampaikan secara individu dengan kompetensi dan indikator yang telah disampaikan.  Selesai belajar materi yang telah disampaikan secara individu seorang siswa yang mendapat giliran menyodorkan buku/kitabnya menghadap langsung secara tatap muka kepada guru atau ustadz, buku/kitab yang menjadi media sorogan diletakan di atas meja atau bangku kecil yang ada di antara mereka berdua.  guru atau ustadz meminta siswa tersebut membacakan atau menjelaskan dalam buku/kitab yang dipelajari, siswa dengan tekun membacakan atau 9 Six, “Metode Sorogan”, dalam http://sazmgl.blogspot.com/2010/12/metode-sorogan.html
  • 12. 12 menjelaskan apa yang di pelajari atau yang telah disampaikan guru atau ustadz sesuai dengan pembelajaran.  guru atau ustadz melakukan monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau kekurangan atas bacaan atau materi yang telah di sampaikan kepada santri, guru meluruskan kesalah pemahaman pada siswa, santri terkadang juga melakukan catatan-catatan seperlunya. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan a. Kelebihan metode sorogan adalah individu diajar langsung sehingga dapat diketahui secara pasti kemampuannya dan jika ada kesulitan dapat segera ditangani. b. Kelemahan metode sorogan adalah membutuhkan pengelolaan yang intensif dengan system pemantauan siswa yang sistematis. Membutuhkan kesabaran, ketelatenan, kedisiplinan baik guru maupun siswanya. Materi tidak dapat ditentukan bersama tingkat pencapaian ketuntasan belajarnya.10 B. Al-Qur’an dan Hadits 1. Pengertian Al-qur’an Kata Al-Qur‟an menurut bahasa merupakan kata benda bentukan dari kata kerja qara’a yang maknanya sinonim dengan kata qira’ah yang berarti “bacaa”, sebagaimana kata ini digunakan dalam ayat 17-18 surat Al-Qiyamah: 10 yonosmagasolo, “Penerapan Metode Sorogan” dalam http://yonosmagasolo.blogspot.com/2012/02/penerapan-metode-sorogan-pada-mata.html
  • 13. 13           Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkanya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaa nya itu.” Sebagaimana yang dikemukakan oleh syekh Ali Ash-Shabuni, “Al- Qur‟an adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat jibril, tertulis dalam mushaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An- Nas”11 Sedangkan menurut istilah banyak berbagai pakar agama yang mendefinisikan Al-Qur‟an diantaranya; a. Menurut istilah ahli agama (ulama) ialah: “Kalamullah yang diturunkan Allah swt. Kepada Nabi Muhammad saw, disampaikan secara mutawatir, bernilai islam bagi umat muslimin yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf.12 b. Ada juga yang mendefinisikan Al-Qur‟an secara terperinci seperti yang dikemukakan oleh Abu Shahbah:13 11 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits…,hal. 35 12 Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula. (Jakarta: CV Artha Rivera, 2002), hal. 1
  • 14. 14 ىُوَ كِتَابُ اللّوِ عَزَّ وَجَلَّ اَلْمُنَ زَّلُ عَلَي خَاتََِ أَنْبِيَائِوِ مَُُمَّ د صَلَّي اللهُ عَلَيْوِ وَسَلَّمَ بِلَفْظِوِ وَمَعْنَاهُ اَلْمَنْ قُوْلُ بِالتَّوا تُرِ اَلْمُفِيْدُ لِلْقَطْعِ وَاْليَقِيِْْ اْلَمَكْتُ وْبُ فِِ الْمَصَاحِفِ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ ا لْفَاتَِِةِ اِلََ اخِرِ سُوْرَةِ النَّاسِ “Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang diturunkan – baik lafad maupun maknanya – kepada nabi terakhir Muhammad SAW, diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan ( kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad ), serta ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat al-fatihah (1) sampai akhir surat an-nas (114).” 2. Pengertian Hadits Terdapat perbedaan pendapat para ulama dalam memberikan definisi hadits dan sunnah.14 Secara harfiah hadits berarti, “komunikasi”, “kisah” (baik masa lampau ataupun kontemporer), “percakapan” (baik yang bersifat keagamaan ataupun umum). Secara istilah, hadits menurut ulama ahli hadits berarti “segala sesuatu yang disadarkan kepada nabi Muhammad SAW baik yang berupa ucapaan, perbuatan, takrir, (sesuatu yang dibiarkan, dipersilahkan, disetujui secara diam-diam), sifat-sifat dan perilaku Nabi SAW”. Sementara itu, menurut para ahli usul fiqih. Hadist adalah “ Segala 13 Rosibon Anwar, Ulumul Qur’an. (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 32 14 Umi Sumbulah, Ilmu Hadits. (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal. 5
  • 15. 15 sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik yang berupa ucapan, perbuatan atau takrir yang patut menjadi dalil hukum syara”. 15 Istilah lain yang dianggap sinonim dan biasa dipakai adalah khabar, atsar, dan sunnah. a. Sunnah menurut banyak bahasa artinya suatu perjalana yang diikuti. Baik dinilai perjalanan baik atau buruk.16 b. Khabar menurut bahasa diartikan “berita”. dari segi istilah khabar identik dengan hadits, yaitu segala sesuatu yang disadarkan kepada Nabi( baik secara marfu‟, mawquf dan maqthu) baik berupa perkataan perbuatan, persetujuan, dan sifat. c. Atsar dari segi bahasa diartikan peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas nabi karena hadits itu peninggalan beliau. Atau di artikan yang di pindahkan dari Nabi. 17 Sebagian ulama berpendapat bahwa khabar dan atsar merupakan istilah yang lebih khusus dinisabkan kepada ucapan, perbuatan, dan takrir yang disandarkan kepada sahabat Nabi SAW atau tabi‟in. Dalam perkembanganya, para ulama ahli hadits maupun usul fiqih menganggap sunnah sinonim dengan 15Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 35 16Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits. (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 5 17Ibid,. hal. 9
  • 16. 16 hadits. Oleh karena itu sebagian besar buku yang mencantumkan kata “sunnah”, maka yang dimaksud adalah hadits. 18 C. Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( bablum min allah wa bablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya.19 Nilai penting ini bertujuan untuk memberikan pemahaman agar siswa sejak dini belajar untuk beriman dan bertakwa kepada allah swt, belajar untuk memahami dan menghayati Al-Qur‟an dan hadist, menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis Al-Qur‟an dan hadits. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif apa yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan hadits. Dan belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain sesuai tuntutan Al-Qur‟an dan hadits. 20 18 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 35 19 Abdul Halim, et. all., Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 3 20 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 36
  • 17. 17 1. Karakteristik Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Kemampuan-kemampuan dalam standar kompetensi lulusan mata pelajaran Al-qur‟an dan Hadits yang harus dicapai peserta didik di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, yaitu: a) Membaca, menghafal, menulis dan memahami, surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, yakni QS. Al „Adiyat Kemampuan tersebut meliputi: melafalkan, membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan mengamalkan. Yakni dengan maksud agar peserta didik memiliki kemampuan: a) Memahami cara melafalkan huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya. b) Menyusun kata-kata dengan huruf-huruf hijaiyah baik secara terpisah maupun bersanbung. c) Memahami cara melafalkan dan memghafal surat-surat tertentu dalam juz‟ Amma. d) Memahami arti surat tertentu dalam juz‟ Amma. e) Menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwid dalam bacaan al-qur‟an. Upaya memperkenalkan Al Qur‟an dan hadits sejak dini menjadi hal yang sangat penting. Pembelajaran Al Qur‟an dan Hadits diarahkan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan peserta didik terhadap al-qur‟an dan hadits, sehingga memperooleh pengetahuan mengenai keduanya dengan baik dan benar. Mata pelajaran Al Qur‟an dan Hadits di madrasah ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca
  • 18. 18 dan menullis Al-Qur‟an dan hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat- surat pendek dalam Al-Qur‟an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Al-Qur‟an Hadist ini diharapkan: a) Peserta didik dapat mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minatnya, serta dapat menumbuhkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, penguasaan keterampilan hidup, penguasaan kemampuan akademik, dan pengembangan kepribadaian yang paripurna. b) Guru dapat mengembangkan kompetensi pelajaran Al-Qur‟an Hadits peserta diidik dengan menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran dan sumber belajar. c) Guru dapat menentukan bahan ajar Al-Qur‟an dan Hadits sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dari peserta didik. d) Orang tua dan masyarakat dapat secara akif terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran Al-Qur‟an dan Hadits. e) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang Al-Qur‟an dan Hadits sesuai dengan keadaan keadaan peserta didik dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedian. 21 21Ibid., hal. 20
  • 19. 19 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pada Madrasah Ibtidaiyah bertujuan: a) Memberikan kemampuan dasar kepada kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca Al-Qur‟an dan Hadits. b) Memberikan pengertiaan, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat- ayat Al-Qur‟an Hadits melalui keteladanan dan pembiasaan. c) Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada isi kandungan ayat Al-Qur‟an dan Hadits. Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: a) Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur‟an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. b) Hafalan surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungan serta pengamalanya melaui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Sumber Belajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah buku mengenal
  • 20. 20 Al-Qur‟an dan Hadits, Cinta Al-Qur‟an dan Hadits, dan buku Al-Qur‟an Hadits yang relevan. Selain itu lingkungan salah satu sumber yang sangat penting dan memilikli nilai-nilai yang sangat berharga dalam proses pembelajaran peserta didik. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, yang terdiri dari: pertama, lingkungan sosial dan kedua, lingkungan fisik (alam). 1. Lingkungan sosial dapat di digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam Al-Qur‟an Hadits lingkungan sosial menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam mewujudkan kandungan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadits, seperti bagaimana berperilaku terhadap orang miskin, menekankan rasa persaudaraan dan sebagainya. 2. Sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi dalam memelihara dan melestarikan alam. Kondisi ini pun sangat sesuai dengan penanaman dan ajaran yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits, seperti bagaimana siswa diajarkan untuk menjaga kebersihan. Dalam prakteknya, pembelajaran Al- Qur‟an Hadits dengan teknik karya wisata, misalnya, guru dapat
  • 21. 21 memperkenalkan lingkungan sekitar yang dapat menumbuh kembangkan siswa terhadap kandungan Al-Qur‟an dan Hadits. 22 5. Pendekatan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Dalam pembelajaran Al-Qur‟an Hadits pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan adalah: a) Pendekatan tujuan. Pendekatan ini digunakan karena didasari oleh pemikiran bahwa setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus diterapkan terlebih dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka kemudian dapat ditentukan metode dan teknik pengajaran yang akan di terapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. b) Pendekatan struktural. Pendekatan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa Al-Qur‟an Hadits dinarasikan dalam bahasa arab, yang memiliki kaidah, norma, dan aturanya sendiri, khususnya dalam membaca dan menulisnya. 23 Sedangkan departemen agama (2004) menyajikan beberapa pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an hadits, yaitu: 22Ibid., hal. 70 23Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 61
  • 22. 22 1. Pendekatan keimanan spiritual. Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan pada pengolahan rasa dan kemampuan beriman melaui pengembangan spiritual dalam menerima, menghayati, menyadari dalam mengamalkan nilai ajaran-ajaran islam, 2. Pendekatan pengamalan. Menekankan aktivitas peserta didik untuk menemukan dan memaknai pengalamanya sendiri dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama islam, terutama yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan Hadits, dalam kehiduupan sehari-hari. 3. Pendekatan pembiasaan. Dikembangkan dengan memberikan peran terhadap lingkungan belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah, dalam membangun sikap mental dan membagun masyarakat yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits. 4. Pendekatan rasional. Proses pembelajaran dengan menekankan fungsi rasio (akal) peserta didik dengan tingkat perkembangan kecerdasan intelektualnya dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al- Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pendekatan emosional.
  • 23. 23 Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan kecerdasan emosional peserta didik dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits. 6. Pendekatan fungsional. Menekankan untuk memberikan peran terhadap kemampuuan peserta didik dalam menggali, menemukan, dan menunjukan nilai-nilai fungsi tuntunan dan ajaran sebagaimna yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits. 7. Pendekatan keteladanan. Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan agar personal sebagai contoh nyata, tujuan agar peserta didik dapat secara langsung melihat, merasakan, menyadari, menerima, kemudian mempraktekanya sendiri.24 C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Prestasi menurut Depdiknas adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.25 Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada 24 Ibid., hal. 63-64 25 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi…, hal. 19
  • 24. 24 perubahan–perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dari sikap siswa. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.26 Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel bahwa Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh 26 Sunarto, “Pengertian Presstasi Belajar” dalam http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ ,
  • 25. 25 guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. Menurut Poerwodarminto dalam Syaiful Bahri Djamarah yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Mas‟ud Khasan Abdul Qohar, Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.27 Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor. 2. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam iteraksi dengan lingkunganya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Dari pendapat ini kata “perubahan” berarti bahwa seseorang yang telah mengalami belajar akan berubah tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan, 27Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi…, hal. 20-21
  • 26. 26 keterampilan, maupun dalam sikapnya, karena hal ini merupakan interaksi diri mereka sendiri dengan lingkungannya. Belajar mengandung pengertian suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.28 Orang yang belajar makin lama makin dapat mengerti akan hubungan– hubungan dan perbedaan bahan–bahan yang dipelajari, dan setingkat dapat membuat suatu bentuk yang mula–mula belum ada, atau memperbaiki bentuk–bentuk yang telah ada. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sadar yang dari semula seorang tersebut tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tidak mengerti menjadi mengerti serta memahami dengan baik. Perubahan itu nantinya akan mempengaruhi pola fikir individu dalam berbuat dan bertindak. Perubahan itu sebagai hasil dan pengalaman individu dalam belajar.29 Dengan demikian, dapat difahami bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.30 3. Prestasi Belajar Sebagai Penilaian 28Ibid., hal. 21 29Ibid., hal. 22 30Ibid., hal. 24
  • 27. 27 Pada pengertian diatas sudah dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yg dinyatakan sesudah hasil penilaian. Ini berarti prestasi belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktiftas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar siswa bukan hanya untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan aktifitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk meningkatkan siswa agar lebih giat belajarnya, baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan dibicarakan mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian. Prestasi belajar adalah penilaian, sedangkan penilaian sebagai aktifitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar itu sendiri. Dalam penilaian mau tidak mau pembicaraan harus membahas evaluasi. Evaluasi menurut Wayan Nurkancana dalam Muhammad Zaini, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai segala sesuatu. 31 Jadi untuk penilain hasil pretasi belajar guru harus tepat dalam menyusun strategi evaluasi agar hasil penilaian tidak biasa, yang pada gilirannya informasi yang didapatkan tentang peningkatkan aktifitas (prestasi belajar) muridnya akurat. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa perlu diadakan evaluasi sebagai pengukur prestasi. Pertama untuk evalusi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran materi membaca Al-Qur‟an dan Hadits adalah dengan teknik unjuk kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai 31Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 142
  • 28. 28 istrumenya untuk mengetahuai seberapa lancar dan bagus pembacaan siswa terhadap Al-Qur‟an dan Hadits. Kedua bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat untuk materi Al-Qur‟an dan Hadits adalah tes Obyektif dan Subyektif dengan teknik lisan/ tulis. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an dan Hadits.32 4. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil interaksi sebagai faktor. Baik internal maupun eksternal.33 Untuk memahami tentang prestasi belajar perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya. a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan dalam faktor intern yaitu: 1) Kecerdasan / intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan–kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya, sehingga seorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yan lebih tinggi dibanding dengan 32 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist…, hal. 126 33 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 190
  • 29. 29 kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Kartono, kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat normal atau diatas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi”. Slameto mengatakan bahwa “ tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah “. Sedangkan Muhibbin berpendapat bahwa intelegensi adalah “ semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk maraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses “. Dari pendapat diatas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. 2) Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim purwanto, bahwa “ bakat dalam hal ini lebih
  • 30. 30 dekat pengertiannya dengan kata abtitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan – kesanggupan tertentu”. Kartono menyatakan bahwa “ bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembankan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata”. Menurut syah Muhibbin “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan“. Dari pendapat diatas jelas bahwa tmbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Sehubungan dengan bakat ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang–bidang studi tertentu. Pada proses belajar terutama belajar ketrampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil prestasi yang baik. 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel minat adalah “ kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang untuk berkecimpung dalam hal itu “. Selanjutnya Slameto mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati
  • 31. 31 seseorang diperhatikan terus yang disertai rasa sayang“. Kemudian Sardiman mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri–ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan–keinginan atau kebutuhan–kebutuhannya sendiri“. Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah di pelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai. 4) Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong kedaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution mengataakan motivasi belajar adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan Sardiman
  • 32. 32 mengatakan bahawa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu”. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa terhadap sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran, sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor–faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadan sekolah dan lingkungan masyarakat”. 1) Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelakan oleh Slameto bahwa “Keluarga dalah lembaga pendidikan pertama dan utama“. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam kebehasilan seseorang dalam belajar. Dalam hal ini Hasbulloh mengatakan: Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
  • 33. 33 keluarga inilah anak pertama–tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluaraga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidkan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidika selanjutnya. Peralihan pendidikan informal ke lembaga formal memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. 2) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolayh ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat – alat pelajaran dan kurikulum. Jika hubungan guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil–hasil belajarnya. Menurut Kartono “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan di ajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar“. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. 3) Lingkungan Masyarakat
  • 34. 34 Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari–hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono berpendapat: lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak–anak yang sebayanya. Apabila anak–anak yang sebaya merupakan anak–anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak–anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak–anak yang berkeliaran maka anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari–hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan–kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. 34 34 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 54-60
  • 35. 35 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas “merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”35 Rancangan penelitian tindakan kelas dipilih karena masalah yang akan dipecahkan berasal dari praktek pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.36 Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang akan menghasilkan kesimpulan berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan menghasilkan data yang berupa angka-angka. 35 Arikunto, Suharjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 3 36 Lexy J. Moleong,. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 4 35
  • 36. 36 Sejalan dengan definisi tersebut di atas, Kirk dan Miller dalam Moleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.37 Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang mengandalkan pengamatan, wawancara dan dokumentasi pada obyek penelitian sehingga dihasilkan data yang menggambarkan secara rinci dan lengkap tentang obyek penelitian. Adapun pola penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pola deskriptif. Pola ini berarti penelitian yang “hanya akan melukiskan keadaan obyek atau persoalannya dan tidak dimaksudkan untuk mengambil/menarik kesimpulan yang berlaku umum”.38 Menurut teori penelitian, pola deskriptif itu ada dua sifat, yaitu bersifat eksploratif dan bersifat developmental, namun dalam penelitian ini menggunakan pola deskriptif eksploratif yaitu, “bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena”,39 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan pola deskriptif eksploratif, yakni pola penelitian yang menggambarkan secara rinci atau lengkap tentang keadaan atau status fenomena obyek penelitian dan tidak mencari kesimpulan 37 Ibid., hal. 4 38 Marzuki, Metodologi Riset. (Yogyakarta : Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi-UII, 1983), hal. 47 39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hal. 195
  • 37. 37 yang berlaku secara umum. Adapun kesimpulan yang diambil merupakan gambaran yang terjadi pada obyek penelitian. Model yang digunakan adalah model Kurt Lewin. PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin dalam Aqib (2007:21) yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (refecting). Secara keseluruhan, empat tahapan tersebut membentuk suatu siklus PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama, begitu juga seterusnya. B. Setting Penelitian Dan Karakter Subjek Penelitian Tempat Penelitian Tindak Kelas ini dilakukan di Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek. Waktu Penelitian Tindak Kelas dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Subjek Penelitian Tindak Kelas adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek. C. Variabel yang di Selidiki Adapun variable yang diselidiki adalah; 1. Untuk variable inputnya yaitu siswa kelas IV Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek
  • 38. 38 2. Untuk variable proses yaitu proses belajar mengajar dengan menggunakan metode sorogan 3. Untuk variable out put yaitu peningkatan prestasi belajar siswa D. Rencana Tindakan Adapun Penelitian ini mengunakan model Kurt lewin yang menyatakan bahwa diagram dari empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah, sebagai berikut: 40 Gambar I. Bagan Model Penelitian Tindakan Kelas41 Dalam penelitian tindakan kelas ini, tahap-tahap penelitian dirinci sebagai berikut: 1. Pratindakan 40 Arikunto, Suharjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan…, hal. 16 41 Ibid.,
  • 39. 39 Kegiatan pratindakan merupakan kegiatan pendekatan permasalahan pembelajaran di kelas yang akan diteliti. Dalam kegiatan pratindakan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain: a. Observasi Awal Dalam kegiatan ini, peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung. Posisi peneliti dalan observasi awal ini adalah sebagai pengamat sekaligus sebagai pencatat atau pelaku langsung dari observasi yang dilakukan. Observasi awal ini digunakan untuk mengetahui penerapan metode sorogan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. b. Tes Awal Kegiatan tes awal yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Al- Qur‟an Hadits. Pada kegiatan tes awal ini, peneliti memberikan tes atau tugas kepada anak didik untuk memilih beberapa metode pembelajaran yang disenangi dalam mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Wawancara Awal Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tak terstruktur atau bebas. Hal ini peneliti lakukan untuk mendapatkan
  • 40. 40 informasi yang lebih mendalam, sehingga diharapkan akan mendapatkan data yang rinci, sejujurnya dan mendalam. Informan yang diwawancarai pada kegiatan wawancara awal ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. Kegiatan wawancara awal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari sisi guru terkait dengan prestasi belajar anak. Selain itu juga ditentukan kriteria keberhasilan tindakan yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini, kriteria keberhasilan tindakan ditentukan dengan asumsi, sebagai berikut: “Kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus tindakan yang telah dirancang dianggap telah berhasil jika hasil observasi menunjukkan nilai atau skor 78 - 89 yang pada tabel kriteria interpretasi berarti baik”. 2. Kegiatan pelaksanaan tindakan a. Siklus I 1) Perencanaan I a) Penyusunan perencanaan observasi mengajar pada siswa kelas IV Semester II Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek.
  • 41. 41 b) Membuat lembar observasi untuk pengamatan aktivitas guru dan anak di dalam kelas pada waktu proses kegiatan belajar mengajar. c) Mempersiapkan alat evaluasi untuk mengukur dan mengetahui sejauhmana prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. 2) Tindakan I a) Melaksanakan perencanaan observasi mengajar. b) Melaksanakan analisis evaluasi hasil observasi. 3) Observasi I Pada tahap ini peneliti bersama dengan guru dan atau teman sejawat melaksanakan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, yakni: a) Penerapan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. b) Prestasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 4) Refleksi I Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil observasi, peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi, apakah kegiatan
  • 42. 42 belajar mengajar yang dilakukan dalam siklus I dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jika belum berhasil maka perlu dilanjutkan pada siklus II. b. Siklus II 1) Perencanaan II Dalam perencanaan tindakan siklus II ini, peneliti menyampaikan hasil refleksi siklus I. Kemudian dalam rencana pembelajaran pada siklus II ini, peneliti menggunakan metode sorogan dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Tindakan II Pada tahapan ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan, yakni pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Diharapkan pada akhir kegiatan ini, peneliti sudah mendapatkan hasil yaitu meningkatnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits. 3) Observasi II Pada tahap ini peneliti dibantu oleh guru dan atau teman sejawat melaksanakan observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan mencatat data-data. Fokus pengamatan dan pencatatan adalah semua aktifitas siswa dan
  • 43. 43 peran aktif siswa yang merupakan indikator dari prestasi belajar siswa. 4) Refleksi II Pada akhir tindakan II ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegaiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan untuk: a) menganalisis tindakan yang telah dilaksanakan, b) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan, dan c) melakukan penyimpulan data yang diperoleh. E. Data dan Cara Pengumpulanya Dalam proses pengumpulan data ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut: 1. Metode Observasi Pengertian observasi menurut Suharsini Arikunto adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat-alat indera.42 Dalam metode ini, peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung. Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu kegiatan pemusatan perhatian 42 Ibid., hal. 156
  • 44. 44 terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba).43 Posisi peneliti dalan metode ini adalah sebagai pengamat sekaligus sebagai pencatat atau pelaku langsung dari observasi yang dilakukan. Pengertian observasi juga disampaikan oleh Riyanto dalam Tanzeh yang menyatakan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan obyek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.44 Sehingga dapat simpulkan bahwa metode observasi adalah sebuah metode pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dan merekamnya dalam bentuk catatan-catatan. 2. Metode Wawancara / Interview Menurut Tanzeh, wawancara merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data atau obyek penelitian.45 43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 146 44Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal.100 45Ibid., hal. 63
  • 45. 45 Menurut Hadi wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.46 Sementara Suharsimi menjelaskan bahwa: Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (intervieer)".47 Dalam metode penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tak terstruktur atau bebas. Hal ini peneliti lakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Sehingga diharapkan akan mendapatkan data yang rinci, sejujurnya, dan mendalam tentang penerapan metode sorogan dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Al- Qur‟an Hadits siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek. 3. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, 46 Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan wawancara (Malang: Banyumedia, 2004), hlm. 63 47 Suharsimi Arikunto, Penelitian…, 132
  • 46. 46 majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat dan sebagainya.48 Pendapat lain mengatakan bahwa metode dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.49 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mencatat, menyalin, dan mendokumentasikan data yang sudah ada sebagai hasil penelitian. Dalam metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang: (a) selayang padang/profil sekolah, (b) struktur kepengurusan, (c) daftar keadaan siswa, (d) daftar keadaan guru, dan (e) kedaan sarana prasarana yang dimiliki sekolah. F. Indikator Kinerja Sebagai tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan PTK, maka perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar siswa. Adapun indikator keberhasilan yang berkaitan erat dengan evaluasi pembelajaran (seberapa besar siswa telah menguasai suatu kompetensi), maka dapat digunakan besarnya skor kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran ada dua kriteria, yakni (1) indikator 48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…., hal. 158 49Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi…, hal. 66
  • 47. 47 kualitatif berupa keantusiasan siswa mengikuti pembelajaran dan sikap mereka terhadap strategi pembelajaran yang dikembangkan, dan (2) indikator kuantitatif berupa besarnya skor ulangan yang diperoleh siswa dan selanjutnya dibandingkan dengan batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Munjungan I Trenggalek, besarnya skor KKM adalah sebesar 78 artinya siswa dapat dikatakan lulus jika nilai ulangan mereka di atas 78 dari alternatif penilaian yang ditentukan. Dengan demikian siswa dikatakan tuntas belajar secara individual jika skor tes minimal sebesar 78. Demikian sebaliknya siswa yang mencapai skor dibawah rentang 78 dinyatakan belum tuntas mengikuti program pembelajaran. Tetapi jika siswa yang berhasil secara individual masih dibawah 60%, maka model pembelajaran yang dijalankan dapat dikatakan belum berhasil. G. Tim Peneliti dan Tugasnya Penelitian menggunakan kolaborasi. Peneliti bekolaborasi dengan guru kelas IV Madrasah Ibtida‟iyah Munjungan I Trenggalek yang bertugas sebagai guru mata pelajaran Al Qur‟an Hadist
  • 48. 48 DAFTAR RUJUKAN Akhyak, Profil Pendidik Sukses, Surabaya: eK, 2005. Amrullah, Fahmi, Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula, Jakarta: CV Artha Rivera, 2002. Anwar, Rosibon, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2000). chabibie, Hasan, “edukasi”, dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/12/sorogan/, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2002. Dhofeir, Zamakhsari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: LP3ES, tt. Djamarah, B, Syaiful & Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Djamarah, B, Syaiful, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Halim, Abdul, et. all., Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Ismail, Strategi Pembelajaran: Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008. Khon, Majid, Abdul, Ulumul Hadits, Jakarta: Amzah, 2010. Lutfi, Ahmad, Pembelajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Repuplik Indonesia, 2009. Mulyasa, E, Implementasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Teras, 2009. Rosyadi, Khoirun, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
  • 49. 49 Six, “Metode Sorogan”, dalam http://sazmgl.blogspot.com/2010/12/metode- sorogan.html Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Sumbulah, Umi, Ilmu Hadits, Malang: UIN Maliki Press, 2010. Sunarto, “Pengertian Presstasi Belajar” dalam http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/, Fata, Choirul, Cinta Al-Qur’an dan Hadits, Surabaya: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009 Mughni, abdul, et. All., Mengenal Al-Qur’an dan Hadits, Surabaya: PT Putratama Bintang Timur, 2009 Yonosmagasolo, “Penerapan Metode Sorogan”, dalam http://yonosmagasolo.blogspot.com/2012/02/penerapan-metode-sorogan- pada-mata.html, . Arikunto, et. all., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Moleong, J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi-UII, 1983. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Supranto, J, Metode Ramalan Kuantitatif , Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabet, 2005. Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009.