Teks tersebut membahas epistemologi dan aksiologi ilmu dakwah. Epistemologi ilmu dakwah membahas sumber pengetahuan dakwah, metodologi, dan struktur teori dakwah. Sedangkan aksiologi ilmu dakwah membahas tujuan ilmu dakwah apakah hanya menjelaskan realitas atau mengatasi masalah. Teks ini juga membedakan ilmu dakwah teoritik dan terapan.
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
Revisi pid klmpk 12
1. EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ILMU
DAKWAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Jauharotul Farida, M.Ag.
Disusun Oleh :
Gabriella 131311103
Naili Mufrodah 131311113
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
1
2. PENDAHULUAN
2
I. LATAR BELAKANG
Ilmu dakwah adalah kumpulan pengetahuan yang membahas masalah dan segala hal
yang timbul atau mengemuka dalam interaksi antarunsur dari sistem dakwah agar
diperoleh pengetahuan yang tepat dan benar mengenai kenyataan dakwah.1 Epistemologi
adalah cabang dari filsafat yang membahas persoalan apa dan bagaimana cara seseorang
memperoleh pengetahuan.2 Sedangkan aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari
cara-cara yang berbeda dimana suatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan nilai dengan
menilai di satu pihak dan dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain.
Pada setiap jenis pengetahuan filsafat mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi)pengetahuan tersebut digali
dan dikembangkan. Jika membicarakan epistemologi ilmu,maka seharusnya dikaitkan
dengan ontologi dan aksiologi, sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang
berurutan dalam mekanisme pemikiran. Jika terdapat obyek pemikiran –dalam konteks ini
adalah ontologi ilmu dakwah, yakni ilmu komunikasi danpenyiaran Islam, ilmu bimbingan
dan konseling Islam, dan ilmu pengembangan masyarakat Islam, tetapi jika tidak
didapatkan cara-cara berpikirnya (epistemologinya), maka obyek pemikiran itu akan
”diam” saja sehingga tidak diperoleh pengetahuan apa pun. Sekiranya obyek pemikiran
ada, cara-cara berpikir juga ada, tetapi tidak diketahui manfaat apa yangbisa dihasilkan dari
sesuatu yang dipikirkan itu (aksiologinya), maka hanya akan sia-sia.3
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yg dimaksud dengan Ilmu Dakwah dalam Perspektif Epistemologi?
B. Apa yg dimaksud dengan Ilmu Dakwah dalam Perspektif Axiologis?
1 Drs. Wahidin Saputra, M.A. Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) hlm.100
2 Harun Nasution, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),hal 10.
3 http://nurhayaniikom.blogspot.com/2014/01/makalah-epistemologi-ilmu-dakwah.html. diunduh tanggal 18
Maret 2014 pukul 21.10
3. PEMBAHASAN
A. Ilmu Dakwah dalam Perspektif Epistemologi
Epistemologi adalah teori pengetahuan. Menurut bahasa Yunani (episteme) berarti
pengetahuan, (logos) berarti teori. Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang
membahas persoalan apa dan bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan.4
Epistemologi dakwah adalah usaha seseoarang untuk menelaah masalah - masalah,
objectivitas, metodologi, sumber, serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan
menggunakan dakwah sebagai subyek bahasan (titik tolak berfikir).5
1. Sumber Dakwah dan Ilmu Dakwah
Struktur keilmuan dakwah berkaitan dengan kerangkja berfikir ( filosofis ) mengenai
unsur-unsur dakwah, kerangka berfikir (teknis), mengenai interksi antara unsur yang
melahirkan problem dakwah sebagai objek kajian–kajian keilmuan dakwah. Pengetahuan
dari teori dakwah yang berkaitan dengan realitas dakwah dari intraksi dua unsur tersebut
bersumber dari wahyu ( otoritas ) dan akal ( intuisi ). Hal itu sejalan dengan cakupan
doktrin islam yang meliputi Al Qur’an, hadits dan sejarah islam.
Beberapa definisi ilmu dakwah menekankkan pada aspek dakwah sebagai realitas
dakwah, bukan dakwah sebagai kewajiban setiap muslim. Pandangan dakwah sebagai
kewajiban akan mengarahkan ilmu dakwah sebagai kajian normative. Kajian dakwah
melibatkan naskah Al Qur’an dan as sunnah sebagai pijakan utama.
Dari dua pandangan diatas dapat di ambil suatut kesimpulan yang mendasari ataupun
sumber utama dakwah dan ilmu dakwah itu sendiri ialah sumber pada Al Qur’an dan As
sunnah sebangai pijakan utama dalam dakwah tersebut.
4 http://kompi12.wordpress.com/2012/10/11/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu-dakwah/ diakses pada
tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.45
5http://nurhayaniikom.blogspot.com/2014/01/makalah-epistemologi-ilmu-dakwah.html diunduh pada
tanggal 18 Maret 2014 pukul 22.00
3
4. 4
2. Metodologi Keilmuan Dakwah
Metodologi dapat diartikan studi tentang metode pada umumnya, baik metode ilmiah
atau bukan. Merujuk pada pemikiran Syukradi Sambas, metode ilmu dakwah berakar pada
al-Nazhariyah al-Syumuliah Al-Qur’aniyah, yaitu pemikiran holistik berdasarkan petunjuk
Al-Qur’an. Al-Nazhariyah al-Syumuliah Al-Qur’aniyah memadukan aliran teori
pengetahuan seperti empirisme, rasionalisme, kritisisme dan mistisisme yang menjadi
metode ilmu dakwah dengan garis besar meliputi :
a. Metode Istinbath, yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan
hakikat dakwah dari Al-Qur’an dan hadits yang produknya berupa teori utama
ilmu dakwah Istinbath Relevan.
b. Metode Iqtibas, yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan
hakikat, realitas dan denotasi dakwah dari islam yang secara empiris hidup di
masyarakat ilmu-ilmu sosial dipakai sebagai ilmu bantu dalam penerapan dan
penggunaan metode ini.
c. Metode Istiqra, yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan
hakikat dakwah melalui penelitian kualitatif dan atau kuantitatif dengan
mengacu pada teori turunan dari teori utama ilmu dakwah.6
Amrullah Achmad (1985) menjelaskan beberapa metode ilmu dakwah yang dapat
dipikirkan atas tindak lanjut dari metode iqtibas dan istiqra. Metode ilmu dakwah yang
dimunculkan sebagai berikut:
a. Metode keilmuan dakwah dengan menggunakan pendekatan analisis sistem
b. Metode historis, yaitu metode ilmu dakwah dengan menggunakan pendekatan
ilmu sejarah.
c. Metode reflektif, yaitu suatu proses verifikasi prinsip-prinsip serta konsep-konsep
dasar dakwah yang dipengaruhi refleksi pandangan dunia tauhid sebagai
suatu paradigma.
d. Metode riset dakwah partisipatif, menekankan kajiannya dengan menggunakan
pendekatan empiris.7
6 Syukriadi Sambas, Sembiln Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID :1999) Hlm.91-92
7 Syukriadi Sambas, Sembilan Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah.
5. 5
3. Struktur Teori Dakwah
Teori dakwah adalah konseptualisasi mengenai realitas dakwah. Teori dakwah tidak
lain berupa akumulasi dari hasil penelitian yang telat teruji kebenarannya mengenai objek
formal ilmu dakwah. Syukriadi Sambas membagi teori dakwah berdasarkan metode
nadzariah syumuliah qur’aniyah sebagai berikut :
a. Teori citra, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan istiqra
mengenai da’i.
b. Teori pesan, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan istiqra
mengenai pesan dakwah.
c. Teori efektivitas, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan istiqra
mengenai metode dan media dakwah.
d. Teori medan dakwah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan
istiqra mengenaiberbagai persoalan mad’u.
e. Teori dakwah nafsiyah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan
istiqra mengenai proses dakwah nafsiyah, yang merupakan dakwah yang terjadi
di dalam diri seseorang.
f. Teori dakwah fardliyah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan
istiqra mengenai proses dakwah yang terjadi ketika da’i dan mad’unya bersifat
perseorangan dalam bentuk tatap muka.
g. Teori dakwah fi’ah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan
istiqra mengenai proses dakwah dimana da’inya perorangan sedangngkan
mad’unya terdiri dari 3-20 orang yang berlangsung tatap muka dan bersifat
dialogis.
h. Teori dakwah hizbiyah, yaitu proposisi sebagai hasil dari istinbath, iqtibas dan
istiqra mengenai proses dakwah yang da’inya perseorangan dan mad’u terdiri
dari sekelompok orang yang terorganisasi.
i. Teori dakwah ummah, yaitu proposisi yang dimaksud dari penerapan metode
istinbath, iqtibas dan istiqra mengenai dakwah ummah, dimana proses dakwah
da’inya perorangan dan mad’unya sejumlah orang banyak, baik tanpa maupun
dengan menggunakan media masa dan bersifat monologis.
6. j. Teori dakwah qabaliyah, yaitu proposisi sebagai hasil penelitian dengan
menerapkan metode istinbath, iqtibas dan istiqra mengenai proses dakwah yang
terjadi antar suku dan budaya yang berlainan mad’u dan da’inya.
k. Teori dakwah syu’ubiyah, yaitu proposisi sebagai hasil penerapan metode
istinbat,iqtibas, dan istiqra dalam penelitian dakwah antar bangsa, dimana da’I
dan mad’unya berlainan suku bangsa dan budaya tidak dalam satu kesatuan
wilayah kebangsaan.8
Menurut teori tahapan dakwah, Rasulullah dan para sahabatnya telah berdakwah
dalam tiga tahapan dakwah, yaitu tahapan takwin, tandzim, dan pendelegasian. Adapun
tahap-tahap berikut adalah :
a. Tahap takwin adalah tahap pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk
internalisasi dan sosialisasi ajaran tauhid.
b. Tahapan tandzim adalah ( tahap penatapan dakwah ) . Tahap ini merupakan
hasil internalisasi dan sosialiasasi ( eksternalisasi ) yang telah di lakukan
pada tahapan petama.
c. Tahap pendelegasian adalah tahap pelepasan dan kemandirian. Tahap ini di
repsentasikan dalam penyelenggaraan haji wadah.
Stuktur teori dakwah berkaitan dengan pemberian kerangka berfikir ( filosofis)
mengenai unsur-unsur dakwah, kerangaka berfikir ( teoritis ) mengenai konteks dakwah
dan kerangka berfikir ( teknis ) mengenai interaksi antara unsur yang melahirkan problem
dakwah sebagai kajian ilmu dakwah.
6
4. Struktur Keilmuan Dakwah
Struktur keilmuan dakwah berkaitan dengan memberikan kerangka berpikir (filosofis)
mengenai unsur-unsur dakwah,kerangka berfikir (teoritis) mengenai konteks dakwah dan
kerangka berfikir (teknis) mengenai interaksi antar unsur yang melahirkan problema
dakwah sebagai objek kajian cabang-cabang keilmuan dakwah. Ilmu dakwah dibagi atas
dua kategori :
8 Syukriadi Sambas, Sembiln Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID :1999)
7. a. Ilmu dakwah teoritik, yaitu salah satu disiplin ilmu dakwah yang berusaha
memberikan kerangka teori dan metodologi dakwah islam. Berfungsi
memberikan dasar-dasar teoritik dan metodologik keahlian dakwah islam.
Ilmu dakwah ini memberikan prinsip-prinsip, paradigma dan kerangka
teoritik, antara lain : Filsafat dakwah, Epistemologi dakwah, Sejarah
dakwah, Sistem dakwah dan lain-lain.
b. Ilmu dakwah terapan (teknologi dakwah), yaitu salah satu disiplin ilmu
dakwah yang berusaha memberikan kerangka teknis operasional kegiatan
dakwah islam. Berfungsi memberikan kemampuan teknis keahlian profesi
dakwah islam. Menurut Syukriadi Sambas, ilmu dakwah terapan terdiri dari
tiga kelompok utama, yaitu ilmu tabligh islam,ilmu pengeembangan
masyarakat islam, dan ilmu menejemen dakwah.
B. Ilmu Dakwah dalam Perspektif Axiologis
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, aksiologi dapat dipahami sebagai bidang
telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan tujuan ilmu : apakah teori ilmu itu hanya
merupakan penjelasan objektif terhadap realitas, atau teori ilmu merupakan pengetahuan
untuk mengatasi berbagai masalah yang relevandengan realitas bidang kajian ilmu yang
bersangkutan.9 Menurut Sambas, aksiologi ilmu dakwah adalah:
a. Mentransformasikan dan menjadi manhaj (kaifiyyah) serta mewujudkan
ajaran islam menjadi tatanan khoiru-ummah.
b. Mentransformasikan iman menjadi amal sholeh jamaah
c. Membangun dan mengembalikan tujuan hidup manusia,, meneguhkan
fungsi khilafah manusia menurut Al-Qur’an dan sunnah, oleh karena itu
ilmmu dakwah dapat dipandang sebagai perjuangan ummat islam dan ilmu
rekayasa masa depam umat dan peradaban manusia.10
9 Bustanuddin Agus, The Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penertiban Bidang Filsafat, terj. Ali Mudhofir,
(Yogyakarta: Karya Kencana, 1977), hal. 144-145. Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial,( Jakarta: Gema Insani
Press,1999), hlm. 109.
10 Syukriadi Sambas, Sembiln Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP HADID :1999)
7
8. 8
1. Memahami Kebenaran
Dalam Al-Qur’an, Kebenaran itu disebut dengan istilah al-haq.Dipakai untuk
menunjuk Allah dan suatu pengertian yang berlawanan dengan arti istilah batil dan halal.
Seperti pada QS Yunus [10]:32
“Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah, Tuhan kamu yang al-haq. Maka tidak ada
sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimana kamu dipalingkan (dari
kebenaran).”
Kebenaran itu milik Allah ,datang dari Allah, bersifat abadi,, sangat nyata dan tidak
pernah membuat celaka bagi umat manusia khususnya. Kebenaran bisa mewujud dalam
aturan keadilan yang memisahkan antarsesama manusia, mendistribusikan hak dan
kewajiban secara adil, memberikan sekaligus membela masing-masing individu, keluarga
dan masyarakat. Kebenaran juga mewujud pada aturan keutamaan iyang menjadi batas-batas
mana yang bersih dan kotor.11
2. Persoalan Rekayasa Masa Depan
Perubahan sosial adalah perubahan dlm segi struktur dan hubungan sosial. Bisa
tidaknya perubahan sosial diramalkan, masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan
sosial. Istilah dakwah mengandung penolakan esensial terhadap ide determinisme mutlak
dari sejarah dan teologis. Maka ilmuwan dakwah sepakat bahwa arah perubahan sosial
dapat diramalkan, diarahkan dan direncanakan.
Dalam QS Al-Hadid [57]:25 terkandung istilah yang dipahami Jalaludin Rakhmat
sebagai tiga cara Rasulullah SAW merekayasa umatnya, yakni :
a. Al-Kitab, yaitu mengembalikan umat manusia pada fitrali kemanusiaan dan
nilai- nilai ilahiyah.
b. Al-Mizan, yaitu mengembangkan argumentasi rasional dan akal sehat agar
tercipta kejernihan pola pikir.
11 Yusuf Qardhawi,op.cit.,hlm. 17-18. Hidayat Nataatmadja,”Dakwah Islam di Masa Depan, Bagaimana
Dakwah di Kalangan Intelektual dan Teknokrat”, dalam Amrullah Achmad (ed.), Dakwah Islam dan
Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M.,1983), HLM 52-57.
9. c. Al-Hadid, yaitu berusaha memiliki kekuasaan yang sepenuhnya digunakan
untuk menegakkan keadilan, seperti yang telah diberikan Allah SWT
kepada Rasulullah SAW.
9
3. Persoalan Nilai-Nilai Islam
Al-Qur’an dipercaya memuat nilai-nilai tertinggi yang ditetapkan oleh Allah SWT,
dan merupakan nilai resmi dariNya. Nilai yang termuat dalam Al-Qur’an “ada di langit”
dan dakwah adalah upaya “menurunkan” dan menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an
membudaya di kehidupan masyarakat. Kebenaran ilmu dakwah maupun kebenaran dakwah
sebagai objek kajian keilmuan pada dasarnya terlihat konsisten dan besifat khas. Maka
dakwah senantiasa menuntut ketegasan tentang kebenaran dari orang yang percaya atas
kebenaran teologis tertentu apalagi bermaksud menyampaikannya kepada orang lain maka
harus ditunujukan secara konsisten dalam menjalani ritual dengan Allah sebagai puncak
kebenaran dan sekaligus secara konsisten mengaktualisasikannya kedalam hubungan antar
makhluk secara harmonis, dari sudut empirik ada dua yang diyakaini sebagai nilai dakwah,
yaitu:
a. Nilai Kerisalahan dari aspek risalahan dakwah dilihat sebagai penerus,
penyambung, dan penerapan fungsi dan tugas rasul yaitu menyerukan
kebenaran, kesadaran, kebebasan dan keselamatan rakyat agar terhindar dari
marabahaya dan mengajak mereka menuju kehidupan yang berperadaban.
Seperti di contohkan nabi, maka seorang da’i mengemban tugas yang sangat
berat sebagai agen pembangunan yang berkewajiban menyampaikan ajaran
islam kepada umat manusia dan menjaga umat agar tidak tergelincir dalam
jurang bahaya.
b. Nilai Rahmat dalam dakwah yaitu ajaran islam harus memberikan manfaat
bagi kehidupan umat ( petunjuk hati, obat spiritual, mengantarkan hidup
yang sejahtera lahir batin ) atau “memberikan rahmat dalam kehidupan
umat” (Q.S. [21] : 107 ). Berkaitan fungsinya sebagai rahmat adalah sejauh
mana konsep-konsep dan teori-teori ilmu dakwah memberikan kontribusi
bagi kehidupan manusia.
10. PENUTUP
10
A. KESIMPULAN
Sumber ilmu dakwah pada dasarnya sama dengan sumber ilmu lain yaitu akal, intuisi,
indra, dan otoritas. Namun sumber utama dakwah dan ilmu dakwah itu sendiri ialah
sumber pada Al Qur’an dan As sunnah sebagai pijakan utama dalam dakwah
tersebut.Secara operasional metode riset dakwah perspektif memiliki prosedur yaitu :
peneliti/da’i yang melakukan generalisasi atas fakta dakwah dalam perspektif sejarah dan
melakukan kritik atas teori-teori dakwah yang ada;peneliti/da’i yang menyusun analisis
kecenderungan masalah, sistem, metode, pola pengorganisasian dan pengelolaan kdakwah
yang terjadi di masa lalu,kini dan kemungkinan di masa datang. Syukriadi Sambas
membagi teori dakwah berdasarkan metode nadzariah syumuliah qur’aniyah yaitu teori
citra, pesan, evektivitas,medan dakwah, dakwah nafsiyah, dakwah fardliyah, dakwah fi’ah,
dakwah hizbiyah, dakwah ummah, dakwah qabailiyah, dan dakwah syu’ubiyah. Ilmu
dakwah dibagi atas dua kategori yaitu ilmu dakwah teoretik dan ilmu dakwah terapan.
Kebenaran ilmu dakwah harus dipakai untuk membela, menegakkan, dan melestarikan
kebenaran.Tata nilai isalm yang akan ditanamkan ,didasrkan pada pengetahuan yang
mendalammengenai realitas yang ada di masyarakat, yang diperoleh antaralain melalui
study literaturkeagamaan yang bersifat normatif dan historis yang memungkinkan
diperoleh simbol-simbol baru sebagai pengganti dari simbol-simbol lama yang tidak
islami.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami
semoga makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pemakalah pada khususnya. Amin.
11. DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin. (1977).The Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penertiban Bidang
Filsafat. terj. Ali Mudhofir.Yogyakarta: Karya Kencana.
Nasution, Harun. (1973). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Qardhawi, Yusuf.(1983). Dakwah Islam di Masa Depan, Bagaimana Dakwah di Kalangan
Intelektual dan Teknokrat. Yogyakarta: PLP2M.
Runes, Dagobert D. (1975).Dictionary of Philosophy .Totawa-New Jersey: Litlefield,
Adam & Co.
Sambas, Syukriadi. (1999) . Sembiln Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP
HADID.
Saputra, Wahidin. (2011). Pengantar Ilmu Dakwah .Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
-------------------------.(1999). Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial.Jakarta: Gema Insani Press.
http://kompi12.wordpress.com/2012/10/11/pengertian-dan-ruang- lingkup- ilmu-dakwah/
diakses pada tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.45
http://nurhayaniikom.blogspot.com/2014/01/makalah-epistemologi- ilmu-dakwah.html.
diunduh tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.10
11