2. PENGERTIAN TAKHRIJ HADITS
Secara Etimologi
Kata takhrij berasal dari kata kharaja, yang berarti al-zuhur (tampak) dan alburuz (jelas) (Munawir, 1984: 356). Takhrij juga bisa berarti al-istimbat
(mengeluarkan), al-tadrib (meneliti) dan al- taujih (menerangkan) (Abadi,
1313 H: 192) Takhrij juga bisa berarti Ijtima’ al-amra’aini al-muttadla diin fi
syai’in wahid (berkumpulnya dua persoalan yang bertentangan dalam suatu
hal), al-istimbath (mengeluarkan dari sumbernya), at-tadrib (latihan), altaujih (menjelaskan duduk persoalan, pengarahan) (Ali, 2008: 2). Sedang
menurut Syeh Manna’ Al- Qaththan, takhrij berasal dari kata kharaja yang
artinya nampak dari tempatnya, atau keadaan, terpisah dan kelihatan. Alkharaja artinya menampakan dan memperlihatkannya, dan al-makhraja
artinya tempat keluar, dan akhraja al-khadits wa kharajahu artinya
menampakkan dan memperlihatkan hadits kepada orang dengan
menjelaskan tempat keluarnya.(Al- Qaththan, 2006: 189).
3. Secara terminologi
Adapun secara terminologi, takhrij adalah menunjukkan tempat
hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut
telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian
menjelaskan derajatnya jika diperlukan (Al- Tahhan, 1978: 9).
Takhrij menurut Nizar Ali, mempunyai pengertian:
Mengungkapkan atau mengeluarkan hadits kepada orang lain
dengan menyebutkan para perowi yang berada dalam rangkaian
sanadnya sebagai yang mengeluarkan hadits.
Sedangkan takhrij menurut istilah ahli hadits, mempunyai
pengertian:
Menunjukan asal usul hadits dan mengemukakan sumber
pengambilannya dari berbagai kitab hadits yang disusun
Mukhorrijnya langsung, kegiatan takhrij seperti ini sebagaimana
yang dilakukan oleh para penghimpun hadits dari kitab-kitab
hadits, misalnya Ibnu Hajar al-‘Asqalani yang menyusun kitab
Bulug al-Maram.(Ali, 2008: 43)
4. METODE TAKHRIJ
Takhrij suatu metode untuk
menentukan kehujahan hadits
serta unsur-unsurnya. Yang
terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Takhrij Naql.
Takhrij dalam bentuk ini
kegiatannya berupa
penelusuran, penukilan dan
pengambilan hadits dari
beberapa kitab, sehingga
dapat diidentifikasi haditshadits tertentu yang
dikehendaki lengkap dengan
rawi dan sanadnya masingmasing. Penakhrijan dalam
arti naql telah banyak
diperkenalkan oleh para ahli
hadits,
diantaranya yang dikemukakan oleh Dr.
Mahmud al-Thahhan yang menyebutkan
lima teknik dalam menggunakan metode
takhrij Naql diantaranya :
1. Takhrij dengan mengetahui sahabat
yang meriwayatkan hadits
2. Takhrij dengan mengetahui lafadz asal
matan hadits
3. Takhrij dengan mengetahui lafadz
matan hadits yang kurang dikenal
4. Takhrij dengan mengetahui tema atau
pokok bahasan hadits
5. Takhrij dengan mengetahui matan dan
sanad hadits
5. 2. Takhrij Tashhih
Cara ini sebagai lanjutan dari cara yang pertama diatas.
Tashhih dalam arti menganalisis keshahihan hadits dengan
mengkaji rawi, sanad dan matan berdasarkan kaidah. Kegiatan
tashhih dengan menggunakan kitab ‘ Ulum al-Hadits yang
berkaitan dengan Rijal, Jarh wa al-Ta’dil, ma’an al-Hadits
Gharib al- Hadits. Kegiatan ini dilakukan oleh Mudawin (
kolektor ) sejak Nabi Muhammad saw. Sampai abad 3 H. Dan
dilakukan oleh para Syarih ( komentator ) sejak abad 4 H.
sampai sekarang.
6. 3. Takhrij I’tibar
Cara ini sebagai lanjutan dari cara yang kedua di atas. I’tibar berarti
mendapatkan informasi dan petunjuk dari literature, baik kitab yang asli,
kitab syarah yang memuat dalil-dalil hadits. Secara teknis, proses
pembahasan yang perlu ditempuh dalam studi dan penelitian hadits
sebagai berikut :
a. Dilihat, apakah hadits tersebut benar-benar sebagai hadits.
b. Memperhatikan unsur hadits seperti : sanad, matan dan perawi.
c. Termasuk jenis hadits apa hadits tersebut, dari segi rawi, matan dan
sanadnya.
d. Bagaimana kualitas hadits tersebut.
e. Bila hadits itu maqbul, bagaimana ta’amulnya , apakah ma’mul bih
(dapat diamalkan) atau ghoir ma’ul bih.
f. Teks hadits harus dipahami ungkapannya, maka perlu diterjemahkan.
g. Memahami asbab wurud hadits.
h. Apa isi kandungan hadits tersebut.
i. Menganalisis problematika.
7. Tujuan Takhrij Hadits
Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus
mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan
berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadist itu berasal. Di
samping itu, di dalamnya di temukan banyak kegunaan dan hasil
yang di peroleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad
hadits.
Takhrij hadits bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di
takhrij.Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya
hadist-hadist tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui
hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah
ulumul hadist yang berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas,
baik asal-usul maupun kualitasnya.
8. Faedah Takhrij Hadits
Adapun faedah takhrij hadis antara lain :
1. Dapat di ketahui banyak – sedikitnya jalur periwayatan suatu hadist yang
sedang menjadi topic kajian.
2. Dapat di ketahui kuat tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan
riwayat. Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan
periwayatan tidak bertambah.
3. Dapat di temukan status hadist shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li
dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga akan dapat di ketahui istilah
hadist mutawatir, masyhur, aziz, dan gharibnya.
4. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan
setelah mengetahui bahwa hadist tersebut adalah makbul (dapat di
terima). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui
bahwa hadist tersebut tidak dapat diterima (mardud).
5. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadist adalah benar – benar berasal
dari Rasulullah SAW. Yang harus di ikuti karena adanya bukti – bukti yang
kuat tentang kebenaran hadist tersebut, baik dari segi sanad maupun
matan.