1. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMPOYAK PADA MATERI
INTEGRAL DI KELAS XII MIA SMA NEGERI 1 BATANGHARI TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus
menerus dicari solusinya. Hal ini disebabkan karena hasil belajar siswa
merupakan indikator tinggi rendahnya mutu pendidikan di suatu daerah.
Tinggi rendahnya mutu pendidikan berhubungan erat dengan kualitas sumber
daya manusia, sedangkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi
mutlak dibutuhkan demi kemajuan suatu negara. Dari rangkaian tersebut
menunjukkan bahwa penting bagi kita memberikan perhatian penuh pada
hasil belajar siswa.
Kaitannya dengan mata pelajaran, matematika dikenal sebagai mata
pelajaran yang relatif rumit dan sulit dipahami siswa, sehingga hasil belajar
matematika siswa cenderung lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar
mata pelajaran lainnya. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat matematika
memiliki objek yang bersifat abstrak sehingga pemahamannya membutuhkan
daya berfikir yang tinggi. Faktor ini menjadi salah satu penyebab rendahnya
hasil belajar matematika siswa, namun ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa yang terkadang kurang mendapat
perhatian, faktor tersebut antara lain motivasi dalam diri siswa, lingkungan
belajar yang kondusif, dan model pembelajaran yang digunakan guru pada
pelaksanaan proses pembelajaran.
2. Pada kenyataanya pembelajaran matematika di sekolah tempat penulis
mengabdi terdapat beberapa masalah seperti Siswa sering terlambat ,siswa
kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung,kebanyakan siswa
bernilai rendah pada setiap ulangan,siswa sering menyontek jika membuat
tugas,mengganggu teman saat belajar,kurangnya motivasi siswa untuk
belajar matematika.
Hal ini tergambar dari data rata-rata nilai ulangan siswa kelas XII MIA pada
pokok bahasan Induksi matematika pada table berikut.
Nomor Kelas Rata-rata Nilai Siswa
1 XII MIA 1 80
2 XII MIA 2 78
3 XII MIA 3 81
4 XII MIA 4 79
5 XII MIA 5 69
Sumber data : Buku nilai siswa kelas XII semester ganjil
Masalah diatas disebabkan oleh beberapa factor antara lain minat belajar
siswa rendah, guru tidak menggunakan model atau pendekatan guru masih
konvensional, terbatasnya sumber belajar serta model pembelajaran yang
tidak sesuai. Dilain sisi guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi
pembelajaran serta terbatasnya sumber belajar.
Diantara permasalahan yang yang penulis paparkan di atas,yang paling
eesensial adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa. Masalah ini
tentu tidak dapat dibiarkan karena berdampak kepada hasil belajar akan
selalu rendah dan tidak bisa melajutkan pada materi selanjutnya.
Sebagai guru pembimbing pembelajaran matematika penulis mencoba
mencarikan alternative solusi pemecahan masalah melalui penggunaan
model tempoyak,
strategi pembelajaran aktif, dan metode diskusi
3. Pada penelitian ini penulis menggunakan model tempoyak untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi Integral di kelas XII
MIA 5 SMAN 1 Batanghari.
1.2Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
Apakah penerapan model pembelajaran Tempoyak pada pembelajaran
Integral dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XII MIA 5 tahun
pelajaran 2017/2018.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan
model pembelajaran Tempoyak pada pembelajaran Integral dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XII MIA tahun pelajaran
2017/2018
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat Penelitian ini adalah :
a. Siswa, Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa,khususnya
pada materi Integral
b. Guru,untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran
matematika di kelas,sehingga materi pelajaran matematika mudah
dipahami oleh siswa
c. Sekolah,sebagai masukan dalam rangka perbaikan kegiatan
pembelajaran
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Hakekat pembelajaran
2.1.1 Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan
proses perubahan, diman perubahan tersebut merupakan hasil dari
4. pengalaman.Beberapa defenisi belajar sebagai suatu perubahan menurut
beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1) Gagne dan Berliner ( Ani Tri,2004:2) menyatakan bahwa belajar
merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya
karena perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2) Menurut teori belajar Konstruktivisme ( Ani Tri,2004:49-50) Belajar adalah
lebih dari sekedar mengingat.siswa yang memahami dan mampu
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari,mereka harus bisa
menyelesaikan masalah,menemukan ssuatu untuk dirinya, dan berkutat
dalam berbagai gagasan.Guru adalah bukan orang yang mampu
memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus
mengkonstruksi pengetahuan didalam memorinya sendiri.Sebaliknya
tugas guru yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa dengan
cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan
dengan siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan gagasannya sendiri;(c) menanamkan
kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajar sendiri.Disamping itu
guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya.
3) Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa belajar
merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan
perubahan terhadap diri manusia yang melakukan,dengan maksud
memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan,
keterampilan maupun sikap.
4) Menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan serangkaian kegiatan
jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Kingsley ( dalam Sudjana,
2001:22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan dan
kebiasaan;(2)pengetahuan dan pengertian;(3) sikap dan cita – cita yang
5. masing – masing golongan dapat diisi dengan yang ada pada kurikulum
sekolah.
2.2 Materi Essensial dalam matematika
2.3 Model Pembelajaran Tempoyak
Dari hasil refleksi menyeluruh yang penulis lakukan, penulis merasa tertarik
untuk berinovasi yaitu dengan membuat sebuah model pembelajaran yang
penulis namakan sebagai model pembelajaran tempoyak.
Tempoyak yang penulis maksudkan disini bukanlah sejenis makanan khas
dari provinsi jambi, tetapi tempoyak merupakan singkatan dari : Tempat
Edukasi Matematika Punya Orang Yang Asyik dan Kompetitif.
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran tempoyak yang penulis
rancang adalah sebagai berikut :
1. Guru memfasilitasi siswa untuk memahami konsep dari materi yang
sedang di pelajari, kegiatan ini bisa berupa memberikan tayangan berupa
power point atau video pembelajaran, menggali informasi dari berbagai
sumber seperti buku atau internet.
2. Siswa berdua dengan teman sebangkunya membuat satu buah soal
beserta jawabannya di catatan masing-masing.
3. Siswa menyalin soal dan jawabannya pada kartu yang berbeda, kartu
disediakan oleh guru
4. Guru mengocok kartu soal dan kartu jawaban yang telah dikumpulkan
siswa
5. Guru menbagikan kartu soal kepada siswa, dimana masing-masing siswa
akan mendapatkan satu buah kartu, bagi siswa yang mendapatkan kartu
soal harus mengerjakan soal tersebut sedangkan bagi siswa yang
mendapatkan jawaban berkeliling mencari pasangannya berupa
6. pemegang kartu soal yang bersesuaian. Kegiatan ini dilakukan diluar
kelas karena akan membutuhkan ruang yang agak luas.
6. Siswa yang sudah menemukan pasangannya melapor kepada guru,
dengan ketentuan bagi 5 pasangan pertama mendapat nilai 100, 5
pasangan berikutnya mendapat nilai 95 dan begitu seterusnya.
7. Siswa yang tidak menemukan pasangan akan dilakukan cek and recek.
Dengan cara menelusuri kesalahan yang telah terjadi, jika kesalahan
pada siswa yang membuat soal maka siswa tersebut akan diberikan
pengurangan nilai, sedangkan siswa yang tidak menemukan pasangan
tersebut akan diberi nilai dengan skor yang bersesuaian pada saat siswa
tersebut melapor kepada guru. Sedangkan jika siswa yang memegang
kartu soal tersebut yang melakukan kesalahan maka akan diadakan
perbaikan.
2.4 Kelebihan dan kelemahan Tempoyak
2.5 Hasil Belajar
A. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dari pembelajaran.Nana Sudjana
(2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.Dari sisi
siswa,hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh
siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga
dapat mengkontruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
7. 2.6 Penelitian yang relevan
Model Pembelajaran Mencari Pasangan
Model pembelajaran merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan
oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan atau materi tertentu dan
dalam pemilihan model harus disesuaikan dengan materi pelajaran, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia sesuai
dengan tujuan pembelajaran sehingga model pembelajaran dapat diterapkan
dengan baik.
Menurut Rusman (2011: 223-233 ) Model Make a Match ( membuat
pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Lorna Curran ( 1994).Salah satu
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik,dalam suasana yang menyenangkan.
Anata Lie (2008: 56 ) mengatakan bahwa model pembelajaran tipe Make a
Match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini
bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan pada semua tingkatan usia
siswa.
Berdasarkan pendapat diatas,dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match adalah suatu teknik mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam semua mata pelajaran dan
tingkatan kelas.
Langkah-langkah Make a Match atau mencari pasangan menurut ( Lorna
Curran, 1994) dalam Febridawati Asmi ( 2013: 6) adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review,yang terdiri dari kartu soal dan kartu
jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartu yang dipegangnya
8. 5. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar siswa mendapat kartu yang
berbeda dengan sebelumnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Subjek penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah kelas XII MIA 5 SMAN 1 Batanghari tahun
pelajaran 2016/2017. Penentuan kelas ini berdasarkan hasil investigasi
terhadap kelas yang penulis ajar yaitu kelas dengan minat dan nilai rata-rata
terendah dari pokok bahasan sebelumnya.
3.2 Setting Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII MIA 5 SMAN 1 Batanghari, Jln. A.Yani
No. 1 Muara Bulian Kabupaten Batanghari
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai dari awal bulan januari sampai
april 2017. Dengan rincian kegiatan seperti terlihat pada table
No Uraian
Kegiatan
Januari Februari
Maret
April
1 II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Perencanaan
Siklus I
√ √
2 Pelaksanaan
Tindakan
Siklus I
√ √
3 Observasi
Siklus I
√ √
4 Refleksi Siklus
I
√
5 Perencanaan
Siklus II
√ √
6 Pelaksanaan
tindakan siklus
II
√ √
7 Observasi
Siklus II
√ √
8 Refleksi Siklus
II
√
9 Penyusunan
Laporan
√ √
9. Penelitian
10 Seminar Hasil
PTK
√
11 Revisi
Laporan PTK
√
3.3 Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Untuk melakukan penelitian ini penulis melakukan berbagai
perencanaan seperti menggembangkan silabus, RPP, memilih media,
membuat lembar observasi, membuat instrument, menyiapkan jadwl
penelitian
2. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, satu siklus dilaksanakan
untuk dua atau tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Masukan langkah-langkah
RPP)
3. Observasi
4. Refleksi
3.4 Teknik pengumpulan dan analisis data
3.4.1 Teknik pengumpulan data
3.4.2 Teknik Analisis Data
3.5 Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan Individual adalah jika nilai ujian yang diperoleh lebih
besar dari dan sama dengan 75. Sedangkan Indikator Keberhasilan klasikal
adalah jika nilai ujian yang diperoleh lebih besar dari dan sama dengan 85.