SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 10
PEMIMPIN NONMUSLIM HARAM?* 
Akhmad Sahal 
Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika-Kanada 
Benarkah memilih pemimpin non muslim haram? Setidaknya begitulah pendapat sebagian kalangan 
Islam seperti yang mengemuka dalam kisruh isu SARA di pemilukada DKI akhir-akhir ini. Dalil Al- 
Qur’an yang mereka pakai di antaranya adalah surah Ali Imran 28 dan Al Ma’idah 51 . Dalam 
terjemahan Indonesia, ayat terakhir berbunyi : “Hai Orang -orang yang beriman, janganlah kamu 
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka 
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka 
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah 
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” 
Kata “pemimpin-pemimpin” pada ayat di atas adalah terjemahan dari kata auliya’. Pertanyaannya, 
tepatkah terjemahan tersebut? Coba kita telusuri terjemahan ayat ini dalam bahasa Inggris. Yusuf 
Ali dalam The Meaning of the Holy Qur’an menerjemahkan auliya’ dengan friends and protectors 
(teman dan pelindung). Muhammad Asad dalam The Message of the Qur’an dan M.A.S Abdel 
Haleem dalam The Qur’an sama-sama menerjemahkannya dengan allies (sekutu). Bagaimana 
dengan penerjemah Inggris yang lain? Muhammad Marmaduke Pickthal dalam The Glorious Qur’an 
mengalihbahaskan kata auliya’ menjadi friends. Begitu juga N.J. Dawood dalam The Koran dan MH. 
Shakir dalam The Qur’an. Sedangkan berdasar The Qur’an terjemahan T.B. Irving, auliya’ diartikan 
sebagai sponsors. 
Walhasil, tak satupun terjemahan Inggris yang saya sebutkan tadi mengartikan auliya’ sebagai 
“pemimpin.” Dan secara bahasa Arab, versi terjemahan Inggris ini agaknya lebih akurat. Perlu 
diingat, kata auliya’, bentuk plural dari waliy, bertaut er at dengan konsep wala’ atau muwalah yang 
mengandung dua arti: satu, pertemanan dan aliansi; kedua proteksi atau patronase (dalam 
kerangka relasi patron-klien). 
Karena itulah agak mengherankan ketika dalam terjemahan Indonesia pengertian auliya’ 
disempitkan, kalau bukan didistorsikan, menjadi “pemimpin”, yang maknanya mengarah pada 
pemimpin politik. Bisa jadi karena kata tersebut dianggap berasal dari akar kata wilayah, yang 
memang artinya kepemimpinan atau pemerintahan. 
Selintas masuk akal. Tapi kalau kita perhatikan lebih teliti, akan kelihatan bahwa anggapan ini tidak 
tepat. Mengapa? Kalau memang kata auliya’ bertolak dari kata wilayah, mestinya kata itu disertai 
dengan preposisi ‘ala. Dengan begitu, kalau QS 5:51 berbunyi ba’dhuhum auliya’ ‘ala ba’dh, aul iya’ 
pada ayat tersebut bermakna pemimpin.Tapi ternyata redaksi ayat tersebut berbunyi ba’dhuhum 
auliya’u ba’dh, tanpa kata ‘ala setelah auliya’. Jadi tidak pas kalau akar katanya wilayah. Yang tepat,
seperti sudah saya sebut di atas, adalah wala.’ Singkat kata, penerjemahan auliya’ sebagai 
pemimpin terbukti tak berdasar. 
Lantas bagaimana kita mesti memahami ayat wala’ seperti QS 5:51 dan QS 3:28 yang secara 
harfiah melarang kaum mu’min untuk menjalin pertemanan dan aliansi dengan kaum non muslim, 
apalagi minta perlindungan dari mereka? Apakah ini larangan yang berlaku mutlak atau situasional? 
Memahami ayat tersebut secara leterlek dan berlaku mutlak di manapun dan kapanpun akan sangat 
bermasalah. Ada tiga alasan. 
Pertama, makna harfiah ayat itu bertentangan dengan ayat lain yang justru menyatakan 
kebalikannya. Misalnya ayat yang menghalalkan laki-laki muslim menikah dengan perempuan 
Yahudi atau Kristen. Dalam ayat yang sama juga ditegaskan bolehnya kaum muslim untuk 
memakan makanan mereka, dan sebaliknya (Q 5:5) Selain itu, ada juga ayat lain yang menegaskan 
bahwa Allah tidak melarang umat Islam untuk “berbuat baik dan berlaku adil” terhadap pemeluk 
agama lain yang tidak memerangi mereka dan mengusir dari tanah kelahiran mereka (QS: 8). 
Kedua, Nabi sendiri pernah menjalin aliansi dan meminta perlindungan dari kalangan non Muslim. 
Kita ingat cerita hijrah para Sahabat ke Abessina (Habasyah) yang saat itu diperintah oleh seorang 
raja Kristen. Kisah ini menunjukkan bahwa Nabi pernah meminta perlindungan kepada non muslim. 
Ketika di Madinah, Rasulullah memelopori pakta aliansi dengan komunitas Yahudi kota itu dalam 
bentuk Piagam Madinah. Bahkan pada level personal, Nabi bermertuakan orang Yahudi, yakni dari 
istrinya Sofiah binti Huyai. 
Ketiga, kalau QS 3:28 dan QS 5:51 dipahami secara harfiah dan mutlak, lalu bagaimana dengan 
pendirian Republik Indonesia yang dalam arti tertentu merupakan hasil kerjasama antara kaum 
muslim dengan pemeluk agama lain? Kasus lain: bagaimana dengan keterlibatan negara-negara 
Islam di PBB yang nota bene terdiri dari banyak negara non muslim sedunia? Bagaimana pula 
dengan Saudi Arabia, negara yang tak mungkin berdiri tanpa sokongan dari imperialisme Inggris 
untuk menghancurkan Khilafah Utsmaniyah pada awal abad 20? Sampai sekarang pun kita tahu 
Saudi mendapat perlindungan dari Amerika Serikat. Bukankah semua itu termasuk dalam kategori 
menjadikan non muslim sebagai auliya’? Berarti haram? Oh alangkah absurdnya jalan pikiran 
semacam ini! 
Karena itulah ayat tersebut mesti ditafsirkan secara kontekstual. Penerapannya pun tak bisa 
sembarangan. Di sini ada baiknya saya mengutip Rashid Rida. Menurutnya, ayat -ayat pengharaman 
aliansi dengan, dan minta proteksi dari non muslim sejatinya hanyalah berlaku untuk non muslim 
yang nyata-nyata memerangi kaum muslim. Aliansi yang dilarang juga yang nyata-nyata merugikan 
kepentingan umat Islam ( Tafsir Al Manar, Vol.3, 277).
Pandangan Rida ini juga sejalan dengan pendapat Fahmi Huwaydi, pemikir Islam kontemporer dari 
Mesir. Dalam karyanya Muwathinun La Dimmiyyun (Warga Negara, Bukan Dzimmi) Huwaydi 
menyatakan bahwa Islam sejatinya tidak melarang umatnya untuk membangun solidaritas 
kebangsaan yang berprinsip kesetaraan dengan non muslim, khususnya Kristen Koptik di Mesir. 
Ayat wala’/muwalah, di mata Huwaydi, mestinya tidak dilihat sebagai larangan terhadap solidaritas 
semacam itu. Ayat 5: 51, misalnya, sebenarnya diarahkan kepada kaum munafiq yang ternyata 
membantu pihak non muslim yang kala itu berperang dengan umat Islam. 
Dengan kata lain, dalam pandangan Rashid Rida dan Fahmi Huwaydi, QS 3:28 dan QS 5:51 tidak 
berlaku secara mutlak, melainkan situasional. Artinya, larangan menempatkan non muslim sebagai 
sekutu atau protektor hanya berlaku manakala pihak non muslimnya jelas-jelas memerangi umat 
Islam. Adapun jika mereka tidak seperti itu, maka berarti larangan tadi otomatis tidak berlaku. 
Menarik untuk dicatat, argumen Rida dan Huwaydi ini sebenarnya bisa dipakai juga untuk 
membantah klaim sejumlah kalangan Islam yang bergeming untuk memaknai kata auliya’ dalam QS 
3:28 dan 5:51 dengan bersandar pada terjemahan Indonesia yang saya kutip di awal tulisan, yakni 
sebagai “pemimpin.” Dengan demikian, mereka tetap ngotot untuk mengharamkan memilih 
pemimpin non-muslim. Terhadap mereka kita bisa katakan bahwa ayat tersebut tidaklah berlaku 
mutlak melainkan situasional. Artinya, larangan menjadikan non-muslim sebagai pemimpin berlaku 
manakala si non muslim tersebut nyata-nyata memerangi umat Islam. Di luar itu, larangan tersebut 
tidak berlaku. 
Tapi lepas dari itu, kalaupun auliya’ tetap diartikan sebagai “pemimpin,” penerapan QS 3:28 dan 
5:51 untuk konteks Indonesia modern juga salah sasaran. Perlu diingat, negara kita berbentuk 
republik yang menerapkan demokrasi langsung, sesuatu yang sama seklai tidak dikenal dalam 
sistem politik Islam klasik. Dalam sistem politik Islam klasik yang lazimnya berbentuk kerajaan, 
otoritas kepemimpinan yang dipegang khaliafah didasarkan pada legitimasi kuasa dari Tuhan, 
bukan dari rakyat. Pemimpin dianggap sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, dengan kekuasan 
yang absolut. Tidak ada yang namanya pembagian kekuasaan ala Trias Politica sehingga sang 
pemimpin memegang kekuasaan tertinggi dalam ranah legislatif, eksekutif, dan yudikatif sekaligus. 
Dengan kata lain, kepemimpinan dengan model “Daulat Tuanku.” 
Ini secara diametral berbeda dengan sistem republik yang menganut asas kepemimpinan bersendi 
“Daulat Rakyat.” Di sini pemimpin bukanlah pemegang kedaulatan tertinggi, karena legitimasinya 
justru berasal dari rakyat yang memberinya mandat melalui pemilu. Kekuasaannya tidak tak 
terbatas, karena ia bekerja dalam sistem demokrasi yang menerapkan pembagian kekuasaan. 
Dalam sistem semacam ini, presiden atau gubernur hanyalah pemegang kuasa eksekutif saja alias 
“hanya” pelaksana. Sebagai pemimpin, ia hanya berkuasa sepertiga.
Dengan demikian, kalau memang pemimpin non-muslim hukumnya haram, mestinya penerapannya 
untuk konteks negara kita bukan hanya berlaku untuk lembaga eksekutif saja, melainkan juga 
legislatif dan yudikatif. Ini karena kepemimpinan dalam sistem republik modern bukanlah bersifat 
personal melaiankan kolektif dan sistemik. Tapi kalau itu dilakukan, maka sejatinya yang 
diharamkan bukan hanya memilih pemimpin non muslim, melainkan juga bisa mengarah pada 
pengharaman terhadap republik kita. 
Hal lain, kalau memang dipimpin oleh non Muslim hukumnya haram, bagaimana dengan umat Islam 
yang menjadi warga negara di India, Amerika atau Eropa? Apakah mereka semuanya berdosa 
hanya karena jadi warga negara di negara-negara yang dipimpin oleh non muslim? Apakah para 
pemain bola seperti Zinedine Zidane, Mesut Oziel, Sami Khedira, Samir Nasri, Ibrahim Afellay, yang 
semuanya dipimpin oleh presiden atau perdana menteri non muslim, harus hijrah ke negara orang 
tuanya masing-masing di Timur Tengah? 
Dengan paparan di atas, saya ingin menunjukkan bahwa wacana pengharaman pemimpin non - 
muslim bukan hanya berbahaya karena membawa kita berkubang dalam isu SARA yang berpotensi 
memecah belah Indonesia. Yang tak kalah problematis, wacana tersebut ternyata tidak punya 
pijakan yang kokoh dari kacamata Islam itu sendiri, karena pedomannya adalah terjemahan ayat 
secara tidak akurat, penafsiran yang sempit, dan penerapan yang salah alamat. 
*Dimuat di Majalah TEMPO, Edisi 16 Agustus 2012
Inilah Dalil-Dalil Mengharamkan 
Umat Islam Memilih Pemimpin 
Kafir 
JAKARTA (VoA-Islam) - Menjadikan orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam 
berarti menentang Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Ijma' Ulama. Memilih orang 
kafir sebagai pemimpin umat Islam berarti memberi peluang kepada orang kafir untuk 
"mengerjai" umat Islam dengan kekuasaan dan kewenangannya. 
Berikut ini adalah sejumlah Dalil Qur'ani beserta Terjemah Qur'an Surat (TQS) yang 
menjadi dasar untuk bersikap dalam memilih pemimpin : 
1. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin 
QS. 3. Aali 'Imraan : 28. 
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI 
(PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa 
berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) 
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan 
kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)." 
QS. 4. An-Nisaa' : 144. 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi 
WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah 
kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?" 
QS. 5. Al-Maa-idah : 57. 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang 
yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang 
musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang 
beriman." 
2. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin walau Kerabat 
sendiri : 
QS. 9. At-Taubah : 23. 
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan BAPAK-BAPAK dan SAUDARA-SAUDARAMU 
menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) jika mereka lebih 
mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan 
mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." 
QS. 58. Al-Mujaadilah : 22. 
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, 
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, 
sekali pun orang-orang itu BAPAK-BAPAK, atau ANAK-ANAK atau SAUDARA-SAUDARA 
atau pun KELUARGA mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah 
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan 
pertolongan yang datang daripada- Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga 
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha 
terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. 
Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah 
golongan yang beruntung." 
3. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai teman setia 
QS. 3. Aali 'Imraan : 118.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi 
TEMAN KEPERCAYAANMU orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka 
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang 
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa 
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami 
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." 
QS. 9. At-Taubah : 16. 
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan sedang Allah belum mengetahui 
(dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil 
menjadi TEMAN SETIA selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ? Dan 
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." 
4. Al-Qur'an melarang saling tolong dengan kafir yang akan merugikan umat 
Islam 
QS. 28. Al-Qashash : 86. 
"Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia 
(diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali - 
kali kamu menjadi PENOLONG bagi orang-orang kafir." 
QS. 60. Al-Mumtahanah : 13. 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan PENOLONGMU kaum yang 
dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat 
sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa." 
5. Al-Qur'an melarang mentaati orang kafir untuk menguasai muslim 
QS. 3. Aali 'Imraan : 149-150.
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, 
niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah 
kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah Pelindungmu, dan Dialah 
sebaik-baik Penolong." 
6. Al-Qur'an melarang beri peluang kepada orang kafir sehingga menguasai 
muslim 
QS. 4. An-Nisaa' : 141. 
"...... dan Allah sekali-kali tidak akan MEMBERI JALAN kepada orang-orang kafir untuk 
memusnahkan orang-orang yang beriman." 
7. Al-Qur'an memvonis munafiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai 
pemimpin 
QS. 4. An-Nisaa' : 138-139. 
"Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat 
siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi 
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka 
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan 
kepunyaan Allah." 
8. Al-Qur'an memvonis ZALIM kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai 
pemimpin 
QS. 5. Al-Maa-idah : 51. 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan 
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi 
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya 
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang ZALIM." 
9. Al-Qur'an memvonis fasiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai 
pemimpin 
QS. 5. Al-Maa-idah : 80-81. 
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang 
kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri 
mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. 
Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang 
diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang 
musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang 
yang FASIQ." 
10. Al-Qur'an memvonis sesat kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai 
pemimpin 
QS. 60. Al-Mumtahanah : 1. 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu 
menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita 
Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar 
kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) 
kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar 
untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat 
demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada 
mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan
dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, 
maka sesungguhnya dia telah TERSESAT dari jalan yang lurus." 
11. Al-Qur'an mengancam azab bagi yang jadikan kafir sbg Pemimpin / Teman 
Setia 
QS. 58. Al-Mujaadilah : 14-15. 
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai 
Allah sebagai teman ? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari 
golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang 
mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka AZAB yang sangat keras, 
sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan." 
12. Al-Qur'an mengajarkan doa agar muslim tidak menjadi sasaran fitnah orang 
kafir 
QS. 60. Al-Mumtahanah : 5. 
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (SASARAN) FITNAH bagi orang-orang 
kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha 
Perkasa lagi Maha Bijaksana. 
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/10/03/20572/inilah-dalildalil- 
mengharamkan-umat-islam-memilih-pemimpin-kafir/#sthash.Kdavrvlm.dpuf

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)
Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)
Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)EmirSyarif
 
Tafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasTafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasMuhammad Idris
 
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiFiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiieda kahar
 
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAHASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAHrahman rahman
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Imam Susanto
 
12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.doc
12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.doc12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.doc
12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.docMOHD ARIFF AB RAZAK
 
Menjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrir
Menjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrirMenjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrir
Menjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrirיונה עזיאל
 
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISIS
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISISMajalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISIS
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISISBuku Islam
 
Ibadah pada bulan ramadhan
Ibadah pada bulan ramadhanIbadah pada bulan ramadhan
Ibadah pada bulan ramadhanJihanFuraidaa
 

Mais procurados (20)

Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)
Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)
Makalah tentang Bughat (Pemberontakan)
 
Fiqh al sirah
Fiqh al sirahFiqh al sirah
Fiqh al sirah
 
Tafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasTafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nas
 
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiFiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
 
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAHASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
 
Hadits Maudlu
Hadits MaudluHadits Maudlu
Hadits Maudlu
 
Tasyri' abad 2-4 H.
Tasyri' abad 2-4 H.Tasyri' abad 2-4 H.
Tasyri' abad 2-4 H.
 
Rukun al fahmu pt 3
Rukun al fahmu pt 3Rukun al fahmu pt 3
Rukun al fahmu pt 3
 
12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.doc
12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.doc12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.doc
12.12.2014 (rumi) menangani sikap ekstrim dalam melaksanakan jihad.doc
 
Materi tekpend
Materi tekpendMateri tekpend
Materi tekpend
 
Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2
 
Menjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrir
Menjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrirMenjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrir
Menjawab syubhat terhadap ide ide hizbut tahrir
 
Menjawab syubhat
Menjawab syubhatMenjawab syubhat
Menjawab syubhat
 
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISIS
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISISMajalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISIS
Majalah Kiblat Edisi Dzulhijjah Mendadak ISIS
 
Ibadah pada bulan ramadhan
Ibadah pada bulan ramadhanIbadah pada bulan ramadhan
Ibadah pada bulan ramadhan
 
Materi PAI
Materi PAIMateri PAI
Materi PAI
 
Ibadah pada Bulan Ramadhan
Ibadah pada Bulan RamadhanIbadah pada Bulan Ramadhan
Ibadah pada Bulan Ramadhan
 
Pendidikan kepedulian sosial
Pendidikan kepedulian sosialPendidikan kepedulian sosial
Pendidikan kepedulian sosial
 
Tafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashrTafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashr
 

Semelhante a Pemimpin nonmuslim haram

Kepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajarKepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajarIyeh Solichin
 
Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)
Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)
Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)Arief Rahman Hakim
 
Menggugat islam moderat
Menggugat islam moderatMenggugat islam moderat
Menggugat islam moderatFlamencoRizky
 
Isu isu kontemporer dalam islam
Isu isu kontemporer dalam  islamIsu isu kontemporer dalam  islam
Isu isu kontemporer dalam islamLBB. Mr. Q
 
Kelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptx
Kelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptxKelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptx
Kelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptxBlackpearl267939
 
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdfHadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdfmusyaffazaim
 
Fiqh amal islami
Fiqh amal islamiFiqh amal islami
Fiqh amal islamiazmi bahari
 
Fundamentallll
FundamentallllFundamentallll
FundamentallllFaw Zie
 
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Gusdurian Malang
 
Pengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdfPengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdfGladiatorUnyuk
 
Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer LBB. Mr. Q
 
Pemimpin dalam-islam
Pemimpin    dalam-islamPemimpin    dalam-islam
Pemimpin dalam-islamHelmon Chan
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSholiha Nurwulan
 
Ulama ahlus sunnah mewajibkan khilafah
Ulama ahlus sunnah mewajibkan khilafahUlama ahlus sunnah mewajibkan khilafah
Ulama ahlus sunnah mewajibkan khilafahFlamencoRizky
 
fanatik dan taksub kepada guru
 fanatik dan taksub kepada guru fanatik dan taksub kepada guru
fanatik dan taksub kepada guruR&R Darulkautsar
 
Bentangkan kekuatan dan kelemahan teori negara
Bentangkan kekuatan dan kelemahan  teori negaraBentangkan kekuatan dan kelemahan  teori negara
Bentangkan kekuatan dan kelemahan teori negaraazhar am
 
Uas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipi
Uas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipiUas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipi
Uas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipiMunaw2802
 

Semelhante a Pemimpin nonmuslim haram (20)

Kepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajarKepemimpinan dalam islam bahan ngajar
Kepemimpinan dalam islam bahan ngajar
 
Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)
Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)
Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)
 
Menggugat islam moderat
Menggugat islam moderatMenggugat islam moderat
Menggugat islam moderat
 
192608705 karakter-pemimpin-dalam-islam
192608705 karakter-pemimpin-dalam-islam192608705 karakter-pemimpin-dalam-islam
192608705 karakter-pemimpin-dalam-islam
 
Isu isu kontemporer dalam islam
Isu isu kontemporer dalam  islamIsu isu kontemporer dalam  islam
Isu isu kontemporer dalam islam
 
Kelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptx
Kelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptxKelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptx
Kelompok 5 Etika dan Moral Perencanaan.pptx
 
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdfHadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
Hadist Sosial_ Siti Lilis kudsiyah.pdf
 
Fiqh amal islami
Fiqh amal islamiFiqh amal islami
Fiqh amal islami
 
Fundamentallll
FundamentallllFundamentallll
Fundamentallll
 
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)Indonesia bicara perdamaian (jadi)
Indonesia bicara perdamaian (jadi)
 
Pengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdfPengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdf
 
Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer Islam dan Isu Konterporer
Islam dan Isu Konterporer
 
Pemimpin dalam-islam
Pemimpin    dalam-islamPemimpin    dalam-islam
Pemimpin dalam-islam
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
 
Ulama ahlus sunnah mewajibkan khilafah
Ulama ahlus sunnah mewajibkan khilafahUlama ahlus sunnah mewajibkan khilafah
Ulama ahlus sunnah mewajibkan khilafah
 
fanatik dan taksub kepada guru
 fanatik dan taksub kepada guru fanatik dan taksub kepada guru
fanatik dan taksub kepada guru
 
Bentangkan kekuatan dan kelemahan teori negara
Bentangkan kekuatan dan kelemahan  teori negaraBentangkan kekuatan dan kelemahan  teori negara
Bentangkan kekuatan dan kelemahan teori negara
 
25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan
25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan
25846923 tugas-makalah-konsep-keadilan
 
POLITIK DALAM ISLAM.docx
POLITIK DALAM ISLAM.docxPOLITIK DALAM ISLAM.docx
POLITIK DALAM ISLAM.docx
 
Uas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipi
Uas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipiUas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipi
Uas munawaroh 1622230031_pendidikan kimia_2016_ipi
 

Mais de mochammad rasyiid

Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baruPeran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu barumochammad rasyiid
 
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajerTingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajermochammad rasyiid
 
Komite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitKomite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitmochammad rasyiid
 
Proposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystemProposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystemmochammad rasyiid
 
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhurKeunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhurmochammad rasyiid
 
Penulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhanaPenulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhanamochammad rasyiid
 
Contoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhanaContoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhanamochammad rasyiid
 
Sebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batikSebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batikmochammad rasyiid
 
Pavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioningPavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioningmochammad rasyiid
 
Latihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenLatihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenmochammad rasyiid
 
12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergi12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergimochammad rasyiid
 
10 amalan ringan pembuka jalan menuju
10 amalan ringan pembuka jalan menuju10 amalan ringan pembuka jalan menuju
10 amalan ringan pembuka jalan menujumochammad rasyiid
 
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2mochammad rasyiid
 
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2mochammad rasyiid
 
Kuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauerKuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauermochammad rasyiid
 

Mais de mochammad rasyiid (20)

Soal kombis
Soal kombisSoal kombis
Soal kombis
 
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baruPeran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
 
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajerTingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
 
Uu desa
Uu desaUu desa
Uu desa
 
Perencanaan iec man2
Perencanaan iec man2Perencanaan iec man2
Perencanaan iec man2
 
Komite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitKomite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakit
 
Proposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystemProposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystem
 
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhurKeunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
 
Penulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhanaPenulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhana
 
Contoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhanaContoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhana
 
Sebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batikSebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batik
 
Pavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioningPavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioning
 
Latihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenLatihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemen
 
12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergi12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergi
 
10 amalan ringan pembuka jalan menuju
10 amalan ringan pembuka jalan menuju10 amalan ringan pembuka jalan menuju
10 amalan ringan pembuka jalan menuju
 
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
 
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
 
Pengantar manajemen chapter
Pengantar manajemen chapterPengantar manajemen chapter
Pengantar manajemen chapter
 
Kuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauerKuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauer
 
Strategic management an 1
Strategic management an 1Strategic management an 1
Strategic management an 1
 

Pemimpin nonmuslim haram

  • 1. PEMIMPIN NONMUSLIM HARAM?* Akhmad Sahal Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika-Kanada Benarkah memilih pemimpin non muslim haram? Setidaknya begitulah pendapat sebagian kalangan Islam seperti yang mengemuka dalam kisruh isu SARA di pemilukada DKI akhir-akhir ini. Dalil Al- Qur’an yang mereka pakai di antaranya adalah surah Ali Imran 28 dan Al Ma’idah 51 . Dalam terjemahan Indonesia, ayat terakhir berbunyi : “Hai Orang -orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” Kata “pemimpin-pemimpin” pada ayat di atas adalah terjemahan dari kata auliya’. Pertanyaannya, tepatkah terjemahan tersebut? Coba kita telusuri terjemahan ayat ini dalam bahasa Inggris. Yusuf Ali dalam The Meaning of the Holy Qur’an menerjemahkan auliya’ dengan friends and protectors (teman dan pelindung). Muhammad Asad dalam The Message of the Qur’an dan M.A.S Abdel Haleem dalam The Qur’an sama-sama menerjemahkannya dengan allies (sekutu). Bagaimana dengan penerjemah Inggris yang lain? Muhammad Marmaduke Pickthal dalam The Glorious Qur’an mengalihbahaskan kata auliya’ menjadi friends. Begitu juga N.J. Dawood dalam The Koran dan MH. Shakir dalam The Qur’an. Sedangkan berdasar The Qur’an terjemahan T.B. Irving, auliya’ diartikan sebagai sponsors. Walhasil, tak satupun terjemahan Inggris yang saya sebutkan tadi mengartikan auliya’ sebagai “pemimpin.” Dan secara bahasa Arab, versi terjemahan Inggris ini agaknya lebih akurat. Perlu diingat, kata auliya’, bentuk plural dari waliy, bertaut er at dengan konsep wala’ atau muwalah yang mengandung dua arti: satu, pertemanan dan aliansi; kedua proteksi atau patronase (dalam kerangka relasi patron-klien). Karena itulah agak mengherankan ketika dalam terjemahan Indonesia pengertian auliya’ disempitkan, kalau bukan didistorsikan, menjadi “pemimpin”, yang maknanya mengarah pada pemimpin politik. Bisa jadi karena kata tersebut dianggap berasal dari akar kata wilayah, yang memang artinya kepemimpinan atau pemerintahan. Selintas masuk akal. Tapi kalau kita perhatikan lebih teliti, akan kelihatan bahwa anggapan ini tidak tepat. Mengapa? Kalau memang kata auliya’ bertolak dari kata wilayah, mestinya kata itu disertai dengan preposisi ‘ala. Dengan begitu, kalau QS 5:51 berbunyi ba’dhuhum auliya’ ‘ala ba’dh, aul iya’ pada ayat tersebut bermakna pemimpin.Tapi ternyata redaksi ayat tersebut berbunyi ba’dhuhum auliya’u ba’dh, tanpa kata ‘ala setelah auliya’. Jadi tidak pas kalau akar katanya wilayah. Yang tepat,
  • 2. seperti sudah saya sebut di atas, adalah wala.’ Singkat kata, penerjemahan auliya’ sebagai pemimpin terbukti tak berdasar. Lantas bagaimana kita mesti memahami ayat wala’ seperti QS 5:51 dan QS 3:28 yang secara harfiah melarang kaum mu’min untuk menjalin pertemanan dan aliansi dengan kaum non muslim, apalagi minta perlindungan dari mereka? Apakah ini larangan yang berlaku mutlak atau situasional? Memahami ayat tersebut secara leterlek dan berlaku mutlak di manapun dan kapanpun akan sangat bermasalah. Ada tiga alasan. Pertama, makna harfiah ayat itu bertentangan dengan ayat lain yang justru menyatakan kebalikannya. Misalnya ayat yang menghalalkan laki-laki muslim menikah dengan perempuan Yahudi atau Kristen. Dalam ayat yang sama juga ditegaskan bolehnya kaum muslim untuk memakan makanan mereka, dan sebaliknya (Q 5:5) Selain itu, ada juga ayat lain yang menegaskan bahwa Allah tidak melarang umat Islam untuk “berbuat baik dan berlaku adil” terhadap pemeluk agama lain yang tidak memerangi mereka dan mengusir dari tanah kelahiran mereka (QS: 8). Kedua, Nabi sendiri pernah menjalin aliansi dan meminta perlindungan dari kalangan non Muslim. Kita ingat cerita hijrah para Sahabat ke Abessina (Habasyah) yang saat itu diperintah oleh seorang raja Kristen. Kisah ini menunjukkan bahwa Nabi pernah meminta perlindungan kepada non muslim. Ketika di Madinah, Rasulullah memelopori pakta aliansi dengan komunitas Yahudi kota itu dalam bentuk Piagam Madinah. Bahkan pada level personal, Nabi bermertuakan orang Yahudi, yakni dari istrinya Sofiah binti Huyai. Ketiga, kalau QS 3:28 dan QS 5:51 dipahami secara harfiah dan mutlak, lalu bagaimana dengan pendirian Republik Indonesia yang dalam arti tertentu merupakan hasil kerjasama antara kaum muslim dengan pemeluk agama lain? Kasus lain: bagaimana dengan keterlibatan negara-negara Islam di PBB yang nota bene terdiri dari banyak negara non muslim sedunia? Bagaimana pula dengan Saudi Arabia, negara yang tak mungkin berdiri tanpa sokongan dari imperialisme Inggris untuk menghancurkan Khilafah Utsmaniyah pada awal abad 20? Sampai sekarang pun kita tahu Saudi mendapat perlindungan dari Amerika Serikat. Bukankah semua itu termasuk dalam kategori menjadikan non muslim sebagai auliya’? Berarti haram? Oh alangkah absurdnya jalan pikiran semacam ini! Karena itulah ayat tersebut mesti ditafsirkan secara kontekstual. Penerapannya pun tak bisa sembarangan. Di sini ada baiknya saya mengutip Rashid Rida. Menurutnya, ayat -ayat pengharaman aliansi dengan, dan minta proteksi dari non muslim sejatinya hanyalah berlaku untuk non muslim yang nyata-nyata memerangi kaum muslim. Aliansi yang dilarang juga yang nyata-nyata merugikan kepentingan umat Islam ( Tafsir Al Manar, Vol.3, 277).
  • 3. Pandangan Rida ini juga sejalan dengan pendapat Fahmi Huwaydi, pemikir Islam kontemporer dari Mesir. Dalam karyanya Muwathinun La Dimmiyyun (Warga Negara, Bukan Dzimmi) Huwaydi menyatakan bahwa Islam sejatinya tidak melarang umatnya untuk membangun solidaritas kebangsaan yang berprinsip kesetaraan dengan non muslim, khususnya Kristen Koptik di Mesir. Ayat wala’/muwalah, di mata Huwaydi, mestinya tidak dilihat sebagai larangan terhadap solidaritas semacam itu. Ayat 5: 51, misalnya, sebenarnya diarahkan kepada kaum munafiq yang ternyata membantu pihak non muslim yang kala itu berperang dengan umat Islam. Dengan kata lain, dalam pandangan Rashid Rida dan Fahmi Huwaydi, QS 3:28 dan QS 5:51 tidak berlaku secara mutlak, melainkan situasional. Artinya, larangan menempatkan non muslim sebagai sekutu atau protektor hanya berlaku manakala pihak non muslimnya jelas-jelas memerangi umat Islam. Adapun jika mereka tidak seperti itu, maka berarti larangan tadi otomatis tidak berlaku. Menarik untuk dicatat, argumen Rida dan Huwaydi ini sebenarnya bisa dipakai juga untuk membantah klaim sejumlah kalangan Islam yang bergeming untuk memaknai kata auliya’ dalam QS 3:28 dan 5:51 dengan bersandar pada terjemahan Indonesia yang saya kutip di awal tulisan, yakni sebagai “pemimpin.” Dengan demikian, mereka tetap ngotot untuk mengharamkan memilih pemimpin non-muslim. Terhadap mereka kita bisa katakan bahwa ayat tersebut tidaklah berlaku mutlak melainkan situasional. Artinya, larangan menjadikan non-muslim sebagai pemimpin berlaku manakala si non muslim tersebut nyata-nyata memerangi umat Islam. Di luar itu, larangan tersebut tidak berlaku. Tapi lepas dari itu, kalaupun auliya’ tetap diartikan sebagai “pemimpin,” penerapan QS 3:28 dan 5:51 untuk konteks Indonesia modern juga salah sasaran. Perlu diingat, negara kita berbentuk republik yang menerapkan demokrasi langsung, sesuatu yang sama seklai tidak dikenal dalam sistem politik Islam klasik. Dalam sistem politik Islam klasik yang lazimnya berbentuk kerajaan, otoritas kepemimpinan yang dipegang khaliafah didasarkan pada legitimasi kuasa dari Tuhan, bukan dari rakyat. Pemimpin dianggap sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, dengan kekuasan yang absolut. Tidak ada yang namanya pembagian kekuasaan ala Trias Politica sehingga sang pemimpin memegang kekuasaan tertinggi dalam ranah legislatif, eksekutif, dan yudikatif sekaligus. Dengan kata lain, kepemimpinan dengan model “Daulat Tuanku.” Ini secara diametral berbeda dengan sistem republik yang menganut asas kepemimpinan bersendi “Daulat Rakyat.” Di sini pemimpin bukanlah pemegang kedaulatan tertinggi, karena legitimasinya justru berasal dari rakyat yang memberinya mandat melalui pemilu. Kekuasaannya tidak tak terbatas, karena ia bekerja dalam sistem demokrasi yang menerapkan pembagian kekuasaan. Dalam sistem semacam ini, presiden atau gubernur hanyalah pemegang kuasa eksekutif saja alias “hanya” pelaksana. Sebagai pemimpin, ia hanya berkuasa sepertiga.
  • 4. Dengan demikian, kalau memang pemimpin non-muslim hukumnya haram, mestinya penerapannya untuk konteks negara kita bukan hanya berlaku untuk lembaga eksekutif saja, melainkan juga legislatif dan yudikatif. Ini karena kepemimpinan dalam sistem republik modern bukanlah bersifat personal melaiankan kolektif dan sistemik. Tapi kalau itu dilakukan, maka sejatinya yang diharamkan bukan hanya memilih pemimpin non muslim, melainkan juga bisa mengarah pada pengharaman terhadap republik kita. Hal lain, kalau memang dipimpin oleh non Muslim hukumnya haram, bagaimana dengan umat Islam yang menjadi warga negara di India, Amerika atau Eropa? Apakah mereka semuanya berdosa hanya karena jadi warga negara di negara-negara yang dipimpin oleh non muslim? Apakah para pemain bola seperti Zinedine Zidane, Mesut Oziel, Sami Khedira, Samir Nasri, Ibrahim Afellay, yang semuanya dipimpin oleh presiden atau perdana menteri non muslim, harus hijrah ke negara orang tuanya masing-masing di Timur Tengah? Dengan paparan di atas, saya ingin menunjukkan bahwa wacana pengharaman pemimpin non - muslim bukan hanya berbahaya karena membawa kita berkubang dalam isu SARA yang berpotensi memecah belah Indonesia. Yang tak kalah problematis, wacana tersebut ternyata tidak punya pijakan yang kokoh dari kacamata Islam itu sendiri, karena pedomannya adalah terjemahan ayat secara tidak akurat, penafsiran yang sempit, dan penerapan yang salah alamat. *Dimuat di Majalah TEMPO, Edisi 16 Agustus 2012
  • 5. Inilah Dalil-Dalil Mengharamkan Umat Islam Memilih Pemimpin Kafir JAKARTA (VoA-Islam) - Menjadikan orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam berarti menentang Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Ijma' Ulama. Memilih orang kafir sebagai pemimpin umat Islam berarti memberi peluang kepada orang kafir untuk "mengerjai" umat Islam dengan kekuasaan dan kewenangannya. Berikut ini adalah sejumlah Dalil Qur'ani beserta Terjemah Qur'an Surat (TQS) yang menjadi dasar untuk bersikap dalam memilih pemimpin : 1. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin QS. 3. Aali 'Imraan : 28. "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)." QS. 4. An-Nisaa' : 144. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?" QS. 5. Al-Maa-idah : 57. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
  • 6. orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." 2. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin walau Kerabat sendiri : QS. 9. At-Taubah : 23. "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan BAPAK-BAPAK dan SAUDARA-SAUDARAMU menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." QS. 58. Al-Mujaadilah : 22. "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekali pun orang-orang itu BAPAK-BAPAK, atau ANAK-ANAK atau SAUDARA-SAUDARA atau pun KELUARGA mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada- Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." 3. Al-Qur'an melarang menjadikan orang kafir sebagai teman setia QS. 3. Aali 'Imraan : 118.
  • 7. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi TEMAN KEPERCAYAANMU orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." QS. 9. At-Taubah : 16. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi TEMAN SETIA selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ? Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." 4. Al-Qur'an melarang saling tolong dengan kafir yang akan merugikan umat Islam QS. 28. Al-Qashash : 86. "Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali - kali kamu menjadi PENOLONG bagi orang-orang kafir." QS. 60. Al-Mumtahanah : 13. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan PENOLONGMU kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa." 5. Al-Qur'an melarang mentaati orang kafir untuk menguasai muslim QS. 3. Aali 'Imraan : 149-150.
  • 8. "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah Pelindungmu, dan Dialah sebaik-baik Penolong." 6. Al-Qur'an melarang beri peluang kepada orang kafir sehingga menguasai muslim QS. 4. An-Nisaa' : 141. "...... dan Allah sekali-kali tidak akan MEMBERI JALAN kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." 7. Al-Qur'an memvonis munafiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin QS. 4. An-Nisaa' : 138-139. "Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." 8. Al-Qur'an memvonis ZALIM kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin QS. 5. Al-Maa-idah : 51. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
  • 9. pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang ZALIM." 9. Al-Qur'an memvonis fasiq kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin QS. 5. Al-Maa-idah : 80-81. "Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang FASIQ." 10. Al-Qur'an memvonis sesat kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin QS. 60. Al-Mumtahanah : 1. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan
  • 10. dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah TERSESAT dari jalan yang lurus." 11. Al-Qur'an mengancam azab bagi yang jadikan kafir sbg Pemimpin / Teman Setia QS. 58. Al-Mujaadilah : 14-15. "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman ? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka AZAB yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan." 12. Al-Qur'an mengajarkan doa agar muslim tidak menjadi sasaran fitnah orang kafir QS. 60. Al-Mumtahanah : 5. "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (SASARAN) FITNAH bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. - See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/10/03/20572/inilah-dalildalil- mengharamkan-umat-islam-memilih-pemimpin-kafir/#sthash.Kdavrvlm.dpuf