Kasus ini menceritakan perjuangan Dr. Jeffrey Wigand sebagai whistleblower yang membongkar kebohongan industri rokok. Wigand yang merupakan mantan eksekutif Brown & Williamson membocorkan informasi rahasia perusahaan setelah dipecat. Ia memberikan kesaksian penting kepada jurnalis Lowell Bergman untuk investigasi kasus rokok, meski menghadapi ancaman dari perusahaan rokok. Akhirnya, kesaksian Wigand membantu mengungkap keboh
2. PRESENTS BY GROUP 1 – FOR F CLASS
• Adiel Andhika Putra (3122073)
• Michael Janitra Wihardjo (3122082)
• Arvian Christanto (3122155)
• Willy Hadinata (3122280)
• Andre Handoko (3122742)
• Leona Ami (3123005)
• Yanita Apsari Dewi Alie (3123179)
• Maria Theresia Ma’u (3123238)
• Rian William Phonda (3123313)
3. WHISTLE BLOWING
Dipopulerkan oleh Ralph Nader
Whistle blowing mengacu pada seorang
informan atau pengadu tentang
kebohongan atau tindakan ilegal oleh
suatu organisasi
Whistle blower akan mengalami
dilematika untuk melakukan blowing
informasi kepada masyarakat
5. Berawal dari perjuangan dan dinamika yang
dihadapi oleh Dr. Jeffrey Wigand, seorang
mantan eksekutif perusahaan rokok terkenal di
AS, dalam mengungkap kebohongan yang
dilakukan oleh perusahan tempat ia pernah
bekerja.
Sebagai mantan ‘orang dalam’ perusahaan
rokok Wigand tahu betul keculasan dan
kebohongan industri rokok dalam praktek
kerjanya. Sehingga ketika ia berubah haluan
tentunya Industri rokok merasa terancam
kepentingannya.
6. Konflik diawali dengan pemecatan Wigand dari jabatan
sebagai direktur reset perusahaan rokok Brown &
Williamson (B&W).
Pemecatan terjadi karena sikap Wigand yang tidak
mendukung kebijakan perusahaan yang dengan
sengaja menambahkan ramuan tertentu untuk membuat
pelanggan rokok mereka menjadi lebih kecanduan.
Sebagai seorang ilmuwan dan eksekutif berlatar
belakang seorang ilmuwan dan pernah bekerja di
beberapa perusahaan kesehatan, Wigand meyakini
bahwa setiap perusahaan seharusnya memperhatikan
kebermanfaatan dan kebaikan bagi konsumennya.
7. Wigand menganggap langkah perusahaan sebagai
sebuah kesalahan karena tidak memberikan edukasi
dan penjelasan yang memadai kepada pelanggannya.
Menurut pengalaman kerjanya di tempat sebelumnya
setiap ada produk yang membahayakan konsumen,
maka perusahaan sudah selayaknya menarik produk
tersebut dari peredaran.
Praktek seperti ini sama sekali tidak terjadi di industri
rokok. Karena mengejar keuntungan sebanyak-
banyaknya, perusahaan rokok rela melakukan apapun
untuk membuat produk mereka laku di pasaran.
8. Perusahaan rokok tanpa memperhatikan konsekuensi
yang akan ditimbulkan melakukan pembohongan
dengan menambah zat penambah kecanduan dan
menyatakan bahwa nikotin itu tidak menimbulkan
adiksi.
Namun karena takut rahasianya dibongkar, sebelum
melakukan PHK terhadap Wigand perusahaan
menyodorkan Confediality Agreement yang
mengikatnya untuk tidak membocorkan rahasia
perusahaan kepada siapapun.
Dengan Confidentiality Agreement inipun Wigand dan
keluarga masih mendapatkan tunjangan perumahan dan
kesehatan meskipun ia sudah tidak bekerja untuk B&W.
9. Namun semua berubah saat Wigand bertemu dengan Lowell
Bergman, seorang jurnalis dan produser acara 60 Minutes
yang sedang melakukan investigasi atas kasus kebakaran
dan industri rokok.
Entah siapa pengirimnya ,Bergman dikirimi berkas-berkas
rahasia tentang Phillip Morris.
Atas rekomendasi seorang teman dari FDA (BP POM nya
Amerika), Bergman kemudian ditemukan dengan Wigand
dan memintanya untuk meneliti berkas tersebut sebagai
bagian dari investigasi yang sedang ia lakukan.
Karena Bergman tahu bahwa perannya yang sangat besar
bahkan ia meminta Wigand untuk memberikan terstimoni di
acara 60 Minutes, sebuah talkshow investigatif terkenal di
Amerika.
10. Pada awalnya Wigand menolak melakukan hal
tersebut karena menghormati Confidentiality
Agreement dengan B&W.
Namun atas desakan dan masukkan dari
Bergman pada akhirnya Wigand setuju untuk
membantu dan melakukan taping.
Untuk menghindari pelanggaran terhadap
Confidentiality Agreement, Wigand menjadi
saksi kunci kasus perusahaan rokok lain dan
memberikan kesaksian di pengadilan Missisipi.
11. Kesediaan Wigand untuk membantu Bergman
yang kemudian menimbulkan berbagai
ketegangan dan menempatkan Wigand dalam
posisi dilematis.
Ia ditekan oleh perusahaan rokok, bukan
saja tunjangan perumahan dan kesehatan
keluarga Wigand dicabut oleh B&W, ia dan
keluarga pun mendapatkan ancaman
pembunuhan.
Wigand sudah terlibat terlalu jauh dalam perang
antara aktifis kesehatan melawan industri
rokok.
12. Ia menjadi tokoh strategis dalam pusaran
konflik antara Perusahaan Rokok dan Aktifis
kesehatan saat itu.
Kesaksian Wigand menjadi amunisi yang
sangat kuat bagi kelompok masyarakat untuk
menekan industri rokok.
Kapasitas Wigand sebagai mantan eksekutif
perusahaan rokok dan latar belakang
akademisnya sebagai ilmuwan kimia
menjadikan posisinya sangat penting.
13. Apalagi peristiwa ini terjadi tidak lama setelah
kejadian The Seven Dwarves of Tobacco
Industry, dimana pada saat itu tujuh CEO
perusahaan rokok terkemuka di Amerika telah
bersumpah di hadapan kongres bahwa nikotin
itu tidak adiktif.
Wigand yang juga pernah menjadi direktur riset
B&W, menyatakan bahwa kesaksian para CEO
tersebut merupakan sebuah kebohongan besar.
Pada akhirnya kebenaran akan menjadi nyata.
14. Dengan perjuangan yang dilakukan oleh
Wigand dan perjuangan-perjuangan yang
lainnya, industri rokok kalah telak.
Pengadilan telah mengabulkan tuntutan negara
bagian Missippi dan 49 negara bagian lain di
Amerika dan mendenda perusahaan rokok
sebesar $ 246 milliar atas kebohongan mereka
menyatakan bahwa nikotin adalah bukan zat
adiktif.
Peristiwa ini merupakan sebuah kemenangan
besar akal sehat atas industri nikoin.
15. KESIMPULAN :
Whistle blower ( informan ) : Wigand
Wigand mengalami dilematika apakah
akan melakukan blowing atau tidak
sedangkan Ia telah menandatangani
Confidentiallity Agreement
Pada akhirnya Wigand membocorkan
informasi yang dimilikinya karena peduli
pada masyarkat dan etikat moral yang
baik