MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Aksiologi Ilmu Pendidikan
1. AKSIOLOGI ILMU PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN
Aksiologi adalah teori tentang nilai merupakan suatu bahan kajian yang
menarik untuk dibahas. Karena didalamnya terkandung nilai-nilai sebagai dasar
normatif dalam penggunaan atau pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tak dapat disangkal lagi kontribusi ilmu bagi kepentingan umat manusia.
Ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang duka. Namun apakah hal itu
selalu demikian : ilmu selalu merupakan berkat dan penyelamat bagi manusia?.
Memang dengan jalan mempelajari atom kita dapat memanfaatkan wujud tersebut
sebagai sumber energi bagi keselamatan manusia, tetapi di pihak lain ini juga bisa
berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang
menimbulkan malapetaka. Usaha memerangi kuman yang membunuh manusia
sekaligus menghasilkan senjata kuman yang dipakai sebagai alat untuk membunuh
semua manusia pula. Sehingga timbul pertanyaan: apakah kehadiran ilmu itu
sebuah berkah bagi kehidupan manusia atau malapetaka?
Dewasa ini, dalam perkembangannya ilmu sudah melenceng jauh dari
hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan menciptakan tujuan
hidup itu sendiri. Disinilah moral sangat berperan sebagai landasan normatif
dalam penggunaan ilmu serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan dengan
kapasitas keilmuwannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang
berarti teori tentang nilai (Salam, 1997). Sumantri (1996) menyatakan aksiologi
2. adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dan pengetahuan yang
diperoleh. Menurut kamus bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khusunya etika.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang
tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu
tersebut. Jadi hakikat yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang
terdapat dalam suatu pengetahuan. Objek kajian aksiologi adalah menyangkut
masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh
masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik dan
buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tata cara dan
tujuan (mean and end).
B. Nilai dalam Aksiologi
Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni Etika dan
Estetika.
1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat
kebiasaan. Dalam istilah lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin
“mores”, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah cabang
filsafat aksiologi yang membahas masalah-masalah moral. Kajian etika lebih
fokus pada perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas
tertentu.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang
nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam suatu
hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah
bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga
mempunyai kepribadian.
3. C. Karakteristik Nilai
Ada beberapa beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai
(the theory of value), yaitu :
1. Nilai objektif atau subjektif.
Nilai itu objektif jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang
melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat
individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif,
apabila subjek berperan dalam memberi penilaian, kesadaran manusia menjadi
tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan
berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan
mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
2. Nilai absolute atau relatif.
Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku sejak
masa lampau dan akan berlaku sepanjang masa, berlaku bagi siapapun tanpa
memperhatikan ras, maupunkelas sosial. Dipihak lain ada yang beranggapan
bahwa semua nilai relative sesuai dengan keingginan dan harapan manusia.
D. Kegunaan Aksiologi terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi
seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh
Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah
kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia.
Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita
4. tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu
sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi
pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk
melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu
atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat
filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia
pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung
suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem
kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori
filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua
teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan.
Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam
menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini kita
menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari
pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani
lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara
menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling
rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak
terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
E. Aksiologi Ilmu Pendidikan
Abdulhak (2008), menyarakan aksiologi ilmu pendidikan sebagai nilai
kegunaan teoritis dan nilai kegunaan praktis.
1. Aksiologi sebagai Nilai Kegunaan Teoritis
5. a. Kegunaan bagi ilmu dan teknologi
Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan
dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia.Pemahaman
tersebut secara potensial dapa t dipergunakan untuk lebih mengembangkan
konsep-konsep ilmiah pendidikan, baik dalam arti meningkatkan mutu (validitas
dan signifikan) konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada, maupun
melahirkan atau menciptakan konsep-konseo baru, yang secara langsung dan tidak
langsung bersumber pada konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada.
Rowntree dalam educational technologi in curuculum development antara
lain menyatakan: bahwa oleh karena teknologi pendidikan adalah seluas
pendidikan itu sendiri, maka teknologi pendidikan berkenaan dengan desain dan
evaluasi kurikulum dan pengalaman-pengalaman belajar, serta masalah-masalah
pelaksanaan dan perbaikannya. Pada dasarnya teknologi pendidikan adalah suatu
pendekatan pemecahan masalah pendidikan secara rasional, suatu cara berpikir
skeptis dan sistematis tentang belajar dan mengajar.
b. Kegunaan bagi filsafat
Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan, secara
potensial dapat mengundang berkembangnya kritik pendidikan, baik yang datang
dari kalangan para pengamat pendidikan pada umumnya, maupun yang datang
dari kalangan yang profesional pendidikan, yang termasuk didalamnya para
ilmuwan pendidikan, para filosof pendidikan serta para pengelola dan
pengembanng pendidikan.
2. Aksiologi Sebagai Nilai Kegunaan Praktis
a. Kegunaan bagi praktek pendidikan
Pemahaman tenaga kependidikan secara konprehensif dan sistematis turut
serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-tugas
profesionalnya. Hal ini terjadi karena konsep-konsep ilmiah pendidikan
menerangkan prinsip-prinsip bagaimana orang melakukan pendidikan.
Penguasaan yang mantap terhadap konsep-konsep ilmiah pendidikan memberikan
6. pencerahan tentang bagaimana melakukan tugas-tugas profesional pendidikan.
Apabila hal ini terjadi, maka seorang tenaga pendidikan akan dapat bekerja
konsisten dan efisien, karena dilandasi oleh prinsip-prinsip pendidikan yang jelas
terbaca dan kokoh.
b. Kegunaan bagi seni pendidikan
Disamping memberi kemungkinan berkembangnya teknologi pendidikan,
penerapan konsep-konsep ilmiah tentang pendidikan dalam praktek, dapat pula
memberi peluang pada berkembangnya seni pendidikan. Sebuah kegiatan
pendidikan dikatakan sebuah seni pendidikan apabila kegiatan tersebut tidak saja
mencapai hasil yang diharapkan, tetapi proses pelaksanaanya dapat memberi
keasyikan dan kesenangan, baik bagi peserta didikmaupun pendidiknya. Dalam
kegiatan sebagai seni, berlangsungnya suatu proses hubungan sosial, melibatkan
emosi yang cukup mendalam dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini mengandung
arti bahwa penerapan konsep-konsep ilmiah pendidikan dalam praktek pendidikan
perlu memperhitungkan terpenuhinya kebutuhan emosional, berupa rasa puas, rasa
senang ataupun rasa yang sejenisnya.
F. Tujuan Mempelajari Matematika berlandaskan Aksiologi
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
7. bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006).
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan mempelajari matematika seperti inilah yang sejalan dengan aksilogi
yang mempelajari nilai dari suatu bidang ilmu, khususnya matematika.
Maksudnya adalah aksilologi pada matematika adalah berbagai pertimbangan
yang menjadi alasan mengapa matematika itu penting untuk dipelajari, serta
nilai-nilai apa saja yang akan dan dimiliki setelah mempelajari matematika.
Jika ditelaah lebih jauh, nilai etika/moral yang terkandung dalam
pembelajaran bisa dilihat dari contoh kecil berikut: seorang siswa kelas 1 SD
bertanya kepada gurunya tentang kegunaan matematika bagi diri siswa tersebut,
guru matematika itupun menjawab dengan terlebih dahulu mengambil satu potong
biskuit dan menyerahkannya kepada siswa tersebut sambil memintanya untuk
membagi secara adil dengan teman sebangkunya. Disini bisa dilihat salah satu
aspek moral yang terkandung dalam pembelajaran matematika yaitu sifat adil.
8. Untuk nilai estetika, dapat dilihat dari contoh bahwa betapa indah suatu
rumah jika dibangun secara simetris, dalam artian tidak miring / condong ke kanan
atau ke kiri.
G. Hubungan antara Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
Dari yang telah dipelajari sebelumnya tentang filsafat ilmu pendidikan,
maka dapat dibedakan antara ontologi, epistimologi, dan aksiologi, yaitu:
1. Ontologi : dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-
bidang ilmu.
2. Epistimologi : cara/teknik/sarana yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu.
3. Aksiologi : tujuan dari pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan.
III. KESIMPULAN
Aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Jujun S.Suriasumantri mengartika
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh.. Sedangkan Aksiologi menurut Bramel, terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu:pertama, moral conduct, kedua, esthetik expression dan ketiga,
socio-politikal life. Berkaitan dengan aksiologi, Drs. Prasetya mengatakan bahwa
Aksiologi adalah study tentang nilai, sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu
yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan, adapun nilai yang dimaksud,
yaitu: nilai jasmani, dan nilai rohani.Ilmu dan moral memiliki keterkaitan yang
sangat kuat. Ilmu bisa menjadi malapetaka kemanusiaan jika seseorang yang
memanfaatkannya “tidak bermoral” atau paling tidak mengindahkan nilai-nilai
moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan
manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat, tentunya tetap mengindahkan
aspek moral.
Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga aspek (ontologi,
epistemologi dan aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti
atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang benar dari ilmu
tersebut.Contohnya :Membangun Filsafat Teknologi Pendidikan perlu menelusuri
9. dari aspek : Ontologi eksistensi (keberadaan) dan essensi (keberartian) ilmu-lmu
Teknologi Pendidikan.Epistemologi metode yang digunakan untuk membuktikan
kebenaran ilmu-ilmu Teknologi Pendidikan.Aksiologi manfaat dari ilmu
Teknologi Pendidikan. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada
masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat
bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah
pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik-baiknya.
Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuwan.
DAFTAR PUSTAKA
, 2006. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG
STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH. Diakses 28 September 2015, dari
https://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/permendiknas-no-22-tahun-
2006-standar-isi.pdf.
Abdulhak, Ishak. 2008. Filsafat ilmu pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika materil filsafat ilmu pengetahuan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Sumanrti, S. Jujun. 1996. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan.
Wihadi, Admojo et.al. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.