1. Ayat-ayat menjelaskan sifat-sifat Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta yang maha kuasa dan maha penyayang.
2. Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Ia juga pemurah dan penyayang kepada semua makhluk-Nya.
3. Ayat-ayat menekankan tauhid yaitu keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan pencipta alam se
1. TAFSIR AYAT 22 - 24
22 - َوُه هالِإ َهلِإ ال ذيهال ُ هاَّلل َوُه حيم هالر ُمنْح هالر َوُه ِةَدهاهشال َو ِبْيَغْال ُمِلعا
"Dialah Allah, Yang tiada tuhan selain Dia; Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata. Dia adateh Maha Murah, Maha Penyayang.
23 - َوُه هالِإ َهلِإ ال ذيهال ُ هاَّلل َوُه ُزيزَعْال ُنِْميَهُمْال ُنِمْؤُمْال ُمالهسال ُوسُّدُقْال ُكِلَمْال ِرْشُي اهمَع ِ هاَّلل َْحانبُس ُرِبَكَتُمْال ُهاربَجْالُك
Dialah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia ! Maha Raja ,Maha Suci, Maha Sejahtera,Yang
Mengurniakan Keamanan , Maha Memelihara , Maha Perkasa, Maha Gagah , Yang
Membesarkan Diri;Maha Sucilah Allah dari apa pun yang mereka persekutukan. "
24 - َوُهُئ ِبارْال ُقِلخاْال ُ هاَّلل نىْسُحْال ُءماْسَ ْاْل ُهَل ُرِوَصُمْالِماواتهسال يِف ما ُهَل ُحِبَسُي كيمَحْال ُزيزَعْال َوُه َو ِض ْرَ ْاْل َوُُ
"Dialah Allah, Maha Pencipta , Yang Mengadakan , Yang Membentuk rupa , BagiNyalah
nama-nama yang baik. Bertasbih kepadaNya apa pun yang ada pada sekalian langit dan bumi
, Dan Dia adalah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
NAMA NAMA YANG MULIA BAGI ALLAH !
َهلِإ ال ذيهال ُ هاَّلل َوُه َوُه هالِإ
"Dialah Allah! Yang tiada Tuhan melainkan Dia." (pangkal ayat 22).
Inilah pokok pegangan orang pertama dan utama. Segala perhatian dan ingatan
ditujukan kepadaNya, Allah Tuhan Yang Satu.
ِةَدهاهشال َو ِبْيَغْال ُمِلعا
"Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.''
Oleh karena Allah itu meliputi akan segala ruang dan segala waktu, niscaya
bagi Allah sama saja diketahuinya yang ghaib dan yang nyata.
Sedang bagi kita sebagai makhluk lebih banyaklah yang ghaib daripada yang
nyata. Bahkan apa yang disangka nyata itu, bagi kita pun masih ghaib.
Apa yang tidak nampak oleh mata kita dan tidak kedengaran oleh telinga kita,
adalah ghaib bagi kita. Lebih banyak bahagian dalam batang
tubuh kita sendiri yang ghaib bagi kita.
2. Apa yang ada di belakang dinding rumah kita ghaib bagi kita. Apa yang ada di
belakang kita ghaib bagi kita. Zaman yang dahulu sebelum
kita lahir, ghaib bagi kita. Zaman depan setelah kita meninggal dunia ini kelak
ghaib bagi kita.
Apa yang terpendam dalam bumi di bawah kita? Apa yang terkandung dalam
bintang-bintang yang bertebaran di langit di atas kepala kita?
Bagaimana rupa dari nenek kita yang telah meninggal sebelum kita cucunya
lahir? Padahal terang jelas beliau itu yang menurunkan kita?
Bagaimanakah agaknya rupa dari cucu kita yang akan lahir sesudah kita mati,
padahal dia terdiri dari darah daging kita?
Oh, alangkah terbatasnya pengetahuan manusia dalam alam ini!
Sedangkan yang nyata, nyata itu sendiri bagi kita masih ghaib! Jika ditanyakan
orang kepada kita tentang barang segi empat tempat kita menulis ini, yang
umumnya diberi orang nama meja, maka tidaklah akan sama pandangan sebab
itu tidak pula akan sama jawaban tentang barang itu.
Sepintas lalu dapat orang menjawab; "Ini adalah meja!" Tetapi yang lain akan
menjawab; "Ini adalah papan!" Dan yang lain akan menjawab; "Ini adalah kayu
di hutan yang telah digergaji!" Dan yang lain akan menjawab; "Ini adalah
gabungan dari empat anasir asal, yaitu api, angin, air dan tanah.
Sebagian lagi akan menjawab; "Ini adalah kumpulan dari zat yang tidak terbagi
lagi (atom) yang telah terkumpul jadi satu.
Sebahagian lagi akan menjawab; "meja hanyalah bentuk saja, atau sifat atau
`aradh! Adapun hakikat, atau zat, atau substansi ialah atom yang menyatu…
Lalu ada yang secara cepat kembali saja ke asal muasal; "Semuanya ini adalah
benda!" Namun kawannya menjawab; "Bukan benda melainkan tenaga!''
Kawannya yang lain menjawab; "Gabungan tenaga dan benda!"
Akhirnya maka yang nyata itu sendiri pun jadi ghaib.
Allahlah yang Maha Mengetahui hakikat yang sebenarnya.
حيمهالر ُمنْحهالر َوُه
"Dia adalah Maha Murah, Maha Penyayang." (ujung ayat 22).
Ar-Rahmaan kita artikan Pemurah.. Ar-Rahiim kita artikan Penyayang. Hasil
jipratan dari sifat Rahman dan sifat Rahim itu ialah Rahmat. Rahmat itu pun
3. diartikan juga kasih-sayang! Kasih-sayang Allah itu nampak di mana saja,
apabila saja!
Kemurahan dan kasih-sayang Ilahi itulah yang kita lihat di mana-mana dan
Kasih-sayang serta kemurahan Tuhan itulah yang menyebabkan hidup kita
sesuai dalam bumi ini. Kita diberi kemudahan dan penyelenggaraan. Segala
sesuatu di atas bumi ini dapat kita memanfaatkan. Bahkan pertalian di antara
satu bintang dengan bintang yang lain, pertalian antara bumi dengan bulan,
matahari dengan bintang-bintang satelitnya, semuanya berjalan dalam
lindungan kasih-sayang dan kemurahan Tuhan.
Isaac Newton, Pemikir dan sarjana Inggeris dikenal sebagai manusia yang
pertama menemukan teori tentang "daya tarik" yang mempertalikan satu
bahagian alam dengan bahagian lain, sehingga dunia ini tidak runtuh dan
tidak kucar-kacir. Dikatakan bahwa segala sesuatunya diatur dengan
harmonis, seimbang dan setimbang sehingga semua berjalan langgeng, tak
pemah runtuh dan tak pernah jatuh.
Tetapi ahli-ahli Tauhid dan Ma`rifat mengatakan bahwa bukanlah daya "daya
tarik" atau rahasia terakhir yang menyebabkan alam jadi harmonis. Mereka
mengatakan semuanya ini adalah percikan dari sifat Tuhan yang dua itu;
"Rahman dan Rahim, Maha Pemurah dan Maha Penyayang." Dalam kata lain
disebut juga bahwa Ar-Rahman dan Ar-Rahim menumbuhkan Cinta, dengan
cinta alam ini diciptakan oleh Tuhan.
َوُه هالِإ َهلِإ ال ذيهال ُ هاَّلل َوُه
"Dialah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia!" (pangkal ayat 23).
Itulah pegangan hidup kita. Di sana terletak rahasia kejadian alam ini. Alam
menjadi sangat teratur karena Penciptanya hanya satu. Tidak berserikat tidak
berkongsi sehingga tidak berebut kuasa di antara yang satu dengan yang lain
dan tidak pula berbagi kuasa. Di sinilah terletak inti ajaran Tauhid;
ُكِلَمْال
"Maha Raja,"
dimisalkanlah seluruh alam ini, langit serta bumi, bulan serta bintang, awan
yang berarak, ombak yang berdebur sebagai suatu kerajaan. Maha Rajanya
hanya satu, yaitu Allah! Tidak ada kekuasaan satu raja pun dalam dunia ini
yang menyamai Kemaharajaan Allah. Kekuasaan seorang Raja hanyalah
terbatas dalam sempadan-sempadan negerinya saja. Bilamana dia keluar dari
negerinya, di negeri lain itu dia tidak berkuasa lagi.
Seorang Raja pun hanya berkuasa di kala dia masih hidup; kalau sudah mati
4. harus diganti dengan raja lain. Tidak ada seorang Raja pun yang berkuasa
seperti Tuhan, sebab Raja-raja itu dianjung maka tinggi;, diambak maka
gadang, diakui baru jadi raja. Malahan ada raja yang dima'zulkan. Namun
Allah menjadi si Maharaja diraja sejak asal semula jadi yang tidak ada
permulaan dan tidak ada kesudahanNya.
ُُّوسدُقْال
"Maha Suci"
Dia; Bersih, karena tidak ada maksud buruk dalam kekuasaan mutlak itu. Dia
Maha Suci sebab Dia pun bersifat kasih, bersifat Sayang. Tidak ada aniaya
terhadap hambaNya, sebab penguasa yang aniaya ialah karena dalam dirinya
merasa bahwa orang yang dianiaya itu akan jadi penghalang kuasanya, sebab
sama-sama manusia. Maha Suci Allah dari keinginan-keinginan yang buruk,
tandanya bahwa orang itu belum mengenal siapa Allah.
الهسالُم
"Maha Sejahtera,"
yaitu yang berarti juga damai, tidak ada kericuhan dan kekusutan, segala
sesuatu berjalan dengan aman sentosa, damai sejahtera. Dan damai serta
sejahtera itu adalah pula satu di antara nama atau sifat Allah yang terpandang
terlukis di dalam alam. Hendak mencari tahu tentang kebesaran Allah, carilah
dalam kesejahteraan pada alam. Sejahtera berarti juga tidak kurang suatu apa;
tidak Dia mengharap sesuatu bantuan orang lain. Tidak Dia minta tolong
karena terdesak. Tidak ada cacat dan celaNya.
Oleh karena salam sejahtera itu adalah nama dan sifat dari Tuhan, maka
Tuhan pun menginginkan sejahtera di antara sesama makhlukNya. Sehingga
Salam adalah dijadikan syi'ar hidup di antara sesama Muslim. Bila bertemu di
antara satu sama lain hendaklah mengucapkan salam. Sunnat bagi yang me-
mulai, wajib bagi yang menyambut. Dan ada pula Hadis Nabi s.a.w. tentang
setengah daripada wirid yang dibaca sesudah sembahyang ialah;
ُمَالَّسال َكْنِمَو ُمَالَّسال َتْنَأ َّمالله ِلَالَالج اَذ اَي َتْكَارَبَتِامَرْكِاإل َو
البخاري إال الجماعة رواه
"Ya Allah, Engkau Salam dan daripada Engkaulah datangnya Salam; Amat banyaklah kumia
yang balk dari Engkau, ya Tuhan yang Empunya Keagungan dan Kemuliaan." (Riwayat Jama'ah,
yaitu Muslim, Abu Daud, Termidzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah dan ad-Darimi)
ُنِْميَهُمْال ُنِمْؤُمْال
"Yang Mengurniakan Keamanan, Maha Memelihara,"
atau yang membuat segala sesuatu aman sentosa. Karena lafaznya ialah al-
5. Mu'min yang boleh juga diartikan Yang Beriman, sebagai hambaNya yang
percaya kepadaNya pun dinamai al-Mu'min, orang yang beriman, maka ada
juga ahli tafsir yang memberikan tafsir bahwa Allah itu memang percaya
kepada manusia itu bahwa manusia itu akan sanggup memikul amanatNya.
Sebab di dalam Surat 33, al-Ahzab ayat 72 ada dijelaskan oleh Allah sendiri,
bahwa Dia pemah menawarkan Amanat kepada langit dan bumi dan gunung-
gunung, namun semuanya enggan menerima amanat itu karena beratnya, lalu
dipikul amanat itu oleh Insan.
Dengan demikian maka percayalah Tuhan Allah kepada makhlukNya yang
bernama Insan. Meskipun Tuhan Maha Tahu bahwa Insan itu akan ada juga
yang tidak sanggup memikul amanat, namun di antara mereka akan ada yang
sanggup. Kalau bukanlah karena kepercayaan Tuhan dan penghargaanNya
yang begitu tinggi kepada manusia, tidaklah akan diutusnya Nabi-nabi dan
Rasul-rasul membawakan petunjuk-petunjuk langsung dari Tuhan, yang ber-
nama Wahyu.
Oleh sebab itu boleh juga sifat Tuhan al-Mu'min itu diartikan menurut
wajarnya saja, yaitu yang percaya. Dan sebab itu pula maka hendaklah tiap--
tiap orang yang telah mengaku beriman agar memegang teguh amanat itu
selama hidupnya sampai matinya, sehingga bertimbalanlah di antara Makhluk
sebagai al-Mu'min dengan al-Khaliq sebagai al-Mu'min pula.
ُارهبَجْال ُزيزَعْال
"Maha Perkasa, Maha Gagah."
Yang apa saja yang telah diaturNya mestilah berlaku. Mana yang melanggar
garis yang telah ditentukanNya pasti binasa. Peraturan yang telah ditegakkan
oleh Tuhan itu, cobalah bandingkan dengan orang-orang atau manusia yang
merasa dirinya gagah perkasa karena kedudukan dunia yang pernah
dicapainya. Seorang Raja besar yang gagah dan disegani dengan pakaian
kebesarannya, diiringkan oleh pengawal peribadinya yang terdiri dari orang-
orang terpilih yang mukanya keren dan bengis, jadi kuyu dan kecillah dia di
hadapan kegagahperkasaan Allah. Kuyulah dia ketika berhadapan dengan
penyakit yang tidak kunjung sembuh. Kuyu dan kecillah dia di hadapan
Malaikat Maut yang datang menjemput nyawanya. Bagaimanapun si Raja
hendak bertahan, kian sesaat dia kian hancur. Kian kuyu dan kian layu,
sehingga habis hidupnya. Namun Allah tetap gagah.
ُرِبَكَتُمْال
"Yang Membesarkan Diri;"
6. Arti yang kita ambil dari Mutakabbir dan yang telab menjadi hahasa Melayu
(Indonesia) tekebur dari kata takabbur.
Pada Allah Ta'ala memang patutlah sifat itu dan itulah yang layak. Allah itu
berhak buat membesarkan diriNya, karena Dia memang Maha Besar (Allahu
Akbar). Sebab itu maka dalam satu Hadis Qudsi pernah Dia bersabda;
اَزِإ ُةَّزِالع َو يِئَاد ِر ُءاَي ِرْبِالكْي ِر
ماجه وإبن داود وأبو أحمد اإلمام رواه
"Takabbur itu adalah selendangKu, Keperkasaan adalah kainKu."
Artinya pakaian yang pantas Aku memakainya.
Manusia bolehlah berusaha meniru meneladan sifat-sifat Allah yang sesuai
untuk dirinya sebagai manusia. Misalnya pengasih, penyayang, pemurah,
penyantun, penghiba, pengasuh, pendidik, pemberi ampun, pemberi maaf dan
sebagainya. Tetapi janganlah manusia hendak meniru sifat yang tidak boleh
ditirunya, terutama tentang takabbur atau mutakabbir, membesarkan diri ini.
Karen tidak ada satu manusia yang lebih besar dari manusia yang lain. Semua
adalah sama-sama hamba Allah.
ُك ِرْشُي اهمَع ِ هاَّلل َحانْبُس
"Maha Sucilah Allah dari apa pun yang mereka persekutukan. " (ujung ayat 23).
Tegasnya ialah bahwa sifat-sifat yang begitu agung dan mulia dan tinggi
tidaklah ada pada segala apa yang dicoba menyembah dan memujanya oleh
setengah manusia yang musyrik.
Artinya tidaklah sanggup orang-orang atau barang-barang yang mereka
sembah itu mendatangkan sejahtera atau keamanan. Tidaklah mereka perkasa
sebagai Allah. Tidaklah mereka gagah segagah Tuhan. Dan tidaklah mereka
dapat mengangkat menjadi mutakabbir. Sebab itu maka manusia yang
mencoba menyembah kepada yang selain Allah adalah mereka merendahkan
dan menghinakan diri sendiri di hadapan sesamanya makhluk. Padahal hanya
Allah sahaja yang berhak dan yang patut dia puja, disembah, muliakan. Karena
memang padaNyalah berkumpul sifat-sifat yang sempuma itu.
ُقِلخاْال ُ هاَّلل َوُه
"Dialah Allah, Maha Pencipta." (pangkal ayat 24).
Yaitu bahwa kehendak menjadikan alam dalam berbagai bentuknya ini adalah
dari Dia sendiri, tidak karena dikehendaki oleh yang lain;
ُئ ِبارْال
7. "Yang Mengadakan, "
daripada tidak ada kepada ada. Jadi bukanlah alam yang Dia ciptakan itu
sama terjadi dengan Dia, sebagaimana kepercayaan yang dianut oleh ahli-ahli
filsafat, yang mengatakan bahwa alam itu qadim. Sebab itu maka makhluk
(yang dijadikan) ini tadinya tidaklah ada. Setelah dia diciptakan oleh Allah, lalu
dijadikannya daripada tidak ada kepada ada. Sebab itu maka terjadilah alam
ada permulaan, sedang Allah itu jadi dengan sendiriNya dan tidak ada
permulaanNya.
ُرِوَصُمْال
"Yang Membentuk rupa."
Ini pun diperingatkan, yaitu bahwasanya setiap manusia ditentukan oleh
wajahnya, segala sesuatu ditentukan namanya, jenisnya dan rerumpunannya
karena ciri-ciri khas yang ditentukan pada rupanya. Rupa sesuatu
menentukan untuk namanya, khususnya manusia; diberi bentuk sendiri, lain
dari bentuk makhluk yang lain.
Pada waktu tafsir ini disusun manusia yang berada di permukaan bumi adalah
sekitar 4,000,000,000. (empat milyard). Tidak seorang jua pun yang serupa
semua berlain rupa. Meskipun ada perbedaan warna kulit; ada yang putih,
kuning dan hitam dan sawo matang, namun yang sama-sama hitam pun
tidaklah serupa. Sepuluh orang saudara yang dilahirkan oleh seorang ibu,
anak dari satu ayah tidak juga ada yang serupa. Tidak serupa wajahnya, tidak
serupa sidik jarinya dan tidak serupa bunyi suaranya. Tiap seseorang diberi
satu bentuk badan, satu seri muka, satu sidik jari, satu bunyi suara, sehingga
di mana pun dia berada, dia dapat dikenal, misalnya dia si Ahmad, bukan si
Hamid.
Fikirkanlah kekayaan dan kebesaran Allah. Sebuah pabrik mobil di Detroit
yang terkenal mengeluarkan mobil dari pabriknya sekali dalam lima menit,
hanyalah sekedar sekali setahun seorang Insinyur merangkap ahli astetik me-
mikirkan bentuk apa yang layak bagi mobil itu untuk tahun depan. Beribu-ribu
mobil keluar dalam setahun, namun bentuknya sama, mesinnya sama, atau
"model"nya sama; model tahun seribu sembilan ratus sekian….Tetapi manusia
lahir setiap detik di seluruh dunia, masing-masing membawa bentuk dan rupa
sendiri.
ُءماْسَ ْاْل ُهَلنىْسُحْال
"BagiNyalah nama-nama yang baik."
Tuhan berulang kali memberi ingat tentang nama-namaNya yang baik ini di
8. dalam al-Quran. Telah diisyaratkan di dalam Surat 7 al-A`raf ayat 180. Di
dalam Surat 17, al-Isra' ayat 110. Surat 20, Thaha ayat 8, dan ayat 24 penutup
Surat al-Hasyr sekarang ini. Di Surat al-A'raf (Juzu' 9) al-Asmaul Husnaa telah
kita uraikan juga. Dan nama-nama Tuhan yang tersebut sejak ayat 22 sampai
ayat 24 ini adalah termasuk di dalam al-Asmaul Husnaa itu jua adanya.
Berkata Sayid Ibnul Murtadhaa dalam kitabnya " litsaarul Haqq "; Ma`rifat atau
mengenal kesempumaan Tuhan Yang Maha Mulia, disertai sifat-sifatNya yang
sempurna dan nama-namaNya yang baik adalah termasuk kesempumaan
Tauhid, yang mesti difahamkan benar-benar. Karena hendak mengetahui
kesempurnaan zat Tuhan hendaklah dengan memahamkan tiap-tiap nama
Tuhan yang baik itu. Karena tidaklah akan dikenal kesempumaan Zat kalau
tidak diketahui sifatnya dan tidak diketahui namanya.
Ada terdapat dua tiga Hadis tentang al-Asmaul Husnaa itu. Di salah satu Hadis
dikatakan bahwa nama itu 99 banyaknya. Siapa yang menghapal dan
memahamkannya dijanjikan masuk syurga. Tetapi jika dikumpulkan semua
nama dari sekalian Hadis itu terdapat lebih dari 99. Imam Ghazali menyatakan
pendapat bahwa tentang nama-nama, tidaklah boleh kita menambah nama
Allah dari yang telah ditentukan Tuhan dan dijelaskan Rasulullah s.a.w. Tetapi
tentang sifat Allah, bolehlah kita menyatakan pendapat kita lebih luas dari
nama yang telah tersebut, asal mengandung akan kemuliaan Ilahi.
َو ِتماواهسال يِف ما ُهَل ُحِبَسُي ِض ْرَ ْاْل
"Bertasbih kepadaNya apa pun yang ada pada sekalian langit dan bumi."
Yang berarti tunduk dan patuh akan peraturanNya. Akal dan perasaan halus
manusia, disertai budi yang tinggi manusia akan turut merasakan tasbih dari
sekalian yang di langit dan di bumi itu;
ُمكيَحْال ُزيزَعْال َوُه َو
"Dan Dia adalah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (ujung ayat 24).
Maha Perkasa, sehingga tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menantang
ketentuan, peraturan dan kekuasaan yang telah Dia garis. Maha Bijaksana,
sehingga akal budi yang mendalam akan merasakan kagum melihat
kebijaksaan yang tinggi itu. Dan ini semuanya telah banyak dibicarakan pada
kesempatan-kesempatan yang lain.
Abu Hurairah dan Anas bin Malik, keduanya banyak hidup di dekat Nabi
sehari-harian, sebab kedua beliau termasuk pembantu Peribadi. Kedua beliau
menerima anjuran dari Rasulullah s.a.w. supaya memperbanyak membaca
akhir dari Surat al-Hasyr ini.
9. Memang kalau kita baca dengan saksama dan kita fahamkan aI-Asmaul
Husnaa yang terkandung di ketiga ayat terakhir itu, jiwa kita akan tegak dan
teguh, tidak takut menghadapi apa pun dan siapa pun yang ada di hadapan
kita, karena di dalam menyerahkan diri kepada Allah, kita kena sinar dari
KebesaranNya.
Selesai Tafsir Surat al-Hasyr, Alhamdulillah