Makalah_67 laporan praktikum 9. opt tanaman sawit, karet dan jarak
Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn sebagai salah satu alternatif pembuatan sabun
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di negara Timor Leste terdapat banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang
belum dimanfaatkan. Banyak diantara aneka ragam tumbuhan tersebut berpotensi
sebagai sumber minyak lemak, baik untuk kebutuhan komsunsi manusia, maupun
untuk bahan-bahan baku bagi industri kimia. Salah satu tumbuhan yang sangat
berpotensi besar bagi masyarakat Timor-Leste tetapi sampai saat ini belum
termanfaat adalah kepuh ( Sterculia Foetida Linn). Observasi masyarakat tanaman
kepuh (sterculia Foetida Linn) merupakan salah satu tanaman yang berasal dari
daerah tropik atau daerah beriklim panas mulai dari dataran rendah sampai
dengan dataran tinggi (pegunungan) pada ketinggian di bawah 500 meter dari
permukaan tanah. Tanaman kepuh tumbuh di lahan kritis, hutan dan di tempat-tempat
lain.
Pranajiwa atau sering dikenal dengan nama Kepuh (Sterculia foetida
Linn.) merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari
Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Karena keberadaan tanaman ini
sebagian besar ditemukan di daerah pemakaman atau tempat yang dikeramatkan
maka masyarakat sering menyebut tanaman ini sebagai tanaman
“Genderuwo”.Selain keberadaannya tersebut, penampilan tanaman pranajiwa atau
kepuh ini sangat besar dan buahnya juga besar (Yuniastuti, 2008).
Menurut (Animon, 2010)minyak kepoh foetida telah ditemukan
mengandung 71,8% asam sterculic dan proporsi asam oleat kecil, linoleat, dan
jenuh. Komponen jenuh sebagian besar terdiri dari asam miristat dan palmitat,
minyak terdiri dari jejak tristearin (0,8%) dan kuantitas utama tristerculin (31,4%)
bersama-sama dengan jumlah yang berbeda dari jenis yang glycerides GS2U,
GSU2, dan GU3 asam lemak lainnya.
Komposisi kimia daun kepuh mengandung kalsium sampai dengan 2,66%
dan juga merupakan sumber protein yang baik dan fosfor, memenuhi kebutuhan
2. gizi ruminansia. Makan kernel mengandung protein kasar sekitar 31%. Serat:
Kabel terbuat dari serat kulit ( Heidelberg, 1957).
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat di
zaman sekarang ini, kepuh juga bermanfaat sebagai proses pembuatan sabun,
bahan bakar nabati. Karena di dalam minyak kepuh ( Sterculia Foetida Linn )
mengandung asam sterculic, asam oleat kecil, linoleat, dan jenuh. Sebagian besar
terdiri dari asam miristat dan palmitat, minyak terdiri dari jejak tristearin dan
kuantitas utama tristerculin asam lemak.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras ( hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak ( soft
soap ). Reaksi pembuatan sabun disebut reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi
minyak menghasilkan produk samping berupa gliserol (Kamikaze, 2002). Reaksi
saponifikasi (pembuatan sabun) adalah sebagai berikut:
O
O
O
O
O
O
(Alam,2012) http://www.scribd.com/doc/155333597/BAB-II-new-2
Sayangnya Timor-leste kurang memanfaatkan tanaman minyak sterculia
foetida linn sebagai salah satu alternatif pembuatan sabun. Oleh karena diperlukan
suatu upaya memasyarakatkan bahwa minyak sterculia foetida linn sebagai salah
satu alternatif pembuatan sabun.
Dari uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk mengusulkan penelitian
dengan judul : ” PEMANFAATAN MINYAK STERCULIA FOETIDA LINN
SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBUATAN SABUN”.
2
CH2 O R
CH
2 OH Na atau K O C
R
CH O C
R 3 NaOH CH OH Na atau K O C
R
CH2 O R
C CH2 OH Na atau K O C R
minyak lemak Basa Gliserol sabung
3. 3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian terdahulu masalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut Bagaimanakah cara proses pembuatan sabun dari minyak sterculia Foetida
Linn.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menguji pembuatan sabun dari minyak sterculia Foetida Linn.
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Timor-Leste tentang
Pemanfaatan minyak sterculia Foetida Linn sebagai salah satu alternatif
pembuatan Sabun.
Bagi peneliti sendiri, sebagai wacana pengembangan keilmuan dan
ketrampilan labotorium
1.5. Pembatasan Masalah
Dengan terbatasnya waktu dan biaya, maka penulisan membatasi masalah
tentang: Minyak Sterculia Foetida linn dan pembuatan sabun .
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Umum Tentang Kepuh ( Sterculia Foetida Linn)
2.1.1. Tanaman kepuh ( Sterculia Foetida Linn)
Tanaman Kepuh ( Sterculia foetida Linn) adalah pohon yang tumbuh cepat
dan dapat mencapai tingggi 30-35 meter, dengan besar batang 1-1,2 meter.
Batangnya lurus dan percabangannya terdapat pada bagian atas batang. Daunnya
berupa daun majemuk menjari.( Soerawidjaja, 2002)
2.1.2. Sejarah Mengenai Sterculia Foetida Linn
Pranajiwa atau sering dikenal dengan nama Kepuh (Sterculia foetida
Linn.) merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari
Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Karena keberadaan tanaman ini
sebagian besar ditemukan di daerah pemakaman atau tempat yang dikeramatkan
maka masyarakat sering menyebut tanaman ini sebagai tanaman
“Genderuwo”.Selain keberadaannya tersebut, penampilan tanaman pranajiwa atau
kepuh ini sangat besar dan buahnya juga besar (Yuniastuti, 2008).
2.1.3 Taksonomi Kepuh (Sterculia Foetida linn)
Menurut (Anonim, 2010)Kepuh (Sterculia foetida Linn) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Sterculia Gmbr Tanaman Kepuh( Sterculia Foetida Linn)
Spesies : Sterculia foetida Linn.
2.1.4. Syarat Hidup Tanaman Kepuh( Sterculia Foetida Linn)
Kepuh berupa pohon yang cukup besar dengan tinggi bisa mencapai 50
meter. Namun demikian keberadaan tanaman kepuh sudah mulai jarang
4
5. ditemukan, bahkan dari penelitian yang dilakukan status keberadaan tanaman
kepuh sudah termasuk langka. Tanaman kepuh dapat tumbuh dengan cepat di
daerah tropik atau daerah beriklim panas yang bersuhu sekitar 18 - 27 °C mulai
dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Untuk
mendapatkan tanaman kepuh yang banyak buahnya, maka penanaman tanaman
kepuh memerlukan ketinggian antara 300 – 600 m dpl.Pada dataran tinggi (diatas
750) kepuh dapat tumbuh dengan baik tetapi buah yang dihasilkan sangat
jarang.Pertumbuhan yang terjadi mengarah pada pertumbuhan vegetatifnya
(Yuniastuti, 2008).
2.1.5. Morfologi Tanaman Kepuh
Beberapa karakter morfologi yang diamati diketahui bahwa bunga dan
daunmuncul pada cabang terakhir atau anak cabang ke-4 hingga ke-6.Persentase
fruit-settanaman pranajiwa digolongkan sangat rendah, karena dalam 1 tangkai
bungayang berisi antara 20 - 30 bunga hanya 1 – 2 buah yang jadi. Pada bulan
Meisampai Juli tanaman kepuh mulai membentuk bunga dan buah muda
sudahmenjadi buah tua, dimana siap untuk dipanen.Secara umum, tanaman
kepuhberbunga dan berbuah sepanjang tahun. (Yuniastuti, 2008)
1. Daun
Daun tumbuh berumpun pada penghujung dahan-dahan, merupakan daun
majemuk berbentuk menjari dengan 7- 9 anak daun (foliolum). Daun berbentuk
lanset, panjang helaian daun (lamina) antara 10-17 sentimeter dengan permukaan
daun halus.Tangkai daun (petiolus) relatif pendek dengan ukuran 10 – 30
sentimeter.Bunga tumbuh pada penghujung dahan bercabang-cabang membentuk
rumpun, berwarnaorange hingga merah keunguan.Diameter bunga 2- 4 sentimeter
bersifat uniseksual. Buah berukuran cukup besar terdiri dari 2 – 5 lokus dengan
panjang per lokus kira-kira 20 – 40 sentimeter, berwarna hijau saat masih muda,
kemudian kemerahan dan hitam saat buah sudah tua atau masak, berbentuk bulat
hingga oval, dan kulit buah halus memiliki lapisan lilin dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu lapisan terluar berwarna seperti penampilan buah, lapisan tengah seperti
tempurung kelapa yang mengeras, dan lapisan dalam tipis berwarna putih, hijau
hingga kecoklatan tergantung kemasakan buah. Di dalam buah terdapat biji, setiap
5
6. lokus buah berisi 10-20 biji. Biji berwarna hitam bila sudah masak dengan ukuran
panjang antara 2 – 4 sentimeter (Yuniastuti, 2008).
2. Kayu
Kayu kepuh merupakan jenissubstitusiyang paling baik untuk
mengantikan kayu ramin, sehingga beberapa perusahaan di Purbalingga sudah
berusaha untuk mencoba membudidayakannya. Kayu kepuh mempunyai warna
yang hampir sama dengan ramin, berat jenisnya sekitar 0,64, kelas kuat antara II –
III dan kelas awetnya III. Sedangkan berat jenis ramin adalah sekitar 0,63, kelas
kuat II – III dan kelas awet V (Varma, 1956).
3. Bunga
Bunga tumbuh pada penghujung dahan bercabang-cabang membentuk
rumpun, berwarna kuning hingga merah keunguan. Diameter bunga 2 - 2,5 cm
bersifat uniseksual. Tipe mahkota bunga adalah beraturan/bintang dengan warna
merah darah, hijau pada ujungnya dengan ukuran 1,5 - 2,1 cm. Jumlah tajuk
mahkota bunga 4 – 6 buah. Ukuran tangkai bunga 0,2 - 0,6 cm dengan panjang
putik 0,1 - 1,7 cm. Aroma bunga pada tanaman ini mengeluarkan aroma yang
tidak sedap (Yuniastuti, 2008)
4. Buah
Buah Kepuh mempunyai ukuran yang relatif besar, buah yang masih muda
berwarna hijau dan setelah matang berubah menjadi merah dan kadang-kadang
menjadi hitamdan membuka,buahnya dapat mencapai diameter 7 mm. lebih,
mempunyaipericarpyang tebal (7 – 8 mm), berkayu dan folikelnya berbentuk
orbikular. Tingkat kematangan buah tergantung spesiesnya, tetapi biasanya
memerlukan waktu 4 – 6 bulan. Bijinya berbentuk elipsoid atau elipsoid-oblong,
dengan ukuran panjang ± 2 cm, berwarna hitam, licin dan mengkilat dengan hilum
yang berwarna putih serta karpelnya berwarna merah atau merah tua (Herdiana,
2005).
Buah memiliki tipe buah tidak berdaging dengan warna mentah/muda
adalah hijau muda dan berwarna hitam jika sudah matang.Rasa buah kepuh ini
sama dengan rasa kelapa muda. Panjang tangkai buah 6 - 35 cm. Di dalam buah
terdapat lokus-lokus dengan ukuran sedang - besar dengan jumlah lokus 2 – 6
6
7. lokus. Ketebalan kulit lokus antara 0,6 - 1,9 cm, lebar lokus 7 - 11 cm, panjang
lokus 6,5 - 13 cm. Berat buah mencapai 0,325 gr/lokus atau 1,4 kg/buah -
1kg/4lokus (Yuniastuti, 2008)
Di dalam buah terdapat lokus-lokus yang berisi biji.Jumlah biji/lokus 2 –
20 biji.Jumlah biji/buah dapat mencapai 10 – 100 biji. Biji berbentuk lonjong
dengan panjang 2,06 – 3,03 cm, lebar biji 1,0 – 2,1 cm. Biji kulit luar berwarna
putih muda dan biji kulit dalam berwarna kuning muda. Tekstur biji luar
licin/halus, tekstur biji dalam lunak dan berdaging (Yuniastuti, 2008).
Berat 100 biji juga dipengaruhi oleh ukuran biji.Gejala umum
memperlihatkan bahwa besarnya biji dipengaruhi ketinggian tempat, iklim dan
musim.Ukuran biji cenderung lebih besar pada musim penghujan dibanding pada
musim kemarau. Bila pada musim pematangan biji sampai dengan menjelang
buah matang sempurna keadaan udaranya sangat kering dan suhu sangat tinggi,
maka menyebabkan penurunan kualitas biji kepuh, sedangkan bila saat pemasakan
biji turun hujan yang cukup banyak menyebabkan rendemen minyak berkurang
dan kualitas biji juga menurun karena kelembaban tinggi menyebabkan biji
mengalami busuk (Yuniastuti, 2008)
2.1.6. Manfaat bagian-Bagian Dari Tanaman Kepuh (Stercuia Foetida Linn).
Kepuh adalah Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional.Kulit batang tumbuhan ini digunakan untuk obat sakit perut, bila kulit
batang dicampur dengan daun kepuh dapat digunakan sebagai abortivum (obat
penggugur), sedangkan bila dicampur dengan kapur tohor dan air jeruk nipis dapat
dipakai sebagai obat lumpuh. Akarnya digunakan untuk obat rajasinga dan
kencing nanah (Sastroamidjojo, 1997).
Kayu
Kayu biasanya digunakan untuk membuat biduk, peti pengemas, dan batang korek
api. Namun begitu, pohon kepuh yang tua dapat menghasilkan kayu teras
bergaris-garis kuning yang cukup baik untuk membuat perahu dan peti
mati.Mungkin juga kayunya ini cocok untuk mebel.
7
8. Daun
Daun-daunnya konon digunakan untuk mengobati demam, mencuci rambut, dan
sebagai tapal untuk meringankan sakit pada kaki dan tangan yang terkilir atau
patah tulang. Kulit kayunya diseduh sebagai obat penggugur kandungan
(abortivum).
Kulit
Kulit buahnya yang tebal dibakar hingga menjadi abu, dan digunakan untuk
memantapkan warna yang dihasilkan oleh kesumba.Air rendaman abu ini juga
digunakan sebagai obat penyakit kencing nanah. Biji kepuh mengandung minyak
( khas, karena testanya juga mengandung minyak, selain pada embrio).
Biji Kepuh
Biji kepuh dulu juga acap dikempa untuk diambil minyaknya, yang berguna
sebagai minyak lampu, minyak goreng, atau, di Kangean, sebagai malam untuk
membatik.Mengandung senyawa racun, biji ini juga dimanfaatkan sebagai obat
/bahan jamu.(Heyne)
2.1.7. Komposisi Kimia TanamanKepuh ( Sterculia Foetida Linn )
Komposisi kimia daun kepuh mengandung kalsium sampai dengan 2,66%
dan juga merupakan sumber protein yang baik dan fosfor, memenuhi kebutuhan
gizi ruminansia. Makan kernel mengandung protein kasar sekitar 31%. Serat:
Kabel terbuat dari serat kulit ( Heidelberg, 1957)
2.1.8. Kandungan Minyak Sterculia Foetida Linn
Menurut (Animon, 2010)minyak kepoh foetida telah ditemukan
mengandung 71,8% asam sterculic dan proporsi asam oleat kecil, linoleat, dan
jenuh. Komponen jenuh sebagian besar terdiri dari asam miristat dan palmitat,
minyak terdiri dari jejak tristearin (0,8%) dan kuantitas utama tristerculin (31,4%)
bersama-sama dengan jumlah yang berbeda dari jenis yang glycerides GS2U,
GSU2, dan GU3 asam lemak lainnya.
2.1.9. Teknologi Alternatif Minyak Sterculia Foetida Linn
Menurut Soerawidjaja (2005) mengatakan bahwa minyak dari inti biji
buah kepoh tergolong minyak nabati yang unik karena komponen utama asam
lemaknya adalah asam sterkulat yang mempunyai rumus molekul C19H34O2
8
9. dengan rantai karbonya mempunyai guguscycloprepenoid.asam-asam lemak ini
atau turunanya dapat digunakan sebagai komponen racikan/ramuan yang
melahirkan karakteristik unggul pada berbagai produk seperti kosmetik, pelumas,
cat, dan plastik. Ester isopropilnya diharapkan dapat digunakaan sebagai bubuhan,
penurun titik tuang (pour point depressant ). Minyak kepuh digunakan sebagai
biodieselsuatu energi alternatif yang telah dikembangkan secara luas untuk
mengurangi ketergantungan kepada BBM. Biodiesel merupakan bahan bakar
berupa metal ester asam lemak yang dihasilkan dari proses kimia antara minyak
nabati dan alkohol. Sebagai bahan bakar, biodiesel mampu mengurangi emisi
hidrokarbon tak terbakar, karbon monoksida, sulfat, hidrokarbon polisiklik
aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklik aromatic dan partikel padatan sehingga
biodiesel merupakan bahan bakar yang disukai disebabkan oleh sifatnya yang
ramah lingkungan.
2.1.10. Tinjauan tentang Ektraksi Minyak Sterculia Foetida linn
Uji ekstrak nheksana dan ekstrak etanol daging biji kepuh menggunakan
pereaksi Lieberman-Burchard menunjukkan bahwa aktivitas antiradikal bebas
memberikan aktivitas terbaik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui komponen senyawa dalam minyak daging biji kepuh yang aktif
antiradikal bebas serta mengetahui konsentrasi relatif minyak daging biji kepuh
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan kromatografi gas dan
spektrometri massa (GC-MS) (Bawa, 2010).
Biji kepuh secara umum mengandung beberapa jenis asam lemak. Dari
daging bijinyadapat dibuat minyak yang mengandung sebagian besar asam
sterkulat, serta sebagian kecil terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam palmitat
danasam miristat serta asam lemak jenuh lainnya dalam jumlah relatif sedikit
(Varma, 1956)
Analisis minyak tumbuhan dapat dilakukan dengan KLT untuk uji
pemurnian minyak dan kromatografi gas untuk identifikasi asam lemak yang
terkandung dalam minyak. Dengan menggunakan kromatografi gas komponen
komponen dalam minyak dapat dipisahkan satusama lain dengan baik secara
kualitatif dan kuantitatif. Cara spektroskopi yang paling bermanfaat untuk
9
10. identifikasi asam lemak dalam minyak adalah spektroskopi massa. Gabungan
kromatografi gas dan spektroskopi massa adalah cara analisis yang paling baik
untuk asam lemak berantai panjang ( Harborne, 1987).
2.2. Tinjauan Umum Tentang Sabun
2.2.1. Pengertian Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak
hewani.Ditambahkan pula komponen utama pembuatan sabun terdiri dari asam
lemak rantai C12 – C18 dan garam sodium atau potassium. Asam lemak yang
berikatan dengan garam sodium (NaOH) dikenal dengan nama hard soaps,
sedangkan asam lemak yang berikatan dengan garam potassium (KOH) dikenal
dengan nama soft soaps.Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi
danproses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperolehproduk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh denganproses netralisasi tidak
menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadikarena reaksi antara trigliserida dengan
alkali, sedangkan proses netralisasiterjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali
(Kirk et al, 1954).
Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada
Gambar 1.
CH2 – COOR CH2 – OH
CH – COOR + 3NaOH 3 R - COONa+ CH – OH
CH2 – COOR CH2 – OH
Trigliserida Alkali Sabun Gliserol
Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak dapat dilihat pada
R – COOH + NaOH R – COONa + H2O
10
11. Asam lemak bebas AlkaliSabun Air
Menurut SNI (1994), sabun mandi merupakan sabun natrium yang
umumnya ditambahkan zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan tubuh
manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri atas berbagai
bentuk seperti berbentuk padat (batang), cair dan gel.
Menurut Jungermann et al. (1979), sabun mandi batang terdiri dari cold-made,
opaque dan sabun transparan. Sabun mandi cold-made mempunyai
kemampuan berbusa dengan baik di dalam air yang mengandung garam (air
sadah).Sabun opaque adalah jenis sabun mandi biasa yang berbentuk batang dan
tidak transparan.Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin mempunyai
tampilan yang lebih menarik karena transparansinya dan menghasilkan busa lebih
lembut di kulit.
Molekul sabun terdiri dari rantai karbon, hidrogen dan oksigen yang
disusun dalam bagian kepala dan ekor.Bagian kepala merupakan gugus hidrofilik
(rantai karboksil) yang berfungsi untuk mengikat air, sedangkan bagian ekor
merupakan gugus hidrofobik (rantai hidrokarbon) yang berfungsi untuk mengikat
kotoran dan minyak.
11
O
CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2
CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 O-Na+
Gugus hidrofobik (lipofilik) gugusHidrofilik(lipofobik)
Jika sabun dilarutkan di dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya ditarik
ke dalam air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak oleh molekul
air.Akibatnya, suatu lapisan tipis terbentuk di atas permukaan air, dan secara
drastis menurunkan tegangan permukaan air).Jika larutan sabun tersebut mengenai
sesuatu yang berlemak atau berminyak, maka bagian molekul sabun langsung
terorientasi.Bagian hidrofobik membalut kotoran yang bersifat minyak, sedang
bagian hidrofilik tetap larut dalam fase air.Dengan gerakan mekanis membilas
maka minyak dan lemak terdispersi menjadi tetesan-tetesan kecil dan molekul
sabun tersusun sendiri mengelilingi permukaannya.Tetesan lemak atau minyak
12. yang dikelilingi oleh molekul sabun tersebut disebut misela.Karena gugus
karboksilat dari molekul sabun terproyeksi ke luar, permukaan misela menjadi
bermuatan negatif.Seluruh misela menjadi larut dalam air dan terbuang bersama
air pencuci. Proses pembersihan Berlangsung dengan menurunkan tegangan
permukaan air dan mengemulsikan kotoran (Tarigan 1983)
2.2.2. Sejarah Mengenai Sabun
Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah
ditemukan.Pada tahun 2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah
menemukan sabun kalium yang digunakan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat
dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium karbonat. Informasi
tentang sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang
berhubungan dengan kedokteran.( Unilever, 2009 )
Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa
Latin sapo yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi.
Plinny membuat sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari
kayu beech yang dapat digunakan sebagai pewarna rambut.
Sabun juga ditemukan dalam catatan medis Mesir Kuno, yang menyebut
sabun berasal dari soda alami yang disebut dengan natron yang dihasilkan dari
dehidrasi Natrium Karbonat dan dicampur dengan lemak nabati.Sabun adalah
senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan alkali.Asam lemak
ini terdapat di dalam minyak nabati dan lemak hewan.Reaksi dari minyak nabati
dan lemak hewan dengan alkali disebut dengan reaksi saponifikasi.Selain berasal
dari minyak atau lemak, sabun juga dibuat dari minyak bumi dan gas alam
maupun langsung dari tanaman.
2.3. Tinjauan Tentang Reaksi Pembuatan Sabun
2.3.1. Reaksi Dasar Pembuatan Sabun
1. Saponifikasi
Pembuatan sabun tergantung pada reaksi kimia organik, yaitu saponifikasi.
Lemak direaksi dengan alkali untuk menghasilkan sabun dan gliserin. Persamaan
reaksi dari saponifikasi adalah:
C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3
12
13. Lemak minyak Alkali Sabun Gliserin
Saponifikasi merupakan reaksi ekstern yang menghasilkan padan sekitar
65 kalori per kilogram minyak yang disaponifikasi. pada rumus kimia diatas, R
dapat berupa rantai yang sama maupun berbeda-beda dan biasanya dinyatakan
dengan R1, R2, R3. rantai R dapat berasal dari laurat, palmitat, stearat, atau asam
lainnya yang secara umum di dalam minyak disebut sebagai eter gliserida.
Struktur gliserida tergantung pada komposisi minyak. Perbandingan dalam
pencampuran minyak dengan beberapa gliserida ditentukan oleh kadar asam
lemak pada lemak atau minyak tersebut. Reaksi saponifikasi dihasilkan dari
pendidihan lemak dengan alkali dengan menggunakan steam terbuka.
2. Hidrolisa Lemak dan Penetralan dengan Alkali
Pembuatan sabun melalui reaksi hidrolisa lemak tidak langsung
menghasilkan sabun. Minyak atau lemak diubah terlebih dahulu menjadi asam
lemak melalui proses Splitting (hidrolisis) dengan menggunakan air, selanjutnya
asam lemak yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis tersebut akan dinetralkan
dengan alkali sehingga akan dihasilkan sabun. Hidrolisa ini merupakan kelanjutan
dari proses saponifikasi. Secara kimia rekasi pembuatan sabunnya adalah :
i. C3H5(O2CR)3 + 3H2O 3RCO2H + C3H5(OH)3
Lemak/ Minyak Air Sabun Gliserida
ii. 3RCOOH + 3NaOH3R COONa + 3H2O
Air yang digunakan pada proses hidrolisis dapat berupa air dingin, panas
atau dalam bentuk uap air panas (steam). Pada proses hidrolisa lemak, air yang
digunakan berada pada tekanan dan temperatur yang tinggi, supaya reaksi
hidrolisa dapat terjadi dengan cepat. Jika natrium karbonat (Na2CO3) digunakan
sebagai penetralan asam lemak, maka selama reaksi saponifikasi akan
mengahsilkan CO2 dan menyebabkan massa bertambah sehingga material yang
ada di dalam reaksi akan tumpah karena melebihi kapasitas reaksi yang
digunakan. Dengan alasan ini, maka Na2CO3 digunakan pada reaksi yang berada
pada reactor yang memiliki kapasitas yang cukup besar.
13
14. 14
2.3.2. Parameter Kualitas Sabun
Di bawah ini adalah parameter analisis yang digunakan oleh pembuatan
sabun dalam memilih minyak dan lemak. (Iftikhar Ahmad,1981)
Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram alkali (potassium
hidroksida) yang dibutuhkan untuk menyabunkan tiap gram lemak atau minyak.
Suatu ukuran berat molekul rata-rata dari asam lemak yang ada. Bilangan
penyabunan ini dapat digunakan untuk semua minyak dan lemak.
Tabel . Bilangan Penyabunan dari Berbagai Jenis Minyak
Asam Lemak Bilangan Penyabunan
Palm Oil 190 – 202
Palm Stearine 193 – 206
Tallow 192 – 202
Palm Kernel Oil 240 – 255
Coconut Natural Oil 250 – 264
Minyak Jarak 176 – 187
Bilangan Iodine
Bilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidak jenuhan, terutama
asam oleat dan linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih
lembut dan lebih larut. Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai
pendek, membuat sabun keras dan mudah larut.
Tabel 2.5.2 Bilangan Iodine dari berbagai jenis minyak
Asam Lemak Bilangan Iodine
Palm Oil 51 – 55
Palm Stearine 22 – 48
Tallow 40 – 56
Palm Kernel Oil 16 - 20
Coconut Natural Oil 7 - 12
Minyak Jarak 81- 98
15. Berikut penjelasan mengenai bahan baku yang digunakan pada pembuatan sabun
transparan :
1. Asam stearat
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade dan Weller,
1994). Asam stearat memilki atom karbon C18 yang merupakan asam lemak
jenuh dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk
(Mitsui, 1997). Asam stearat mempunyai titik cair pada suhu 69,40C (Ketaren,
1986).
2. Minyak kelapa
Menurut Cavith (2001), minyak kelapa diperoleh dari kopra yaitu daging buah
kelapa yang sudah dikeringkan. Minyak kelapa mengandung asam laurat C12
yang berperan dalam proses pembentukan sabun dan pembusaan (Mitsui, 1997).
3. Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta
mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk butiran
padat berwarna putih dan memilki sifat higroskopis (Wade dan Weller, 1994). Ion
Na+ dari NaOH bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun (Cavith, 2001).
4. Gliserin
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis. Gliserin
diperoleh dari hasil samping proses pembuatan sabun atau dari asam lemak
tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin bersama dengan
sukrosa dan alkohol berfungsi dalam pembentukan struktur transparan (Mitsui,
1997).
5. Asam sitrat
Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat yang diperoleh dari ekstraksi
buah-buahan atau hasil proses fermentasi. (Wertheim dan Jeskey, 1956). Asam
sitrat berfungsi untuk menurunkan nilai pH (Kirk et al., 1954).
6. Dietanolamida (DEA)
15
16. DEA berbasis minyak kelapa merupakan DEA terpopuler walaupun efek
pengentalannya berkurang dengan adanya gliserol. Harganya relatif murah dan
mudah ditangani dibandingkan dengan amida-amida murni berbasis metil ester
(William san Schmitt, 2002). DEA dalam statu formula sedían kosmetika
berfungsi sebagai surfaktan dan sebagai zat penstabil busa (Wade dan Weller,
1994).
7. Natrium klorida (NaCl)
NaCl berbentuk butiran berwarna putih (Wade dan Weller, 1994). Pada formulasi
sabun transparan, NaCl berfungsi sebagai elektrolit (Cognis, 2003).
epository.ipb.ac.idbitstreamhandle1234567893491F06dpu.pdf;jsessionid=0F2
51D0CB30B84767A1A4B5E7F3CEFBDsequence=4
2.3.3. Metode-metode Anallisis parameter pembuatan sabun
Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode-metode untuk
menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu
digunakanlah metode-metode, yang mana metode-metode ini memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing masing.
1) Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH
atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam
ditambahkan untuk mengendapkan sabun.
Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan
dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang
bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan
diendapkan dengan garam berkali-kali.Akhirnya endapan direbus dengan air
secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk
lapisan yang homogen dan mengapung.Sabun ini dapat dijual langsung tanpa
pengolahan lebihlanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah.Beberapa bahan
pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok.
Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun
mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun
apung dengan melarutkan udara di dalamnya.(Luiz Spitz, 1996)
16
17. 17
2) Metode Kontiniu
Metoda kontiniu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak
hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi.Lemak atau minyak
dimasukkan secara kontiniu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan
gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara
penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi
sabun (Luiz Spitz, 1996)
Proses ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigliserida (lemak/minyak)
dengan kaustik soda secara langsung untuk menghasilkan sabun. Proses
saponifikasi ini hampir sama dengan proses menggunakan ketel, hanya saja proses
ini dilakukan secara kontiniu sementara proses dengan ketel memakai sistem
batch.
Langkah pertama dari proses saponifikasi adalah pembentukan sabun dimana
trigliserida (lemak/minyak), kaustik soda, larutan elektrolit berupa garam natrium
dan alkali dari natrium hiroksida (NaOH) di dalam autoklaf, dipanaskan dan
diaduk pada suhu 1200C dan tekanan 2 Atm. Lebih dari 99.5% lemak berhasil
disaponifikasi pada proses ini. Hasil reaksi kemudian dimasukkan dalam sebuah
pendingin berpengaduk dengan suhu 85-900C.Disini hasil saponifikasi
disempurnakan sehingga terbentuk 2 fase produknya yaitu sabun dan
lye.Sebanyak 1,2-1,4% NaCl ditambahkan kedalam sabun untuk mengontrol
viskositas larutan. Larutan garam NaCl adalah elektrolit yang biasa digunakan
untuk mempertahankan agar viskositas sabun tetap rendah.Kemudian komponen
ini diumpan ke turbidisper.
Turbidisper, mikser, pompa untuk sirkulasi dan tangki netralisai
merupakan bagian terpenting pada proses ini. Asam lemak dan kaustik soda
dicampur dalam turbidisper yang dilengkapi dengan pengaduk.Dari turbidisper,
campuran sabun, asam lemak, dan kaustik soda dialirkan dalam mixer yang
dilengkapi dengan jeket pendingin melalui bagian bawah mixer. Hasil
pencampuran berupa asam lemak dan kaustik soda yang tidak bereaksi akan
dikeluarkan lagi dari saluran dibagian samping mixer untuk diumpan kembali ke
turbidisper dengan bantuan pompa sirkulasi. Sabun yang masuk ke mixer
18. diteruskan ke holding mixer kemudian sabun yang telah terbentuk
dikeringkan.Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni
menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan.
Dalam pembuatan sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum dan zat aditif lainnya dalam mixer. Campuran sabun ini
kemudian diteruskan untuk dimixing untuk mengolah campuran tersebut menjadi
suatu produk yang homogen.Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap
pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut
menjadi potongan-potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan
menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses
pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun tersebut merupakan tahap
terakhir penyelesaian pembuatan sabun. (Luiz Spitz, 1996)
3) Metode Neat Soap
Dalam metode ini turunan trigliserida murni dipanaskan pada mixer dengan
jacket panas. Separuh dari jumlah total alkali yang digunakan diumpankan secara
perlahan-lahan dengan laju alir volume sekitar 200 ml/15-20 menit. Sisanya
kemudian ditambahkan bersamaan dengan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetat)
dan natrium klorida. Natrium klorida ditambahkan untuk mengurangi viskositas dari
neat soap. EDTA digunakan sebagai zat anti oksidan dan juga sebagai pencegah
kontaminasi logam dalam neat soap. Dalam reaksi netralisasi asam lemak untuk
menghasilkan sabun, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu :
1. Suhu Operasi. Suhu yang tinggi akan mempercepat terjadinya reaksi tetapi
dengan pengadukan yang lambat. Selain itu, juga dapat meningkatkan selektivitas.
Biasanya, suhu operasi antara 80-950C.
2. Tekanan Operasi. Peningkatan tekanan akan meningkatkan kinetika reaksi
tetapi menurunkan selektivitas.
3. Pengadukan. Meningkatkan kecepatan pengadukan akan dapat meningkatkan
kecepatan reaksi dan penurunan selektivitas yang besar.
4. Katalis. Penambahan katalis dapat meningkatkan kinetika reaksi dan sedikit
memperkecil selektivitas.
18
19. Neat soap yang dihasilkan mengandung 60% total fatty matter (TFM), diperoleh
melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut :
1. Pengeringan. Neat soap dikeringkan untuk mengurangi kandungan airnya
sebesar 10-15 %. Jika kandungan air terlalu tinggi maka proses terlalu padat
sehingga proses berjalan lambat.
2. Pemurnian . Sabun Neat soap yang sudah dikeringkan akan dimurnikan dengan
menggunakan roll mill, plodder atau kombinasi keduanya. Dalam tahapan ini, neat
soap dimanipulasi kedalam bentuk yang diinginkan, dihomogenkan agar terbentuk
struktur sabun yang kristal. Kemudian sabun dipadatkan dengan plodder.
3. Pemotongan dan pembungkusan. Proses selanjutnya adalah pemotongan sabun
kedalam bentuk noodle-noodle soap untuk selanjutnya dibungkus atau diolah ke
tahapan berikutnya.
4. Pengolahan Noodle Soap. Perusahaan sabun biasanya membeli bahan baku
sabun dalam bentuk noodle soap dan kemudian diolah oleh perusahaan tersebut ke
tahapan pengolahan berikutnya, seperti pemberian warna, pengharum, dan
komponen lain yang dapat menjadikan sabun sebagai merk dagang. Yang pertama
dilakukan dalam memproduksi noodle soap untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan sabun adalah sabun dipadatkan dan dibuat berbentuk silinder padat
dan kemudian dibungkus. Spesifikasi noodle soap yang diproduksi biasanya
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan perusahaan sabun yang akan
menggunakannya sebagai bahan baku, bentuknya pun dibuat sedemikian rupa
agar kelihatan bagus seperti toilet soap, laundry soap, translucent soap dan lain-lain.
2.3.4. Metode Analisis Kimia Terhadap Parameter Kualitas Sabun
Menurut ( Anonymous, 2009) metode analisis kimia ada 4 yaitu :
19
1. Gravimetri
Terdapat beberapa produk detergen sesuai dengan keperluannya : sabun
dalam bentuk cair biasanya mempunyai kadar air tinggi. Sabun dalam bentuk
padat/batangan juga mempunyai kadar air rendah. Analisis kadar air dalam
detergen tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri yaitu
dengan penimbangan yang teliti. Prosedur dalam analisis ini adalah: ditimbang
20. krus porselen sampai berat konstan dengan menggunakan neraca analitik,
kemudian timbang dengan teliti sampel sabun menggunakan alat yang sama.
Sampel yang terdapat dalam cawan porselen dikeringkan dalam oven 100 oC
dalam krus selama 1 jam. Untuk memaksimalkan penghilangan uap air dalam
sampel selama proses penguapan sebelumnya maka, sampel didinginkan dan
dikeringkan dalam desikator selama 30 menit, selanjutnya sampel ditimbang
dengan teliti sampai berat konstan (perbedaan kurang dari 0,2 mg). Perbedaan
berat sampel mula-mula dengan sampel yang telah kering merupakan berat air
yang menguap.
2. Analisa Alkali Bebas
Analisis alkali bebas dalam sabun dilakukan dengan reaksi asam basa biasa.
Sabun merupakan Garam karboksilat yang dibebaskan dari sisa basa. Secara
kualitaitif alkali bebas diketahui dengan cara mengiris sabun dan menetesi dengan
indikator pp. Jika terjadi warna merah, masih ada alkali sisa. Uji alkali bebas
secara kuantitatif adalah melarutkan sabun dalam etanol dan ditambahkan asam
berlebih. Sisa asam dititrasi dengan larutan basa standar.
3. Analisa Fenol
Analisis fenol dalam sabun dilakukan dengan cara melarutkan sabun
dalam air kemudian didestilasi untuk memebebaskan fenol. Fenol ditangkap
dalam destilat oleh bromida-bromat dan terbentuk fenol terhalogenasi. Sisa
bromida-bromat dititrasi dengan larutan thiosulfat. Fenol dalam sabun dapat
merupakan bahan ikutan atau sengaja ditambahkan.
4. Analisa Asam Lemak
Analisis asam lemak dilakukan dengan cara mengisolasi dan
mengekstraksi asam lemak dari larutan sabun dalam eter atau kloroform kemudian
diekstrak kembali dalam etanol dan dititrasi dengan basa. Ekstrak asam lemak
dapat pula ditentukan dengan GC untuk analisis kualitaitf asam lemak dan
kuantitatif secara lebih rinci.
http://www.clubsupernova.com. Perbedaan Sabun Mandi Herbal Dan Sabun Mandi
Biasa. Diakses tanggal 12 juni 2010
20
21. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
21
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia-FEAH, Universidade
Nacional Timor Lorosa’e.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada Tanggal….Bulan ……Tahun……
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Timbangan analitik, Soklet, Alat refluks, Alat shaker, Magnetik stirrer, Pisau,
Pipet volume, pipet mikro, Tabung reaksi, Rotary vacum evaporator, Aluminium
foil ,Spektrofotometer UV-Vis seperangkat alat, GC-MS, Blender, Gelas beker,
Erlenmeyer, Corong, Kertas saring, Toples, labu takar, Pipet tetes.
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yangdigunakan adalah sampel daging biji kepuh dan bahan-bahan
yang bersifat pro-analysis seperti etanol, KOH 0,1 N dan 0,5 N dalam
etanol, NaOH 30%, HCl 0,1 N, 0,5 N dan 10%, H2SO4 30%, NaCl jenuh, dietil
eter, CCl4, pereaksi hanus, indikator fenolftalein, Na2S2O30,1 N, larutan KI 15 %,
gliserin, sukrosa, indikator metil jingga, larutan kanji, batu didih, aquades. n-heksana
(C6H14), akuades, methanol (CH3OH), DPPH, kloroform, dan asam
palmitat.
3.3. Prosedur Pembuatan Sabun
1. Persiapan BahanBaku
10 Kg buah kepuh yang sudah disortir diambil bijinya dengan cara dibelah
secara melintang.
22. Biji kepuh dikumpulkan dan dibersihkan. Selanjutnya daging biji kepuh
yang diperoleh, dipotong kecil-kecil dan diusahakan agar tetap terjaga
kesegarannya karena pengerjaannya menggunakan jaringan segar.
Daging biji kepuh yang sudah dipotong kemudian digiling dengan
menggunakan blender sampai halus
2. Ekstraksi dan analisis minyak biji kepuh
Biji kepuh dikukus selama 1 jam pada suhu 100 0C, kemudian dikeringkan
hingga kadar airnya di bawah 10%. Biji kemudian digiling hingga halus untuk
seterusnya ditekan dengan alat tekan hidraulik manual dengan suhu 70 0C selama
1 jam. Proses penekanan dilakukan dua kali untuk menghasilkan rendemen yang
maksimal. Hasil minyak selanjutnya dicampur dan ditimbang untuk ditetapkan
rendemen minyaknya.Selanjutnya, kedua minyak tersebut dianalisa bilangan
asamnya setiap minggu selama 5 minggu.hingga suhu 80 0C sambil diaduk,
larutan asam fosfat teknis ditambahkan sebanyak 0,3%.Minyak biji kepuh yang
dihasilkan dimurnikan melalui proses deguming. Proses degumming dilakukan
untuk memisahkan minyak dari kotoran-kotoran yang berupa gum,
protein,fosfolipid, dan lain-lain. Minyak hasil tekan ditimbang sebanyak 1 liter
kemudian dipanaskan(v/v) dari minyak biji kepuh dan pengadukan dilanjutkan
selama 30 menit.Minyakdimasukkan ke dalam corong pisah dan dicuci dengan air
hangat berkali-kali hingga pHnyanetral. Analisis yang dilakukan adalah bilangan
asam dan kadar asam lemak bebas (FFA),kadar air, viskositas kinematik, dan
densitas. Minyak mentah hasil ekstraksi dianalisakandungan asam lemak dan
metil esternya dengan instrumen GC-MS.( Sudradjat et al., 2005).
3. Pembuatan Sabun Mandi
30gr minyak inti buah kepuh hasil ekstraksi sebelumnya dimasukkan ke
dalam erlenmayer 250 mL kemudian dipanaskan dalam penangas air
sambil diaduk dengan magnetic stirer. Lalu dengan hati-hati ditambahkan
dengan 10 mL NaOH 30% dan 30mL etanol.
Campuran terus dipanaskan sambil diaduk dengan kecepatan sedang
sampai semua lemak tersabunkan (ditandai dengan tidak adanya lapisan
minyak yang tidak bercampur ketika pengadukan dihentikan).
22
23. Campuran sabun kemudian ditambahkan 10 gr gliserin, 10 mL sukrosa
50% dan 5mLNaCl jenuh sambil terus diaduk sampai mengental.
Setelah semuanya homogen, campuran dimasukkan dalam cetakan dan didiamkan
sampai kering. Ditunggu satu minggu untuk proses pengujian sabun.(Supandi
2007), (Jongko 2009) dan (Qisti 2009).
3.4. Prosedur Analisa Parameter Kualitas Produk Sabun
1. Uji Kualitatif Parameter Produk Sabun :
a. Pengujian Warna
Pengujian warna sabun mandi gel alami dilakukan dengan menggunakan
instrumen Colorflex EZ (Hunterlab USA).Pengujian warna bertujuan untuk
mendapatkan warna yang standar dari sabun mandi gel alami yang
dihasilkan.Pengujian dilakukan pada kondisi awal dan akhir sabun setelah diberi
perlakuan pengujian stabilitas sabun.Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada
perubahan warna yang signifikan pada sabun.
Metode pengujian warna sangat sederhana, dengan terlebih dahulu melakukan
kalibrasi instrumen, lalu sampel diletakkan di wadah khusus sampel dan diukur di
instrumen. Hasil berupa data angka untuk masing-masing variabel L*, a*, dan b*
akan muncul sebanyak 3 kali disusul dengan rata-rata. Rata-rata tersebut yang
akan menjadi acuan untuk menganalisis warna sabun.
b. Uji Keamanan
Uji keamanan dilakukan dengan cara mengoleskan sabun yang dihasilkan
pada kulit telinga bagian belakang 5 orang sukarelawan berbeda dan didiamkan
selama 30 menit kemudian diperhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
c. Uji efektivitas (uji bioaktivitas)
Uji efektivitas sabun yang dihasilkan dilakukan dengan uji biokativitas
yaitu menguji aktivitas antibakterinya. Pengujian dilakukan di laboratoriumyang
telah terakreditasi dalam pengujian antibakteri sabun yaitu di BLK. Pengujian
dilakukan dalam konsentrasi yang berbeda yaitu 1%, 3%, 5%, 10%, 20%, dan
50%.
2. Analisa kuantitatif parameter kualitas sabun :
23
24. Uji kualitas sabun mandi yang dihasilkan sesuai dengan SNI 06-3532-
1994 (kecuali uji pH) dan Supandi (2007) dengan beberapa modifikasi untuk uji
pH, kemanan dan efektivitas..
- Persiapan sampel uji
Sabun yang akan diuji dipotong-potong halus secepat mungkin dan segera
dimasukkan ke dalam erlenmayer dan ditutup dengan aluminium foil untuk
menghindari menguapnya air. (Supandi,2007)
- Uji pH
Dibuat larutan sabun masing-masing 1%, 5%, dan 10% lalu ditentukan pH-nya
dengan pH stick .
24
pH sabun =
pKw + pKa + log(konsentrasi sabun )
2
- Penentuan kadar air
4 gram sampel sabun ditimbang dengan teliti menggunakan erlenmayer yang telah
diketahui beratnya.Kemudian sampel dipanaskan di tanur (pengering) pada suhu
105o C selama 2 jam atau sampai beratnya konstan. Percobaan dilakukan dengan
tiga kali pengulangan. Kadar air dihitung dengan persamaan berikut:
Kadar air = massa sabun kering
massa sabun basah 푋100%
- Penentuan Angka Penyabunan
Angka penyabunan adalah angka yang menunjukkan jumlah miligram kalium
hidroksida (KOH) yang diperlukan untuk menyabunkan ester yang terdapat dalam
1 gram zat uji.Penentuan angka penyabunan bertujuan untuk memprediksi tipe
gliserida yang terdapat dalam minyak atau lemak. ( Supandi, 2007)
Angka Sabun =
56,1 × _HCl_ × (volume titrasi blanko − volume titrasi sampel)
massa sampel
- Penentuan Jumlah Asam Lemak
Jumlah asam lemak merupakan keseluruahan asam lemak baik itu yang terikat
dengan alkali maupun asam lemak bebas ditambah asam lemak netral.
Penentuannnya berdasarkan dengan SNI 06-3532-1994 yaitu dengan cara
ekstraksi dengan pelarut (Supandi,2007)
25. 10 gram sampel sabun ditimbang dengan teliti dan dimasukkan ke dalam
erlenmayer 250 mL kemudian dilarutkan dengan 50 mL aquades.Setelah melarut
ditambahkan dengan beberapa tetes indikator metil jingga.Larutan ditambahkan
dengan asam sulfat 20% berlebih hingga diperkirakan semua asam lemak terbebas
dari basa yang ditunjukkan dengan timbulnya warna merah.Sampel kemudian
dimasukkan ke dalam corong pisah (endapan silikat dan lainnya
tidak dimasukkan).Larutan diendaptuangkan dengan pelarut n-heksana (larutan air
dikeluarkan dan larutan n-heksana ditungkan ke dalam gelas kimia).Pengujian ini
diulangi sampai pelarut n-heksana berjumlah kurang lebih 100 mL.Larutan
kemudian dikocok dan dicuci dengan air sebanyak 3kali (10 ml air setiap
pengocokan) kemudian dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan disaring.Larutan
kemudian dimasukkan kedalam labu yang sebelumnya telah ditimbang terlebih
dahulu beserta batu didih (W1).Pelarut didestilasi dan labu dikeringkan pada
suhu102oC-105oC sampai bobotnya tetap (W2).
- Penentuan asam lemak bebas dan alkali bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam sabun tetapi tidak
terikat dengan alkali (netral) ataupun sebagai senyawa trigliserida. Asam lemak
bebas diperiksa bila pada penentuan jumlah alkali bebas setelah dilakukan
pendidihan dalam alkohol netral tidak terjadi warna merah muda dari indakor
penolphtalein.
Alkohol netral disiapkan dengan mendidihkan 100 mL alkohol dalam
labuerlenmayer 250 mL dan ditambahkan dengan beberapa tetes
indikator penolftalein kemudian didinginkan sampi suhu 70o C dan dinetralkan
dengan KOH 0,1 N dalam alkohol.
5 gram sampel sabun dimasukkan kedalam alkohol netral yang telah disiapkan
dan ditambahkan dengan batu didih kemudian dipasangkan pada pendingin tegak
dan dipanaskan agar cepat larut didalam penangas air kemudian didihkan selama
30 menit. Bila larutan tidak bersifat alkalis (tidak berwarna merah muda),
didinginkan sampai suhu 70o C dan dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N dalam
alkohol sampai timbul warna merah muda yang bertahan selama 15 detik.
25
26. Bila larutan tersebut ternyata bersifat alkalis (larutan berwarnamerah muda) maka
yang diperikasa adalah alkali bebasnya dengan menitrasinya dengan HCl 0,1 N
dalam alkohol dengan buret mikro sampai warna merah muda tepat hilang.
(Supandi ,2007)
Kadar alkali bebas (KOH) = angka penyabunan × massa minyak
- Penentuan Minyak Mineral
5 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmayer, dilarutkan dengan air dan
dipanaskan agar cepat melarut. Larutan lalu ditambahkan dengan indikator metil
jingga kemudian HCl 10% berlebihan hingga indikator metil jingga menunjukkan
warna merah dan seluruh asam lemak, lemak netral,dan bagian yang tidak
mungkin tersabunkan akan memisah di lapisan atas. Larutan kemudian
dimasukkan ke dalam corong pisah dan lapisan air dikeluarkan. Diambil 0,3 gram
lapisan lemak kemudian ditambahkan 5 mLKOH 0,5 N dalam alkohol dan
dipanasi sampai reaksi penyabunan sempurna menggunakan erlenmayer serta
didihkan di atas penangas air. Campuran kemudian dititrasi dengan air, jika terjadi
kekeruhan berarti minyak mineral positif ada. Jika larutan tetap jernih berarti
adanya minyak mineral negatif (kurang dari 0,05%).
26
Mr minyak =
56,1
Angka Sabun
x 1000 × 3
- Pengujian Bobot Jenis (25oC)
Menurut Voight, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada
suhu 25ºC terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis
suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air
dalam piknometer.Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis sabun alami
ini adalah piknometer.Piknometer digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu
zat cair dan zat padat.Kapasitas volume piknometer sebesar 25 ml.