SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
LITERASI POLITIK
IAN DAVIES
The Sage Handbook of Education
For Citizenship and Democracy Chapter 29
?Membahas teori dan penelitian yang dilakukan Crick
PEMBAHASAN IAN DAVIES
Ada tiga poin yang menjadi fokus Crick dalam program
pendidikan politik yaitu:
1. Pendidikan politik tidak lagi bisa dihindari
2. Adanya proses yang panjang, perhatian, maupun waktu
dalam perkembangan pendidikan dan literasi politik
3. Politik harus diajarkan dengan metode yang menyenangkan
FOKUS CRICK
Tahun 1970 di Inggris, setiap penduduk berusia 18 tahun sudah
diperbolehkan untuk memilih
Ketidaktepatan paradigma politik bagi kaum muda pada tahun
1960-an
Kecenderungan peningkatan aksi kekerasan dan kurangnya
partisipasi politik masyarakat
Oleh karena itu, pendidikan politik tidak lagi bisa dihindari.
Partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi dan hubungannya
dengan pemerintah bukan hanya hubungan saling mempengaruhi
namun juga hubungan fungsional. Pendidikan politik dipandang
perlu untuk diintegrasikan dalam program pendidikan
POIN PERTAMA
Heater (1977), Brennan (1980) dan Batho (1990), merupakan tokoh-tokoh
yang setuju dengan gagasan oposisi aktif untuk pendidikan politik di Inggris.
Sangat sedikit pendidikan politik yang dilakukan secara eksplisit sebelum tahun
1970-an.
Pendidikan politik secara fundamental dilakukan oleh Dewey (1916 dan 1966),
dikembangkan dan diteliti secara relevan oleh Oliver dan Shaver (1966), dan
dilanjutkan oleh Crick di tahun 1970 untuk mempromosikan politik melalui
Program Pendidikan Politik
Selama tahun 1980 dan 1990-an, pendidikan politik dan politik literasi ditolak
dalam berbagai pendekatan pembelajaran.
Baru setelah periode tahun 1990-an, pendidikan kewarganegaraan (yang
mencakup pendidikan politik didalamnya) dipandang baik dan memiliki
signifikansi tinggi.
POIN KEDUA
(PERIODE TAHUN 1970-1990)
Perlu ditekankan bahwa akar dari laporan Crick yang menekankan melek
politik belum diperkuat dengan upaya agar subjek pembahasan dijadikan
sebagai bagian dari Kurikulum Nasional (QCA/DfEE, 2000).
Pada saat itu, komunitas terfokus pada agenda politik penguasa.
Penguasaan konsepsi sangat minim karena terbatasnya pemahaman politik;
sarana yang profesional bisa mulai mengembangkan ide mendasar dalam
penemuan cara mengajar yang menarik tetapi dalam konteks kontroversial
Pendidikan politik diperebutkan oleh pendidikan IPS dan dikelola secara
sentral oleh guru sehingga bukannya memperjelas, tapi menambah
kebingungan dan pengabaian lebih lanjut dari politik.
Disini Crick (2000) melihat pendidikan kewarganegaraan hanya sebagai
konjungsi sederhana politik dan ilmu sosial adalah politik yang cerdas.
POIN KEDUA
(PERIODE TAHUN 1990-2000)
Apa yang dibutuhkan pada saat ini dalam pengembangan literasi politik secara
praktis, terorganisir, dan sistematis.
Crick memandang bahwa pendidikan politik harus dilakukan secara
menyenangkan
Adapun konsep dasar yang dipandang perlu dalam membentuk literasi politik
masyarakat adalah:
a) rasionalitas didasarkan pada apresiasi kritis realitas sosial dan politik;
b) toleransi dalam konteks demokrasi pluralistik;
c) partisipasi yang timbul dari penerimaan seseorang akan topik sospol;
d) tanggung jawab, penghargaan hak-hak orang lain, dan hak sendiri.
Lebih lanjut, guru harus mempu mendorong siswa dalam hal:
a) keterbukaan pikiran dan mobilisasi
b) pengetahuan dan pemahaman, baik dengan jalan diskusi terbuka atau
penggunaan bahasa yang pesuasif.
POIN KETIGA
Berapa sih angka melek politik di Indonesia
???•Jangankan MELEK POLITIK, angka MELEK HURUF pada orang dewasa
di Indonesia menurut data UNESCO (2012) sebesar 65.5%.
•35.5% orang dewasa di Indonesia masih BUTA.
•Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara yang diteliti
ANGKA LITERASI
POLITIK DI INDONESIA
Jika mengacu pada pendapat Crick (2005) bahwa literasi
merupakan gabungan antara pengetahuan, sikap, dan
keterampilan maka dapat dikatakan bahwa data yang mengulas
tentang literasi di Indonesia belum ada.
Yang sejauh ini diteliti di Indonesia adalah angka partisipasi
politik yang sebenarnya tidak cukup menggambarkan ketiga aspek
literasi sebagaimana yang dipaparkan oleh Crick
PERSOALAN DATA!
PERIODE
ORDE LAMA
(1945 - 1965)
ORDE BARU
(1965 - 1998)
PASCA REFORMASI
(1998 - sekarang)
1955 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 2009 2014
PERSENTASE
PARTISIPAN
91.4 96.6 96.5 96.5 96.4 95.1 93.6 92.6 84.1 70.9 75,1
PERSENTASE
GOLPUT
8.6 3.4 3.5 3.5 3.6 4.9 6.3 7.3 15.9 29.1 24.9
RATA-RATA PARTISIPASI: 95.8% dan GOLPUT: 4.2%
PARTISIPASI: 80.7% dan GOLPUT:
19.3%
PARTISIPASI POLITIK
Seringkali keberhasilan pendidikan politik diukur dengan persentase partisipasi
masyarakat dalam Pemilu.
Pertanyaannya adalah:
1. Apakah jika tingkat partisipasi politik masyarakat tinggi, bisa dikatakan
bahwa tingkat literasi politik masyarakat juga tinggi?
2. Apakah tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu merupakan tolok
ukur keberhasilan pendidikan politik dalam menciptakan literasi politik?
Gun Gun Heryanto dalam buku Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi
(2012) mengatakan bahwa rasio attentive public (publik yang berperhatian) di
sebuah negara jarang melampaui angka 15% walau statistik mencatat bahwa
tingkat partisipasi politik di beberapa negara seperti India, Tanzania, Nigeria,
Mexico, Brazil mencapai 64,5%
KESALAHAN PERSEPSI
Crick (2005) menggambarkan pendidikan politik sebagai sarana untuk
membentuk literasi politik masyarakat melalui pendidikan formal maupun
informal dengan penekanan pada penguasaan konsep, kemahiran berbahasa,
dengan menguraikan masalah faktual yang dekat dengan kehidupan
masyarakat. Konsep politik disini dimaknai konsep mengenai negara,
masyarakat, dan hubungan diantara keduanya.
Merujuk pada studi yang dilakukan oleh Paulo Friere dalam bukunya Politik
Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan (2004), ada gagasan
bahwa pendidikan politik tidak hanya hanya dipandang sebagai alat untuk
mempertahankan nilai atau dukungan pada rejim yang berkuasa namun
berfungsi untuk melakukan proses penyadaran.
Penyadaran disini bisa dimaknai sebagai proses pendidikan dan pembinaan
untuk melahirkan nilai dan budaya baru, serta merekonstruksi masyarakat.
MODEL PENDIDIKAN POLITIK
1. Pendidikan Kewarganegaraan
2. Partai Politik
3. Media/Pers
4. Non Government Organisation/LSM
INSTRUMEN PERKEMBANGAN
LITERASI POLITIK
DI INDONESIA
ORDE LAMA
(1945 - 1965)
ORDE BARU
(1965 - 1998)
PASCA REFORMASI
(1998 - sekarang)
 1954
Dimulai dengan
Pendidikan
Kemasyarakatan
(Negara, Bumi,
KWN)
 1960-an
MANIPOL,
USDEK, Pancasila
& UUD 1945
 1970-an
Filsafat Pancasila
 1973
PKN, Civic Hukum
 1975/1984
Pendidikan
Moral/PMP
 1989-1990-an
Pendidikan Kewiraan
 2000
Perbaikan dan
pembenahan konten
 2004
Namanya menjadi
PKN dengan fokus
pada politik, hukum,
dan moral.
 2006
+ Pendidikan Karakter
 2013
Fokus: kognitif
(pengetahuan), afektif
(sikap), dan konatif
(perilaku)
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
ORDE LAMA
(1945 - 1965)
ORDE BARU
(1965 - 1998)
PASCA REFORMASI
(1998 - sekarang)
 1953
(Pra Pemilu)
UU No.7 Tahun 1953
Tentang Parpol
 1955
(Pemilu Pertama)
29 Partai
 1959
Dekrit Pancasila dan
Demokrasi
Terpimpin. Presiden
membubarkan
Konstituante.
 1966
(Pra Pemilu 1971)
TAP MPRS No. XX/1966
Penyederhanaan Parpol dan keikutsertaan
TNI/POLRI dalam MPR/DPR
 1971
Perpol disaring sehingga hanya 10 yang
berhak ikut Pemilu
 1973
(Pra Pemilu 1977)
Konsep Fusi diterima Dewan. Dikukuhkan
dengan UU No.3 Th.1975 tentang Parpol
dan Golongan. Hanya ada 2 Parpol yaitu
PPP dan PDI serta 1 Golongan Karya dalam
Pemilu.
 1977-1997
(5 kali Pemilu)
Pendidikan Politik dalam Parpol mengarah
pada hegemoni kekuasaan
Parpol pada era orde baru tidak lagi berfungsi
sebagai alat penyadaran masyarakat. Dengan kata
lain , fungsi Parpol pada era orde baru telah
DIKEBIRI oleh penguasa.
 1999
(Pra Pemilu)
UU No. 2 Tahun 1999 tentang Parpol.
Diikuti 48 Parpol. Mulai ada istilah koalisi.
Peran Parpol belum maksimal dalam
penyelesaian konflik
 2004
24 Parpol. Tidak ada lagi dominasi politik
oleh satu partai
 2009
38 Parpol. +6 Parpol Lokal di Aceh.
Stabilitas tergantung pada kompromi di
masing-masing koalisi. Untuk
menciptakan kestabilan perlu adanya
sharing of power.
 2014
12 Parpol. +3 Parpol Lokal di Aceh.
Muncul 2 koalisi besar: KMP dan KIH.
Alih-alih menjadi sarana pendidikan
politik, partai politik kini lebih disibukkan
dengan penyelesaian konflik antar dua
koalisi besar dan saling berebut
kekuasaan.
PARTAI POLITIK
ORDE LAMA
(1945 - 1965)
ORDE BARU
(1965 - 1998)
PASCA REFORMASI
(1998 - sekarang)
 1945
Wartawan mengambilalih
percetakan asing pada
saat itu.
 1959
Semua pemberitaan
disensor. Media harus
punya SIT untuk menulis.
Jurnalisme telah kehilangan
fungsinya sebagai instrumen
pendidikan politik.
 1966
Ada slogan bahwa pers di
masa ini adalah Pers
Pancasila
 1974
Peristiwa Malari
 1994
Pers kembali dibredel.
Perlu punya SIUPP untuk
menulis. Hanya TEMPO
pada saat itu yang
konsisten melawan
pemerintah.
 Pasca 1998
Tuntutan akan kebebasan
pers semakin besar
sehingga lahir
UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM
UU No. 40 Tahun 1999
tentang Pers
Namun sayangnya, fungsi
pers sebagai pendidikan
politik kini direduksi oleh
market.
MEDIA/PERS
ORDE LAMA
(1945 - 1965)
ORDE BARU
(1965 - 1998)
PASCA REFORMASI
(1998 - sekarang)
Maaf, belum ada
LSM di Masa Orde
Lama
 1970
Awal munculnya LSM.
 1974-1998
Perkembangan LSM
pada masa Orde Baru
tak berjalan sesuai
dengan fungsi yang
seharusnya dilakukannya
ditengah masyarakat.
Lembaga tersebut lebih
dikekang oleh
Pemerintah untuk
kepentingan politik
tersendiri.
Dimulai dengan keterlibatan penuh
LSM didalam Pemilu 1999, sekarang
hampir semua aspek lembaga
Negara diawasi oleh LSM. Publik
Indonesia mengenal berbagai
macam organisasi,
misalnya Indonesian Corruption
Watch (ICW), Legislative
Watch (DPR-Watch), Government
Watch (GOWA), Police
Watch (PolWatch) dan Pemantauan
Anggaran (FITRA).
NON GOVERNMENT
ORGANISATION/LSM
SEKIAN
Terima kasih

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Teori komunikasi-organisasi
Teori komunikasi-organisasiTeori komunikasi-organisasi
Teori komunikasi-organisasi
b2it
 
Diktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaDiktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logika
Chupking
 

Mais procurados (20)

Realitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran Kebencian
Realitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran KebencianRealitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran Kebencian
Realitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran Kebencian
 
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikAgenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
 
Strategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan calegStrategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan caleg
 
Partai politik
Partai politikPartai politik
Partai politik
 
Identifikasi Stakeholder
Identifikasi StakeholderIdentifikasi Stakeholder
Identifikasi Stakeholder
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
 
Komunikasi politik
Komunikasi politikKomunikasi politik
Komunikasi politik
 
Komunikasi politik
Komunikasi politikKomunikasi politik
Komunikasi politik
 
Teori teori organisasi & komunikasi organisasi
Teori teori organisasi & komunikasi organisasiTeori teori organisasi & komunikasi organisasi
Teori teori organisasi & komunikasi organisasi
 
Teori komunikasi-organisasi
Teori komunikasi-organisasiTeori komunikasi-organisasi
Teori komunikasi-organisasi
 
Pengantar Broadcasting
Pengantar BroadcastingPengantar Broadcasting
Pengantar Broadcasting
 
Konsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi DaerahKonsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi Daerah
 
Produksi program siaran radio
Produksi program siaran radioProduksi program siaran radio
Produksi program siaran radio
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
Politik di Media Sosial
Politik di Media SosialPolitik di Media Sosial
Politik di Media Sosial
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
Sejarah Ilmu Komunikasi
Sejarah Ilmu KomunikasiSejarah Ilmu Komunikasi
Sejarah Ilmu Komunikasi
 
Politik dan kebijakan publik
Politik dan kebijakan publikPolitik dan kebijakan publik
Politik dan kebijakan publik
 
Diktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaDiktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logika
 

Semelhante a Literasi Politik (Political Literacy)

Buku pegangan mahasiswa p kn 2011
Buku pegangan mahasiswa p kn 2011Buku pegangan mahasiswa p kn 2011
Buku pegangan mahasiswa p kn 2011
Bitzi Adi
 
Demokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan china
Demokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan chinaDemokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan china
Demokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan china
Pia Pi'ul
 
Pancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasiPancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasi
Fathur Rohman
 
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.PdMateri akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
haidzarzamany21
 
Hubungan antara pemerintahan dengan warga negara
Hubungan antara pemerintahan dengan warga negaraHubungan antara pemerintahan dengan warga negara
Hubungan antara pemerintahan dengan warga negara
Operator Warnet Vast Raha
 
Dasar ilmu politik
Dasar ilmu politikDasar ilmu politik
Dasar ilmu politik
Rasyidmaruf
 
56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf
56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf
56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf
ssuser5713c0
 

Semelhante a Literasi Politik (Political Literacy) (20)

Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
 
Buku pegangan mahasiswa p kn 2011
Buku pegangan mahasiswa p kn 2011Buku pegangan mahasiswa p kn 2011
Buku pegangan mahasiswa p kn 2011
 
Demokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan china
Demokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan chinaDemokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan china
Demokrasi dan pendidikan demokrasi di indonesia, amerika dan china
 
Musni Umar: Pendidikan Politik dan Pembumian Nilai nilai Pancasila
Musni Umar: Pendidikan Politik dan Pembumian Nilai nilai PancasilaMusni Umar: Pendidikan Politik dan Pembumian Nilai nilai Pancasila
Musni Umar: Pendidikan Politik dan Pembumian Nilai nilai Pancasila
 
Pancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasiPancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasi
 
Materi-Kuliah-Kompol-1.pptx
Materi-Kuliah-Kompol-1.pptxMateri-Kuliah-Kompol-1.pptx
Materi-Kuliah-Kompol-1.pptx
 
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolahMembangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
Membangun literasi politik melalui pembelajaran ppkn di sekolah
 
Hubungan warga negara(mustina 2)
Hubungan warga negara(mustina 2)Hubungan warga negara(mustina 2)
Hubungan warga negara(mustina 2)
 
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.PdMateri akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
Materi akidah akhlak dosen pengampu Bapak Iqbal, M.Pd
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
 
Makalah Pkn
Makalah Pkn Makalah Pkn
Makalah Pkn
 
Kunci Jawaban Sesi 6.docx
Kunci Jawaban Sesi 6.docxKunci Jawaban Sesi 6.docx
Kunci Jawaban Sesi 6.docx
 
Hubungan antara pemerintahan dengan warga negara
Hubungan antara pemerintahan dengan warga negaraHubungan antara pemerintahan dengan warga negara
Hubungan antara pemerintahan dengan warga negara
 
72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik
 
72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik
 
Dasar ilmu politik
Dasar ilmu politikDasar ilmu politik
Dasar ilmu politik
 
56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf
56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf
56-Article Text-85-2-10-20190418.pdf
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
 

Mais de Yogyakarta State University

Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Yogyakarta State University
 

Mais de Yogyakarta State University (19)

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi KontemporerIsu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
 
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi PajakGlobalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
 
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
 
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
 
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di KampusMenumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
 
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di IndonesiaBenang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
 
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di SekolahDiskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
 

Último

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Último (20)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 

Literasi Politik (Political Literacy)

  • 1. LITERASI POLITIK IAN DAVIES The Sage Handbook of Education For Citizenship and Democracy Chapter 29
  • 2. ?Membahas teori dan penelitian yang dilakukan Crick PEMBAHASAN IAN DAVIES
  • 3. Ada tiga poin yang menjadi fokus Crick dalam program pendidikan politik yaitu: 1. Pendidikan politik tidak lagi bisa dihindari 2. Adanya proses yang panjang, perhatian, maupun waktu dalam perkembangan pendidikan dan literasi politik 3. Politik harus diajarkan dengan metode yang menyenangkan FOKUS CRICK
  • 4. Tahun 1970 di Inggris, setiap penduduk berusia 18 tahun sudah diperbolehkan untuk memilih Ketidaktepatan paradigma politik bagi kaum muda pada tahun 1960-an Kecenderungan peningkatan aksi kekerasan dan kurangnya partisipasi politik masyarakat Oleh karena itu, pendidikan politik tidak lagi bisa dihindari. Partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi dan hubungannya dengan pemerintah bukan hanya hubungan saling mempengaruhi namun juga hubungan fungsional. Pendidikan politik dipandang perlu untuk diintegrasikan dalam program pendidikan POIN PERTAMA
  • 5. Heater (1977), Brennan (1980) dan Batho (1990), merupakan tokoh-tokoh yang setuju dengan gagasan oposisi aktif untuk pendidikan politik di Inggris. Sangat sedikit pendidikan politik yang dilakukan secara eksplisit sebelum tahun 1970-an. Pendidikan politik secara fundamental dilakukan oleh Dewey (1916 dan 1966), dikembangkan dan diteliti secara relevan oleh Oliver dan Shaver (1966), dan dilanjutkan oleh Crick di tahun 1970 untuk mempromosikan politik melalui Program Pendidikan Politik Selama tahun 1980 dan 1990-an, pendidikan politik dan politik literasi ditolak dalam berbagai pendekatan pembelajaran. Baru setelah periode tahun 1990-an, pendidikan kewarganegaraan (yang mencakup pendidikan politik didalamnya) dipandang baik dan memiliki signifikansi tinggi. POIN KEDUA (PERIODE TAHUN 1970-1990)
  • 6. Perlu ditekankan bahwa akar dari laporan Crick yang menekankan melek politik belum diperkuat dengan upaya agar subjek pembahasan dijadikan sebagai bagian dari Kurikulum Nasional (QCA/DfEE, 2000). Pada saat itu, komunitas terfokus pada agenda politik penguasa. Penguasaan konsepsi sangat minim karena terbatasnya pemahaman politik; sarana yang profesional bisa mulai mengembangkan ide mendasar dalam penemuan cara mengajar yang menarik tetapi dalam konteks kontroversial Pendidikan politik diperebutkan oleh pendidikan IPS dan dikelola secara sentral oleh guru sehingga bukannya memperjelas, tapi menambah kebingungan dan pengabaian lebih lanjut dari politik. Disini Crick (2000) melihat pendidikan kewarganegaraan hanya sebagai konjungsi sederhana politik dan ilmu sosial adalah politik yang cerdas. POIN KEDUA (PERIODE TAHUN 1990-2000)
  • 7. Apa yang dibutuhkan pada saat ini dalam pengembangan literasi politik secara praktis, terorganisir, dan sistematis. Crick memandang bahwa pendidikan politik harus dilakukan secara menyenangkan Adapun konsep dasar yang dipandang perlu dalam membentuk literasi politik masyarakat adalah: a) rasionalitas didasarkan pada apresiasi kritis realitas sosial dan politik; b) toleransi dalam konteks demokrasi pluralistik; c) partisipasi yang timbul dari penerimaan seseorang akan topik sospol; d) tanggung jawab, penghargaan hak-hak orang lain, dan hak sendiri. Lebih lanjut, guru harus mempu mendorong siswa dalam hal: a) keterbukaan pikiran dan mobilisasi b) pengetahuan dan pemahaman, baik dengan jalan diskusi terbuka atau penggunaan bahasa yang pesuasif. POIN KETIGA
  • 8. Berapa sih angka melek politik di Indonesia ???•Jangankan MELEK POLITIK, angka MELEK HURUF pada orang dewasa di Indonesia menurut data UNESCO (2012) sebesar 65.5%. •35.5% orang dewasa di Indonesia masih BUTA. •Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara yang diteliti ANGKA LITERASI POLITIK DI INDONESIA
  • 9. Jika mengacu pada pendapat Crick (2005) bahwa literasi merupakan gabungan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan maka dapat dikatakan bahwa data yang mengulas tentang literasi di Indonesia belum ada. Yang sejauh ini diteliti di Indonesia adalah angka partisipasi politik yang sebenarnya tidak cukup menggambarkan ketiga aspek literasi sebagaimana yang dipaparkan oleh Crick PERSOALAN DATA!
  • 10. PERIODE ORDE LAMA (1945 - 1965) ORDE BARU (1965 - 1998) PASCA REFORMASI (1998 - sekarang) 1955 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 2009 2014 PERSENTASE PARTISIPAN 91.4 96.6 96.5 96.5 96.4 95.1 93.6 92.6 84.1 70.9 75,1 PERSENTASE GOLPUT 8.6 3.4 3.5 3.5 3.6 4.9 6.3 7.3 15.9 29.1 24.9 RATA-RATA PARTISIPASI: 95.8% dan GOLPUT: 4.2% PARTISIPASI: 80.7% dan GOLPUT: 19.3% PARTISIPASI POLITIK
  • 11. Seringkali keberhasilan pendidikan politik diukur dengan persentase partisipasi masyarakat dalam Pemilu. Pertanyaannya adalah: 1. Apakah jika tingkat partisipasi politik masyarakat tinggi, bisa dikatakan bahwa tingkat literasi politik masyarakat juga tinggi? 2. Apakah tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu merupakan tolok ukur keberhasilan pendidikan politik dalam menciptakan literasi politik? Gun Gun Heryanto dalam buku Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi (2012) mengatakan bahwa rasio attentive public (publik yang berperhatian) di sebuah negara jarang melampaui angka 15% walau statistik mencatat bahwa tingkat partisipasi politik di beberapa negara seperti India, Tanzania, Nigeria, Mexico, Brazil mencapai 64,5% KESALAHAN PERSEPSI
  • 12. Crick (2005) menggambarkan pendidikan politik sebagai sarana untuk membentuk literasi politik masyarakat melalui pendidikan formal maupun informal dengan penekanan pada penguasaan konsep, kemahiran berbahasa, dengan menguraikan masalah faktual yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Konsep politik disini dimaknai konsep mengenai negara, masyarakat, dan hubungan diantara keduanya. Merujuk pada studi yang dilakukan oleh Paulo Friere dalam bukunya Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan (2004), ada gagasan bahwa pendidikan politik tidak hanya hanya dipandang sebagai alat untuk mempertahankan nilai atau dukungan pada rejim yang berkuasa namun berfungsi untuk melakukan proses penyadaran. Penyadaran disini bisa dimaknai sebagai proses pendidikan dan pembinaan untuk melahirkan nilai dan budaya baru, serta merekonstruksi masyarakat. MODEL PENDIDIKAN POLITIK
  • 13. 1. Pendidikan Kewarganegaraan 2. Partai Politik 3. Media/Pers 4. Non Government Organisation/LSM INSTRUMEN PERKEMBANGAN LITERASI POLITIK DI INDONESIA
  • 14. ORDE LAMA (1945 - 1965) ORDE BARU (1965 - 1998) PASCA REFORMASI (1998 - sekarang)  1954 Dimulai dengan Pendidikan Kemasyarakatan (Negara, Bumi, KWN)  1960-an MANIPOL, USDEK, Pancasila & UUD 1945  1970-an Filsafat Pancasila  1973 PKN, Civic Hukum  1975/1984 Pendidikan Moral/PMP  1989-1990-an Pendidikan Kewiraan  2000 Perbaikan dan pembenahan konten  2004 Namanya menjadi PKN dengan fokus pada politik, hukum, dan moral.  2006 + Pendidikan Karakter  2013 Fokus: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (perilaku) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
  • 15. ORDE LAMA (1945 - 1965) ORDE BARU (1965 - 1998) PASCA REFORMASI (1998 - sekarang)  1953 (Pra Pemilu) UU No.7 Tahun 1953 Tentang Parpol  1955 (Pemilu Pertama) 29 Partai  1959 Dekrit Pancasila dan Demokrasi Terpimpin. Presiden membubarkan Konstituante.  1966 (Pra Pemilu 1971) TAP MPRS No. XX/1966 Penyederhanaan Parpol dan keikutsertaan TNI/POLRI dalam MPR/DPR  1971 Perpol disaring sehingga hanya 10 yang berhak ikut Pemilu  1973 (Pra Pemilu 1977) Konsep Fusi diterima Dewan. Dikukuhkan dengan UU No.3 Th.1975 tentang Parpol dan Golongan. Hanya ada 2 Parpol yaitu PPP dan PDI serta 1 Golongan Karya dalam Pemilu.  1977-1997 (5 kali Pemilu) Pendidikan Politik dalam Parpol mengarah pada hegemoni kekuasaan Parpol pada era orde baru tidak lagi berfungsi sebagai alat penyadaran masyarakat. Dengan kata lain , fungsi Parpol pada era orde baru telah DIKEBIRI oleh penguasa.  1999 (Pra Pemilu) UU No. 2 Tahun 1999 tentang Parpol. Diikuti 48 Parpol. Mulai ada istilah koalisi. Peran Parpol belum maksimal dalam penyelesaian konflik  2004 24 Parpol. Tidak ada lagi dominasi politik oleh satu partai  2009 38 Parpol. +6 Parpol Lokal di Aceh. Stabilitas tergantung pada kompromi di masing-masing koalisi. Untuk menciptakan kestabilan perlu adanya sharing of power.  2014 12 Parpol. +3 Parpol Lokal di Aceh. Muncul 2 koalisi besar: KMP dan KIH. Alih-alih menjadi sarana pendidikan politik, partai politik kini lebih disibukkan dengan penyelesaian konflik antar dua koalisi besar dan saling berebut kekuasaan. PARTAI POLITIK
  • 16. ORDE LAMA (1945 - 1965) ORDE BARU (1965 - 1998) PASCA REFORMASI (1998 - sekarang)  1945 Wartawan mengambilalih percetakan asing pada saat itu.  1959 Semua pemberitaan disensor. Media harus punya SIT untuk menulis. Jurnalisme telah kehilangan fungsinya sebagai instrumen pendidikan politik.  1966 Ada slogan bahwa pers di masa ini adalah Pers Pancasila  1974 Peristiwa Malari  1994 Pers kembali dibredel. Perlu punya SIUPP untuk menulis. Hanya TEMPO pada saat itu yang konsisten melawan pemerintah.  Pasca 1998 Tuntutan akan kebebasan pers semakin besar sehingga lahir UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers Namun sayangnya, fungsi pers sebagai pendidikan politik kini direduksi oleh market. MEDIA/PERS
  • 17. ORDE LAMA (1945 - 1965) ORDE BARU (1965 - 1998) PASCA REFORMASI (1998 - sekarang) Maaf, belum ada LSM di Masa Orde Lama  1970 Awal munculnya LSM.  1974-1998 Perkembangan LSM pada masa Orde Baru tak berjalan sesuai dengan fungsi yang seharusnya dilakukannya ditengah masyarakat. Lembaga tersebut lebih dikekang oleh Pemerintah untuk kepentingan politik tersendiri. Dimulai dengan keterlibatan penuh LSM didalam Pemilu 1999, sekarang hampir semua aspek lembaga Negara diawasi oleh LSM. Publik Indonesia mengenal berbagai macam organisasi, misalnya Indonesian Corruption Watch (ICW), Legislative Watch (DPR-Watch), Government Watch (GOWA), Police Watch (PolWatch) dan Pemantauan Anggaran (FITRA). NON GOVERNMENT ORGANISATION/LSM