SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 36
KONSTITUSI DAN
KONSTITUSIONALISME
M. LAICA MARZUKI
GAMBARAN UMUM
 The Constitution of The United States of America mendorong
lahirnya constitutional states di beberapa kawasan dunia,
termasuk negara-negara monarki, yang dikenal dengan
penamaan: constitutional monarch.
 Dalam perkembangannya, beberapa constitutional state
menyadari bahwa konstitusi negara-negara dimaksud kurang
memuat pengaturan hal pembatasan penguasa dan
pengakuan hak-hak sipil rakyat banyak di dalamnya.
 Muncul gagasan agar dalam konstitusi diatur semacam
constitutional government, yang pada hakikatnya
mewujudkan hal pembatasan pemerintahan atau limited
government.
KONSTITUSI
• Konstitusi atau Grondwet, Grundgesetz, Undang-
Undang Dasar menempati tata urutan peraturan
perundang-undangan tertinggi dalam negara (constitutie
is de hoogste wet).
• Dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna
permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain
pemegang kedaulatan tertinggi, struktur negara, bentuk
negara, bentuk pemerintahan, kekuasaan legislatif,
kekuasaan peradilan, dan pelbagai lembaga negara
serta hak-hak rakyat.
KONSTITUSIONALISME MEMUAT
ESENSI PEMBATASAN KEKUASAAN
• Konstitusionalisme mengatur agar penyelenggaraan
negara dan pemerintahan tidak sewenang-wenang dan
hal dimaksud dinyatakan serta diatur secara tegas
dalam pasal-pasal konstitusi.
• Kedaulatan rakyat dilaksanakan menurut UUD, tidak
boleh dijalankan atas dasar the ruling of the mob.
• UUD 1945 (redaksi lama) nyaris tidak mengindahkan
paham konstitusionalisme, walaupun di dalamnya telah
memberlakukan distribution of power di antara bidang-
bidang kekuasaan negara.
UNSUR-UNSUR YANG PERLU DIADOPSI
DALAM KONSTITUSI
• Sistem separation of power atau distribution of power yang
disertai checks and balances; sistem kekuasaan peradilan
yang merdeka dan mandiri, utamanya lebih memberdayakan
peradilan adminstrasi;
• Pengakuan hak-hak sipil dan politik warga, utamanya yang
berkaitan dengan pemilihan umum dan pemilukada;
• Pembatasan masa jabatan-jabatan publik dalam negara;
• Memberikan kewenangan pengaduan konstitusional
(constitutional complaint) bagi Mahkamah Konstitusi.
UJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA
KITA: MASALAH DAN TANTANGAN
MARUARAR SIAHAAN
GAMBARAN UMUM
• Perubahan Ketiga UUD 1945 menghasilkan pergeseran ke
arah susunan kekuasaan yang bersifat horizontal fungsional,
dimana kedudukan lembaga-lembaga negara menjadi setara.
• Dengan demikian, terjadi pergeseran dari sistem supremasi
parlemen menjadi sistem supremasi konstitusi
• Tujuannya menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan
negara secara demokratis dan modern, antara lain melalui
pemisahan dan/atau pembagian kekuasaan yang lebih tegas,
sistem checks and balances yang lebih ketat dan transparan,
serta pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru
GAMBARAN UMUM
• Perubahan tersebut melandasi dibentuknya MK.
• Salah satu kewenangan yang dimiliki MK yakni
pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, secara umum/lazim disebut judicial review.
• Putusan MK dalam proses pengujian undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar, adalah merupakan
sebuah pendapat tertulis Hakim Konstitusi, yang
mengakhiri dan menyelesaikan perselisihan yang
diajukan tentang penafsiran konstitusi.
MAHKAMAH KONSTITUSI DAN
JUDICIAL REVIEW
• Fungsi judicial review ini juga semestinya dilihat dari
pandangan teori jenjang norma hukum dari Hans Nawiasky
yang menyatakan bahwa Staatsfundamentalnorm (norma
dasar negara) sebagai norma tertinggi yang harus menjadi
acuan bagi norma-norma hukum yang berada di bawahnya.
• Permasalahan yang timbul adalah apabila norma atau
undang-undang di bawah norma dasar bertentangan dengan
staatsfundamentalnorm tersebut, sehingga harus dibentuk
sebuah mekanisme tersendiri agar penyimpangan yang
terjadi dapat diluruskan.
UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM
HUKUM INDONESIA
• Terdapat perbedaan undang-undang dilihat dari bentuk
maupun isinya. Perbedaan jenis undang-undang tersebut
sama sekali tidak disinggung baik dalam UUD 1945 maupun
dalam UU MK.
• Perbedaan undang-undang dalam arti formil dan dalam arti
materiil didasarkan bukan hanya pada pembuatnya,
melainkan dapat juga dilihat dari substansi atau materi
muatan yang dikandung.
• Jimly Asshidiqie memberi gambaran perbedaan antara bentuk
dan isi peraturan dimaksud yaitu: (i) ada peraturan yang
berbentuk undang-undang tetapi materi yang diaturnya
seharusnya cukup dituangkan dalam bentuk peraturan
pemerintah saja; (ii) ada peraturan yang berbentuk Peraturan
Presiden, namun isinya seharusnya berbentuk undang-
undang.
UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM
HUKUM INDONESIA
• Pembedaan jenis undang-undang yang disinggung terdahulu,
menunjukkan bahwa terdapat peraturan perundang-undangan
yang dilihat dari bentuknya merupakan undang-undang
namun dari segi substansi, sesungguhnya terdapat juga
undang-undang yang lebih ditujukan kepada penyelenggara
pemerintahan, karena lebih merupakan rencana, pengaturan,
dan kebijakan makro dalam perekonomian.
• Pengujian undang-undang yang demikian, memiliki implikasi
yang berbeda, jika dibandingkan dengan undang-undang
yang mengikat secara umum, yang meletakkan kewajiban,
larangan, dan perintah secara langsung kepada seluruh
rakyat.
UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM
HUKUM INDONESIA
• “undang-undang” dalam konteks pengertian teknis
ketatanegaraan Indonesia (lama) yang menurut A. Hamid, S.
A. ialah “produk hukum yang dibentuk oleh Presiden” dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan negara dengan
persetujuan DPR.
• Dengan adanya amendemen terhadap UUD 1945, rumusan
tersebut sudah tidak tepat lagi, pemegang kekuasaan
membentuk undang-undang saat ini berada di tangan DPR,
tidak lagi di tangan Presiden.
• TAP MPR yang masih berlaku karena memuat ketentuan
yang mengikat umum “dapat disamakan kedudukannya”
dengan undang-undang
PENGUJIAN PERPU
• Pasal 7 ayat (1) UU 10/2004 telah mendudukan Perpu
sejajar dengan Undang-Undang.
• Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
adalah jenis peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan
yang memaksa.
• Pada tataran peraturan perundang-undangan dibawah
undang-undang dan yang bukan merupakan Perpu,
tetap masih tersisa persoalan uji konstitusionalitas yang
timbul akibat disintegrasi dan diferensiasi wewenang
pengujian yang dilakukan oleh 2 (dua) lembaga
peradilan yang berbeda.
TANTANGAN
• Perluasan akses keadilan konstitusional melalui
kemungkinan pengujian konstitusionalitas peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang .
• Sebaliknya di negara-negara yang menganut
kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan
secara terintegrasi di satu tangan.
• Ruang lingkup akibat hukum putusan MK yang
menyatakan satu undang-undang tidak sesuai dengan
konstitusi, meliputi peraturan-peraturan perundang-
undangan yang lebih rendah yang lahir dari undang-
undang yang diuji.
PROBLEMATIKA TUGAS
KONSTITUSIONAL KOMISI YUDISIAL
TAUFIQURROHMAN SYAHURI
GAMBARAN UMUM
• Jabatan hakim di satu sisi merupakan jabatan yang
sangat mulia, dan di sisi lain, jika tidak hati-hati, dapat
merendahkan martabatnya karena banyak godaan yang
siap menjerumuskannya.
• Putusan hakim diharapkan mengandung nilai ijtihad
(baca: adil) dengan melalui peran Komisi Yudisial.
UNSUR-UNSUR KOMISI YUDISIAL
• Komisi Yudisial bersifat mandiri;
• berwenang mengusulkan calon hakim agung;
• menjaga kehormatan dan perilaku hakim;
• menegakkan kehormatan hakim
TUGAS KOMISI YUDISIAL
• Tugas pertama (mengusulkan Hakim Agung kepada
DPR) tentu tidak begitu sulit.
• Berbeda dengan tugas kedua, yakni melaksanakan
pengawasan terhadap perilaku hakim; tentunya akan
mengalami banyak kesulitan, terutama mengingat
jumlah hakim se-Indonsia yang akan diawasi mencapai
ribuan orang.
• Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas
pengawasan tanpa menggunakan metode yang tepat,
akan sulit untuk dapat berjalan secara efektif.
TUGAS PENGAWASAN KY
• Tugas pengawasan ini dibedakan menjadi dua, yakni
menjaga dalam pengertian preventif dan menegakkan
dalam arti represif.
• Fungsi menjaga sebagaimana disebut dalam Pasal 24B
UUD 1945 belum banyak diterjemahkan dalam Undang-
Undang KY.
• Fungsi menjaga melalui pendidikan dan latihan akan
lebih efektif mencegah perilaku buruk hakim daripada
fungsi menegakkan disiplin hakim.
WACANA CONSTITUTIONAL QUESTIONS
DALAM SITUS MAHKAMAH: KONTEKS E-
DELIBERATIVE DEMOCRACY
ANOM SURYA PUTRA
GAMBARAN UMUM
• Ketersediaan informasi konstitusionalisme di situs
(website) MK dapat menjadi salah satu sumber
pengetahuan hukum dan administrasi publik
• Tak heran, dalam masa komodifikasi informasi, opini
publik terhadap putusan MK kian kompleks dan
terkadang melesat jauh dari apa yang dimaksudkan oleh
substansi putusan itu sendiri. Salah satu media
elektronik mencatat putusan MK itu telah memenangkan
judicial review yang diajukan mantan Menteri Sekretaris
Negara Yusril Ihza Mahendra dan tidak berarti
melepaskannya dari kasus Sisminbakum.
GAMBARAN UMUM
• Ilmu hukum harus bersedia mengembangkan tata
hukum yang menjadi objek kajiannya tetap dalam
konsepnya sebagai suatu sistem norma yang tak lagi
berwatak positif yang sempit dan dimodelkan sebagai
sistem perkaidahan yang tertutup, melainkan melakukan
suatu sistem yang terbuka.
• Layanan forum constitutional questions dan
constitutional complaint bermakna pula ketika dilihat dari
titik-lontar (milestone) berupa perubahan (change).We
live in a world where the only certainty is change (Roger
Lovell).
CATATAN
• Ancamannya adalah sapuan gelombang dari para pengakses
website yang bersekutu dengan struktur pasar (yang tidak
efisien) guna mengajak warga negara menjadi pelaku
cyberloafing.
• Cyberloafing adalah tindakan menggunakan akses internet
organisasi selama jam kerja untuk tujuan pribadi.
• Tindakan ini telah meruntuhkan perusahaan AS hingga $3
juta setahun untuk setiap 1.000 staf dengan akses internet. Di
sektor publik, ancaman perilaku cyberloafing mengganggu
konsentrasi atas pelayanan-kolaboratif pada e-constitutional
complaint, dan disisi lain mempercepat kemerosotan kualitas
opini publik pada e-constitutional questions.
PENERAPAN KONSEP KONSTITUSI HIJAU
(GREEN CONSTITUTION) DI INDONESIA
MARET PRIYANTA
MUATAN KONSTITUSI HIJAU
• Konstitusi Negara Indonesia menegaskan bahwa setiap
orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat sebagai pengaturan hak asasi manusia
khususnya dalam bidang lingkungan dalam UUD 1945.
Pengaturan ini ini menjadi sesuatu hal yang baru
mengingat dalam konstitusi sebelum amandemen, hak
asasi khususnya mengenai lingkungan hidup tidak diatur
dan dibahas secara tegas dan jelas.
KONSTITUSI HIJAU SEBAGAI SUBJEK
HUKUM DI EKUADOR
• Setiap orang di Ekuador mempunyai hak-hak dasar yang
dijamin UUD dan oleh instrumen-instrumen internasional
serta alam merupakan subyek yang juga berhak atas
segala hak yang dijamin dalam UUD.
• Alam merupakan tempat kehidupan bersama, tumbuh
dan mengalami reproduksi, juga mempunyai hak
asasinya sendiri, disamping hak asasi manusia.
• Setiap orang, masyarakat, atau bangsa membutuhkan
pengakuan akan hak-haknya atas alam dihadapan
hukum dan pemerintahan .
KONSTITUSI HIJAU SEBAGAI SUBJEK
HUKUM DI EKUADOR
• Setiap orang pribadi, masyarakat, kelompok dan bangsa
mempunyai keuntungan dari alam dan memupuk kekayaan
alam untuk kehidupan bersama. Alam disekitarnya tidak boleh
dirusak dan dikurangi daya dukung dan fungsinya bagi
kehidupan bersama
• Dengan ketentuan right of nature dalam konstitusi Ekuador,
dikatakan bahwa ekuador yang dinyatakan sebagai konstitusi
hijau di dunia saat ini. Ketentuan mengenai hak-hak
lingkungan alam yang diadopsi ke dalam ketentuan Konstitusi
Ekuador tersebut tidak lagi bersifat tempelan dan
menempatkan alam sebagai suplemen dalam hubungan
dengan manusia, tetapi justru menempatkan alam sebagai
subyek hak-hak konstitusional.
MASALAH
• Belum adanya ketentuan mengenai perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara tegas dalam
konstitusi .
• Perlunya ketegasan pemerintah dalam menempatkan
hak lingkungan sebagai subyek hukum dalam
konstitusinya.
MEKANISME PEMAKZULAN PRESIDEN
DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN MENURUT
UUD 1945
MUHAMMAD BAHRUL ULUM
MEKANISME PEMAKZULAN
• Hak Angket; Sidang paripurna; MK memeriksa, mengadili, dan
memutus konstitusionalitas Presiden dan/atau Wakil Presiden atas
dugaan DPR tersebut; Setelah MK memutus Presiden dan/atau
Wakil Presiden bersalah dengan melanggar hukum dan konstitusi,
DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR.
• Selanjutnya, MPR wajib menggelar sidang paripurna untuk
memutus usul DPR untuk pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden paling lambat 30 hari sejak MPR menerima usul DPR.
• Keputusan pemberhentian di MPR dilakukan dengan cara voting
oleh anggota MPR. Sebelum pemberhentian, Presiden dan/atau
Wakil Presiden mempunyai hak menyampaikan penjelasan di depan
sidang paripurna MPR.
MASALAH
• Penggunaan hak angket oleh DPR tidak dapat
menegakkan supremasi hukum dan keadilan yang
substantif dengan membawa Presiden dan/atau Wakil
Presiden kepada MK, walaupun dalam penyelidikan
ditemukan pelanggaran yang melibatkan Wakil Presiden.
• Konsep negara hukum di Indonesia berkaitan dalam
pemakzulan masih lemah karena cenderung dipengaruhi
oleh konfigurasi politik.
KONSISTENSI ASAS NEGARA HUKUM
DALAM PASAL 7B UUD 1945
• Ketentuan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 7B ayat (7)
UUD 1945 yaitu, “Keputusan MPR atas usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus
diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil
Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan
dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat.”
KONSISTENSI ASAS NEGARA HUKUM
DALAM PASAL 7B UUD 1945
• Dalam bunyi ketentuan tersebut jelas bahwa apabila MK
memutus Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan
pelanggaran hukum, pada akhirnya MPR menggelar
sidang paripurna untuk memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden. Mekanisme pemberhentian di
MPR dilakukan dengan mekanisme voting, yaitu
keputusan diambil dengan dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir.
KOREKSI
• Terhadap asas negara hukum yang senantiasa
menjunjung tinggi supremasi hukum, hendaknya UUD
1945 memberikan ketentuan bahwa putusan MK harus
dijalankan sepenuhnya oleh MPR.
• Implikasinya, apabila MK memutuskan Presiden
dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran,
namun MPR tidak menyetujui pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden. Maka sendi-sendi hukum
dapat diruntuhkan oleh UUD 1945, mengingat secara
formal tindakan yang dilakukan oleh MPR adalah
konstitusional .
AGENDA PERUBAHAN
• Konsep negara hukum di Indonesia berkaitan dalam pemakzulan
masih lemah karena cenderung dipengaruhi oleh konfigurasi politik.
Oleh karena itu, supremasi hukum harus senantiasa diperkuat,
sehingga hukum dan konstitusi dapat ditegakkan tanpa intervensi
politik.
• Agenda penyempurnaan UUD 1945 tersebut dilakukan dengan
merubah ketentuan Pasal 7B ayat (3) yang menyatakan bahwa jika
ditemukan pelanggaran konstitusi, DPR harus mengajukan
permohonan kepada MK untuk memutus dugaan pelanggaran tanpa
menggunakan mekanisme pemungutan suara dan Pasal 7B ayat (7)
UUD 1945, dengan mencantumkan rumusan bahwa pemberhentian
presiden dan/atau wakil presiden dilakukan oleh MPR dengan
kewajiban melaksanakan putusan MK.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)
Nuelnuel11
 
Peristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adatPeristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adat
Nuelimmanuel22
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Anggit Dwi A
 

Mais procurados (20)

Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
Laporan Hasil Analisa Pemantauan PN Jak-Sel, PN Jak-Pus dan Cibinong (Nov 200...
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi Negara
 
Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)
 
Peristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adatPeristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adat
 
GOOD AND CLEAN GOVERNANCE
GOOD AND CLEAN GOVERNANCEGOOD AND CLEAN GOVERNANCE
GOOD AND CLEAN GOVERNANCE
 
Makalah Sistem politik Islam
Makalah Sistem politik IslamMakalah Sistem politik Islam
Makalah Sistem politik Islam
 
Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vika
 
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Tata susunan masyarakat adat di Indonesia
Tata susunan masyarakat adat di IndonesiaTata susunan masyarakat adat di Indonesia
Tata susunan masyarakat adat di Indonesia
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
 
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Replik dan Duplik (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Hubungan Hukum Dengan Demokrasi
Hubungan Hukum Dengan DemokrasiHubungan Hukum Dengan Demokrasi
Hubungan Hukum Dengan Demokrasi
 
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMMAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
 

Destaque

Perbandingan Bumn, Bums, Dan Koperasi
Perbandingan Bumn, Bums, Dan KoperasiPerbandingan Bumn, Bums, Dan Koperasi
Perbandingan Bumn, Bums, Dan Koperasi
Yendi Desyandi
 
Tokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporerTokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporer
ari3s2482
 
Perusahaan Dan Badan Usaha
Perusahaan Dan Badan UsahaPerusahaan Dan Badan Usaha
Perusahaan Dan Badan Usaha
abdul kodir
 
Naskah akademik
Naskah akademikNaskah akademik
Naskah akademik
asmadibeny
 

Destaque (20)

Konstitusi Indonesia
Konstitusi IndonesiaKonstitusi Indonesia
Konstitusi Indonesia
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
Negara dan Konstitusi
Negara dan KonstitusiNegara dan Konstitusi
Negara dan Konstitusi
 
Negara dan Konstitusi
Negara dan KonstitusiNegara dan Konstitusi
Negara dan Konstitusi
 
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
 
Pengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnisPengantar hukum bisnis
Pengantar hukum bisnis
 
Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
Perbandingan Bumn, Bums, Dan Koperasi
Perbandingan Bumn, Bums, Dan KoperasiPerbandingan Bumn, Bums, Dan Koperasi
Perbandingan Bumn, Bums, Dan Koperasi
 
Tokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporerTokoh dan pemikiran islam kontemporer
Tokoh dan pemikiran islam kontemporer
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN
LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAANLANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN
LANJUTAN MATERI HUKUM PERUSAHAAN
 
3 pembuktian sederhana dlm perkara kepailitan
3 pembuktian sederhana dlm perkara kepailitan3 pembuktian sederhana dlm perkara kepailitan
3 pembuktian sederhana dlm perkara kepailitan
 
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga lembaga negara pasca amandemen uud 1945
 
Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Hak Dan Kewajiban Warga NegaraHak Dan Kewajiban Warga Negara
Hak Dan Kewajiban Warga Negara
 
Amandemen negara_dan_konstitusi
Amandemen  negara_dan_konstitusiAmandemen  negara_dan_konstitusi
Amandemen negara_dan_konstitusi
 
hak dan kewajiban warga negara
hak dan kewajiban warga negarahak dan kewajiban warga negara
hak dan kewajiban warga negara
 
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
 
Perusahaan Dan Badan Usaha
Perusahaan Dan Badan UsahaPerusahaan Dan Badan Usaha
Perusahaan Dan Badan Usaha
 
Naskah akademik
Naskah akademikNaskah akademik
Naskah akademik
 
Presentasi pkn kelompok 3, Stie Perbanas, Rizal Setiawan, 2015210412, hak da...
Presentasi pkn kelompok 3, Stie Perbanas,  Rizal Setiawan, 2015210412, hak da...Presentasi pkn kelompok 3, Stie Perbanas,  Rizal Setiawan, 2015210412, hak da...
Presentasi pkn kelompok 3, Stie Perbanas, Rizal Setiawan, 2015210412, hak da...
 

Semelhante a Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer

Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Shalahuddin Al Ayoubi
 
Menghambat laju judicial terorism pada putusan
Menghambat laju judicial terorism pada putusanMenghambat laju judicial terorism pada putusan
Menghambat laju judicial terorism pada putusan
Esdeempat Kandangmas
 
Sejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesiaSejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesia
Ilham W'ie
 
Bab ii-karakteristik
Bab ii-karakteristikBab ii-karakteristik
Bab ii-karakteristik
Umar Al Faruq
 
Kedudukan konstitusi bagi suatu negara
Kedudukan konstitusi bagi suatu negaraKedudukan konstitusi bagi suatu negara
Kedudukan konstitusi bagi suatu negara
Fitri Amalia
 

Semelhante a Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer (20)

Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)
 
Wewenang mahkamah konstitusi menguji undang
Wewenang mahkamah konstitusi menguji undangWewenang mahkamah konstitusi menguji undang
Wewenang mahkamah konstitusi menguji undang
 
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
 
Pengertian Dan Penjelasan Tentang Konstitusi
Pengertian Dan Penjelasan Tentang KonstitusiPengertian Dan Penjelasan Tentang Konstitusi
Pengertian Dan Penjelasan Tentang Konstitusi
 
Urgensi kemandirian peradilan
Urgensi kemandirian peradilanUrgensi kemandirian peradilan
Urgensi kemandirian peradilan
 
Kesimpulan
KesimpulanKesimpulan
Kesimpulan
 
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
Penerapan asas asas hukum acara peradilan dalam pengujian peraturan perundang...
 
Penemuan Hukumm
Penemuan HukummPenemuan Hukumm
Penemuan Hukumm
 
Kehakiman
KehakimanKehakiman
Kehakiman
 
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiSejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
 
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiSejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
 
Menghambat laju judicial terorism pada putusan
Menghambat laju judicial terorism pada putusanMenghambat laju judicial terorism pada putusan
Menghambat laju judicial terorism pada putusan
 
Konstitusi
KonstitusiKonstitusi
Konstitusi
 
Modul 4 kb 3
Modul 4 kb 3Modul 4 kb 3
Modul 4 kb 3
 
Sejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesiaSejarah konstitusi indonesia
Sejarah konstitusi indonesia
 
Bab ii-karakteristik
Bab ii-karakteristikBab ii-karakteristik
Bab ii-karakteristik
 
PMIH Politik Hukum_Kelas B_November 2021.pptx
PMIH Politik Hukum_Kelas B_November 2021.pptxPMIH Politik Hukum_Kelas B_November 2021.pptx
PMIH Politik Hukum_Kelas B_November 2021.pptx
 
Kedudukan konstitusi bagi suatu negara
Kedudukan konstitusi bagi suatu negaraKedudukan konstitusi bagi suatu negara
Kedudukan konstitusi bagi suatu negara
 
TEORI_LEMBAGA_NEGARA.ppt
TEORI_LEMBAGA_NEGARA.pptTEORI_LEMBAGA_NEGARA.ppt
TEORI_LEMBAGA_NEGARA.ppt
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 

Mais de Yogyakarta State University

Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Yogyakarta State University
 

Mais de Yogyakarta State University (20)

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 
Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
 
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi PajakGlobalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
 
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
 
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
 
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di KampusMenumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
 
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di IndonesiaBenang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
 
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di SekolahDiskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
 

Último

PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 

Último (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 

Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer

  • 1.
  • 3. GAMBARAN UMUM  The Constitution of The United States of America mendorong lahirnya constitutional states di beberapa kawasan dunia, termasuk negara-negara monarki, yang dikenal dengan penamaan: constitutional monarch.  Dalam perkembangannya, beberapa constitutional state menyadari bahwa konstitusi negara-negara dimaksud kurang memuat pengaturan hal pembatasan penguasa dan pengakuan hak-hak sipil rakyat banyak di dalamnya.  Muncul gagasan agar dalam konstitusi diatur semacam constitutional government, yang pada hakikatnya mewujudkan hal pembatasan pemerintahan atau limited government.
  • 4. KONSTITUSI • Konstitusi atau Grondwet, Grundgesetz, Undang- Undang Dasar menempati tata urutan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara (constitutie is de hoogste wet). • Dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang kedaulatan tertinggi, struktur negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, kekuasaan legislatif, kekuasaan peradilan, dan pelbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat.
  • 5. KONSTITUSIONALISME MEMUAT ESENSI PEMBATASAN KEKUASAAN • Konstitusionalisme mengatur agar penyelenggaraan negara dan pemerintahan tidak sewenang-wenang dan hal dimaksud dinyatakan serta diatur secara tegas dalam pasal-pasal konstitusi. • Kedaulatan rakyat dilaksanakan menurut UUD, tidak boleh dijalankan atas dasar the ruling of the mob. • UUD 1945 (redaksi lama) nyaris tidak mengindahkan paham konstitusionalisme, walaupun di dalamnya telah memberlakukan distribution of power di antara bidang- bidang kekuasaan negara.
  • 6. UNSUR-UNSUR YANG PERLU DIADOPSI DALAM KONSTITUSI • Sistem separation of power atau distribution of power yang disertai checks and balances; sistem kekuasaan peradilan yang merdeka dan mandiri, utamanya lebih memberdayakan peradilan adminstrasi; • Pengakuan hak-hak sipil dan politik warga, utamanya yang berkaitan dengan pemilihan umum dan pemilukada; • Pembatasan masa jabatan-jabatan publik dalam negara; • Memberikan kewenangan pengaduan konstitusional (constitutional complaint) bagi Mahkamah Konstitusi.
  • 7. UJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA KITA: MASALAH DAN TANTANGAN MARUARAR SIAHAAN
  • 8. GAMBARAN UMUM • Perubahan Ketiga UUD 1945 menghasilkan pergeseran ke arah susunan kekuasaan yang bersifat horizontal fungsional, dimana kedudukan lembaga-lembaga negara menjadi setara. • Dengan demikian, terjadi pergeseran dari sistem supremasi parlemen menjadi sistem supremasi konstitusi • Tujuannya menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern, antara lain melalui pemisahan dan/atau pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem checks and balances yang lebih ketat dan transparan, serta pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru
  • 9. GAMBARAN UMUM • Perubahan tersebut melandasi dibentuknya MK. • Salah satu kewenangan yang dimiliki MK yakni pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, secara umum/lazim disebut judicial review. • Putusan MK dalam proses pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, adalah merupakan sebuah pendapat tertulis Hakim Konstitusi, yang mengakhiri dan menyelesaikan perselisihan yang diajukan tentang penafsiran konstitusi.
  • 10. MAHKAMAH KONSTITUSI DAN JUDICIAL REVIEW • Fungsi judicial review ini juga semestinya dilihat dari pandangan teori jenjang norma hukum dari Hans Nawiasky yang menyatakan bahwa Staatsfundamentalnorm (norma dasar negara) sebagai norma tertinggi yang harus menjadi acuan bagi norma-norma hukum yang berada di bawahnya. • Permasalahan yang timbul adalah apabila norma atau undang-undang di bawah norma dasar bertentangan dengan staatsfundamentalnorm tersebut, sehingga harus dibentuk sebuah mekanisme tersendiri agar penyimpangan yang terjadi dapat diluruskan.
  • 11. UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA • Terdapat perbedaan undang-undang dilihat dari bentuk maupun isinya. Perbedaan jenis undang-undang tersebut sama sekali tidak disinggung baik dalam UUD 1945 maupun dalam UU MK. • Perbedaan undang-undang dalam arti formil dan dalam arti materiil didasarkan bukan hanya pada pembuatnya, melainkan dapat juga dilihat dari substansi atau materi muatan yang dikandung. • Jimly Asshidiqie memberi gambaran perbedaan antara bentuk dan isi peraturan dimaksud yaitu: (i) ada peraturan yang berbentuk undang-undang tetapi materi yang diaturnya seharusnya cukup dituangkan dalam bentuk peraturan pemerintah saja; (ii) ada peraturan yang berbentuk Peraturan Presiden, namun isinya seharusnya berbentuk undang- undang.
  • 12. UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA • Pembedaan jenis undang-undang yang disinggung terdahulu, menunjukkan bahwa terdapat peraturan perundang-undangan yang dilihat dari bentuknya merupakan undang-undang namun dari segi substansi, sesungguhnya terdapat juga undang-undang yang lebih ditujukan kepada penyelenggara pemerintahan, karena lebih merupakan rencana, pengaturan, dan kebijakan makro dalam perekonomian. • Pengujian undang-undang yang demikian, memiliki implikasi yang berbeda, jika dibandingkan dengan undang-undang yang mengikat secara umum, yang meletakkan kewajiban, larangan, dan perintah secara langsung kepada seluruh rakyat.
  • 13. UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA • “undang-undang” dalam konteks pengertian teknis ketatanegaraan Indonesia (lama) yang menurut A. Hamid, S. A. ialah “produk hukum yang dibentuk oleh Presiden” dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara dengan persetujuan DPR. • Dengan adanya amendemen terhadap UUD 1945, rumusan tersebut sudah tidak tepat lagi, pemegang kekuasaan membentuk undang-undang saat ini berada di tangan DPR, tidak lagi di tangan Presiden. • TAP MPR yang masih berlaku karena memuat ketentuan yang mengikat umum “dapat disamakan kedudukannya” dengan undang-undang
  • 14. PENGUJIAN PERPU • Pasal 7 ayat (1) UU 10/2004 telah mendudukan Perpu sejajar dengan Undang-Undang. • Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah jenis peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. • Pada tataran peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang dan yang bukan merupakan Perpu, tetap masih tersisa persoalan uji konstitusionalitas yang timbul akibat disintegrasi dan diferensiasi wewenang pengujian yang dilakukan oleh 2 (dua) lembaga peradilan yang berbeda.
  • 15. TANTANGAN • Perluasan akses keadilan konstitusional melalui kemungkinan pengujian konstitusionalitas peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang . • Sebaliknya di negara-negara yang menganut kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan secara terintegrasi di satu tangan. • Ruang lingkup akibat hukum putusan MK yang menyatakan satu undang-undang tidak sesuai dengan konstitusi, meliputi peraturan-peraturan perundang- undangan yang lebih rendah yang lahir dari undang- undang yang diuji.
  • 16. PROBLEMATIKA TUGAS KONSTITUSIONAL KOMISI YUDISIAL TAUFIQURROHMAN SYAHURI
  • 17. GAMBARAN UMUM • Jabatan hakim di satu sisi merupakan jabatan yang sangat mulia, dan di sisi lain, jika tidak hati-hati, dapat merendahkan martabatnya karena banyak godaan yang siap menjerumuskannya. • Putusan hakim diharapkan mengandung nilai ijtihad (baca: adil) dengan melalui peran Komisi Yudisial.
  • 18. UNSUR-UNSUR KOMISI YUDISIAL • Komisi Yudisial bersifat mandiri; • berwenang mengusulkan calon hakim agung; • menjaga kehormatan dan perilaku hakim; • menegakkan kehormatan hakim
  • 19. TUGAS KOMISI YUDISIAL • Tugas pertama (mengusulkan Hakim Agung kepada DPR) tentu tidak begitu sulit. • Berbeda dengan tugas kedua, yakni melaksanakan pengawasan terhadap perilaku hakim; tentunya akan mengalami banyak kesulitan, terutama mengingat jumlah hakim se-Indonsia yang akan diawasi mencapai ribuan orang. • Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan tanpa menggunakan metode yang tepat, akan sulit untuk dapat berjalan secara efektif.
  • 20. TUGAS PENGAWASAN KY • Tugas pengawasan ini dibedakan menjadi dua, yakni menjaga dalam pengertian preventif dan menegakkan dalam arti represif. • Fungsi menjaga sebagaimana disebut dalam Pasal 24B UUD 1945 belum banyak diterjemahkan dalam Undang- Undang KY. • Fungsi menjaga melalui pendidikan dan latihan akan lebih efektif mencegah perilaku buruk hakim daripada fungsi menegakkan disiplin hakim.
  • 21. WACANA CONSTITUTIONAL QUESTIONS DALAM SITUS MAHKAMAH: KONTEKS E- DELIBERATIVE DEMOCRACY ANOM SURYA PUTRA
  • 22. GAMBARAN UMUM • Ketersediaan informasi konstitusionalisme di situs (website) MK dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan hukum dan administrasi publik • Tak heran, dalam masa komodifikasi informasi, opini publik terhadap putusan MK kian kompleks dan terkadang melesat jauh dari apa yang dimaksudkan oleh substansi putusan itu sendiri. Salah satu media elektronik mencatat putusan MK itu telah memenangkan judicial review yang diajukan mantan Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra dan tidak berarti melepaskannya dari kasus Sisminbakum.
  • 23. GAMBARAN UMUM • Ilmu hukum harus bersedia mengembangkan tata hukum yang menjadi objek kajiannya tetap dalam konsepnya sebagai suatu sistem norma yang tak lagi berwatak positif yang sempit dan dimodelkan sebagai sistem perkaidahan yang tertutup, melainkan melakukan suatu sistem yang terbuka. • Layanan forum constitutional questions dan constitutional complaint bermakna pula ketika dilihat dari titik-lontar (milestone) berupa perubahan (change).We live in a world where the only certainty is change (Roger Lovell).
  • 24. CATATAN • Ancamannya adalah sapuan gelombang dari para pengakses website yang bersekutu dengan struktur pasar (yang tidak efisien) guna mengajak warga negara menjadi pelaku cyberloafing. • Cyberloafing adalah tindakan menggunakan akses internet organisasi selama jam kerja untuk tujuan pribadi. • Tindakan ini telah meruntuhkan perusahaan AS hingga $3 juta setahun untuk setiap 1.000 staf dengan akses internet. Di sektor publik, ancaman perilaku cyberloafing mengganggu konsentrasi atas pelayanan-kolaboratif pada e-constitutional complaint, dan disisi lain mempercepat kemerosotan kualitas opini publik pada e-constitutional questions.
  • 25. PENERAPAN KONSEP KONSTITUSI HIJAU (GREEN CONSTITUTION) DI INDONESIA MARET PRIYANTA
  • 26. MUATAN KONSTITUSI HIJAU • Konstitusi Negara Indonesia menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai pengaturan hak asasi manusia khususnya dalam bidang lingkungan dalam UUD 1945. Pengaturan ini ini menjadi sesuatu hal yang baru mengingat dalam konstitusi sebelum amandemen, hak asasi khususnya mengenai lingkungan hidup tidak diatur dan dibahas secara tegas dan jelas.
  • 27. KONSTITUSI HIJAU SEBAGAI SUBJEK HUKUM DI EKUADOR • Setiap orang di Ekuador mempunyai hak-hak dasar yang dijamin UUD dan oleh instrumen-instrumen internasional serta alam merupakan subyek yang juga berhak atas segala hak yang dijamin dalam UUD. • Alam merupakan tempat kehidupan bersama, tumbuh dan mengalami reproduksi, juga mempunyai hak asasinya sendiri, disamping hak asasi manusia. • Setiap orang, masyarakat, atau bangsa membutuhkan pengakuan akan hak-haknya atas alam dihadapan hukum dan pemerintahan .
  • 28. KONSTITUSI HIJAU SEBAGAI SUBJEK HUKUM DI EKUADOR • Setiap orang pribadi, masyarakat, kelompok dan bangsa mempunyai keuntungan dari alam dan memupuk kekayaan alam untuk kehidupan bersama. Alam disekitarnya tidak boleh dirusak dan dikurangi daya dukung dan fungsinya bagi kehidupan bersama • Dengan ketentuan right of nature dalam konstitusi Ekuador, dikatakan bahwa ekuador yang dinyatakan sebagai konstitusi hijau di dunia saat ini. Ketentuan mengenai hak-hak lingkungan alam yang diadopsi ke dalam ketentuan Konstitusi Ekuador tersebut tidak lagi bersifat tempelan dan menempatkan alam sebagai suplemen dalam hubungan dengan manusia, tetapi justru menempatkan alam sebagai subyek hak-hak konstitusional.
  • 29. MASALAH • Belum adanya ketentuan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara tegas dalam konstitusi . • Perlunya ketegasan pemerintah dalam menempatkan hak lingkungan sebagai subyek hukum dalam konstitusinya.
  • 30. MEKANISME PEMAKZULAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN MENURUT UUD 1945 MUHAMMAD BAHRUL ULUM
  • 31. MEKANISME PEMAKZULAN • Hak Angket; Sidang paripurna; MK memeriksa, mengadili, dan memutus konstitusionalitas Presiden dan/atau Wakil Presiden atas dugaan DPR tersebut; Setelah MK memutus Presiden dan/atau Wakil Presiden bersalah dengan melanggar hukum dan konstitusi, DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR. • Selanjutnya, MPR wajib menggelar sidang paripurna untuk memutus usul DPR untuk pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden paling lambat 30 hari sejak MPR menerima usul DPR. • Keputusan pemberhentian di MPR dilakukan dengan cara voting oleh anggota MPR. Sebelum pemberhentian, Presiden dan/atau Wakil Presiden mempunyai hak menyampaikan penjelasan di depan sidang paripurna MPR.
  • 32. MASALAH • Penggunaan hak angket oleh DPR tidak dapat menegakkan supremasi hukum dan keadilan yang substantif dengan membawa Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MK, walaupun dalam penyelidikan ditemukan pelanggaran yang melibatkan Wakil Presiden. • Konsep negara hukum di Indonesia berkaitan dalam pemakzulan masih lemah karena cenderung dipengaruhi oleh konfigurasi politik.
  • 33. KONSISTENSI ASAS NEGARA HUKUM DALAM PASAL 7B UUD 1945 • Ketentuan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 7B ayat (7) UUD 1945 yaitu, “Keputusan MPR atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.”
  • 34. KONSISTENSI ASAS NEGARA HUKUM DALAM PASAL 7B UUD 1945 • Dalam bunyi ketentuan tersebut jelas bahwa apabila MK memutus Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum, pada akhirnya MPR menggelar sidang paripurna untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden. Mekanisme pemberhentian di MPR dilakukan dengan mekanisme voting, yaitu keputusan diambil dengan dihadiri oleh sekurang- kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir.
  • 35. KOREKSI • Terhadap asas negara hukum yang senantiasa menjunjung tinggi supremasi hukum, hendaknya UUD 1945 memberikan ketentuan bahwa putusan MK harus dijalankan sepenuhnya oleh MPR. • Implikasinya, apabila MK memutuskan Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran, namun MPR tidak menyetujui pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden. Maka sendi-sendi hukum dapat diruntuhkan oleh UUD 1945, mengingat secara formal tindakan yang dilakukan oleh MPR adalah konstitusional .
  • 36. AGENDA PERUBAHAN • Konsep negara hukum di Indonesia berkaitan dalam pemakzulan masih lemah karena cenderung dipengaruhi oleh konfigurasi politik. Oleh karena itu, supremasi hukum harus senantiasa diperkuat, sehingga hukum dan konstitusi dapat ditegakkan tanpa intervensi politik. • Agenda penyempurnaan UUD 1945 tersebut dilakukan dengan merubah ketentuan Pasal 7B ayat (3) yang menyatakan bahwa jika ditemukan pelanggaran konstitusi, DPR harus mengajukan permohonan kepada MK untuk memutus dugaan pelanggaran tanpa menggunakan mekanisme pemungutan suara dan Pasal 7B ayat (7) UUD 1945, dengan mencantumkan rumusan bahwa pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dilakukan oleh MPR dengan kewajiban melaksanakan putusan MK.