1. 1
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENGHEMATAN PEMAKAIAN SOLAR
PADA MESIN DIESEL DENGAN PENAMBAHAN BIOGAS SEBAGAI
BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BIDANG KEGIATAN
PKM-GT
Diusulkan oleh:
1. Feri Sulistiono (ketua)
2. Danang Aji. S (anggota)
3. Arum Muvida (anggota)
NIM.
NIM.
NIM.
061910101154
061910101007
081910301059
(2006)
(2006)
(2008)
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2014
2. 2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Penghematan Pemakaian Solar
pada Mesin Diesel dengan
Penambahan Biogas sebagai
Bahan Bakar Alternatif
2. Bidang kegiatan : PKM-GT
3. Ketua pelaksana
a. Nama
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat Email
:
:
:
:
:
:
Feri sulistiono
061910101154
Teknik Mesin
Universitas Jember
Jln. Arwana 5/57. Jember
0331-483296/08523296011
dt_q@plasa.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
:
:
:
Muh. Nurkoyim K., S.T., M.T.
132163641
Perum. Graha Citra Mas. O. 22.
Jember.
Hp. 081334714094
Menyetujui 26, Maret 2014
Ketua Jurusan Teknik Mesin
(Ir. Andi Sanata., MT.)
NIP. 132126437
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Feri Sulistiono)
NIM. 061910101154
Pembantu Rektor III
(Drs. Andang Subaharianto., M. Hum.)
NIP. 131877453
Dosen Pendamping
(Muh. Nurkoyim K., S.T., M.T.)
NIP. 132163641
3. 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan hidayahnya karya tulis yang berjudul Penghematan Pemakaian Solar
pada Mesin Diesel dengan Penambahan Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif
dapat terselesaikan dengan lancar dan baik.
Banyak sekali kendala yang harus dihadapi dalam pembuatan karya tulis
ini, namun dengan semangat dan bantuan dari rekan-rekan sehingga semuanya
dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Muh. Nurkoyim K., S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang
telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan karya
tulis ini.
2. Bapak Mahros Darsin, S.T., M.Sc. selaku pembina mata kuliah
proposal yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan karya
tulis yang baik dan benar serta dukungan yang selalu memberi
semangat kepada kami.
3. Teman-teman yang selalu mendukung dan memberi semangat serta
semua fasilitas yang diberikan dalam pengerjaan karya tulis ini.
Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan melakukan kesalahan baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Maka kami selaku penulis mohon
maaf apabila ada kekurangan dan kelemahan dalam karya tulis ini. Tidak lupa
pula kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna memperbaiki
kekurangan yang ada dan memberi pandangan bagi kami dalam pembuatan
karya tulis yang akan datang.
Penulis
4. 4
RINGKASAN
Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap
hari oleh masyarakat Indonesia. Proses produksi tahu menghasilkan 2 jenis
limbah, limbah padat dan limbah cair. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan.
Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi.
Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif
seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan
nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar.
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob yaitu bakteri yang hidup dalam kondisi
kedap udara. Bahan organik tersebut dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap
udara yang disebut digester sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan
organik dan kemudian menghasilkan gas yang disebut biogas. Biogas yang telah
terkumpul di dalam digester selanjutnya dialirkan melalui pipa PVC menuju ke
lokasi penggunaannya seperti kompor dan lampu.
Di desa Tamanan, biogas belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk
pembuatan biogas bisa dibuat oleh siapa saja asalkan dengan biaya sendiri.
Caranya sangat mudah, yaitu hanya membeli pipa sepanjang instalasi sampai ke
rumah dan membeli kompor gas atau lampu petromak. Penggunaan biogas ini
sebenarnya sangat menguntungkan bagi masyarakat miskin, terutama pengusaha
tahu. Mereka tidak perlu membeli minyak tanah guna keperluan memasak dan
penggunaan penggorengan tahu. Biogas yang dihasilkan dari limbah tahu ini
merupakan salah satu energi alternatif yang perlu dioptimalkan pemanfaatannya.
Energi yang terkandung dalam biogas bila ditangani dengan baik akan mampu
mengatasi masalah krisis energi yang melanda kita.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat,
yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi
dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang
bermutu. Untuk menuai hasil yang signifikan, memang diperlukan gerakan secara
massal, terarah, dan terencana meliputi pengembangan teknologi, penyuluhan, dan
pendampingan. Dalam jangka panjang, gerakan pengembangan biogas dapat
membantu penghematan sumber daya minyak bumi dan sumber daya kehutanan.
Mengenai pembiayaannya mungkin secara bertahap sebagian subsidi BBM
dialihkan untuk pembangunan unit-unit pembangkit biogas. Melalui jalan ini,
mungkin imbauan pemerintah mengajak masyarakat untuk bersama-sama
memecahkan masalah energi sebagian dapat direalisasikan. Masyarakat yang
menggunakan biogas tidak perlu melakukan pembeliaan bahan bakar karena
sudah terpenuhi kebutuhannya.
5. 5
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai peristiwa yang menyangkut pengelolaan limbah, baik limbah
home industry maupun industri besar, baik itu yang menyangkut persampahan
ataupun sisa-sisa hasil produksi yang terbuang, perlu mendapat perhatian yang
serius agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan konflik. Seperti halnya
kasus pembuangan saluran limbah tahu di daerah Tamanan Kabupaten
Bondowoso. Pembuangan limbah tahu dibuang begitu saja dan masyarakat sekitar
terkena efek yang timbul dari adanya pembuangan saluran limbah tahu tersebut.
Limbah cair di daerah Kecamatan Tamanan ini sering dibuang langsung ke
sungai setempat karena pemilik industri tahu kurang memperhatikan sistem
pembuangan limbah. Kondisi ini menyebabkan munculnya masalah sosial di
masyarakat. Bau limbah dari saluran pembuangan sangat mengganggu
lingkungan. Bau menyengat dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar pabrik
sampai beberapa puluh meter. Akibatnya, timbul keresahan antara warga yang
mempunyai usaha tahu dengan warga yang ada di sekitarnya.
Limbah tahu merupakan sisa-sisa air (ampas) yang telah terpakai untuk
pembuatan tahu. Limbah ini berbau busuk yang sangat menyengat sehingga
mengganggu aktivitas masyarakat. Bau tersebut dihasilkan dari limbah yang
dibuang tanpa diolah atau ditampung pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) bau akan hilang atau berkurang. Namun kebanyakan pengusaha tahu
tidak memiliki IPAL karena biaya pembangunannya cukup mahal.
Instalasi pengolah air limbah yang ada di Kecamatan Tamanan adalah
potret daerah yang tidak sungguh-sungguh dalam melakukan pengendalian
pencemaran limbah tahu. Saluran pembuangan limbahnya belum layak di buang
ke sungai. Oleh karena limbah cair dari proses produksi tahu menimbulkan bau
yang sangat menyengat dan mengganggu masyarakat, sementara itu biaya bahan
bakar minyak semakin tinggi saja. Maka solusi yang menarik di tawarkan melalui
konsep yang sederhana yaitu pemanfaatan limbah yang sangat mengganggu
sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah.
Biogas merupakan gas yang diproduksi oleh bakteri dari limbah bahan
organik (seperti limbah cair tahu) dalam kondisi hampa udara (anaerobic
process). Proses ini berlangsung selama proses perombakan bahan organik (yang
berada dalam limbah organik) dari bentuk bahan organik yang kompleks menjadi
bentuk bahan organik yang lebih sederhana melalui suatu proses fermentasi dalam
kondisi anaerob (tanpa oksigen/hampa udara). Oleh sebab itu, untuk menjamin
keberhasilan dan efektivitas proses fermentasi maka tabung yang digunakan harus
dalam kondisi kedap udara.
Tujuan dan Manfaat
Dengan adanya pembuatan biogas ini akan teratasi masalah-masalah yang
sekiranya akan timbul. Seperti halnya akan adanya pencemaran air akibat saluran
limbah yang dibuang ke sungai, pencemaran udara akibat limbah yang berbau
menyengat, rusaknya ekosistem air akibat limbah yang beracun dan lain
6. 6
sebagainya. Apalagi bila saluran pembuang tersebut melintas perkampungan
warga perlu adanya penanaman kesadaran yang terus menerus lewat sosialisasi
program, sehingga mereka bisa sadar dan bisa menerima atas pembangunan
saluran limbah tersebut. Bagi pengusaha tahu, masyarakat dapat memanfaatkan
biogas sebagai bahan bakar untuk kompor masak dan sebagai penggorengan tahu.
GAGASAN
Kondisi Kekinian
Sebagaimana industri pengolahan lainnya, proses pembuatan tahu juga
menghasilkan limbah baik padat maupun cair. Limbah padat oleh masyarakat
setempat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak sapi. Limbah cair sering
dibuang langsung ke sungai setempat karena pemilik industri tahu kurang
memperhatikan sistem pembuangan limbah. Kondisi ini menyebabkan munculnya
masalah sosial di masyarakat. Bau limbah dari saluran pembuangan sangat
mengganggu lingkungan. Selain itu, limbah tahu menyebabkan dampak negatif
seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan
nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar.
Secara ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas
yang mudah terbakar (flamable). Gas ini dihasilkan dari proses fermentasi bahan-
bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa
udara). Umumnya, semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
biogas. Tetapi hanya bahan organik homogen, baik padat maupun cair yang cocok
untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut membusuk,
akan dihasilkan gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Tapi, hanya CH4
yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Umumnya kandungan metana dalam
reaktor sampah organik berbeda-beda. Secara umum rentang komposisi biogas
dinyatakan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Biogas
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0,3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0,1-0,5
Usaha Mengatasi Masalah Sebelum ini
Proses pembentukan biogas melalui pencernaan anaerobik merupakan
proses bertahap, dengan tiga tahap utama, yakni hidrolisis, asidogenesis, dan
metanogenesis. Tahap pertama adalah hidrolisis, dimana pada tahap ini bahan-
bahan organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi oleh
mikroorganisme hidrolitik menjadi senyawa terlarut seperti asam karboksilat,
asam keto, asam hidroksi, keton, alkohol, gula sederhana, asam-asam amino, H2
7. 7
dan CO2. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap asidogenesis, senyawa terlarut
tersebut diubah menjadi asam-asam lemak rantai pendek, yang umumnya asam
asetat dan asam format oleh mikroorganisme asidogenik. Tahap terakhir adalah
metanogenesis. Pada tahap ini asam-asam lemak rantai pendek diubah menjadi
H2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2,
kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu
metana (CH4) dan karbondioksida (CO2).
Pada dasarnya efisiensi produksi biogas sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor meliputi: suhu, derajat keasaman (pH), konsentrasi asam-asam lemak
volatil, nutrisi (terutama nisbah karbon dan nitrogen), zat racun, waktu retensi
hidrolik, kecepatan bahan organik, dan konsentrasi amonia. Dari berbagai
penelitian yang penulis peroleh, dapat dirangkum beberapa kondisi optimum
proses produksi biogas seperti disajikan pada tabel 2 (Hammad et al, 1999).
.
Tabel 2. Kondisi Optimum Produksi Biogas
Parameter Kondisi Optimum
Suhu
Derajat Keasaman
Nutrien Utama
Nisbah Karbon dan Nitrogen
Sulfida
Logam-logam Berat Terlarut
Sodium
Kalsium
Magnesium
Amonia
35oC
7 - 7,2
Karbon dan Nitrogen
20/1 sampai 30/1
< 200 mg/L
< 1 mg/L
< 5000 mg/L
< 2000 mg/L
< 1200 mg/L
< 1700 mg/L
Alat Pembangkit Biogas
Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu:
a. Tipe terapung (floating type)
Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur pencerna
dan di atasnya diletakkan drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk
menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan
menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah,
seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan di India, maka digester
ini disebut juga tipe India.
b. Tipe kubah tetap (fixed dome type)
Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah
kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti
rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola).
Tipe ini dikembangkan di China sehingga disebut juga tipe kubah atau tipe China.
8. 8
Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10
meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok.
Dalam skala laboratorium, penelitian di bidang biogas tidak
membutuhkan biaya yang besar tetapi harus ditunjang dengan peralatan yang
memadai. Perangkat utama yang digunakan terutama adalah tabung digester,
tabung penampung gas, pipa penyambung, katup, dan alat untuk identifikasi gas.
Untuk mengetahui terbentuk atau tidaknya biogas dari reaktor, salah satu uji
sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan uji nyala. Biogas dapat terbakar
apabila mengandung kadar metana minimal 57% yang menghasilkan api biru
(Hammad et al., 1999). Sedangkan menurut Hessami (1996), biogas dapat
terbakar dengan baik jika kandungan metana telah mencapai minimal 60%.
Pembakaran gas metana ini selanjutnya menghasilkan api biru dan tidak
mengeluarkan asap.
Keunggulan Gagasan
Biogas yang bebas pengotor (H2O, H2S, CO2, dan partikulat lainnya) dan
telah mencapai kualitas pipeline adalah setara dengan gas alam. Dalam bentuk ini,
gas tersebut dapat digunakan sama seperti penggunaan gas alam. Pemanfaatannya
pun telah layak sebagai bahan baku pembangkit listrik, pemanas ruangan, dan
pemanas air. Jika dikompresi, biogas dapat menggantikan gas alam terkompresi
yang digunakan pada kendaraan. Di Indonesia nilai potensial pemanfaatan biogas
ini akan terus meningkat karena adanya jumlah bahan baku biogas yang melimpah
dan rasio antara energi biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan. Nilai
kesetaraan biogas dengan sumber energi lain disajikan pada tabel 3 (Hammad et
al, 1999).
Tabel 3. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain
Bahan Bakar Jumlah
Biogas
Elpiji
Minyak tanah
Minyak solar
Bensin
Gas kota
Kayu bakar
1 m3
0,46 kg
0,62 liter
0,52 liter
0,80 liter
1,50 m3
3,50 kg
Biogas adalah gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yg ada
dalam limbah). Gas ini didapat dari proses perombakan limbah menjadi bahan
organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen. Proses ini populer dengan
nama anaerob. Selama proses fermentasi, biogas pun terbentuk. Dari fermentasi
ini, akan dihasilkan campuran biogas yang terdiri atas metana (CH4), karbon
dioksida, hidrogen, nitrogen dan gas lain seperti H2S. Selama proses itu, mikroba
9. 9
yang bekerja butuh makanan. Makanan tersebut mengandung karbohidrat, lemak,
protein, fosfor dan unsur-unsur mikro. Lewat siklus biokimia, nutrisi tadi akan
diuraikan. Dengan begitu, akan dihasilkan energi untuk tumbuh.
Implementasi Gagasan
Alat pembangkit biogas yang digunakan, yaitu tipe kubah tetap (fixed
dome type). Kami memilih alat pembangkit tipe kubah tetap (fixed dome type) ini
karena proses pembuatannya sederhana, cocok untuk pengusaha pabrik tahu skala
rumah tangga dan hemat biaya pembuatan. Tipe kubah adalah berupa digester
yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata,
pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur
seperti kubah bulatan setengah bola ( lihat Gambar.1). Terdapat dua macam tipe
ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar
60-180 meter kubik untuk kelompok.
Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut jenis
industrinya. Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan
padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah
sebanyak 3.000 - 5.000 liter. Maka kapasitas digester yang perlu dibuat sekitar
3.000 – 6000 liter.
Gambar 1. Tipe kubah tetap (fixed dome type)
Keterangan :
1. Pabrik tahu
2. Bak penampung
3. Tabung fermentasi
4. Biogas berada diatas
tabung
5. Bak limpahan
6. Bahan bakar kompor
7. lampu penerangan
Cara kerja
1. Pabrik tahu menghasilkan limbah
2. Bak penampung limbah cair dari pembuangan industri tahu, terjadi proses
hidrolisis
10. 10
3. Tabung fermentasi yang kedap udara pada bagian bawah berisi limbah cair
4. Biogas berkumpul pada bagian atas tabung
5. Bak limpahan dari tabung fermentasi, bila jumlah gas meningkat dan tidak
dimanfaatkan maka akan menekan cairan dari tabung fermentasi ke dalam
bak limpahan
6. Biogas dari hasil proses fermentasi selanjutnya dialirkan melalui pipa untuk
dijadikan bahan bakar kompor
7. Biogas juga dapat digunakan untuk bahan bakar lampu penerangan
8. Cairan yang tertampung dalam bak limpahan, bila dalam keadaan penuh akan
keluar melalui saluran pembuangan dan dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Analisis biaya
Biaya bahan bakar untuk penggorengan tahu (per hari):
Kayu bakar Rp 10.000
Minyak tanah Rp 6.000
Korek api Rp 1.000
Total Rp 17.000
Total (per tahun) Rp 17.000 x 365 = Rp 6.205.000
Biaya pembuatan alat pembangkit biogas:
Seng dengan tebal ± 5 mm Rp 2.000.000
Pipa dan biaya perakitan Rp 1.500.000
Total Rp 3.500.000
Jadi, modal hanya dalam jangka waktu enam bulan modal dapat kembali
dan penghematan biaya bahan bakar yang diperoleh mencapai dua kali lipat biaya
tanpa pengolahan biogas.
Temperatur operasi optimal untuk proses digester adalah 30-35o
C dimana
pertumbuhan bakteri dan produksi CH4 umumnya optimum. Namun begitu,
dengan rancangan tanpa memperhitungkan tahanan termal bahan dinding, akan
diperoleh temperatur digester sebesar 19-20o
C. Dengan kondisi ini, kemampuan
bakteri untuk mencerna bahan bio akan berkurang dua kali lipat.
Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan
ke kompor yang terletak di dapur. Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih
kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran
tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah
diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Untuk permulaan memang
diperlukan biaya untuk membangun pembangkit (digester) biogas yang relatif
besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat
dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun.
+
+
11. 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Langkah-langkah terwujudnya Gagasan
Biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut
menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi sisa hasil dari pengolahan
tahu (limbah) dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk
organik yang bermutu. Dengan demikian, pengusaha tahu dapat menggunakan
biogas sebagai bahan bakar mesin pengganti minyak tanah untuk keperluan
memproduksi tahu.
Prediksi Hasil atas Gagasan Baru
Untuk menuai hasil yang signifikan, memang diperlukan gerakan secara
massal, terarah, dan terencana meliputi pengembangan teknologi, penyuluhan, dan
pendampingan. Dalam jangka panjang, gerakan pengembangan biogas dapat
membantu penghematan sumber daya minyak bumi dan sumber daya kehutanan.
Mengenai pembiayaannya mungkin secara bertahap sebagian subsidi BBM
dialihkan untuk pembangunan unit-unit pembangkit biogas. Melalui jalan ini,
mungkin himbauan pemerintah mengajak masyarakat untuk bersama-sama
memecahkan masalah energi sebagian dapat direalisasikan. Masyarakat yang
menggunakan biogas tidak perlu melakukan pembelian bahan bakar karena sudah
terpenuhi kebutuhannya.
Biogas merupakan gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob. Selain limbah tahu,
biogas juga dapat dihasilkan dari kotoran-kotoran ternak bahkan dari tanaman saja
bisa dijadikan gas, seperti kandungan pada tamanan jarak.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Arends, BPM dan Berenschot. 1980. Motor Bensin. Jakarta: Erlangga.
Malevv, V.L. 1954. Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel. Jakarta: Erlangga.
Stoecker, W.F. dan Jones. 1982. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Jakarta: Erlangga.
Universitas Jember. 1998. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Badan Penerbit
Universitas Jember.