1. TEORI BIOLOGI KRIMINAL
Usaha untuk mencari sebab – sebab kejahatan dari ciri – ciri
biologis, dengan mendasar pada pendapat Aristoteles yang
menyatakan bahwa otak merupakan organ dari akal, maka
para ahli frenologi antara lain yaitu:
Franz Joseph Gall (1758 – 1828) dan Spurzheim (1776 –
1832) asistennya.
Teori tentang Gall dan Surzuheim yang mencari hubungan
antara bentuk tengkorak kepala dengan tingkah laku, hasil
penelitian tersebut menghasilkan dalil-dalil dasar yaitu:
1. Bentuk luar tengkorak kepala sesuai dengan apa yang
ada di dalamnya dan bentuk dari otak,
2. Akal terdiri atas kemampuan dan kecakapan,
3. Kemampuan dan kecakapan berhubungan dengan bentuk
otak dan tengkorak kepala.
TEORI-TEORI TENTANG SEBAB-SEBAB KEJAHATAN
2. • Cesare Lombroso (1835-1909)
Seorang dokter ahli kedokteran kehakiman merupakan tokoh
penting dalam mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri
fisik (biologis) penjahat dalam bukunya, L’uomo Delinguente
(1876), Lombrosso mengadakan penelitian mengenai penjahat
– penjahat yang terdapat di dalam rumah penjara dan terutama
mengenai tengkoraknya. Kesimpulan dari penelitian nya
adalah bahwa penjahat jika dipandang dari sudut antrophologi
mempunyai tanda- tanda tertentu. Tengkoraknya umpamanya
isinya kurang jika di bandingkan dengan orang lain, dan
terdapat kelainan- kelainan pada tengkoraknya.
Ajaran-ajaran yang dikemukakan Lombrosso adalah:
1. Penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat.
2. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran yaitu
diwariskan dari nenek moyang (born criminal).
3. Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri- ciri biologis
tertentu, seperti memiliki muka yang tidak simetris, bibir tebal
hidung pesek, dan lain-lain.
4. Bakat jahat tidak dapat di ubah, artinya bakat jahat tersebut
tidak dapat dipengaruhi.
3. • Enrico Ferri ( murid Lombrosso )
• Ferri berpendapat bahwa kejahatan dapat
dijelaskan melalui studi pengaruh pengaruh
interaktif diantara faktor fisik dan faktor sosial.
Dia juga berpendapat bahwa kejahatan dapat
dikontrol dengan perubahan sosial.
• Kejahatan = Individu + sosial + Fisik
• Kejahatan = Bakat + Lingkungan + lingkungan
4. • Ernst Kretchmer (1988-1964)
Ernst Kretchmer mengadakan penelitian terhadap 260
orang gila di swabia, sebuah kota di barat daya jerman.
Tujuannya untuk mencari hubungan antara tipe-tipe fisik
yang beraneka ragam dengan karakter dan mental yang
abnormal. Ia mendapatkan fakta, orang gila tersebut
memiliki tipe-tipe tubuh teretentu dari kecenderungan
fisik.dengan membedakan tipe dasar manusia dalam tiga
bentuk yaitu :
1. Tipe Lepsotome , yang mempunyai bentuk jasmani
tinggi, kurus dengan sifatnya pendiam dan dingin,
bersifat tertutup dan selalu menjaga jarak, biasanya
kejahatan pemalsuan.
2. Tipe Piknis, yang mempunyai bentuk tubuh pendek
kegemukan, dengan sifat ramah dan riang, biasanya
kejahatan penipuan dan pencurian.
3. Tipe Athletis, mempunyai bentuk tubuh dengan tulang
otot yang kuat, dada lebar, dagunya kuat dan rahang
menonjol. Sifatnya eksplosif dan agresif, biasanya
kejahatan kekerasan dan seks.
5. • TEORI Faktor Psikologis dan Psikiatris ( PSIKOLOGI KRIMINAL)
1. Psikoses
Terdiri dari psikoses organis dan psikoses fungsional.
a. Psikoses organis bentuk-bentuknya terdiri dari:
• Kelumpuhan umum dari otak yang ditandai dengan kemerosotan
yang terus menerus dari seluruh kepribadian. Pada tingkat
permulaan maka perbuatan pencurian secara terang- terangan.
• Traumatik psikoses yang diakibatkan oleh luka pada otak (gegar
otak), penderita mudah gugup dan cenderung melakukan kejahatan
kekerasan.
• Encephalis lethargic,biasanya diderita oleh anak- anak. Sering
melakukan tindakan yang anti sosial.
• Senile dementia, diderita pada umum oleh pria yang sudah lanjut
usia. Biasa melakukan tindakan pelanggaran seksual terhadap anak-
anak.
6. • • Puerperal insanity, penderitanya adalah wanita yang sedang
hamil. Kejahatan yang dilakukan biasanya aborsi.
• Epilepsy, bentuk psikoses yang susah dipahami karena bermacam-
macam
• Psikoses yang di akibatkan dari alkohol
tipe normal : kadang-kadang ex: Kekerasan ,balas dendam:
premium patologis : mental tidak stabil ex: Menjadi garang
Alkoholis kronis : peminum berat ex: Kurang waras, halusinasi
• b. Psikoses fungsional:
• Paranoid, penderitanya antara lain diliputi oleh khayalan. Ex:
dikejar-kejar, merasa hebat.
• Maniac depressive psikoses, penderitanya menunjukkan tanda-
tanda perubahan dari kegembiraan yang berlebihan ke kesedihan.
Ex: Bunuh diri, kekerasan, pemabukan
• Schizophrenia, pada penderitanya ada pribadi yang terpecah.
– Melarikan diri dari kenyataan fantasi, delusi, halusinasi.
7. • Neuroses
• Anxiety neuroes dan phobia
Keadaannya ditandai dengan ketakutan yang tidak
wajar dan berlebih- lebihan terhadap adanya bahaya
dari sesuatu atau pada sesuatu yang tidak ada sama
sekali. ( Phobia )
• Hysteria
Terdapat disosiasi antara dirinya dengan lingkungannya
dalam berbagai bentuk. Pada umumnya sangat
egosentris, emosional dan suka bohong. Penderitanya
umumnya Wanita
• Obsesional dan compulsive neuroses
Penderitanya memiliki keinginan atau ide- ide yang
tidak rasional dan tidak dapat ditahan. Ex :
kleptomania
8. • Cacat Mental
Cacat mental lebih ditekan kan pada kekurangan
intelegensia dari pada karakter atau
kepribadiannya, yaitu dilihat dari tinggi
rendahnya IQ dan tingkat kedewasaannya. Dalam
literature masih membedakan beberapa bentuk
seperti;
• Idiot : orang yang menunjukkan IQ yang
dibawah 25. dibawah 3 tahun
• Imbecile ; orang yang menunjukkan IQ nya
antara 25-50. 3-6 tahun
• Feeble-Minded : IQ antara 50-70. 6-10 tahun
9. • Hubungan antara Jenius dan Kejahatan
jenius= gila
jenius= anti sosial, individualistis
• Psikologi dari Penjahat yang Normal
patologi kriminal, penjahat yang tidak normal mentalnya. Aspek psikis dari
pelaku kejahatan.
kepribadian tidak dewasa, mudah frustasi dan agresif.
W.I Thomas frustasi akibat tidak terpenuhinya 4 kebutuhan pokok remaja
- rasa aman
- pengalaman baru, ingin tahu, petualangan, sensasi.
- ditanggapi pemenuhan orongan cinta, persahabatan
- pengakuan yang berupa status atau prestise
10. • TEORI SOSIOLOGI KRIMINAL
Dalam teori ini, mempelajari, meneliti, membahas
hubungan antara masyarakat dengan anggotanya antara
masyarakat dengan anggotanya, antara kelompok baik
karena hubungan tempat maupun etnis dengan
anggotanya, antara kelompok dengan kelompok, sepanjang
hubungan tersebut dapat menimbulkan kejahatan.
Secara umum, setiap masyarakat memiliki tipe kejahatan
dan penjahat sesuai dengan budayanya, moralnya,
kepercayaannya serta struktur-struktur yang ada. Dalam
mempelajari, meneliti tindak penyimpangan sosial
(kejahatan) melalui dua pendekatan :
11. • Melihat penyimpangan sebagai kenyataan obyektif.
Dalam pendekatan ini didasarkan pada gambar tentang
norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
dengan mendasarkan pada asumsi-asumsi tertentu.
Asumsi pertama, adanya konsensus tentang
nilai/norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga
dengan mendasarkan adanya consensus tersebut maka
secara relative mudah untuk mengidentifikasi pelaku
penyimpangan/ kejahatan. Pertanyaaan dasar yang
diajukan dalam pendekatan ini, meliputi :
a. Kondisi-kondisi sosio cultural apa yang dianggap
paling menghasilkan kejahatan.
b. Mengapa orang-orang tetap melakukan kejahatan
meski control diarahkan pada mereka?
c. Bagaimanakah control yang paling baik terhadap
pelaku kejahatan?
12. • Kekuatan pendekatan ini, adalah ketajaman dan
kesederhanaan dalam merumuskan pertanyaan-
pertanyaannya. Kelemahan pendekatan ini adalah
mengikuti asumsi-asumsi kunci tersebut, sebab pada
masyarakat majemuk/heterogen adalah :
a. Sulit sekali untuk begitu saja menyatakan adanya
konsensus yang didasarkan pada prinsip-prinsip adat
istiadat masyarakat luas terhadap suatu kasus tertentu.
b. Sulit mengidentifikasikan penjahat karena kesempatan
untuk memperoleh penemuan yang merupakan bagian dari
kurangnya kesepakatan atas norma-norma.
c. Kondisi penegakan hukum yang selektif merupakan
gambaran dari cara kerja penegak hukum, sehingga
kategori-kategori tertentu cenderung untuk diberi cap
sebagai penjahat dan dikenai sanksi. Konsekuensi dari
penjatuhan hukuman tidak dapat menjadi sederhana dan
seragam sebagaimana didalilkan.
13. • Penyimpangan sebagai problematik subyektif
Pendekatan ini, mempelajari dan meneliti pada
batasan sosial dari pelaku kejahatan, untuk mengetahui
bagaimana perspektif dari orang-orang yang
memberikan batasan kepada seseorang melakukan
penyimpangan sosial, sehingga berusaha untuk
menemukan:
a. Keadaan apa saja yang menyebabkan seseorang
dipandang sebagai penjahat?
b. Bagaimanakah orang memandang peranan sosial
tersebut?
c. Tindakan-tindakan apakah yang dilakukan orang-
orang lain berdasarkan redefenisi atas orang tersebut?
d. Nilai positif ataukah negatif yang mereka berikan
atas fakta-fakta penyimpangan?
14. • Manheim, membedakan teori-teori sosiologi kriminal ke dalam teori-teori
• Teori yang berorientasi pada kelas sosial, mencari sebab kejahatan dari ciri-
ciri kelas sosial, termasuk teori anomie dan teori sub-budaya delinkuen.
• Teori yang tidak berorientasi pada kelas sosial, tapi dari aspek yang lain
seperti lingkungannya, kependudukan, kemiskinan, dan sebagainya
termasuk, teori ekologis, teori faktor ekonomi dan teori differential
association.
1) Teori Ekologis
Teori ini mengadakan penelitian sebab-sebab kejahatan dari aspek baik
lingkungan manusia maupun sosial, seperti kepadatan penduduk, mobilitas
penduduk dan emigrasi, hubungan desa dan kota khususnya urbanisasi,
daerah kejahatan dan perumahan kumuh. ( slum area )
15. • Teori Konflik Kebudayaan
T.Sellin dalam buku Culture Conflict and Crime (1938)
bahwa semua konflik kebudayaan adalah konflik dalam nilai
sosial, kepentingan dari norma-norma. Konflik kadang-
kadang sebagai hasil sampingan dari proses perkembangan
kebudayaan dan peradaban. Konflik norma-norma tingkah
laku dapat timbul dalam berbagai cara seperti adanya
perbedaa-perbedaan dalam cara hidup dan nilai sosial yang
berlaku diantara kelompok-kelompok yang ada. Konflik
antara norma-norma dari aturan-aturan kultural yang
berbeda dapat terjadi antara lain : bertemunya dua budaya
besar, budaya besar menguasai budaya kecil, apabila
anggota dari suatu budaya pindah ke budaya lain.
16. • Teori Faktor Ekonomi
Kehidupan ekonomi merupakan hal yang fundamental bagi seluruh
struktur sosial dan cultural dan karenanya menentukan semua urusan
dalam struktur tersebut, pandangan kriminologi kuno, menyatakan
kejahatan sebagai akibat yang wajar dari kesengsaraan yang meluas,
sehingga mereka percaya bahwa dengan meningkatnya taraf hidup
masyarakat luas maka akan dapat mengurangi kejahatan, khususnya
kejahatan dalam bidang ekonomi. Dipengaruhi faktor ekologis dan kelas.
•
G. Von Mayr (1841 – 1925), telah melakukan penelitian mengenai
hubungan antara pencurian dengan harga gandum di bayern dan
menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara kenaikan harga gandum
dengan kejahatan hak milik, pengemisan dan emigrasi. “Objektive
Nahrungserchwerung” karena harga bahan pangan bertambah mahal.
•
W.A.Bonger, mengatakan, faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang
besar dalam timbulnya kejahatan dengan menambahkan apa yang
disebutnya subyektive nahrungschwering (pengangguran) sebagai hal yang
menentukan.
17. • Teori Differential Assosiaciation ( E Sutterland )
Teori ini berlandaskan pada proses belajar, yaitu
perilaku kejahatan adalah yang dipelajari. Untuk
beberapa kejadian memang benar, akan tetapi
tentunya tidak benar untuk semua kasus. Teori
Sutherland mendasarkan pada postulat bahwa
kejahatan berasal dari organisasi sosial dan
merupakan pernyataan dari organisasi tersebut.
Menurut Sutherland, perilaku kejahatan adalah
perilaku manusia yang sama dengan perilaku
manusia pada umumnya yang bukan kejahatan.
18. • teori yang berorientasi pada kelas sosial
Teori ini dipandang sebagai pendewasaan teori-teori sebelumnya
yang mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri yang terdapat
atau yang melekat pada orang atau pelakunya, teori klas mencari
diluar pelakunya khususnya pada struktur sosial yang ada.
• Robert Merton dikenal dengan teori anomie yang merupakan teori
kelas utama, sedangkan teori sub-budaya delinkuen merupakan
pengembangan dari teori anomie. Secara harfiah anomie berarti
tanpa norma. Merton berusaha untuk menunjukkan bahwa
beberapa struktur sosial dalam kenyataannya telah membuat oran-
orang tertentu dalam masyarakat untuk bertindak menyimpang
daripada mematuhi norma-norma sosial. Terdapat dua unsur
struktur sosial dan cultural yang dianggap penting untuk menyusun
teori tersebut.
1) Unsur struktur sosial, terdiri dari tujuan-tujuan dan kepentingan-
kepentingan yang sudah membudaya meliputi kerangka aspirasi
dasar manusia seperti dorongan hidup orisinal manusia
2) Struktur kultural terdiri dari aturan-aturan dan cara-cara kontrol
yang diterima untuk mencapai tujuan tersebut.
19. Teori Sub Budaya Delinkuen
• A.K Cohen buku Delinquent boys membahas kenakalan
remaja di Amerika.
perbedaan kelas antara anak-anak yang diperolehnya dari
keluarga
Teori “ Differential Opportunity System” delinkuen atau sub
kultur anak laki-laki kelas bawah di daerah kota besar.
Criminal sub culture, geng melakukan pencurian untuk
memperoleh uang
Conflict sub culture, geng mencari status dengan
menggunakan kekerasan
Retreatist sub culture, geng penarikan diri dari tujuan dan
peranan konvensional menggunakan narkotika
20. Kelompok Sebagai Faktor Kejahatan
• Keluarga Kelompok Primary grup.Broken home
• Sekolah
• Kelompok
Kerjasama antara dua atau lebih orang dalam melakukan
kejahatan, sama tuanya dengan kejahatan itu.
1- Kelompok orang-orang yang sesekali bersama-sama
melakukan kejahatan.
2- Kelompok Massa meskipun sesekali namun dalam jumlah
yang besar
3- Geng ( gang ) baik anak-anak muda maupun dewasa,
kejahatan terorganisir ( organized crime )
4- Korporasi, pada umumnya berupa kejahatan white-collar
21. Kriminologi Setelah Tahun
Enampuluhan
• Teori Labeling.
Para pakar memandang para kriminal bukan sebagai orang yang
bersifat yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan bersifat salah
tetapi merea adalah individu yang sebelumnya pernah berstatus
jahat sebagai pemberian system peradilan pidana maupun
masyarakat secara luas.
Teori Konflik.
menyoalkan mengenai proses pembuatan hukum itu sendiri
Sosiologi Hukum Pidana.