SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 9
PSYCHONEUROIMMUNOLOGY IN DERMATOLOGY

                                          Made Wardhana
                      Dept. of Dermato-Venereology, Udayana Medical Faculty/
                                  Sanglah Hospital, Denpasar, Bali.

ABSTRACT
Psychoneuroimmunology (PNI) is the study of interactions between psychological factors influence
immune function response, how a psychological stressor influence the changes immune responses and
their various manifestasion of the immune mediated disease including skin disease. The Psycho as a
psychological aspect, the Neuro as a central nervous system aspect and endocrine system, and the
Immunology reffers immune response against infection and antigens that enter the body.
       In general, psychological stressor will stimulate release of stress hormones such as
glococorticoids and cathecolamines (epinephrine and nor-epinephrine) and then will influence immune
response through many pathway. The first line, through hypothalamus-pituitary adrenal axis (HPA
axis) and release corticotropin-releasing hormone (CRH) by hypothalamus will stimulate production
and realese adenocorticotropine hormone (ACTH) by anterior pituitary gland, finally this hormone will
stimulate adrenal cortex to release glucocorticoid. Glucocorticoid is an important hormone as
immunosupressive effect. The second line, through sympathico-adrenal-medulla axis (SAM axis) will
stimulate release of cathecolamine from medulla adrenal and post synaptic sympathetic nerves.
Cathecolamine will affect supress of Th1 response and shift toward Th2 response, with result dominate
role of humoral immunity. The third line, through CRH-Mast Cell axis, CRH from hypothalamus will
binding to mast cell via CRHR1 receptors on mast cell surface, lead to degranulation of mast cell and
releasing histamine and other inflammation mediators. The other pathway, neuro peptide; substance P,
neuropeptide Y, have directly affect on immune cell.
        During last decade have been known that acute, and chronic stressor might supress cellular
immunity and generate humoral immunity. These finding can explain the important role of exacerbation
and progression of various skin diseases such as; atopic dermatitis, psoriasis, urticaria, herpes
simplex, systemic lupus, etc.

Key word: Psychoneuroimmunology, psychological stressor, immune response, skin disease.




PNI in Dermatologi                                                                                 1
PSIKONEUROIMUNOLOGI DI BIDANG DERMATOLOGI

                                       Made Wardhana
                     Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unud/
                                  RS Sanglah, Denpasar, Bali.


ABSTRAK
Psikoneuroimunologi (PNI) adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang mengkaji interaksi antara
faktor psikologis yang mempengaruhi sistem respon imun, bagaimana pengaruh stres psikologikal
dapat mempengaruhi perubahan respon imun dengan manifestasi berbagai penyakit yang dimediasi
oleh sistem imun. Psiko menunjukkan aspek psikologikan, Neuro merujuk aspek susunan saraf pusat
dan sistem endokrin, dan Immunologi merujuk pada sistem imun terhadap infeksi serta antigen dengan
berbagai konsekwensi klinisnya.
       Secara umum, stresor psikologis dapat memicu pelepasan hormon stres seperti glukokortikoid
dan katekolamin (epinefrin dan nor-epinefrin) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi respon imun
melalui beberapa jalur. Jalur pertama, melalui sumbu Hypothalamus-Pituitary-Adrenal(HPA), dengan
mensintesis corticotropin-releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus yang akan merangsang
pelepasan Adenocorticotropine hormone (ACTH) oleh hipofise anterior (pituitary), dan akhirnya
hormon ini akan menstimulasi pelepasan kortikosteroid oleh korteks adrenal. Kortikosteroid
merupakan hormon yang penting dalam menekan sistem imun. Jalur kedua, melalui sumbu simpatiko-
adrenal medularis (SAM), stresor psikologis akan merangsang sistem adrenergik di saraf pusat, serat
saraf pascasinaptik simpatis dan medula adrenal yang akan melepaskan katekolamin. Katekolamin
akan mempengaruhi keseimbangan sel Th1/Th2 terjadi pengalihan ke sel Th2 sehingga peran imunitas
humoral lebih dominan. Jalur ketiga melalui sumbu CRH-Sel Mast, CRH yang dilepas hipotalamus
dapat mempengaruhi sel Mast melalui reseptor CRHR1 di permukaan sel Mast, sehingga terjadi
degranulasi sel Mast dengan melepaskan histamin dan dan mediator peradangan lainnya. Jalur lain
ternyata neuropeptid seperti substance P dan neuropeptid Y mempunya efek langsung terhadap sel
imun.
     Selama dekade terakhir telah diketahui bahwa stresor psikologis yang akut maupun kronis dapat
menekan sistem imunitas seluler dan meningkatkan imunitas humoral, hal ini dapat menerangkan
kekambuhan atau bertambah beratnya beberapa penyakit kulit seperti dermatitis atopik, psoriasis,
urtikaria, sistemik lupus, herpes simpleks dan sebagainya.

Kata kunci : Psikoneuroimunologi, stresor psikhis, respon imun, penyakit kulit.




PNI in Dermatologi                                                                               2
PENDAHULUAN
Sejak dua dekade terakhir, telah diketahui bahwa sistem saraf dan sistem endokrin dapat
mengendalikan respon imun demikian juga sebaliknya, sistem imun dapat mempengaruhi
sistem saraf dan sistem endokrin. Hubungan timbal balik tersebut terlaksana karena antara
ketiga sistem besar tersebut memiliki sistem komunikasi berupa serabut saraf, neurokimia dan
citokin. Komunikasi tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh (homeostatis). Hal
ini dimungkinkan oleh karena organ pada sistem imun dipersarafi oleh ujung saraf otonom, sel-
sel imun mensintesis beberapa jenis neurotransmiter dan neuropeptid, demikian juga sel saraf
dapat memproduksi sitikin atau mediator yang lain. Mekanisme hubungan antara ke tiga sistem
tersebut sudah mulai banyak diteliti.1,2,3
        Seperti diketahui bahwa stresor, baik psikologis, fisik, biologis dan sosial akan
mempengaruhi sistem saraf dan sistem neuroendokrin yang pada akhirnya akan
membangkitkan respon sistem imun. Seperti juga organ lainnya, kulit juga dapat berfungsi
sebagai ekpresi keadaan mental dan stresor psikologis. Telah dikenal sejak lama bahwa
beberapa penyakit kulit dapat dicetuskan atau diperberat oleh stresor psikologis seperti;
dermatitis atopik, urtikaria kronis, psoriasis, akne vulgaris, alopesia, lupus sistemik dan
sebagainya. Penelitian tentang hubungan stresor psikologis dengan berbagai penyakit telah
banyak dilakukan.7,8
        Hubungan antara sistem saraf pusat (SSP) dan jaringan limfoid baik primer maupun
sekunder diperankan secara anatomis melalui serat saraf dan melalui neurokimiawi melalui
neurotransmiter dan neuropeptid. Hal ini dibuktikan bahwa organ limfoid primer seperti,
sumsum tulang, thymus dan kelenjar limfe di inervasi oleh serat saraf simpatetik. Demikian
juga sel limfoid diketahui mempunyai reseptor terhadap berbagai hormon dan neurotransmiter
yang dilepaskan oleh sel saraf dan kelenjar endokrin, sehingga peran sel limfoid dalam
perkembangannya dapat dipengaruhi oleh mediator dari sistem neuro-endokrin tersebut.8,9
        Studi yang mengkaji hubungan antara stresor, sistem neuro-endokrin dan sistem imun
dikenal dengan nama Psikoneuroimunologi (PNI). Ke tiga sistem besar dalam tubuh tersebut
saling mempengaruhi satu sama lain memalui berbagai cara, gangguan hubungan tersebut
dapat merupakan faktor risiko atau memperberat keadaan penyakit-penyakit tertentu.
Penelitian-penelitian tentang hubungan stresor psikologis dan beberapa penyakit kulit telah
banyak dilakukan, salah satu adalah Hans Selye seorang fisiologist pada tahun 1967, beliau
mengamati adanya respon hormonal yang berantai sebagai akibat stresor psikologis yang dapat
menimbulkan kekambuhan atau bertambah beratnya beberapa penyakit. Saat ini perkembangan
PNI sangat pesat, dan telah memberi sumbangan terhadap kasanah ilmu pengetahuan
kedokteran, dapat menerangkan patofisiologi berbagai penyakit yang sebelumnya belum jelas,
bahkan dengan kemajuan di bidang imunologi molekuler, PNI sudah sangat maju untuk
menuju suatu disiplin ilmu tersendiri.1
        Tulisan singkat ini akan membahas secara singkat peran PNI untuk dapat menerangkan
patofisiologi beberapa penyakit kulit yang sering dijumpai, terutama penyakit yang berbasis
respon imun dan hipersensitivitas.

PENGARUH HORMON STRES TERHADAP RESPON IMUN
Sejarah kajian yang membahas hubungan stres psikologis dengan kondisi fisik pertama kali
dilakukan oleh Ivan Petrovich Pavlov tahun 1890, dengan percobaan anjingnya, hanya
membunyikan lonceng saja sekresi asam lambung meningkat. Kemudian teori The fight-or-



PNI in Dermatologi                                                                          3
flight response, sebagai respon stres akut yang dijabarkan pertama kali oleh Walter Cannon
pada tahun 1927. Dengan semakin berkembangnya imunologi seorang fisiologist Dr. Hans
Selye, mulai melakukan kajian lebih mendalam yang menghubungkan stresor psikologis
dengan sistem imun dengan teori General Adaptation Syndrome. Pada tahun 1975 Robert Ader
and Nicholas Cohen dari University of Rochester telah melakukan eksplorasi terhadap
perubahan imunologis akibat stresor psikologis.
        Stimulus stresor psikologis yang diterima oleh korteks serebri akan akan diteruskan ke
mesensepalon, merespon sumbu utama yaitu sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) dan
sumbu simpatiko-adrenal-medula (SAM) untuk melepaskan hormon stres melalui berbagai
jalur yang akhirnya akan melepaskan beberapa hormon dan neurotransmiter penting yang
mempengaruhi sistem imun seperti, cathecolamine dari locus ceruleus-noradrenaline system,
corticotropin releasing hormone (CRH) dari hipothalamus, dan adenocorticotropin hormone
(ACTH) dari hipofise anterior yang akan mengaktivasi kelejar cortex adrenal, sebagai produk
akhir adalah glukokortikoid (GC). Dari locus ceruleus di batang otak, sistem saraf simpatetik
dan dari medula adrenal akan melepaskan katekolamin terutama noradrenalin dan norepinefrin.
Keratinosit dan kompartemen dermis erat sekali hubungannya dengan sistem saraf melalui
reseptor yang dijumpai di permukaan keratinosit maupun di dalam dermis, sehingga stresor
pisikologis akan mempengaruhi secara langsung patofisiologi kulit dan dapat sebagai faktor
pencetus dari bebagai penyakit kulit.10,11
        Stresor dapat memacu respon imun tubuh terhadap berbagai stimulus yang dapat
mengganggu kemampuan kompensatorik tubuh dalam upaya mempertahankan homeostatis.
Stresor tersebut dapat bersifat fisik, kimiawi, fisiologis, sosial maupun psikologis. Semua jenis
stresor telah diketahui dapat merangsang sistem tubuh untuk memproduksi hormon stres
seperti golongan glukokortikoid, epinefrin, norepinefrin, serotonin, dopamin, beta endorphin
dan sebagainya. Stresor psikologis dapat mempengaruhi respon imun melalui 4 jalur utama,
seperti dibawah ini.8,9,10
1. Sumbu Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA axis)
   Jalur pertama adalah aktivasi Hypothalamus-Pituitary-Adrenal Axis (sumbu HPA) melalui
   neuron dalam nukleus paravestibuler di hipothalamus akan menghasilkan corticotropin
   releasing hormone (CRH), hormon ini akan memacu hipofise anterior untuk melepaskan
   adreno-corticotropin hormone (ACTH) yang akan merangsang kelenjar korteks adrenal
   untuk melepaskan hormon glukokortikoid atau kortisol, hormon ini merupakan produk
   akhir dari sumbu HPA yang mempunyai peran biologis terhadap sistem imun seperti efek
   anti-inflamasi dan imunosupresif. Kortisol juga dapat mempengaruhi keseimbangan sel
   Th1/Th2, hal ini dimungkinkan karena pada permukaan limfosit ditemukan adanya reseptor
   untuk glukokortikoid. Stimulus yang akan diproses oleh korteks sereberum kemudian
   diteruskan ke hypothalamus melalui sistem limbik dengan memproduksi CRH. Hormon
   tersebut bertindak sebagai pembawa pesan yang dikirim ke kelenjar hipofise anterior untuk
   melepaskan ACTH. Seperti diketahui ACTH sebagai aktivator kelenjar korteks adrenal
   untuk memproduksi berbagai hormon. Karena pengaruh ACTH, korteks adrenal
   melepaskan hormon kortisol dan pada bagian medula dari kelenjar adrenal yang akan
   melepaskan katekolamin terutama epinefrin dan norepinefrin Seperti pada gambar 1.10,11




PNI in Dermatologi                                                                             4
Gambar 1.
              Stres dan CRH mempengaruhi ekspresi respon Th1 dan Th2 oleh
              Glukokortikoid dan katekolamin. Glukokortikoid menghambat IL-2, IF-
              dan IL-12, sedangkan catekolamin meningkatkan sistesis IL-10 (dikutip
              dari Webster EL, et al., 1998)

    Secara umum efek kortisol telah lama diketahui berperan dalam menekan reaksi radang dan
    sebagai imunosupresan. Kortisol memberikan efek yang berbeda terhadap Th1 dan Th2,
    sehingga terjadi perubahan keseimbangan Th1/Th2, hal ini terbukti pada percobaan
    manusia maupun hewan. Pada hewan coba yang diberikan stresor akan terjadi dominasi
    peran sel Th2 dengan dilepaskannya sitokin tipe 2 seperti, IL-4, IL-5 dan IL-6, interleukin
    ini sangat berperan dalam respon imun humoral. Buske-Kirschbaum, et al. (2002) telah
    melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa dermatitis atopik yang kronis terjadi
    penurunan respon sumbu HPA sehingga menurunnya kadar kortisol dalam sirkulasi.12
    Kortisol dapat menghambat sel Th2 secara langsung dengan peningkatan IL-4,10 Selain itu,
    kortisol juga mempunyai efek menghambat lekosit dari sirkulasi ke ekstraseluler,
    mengurangi akumulasi dari monosit dan granulosit pada tempat radang, menekan produksi
    dan kerja beberapa sitokin dan mediator radang.6,7
    Pengaruh kortisol terhadap sel imun dimungkinkan karena di permukaan sel imun seperti
    makrofag, sel natural killer dan sel Th memiliki reseptor terhadap glukokortikoid (GCR)
    yang bekerja di dalam sitoplasma dan mempengaruhi transkripsi sistesis DNA. Penelitian
    lain juga menyatakan bahwa stresor akut akan meningkatkan peran sel Th2, sedangkan
    stresor kronis akan meningkatkan fungsi sel Th1.7 Penurunan sistesis kortisol akan terjadi
    pergeseran peran dari Th1 ke arah Th2, hal ini dapat menerangkan berbagai penyakit


PNI in Dermatologi                                                                           5
kulit.12,13 Atas dasar mekanisme tersebut kortikosteroid digunakan sebagai terapi berbagai
    penyakit inflamasi dan juga sebagai imunosupresif baik secara sistemik maupun topikal.6,8
2. Sumbu Simpato-Adrenal-Medulary (SAM)
   Jalur ini dimulai dari rangsangan yang diterima di locus ceruleus adrenergic system dalam
   susunan saraf pusat dan di bagian medula kelenjar adrenal. Sistem terdiri dari sistem saraf
   parasimpatis, sistem saraf simpatis. Serat praganglion simpatis dan para simpatis
   melepaskan neurotransmiter yang sama yaitu asetilkholin (Ach), sedangkan ujung saraf
   pascaganglion simpatis melepaskan noradrenalin atau norepinefrin (NE). Selain disintesis
   oleh batang otak, norepinefrin disintesis oleh medula adrenal merupakan sistem saraf
   simpatik yang termodifikasi, dengan serabut praganglion menginervasi sel-sel kromafin
   dalam medula adrenal yang dapat menghasilkan hormon katekolamin terutama epinefrin
   dan norepinefrin. Peranan hormon ini telah diketahui secara luas dapat mempengaruhi
   organ viskeral melalui rangsangan reseptornya. Dikenal ada 2 jenis reseptor untuk hormon
   tersebut; reseptor adrenergik yang terdiri dari reseptor α 1, 2 dan reseptor β 1 dan 2.12,13
          Beberapa organ limfoid seperti monosit dan limfosit memiliki reseptor adrenergik di
   permukaannya, sehingga rangsangan terhadap reseptor tersebut oleh norepinefrin dapat
   mempengaruhi peran sel imun tersebut.7,8 Norepinefrin juga dapat meningkatkan produksi
   interleukin-6 (IL-6) dari sumber utamanya yaitu limfosit dan makrofag, sitokin ini berperan
   sebagai protein fase akut, juga sangat berperanan dalam pertumbuhan sel plasma untuk
   membentuk antibodi dan meningkatkan proliferasai sel Th2 karena adanya reseptor beta-
   adrenergik di permukaan sel Th yang kemudian akan berdiferensiasi menjadi sel Th2
   dengan memproduksi sitokin IL-4, IL-5 dan IL-10, yang sangat berperan dalam reaksi
   hipersensitifitas tipe I. Norepinefrin bekerja melalui reseptor alfa dan reseptor beta, dan
   mempunyai efek yang luas, termasuk terhadap sumbu HPA dan sistem imun. Corticotropin
   releasing hormone secara langsung dapat mempengaruhi sistesis norepinefrin melalui jalur
   paraventricular nucleus, dengan menstimuli sekresi IR-rCRH melalaui reseptor alfa di
   locus ceruleus batang otak.10,12
3. Sumbu CRH – Sel Mast
   Sel Mast adalah sel yang sangat penting dalam reaksi hipersensitivitas tipe I, karena dapat
   melepaskan berbagai mediator radang terutama histamin. Akibat adanya ikatan dengan
   antigen tertentu yang telah dikenalnya, akan terjadi proses biokomiawi yang panjang
   sehingga sel mast mengalami degranulasi dengan melepaskan mediatornya. Suatu hal yang
   perlu diperhatikan bahwa banyak faktor yang dapat mengakibatkan degranulasi sel mast,
   salah satu adalah faktor stresor psikologis. Hal ini dapat dimengerti karena di permukaan
   sel mast dijumpai adanya reseptor untuk corticotropin releasing hormone (CRHR-1),
   selain itu di permukaan sel Mast juga dijumpai reseptor beta-adrenergic, dan ujung saraf
   simpatetik dekat dengan sel-sel imunokompeten di kulit. Ini menunjukkan bahwa
   degranulasi sel mast dapat terjadi akibat adanya stimuli dari CRH langsung, dari
   norepinefrin maupun dari neuropetid terutama substance P (SP) dan neuropeptid Y. Selain
   itu efek SP dalam degranulasi sel mast dengan meningkatkan sensitivitas sel mast terhadap
   electrical field stimulation (EFS) sehingga terjadi pelepasan berbagai mediator sel mast
   dengan berbagai manifestasi klinis.11,12
4. Peran Neuropeptide
   Berbagai neuropeptid seperti, vasoactive intestinal peptide (VIP), substance P (SP),
   neuropeptid Y and somatostatin dijumpai dapat berikatan dengan sel-sel imun baik di


PNI in Dermatologi                                                                           6
mukosa maupun di kulit melalui reseptornya, terutama yang terdapat di permukaan sel
    mast, kelenjar sebaseus, dan di folikel rambut. Substance P dan peptid yang lain
    menstimuli degranulasi sel mast melalui kerja langsung terhadap peningkatan prekursor
    mediator radang yang dilepaskan oleh sel mast, dan juga melalui reseptor SP di permukaan
    sel mast. Neuropeptid sangat berperan dalam inflamasi neurogenik (neurogenic
    inflammation) oleh karena terjadi pelepasan neuropeptid pada nerve ending. Neuropeptid
    ini juga penting dalam imunitas mukosa dengan meregulasi proliferasi sel limfosit dan
    trafiking di dalam mukosa dan mensistesis IgA dan pelepasan histamin. Bukti terkini
    bahwa VIP memodulasi respon imun melalui cAMP, sedangkan SP meregulasi sistem
    imun melalui keterlibatannya dalam metabolisme fospolipid.9,12,13 Kini diketahui sel
    Langerhan juga memgekspresikan reseptor terhadap neuropeptid, dengan demikian
    neuropeptid sangat berperan dalam imunitas seluler maupun imunitas humoral.12,13

DERMATOSIS YANG BERBASIS PNI
Dari uraian di atas jelas tampak adanya hubungan antara neuro-endokrin dengan sistem imun,
sehingga sistem imun tidaklah suatu sistem otonom, banyak sistem yang mempengaruhinya.
Konstelasi yang rumit ini memungkinkan dipertahankannya homeostasis tubuh. Pada keadaan
tertentu, terjadi perubahan pada stress perception dan stress response akan menyebabkan
gangguan keseimbangan paradigma Th1/Th2 dan juga perubahan biokimiawi dari sel imun
lainnya sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah penyakit disbalance dari Th1/Th2, terjadi sekresi sitokin Th2 yang
predominan. Banyak penelitian menyatakan bahwa salah satu faktor endogen terjadinya
disbalance Th1/Th2 adalah perubahan respon dari sumbu HPA terhadap stres. Kortisol dapat
menekan pertumbuhan dan deferensiasi sel Th1, seperti kita ketahui sitokin yang diproduksi
oleh sel Th1 adalah IL-2, IFN- , TNF dll. Penelitian yang dilakukan oleh Wamboldt, et al
(2003), ternyata kadar kortisol pada pasien yang menderita penyakit atopik lebih rendah secara
bermakna dibandingkan dengan orang normal.12,14 Buske-Kirschbaum, et al. (2002) juga
memperoleh hasil bahwa pada orang atopik terjadi hiporesponsitivitas sumbu HPA sehingga
sistesis kortisol lebih rendah sedang norepinefrin meningkat secara bermakna.12
Ketidakseimbangan kedua hormon tersebut mengakibatkan perubahan fungsi sel Th1 dan sel
Th2, hal ini menyebabkan disregulasi sel Th1 dan sel Th2, yang didominasi oleh sel Th2
sehingga terjadi peningkatan IL-4 dan Ig E, yang pada akirnya akan terjadi meningkatnya
sensitivitas terhadap alergen.12,15 Demikian juga peran neuropeptid lainnya berperan dalam
mempertahankan barier kulit melalui aktivitas kelenjar sebaseous dan peran CRH yang
langsung menyebabkan degranulasi sel Mast.14

Psoriasis Vulgaris
Dari beberapa penelitian ternyata sekitar 30 % - 70 % pasien psoriasis berhubungan dengan
faktor stresor, dikatakan bahwa kadar katekolamin bebas dalam plasma khususnya norepinefrin
meningkat secara signifikan, sedangkan kortisol, epinefrin and dopamine peningkatannya tidak
signifikan. Ini menunjukan bahwa noerpinefrin sangat berperan dalam kekambuhan
psoriasis.2,15 Stresor psikologis juga meningkatkan sistesis nerve growth factor (NGF), sitokin
ini bersama substance P sangat berperan dalam proliferasi keratinosit, sehingga dapat memicu
kekambuhan psoriasis.2


PNI in Dermatologi                                                                           7
Akne Vulgaris
Ada hubungan erat antara stresor psikologis sebagai pencetus munculnya akne vulgaris. Suatu
penelitian yang peran hipothalamus yang melepaskan CRH. Kelenjar sebaseus pada kulit
memiliki reseptor CRH, sehingga CRH dapat merangsang pembetukan sebum hal ini sebagai
penyebab kekambuhan akne vulgaris. Penelitian terkini menyatakan bahwa kelenjar sebum
selain mengekspresikan reseptor untuk CRH, juga dijumpai reseptor terhadap melanocortins,
β-endorphin, vasoactive intestinal polypeptide (VIP), neuropeptide Y and calcitonin gene-
related peptide. Neuropeptid tersebut dapat menyebabkan peradangan neurogenik. Ikatan
antara neuropeptid tersebut dengan reseptornya akan meningkatkan produksi sitokin
proinflamasi sehingga menyebabkan proliferasi, diferensiasi dan lipogenesis pada sebosit.2,4

Urtikaria
Akhir-akhir ini telah diketahui bahwa neuropeptid Y dan substance P (SP) memegang peran
dalam terjadinya urtikaria, oleh karena ditemukannya reseptor untuk kedua neuropeptid
tersebut di permukaan sel mast. Stresor dapat meningkatkan ikatan langsung SP di permukaan
sel mast yang akan mengaktivasi granulasi sel mast untuk melepaskan mediatornya terutama
histamin dan bradikinin.2,4 Selain peran neuropeptid juga telah dibuktikan reseptor untuk CRH
di permukaan sel mast, sehingga rangsangan dari hipothalamus akibat stresor, CRH dapat
langsung menyebabkan degranulasi sel mast.9

Alopecia areata
Beberapa penelitian terkini mengungankapkan bahwa kebanyakan onset awal alopesia areata
disebabkan karena faktor stresor psikis, hal ini dapat dibuktikan dari suatu penelitian terhadap
178 pasien dengan alopecia areata yang diwawancarai ternyata serangan pertama terjadi akibat
stresor psikologis setidanknya selama 6 bulan terakhir. Keadaan ini dapat diterangkan bahwa
pada folikel rambut ditemukan adanya reseptor untuk CRH, dan reseptor dari beberapa
neuropeptid. Stresor dapat mengaktivasi sumbu HPA untuk meningkatkan sintesis CRH, yang
kemudian diikuti oleh produksi peptid derivat proopiomelanocortin yang dapat meninmbulkan
peradangan pada folikel rambut. Stres yang berkepanjangan juga dapat menginduksi serat
simpatetik untuk memproduksi neurotransmiter yang dapat menmbulkan peradangan
neurogenik pada folikel rambut, peradangan ini akan mempercepat siklus rambut ke fase
istirahat.2,4

Penuaan Dini
Telah diketahui secara umum bahwa stres psikologis akan mempercepat proses penuaan.
Secara molekuler telah diketahui bahwa stres akan memicu terbentuknya heat shock protein
(HSP) disebut juga stress protein dapat langsung mempengaruhi telomerase dan meningkatkan
radikal bebas, hal ini mengakibatkan percepatan proses penuaan.
Selain penyakit-penyakit diatas masih banyak penyakit kulit yang kekambuhannya dapat
dijelaskan melalui paradigma PNI seperti, pemfigus fulgaris, diskoid lupus dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
1.   Ader R, and Cohen N. 1995. Psychoneuroimmunology: Interaction between the nervous system and immune
     system. Lancet; 345: 99-102.
2.   Tausk, FA. 2001. Stress and Skin. Arch Dermatol;137: 78-82
3.   Asadi AK, and Usman A. 2001. The Role of Psychological Stress in Skin Disease. J of Cutaneous Med and
     Surgery. (online)




PNI in Dermatologi                                                                                      8
4.    Elenkov IJ, and Chrousos GP. 1999. Stress Hormones, Th1/Th2 patterns, pro/anti-inflamatory Cytokines and
      Susceptibility to Disease. TEM; 10/9: 359-368.
5.    Bilkis, MR. et al. 1998. Mind-Body Medicine: practical Application in Dermatology. Arch Dermatol;134:
      1437-1441
6.    Ader R. 2001. Psychoneuroimmunology. Current Direction in Psychological Science ; 10(3): 94- 98.
7.    Chrousos GP. 1995. The Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis and Immune-Mediated Inflammation. The
      NEJM ; 332: 1351-1362.
8.    O’Sullivan RL, et al. 1998. The Neuro-Immuno-Cutaneous-Endocrine Network : Relationship of Mind and
      Skin. Arch Dermatol ; 134: 1431-1435.
9.    Theoharides TC, et al. 1998. Corticotropin-Releasing Hormone Induce Skin Mast Cell Degranulation and
      Increased Vascular Permeability, A Possible Explanation for Its proinflamatory Effects. Endocrinology;139:
      403-413.
10.   Webster EL, et al. 1998. Corticotropin-Releasiong Hormone and Inflammation. Ann N.Y. Acad. Sci; 840:21-
      32.
11.   Dunn AJ. 2004. Brain Circuits Invoved in Corticotropin-Releasing Factor – Norepinephrine Interaction
      during Stress. Ann.N.Y. Acad.Sci ; 1018: 25-34.
12.   Buske-Kirschbaum A, et al. 2001. Altered Reactivity of the Hypothalamus-Pituitary-Adrenal Axis in Patients
      with Atopic Dermatitis : Pathologic Factor or Symptom? Annals New York Academy of Sciences : 747-754.
13.   Buske-Kirschbaum A, et al. 2003. Blunted Cortisol Responses to Psychosocial Stress in Asthmatic Children:
      A General Feature of Atopic Disease? Psychosomatic Medicine ; 65: 806-810.
14.   Lorenz D, et al. 1998. Mechanism of Peptid-induced Mast cell Degranulation. J Gen Physiol;112: 577-591
15.   Simonic, E et al. 2000 The influence of psychological factors on the development and course of psoriasis.
      Acta Dermatovenereologica




PNI in Dermatologi                                                                                            9

Mais conteúdo relacionado

Destaque

TelForceOne financial_results_1q2012
TelForceOne financial_results_1q2012TelForceOne financial_results_1q2012
TelForceOne financial_results_1q2012TFONE
 
Ney Matogrosso
Ney MatogrossoNey Matogrosso
Ney Matogrossocahmarion
 
EXPERIENCIA PEDAGOGICA "AYUDANTIA"
EXPERIENCIA  PEDAGOGICA "AYUDANTIA"EXPERIENCIA  PEDAGOGICA "AYUDANTIA"
EXPERIENCIA PEDAGOGICA "AYUDANTIA"jarlinsonmedina
 
МЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛА
МЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛАМЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛА
МЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛАCranberry_Katia
 
Mongo dbを使ってみる
Mongo dbを使ってみるMongo dbを使ってみる
Mongo dbを使ってみる池田 直哉
 
обратные операции
обратные операцииобратные операции
обратные операцииCranberry_Katia
 
Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...
Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...
Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...Kasper_WPS
 
кулакова ольга борисовна
кулакова ольга борисовнакулакова ольга борисовна
кулакова ольга борисовнаKulakovaOlga52
 
Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14
Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14
Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14NextEducation
 
الضوء ‫‬
الضوء ‫‬الضوء ‫‬
الضوء ‫‬adal03h
 
Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...
Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...
Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...Kasper_WPS
 
презентация юляк2
презентация юляк2презентация юляк2
презентация юляк2kamchadalka313
 
Futebol macho
Futebol machoFutebol macho
Futebol machojmeq
 

Destaque (20)

TelForceOne financial_results_1q2012
TelForceOne financial_results_1q2012TelForceOne financial_results_1q2012
TelForceOne financial_results_1q2012
 
Ney Matogrosso
Ney MatogrossoNey Matogrosso
Ney Matogrosso
 
EXPERIENCIA PEDAGOGICA "AYUDANTIA"
EXPERIENCIA  PEDAGOGICA "AYUDANTIA"EXPERIENCIA  PEDAGOGICA "AYUDANTIA"
EXPERIENCIA PEDAGOGICA "AYUDANTIA"
 
МЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛА
МЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛАМЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛА
МЕТОДИКА ВЫЧИСЛЕНИЯ ДОВЕРИТЕЛЬНОГО ИНТЕРВАЛА
 
Mongo dbを使ってみる
Mongo dbを使ってみるMongo dbを使ってみる
Mongo dbを使ってみる
 
Haciendo Números 09 10
Haciendo Números 09 10Haciendo Números 09 10
Haciendo Números 09 10
 
обратные операции
обратные операцииобратные операции
обратные операции
 
Cap 14
Cap 14Cap 14
Cap 14
 
Candidatos a al presidencia de la republica mexicana
Candidatos a al presidencia de la republica mexicanaCandidatos a al presidencia de la republica mexicana
Candidatos a al presidencia de la republica mexicana
 
всем здравствуйте!!!
всем здравствуйте!!!всем здравствуйте!!!
всем здравствуйте!!!
 
Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...
Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...
Занятие 4. Ответы детского стоматолога на вопросы, наиболее часто задаваемые ...
 
кулакова ольга борисовна
кулакова ольга борисовнакулакова ольга борисовна
кулакова ольга борисовна
 
Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14
Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14
Ne Brochure With Actual Flow Singlepage 2011 Ver14
 
Slide
SlideSlide
Slide
 
الضوء ‫‬
الضوء ‫‬الضوء ‫‬
الضوء ‫‬
 
Стимул
СтимулСтимул
Стимул
 
O skatista
O skatistaO skatista
O skatista
 
Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...
Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...
Занятие 1. Строение зубов. Развитие кариеса. Принципы и выбор средств гигиены...
 
презентация юляк2
презентация юляк2презентация юляк2
презентация юляк2
 
Futebol macho
Futebol machoFutebol macho
Futebol macho
 

Semelhante a Pni in dermato wa pub ok (20)

Penelitian psikoneuroimunologi
Penelitian psikoneuroimunologiPenelitian psikoneuroimunologi
Penelitian psikoneuroimunologi
 
Psikodermatologi
PsikodermatologiPsikodermatologi
Psikodermatologi
 
Antiinflamasi
AntiinflamasiAntiinflamasi
Antiinflamasi
 
SISTEM ENDOKRIN.pptx
SISTEM ENDOKRIN.pptxSISTEM ENDOKRIN.pptx
SISTEM ENDOKRIN.pptx
 
Modul pembelajaran ft nyeri
Modul pembelajaran ft nyeriModul pembelajaran ft nyeri
Modul pembelajaran ft nyeri
 
Stres psi da kajian pni wa ok
Stres psi da kajian pni wa okStres psi da kajian pni wa ok
Stres psi da kajian pni wa ok
 
SINYAL HORMON FARMASI UII
SINYAL HORMON FARMASI UIISINYAL HORMON FARMASI UII
SINYAL HORMON FARMASI UII
 
Makalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologiMakalah sistem endokrinologi
Makalah sistem endokrinologi
 
Sistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewanSistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewan
 
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologisKonsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
 
PPT EMOSI.pdf
PPT EMOSI.pdfPPT EMOSI.pdf
PPT EMOSI.pdf
 
Anfis endokrin
Anfis endokrinAnfis endokrin
Anfis endokrin
 
Iii. obat susunan saraf pusat
Iii. obat susunan saraf pusatIii. obat susunan saraf pusat
Iii. obat susunan saraf pusat
 
Depresi & mania AKPER PEMKAB MUNA
Depresi & mania AKPER PEMKAB MUNA Depresi & mania AKPER PEMKAB MUNA
Depresi & mania AKPER PEMKAB MUNA
 
Depresi & mania
Depresi & maniaDepresi & mania
Depresi & mania
 
Tinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofreniaTinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofrenia
 
Cytokines and depression translate (2)
Cytokines and depression translate (2)Cytokines and depression translate (2)
Cytokines and depression translate (2)
 
Ii. obat otonom
Ii. obat otonomIi. obat otonom
Ii. obat otonom
 
Sitokin merupakan peptida pengatur
Sitokin merupakan peptida pengaturSitokin merupakan peptida pengatur
Sitokin merupakan peptida pengatur
 
Pbl blok 6
Pbl blok 6Pbl blok 6
Pbl blok 6
 

Último

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 

Último (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 

Pni in dermato wa pub ok

  • 1. PSYCHONEUROIMMUNOLOGY IN DERMATOLOGY Made Wardhana Dept. of Dermato-Venereology, Udayana Medical Faculty/ Sanglah Hospital, Denpasar, Bali. ABSTRACT Psychoneuroimmunology (PNI) is the study of interactions between psychological factors influence immune function response, how a psychological stressor influence the changes immune responses and their various manifestasion of the immune mediated disease including skin disease. The Psycho as a psychological aspect, the Neuro as a central nervous system aspect and endocrine system, and the Immunology reffers immune response against infection and antigens that enter the body. In general, psychological stressor will stimulate release of stress hormones such as glococorticoids and cathecolamines (epinephrine and nor-epinephrine) and then will influence immune response through many pathway. The first line, through hypothalamus-pituitary adrenal axis (HPA axis) and release corticotropin-releasing hormone (CRH) by hypothalamus will stimulate production and realese adenocorticotropine hormone (ACTH) by anterior pituitary gland, finally this hormone will stimulate adrenal cortex to release glucocorticoid. Glucocorticoid is an important hormone as immunosupressive effect. The second line, through sympathico-adrenal-medulla axis (SAM axis) will stimulate release of cathecolamine from medulla adrenal and post synaptic sympathetic nerves. Cathecolamine will affect supress of Th1 response and shift toward Th2 response, with result dominate role of humoral immunity. The third line, through CRH-Mast Cell axis, CRH from hypothalamus will binding to mast cell via CRHR1 receptors on mast cell surface, lead to degranulation of mast cell and releasing histamine and other inflammation mediators. The other pathway, neuro peptide; substance P, neuropeptide Y, have directly affect on immune cell. During last decade have been known that acute, and chronic stressor might supress cellular immunity and generate humoral immunity. These finding can explain the important role of exacerbation and progression of various skin diseases such as; atopic dermatitis, psoriasis, urticaria, herpes simplex, systemic lupus, etc. Key word: Psychoneuroimmunology, psychological stressor, immune response, skin disease. PNI in Dermatologi 1
  • 2. PSIKONEUROIMUNOLOGI DI BIDANG DERMATOLOGI Made Wardhana Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unud/ RS Sanglah, Denpasar, Bali. ABSTRAK Psikoneuroimunologi (PNI) adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang mengkaji interaksi antara faktor psikologis yang mempengaruhi sistem respon imun, bagaimana pengaruh stres psikologikal dapat mempengaruhi perubahan respon imun dengan manifestasi berbagai penyakit yang dimediasi oleh sistem imun. Psiko menunjukkan aspek psikologikan, Neuro merujuk aspek susunan saraf pusat dan sistem endokrin, dan Immunologi merujuk pada sistem imun terhadap infeksi serta antigen dengan berbagai konsekwensi klinisnya. Secara umum, stresor psikologis dapat memicu pelepasan hormon stres seperti glukokortikoid dan katekolamin (epinefrin dan nor-epinefrin) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi respon imun melalui beberapa jalur. Jalur pertama, melalui sumbu Hypothalamus-Pituitary-Adrenal(HPA), dengan mensintesis corticotropin-releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus yang akan merangsang pelepasan Adenocorticotropine hormone (ACTH) oleh hipofise anterior (pituitary), dan akhirnya hormon ini akan menstimulasi pelepasan kortikosteroid oleh korteks adrenal. Kortikosteroid merupakan hormon yang penting dalam menekan sistem imun. Jalur kedua, melalui sumbu simpatiko- adrenal medularis (SAM), stresor psikologis akan merangsang sistem adrenergik di saraf pusat, serat saraf pascasinaptik simpatis dan medula adrenal yang akan melepaskan katekolamin. Katekolamin akan mempengaruhi keseimbangan sel Th1/Th2 terjadi pengalihan ke sel Th2 sehingga peran imunitas humoral lebih dominan. Jalur ketiga melalui sumbu CRH-Sel Mast, CRH yang dilepas hipotalamus dapat mempengaruhi sel Mast melalui reseptor CRHR1 di permukaan sel Mast, sehingga terjadi degranulasi sel Mast dengan melepaskan histamin dan dan mediator peradangan lainnya. Jalur lain ternyata neuropeptid seperti substance P dan neuropeptid Y mempunya efek langsung terhadap sel imun. Selama dekade terakhir telah diketahui bahwa stresor psikologis yang akut maupun kronis dapat menekan sistem imunitas seluler dan meningkatkan imunitas humoral, hal ini dapat menerangkan kekambuhan atau bertambah beratnya beberapa penyakit kulit seperti dermatitis atopik, psoriasis, urtikaria, sistemik lupus, herpes simpleks dan sebagainya. Kata kunci : Psikoneuroimunologi, stresor psikhis, respon imun, penyakit kulit. PNI in Dermatologi 2
  • 3. PENDAHULUAN Sejak dua dekade terakhir, telah diketahui bahwa sistem saraf dan sistem endokrin dapat mengendalikan respon imun demikian juga sebaliknya, sistem imun dapat mempengaruhi sistem saraf dan sistem endokrin. Hubungan timbal balik tersebut terlaksana karena antara ketiga sistem besar tersebut memiliki sistem komunikasi berupa serabut saraf, neurokimia dan citokin. Komunikasi tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh (homeostatis). Hal ini dimungkinkan oleh karena organ pada sistem imun dipersarafi oleh ujung saraf otonom, sel- sel imun mensintesis beberapa jenis neurotransmiter dan neuropeptid, demikian juga sel saraf dapat memproduksi sitikin atau mediator yang lain. Mekanisme hubungan antara ke tiga sistem tersebut sudah mulai banyak diteliti.1,2,3 Seperti diketahui bahwa stresor, baik psikologis, fisik, biologis dan sosial akan mempengaruhi sistem saraf dan sistem neuroendokrin yang pada akhirnya akan membangkitkan respon sistem imun. Seperti juga organ lainnya, kulit juga dapat berfungsi sebagai ekpresi keadaan mental dan stresor psikologis. Telah dikenal sejak lama bahwa beberapa penyakit kulit dapat dicetuskan atau diperberat oleh stresor psikologis seperti; dermatitis atopik, urtikaria kronis, psoriasis, akne vulgaris, alopesia, lupus sistemik dan sebagainya. Penelitian tentang hubungan stresor psikologis dengan berbagai penyakit telah banyak dilakukan.7,8 Hubungan antara sistem saraf pusat (SSP) dan jaringan limfoid baik primer maupun sekunder diperankan secara anatomis melalui serat saraf dan melalui neurokimiawi melalui neurotransmiter dan neuropeptid. Hal ini dibuktikan bahwa organ limfoid primer seperti, sumsum tulang, thymus dan kelenjar limfe di inervasi oleh serat saraf simpatetik. Demikian juga sel limfoid diketahui mempunyai reseptor terhadap berbagai hormon dan neurotransmiter yang dilepaskan oleh sel saraf dan kelenjar endokrin, sehingga peran sel limfoid dalam perkembangannya dapat dipengaruhi oleh mediator dari sistem neuro-endokrin tersebut.8,9 Studi yang mengkaji hubungan antara stresor, sistem neuro-endokrin dan sistem imun dikenal dengan nama Psikoneuroimunologi (PNI). Ke tiga sistem besar dalam tubuh tersebut saling mempengaruhi satu sama lain memalui berbagai cara, gangguan hubungan tersebut dapat merupakan faktor risiko atau memperberat keadaan penyakit-penyakit tertentu. Penelitian-penelitian tentang hubungan stresor psikologis dan beberapa penyakit kulit telah banyak dilakukan, salah satu adalah Hans Selye seorang fisiologist pada tahun 1967, beliau mengamati adanya respon hormonal yang berantai sebagai akibat stresor psikologis yang dapat menimbulkan kekambuhan atau bertambah beratnya beberapa penyakit. Saat ini perkembangan PNI sangat pesat, dan telah memberi sumbangan terhadap kasanah ilmu pengetahuan kedokteran, dapat menerangkan patofisiologi berbagai penyakit yang sebelumnya belum jelas, bahkan dengan kemajuan di bidang imunologi molekuler, PNI sudah sangat maju untuk menuju suatu disiplin ilmu tersendiri.1 Tulisan singkat ini akan membahas secara singkat peran PNI untuk dapat menerangkan patofisiologi beberapa penyakit kulit yang sering dijumpai, terutama penyakit yang berbasis respon imun dan hipersensitivitas. PENGARUH HORMON STRES TERHADAP RESPON IMUN Sejarah kajian yang membahas hubungan stres psikologis dengan kondisi fisik pertama kali dilakukan oleh Ivan Petrovich Pavlov tahun 1890, dengan percobaan anjingnya, hanya membunyikan lonceng saja sekresi asam lambung meningkat. Kemudian teori The fight-or- PNI in Dermatologi 3
  • 4. flight response, sebagai respon stres akut yang dijabarkan pertama kali oleh Walter Cannon pada tahun 1927. Dengan semakin berkembangnya imunologi seorang fisiologist Dr. Hans Selye, mulai melakukan kajian lebih mendalam yang menghubungkan stresor psikologis dengan sistem imun dengan teori General Adaptation Syndrome. Pada tahun 1975 Robert Ader and Nicholas Cohen dari University of Rochester telah melakukan eksplorasi terhadap perubahan imunologis akibat stresor psikologis. Stimulus stresor psikologis yang diterima oleh korteks serebri akan akan diteruskan ke mesensepalon, merespon sumbu utama yaitu sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) dan sumbu simpatiko-adrenal-medula (SAM) untuk melepaskan hormon stres melalui berbagai jalur yang akhirnya akan melepaskan beberapa hormon dan neurotransmiter penting yang mempengaruhi sistem imun seperti, cathecolamine dari locus ceruleus-noradrenaline system, corticotropin releasing hormone (CRH) dari hipothalamus, dan adenocorticotropin hormone (ACTH) dari hipofise anterior yang akan mengaktivasi kelejar cortex adrenal, sebagai produk akhir adalah glukokortikoid (GC). Dari locus ceruleus di batang otak, sistem saraf simpatetik dan dari medula adrenal akan melepaskan katekolamin terutama noradrenalin dan norepinefrin. Keratinosit dan kompartemen dermis erat sekali hubungannya dengan sistem saraf melalui reseptor yang dijumpai di permukaan keratinosit maupun di dalam dermis, sehingga stresor pisikologis akan mempengaruhi secara langsung patofisiologi kulit dan dapat sebagai faktor pencetus dari bebagai penyakit kulit.10,11 Stresor dapat memacu respon imun tubuh terhadap berbagai stimulus yang dapat mengganggu kemampuan kompensatorik tubuh dalam upaya mempertahankan homeostatis. Stresor tersebut dapat bersifat fisik, kimiawi, fisiologis, sosial maupun psikologis. Semua jenis stresor telah diketahui dapat merangsang sistem tubuh untuk memproduksi hormon stres seperti golongan glukokortikoid, epinefrin, norepinefrin, serotonin, dopamin, beta endorphin dan sebagainya. Stresor psikologis dapat mempengaruhi respon imun melalui 4 jalur utama, seperti dibawah ini.8,9,10 1. Sumbu Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA axis) Jalur pertama adalah aktivasi Hypothalamus-Pituitary-Adrenal Axis (sumbu HPA) melalui neuron dalam nukleus paravestibuler di hipothalamus akan menghasilkan corticotropin releasing hormone (CRH), hormon ini akan memacu hipofise anterior untuk melepaskan adreno-corticotropin hormone (ACTH) yang akan merangsang kelenjar korteks adrenal untuk melepaskan hormon glukokortikoid atau kortisol, hormon ini merupakan produk akhir dari sumbu HPA yang mempunyai peran biologis terhadap sistem imun seperti efek anti-inflamasi dan imunosupresif. Kortisol juga dapat mempengaruhi keseimbangan sel Th1/Th2, hal ini dimungkinkan karena pada permukaan limfosit ditemukan adanya reseptor untuk glukokortikoid. Stimulus yang akan diproses oleh korteks sereberum kemudian diteruskan ke hypothalamus melalui sistem limbik dengan memproduksi CRH. Hormon tersebut bertindak sebagai pembawa pesan yang dikirim ke kelenjar hipofise anterior untuk melepaskan ACTH. Seperti diketahui ACTH sebagai aktivator kelenjar korteks adrenal untuk memproduksi berbagai hormon. Karena pengaruh ACTH, korteks adrenal melepaskan hormon kortisol dan pada bagian medula dari kelenjar adrenal yang akan melepaskan katekolamin terutama epinefrin dan norepinefrin Seperti pada gambar 1.10,11 PNI in Dermatologi 4
  • 5. Gambar 1. Stres dan CRH mempengaruhi ekspresi respon Th1 dan Th2 oleh Glukokortikoid dan katekolamin. Glukokortikoid menghambat IL-2, IF- dan IL-12, sedangkan catekolamin meningkatkan sistesis IL-10 (dikutip dari Webster EL, et al., 1998) Secara umum efek kortisol telah lama diketahui berperan dalam menekan reaksi radang dan sebagai imunosupresan. Kortisol memberikan efek yang berbeda terhadap Th1 dan Th2, sehingga terjadi perubahan keseimbangan Th1/Th2, hal ini terbukti pada percobaan manusia maupun hewan. Pada hewan coba yang diberikan stresor akan terjadi dominasi peran sel Th2 dengan dilepaskannya sitokin tipe 2 seperti, IL-4, IL-5 dan IL-6, interleukin ini sangat berperan dalam respon imun humoral. Buske-Kirschbaum, et al. (2002) telah melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa dermatitis atopik yang kronis terjadi penurunan respon sumbu HPA sehingga menurunnya kadar kortisol dalam sirkulasi.12 Kortisol dapat menghambat sel Th2 secara langsung dengan peningkatan IL-4,10 Selain itu, kortisol juga mempunyai efek menghambat lekosit dari sirkulasi ke ekstraseluler, mengurangi akumulasi dari monosit dan granulosit pada tempat radang, menekan produksi dan kerja beberapa sitokin dan mediator radang.6,7 Pengaruh kortisol terhadap sel imun dimungkinkan karena di permukaan sel imun seperti makrofag, sel natural killer dan sel Th memiliki reseptor terhadap glukokortikoid (GCR) yang bekerja di dalam sitoplasma dan mempengaruhi transkripsi sistesis DNA. Penelitian lain juga menyatakan bahwa stresor akut akan meningkatkan peran sel Th2, sedangkan stresor kronis akan meningkatkan fungsi sel Th1.7 Penurunan sistesis kortisol akan terjadi pergeseran peran dari Th1 ke arah Th2, hal ini dapat menerangkan berbagai penyakit PNI in Dermatologi 5
  • 6. kulit.12,13 Atas dasar mekanisme tersebut kortikosteroid digunakan sebagai terapi berbagai penyakit inflamasi dan juga sebagai imunosupresif baik secara sistemik maupun topikal.6,8 2. Sumbu Simpato-Adrenal-Medulary (SAM) Jalur ini dimulai dari rangsangan yang diterima di locus ceruleus adrenergic system dalam susunan saraf pusat dan di bagian medula kelenjar adrenal. Sistem terdiri dari sistem saraf parasimpatis, sistem saraf simpatis. Serat praganglion simpatis dan para simpatis melepaskan neurotransmiter yang sama yaitu asetilkholin (Ach), sedangkan ujung saraf pascaganglion simpatis melepaskan noradrenalin atau norepinefrin (NE). Selain disintesis oleh batang otak, norepinefrin disintesis oleh medula adrenal merupakan sistem saraf simpatik yang termodifikasi, dengan serabut praganglion menginervasi sel-sel kromafin dalam medula adrenal yang dapat menghasilkan hormon katekolamin terutama epinefrin dan norepinefrin. Peranan hormon ini telah diketahui secara luas dapat mempengaruhi organ viskeral melalui rangsangan reseptornya. Dikenal ada 2 jenis reseptor untuk hormon tersebut; reseptor adrenergik yang terdiri dari reseptor α 1, 2 dan reseptor β 1 dan 2.12,13 Beberapa organ limfoid seperti monosit dan limfosit memiliki reseptor adrenergik di permukaannya, sehingga rangsangan terhadap reseptor tersebut oleh norepinefrin dapat mempengaruhi peran sel imun tersebut.7,8 Norepinefrin juga dapat meningkatkan produksi interleukin-6 (IL-6) dari sumber utamanya yaitu limfosit dan makrofag, sitokin ini berperan sebagai protein fase akut, juga sangat berperanan dalam pertumbuhan sel plasma untuk membentuk antibodi dan meningkatkan proliferasai sel Th2 karena adanya reseptor beta- adrenergik di permukaan sel Th yang kemudian akan berdiferensiasi menjadi sel Th2 dengan memproduksi sitokin IL-4, IL-5 dan IL-10, yang sangat berperan dalam reaksi hipersensitifitas tipe I. Norepinefrin bekerja melalui reseptor alfa dan reseptor beta, dan mempunyai efek yang luas, termasuk terhadap sumbu HPA dan sistem imun. Corticotropin releasing hormone secara langsung dapat mempengaruhi sistesis norepinefrin melalui jalur paraventricular nucleus, dengan menstimuli sekresi IR-rCRH melalaui reseptor alfa di locus ceruleus batang otak.10,12 3. Sumbu CRH – Sel Mast Sel Mast adalah sel yang sangat penting dalam reaksi hipersensitivitas tipe I, karena dapat melepaskan berbagai mediator radang terutama histamin. Akibat adanya ikatan dengan antigen tertentu yang telah dikenalnya, akan terjadi proses biokomiawi yang panjang sehingga sel mast mengalami degranulasi dengan melepaskan mediatornya. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa banyak faktor yang dapat mengakibatkan degranulasi sel mast, salah satu adalah faktor stresor psikologis. Hal ini dapat dimengerti karena di permukaan sel mast dijumpai adanya reseptor untuk corticotropin releasing hormone (CRHR-1), selain itu di permukaan sel Mast juga dijumpai reseptor beta-adrenergic, dan ujung saraf simpatetik dekat dengan sel-sel imunokompeten di kulit. Ini menunjukkan bahwa degranulasi sel mast dapat terjadi akibat adanya stimuli dari CRH langsung, dari norepinefrin maupun dari neuropetid terutama substance P (SP) dan neuropeptid Y. Selain itu efek SP dalam degranulasi sel mast dengan meningkatkan sensitivitas sel mast terhadap electrical field stimulation (EFS) sehingga terjadi pelepasan berbagai mediator sel mast dengan berbagai manifestasi klinis.11,12 4. Peran Neuropeptide Berbagai neuropeptid seperti, vasoactive intestinal peptide (VIP), substance P (SP), neuropeptid Y and somatostatin dijumpai dapat berikatan dengan sel-sel imun baik di PNI in Dermatologi 6
  • 7. mukosa maupun di kulit melalui reseptornya, terutama yang terdapat di permukaan sel mast, kelenjar sebaseus, dan di folikel rambut. Substance P dan peptid yang lain menstimuli degranulasi sel mast melalui kerja langsung terhadap peningkatan prekursor mediator radang yang dilepaskan oleh sel mast, dan juga melalui reseptor SP di permukaan sel mast. Neuropeptid sangat berperan dalam inflamasi neurogenik (neurogenic inflammation) oleh karena terjadi pelepasan neuropeptid pada nerve ending. Neuropeptid ini juga penting dalam imunitas mukosa dengan meregulasi proliferasi sel limfosit dan trafiking di dalam mukosa dan mensistesis IgA dan pelepasan histamin. Bukti terkini bahwa VIP memodulasi respon imun melalui cAMP, sedangkan SP meregulasi sistem imun melalui keterlibatannya dalam metabolisme fospolipid.9,12,13 Kini diketahui sel Langerhan juga memgekspresikan reseptor terhadap neuropeptid, dengan demikian neuropeptid sangat berperan dalam imunitas seluler maupun imunitas humoral.12,13 DERMATOSIS YANG BERBASIS PNI Dari uraian di atas jelas tampak adanya hubungan antara neuro-endokrin dengan sistem imun, sehingga sistem imun tidaklah suatu sistem otonom, banyak sistem yang mempengaruhinya. Konstelasi yang rumit ini memungkinkan dipertahankannya homeostasis tubuh. Pada keadaan tertentu, terjadi perubahan pada stress perception dan stress response akan menyebabkan gangguan keseimbangan paradigma Th1/Th2 dan juga perubahan biokimiawi dari sel imun lainnya sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi klinis. Dermatitis Atopik Dermatitis atopik adalah penyakit disbalance dari Th1/Th2, terjadi sekresi sitokin Th2 yang predominan. Banyak penelitian menyatakan bahwa salah satu faktor endogen terjadinya disbalance Th1/Th2 adalah perubahan respon dari sumbu HPA terhadap stres. Kortisol dapat menekan pertumbuhan dan deferensiasi sel Th1, seperti kita ketahui sitokin yang diproduksi oleh sel Th1 adalah IL-2, IFN- , TNF dll. Penelitian yang dilakukan oleh Wamboldt, et al (2003), ternyata kadar kortisol pada pasien yang menderita penyakit atopik lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan orang normal.12,14 Buske-Kirschbaum, et al. (2002) juga memperoleh hasil bahwa pada orang atopik terjadi hiporesponsitivitas sumbu HPA sehingga sistesis kortisol lebih rendah sedang norepinefrin meningkat secara bermakna.12 Ketidakseimbangan kedua hormon tersebut mengakibatkan perubahan fungsi sel Th1 dan sel Th2, hal ini menyebabkan disregulasi sel Th1 dan sel Th2, yang didominasi oleh sel Th2 sehingga terjadi peningkatan IL-4 dan Ig E, yang pada akirnya akan terjadi meningkatnya sensitivitas terhadap alergen.12,15 Demikian juga peran neuropeptid lainnya berperan dalam mempertahankan barier kulit melalui aktivitas kelenjar sebaseous dan peran CRH yang langsung menyebabkan degranulasi sel Mast.14 Psoriasis Vulgaris Dari beberapa penelitian ternyata sekitar 30 % - 70 % pasien psoriasis berhubungan dengan faktor stresor, dikatakan bahwa kadar katekolamin bebas dalam plasma khususnya norepinefrin meningkat secara signifikan, sedangkan kortisol, epinefrin and dopamine peningkatannya tidak signifikan. Ini menunjukan bahwa noerpinefrin sangat berperan dalam kekambuhan psoriasis.2,15 Stresor psikologis juga meningkatkan sistesis nerve growth factor (NGF), sitokin ini bersama substance P sangat berperan dalam proliferasi keratinosit, sehingga dapat memicu kekambuhan psoriasis.2 PNI in Dermatologi 7
  • 8. Akne Vulgaris Ada hubungan erat antara stresor psikologis sebagai pencetus munculnya akne vulgaris. Suatu penelitian yang peran hipothalamus yang melepaskan CRH. Kelenjar sebaseus pada kulit memiliki reseptor CRH, sehingga CRH dapat merangsang pembetukan sebum hal ini sebagai penyebab kekambuhan akne vulgaris. Penelitian terkini menyatakan bahwa kelenjar sebum selain mengekspresikan reseptor untuk CRH, juga dijumpai reseptor terhadap melanocortins, β-endorphin, vasoactive intestinal polypeptide (VIP), neuropeptide Y and calcitonin gene- related peptide. Neuropeptid tersebut dapat menyebabkan peradangan neurogenik. Ikatan antara neuropeptid tersebut dengan reseptornya akan meningkatkan produksi sitokin proinflamasi sehingga menyebabkan proliferasi, diferensiasi dan lipogenesis pada sebosit.2,4 Urtikaria Akhir-akhir ini telah diketahui bahwa neuropeptid Y dan substance P (SP) memegang peran dalam terjadinya urtikaria, oleh karena ditemukannya reseptor untuk kedua neuropeptid tersebut di permukaan sel mast. Stresor dapat meningkatkan ikatan langsung SP di permukaan sel mast yang akan mengaktivasi granulasi sel mast untuk melepaskan mediatornya terutama histamin dan bradikinin.2,4 Selain peran neuropeptid juga telah dibuktikan reseptor untuk CRH di permukaan sel mast, sehingga rangsangan dari hipothalamus akibat stresor, CRH dapat langsung menyebabkan degranulasi sel mast.9 Alopecia areata Beberapa penelitian terkini mengungankapkan bahwa kebanyakan onset awal alopesia areata disebabkan karena faktor stresor psikis, hal ini dapat dibuktikan dari suatu penelitian terhadap 178 pasien dengan alopecia areata yang diwawancarai ternyata serangan pertama terjadi akibat stresor psikologis setidanknya selama 6 bulan terakhir. Keadaan ini dapat diterangkan bahwa pada folikel rambut ditemukan adanya reseptor untuk CRH, dan reseptor dari beberapa neuropeptid. Stresor dapat mengaktivasi sumbu HPA untuk meningkatkan sintesis CRH, yang kemudian diikuti oleh produksi peptid derivat proopiomelanocortin yang dapat meninmbulkan peradangan pada folikel rambut. Stres yang berkepanjangan juga dapat menginduksi serat simpatetik untuk memproduksi neurotransmiter yang dapat menmbulkan peradangan neurogenik pada folikel rambut, peradangan ini akan mempercepat siklus rambut ke fase istirahat.2,4 Penuaan Dini Telah diketahui secara umum bahwa stres psikologis akan mempercepat proses penuaan. Secara molekuler telah diketahui bahwa stres akan memicu terbentuknya heat shock protein (HSP) disebut juga stress protein dapat langsung mempengaruhi telomerase dan meningkatkan radikal bebas, hal ini mengakibatkan percepatan proses penuaan. Selain penyakit-penyakit diatas masih banyak penyakit kulit yang kekambuhannya dapat dijelaskan melalui paradigma PNI seperti, pemfigus fulgaris, diskoid lupus dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA 1. Ader R, and Cohen N. 1995. Psychoneuroimmunology: Interaction between the nervous system and immune system. Lancet; 345: 99-102. 2. Tausk, FA. 2001. Stress and Skin. Arch Dermatol;137: 78-82 3. Asadi AK, and Usman A. 2001. The Role of Psychological Stress in Skin Disease. J of Cutaneous Med and Surgery. (online) PNI in Dermatologi 8
  • 9. 4. Elenkov IJ, and Chrousos GP. 1999. Stress Hormones, Th1/Th2 patterns, pro/anti-inflamatory Cytokines and Susceptibility to Disease. TEM; 10/9: 359-368. 5. Bilkis, MR. et al. 1998. Mind-Body Medicine: practical Application in Dermatology. Arch Dermatol;134: 1437-1441 6. Ader R. 2001. Psychoneuroimmunology. Current Direction in Psychological Science ; 10(3): 94- 98. 7. Chrousos GP. 1995. The Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis and Immune-Mediated Inflammation. The NEJM ; 332: 1351-1362. 8. O’Sullivan RL, et al. 1998. The Neuro-Immuno-Cutaneous-Endocrine Network : Relationship of Mind and Skin. Arch Dermatol ; 134: 1431-1435. 9. Theoharides TC, et al. 1998. Corticotropin-Releasing Hormone Induce Skin Mast Cell Degranulation and Increased Vascular Permeability, A Possible Explanation for Its proinflamatory Effects. Endocrinology;139: 403-413. 10. Webster EL, et al. 1998. Corticotropin-Releasiong Hormone and Inflammation. Ann N.Y. Acad. Sci; 840:21- 32. 11. Dunn AJ. 2004. Brain Circuits Invoved in Corticotropin-Releasing Factor – Norepinephrine Interaction during Stress. Ann.N.Y. Acad.Sci ; 1018: 25-34. 12. Buske-Kirschbaum A, et al. 2001. Altered Reactivity of the Hypothalamus-Pituitary-Adrenal Axis in Patients with Atopic Dermatitis : Pathologic Factor or Symptom? Annals New York Academy of Sciences : 747-754. 13. Buske-Kirschbaum A, et al. 2003. Blunted Cortisol Responses to Psychosocial Stress in Asthmatic Children: A General Feature of Atopic Disease? Psychosomatic Medicine ; 65: 806-810. 14. Lorenz D, et al. 1998. Mechanism of Peptid-induced Mast cell Degranulation. J Gen Physiol;112: 577-591 15. Simonic, E et al. 2000 The influence of psychological factors on the development and course of psoriasis. Acta Dermatovenereologica PNI in Dermatologi 9