SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
BAB 1
                               PENDAHULUAN




        Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menetapkan kode etik guru
pada 2013. Kode etik tersebut akan mengikat dan mempertegas guru sebagai
profesi. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB
PGRI) Sulistiyo mengatakan,kode etik ini akan berlaku seperti dokter yang
mempunyai satu naungan organisasi profesi yakni Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Sedangkan guru sesuai UU Guru dan Dosen No 14/2005 mempunyai PGRI untuk
membuat kode etik tersebut. Sulistiyo menjelaskan, kode etik tersebut akan
mengatur hubungan guru dan siswa,guru dan orang tua/wali murid,guru dan
masyarakat, guru dan sekolah dan rekan sejawat,profesi dan guru dengan
organisasi profesi,serta aturan antara guru dan pemerintah.
        Untuk kode etik guru dengan peserta didik, guru tidak membuka rahasia
siswanya. Sedangkan kode etik guru dengan orang tua seperti tidak boleh mencari
keuntungan pribadi dengan orang tua/wali.Selanjutnya kode etik dengan
masyarakat yaitu guru harus peka terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.
Sementara hubungannya dengan sekolah dan rekan sejawat yakni guru memiliki
beban moral untuk bekerja profesional dan tidak mengeluarkan penyataan keliru
terkait kualifikasi dan kompetensi sejawat.
        Sedangkan antara guru dan profesinya yakni guru tidak menerima janji,
pemberian dan pujian yang dapat memengaruhi profesinya. Sedangkan kode etik
guru dengan pemerintah seperti guru tidak akan menghindar dari kewajiban yang
dibebankan pemerintah untuk kemajuan pendidikan. Pada Januari 2013 kode etik
guru Indonesia segera diterapkan. Bersamaan dengan itu dibentuk dewan
kehormatan guru untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan
rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
guru.
        Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh
mengapresiasi dan mendukung kode etik guru. Dengan begitu, para guru akan
memiliki norma yang jelas dalam menjalankan semua tugas-tugasnya sebagai



                                         1
tenaga    pendidik.”Kode    etik   guru       itu   sangat   positif   dan   memang
diperlukan,”imbuhnya. Selain itu, Nuh juga mendorong upaya PGRI untuk
menjadi sebuah organisasi profesi. ”Kami mendukung dan kami akan bekerja
sama dengan PGRI,”kata dia. Anggota Komisi X DPR Raihan Iskandar
berpendapat, kode etik ini merupakan langkah yang bagus untuk merealisasikan
guru sebagai profesi sesuai UU Guru dan Dosen.Selain itu, kode etik ini juga akan
mempertegas batasan guru sebagai profesi dan aparatur negara yang mudah sekali
rancu apabila ada tugas yang tidak sesuai profesi yang dibebankan pemerintah.


A. Latar Belakang.

         Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) mulai diberlakukan Januari 2013.
KEGI sangat berkaitan dengan mutu guru dan mutu pendidikan di Indonesia.
Guru perlu ada kode etik yang menjadi rambu-rambu profesi sama halnya dengan
profesi lainnya seperti jurnalis atau dokter yang memiliki kode etik.

         Guru mempunyai kedudukan sebagai “Guru Sebagai Profesi”atau tenaga
profesional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga profesional, guru
dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Sebagai suatu profesi, guru memerlukan kode
etik.

         Kode Etik Guru Indonesia yang telah disepakati Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, memiliki relevansi, sesuai kompentensi pedagogik dan
profesional seorang guru karena di dalamnya juga mengatur hubungan antara
guru, peserta didik, orangtua, masyarakat, teman sejawat, serta organisasi profesi
lain maupun profesinya sendiri.

         Saat ini sudah dibentuk Dewan Kehormatan Guru di seluruh kabupaten
dan kota di Indonesia yang akan menerima laporan atas pelanggaran KEGI yang


                                          2
dilakukan guru. Untuk itu, semua guru tanpa kecuali harus mentaati kode etik ini
dan jika dalam melaksanakan profesinya terbukti menyalahi kode etik, maka akan
dijatuhi sanksi tegas sebagaimana diatur dalam Kode Etik Guru Indonesia.

Beberapa suplemen Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), diantaranya :

   semua pelanggaran guru yang berhubungan dengan profesi guru (di/dalam
   kelas, lingkungan sekolah, yang masih ada hubungan dengan/berkaitan dengan
   hubungan guru-murid – murid-guru, proses berlajar-mengajar, serta hal-hal
   yang bisa dikategorikan sebagaihubungan guru-nurid – murid-guru), maka
   harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI)
   perselisihan antara masyarakat dengan guru terkait profesi guru, maka harus
   dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI).
   jika kesalahan/pelanggaran yang dilakukan guru tak berhubungan dengan
   profesi guru, misalnya narkoba, pembunuhan, hingga teroris, atau pelanggaran
   hukum lainnya, maka polisi langsung memproses tanpa melewati DKGI;
   DKGI kabupaten – kota.
   Selanjutnya, DKGI menjalankan proses penegakan kode etik hingga tahap
   persidangan; hasil dari persidangan, bisa berujung pemberian sanksi, sanksi
   administrasi, kepegawaian, hukum pidana; masing-masing sanksi (kategori
   ringan, sedang, berat), ditetapkan berdasar keputusan DKGI.
   Jika putusan sidang di Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI )
   menjatuhkan vonis atau pun sanksi, yang nyata-nyata melanggar hukum (yang
   berlaku di NKRI), maka diserahkan ke pihak kepolisian; guru juga memiliki
   hak banding atas putusan tersebut.

       Dengan adanya Kode Etik Guru Indonesia, masyarakat tidak perlu merasa
khawatir lagi menjadi bola permainan beberapa guru seperti sering terjadi selama
ini. Meski pemerintah sudah mengeluarkan larangan bagi guru-guru untuk
berjualan buku kepada murid-muridnya, namun dengan berbagai dalih dan cara,
mereka tetap saja memaksa murid-murid membeli buku yang mereka tunjuk, yang
merupakan hasil kerjasamanya dengan penerbit tertentu. Murid tidak diberi
kesempatan untuk menggunakan buku lain, sehingga seolah ilmu dari buku



                                        3
tersebut saja yang paling bermutu. Dan untuk mempertahankan pangsa pasarnya
pada tahun berikutnya, maka buku-buku tersebut sudah tidak bisa dipakai oleh
kelas berikutnya.
       Model „pemerasan lainnya‟ guru membuka les privat bagi murid-
muridnya, meski hal ini juga sudah ada larangannya. Namun, karena para orang
tua takut kalau terjadi apa-apa pada anaknya jika tidak mengikuti les tersebut,
maka dengan terpaksa mengikutkan anaknya les tersebut.
       Disisi lain, Kode Etik Guru Indonesia ini memberi payung hukum bagi
guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga
masyarakat dan pihak-pihak lain tidak dapat semena-mena menghakimi guru jika
ada permasalahan yang menyangkut profesi guru.


B. Tujuan


Peenyusunan makalah ini bertujuan :

       Dapat mengetahui Penerapan Kode Etik pada Profesi Guru
       Mengetahui bagaimana profesionalisme seorang guru mentaati kode etik
       guru
C. Rumusan Masalah

       Apa arti kode etik guru yang sebenarnya
       Bagai mana menerapkan kode etik guru

D. Batasan masalah


Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada Penerapan Kode Etik pada Profesi
Guru




                                       4
BAB II
                PENERAPAN KODE ETIK PADA PROFESI


A. Pengertian Profesi
       Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh
nafkah yang dilakukan dengan suatu keah-lian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Menurut Dedi Supriadi 1999 profesi guru adalah orang suatu pelayanan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.
       Abin syamsudin 2000. Mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang
tidak dimiliki rang pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan
keguruan tingkat tinggi
       Galbreath, J. 1999 profesi guru adalah orang yang Bekerja atas panggilan
hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya
didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa
senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdakan anak didik.


B. Pengertian Profesional
       Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister
(1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan
teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan
profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan
yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
       Arifin   (2000)    mengemukakan      guru   Indonesia   yang   profesional
dipersyaratkan mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan
terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; (2)
penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka.



                                        5
Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta
riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat
Indonesia; (3) pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi
guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan
antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu
pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena
pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
       Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya
paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad
21 yaitu;

   1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
   2. Penguasaan ilmu yang kuat;
   3. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan
       teknologi; dan
   4. Pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut
       merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah
       dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru
       yang profesional.

C. Kode Etik Guru Indonesia

Kode etik
       Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.Tujuan
kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang
telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan
itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian
tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka



                                       6
profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.
       Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan
zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan
tuntutan zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak
sendiri), dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran kini sudah
dicantumkan.
       Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi
memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan,
pengacara, Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar
kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan
Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap
melanggar kode etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik
Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan.
        Kode etik adalah pernyataan cita-cita dan peraturan pelaksanaan pekerjaan
(yang membedakannya dari murni pribadi) yang merupakan panduan yang
dilaksanakan oleh anggota kelompok. Kode etik yang hidup dapat dikatakan sebagai
ciri utama keberadaan sebuah profesi.

       Sifat dan orientasi kode etik hendaknya singkat; sederhana, jelas dan
konsisten; masuk akal, dapat diterima, praktis dan dapat dilaksanakan; komprehensif
dan lengkap; dan positif dalam formulasinya. Orientasi kode etik hendaknya
ditujukan kepada rekan, profesi, badan, nasabah/pemakai, negara dan masyarakat.
Kode etik diciptakan untuk manfaat masyarakat dan bersifat di atas sifat ketamakan
penghasilan, kekuasaan dan status. Etika yang berhubungan dengan nasabah
hendaknya jelas menyatakan kesetiaan pada badan yang mempekerjakan
profesional.

       Kode etik sebagai bimbingan praktisi. Dan hendaknya diungkapkan
sedemikian rupa sehingga publik dapat memahami isi kode etik tersebut. Dengan
demikian masyarakat memahami fungsi kemasyarakatan dari profesi tersebut. Juga
sifat utama profesi perlu disusun terlebih dahulu sebelum membuat kode etik. Kode
etik hendaknya cocok untuk kerja keras




                                         7
Sebuah kode etik menunjukkan penerimaan profesi atas tanggung jawab dan
kepercayaan masyarakat yang telah memberikannya




Rumusan Kode Etik Guru Indonesia

       Kode Etik Guru Indonesia ini merupakan hasil rumusan Konferensi
Pusat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Meskipun banyak organisasi
profesi guru tetapi berdasarkan pengalaman pada banyak jenis profesi dan negara,
Kode Etik profesi sejenis bersifat tunggal.

       Ada 7 kode etik yang harus dipatuhi, yaitu yang mengatur hubungan guru
dengan peserta didik, orangtua/walimurid, masyarakat, sekolah dan rekan sejawat,
profesi, organisasi profesi dan pemerintah. Tiap-tiap pokok hubungan itu tertuang
dalam beberapa butir sebagai berikut:

1.   Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
     a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
        mengajar,    membimbing,        mengarahkan,   melatih,   menilai,   serta
        mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
     b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
        mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga
        sekolah, dan anggota masyarakat.
     c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
        individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
     d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan meng-gunakannya
        untuk kepentingan proses kependidikan.
     e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus
        berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
        sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajaryang efektif dan
        efisien bagi peserta didik.
     f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
        sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
        batas kaidah pendidikan.


                                          8
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gang-guan yang
          dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
     h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
          membantu     peserta   didik    dalam     mengembangkan   keselu-ruhan
          kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
     i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
          merendahkan martabat peserta didiknya.
     j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
          adil.
     k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
          kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
     l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
          perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
     m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
          didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
          menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
     n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-
          alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
          kesehatan, dan kemanusiaan.
     o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profe-sionalnya
          kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
          kebudayaan, moral, dan agama.
     p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
          dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
          pribadi.



2.   Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa:
     a.   Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
          dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
     b.   Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan
          objektif mengenai perkembangan peserta didik.
     c.   Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang


                                          9
bukan orangtua/walinya.
     d.   Guru    memotivasi     orangtua/wali   siswa   untuk   beradaptasi   dan
          berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan
     e.   Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
          kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
          umumnya.
     f.   Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
          denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak
          atau anak-anak akan pendidikan.
     g.   Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
          orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.



3.   Hubungan Guru dengan Masyarakat:
     a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan
          efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengem-bangkan
          pendidikan.
     b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan
          dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
     c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
     d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
          prestise dan martabat profesinya.
     e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
          masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
          kesejahteraan peserta didiknya.
     f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-
          nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
          masyarakat.
     g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya
          kepada masyarakat.
     h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan
          bermasyarakat.




                                            10
4.   Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat:
     a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
        sekolah.
     b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
        melaksanakan proses pendidikan.
     c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
     d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
     e. Guru menghormati rekan sejawat.
     f. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.
     g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
        kesejawatan dengan standardan kearifan profesional.
     h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan junior-nya untuk
        tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan
        dengan tuntutan profesionalitasnya.
     i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
        pendapat-pendapat     profesional     berkaitan    dengan       tugas-tugas
        pendidikan dan pembelajaran.
     j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
        dalam setiaptindakan profesional dengan sejawat.
     k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
        meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalan-kan
        tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
     l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
        kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
     m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan
        dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
     n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan penda-pat yang
        akan merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
     o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya
        atas dasar pendapat      siswa atau masyarakat         yang tidak dapat
        dipertanggungjawabkan kebenarannya.
     p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk



                                       11
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
     q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau
        tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.



5.   Hubungan Guru dengan Profesi:
     a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
     b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan
        dan bidang studi yang diajarkan.
     c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
     d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
        menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung jawab atas
        konsekuensinya.
     e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab,
        inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional
        lainnya.
     f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
        akan merendahkan martabat profesionalnya.
     g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
        mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
     h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
        tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di
        bidang pendidikan dan pembelajaran.



6.   Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya:
     a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara
        aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
        kependidikan.
     b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
        memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
     c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
        informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan



                                       12
masyarakat.
     d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
        menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas
        konsekuensinya.
     e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
        tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-
        tindakan profesional lainnya.
     f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
        dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
     g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
        memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
     h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
        profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.



7.   Hubungan Guru dengan Pemerintah:
     a. Guru    memiliki   komitmen       kuat   untuk   melaksanakan   program
        pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
        1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang
        Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
     b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
        yang berbudaya.
     c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa
        persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan berne-gara
        berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
     d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
        pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
        pembelajaran.
     e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
        berakibat pada kerugian negara.


D. Penerapan Kode Etik pada Profesi Guru




                                          13
Guru dalam menjalani profesinya sebagai guru perlu mematuhi dan
mempelajari Kode Etik Guru Indonesia.
       Etika Profesi Pendidikan, menunjukkan adanya hubungan antara profesi
dengan dunia pendidikan yang memerlukan adanya etika. Kata etika berasal dari
bahasa Yunani “ethos” bermakna adat kebiasaan, etika terkait dengan tingkah
laku manusia mana yang baik dan buruk sesuai dengan akal pikiran. Etika juga
lazim disebut “akhlaq” yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara
yang terpuji dan yang tercela. Sedangkan profesi merupakan kelompok lapangan
kerja khusus dan dalam melaksanakan kegiatan memerlukan ketrampilan dan
keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia.. Profesi hanya dapat dicapai
dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dan ruang lingkup yang luas,
mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta
adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota
yang menyandang profesi tersebut.
       Profesi mensyaratkan adanya pengetahuan formal, maka hal ini
menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia pendidikan. Lembaga
pendidikan ini merupakan lembaga yang mengembangkan dan meneruskan
pengetahuan profesional.
       Mencermati kode etik guru yang mengatur hubungan antara guru dan
murid, dapat kita lihat sebagai berikut :
Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
a.    Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
      mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi
      proses dan hasil pembelajaran.
b.    Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
      mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah,
      dan anggota masyarakat.
c.    Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
      individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d.    Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan meng-gunakannya
      untuk kepentingan proses kependidikan.
e.    Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus



                                            14
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah
     yang menyenangkan sebagai lingkungan belajaryang efektif dan efisien bagi
     peserta didik.
f.   Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
     sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
     batas kaidah pendidikan.
g.   Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gang-guan yang
     dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h.   Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
     membantu         peserta   didik   dalam           mengembangkan   keselu-ruhan
     kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
i.   Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
     merendahkan martabat peserta didiknya.
j.   Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
     adil.
k.   Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan
     dan hak-hak peserta didiknya.
l.   Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
     perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m.   Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
     didiknya    dari     kondisi-kondisi        yang   menghambat   proses   belajar,
     menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
n.   Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-
     alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
     kesehatan, dan kemanusiaan.
o.   Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
     kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
     kebudayaan, moral, dan agama.
p.   Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
     peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.




                                            15
Pengaturan mengenai hubungan guru- peserta didik (murid) dalam kode
etik guru adalah hal yang seharusnya dominan dan utama, karena sebenarnya kode
etik itu dibuat untuk memperjelas relasi guru-murid, sehingga tidak sampai terjadi
pelanggaran etika profesi guru. Tetapi bila kita mencermati bunyi kode etik di
atas, terasa belum jelas aturan mengenai relasi guru dengan murid. Banyak poin-
poin dalam kode etik itu yang tidak dapat terukur dengan jelas. Instrumen yang
digunakan untuk menilai pelaksanaan tiap butir kode etik guru itu juga masih
tidak jelas. Ketidakjelasan relasi guru dengan murid dan stakeholder lain itu akan
menyulitkan pelaksanaan UU Guru. Sebab, beberapa pasal RUU Guru, termasuk
dasar pemberian sanksi administratif, mengacu kode etik guru
          Bila rumusan kode etiknya tidak begitu jelas, bagaimana Dewan
Kehormatan Guru (Pasal 30–32 RUU Guru) dapat bekerja dengan baik, padahal
salah satu tugas Dewan Kehormatan Guru memberi saran dan pertimbangan
dalam rangka pelaksanaan tugas profesional dan Kode Etik Guru Indonesia.
   Berbeda misalnya kode etik yang menyangkut hubungan guru dengan murid
itu berbunyi:

          Guru tidak boleh memberi les privat kepada muridnya;
          Guru tidak boleh menjual buku pelajaran atau benda-benda lain kepada
          murid;
          Guru tidak boleh berpacaran dengan murid;
          Guru tidak boleh merokok di depan kelas/murid;
          Guru tidak boleh melakukan intimidasi, teror, dan tindak kekerasan
          kepada murid,
          Guru tidak boleh melakukan penistaan terhadap murid;
          Guru tidak boleh ber-HP ria di dalam kelas, dan sebagainya

          Yang menjadi masalah bagi kalangan pendidikan bukanlah belum adanya
kode etik guru, melainkan sudah sejauh mana guru-guru di negeri ini
mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan kode etik guru tersebut, baik
dalam mendidik anak bangsa ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga,
guru betul-betul menjadi suri teladan bagi seluruh komponen bangsa di mana pun
berada.


                                         16
Peranan tim asesor dalam menilai kinerja guru sangat menentukan
keberhasilan implementasi kode etik guru ini bagi pelaksanaan pembelajaran.
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk menjadi seorang tenaga
pendidik yang profesional tidaklah mudah, mereka harus benar-benar teruji dan
memenuhi persyaratan. Sebagai tenaga profesional, seharusnya setiap guru benar-
benar menghayati dan mengamalkan Kode Etik Guru Indonesia.



E. Kesimpulan


        Dengan adanya kode etik guru, maka akan ada majelis kehormatan yang
akan mengawal pelaksanaan kode etik tersebut. Jika ada guru yang melanggar
kode etiknya, maka dewan kehormatan ini yang akan memberi sangsi kepada guru
yang melanggar.
        Dari pihak guru sendiri, pengakuan bahwa pekerjaan guru merupakan
sebuah profesi akan memiliki beberapa arti. Pertama, dengan diakui sebagai
sebuah profesi tentu akan meningkatkan pendapatan mereka, sehingga mereka
tidak perlu mencari sumber penghasilan lain untuk menutupi kebutuhan hidup
keluarganya. Dengan demikian mereka lebih memiliki waktu dan biaya untuk
pengembangan keahliannya. Kedua, pengakuan tadi juga akan meningkatkan
prestise pekerjaan guru.


F. Saran
        Yang perlu diatur dalam kode etik guru adalah apa yang boleh dan tidak
boleh atau pantas dan tidak pantas dilakukan seorang guru. Indikator "boleh-tidak
boleh dan pantas-tidak pantas" suatu tindakan harus jelas agar memberi arah jelas
untuk bertindak atau menilai apakah seorang guru melanggar kode etik atau tidak.
Bila indikator "boleh-tidak boleh atau pantas-tidak pantas" itu tidak jelas, baik
bagi guru maupun orang lain, sulit untuk menilai apakah guru itu melanggar kode
etik atau tidak.




                                       17
DAFTAR PUSTAKA


Keneth AS , Jonas ES. 2007. Etika Profesi Kependidikan.             Yogyakarta:
         Universitas Sandha.

Supriadi, D. 1998. Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta: Depdikbud.
Surya, H.M. 1998. Organisasi dan Profesi. No. 7/1998. Hlm. 15-17.
http://makalahfrofesikependidikan.blogspot.com/2010/07/penerapan-kode-etik-
pada-profesi-guru.html
http://lenterakecil.com/kode-etik-guru-indonesia-kegi-2013/
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.




                                       18

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiaAnalisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiacandrajelek
 
ASESMEN PEMBELAJARAN
 ASESMEN PEMBELAJARAN ASESMEN PEMBELAJARAN
ASESMEN PEMBELAJARANwalya2
 
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah Dasar
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah DasarInstrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah Dasar
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah DasarRoHim MohaMad
 
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorSyaifOer
 
AKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdf
AKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdfAKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdf
AKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdfSriWahyuni909323
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikLSP3I
 
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di IndonesiaPermasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di Indonesiaeryeryey
 
Peran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen KelasPeran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen Kelasdewisetiyana52
 
Laporan umpan balik dari teman sejawat
Laporan umpan balik dari teman sejawatLaporan umpan balik dari teman sejawat
Laporan umpan balik dari teman sejawatsucimurni4
 
Program-Kerja-7-k-SD.docx
Program-Kerja-7-k-SD.docxProgram-Kerja-7-k-SD.docx
Program-Kerja-7-k-SD.docxNurulNisa26
 
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptxPPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptxCindyCencen
 
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar DewantaraFilsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar DewantaraIwan Syahril
 
Ppt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikanPpt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikanImaaELF
 
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptxaksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptxPurmeidiantopurmeidi
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloommasterkukuh
 

Mais procurados (20)

Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiaAnalisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
 
ASESMEN PEMBELAJARAN
 ASESMEN PEMBELAJARAN ASESMEN PEMBELAJARAN
ASESMEN PEMBELAJARAN
 
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah Dasar
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah DasarInstrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah Dasar
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah Dasar
 
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
 
AKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdf
AKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdfAKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdf
AKSI NYATA TOPIK 3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN SD ..pdf
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan Holistik
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di IndonesiaPermasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
 
Makalah guru profesional
Makalah guru profesionalMakalah guru profesional
Makalah guru profesional
 
Format RPP Kurikulum 2013
Format RPP Kurikulum 2013Format RPP Kurikulum 2013
Format RPP Kurikulum 2013
 
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesianEtika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
 
PPT AKSI NYATA.pptx
PPT AKSI NYATA.pptxPPT AKSI NYATA.pptx
PPT AKSI NYATA.pptx
 
Peran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen KelasPeran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen Kelas
 
Laporan umpan balik dari teman sejawat
Laporan umpan balik dari teman sejawatLaporan umpan balik dari teman sejawat
Laporan umpan balik dari teman sejawat
 
Program-Kerja-7-k-SD.docx
Program-Kerja-7-k-SD.docxProgram-Kerja-7-k-SD.docx
Program-Kerja-7-k-SD.docx
 
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptxPPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
 
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar DewantaraFilsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara
Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara
 
Ppt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikanPpt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikan
 
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptxaksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptx
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 

Destaque

Laboratorium fisika I
Laboratorium fisika ILaboratorium fisika I
Laboratorium fisika IFKIP UHO
 
KODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUKODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUsukrino
 
Profesi keguruan
Profesi keguruanProfesi keguruan
Profesi keguruanabeskey
 
Buku perawatan alat_lab_fisika
Buku perawatan alat_lab_fisikaBuku perawatan alat_lab_fisika
Buku perawatan alat_lab_fisikaRenol Doang
 
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesiaKode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesiaYokhebed Fransisca
 
Fasilitasi profesional-melalui-gugus-sd
Fasilitasi profesional-melalui-gugus-sdFasilitasi profesional-melalui-gugus-sd
Fasilitasi profesional-melalui-gugus-sddinochaa
 
10 budaya malu
10  budaya malu10  budaya malu
10 budaya maluDiky H
 
Penilaian kompetensi guru
Penilaian kompetensi guruPenilaian kompetensi guru
Penilaian kompetensi guruSani Assyifa
 
Kode Etik Guru
Kode Etik GuruKode Etik Guru
Kode Etik Guruiskawia
 
Makalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan ProfesionalMakalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan ProfesionalRirin Febriyanti
 
MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIK
MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIKMEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIK
MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIKRheenyazraeny JRs
 
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan NasionalUu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan NasionalSuprijanto Rijadi
 
Kumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaran
Kumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaranKumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaran
Kumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaranpikaosman
 

Destaque (13)

Laboratorium fisika I
Laboratorium fisika ILaboratorium fisika I
Laboratorium fisika I
 
KODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUKODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURU
 
Profesi keguruan
Profesi keguruanProfesi keguruan
Profesi keguruan
 
Buku perawatan alat_lab_fisika
Buku perawatan alat_lab_fisikaBuku perawatan alat_lab_fisika
Buku perawatan alat_lab_fisika
 
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesiaKode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
 
Fasilitasi profesional-melalui-gugus-sd
Fasilitasi profesional-melalui-gugus-sdFasilitasi profesional-melalui-gugus-sd
Fasilitasi profesional-melalui-gugus-sd
 
10 budaya malu
10  budaya malu10  budaya malu
10 budaya malu
 
Penilaian kompetensi guru
Penilaian kompetensi guruPenilaian kompetensi guru
Penilaian kompetensi guru
 
Kode Etik Guru
Kode Etik GuruKode Etik Guru
Kode Etik Guru
 
Makalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan ProfesionalMakalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan Profesional
 
MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIK
MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIKMEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIK
MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA TEKNIK
 
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan NasionalUu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
Uu No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional
 
Kumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaran
Kumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaranKumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaran
Kumpulan 4 strategi, pendekatan, kaedah & teknik pengajaran
 

Semelhante a Penerapan kode etik pada profesi guru

Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruSeptian Muna Barakati
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruWarnet Raha
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptx
Kode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptxKode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptx
Kode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptxSofyanHarun1
 
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfartikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfFransiskusWidarto2
 
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptxKode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptxDafrisolDafrisol
 
Pengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikanPengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikanronald valther
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifM Haris Wijaya
 
13. Perlindungan dan Penghargaan. .pptx
13. Perlindungan dan Penghargaan.  .pptx13. Perlindungan dan Penghargaan.  .pptx
13. Perlindungan dan Penghargaan. .pptxAnnisaZulyanAzzura
 
Strategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme BerkelanjutanStrategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme BerkelanjutanFitri Yusmaniah
 
56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdf
56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdf56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdf
56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdfsofwan18
 
Kode etik profesi guru
Kode etik profesi guruKode etik profesi guru
Kode etik profesi guruSuraya Atika
 

Semelhante a Penerapan kode etik pada profesi guru (20)

Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Kode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptx
Kode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptxKode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptx
Kode etik guru (PPT Komunikasi dan Etika Profesi).pptx
 
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfartikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
 
Makalah kode etik
Makalah kode etikMakalah kode etik
Makalah kode etik
 
Makalah kode etik guru
Makalah kode etik guruMakalah kode etik guru
Makalah kode etik guru
 
Karakteristik guru
Karakteristik guruKarakteristik guru
Karakteristik guru
 
Tugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestariTugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestari
 
Tugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestariTugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestari
 
Makalah umi syahda
Makalah umi syahdaMakalah umi syahda
Makalah umi syahda
 
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptxKode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
 
Pengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikanPengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikan
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
 
13. Perlindungan dan Penghargaan. .pptx
13. Perlindungan dan Penghargaan.  .pptx13. Perlindungan dan Penghargaan.  .pptx
13. Perlindungan dan Penghargaan. .pptx
 
Strategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme BerkelanjutanStrategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
 
Uas lpp
Uas lppUas lpp
Uas lpp
 
56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdf
56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdf56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdf
56486-dasar-dasar-pengembangan-profesi-guru-me-5d052e28.pdf
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
 
Kode etik profesi guru
Kode etik profesi guruKode etik profesi guru
Kode etik profesi guru
 

Mais de Lilis Setiyorini

Mais de Lilis Setiyorini (7)

Alat peraga Tiang Gradien
Alat peraga Tiang GradienAlat peraga Tiang Gradien
Alat peraga Tiang Gradien
 
Mengajar dengan hati
Mengajar dengan hatiMengajar dengan hati
Mengajar dengan hati
 
Tipuan mata
Tipuan mataTipuan mata
Tipuan mata
 
Contoh kajian kisi kisi un
Contoh kajian kisi kisi unContoh kajian kisi kisi un
Contoh kajian kisi kisi un
 
Merefleksi guru
Merefleksi guruMerefleksi guru
Merefleksi guru
 
Luas tabung
Luas tabungLuas tabung
Luas tabung
 
Problematika matematika
Problematika matematikaProblematika matematika
Problematika matematika
 

Penerapan kode etik pada profesi guru

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menetapkan kode etik guru pada 2013. Kode etik tersebut akan mengikat dan mempertegas guru sebagai profesi. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistiyo mengatakan,kode etik ini akan berlaku seperti dokter yang mempunyai satu naungan organisasi profesi yakni Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sedangkan guru sesuai UU Guru dan Dosen No 14/2005 mempunyai PGRI untuk membuat kode etik tersebut. Sulistiyo menjelaskan, kode etik tersebut akan mengatur hubungan guru dan siswa,guru dan orang tua/wali murid,guru dan masyarakat, guru dan sekolah dan rekan sejawat,profesi dan guru dengan organisasi profesi,serta aturan antara guru dan pemerintah. Untuk kode etik guru dengan peserta didik, guru tidak membuka rahasia siswanya. Sedangkan kode etik guru dengan orang tua seperti tidak boleh mencari keuntungan pribadi dengan orang tua/wali.Selanjutnya kode etik dengan masyarakat yaitu guru harus peka terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Sementara hubungannya dengan sekolah dan rekan sejawat yakni guru memiliki beban moral untuk bekerja profesional dan tidak mengeluarkan penyataan keliru terkait kualifikasi dan kompetensi sejawat. Sedangkan antara guru dan profesinya yakni guru tidak menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat memengaruhi profesinya. Sedangkan kode etik guru dengan pemerintah seperti guru tidak akan menghindar dari kewajiban yang dibebankan pemerintah untuk kemajuan pendidikan. Pada Januari 2013 kode etik guru Indonesia segera diterapkan. Bersamaan dengan itu dibentuk dewan kehormatan guru untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh guru. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengapresiasi dan mendukung kode etik guru. Dengan begitu, para guru akan memiliki norma yang jelas dalam menjalankan semua tugas-tugasnya sebagai 1
  • 2. tenaga pendidik.”Kode etik guru itu sangat positif dan memang diperlukan,”imbuhnya. Selain itu, Nuh juga mendorong upaya PGRI untuk menjadi sebuah organisasi profesi. ”Kami mendukung dan kami akan bekerja sama dengan PGRI,”kata dia. Anggota Komisi X DPR Raihan Iskandar berpendapat, kode etik ini merupakan langkah yang bagus untuk merealisasikan guru sebagai profesi sesuai UU Guru dan Dosen.Selain itu, kode etik ini juga akan mempertegas batasan guru sebagai profesi dan aparatur negara yang mudah sekali rancu apabila ada tugas yang tidak sesuai profesi yang dibebankan pemerintah. A. Latar Belakang. Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) mulai diberlakukan Januari 2013. KEGI sangat berkaitan dengan mutu guru dan mutu pendidikan di Indonesia. Guru perlu ada kode etik yang menjadi rambu-rambu profesi sama halnya dengan profesi lainnya seperti jurnalis atau dokter yang memiliki kode etik. Guru mempunyai kedudukan sebagai “Guru Sebagai Profesi”atau tenaga profesional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sebagai suatu profesi, guru memerlukan kode etik. Kode Etik Guru Indonesia yang telah disepakati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki relevansi, sesuai kompentensi pedagogik dan profesional seorang guru karena di dalamnya juga mengatur hubungan antara guru, peserta didik, orangtua, masyarakat, teman sejawat, serta organisasi profesi lain maupun profesinya sendiri. Saat ini sudah dibentuk Dewan Kehormatan Guru di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia yang akan menerima laporan atas pelanggaran KEGI yang 2
  • 3. dilakukan guru. Untuk itu, semua guru tanpa kecuali harus mentaati kode etik ini dan jika dalam melaksanakan profesinya terbukti menyalahi kode etik, maka akan dijatuhi sanksi tegas sebagaimana diatur dalam Kode Etik Guru Indonesia. Beberapa suplemen Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), diantaranya : semua pelanggaran guru yang berhubungan dengan profesi guru (di/dalam kelas, lingkungan sekolah, yang masih ada hubungan dengan/berkaitan dengan hubungan guru-murid – murid-guru, proses berlajar-mengajar, serta hal-hal yang bisa dikategorikan sebagaihubungan guru-nurid – murid-guru), maka harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) perselisihan antara masyarakat dengan guru terkait profesi guru, maka harus dilaporkan ke ke/pada Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). jika kesalahan/pelanggaran yang dilakukan guru tak berhubungan dengan profesi guru, misalnya narkoba, pembunuhan, hingga teroris, atau pelanggaran hukum lainnya, maka polisi langsung memproses tanpa melewati DKGI; DKGI kabupaten – kota. Selanjutnya, DKGI menjalankan proses penegakan kode etik hingga tahap persidangan; hasil dari persidangan, bisa berujung pemberian sanksi, sanksi administrasi, kepegawaian, hukum pidana; masing-masing sanksi (kategori ringan, sedang, berat), ditetapkan berdasar keputusan DKGI. Jika putusan sidang di Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI ) menjatuhkan vonis atau pun sanksi, yang nyata-nyata melanggar hukum (yang berlaku di NKRI), maka diserahkan ke pihak kepolisian; guru juga memiliki hak banding atas putusan tersebut. Dengan adanya Kode Etik Guru Indonesia, masyarakat tidak perlu merasa khawatir lagi menjadi bola permainan beberapa guru seperti sering terjadi selama ini. Meski pemerintah sudah mengeluarkan larangan bagi guru-guru untuk berjualan buku kepada murid-muridnya, namun dengan berbagai dalih dan cara, mereka tetap saja memaksa murid-murid membeli buku yang mereka tunjuk, yang merupakan hasil kerjasamanya dengan penerbit tertentu. Murid tidak diberi kesempatan untuk menggunakan buku lain, sehingga seolah ilmu dari buku 3
  • 4. tersebut saja yang paling bermutu. Dan untuk mempertahankan pangsa pasarnya pada tahun berikutnya, maka buku-buku tersebut sudah tidak bisa dipakai oleh kelas berikutnya. Model „pemerasan lainnya‟ guru membuka les privat bagi murid- muridnya, meski hal ini juga sudah ada larangannya. Namun, karena para orang tua takut kalau terjadi apa-apa pada anaknya jika tidak mengikuti les tersebut, maka dengan terpaksa mengikutkan anaknya les tersebut. Disisi lain, Kode Etik Guru Indonesia ini memberi payung hukum bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga masyarakat dan pihak-pihak lain tidak dapat semena-mena menghakimi guru jika ada permasalahan yang menyangkut profesi guru. B. Tujuan Peenyusunan makalah ini bertujuan : Dapat mengetahui Penerapan Kode Etik pada Profesi Guru Mengetahui bagaimana profesionalisme seorang guru mentaati kode etik guru C. Rumusan Masalah Apa arti kode etik guru yang sebenarnya Bagai mana menerapkan kode etik guru D. Batasan masalah Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada Penerapan Kode Etik pada Profesi Guru 4
  • 5. BAB II PENERAPAN KODE ETIK PADA PROFESI A. Pengertian Profesi Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keah-lian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Menurut Dedi Supriadi 1999 profesi guru adalah orang suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Abin syamsudin 2000. Mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki rang pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan tingkat tinggi Galbreath, J. 1999 profesi guru adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdakan anak didik. B. Pengertian Profesional Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; (2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. 5
  • 6. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia; (3) pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; 1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; 2. Penguasaan ilmu yang kuat; 3. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan 4. Pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. C. Kode Etik Guru Indonesia Kode etik Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka 6
  • 7. profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri. Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran kini sudah dicantumkan. Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan, pengacara, Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan. Kode etik adalah pernyataan cita-cita dan peraturan pelaksanaan pekerjaan (yang membedakannya dari murni pribadi) yang merupakan panduan yang dilaksanakan oleh anggota kelompok. Kode etik yang hidup dapat dikatakan sebagai ciri utama keberadaan sebuah profesi. Sifat dan orientasi kode etik hendaknya singkat; sederhana, jelas dan konsisten; masuk akal, dapat diterima, praktis dan dapat dilaksanakan; komprehensif dan lengkap; dan positif dalam formulasinya. Orientasi kode etik hendaknya ditujukan kepada rekan, profesi, badan, nasabah/pemakai, negara dan masyarakat. Kode etik diciptakan untuk manfaat masyarakat dan bersifat di atas sifat ketamakan penghasilan, kekuasaan dan status. Etika yang berhubungan dengan nasabah hendaknya jelas menyatakan kesetiaan pada badan yang mempekerjakan profesional. Kode etik sebagai bimbingan praktisi. Dan hendaknya diungkapkan sedemikian rupa sehingga publik dapat memahami isi kode etik tersebut. Dengan demikian masyarakat memahami fungsi kemasyarakatan dari profesi tersebut. Juga sifat utama profesi perlu disusun terlebih dahulu sebelum membuat kode etik. Kode etik hendaknya cocok untuk kerja keras 7
  • 8. Sebuah kode etik menunjukkan penerimaan profesi atas tanggung jawab dan kepercayaan masyarakat yang telah memberikannya Rumusan Kode Etik Guru Indonesia Kode Etik Guru Indonesia ini merupakan hasil rumusan Konferensi Pusat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Meskipun banyak organisasi profesi guru tetapi berdasarkan pengalaman pada banyak jenis profesi dan negara, Kode Etik profesi sejenis bersifat tunggal. Ada 7 kode etik yang harus dipatuhi, yaitu yang mengatur hubungan guru dengan peserta didik, orangtua/walimurid, masyarakat, sekolah dan rekan sejawat, profesi, organisasi profesi dan pemerintah. Tiap-tiap pokok hubungan itu tertuang dalam beberapa butir sebagai berikut: 1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik: a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat. c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran. d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan meng-gunakannya untuk kepentingan proses kependidikan. e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajaryang efektif dan efisien bagi peserta didik. f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan. 8
  • 9. g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gang-guan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik. h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keselu-ruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya. i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya. j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil. k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya. l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan. n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan- alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan. o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profe-sionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama. p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa: a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan. b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik. c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang 9
  • 10. bukan orangtua/walinya. d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya. f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan. g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 3. Hubungan Guru dengan Masyarakat: a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengem-bangkan pendidikan. b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya. e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya. f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai- nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat. g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat. h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat. 10
  • 11. 4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat: a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah. b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan. c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif. d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah. e. Guru menghormati rekan sejawat. f. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat. g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standardan kearifan profesional. h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan junior-nya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya. i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran. j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiaptindakan profesional dengan sejawat. k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalan-kan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran. l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya. m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat. n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan penda-pat yang akan merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya. o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk 11
  • 12. pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum. q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat. 5. Hubungan Guru dengan Profesi: a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan. c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya. d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya. g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya. h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran. 6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya: a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan. b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan. c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan 12
  • 13. masyarakat. d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan- tindakan profesional lainnya. f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya. g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya. h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. 7. Hubungan Guru dengan Pemerintah: a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya. b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya. c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan berne-gara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran. e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara. D. Penerapan Kode Etik pada Profesi Guru 13
  • 14. Guru dalam menjalani profesinya sebagai guru perlu mematuhi dan mempelajari Kode Etik Guru Indonesia. Etika Profesi Pendidikan, menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia pendidikan yang memerlukan adanya etika. Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” bermakna adat kebiasaan, etika terkait dengan tingkah laku manusia mana yang baik dan buruk sesuai dengan akal pikiran. Etika juga lazim disebut “akhlaq” yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela. Sedangkan profesi merupakan kelompok lapangan kerja khusus dan dalam melaksanakan kegiatan memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia.. Profesi hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut. Profesi mensyaratkan adanya pengetahuan formal, maka hal ini menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia pendidikan. Lembaga pendidikan ini merupakan lembaga yang mengembangkan dan meneruskan pengetahuan profesional. Mencermati kode etik guru yang mengatur hubungan antara guru dan murid, dapat kita lihat sebagai berikut : Hubungan Guru dengan Peserta Didik: a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat. c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran. d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan meng-gunakannya untuk kepentingan proses kependidikan. e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus 14
  • 15. berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajaryang efektif dan efisien bagi peserta didik. f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan. g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gang-guan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik. h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keselu-ruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya. i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya. j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil. k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya. l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan. n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan- alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan. o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama. p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. 15
  • 16. Pengaturan mengenai hubungan guru- peserta didik (murid) dalam kode etik guru adalah hal yang seharusnya dominan dan utama, karena sebenarnya kode etik itu dibuat untuk memperjelas relasi guru-murid, sehingga tidak sampai terjadi pelanggaran etika profesi guru. Tetapi bila kita mencermati bunyi kode etik di atas, terasa belum jelas aturan mengenai relasi guru dengan murid. Banyak poin- poin dalam kode etik itu yang tidak dapat terukur dengan jelas. Instrumen yang digunakan untuk menilai pelaksanaan tiap butir kode etik guru itu juga masih tidak jelas. Ketidakjelasan relasi guru dengan murid dan stakeholder lain itu akan menyulitkan pelaksanaan UU Guru. Sebab, beberapa pasal RUU Guru, termasuk dasar pemberian sanksi administratif, mengacu kode etik guru Bila rumusan kode etiknya tidak begitu jelas, bagaimana Dewan Kehormatan Guru (Pasal 30–32 RUU Guru) dapat bekerja dengan baik, padahal salah satu tugas Dewan Kehormatan Guru memberi saran dan pertimbangan dalam rangka pelaksanaan tugas profesional dan Kode Etik Guru Indonesia. Berbeda misalnya kode etik yang menyangkut hubungan guru dengan murid itu berbunyi: Guru tidak boleh memberi les privat kepada muridnya; Guru tidak boleh menjual buku pelajaran atau benda-benda lain kepada murid; Guru tidak boleh berpacaran dengan murid; Guru tidak boleh merokok di depan kelas/murid; Guru tidak boleh melakukan intimidasi, teror, dan tindak kekerasan kepada murid, Guru tidak boleh melakukan penistaan terhadap murid; Guru tidak boleh ber-HP ria di dalam kelas, dan sebagainya Yang menjadi masalah bagi kalangan pendidikan bukanlah belum adanya kode etik guru, melainkan sudah sejauh mana guru-guru di negeri ini mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan kode etik guru tersebut, baik dalam mendidik anak bangsa ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, guru betul-betul menjadi suri teladan bagi seluruh komponen bangsa di mana pun berada. 16
  • 17. Peranan tim asesor dalam menilai kinerja guru sangat menentukan keberhasilan implementasi kode etik guru ini bagi pelaksanaan pembelajaran. Menurut PP No. 19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang profesional tidaklah mudah, mereka harus benar-benar teruji dan memenuhi persyaratan. Sebagai tenaga profesional, seharusnya setiap guru benar- benar menghayati dan mengamalkan Kode Etik Guru Indonesia. E. Kesimpulan Dengan adanya kode etik guru, maka akan ada majelis kehormatan yang akan mengawal pelaksanaan kode etik tersebut. Jika ada guru yang melanggar kode etiknya, maka dewan kehormatan ini yang akan memberi sangsi kepada guru yang melanggar. Dari pihak guru sendiri, pengakuan bahwa pekerjaan guru merupakan sebuah profesi akan memiliki beberapa arti. Pertama, dengan diakui sebagai sebuah profesi tentu akan meningkatkan pendapatan mereka, sehingga mereka tidak perlu mencari sumber penghasilan lain untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan demikian mereka lebih memiliki waktu dan biaya untuk pengembangan keahliannya. Kedua, pengakuan tadi juga akan meningkatkan prestise pekerjaan guru. F. Saran Yang perlu diatur dalam kode etik guru adalah apa yang boleh dan tidak boleh atau pantas dan tidak pantas dilakukan seorang guru. Indikator "boleh-tidak boleh dan pantas-tidak pantas" suatu tindakan harus jelas agar memberi arah jelas untuk bertindak atau menilai apakah seorang guru melanggar kode etik atau tidak. Bila indikator "boleh-tidak boleh atau pantas-tidak pantas" itu tidak jelas, baik bagi guru maupun orang lain, sulit untuk menilai apakah guru itu melanggar kode etik atau tidak. 17
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Keneth AS , Jonas ES. 2007. Etika Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Universitas Sandha. Supriadi, D. 1998. Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta: Depdikbud. Surya, H.M. 1998. Organisasi dan Profesi. No. 7/1998. Hlm. 15-17. http://makalahfrofesikependidikan.blogspot.com/2010/07/penerapan-kode-etik- pada-profesi-guru.html http://lenterakecil.com/kode-etik-guru-indonesia-kegi-2013/ Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera. 18