Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar hukum pertanahan di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa sebelum UUPA berlaku, terdapat dualisme hukum tanah di Indonesia antara hukum tanah adat dan barat. UUPA kemudian menciptakan kesatuan hukum tanah nasional berdasarkan konsep hukum tanah adat."
3. Semua Tanah di
Indonesia sebelum
UUPA
Tanah Hak
Indonesia
Diatur oleh Hukum
Tanah Adat
(Belum didaftar)
Tanah Hak Barat
Diatur oleh Hukum
Tanah Barat
(Sudah didaftar)
Tanah-tanah dalam lingkungan masyarakat hukum adat tidak didaftar
sebagaimana tanah-tanah hak barat, karena masyarakat hukum adat adalah
masyarakat yang masih sederhana dan tertutup, walaupun tidak didaftarkan
secara tertulis, tanah dalam masyarakat hukum adat diketahui jelas batas-
batasnya dan hak-hak atas tanah dihargai setiap warga, kepentingan
hukum terjamin.
Sejarah UUPA – Cont’d
4. Undang-undang Pokok Agraria
UUPA berlaku sejak 24
September 1960
UUPA mengakhiri
dualisme & pluralisme
hukum tanah di Indonesia
UUPA sebagai dasar bagi
pembangunan hukum tanah
nasional yang tunggal
berdasarkan hukum adat sebagai
hukum nasional Indonesia yang
asli
UUPA mengakhiri
berlakunya hukum tanah
kolonial
Hukum Tanah
Baru (Hukum
Tanah Nasional)
5. Fungsi Undang-undang Pokok Agraria
UUPA
Menghapuskan dualisme hukum tanah
yang lama dan menciptakan unifikasi serta
kodifikasi Hukum Agraria Nasional yang
didasarkan pada Hukum Tanah Adat
Mengadakan unifikasi hak-hak atas tanah
dan hak-hak jaminan atas tanah melalui
ketentuan-ketentuan konversi
Meletakkan landasan hukum untuk
pembangunan Hukum Agraria (Tanah)
Nasional
UUPA
6. Tujuan Undang-undang Pokok Agraria
UUPA
Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan
hukum agraria nasional yang merupakan alat
untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan
dan keadilan bagi negara, rakyat tani, dalam
rangka masyarakat yang adil dan makmur
Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan
kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan
Meletakkan dasar-dasar untuk
memberikan kepastian hukum mengenai
hak-hak atas tanah bagi rakyat
seluruhnya
8. Hukum Adat merupakan
sumber utama dalam
pembangunan Hukum
Tanah Nasional dilandasi
Konsepsi Hukum Adat.
“Komunalistik religius,
yang memungkinkan
penguasaan tanah secara
individual, dengan hak-hak
atas tanah yang bersifat
pribadi, sekaligus
mengandung
kebersamaan”
Konsepsi Hukum
Tanah Nasional
www.lekslawyer.com
Komunalistik
Religius
Dalam Hukum Tanah Nasional, semua tanah
dalam wilayah negara kita adalah tanah bersama
seluruh rakyat Indonesia, yang telah bersatu
menjadi Bangsa Indonesia
( Pasal 1 ayat 1 UUPA)
“Bahwa bumi, air, dan ruang angkasa
Indonesia, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, merupakan Karunia
Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa
Indonesia
(Konsiderans pasal 5 UUPA)
9. Konsep Hukum Tanah Nasional
Subyek
Hak Menguasai
Negara
Pemerintah Pusat
(Eksekutif)
Hak Bangsa
Indonesia
Tanah di wilayah
Republik Indonesia
Ps. 1 ayat 1 UUPA
Ps. 33 ayat 3 UUD ’45
Ps. 2 ayat 1 UUPA
Pasal 1 ayat 3 UUPA
“Negara” sebagai
Badan Penguasa
(Publik)
Presiden dan para
Menteri
Khusus di bidang
Pertanahan : Kepala
Daerah Provinsi, Gubernur
CQ. Kepala Kanwil PBN
Provinsi
Daerah Kabupaten/Kota :
Bupati/Walikota CQ.
Kepala Kantor Pertanahan
Bentuk : Semua
tanah di wilayah
NKRI adalah
kepunyaan bangsa
Sifat : Hubungan
yang abadi
Pasal 1 UUPA
1. Unsur Kepunyaan (Perdata)
Seluruh tanah di Indonesia adalah
kepunyaan bersama dari seluruh rakyat
Indonesia
2. Unsur Tugas Kewenangan
- Diatur melalui peraturan
perundang-undangan tentang
penguasaan dan penggunaannya
- Direncanakan peruntukkannya serta
penggunaannya, melalui
perencanaan umum dan
perencanaan khusus
10. Konsep Hukum Tanah Nasional – Cont’d
Pasal 33 ayat (3)
Bumi dan air dan
kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara
dan dipergunakan
untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat
11. Konsepsi Hukum Tanah Nasional – Cont’d
Konsepsi
Hukum Tanah
Barat
Konsepsi
Hukum Tanah
Feodal
Konsepsi
Hukum Tanah
Adat/Nasional
1. Konsepsi Hukum Tanah Barat (Liberal Individualistis)
bahwa tanah (bumi) ini diciptakan oleh Tuhan dan diperuntukkan bagi
kesejahteraan umat manusia. Pada mulanya tanah-tanah di muka bumi
merupakan tanah yang belum ada pemiliknya (res nullius), oleh karena itu,
sebagai res nullius tanah dapat diduduki (occupatie) dan dimanfaatkan oleh
siapa saja yang memerlukan. Dengan menduduki atau menguasai tanah
tersebut, jadilah ia selaku pemiliknya, dan menjelma suatu hubungan hukum
yang disebut "Hak Eigendom"
13. HAK EIGENDOM : Hak yang tertinggi karena hak eigendom muncul
atas dasar suatu anggapan bahwa setiap individu selaku pribadi bebas
memiliki dan melakukan apa saja yang dikehendaki.
Hak Eigendom – Cont’d
Cara memperoleh Hak Eigendom :
- Okupasi
- Daluwarsa
- Pewarisan
- Pemindahan hak
14. Semua tanah adalah hak milik raja sedangkan rakyat hanya dapat
diberikan Hak Pakai atau Hak Sewa saja. Hak Pakai ini bisa
turun-temurun yang hampir sama dengan Hak Milik, tetapi tidak
dapat disebut Hak Milik karena sewaktu-waktu dapat dicabut
apabila raja menghendakinya.
2. Konsepsi
Hukum Tanah
Feodal
15. 3. Konsepsi
Hukum Tanah
Nasional
Dikatakan sebagai Hak Bangsa
Indonesia, tiada lain adalah hak
yang berakar dari “Hak Ulayat”
berdasarkan Hukum Adat yang
diangkat pada tingkat paling atas
dan Hak Ulayat inilah yang
dipakai oleh UUPA sebagai
konsepsi bagi Hukum Tanah
Nasional Indonesia.
Hak Ulayat
Hak yang tertinggi dalam
masyarakat hukum adat
atas seluruh lingkungan
tanah yang berada di
wilayah masyarakat
hukumnya.
16. Hak Ulayat
Seluruh tanah di wilayah
Republik Indonesia
adalah kepunyaan
bangsa Indonesia
Bahwa hubungan kepunyaan dengan tanah di
seluruh wilayah Indonesia itu tidaklah sama dengan
hubungan pemilikan, karena tetap masih diakui hak
milik perorangan atas tanah yang bersumber pada
hak bersama (Pasal 4 UUPA)
17. Hak Menguasai dari Negara
Negara sebagai kuasa dan petugas bangsa
• Negara merupakan organisasi kekuasaan rakyat tertinggi.
Yang terlibat sebagai petugas Bangsa tersebut bukan hanya
penguasa Legislatif dan Eksekutif saja, tetapi juga
penguasa Yudikatif.
Hak menguasai dari negara sebagai hubungan
hukum publik semata
• Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan
ruang angkasa
• Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa
• Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa
18. Hak Menguasai dari Negara – Cont’d
Hak menguasai dari
negara ini adalah
tugas kewenangan
yang dilimpahkan
oleh bangsa
Indonesia kepada
negara untuk :
Mengatur
penguasaan dan
penggunaan tanah
melalui peraturan
perundang-
undangan
Merencanakan
peruntukkan
dari penggunaan
tanah
Memelihara
20. Unsur Kepunyaan yang terkandung di dalam Hak Bangsa Indonesia :
Seluruh tanah di Indonesia adalah kepunyaan bersama dari seluruh rakyat
Indonesia. Hak Bangsa Indonesia tersebut adalah hak yang tertinggi
Hak Bangsa Indonesia bersumber hak-hak penguasaan
atas tanah yang disediakan bagi perorangan, yakni:
a. Secara langsung, berupa hak-hak atas tanah yang primer;
b. Secara tidak langsung, berupa:
- hak-hak atas tanah yang sekunder
- hak jaminan atas tanah
Unsur kepunyaan yang terkandung di dalam hak bangsa
termasuk bidang hukum Perdata
Unsur Kepunyaan
21. 1. Diatur, melalui peraturan perundang-undangan tentang
penguasaan dan penggunaannya
2. Direncanakan peruntukkan serta penggunaannya, melalui:
- Perencanaan umum oleh Pemerintah Pusat (Pasal 14
ayat 1 UUPA)
- Perencanaan khusus peruntukkan dan penggunaan
tanah dilimpahkan kepada Peraturan Daerah (Pasal 14
ayat 2 UUPA). Pemda tidak berwenang membuat
peraturan tentang tanah, wewenangnya hanya
terbatas pada pembuatan planologi kota sesuai dengan
keadaan daerahnya.
Unsur Tugas Kewenangan
22. Unsur Tugas Kewenangan – Cont’d
Bahwa Negara memberikan tanah kepada rakyat yang memerlukan dengan
berbagai hak atas tanah yang disediakan dalam Hukum Tanah sebagai
petugas Bangsa Indonesia, sebagai Badan Penguasa yang diberi kewenangan
untuk berbuat demikian. Dengan demikian keadaan seluruh tanah di
Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
Hak Bangsa Indonesia
Hak Menguasai Negara
Tanah Hak
Tanah Negara
24. Jenis dan karakteristik
hak-hak atas tanah
Hak atas
Tanah
Primer
Diberikan
oleh
Negara
Sekunder
Bersumber
dari pihak
lain
Hak
Lainnya
Hak Milik
Hak Guna Bangunan
Hak Guna Usaha
Hak Pakai
HGB/Hak Pakai
Hak Milik
HGB/Hak Pakai
Hak Pengelolaan
• Hak atas tanah Wakaf
• Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
• Hak Tanggungan
Hak Pengelolaan
25. Hak Milik
Hak Milik : Hak atas
tanah yang turun
temurun, terkuat,
terpenuh.
(Pasal 20-27, Pasal 50 ayat
(1), pasal 56 UUPA)
• Tidak dapat dimiliki
oleh Warga Negara
Asing (WNA) dan
Badan Hukum
Dapat dibebani
Hak Tanggungan
sebagai Jaminan
Pelunasan Utang
Khusus Warga
Negara
Indonesia
(WNI)
Jangka Waktu
Tidak
Terbatas
Dapat
dibebani
dengan Hak
baru (Hak
atas tanah
lainnya)
Dapat
diwakafkan
Dapat
dialihkan
(Karena
pemindahan
Hak)
Dapat beralih
(Karena
hukum)
26. Hak Milik – Cont’d
Terjadinya Hak Milik menurut
Pasal 22 UUPA
Hukum Adat
• Pembukaan
tanah bagian
tanah Ulayat
• Aanslibbing
(lidah tanah)
Penetapan
Pemerintah
• Pemberian
hak baru
• Perubahan
dari Hak Guna
Bangunan
menjadi Hak
Milik
Karena Undang-
undang
• Melalui
ketentuan
konversi
UUPA pada
tanggal 24
September
1960
27. Hak Milik – Cont’d
Hak milik dapat dicabut apabila :
1. Tanah tersebut menjadi tanah negara apabila :
• Pencabutan hak
• Dilepaskan secara sukarela
• Dicabut untuk kepentingan umum
• Tanahnya ditelantarkan
• Tanahnya dialihkan kepada warga negara asing
2. Tanahnya musnah
28. Hak Guna Usaha
Hak Guna Usaha : Hak
untuk mengusahakan tanah
yang dikuasai langsung oleh
Negara selama jangka
waktu tertentu guna usaha
pertanian, perikanan.
perkebunan dan peternakan.
(Pasal 28-34, Pasal 50 j.o 52, Pasal
51-52 UUPA)
Jangka Waktu
- Paling lama 25 Tahun
- Perusahaan yang memerlukan waktu
lebih lama, diberikan waktu 35 Tahun
- Atas permintaan pemegang hak,
jangka waktu dapat diperpanjang
paling lama 25 Tahun
Subyek
- WNI
- Badan Hukum yang berdiri
berdasarkan ketentuan
Hukum Indonesia dan
berkedudukan di wilayah
Indonesia
29. Terjadinya HGU
Diberikan dengan
keputusan
pemberian hak
oleh Menteri atau
pejabat yang
ditunjuk
Sebagai tanda
bukti hak, kepada
pemegang HGU
diberikan
sertifikat hak atas
tanah
Didaftarkan
dalam buku
tanah pada
Kantor
Pertanahan
Hak Guna Usaha – Cont’d
30. Kewajiban Pemegang HGU
Membayar uang pemasukan kepada Negara
Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan/atau peternakan
sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan
pemberian haknya
Mengusahakan sendiri tanah HGU dengan baik sesuai dengan kelayakan
usaha berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis
Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas
tanah yang ada dalam lingkungan areal HGU
Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan
menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan
HGU
Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan HGU kepada Negara
sesudah HGU tersebut hapus
Menyerahkan sertipikat HGU yang telah hapus kepada Kepala Kantor
Pertanahan
Hak Guna Usaha – Cont’d
31. Hak Pemegang HGU
Menguasai dan
mempergunakan tanahnya
untuk melaksanakan usaha di
bidang pertanian, perikanan
dan atau peternakan
Penguasaan dan penggunaan
sumber air dan sumber
daya alam lainnya di atas
tanah HGU untuk
mendukung pelaksanaan
usaha
Hak Guna Usaha – Cont’d
32. Hak Guna Usaha – Cont’d
Berakhirnya jangka waktu
sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan pemberian atau
perpanjangannya
Dibatalkan haknya oleh pejabat
yang berwenang sebelum jangka
waktunya berakhir karena tidak
dipenuhinya kewajiban-
kewajiban pemegang hak
dan/atau dilanggarnya
ketentuan-ketentuan
Hak Guna Usaha hapus karena :
33. Hak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan : Hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri dalam jangka
waktu tertentu. (Pasal 35-40, 50 j.o 52, Pasal 55 UUPA)
- Paling lama 30
Tahun
- Dapat
diperpanjang
paling lama 20
Tahun
Jangka
Waktu
- Tanah Negara
- Tanah Hak
Pengelolaan
- Tanah Hak Milik
Tanah yang
dapat
digunakan
sebagai HGB
34. Hak Guna Bangunan – Cont’d
Subyek
Warga Negara Indonesia
Badan Hukum yang
didirikan menurut Hukum
Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia
Subyek Hak Guna Bangunan
35. HGB atas tanah Negara
diberikan dengan
keputusan pemberian
hak oleh Menteri atau
Pejabat
HGB atas tanah Hak
Pengelolaan diberikan
dengan keputusan
pemberian hak oleh
Menteri atau pejabat
Pemberian HGB
didaftar dalam buku
tanah pada Kantor
Pertanahan
HGB atas tanah Hak
Milik terjadi dengan
pemberian akta yang
dibuat oleh PPAT
Sebagai tanda bukti
hak kepada pemegang
HGB diberikan
sertifikat hak atas
tanah
HGB atas tanah Hak
Pengelolaan terjadi
sejak didaftar oleh
Kantor Pertanahan
Hak Guna Bangunan – Cont’d
Terjadinya Hak Guna Bangunan
36. Hak Guna Bangunan – Cont’d
Kewajiban Pemegang HGB
Membayar uang pemasukan kepada Negara
Menggunakan tanah sesuai dengan peruntukkan
Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada di atasnya serta
menjaga kelestarian hidup
Memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain
bagi pekarangan atau bidang tanah yang terkurung karena keadaan
geografis atau sebab lain
Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan HGB kepada
Negara, pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik
sesudah HGB tersebut hapus
Menyerahkan sertipikat HGB yang telah hapus kepada Kepala Kantor
Pertanahan
37. Hak Guna Bangunan – Cont’d
Hak Pemegang HGB
Menguasai dan
mempergunakan tanahnya
selama waktu tertentu
untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan
untuk keperluan pribadi
atau usahanya
Mengalihkan hak tersebut
kepada pihak lain dan
membebaninya
38. Hak Guna Bangunan – Cont’d
Berakhirnya jangka waktu
sebagaimana ditetapkan
dalam keputusan
pemberian atau
perpanjangan dalam
perjanjian pemberiannya
Dilepaskan secara sukarela
oleh pemegang haknya
sebelum jangka waktu
berakhir
Dibatalkan oleh pejabat yang
berwenang sebelum jangka
waktu berakhir karena
putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan
hukum tetap
Ditelantarkan (hak atas
tanah tidak digunakan
sesuai dengan sifat,
tujuan dan keadaannya)
Tanahnya musnah
Pemegang HGB tidak lagi
memenuhi syarat menjadi
pemegang HGB
Hapusnya Hak Guna Bangunan
39. Hak Pakai
Hak Pakai : Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah
yang langsung dikuasai oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam surat keputusan pemberian
haknya (tanah negara) atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang
bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah (tanah milik
orang lain). (Pasal 41-43, 49 ayat (1), 50 ayat (2) j.o 52 UUPA)
Jangka Waktu :
• Paling lama 25 Tahun
• Perpanjangan paling lama 20 Tahun
• Diberikan untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan selama tanahnya
dipergunakan untuk keperluan
tertentu
40. Hak Pakai – Cont’d
Subyek Hukum yang dapat memperoleh Hak
Pakai :
a. WNI dan WNA yang berdomisili di Indonesia
b. Badan Hukum Indonesia yang didirikan berdasarkan
Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
c. Badan Hukum Asing yang memiliki perwakilan di
Indonesia
d. Departemen, Lembaga Pemerintahan Non Departemen
dan Pemerintah Daerah
e. Badan-badan keagamaan dan sosial
f. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan
internasional
41. Hak Pakai – Cont’d
Atas Hak
Pengelolaan
Diberikan keputusan
pemberian hak oleh
Menteri atau pejabat
yang ditunjuk
Atas tanah
Negara
Diberikan Keputusan
pemberian Hak oleh
Menteri atau Pejabat
yang ditunjuk
Terjadinya Hak Pakai
42. Hak Pakai
– Cont’d Hak yang wajib
didaftarkan
Dapat
dialihkan
Dapat diberikan
dengan cuma-
cuma
Dapat
dilepaskan
Dapat dijadikan
jaminan hutang
dengan Hak
Tanggungan
SIFAT DAN
CIRI-CIRI
HAK
PAKAI
43. Jangka Waktu
Berakhir
Dilepaskan secara
sukarela oleh
pemegang haknya
sebelum jangka waktu
berakhir
Dibatalkan karena
syarat tidak
terpenuhi
Tanahnya musnah dan
ditelantarkan (hak atas
tanah tidak digunakan
sesuai dengan sifat,
tujuan dan keadaannya)
Pemegang hak
tidak memenuhi
syarat sebagai
pemegang HGB
Dicabut untuk
kepentingan umum
Hak Pakai – Cont’d
Hapusnya Hak Pakai
44. Hak Sewa
Hak Sewa : Hak yang
memberi wewenang
untuk menggunakan
tanah milik pihak lain
dengan kewajiban
membayar uang sewa
pada tiap-tiap waktu
tertentu.
(Pasal 44 dan 45 UUPA)
SEWA
Sewa menyewa adalah suatu persetujuan,
dengan mana pihak yang satu mengikatkan
diri untuk memberikan kenikmatan suatu
barang kepada pihak yang lain selama waktu
tertentu, dengan pembayaran suatu harga
yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir
itu. Orang dapat menyewakan pelbagai jenis
barang, baik yang tetap maupun yang
bergerak.
(Pasal 1548 KUHPerdata)
45. Hak Sewa – Cont’d
Subyek
Warga Negara
Indonesia
Badan Hukum
yang didirikan
menurut Hukum
Indonesia dan
berkedudukan di
Indonesia
Orang Asing yang
berkedudukan di
Indonesia
Badan Hukum
Asing yang
mempunyai
perwakilan di
Indonesia
Subyek Hak Sewa
46. Hak Sewa – Cont’d
• Jangka waktu sewa ditentukan
berdasarkan kesepakatan dalam
perjanjian oleh para pihak
Jangka
Waktu
• Pihak penyewa diwajibkan untuk membayar
sejumlah uang sebagai biaya sewa
• Pembayaran dilakukan satu kali atau dalam
waktu tertentu dan sebelum atau sesudah
penggunaan dari tanah yang disewakan
tersebut
Sewa
47. Hak Sewa –
Cont’d
SIFAT DAN CIRI-
CIRI
Bersifat
Pribadi
Dapat
diperjanjikan
Tidak
terputus bila
Hak Milik
dialihkanTidak dapat
dijadikan
jaminan
hutang dengan
dibebani Hak
Tanggungan
Dapat
dilepaskan
Tidak perlu
didaftar
(kecuali sewa
satuan rumah
susun)
48. Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan
Hak atas tanah yang memberikan
wewenang kepada pemegangnya untuk :
• Merencanakan peruntukkan dan
penggunaan tanahnya
• Menggunakan tanah untuk keperluan
sendiri
• Menyerahkan bagian dari tanahnya
kepada pihak ketiga menurut
persyaratan yang telah ditentukan
bagi pemegang hak tersebut yang
meliputi segi peruntukkan, segi
penggunaan, segi jangka waktu dan
segi keuangannya.
(Disinggung dalam Penjelasan Umum
bagian AII UUPA)
Jangka Waktu :
Sesuai dengan ketentuan
perolehan hak atas
pengelolaan yang
dikeluarkan oleh
Pemerintah
49. Hak Pengelolaan adalah hak
menguasai dari Negara yang
kewenangan pelaksanaannya
sebagian dilimpahkan kepada
pemegangnya
(Pasal 1 ayat 2 PP No.40 Tahun 1996)
Hak Pengelolaan – Cont’d
50. Karena Penetapan
Pemerintah dan diberikan
selama tanah tersebut
dipergunakan
Hak Pengelolaan – Cont’d
Terjadinya Hak Pengelolaan
51. Hak Pengelolaan – Cont’d
Sifat dan ciri-ciri :
Tergolong hak yang
wajib didaftarkan
menurut PMA No.
1/1966
Tidak dapat
dipindahtangankan
Tidak dapat dijadikan
jaminan hutang
Mempunyai segi-segi
perdata dan segi-segi
publik
Subjek :
Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Daerah
Instansi pemerintah termasuk
Pemerintah Daerah
PT.Persero
Badan Otorita
Badan-badan Hukum Pemerintah
lainnya yang ditunjuk
Pemerintah.
52. Dilepaskan secara
sukarela oleh
pemegang haknya
sebelum jangka waktu
berakhir
Tanahnya musnah dan
ditelantarkan (hak atas
tanah tidak digunakan
sesuai dengan sifat,
tujuan dan keadaannya)
Dicabut untuk
kepentingan umum
Hak Pengelolaan – Cont’d
Hapusnya Hak Pengelolaan
54. Hak-hak atas tanah
lainnya yang memberi
sebagian wewenang
maupun tidak memberi
wewenang secara
langsung kepada
pemegang haknya.
Hak atas Tanah
Lainnya
www.lekslawyer.com
Hak atas
tanah
Wakaf
Hak
Tanggungan
Hak Milik
atas Satuan
Rumah
Susun
55. Hak atas Tanah Wakaf
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian dari harta miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum
menurut syariah.
Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
Wakaf berfungsi mewujudkan potensi
dan manfaat ekonomis harta benda
wakaf untuk kepentingan ibadah dan
untuk memajukan kesejahteraan
umum
56. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
Satuan rumah susun
adalah unit rumah susun
yang tujuan utamanya
digunakan secara
terpisah dengan fungsi
utama sebagai tempat
hunian dan mempunyai
sarana penghubung ke
jalan umum
(Pasal 1 ayat (3) UU No.20
Tahun 2011 tentang Rumah
Susun)
Tanah Bersama
Bagian Bersama
Benda Bersama
57. Sertifikat Hak Milik Satuan Rumah Susun
Tanda bukti kepemilikan atas satuan rumah susun di atas tanah
hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah negara,
serta hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah hak
pengelolaan
Sertifikat Hak Milik
Satuan Rumah Susun
Dikeluarkan oleh Kantor
Pertanahan Kota
Dapat dijadikan jaminan
hutang dengan Hak
Tanggungan
59. Tanah Terlantar
Tanah terlantar adalah tanah yang sudah
diberikan hak oleh negara berupa Hak
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai dan Hak
Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas
tanah yang tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan
sesuai dengan keadaannya atau sifat dan
tujuan pemberian hak atau dasar
penguasaannya.
(Pasal 1 angka 6 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2010 tentang Tata Cara
Penertiban Tanah Terlantar)
60. Tanah yang ditetapkan sebagai
tanah terlantar merupakan
sebagian hamparan yang
diterlantarkan, maka hak atas
tanahnya dihapuskan,
diputuskan hubungan
hukumnya dan ditegaskan
menjadi tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara dan
selanjutnya kepada bekas
Pemegang Hak diberikan
kembali atas bagian tanah
yang benar-benar diusahakan,
dipergunakan, dan
dimanfaatkan sesuai dengan
keputusan pemberian haknya.
Penetapan
Tanah
Terlantar
www.lekslawyer.com
Dasar Hukum Tanah Terlantar :
• Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
• Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
No.4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban
Tanah Terlantar
61. Tanah Terlantar – Cont’d
Pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar
Peruntukan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah negara bekas tanah terlantar
didayagunakan untuk kepentingan masyarakat dan
negara melalui reforma agraria dan program strategis
negara serta untuk cadangan negara lainnya. Peruntukan
dan pengaturan peruntukan penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah negara bekas tanah
terlantar dilaksanakan oleh Kepala BPN.
62. Tanah Terlantar – Cont’d
Pencabutan Hak atas Tanah
Terlantar
Apabila sebagian
hamparan yang
diterlantarkan, maka
hak atas tanahnya
dihapuskan
Diputuskan hubungan
hukumnya
Ditegaskan menjadi
tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara
64. Konversi Hak-hak Perorangan atas Tanah
Konversi
Pelaksanaan
Konversi atas
tanah-tanah Hak
Indonesia
Konversi atas
Tanah-tanah
Barat
Tujuan
Hak Milik Adat
dikonversi menjadi
Hak Milik
Tanah pertanian dikonversi menjadi HGU
dengan jangka waktu 20 tahun
Tanah non-pertanian dikonversi menjadi
HGB dengan jangka waktu 20 tahun
65. Tujuan
Konversi
Menciptakan unifikasi hak-hak
perorangan atas tanah
terutama yang sudah
merupakan suatu hubungan
hukum yang kongkrit dengan
tanah berdasarkan ketentuan
Hukum Tanah yang lama, yaitu
tanah-tanah hak barat dan
tanah-tanah hak Indonesia
Untuk mengakhiri hak-hak
asing atas tanah, yaitu tanah-
tanah hak yang dikuasai dan
digunakan oleh orang-orang
asing dan badan-badan hukum
asing sebagai akibat
berlakunya Agrarische Wet
1870 yang memuat politik
pertanahan pemerintah
jajahan Hindia Belanda
66. Terjadinya Konversi
Konversi atau perubahan terjadinya karena hukum
(van rechtswege) dan secara serentak sejak tanggal 24
September 1960. Ini berarti bahwa terhitung sejak
tanggal tersebut tidak berlaku lagi lembaga-lembaga
atau hak-hak atas tanah yang diatur oleh Hukum Tanah
Barat maupun Hukum Tanah Adat. Demikian pula tidak
ada lagi Hak Hipotik dan Hak Credietverband sebagai
hak jaminan atas tanah. Karena hak-hak perorangan
atas tanah tersebut telah diubah/dikonversi menjadi
salah satu hak baru berdasarkan UUPA.
67. Pelaksanaan Konversi
Perubahan/Konversinya adalah berdasarkan persamaan isi dan
kewenangan yang ada pada hak atas tanah yang lama dengan hak atas
tanah yang baru.
Semata-mata
karena hukum
• Tidak ada syarat lain yang
harus dipenuhi terlebih
dahulu
• Misal : Hak Erfpacht untuk
perkebunan besar
langsung dikonversi
menjadi HGU dengan
jangka waktu paling lama
20 tahun
Harus memenuhi syarat
Konstitutif
• Misal : Hak Eigendom
supaya dapat dikonversi
menjadi Hak Milik,
pemiliknya harus
membuktikan bahwa ia
telah
berkewarganegaraan
Indonesia
Harus memenuhi
syarat deklaratoir
• Pemegang haknya
harus mengajukan
permohonan lebih dulu
kepada Menteri Agaria,
supaya hak itu dapat
dikonversi menjadi Hak
Guna Usaha
68. Konversi atas Tanah Hak Barat yang diatur menurut pasal
1 S 1873 – 27
Hak Eigendom
- Hak Milik : Jangka waktu tidak
terbatas
- HGB : 20 Tahun
- Hak Pakai : selama diperlukan
Hak Opstal
Hak Guna Bangunan
(Sisa jangka waktunya, paling lama 20
tahun)
Hak Erfpacht
Hak Guna Usaha
(Sisa jangka waktunya, paling lama 20
tahun)
Hak Gebruik
Hak Pakai
(Sisa jangka waktunya, paling lama 20
tahun)
Hak Sewa (atas Tanah
Negara)
Hak Pakai
(Sisa jangka waktunya, paling lama 20
tahun)
69. KONVERSI TANAH HAK BARAT
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang
berasal dari konversi tanah hak barat berakhir pada tanggal
23 September 1980 dan sejak tanggal 24 September 1980
menjadi Tanah Negara.
Jika bekas pemegang haknya masih memerlukan tanah
tersebut dan penggunaan tanahnya sesuai dengan Rencana
Tata Ruang di Daerah tersebut serta tidak terkena proyek
Pemerintah Pusat/Daerah, pada asasnya dapat diajukan
permohonan hak baru sesuai dengan Keppres No. 32 tahun
1979 dan PMDN Nomor 3 Tahun 1979.
70. Konversi Atas Tanah-Tanah Hak Indonesia
Konversi hak-hak Indonesia atas tanah, meliputi hak-hak
atas tanah yang diatur oleh Hukum Tanah Adat yang tidak
tertulis dan Hukum Tanah Adat yang tertulis, yang
mencakup seluruh hak-hak atas tanah yang bersumber pada
Hukum Tanah Adat
Hak-hak Indonesia:
- berstatus Hak Milik seperti yang disebutkan dalam pasal II ayat 1
Ketentuan Konversi.
- Yang berstatus Hak Pakai seperti yang disebutkan dalam pasal VI
Ketentuan Konversi.
Termasuk pula Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Sewa dan Hak
Menumpang.
71. Konversi Tanah Hak Indonesia
Tidak dibatasi jangka waktu penyelesaian
administrasinya, oleh karena itu dapat setiap
waktu pemilik tanah meminta sertifikat hak
tanahnya
(secara suka rela)
Diwajibkan oleh peraturan tertulis karena telah
terjadi suatu perbuatan hukum atau peristiwa
hukum atas bidang tanah yang berstatus Hak Milik
(bekas Hak Milik Adat yang belum bersertifikat)
72. Hak Milik Adat dikonversi menjadi Hak
Milik
1. Jika pemiliknya pada tanggal 24 September 1960 telah
berkewarganegaraan Indonesia tunggal
2. Jika pemiliknya tidak memenuhi syarat sebagai subjek Hak Milik,
maka Hak Milik Adat dikonversi menurut peruntukan tanahnya
yaitu :
a. tanah pertanian dikonversi menjadi HGU dengan jangka waktu
20 Tahun
b. tanah non pertanian dikonversi menjadi HGB dengan jangka
waktu 20 tahun
Berarti haknya sampai dengan tanggal 23 September 1980 dan pada tanggal
24 September 1980 haknya hapus dan menjadi tanah negara. Dengan
demikian sejak 24 September 1980 hanya mungkin dikonversi menjadi Hak
Milik saja, dan ini berarti harus memenuhi subjek Hak Milik.
73. Hak Milik Adat dikonversi menjadi Hak
Milik – Cont’d
Konversi bekas Hak Milik Adat
harus diikuti pula dengan
pendaftarannya sejak
berlakunya PP No.10/1961.
Sedang peraturan yang
mengatur masalah konversi
dan pendaftarannya diatur
dalam PP No. 10/1961 (pasal
15 – 18), PMPA No. 2/1962 jo.
SK PMDN No.27/DDA/1970