Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di pengadilan
3. Alternatif Penyelesaian Sengketa
Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak yang didasarkan pada itikad baik dengan
mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di pengadilan
(“APS”).
.
5. Negosiasi
Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding
guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dan pihak
yang lain; penyelesaian sengketa secara damai melalui
perundingan antara para pihak yang bersengketa.
6. Negosiasi cont’d
Negosiasi merupakan
mekanisme yang utama dan
diberikan prioritas dalam
penyelesaian sengketa.
Misalnya dalam hukum acara
perdata, pada setiap tahap
sidang, para pihak selalu
dianjurkan dan diberi
kesempatan dan waktu untuk
bernegosiasi.
Berbeda dengan mediasi,
komunikasi yang dilaksanakan
dalam proses negosiasi tersebut
dibangun oleh para pihak
(diwakili kuasa) tanpa
keterlibatan pihak ketiga
sebagai penengah.
7. Negosiasi cont’d
Pihak I
Para pihak berkomunikasi mencari inti
permasalahan sengketa dan mulai
bernegosiasi.
Pihak IISengketa
8. Negosiasi cont’d
Negosiasi
Jika mencapai kesepakatan,
hasil negosiasi dibuat
kesepakatan bersama
(tertulis).
Jika tidak mencapai
kesepakatan, para pihak
menempuh upaya
penyelesaian sengketa lain.
9. Negosiasi cont’d
Hasil kesepakatan bersama didaftarkan
ke PN (UU Arbitrase: paling lama 30
hari sejak penandatanganan).
PerMA: Kesepakatan perdamaian
diajukan ke PN untuk memperoleh
Akta Perdamaian melalui gugatan.
Akta Perdamaian atas gugatan untuk
menguatkan kesepakatan perdamaian
diucapkan oleh hakim dalam sidang
yang terbuka, paling lama 14 hari sejak
gugatan didaftarkan.
10. Mediasi
Mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan
untuk memperoleh
kesepakatan para pihak
dengan dibantu oleh
mediator.
Jenis
mediasi,
antara
lain:
Mediasi untuk
sengketa
perbankan.
Mediasi untuk
sengketa
pertanahan.
Mediasi di
pengadilan.
12. Mediasi Perbankan
Sengketa yang diajukan adalah permasalahan yang
diajukan oleh nasabah atau perwakilan nasabah
kepada Bank Indonesia, setelah melalui proses
penyelesaian pengaduan oleh bank.
Sengketa yang memiliki nilai tuntutan finansial
paling banyak Rp 500 juta. (bukan tuntutan
kerugian immateriil).
13. Mediasi Perbankan cont’d
Persyaratan
Diajukan secara tertulis disertai dokumen
terkait.
Telah dilakukan upaya penyelesaian oleh
bank.
Sengketa tidak dalam proses penyelesaian
sengketa lain (pengadilan/APS).
Sengketa diajukan tidak lebih 60 hari kerja
sejak surat hasil penyelesaian oleh bank.
Sengketa perdata.
14. Mediasi Perbankan cont’d
Agreement to mediate, memuat:
Kesepakatan untuk memilih
mediasi perbankan sebagai
bentuk APS.
Pesertujuan untuk patuh dan
tunduk pada aturan mediasi
oleh BI.
Proses mediasi dilaksanakan setelah nasabah dan bank
menandatangani perjanjian mediasi (agreement to mediate)
15. Mediasi Perbankan cont’d
Hasil mediasi dituangkan dalam Akta Kesepakatan yang wajib
dilaksanakan oleh bank yang terkait.
Mediasi dilaksanakan 30 hari sejak penandatangan agreement
to mediate dan dapat diperpanjang 30 hari lagi.
Mediasi dilakukan oleh lembaga mediasi perbankan
independen yang dibentuk asosiasi perbankan yang
berkoordinasi dengan BI.
16. Mediasi Perbankan cont’d
Bank akan dikenakan sanksi administratif oleh BI berupa
teguran tertulis yang dapat diperhitungkan dalam komponen
penilaian tingkat kesehatan bank.
Sanksi bagi bank yang melanggar:
Panggilan BI
perihal
mediasi.
Agreement to
mediate.
Akta
Kesepakatan.
Kewajiban
publikasi
APS mediasi
perbankan.
17. Mediasi untuk
Sengketa
Pertanahan
Dasar hukum mediasi untuk
penyelesaian sengketa
pertanahan terdapat dalam
Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala
BPN Nomor 11 Tahun 2016
tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan.
18. Mediasi Sengketa Tanah
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia dapat
mengambil inisiatif untuk memfasilitasi penyelesaian
sengketa atau konflik mengenai pertanahan melalui
mediasi.
19. Mediasi Sengketa Tanah cont’d
Mediasi sengketa atau konflik tanah dilakukan oleh
peserta mediasi yang terdiri dari para pihak dan
pihak yang ditunjuk oleh kementerian, yaitu:
• tim pengolah;
• pejabat kantor pertanahan/kementerian;
• mediator; dan/atau
• unsur ahli/pakar yang terkait sengketa dan
konflik.
20. Mediasi Sengketa Tanah cont’d
Proses mediasi dilaksanakan 30 hari
setelah peserta mediasi terbentuk.
Jika mencapai kesepakatan,
dibuat perjanjian perdamaian
dan didaftarkan di PN
sehingga mempunyai
kekuatan hukum mengikat
(Pasal 41 Permen).
Jika tidak mencapai
kesepakatan, para pihak
menempuh upaya
penyelesaian sengketa lain.
21. Mediasi di
Pengadilan
Dasar hukum prosedur
mediasi di pengadilan
adalah Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
22. Obyek Sengketa
Obyek
sengketa
Wajib
Mediasi
Semua sengketa perdata yang diajukan
ke pengadilan termasuk perkara
perlawanan (verzet) atas putusan
verstek dan perlawanan pihak
berperkara (partij verzet) maupun pihak
ketiga (derden verzet) terhadap
pelaksanaan putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap, wajib
terlebih dahulu diupayakan
penyelesaian melalui mediasi.
23. Obyek Sengketa cont’d
Pengecualian
• Sengketa dengan tenggang waktu
penyelesaiannya ditentukan oleh
perundang-undangan.
• Sengketa yang pemeriksaannya
dilakukan tanpa hadirnya penggugat
atau tergugat.
• Gugatan balik (rekonvensi) dan
intervensi.
• Sengketa mengenai pencegahan,
penolakan, pembatalan dan
pengesahan perkawinan.
24. Obyek Sengketa cont’d
Pengecualian
• Sengketa yang telah dilakukan
mediasi dengan mediator yang
terdaftar di pengadilan setempat
tetapi dinyatakan tidak berhasil
berdasarkan pernyataan yang
ditandatangani oleh para pihak dan
mediator tersebut.
25. Sifat Proses Mediasi
a. Bersifat tertutup.
(Proses mediasi pada
dasarnya tertutup
kecuali para pihak
menghendaki lain).
b. Kewajiban menghadiri
mediasi.
(Para pihak wajib menghadiri
secara langsung pertemuan
mediasi dengan atau tanpa
didampingi oleh kuasa
hukum)
26. Sifat Proses Mediasi cont’d
c. Iktikad baik menempuh mediasi.
Salah satu pihak dinyatakan tidak beriktikad baik oleh mediator
dalam hal bersangkutan:
• Tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 kali berturut-turut
dalam mediasi tanpa alasan sah.
• Ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal
pertemuan mediasi tanpa alasan sah.
• Menghadiri pertemuan mediasi, tetapi tidak mengajukan
dan/atau tidak menanggapi resume perkara pihak lain.
• Tidak menandatangani Kesepakatan Perdamaian yang telah
disepakati tanpa alasan sah.
27. Akibat Hukum Pihak Tidak Beriktikad Baik
Penggugat
Gugatan tidak dapat diterima.
Dikenai kewajiban
pembayaran biaya mediasi.
Tergugat
Dikenai kewajiban
pembayaran biaya mediasi.
Hakim mengeluarkan
penetapan bahwa tergugat
tidak beriktikad baik sebelum
melanjutkan pemeriksaan.
28. Akibat Hukum cont’d
Dalam hal para pihak secara bersama-
sama dinyatakan tidak beriktikad baik oleh
mediator, gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima oleh hakim pemeriksa perkara
tanpa penghukuman biaya mediasi.
29. Proses Mediasi
Para pihak berhak memilih seorang atau lebih mediator yang
tercatat dalam daftar mediator di pengadilan atau ditunjuk
oleh hakim.
Hakim pemeriksa perkara wajib menjelaskan prosedur
mediasi kepada para pihak.
Pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh
para pihak, hakim pemeriksa perkara mewajibkan para pihak
untuk menempuh mediasi.
30. Proses Mediasi cont’d
Paling lama 5 hari setelah Penetapan perintah untuk
melakukan mediasi dan menunjuk mediator, para pihak
menyerahkan resume perkara yang memuat duduk perkara
dan usulan perdamaian.
Mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan mediasi,
setelah menerima penetapan penunjukan sebagai mediator.
31. Proses Mediasi cont’d
Proses mediasi berlangsung paling lama 30 hari terhitung sejak
penetapan perintah melakukan mediasi dan dapat diperpanjang 30
hari lagi.
Jika mencapai kesepakatan,
dibuat Kesepakatan
Perdamaian.
Jika tidak, hakim menerbitkan
penetapan untuk melanjutkan
perkara.
32. Proses Mediasi cont’d
Jika para pihak tidak menghendaki Kesepakatan Perdamaian
dikuatkan dalam Akta Perdamaian, Kesepakatan Perdamaian
wajib memuat pencabutan gugatan.
Para pihak melalui mediator dapat mengajukan Kesepakatan
Perdamaian kepada hakim agar dikuatkan dalam Akta
Perdamaian.
34. Konsiliasi
Proses penyelesaian sengketa dimana terdapat pihak ketiga
yang memfasilitasi komunikasi di antara pihak-pihak yang
bersengketa dengan tujuan untuk membantu para pihak
menyelesaikan sengketa dan masalah di antara mereka.
35. Konsiliasi Mediasi
Proses konsiliasi serupa dengan mediasi yaitu bentuk
penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga, yaitu
mediator dan konsiliator.
Konsiliasi cont’d
36. Konsiliasi Mediasi
Perbedaannya, konsiliator aktif
memfasilitasi komunikasi di
antara dua pihak dan
memberikan solusi
penyelesaian.
Mediator tidak selalu aktif
memfasilitasi komunikasi di
antara para pihak.
Konsiliasi cont’d
37. Pendapat Mengikat
• Para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon
pendapat yang mengikat dari lembaga arbitrase (kepada
BANI) atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian.
• Terhadap pendapat yang mengikat tidak dapat dilakukan
perlawanan melalui upaya hukum apapun.
38. Pendapat Mengikat cont’d
Para pihak dapat mengajukan kepada
BANI untuk memberikan suatu pendapat
yang mengikat mengenai suatu persoalan
berkenaan dengan suatu perjanjian.
Pendapat yang mengikat misalnya
mengenai penafsiran ketentuan/pasal
dalam kontrak, penambahan/perubahan
ketentuan kontrak, dan lain-lain.
Pendapat mengikat yang diberikan BANI
mengikat para pihak dan yang bertindak
bertentangan dengan pendapat itu, akan
dianggap melanggar perjanjian.
39. Penilaian/Pendapat Ahli
Penilaian/pendapat ahli yaitu dimana para pihak menunjuk
seorang ahli untuk meneliti masalah (sengketa) yang mereka
hadapi dan membutuhkan pendapat seorang ahli khusus (experts
determination-experts appraisal).
40. Penilaian/Pendapat Ahli cont’d
Proses penilaian/pendapatan ahli
Terjadi sengketa di
antara para pihak.
Para pihak sepakat
untuk meminta
pendapat ahli
mengenai sengketa
yang dihadapi.
Ahli yang ditunjuk
oleh para pihak,
memberikan
penilaian/pendapat.
41. Ajudikasi
Cara penyelesaian Sengketa melalui pihak ketiga yang ditunjuk
para pihak yang bersengketa untuk menjatuhkan putusan atas
sengketa yang timbul diantara pihak dimaksud.
42. Ajudikasi cont’d
Contoh ajudikasi dalam kontrak FIDIC:
Para pihak menyetujui metode
penyelesaian sengketa dengan cara
ajudikasi dalam perjanjian dan menunjuk
dewan sengketa.
Jika terjadi sengketa, sengketa harus
diselesaikan terlebih dahulu melalui
ajudikasi dengan meminta keputusan
dewan sengketa.
43. Ajudikasi cont’d
Para pihak menunjuk dewan sengketa
yang beranggotakan (umumnya) 3 orang
untuk memutuskan hasil sengketa.
Setiap pihak menunjuk satu anggota
dewan sengketa dan menyepakati anggota
ke-3 dewan sengketa.
Para pihak kemudian menyediakan
informasi, akses dan fasilitas yang
diperlukan dewan sengketa dalam proses
pengambilan keputusan.
44. Ajudikasi cont’d
Dalam jangka waktu yang sudah ditentukan
dalam perjanjian atau dalam waktu yang
mungkin diusulkan oleh dewan sengketa
dan disetujui oleh para pihak, dewan
sengketa harus memberikan keputusan yang
disertai dengan alasan keputusan tersebut.
Keputusan dewan sengketa
tersebut mengikat sampai
adanya putusan
aribtrase/pengadilan.
45. Arbitrase
Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa
perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase
yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang
bersengketa.
(Dasar hukum UU
Arbitrase)
46. Obyek Sengketa
• Sengketa yang dapat diselesaikan melalui
arbitrase hanya sengketa di bidang
perdagangan dan mengenai hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
yang bersengketa.
• Sengketa yang tidak dapat diselesaikan
melalui arbitrase adalah sengketa yang
menurut peraturan perundang-undangan
tidak dapat diadakan perdamaian.
47. Perjanjian Arbitrase
Para pihak dapat menyetujui dan memperjanjikan dengan tegas
bahwa suatu sengketa yang terjadi atau yang akan terjadi
antara mereka untuk diselesaikan melalui arbitrase.
48. Perjanjian Arbitrase cont’d
Suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh
keadaan:
• meninggalnya salah satu pihak;
• bangkrutnya salah satu pihak;
• novasi;
• insolvensi salah satu pihak;
• perwarisan;
• bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan pada
pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan
perjanjian arbitrase tersebut; atau
• berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.
49. Kompetensi Arbitrase cont’d
• Dalam hal para pihak telah menyetujui bahwa sengketa di
antara mereka akan diselesaikan melalui arbitrase dan para
pihak telah memberikan wewenang, maka arbiter berwenang
menentukan dalam putusannya mengenai hak dan kewajiban
para pihak jika hal ini tidak diatur dalam perjanjian mereka.
• Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak
para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau
beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke
pengadilan negeri.
50. Kompetensi Arbitrase cont’d
• Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan
dengan menggunakan lembaga arbitrase nasional (BANI) atau
internasional (misal SIAC di Singapura) berdasarkan
kesepakatan para pihak.
• Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase dilakukan
menurut peraturan dan acara dari lembaga yang dipilih,
kecuali ditetapkan lain oleh para pihak.
51. Kompetensi Arbitrase cont’d
• Para pihak dalam suatu perjanjian yang tegas dan tertulis,
bebas untuk menentukan acara arbitrase yang digunakan
dalam pemeriksaan sengketa sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam UU Arbitrase.
• Tempat arbitrase ditentukan oleh arbiter atau majelis arbitrase,
kecuali ditentukan sendiri oleh para pihak.
52. Proses Arbitrase
Arbiter menyampaikan tuntutan tersebut kepada termohon
dengan disertai perintah untuk menanggapi dan memberikan
jawabannya secara tertulis dalam waktu paling lama 14
hari.
Pemohon menyampaikan surat tuntutannya kepada arbiter
atau majelis arbitrase mengenai penyeleseaian sengketa.
53. Proses Arbitrase cont’d
Dalam hal sudah ada jawaban dari termohon, perubahan
atau penambahan surat tuntutan hanya diperbolehkan
dengan persetujuan termohon.
Sebelum ada jawaban dari termohon, pemohon dapat
mencabut surat permohonan arbitrase.
54. Proses Arbitrase cont’d
Tuntutan balasan, diperiksa dan diputus oleh arbiter atau
majelis arbitrase bersama-sama dengan pokok sengketa.
Dalam jawabannya atau selambat-lambatnya pada sidang
pertama, termohon dapat mengajukan tuntutan balasan dan
terhadap tuntutan balasan tersebut pemohon diberi
kesempatan untuk menanggapi.
55. Proses Arbitrase cont’d
Apabila pada hari yang telah ditentukan, termohon tanpa
suatu alasan sah tidak datang menghadap, sedangkan
termohon telah dipanggil secara patut, arbiter atau majelis
arbitrase segera melakukan pemanggilan sekali lagi.
Apabila pada hari yang ditentukan pemohon tanpa suatu
alasan yang sah tidak datang menghadap, sedangkan telah
dipanggil secara patut, surat tuntutannya dinyatakan gugur
dan tugas arbiter atau majelis arbitrase dianggap selesai.
56. Proses Arbitrase cont’d
Paling lama 10 hari setelah pemanggilan kedua diterima
termohon dan tanpa alasan sah termohon juga tidak datang
menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan
diteruskan tanpa hadirnya termohon dan tuntutan pemohon
dikabulkan seluruhnya, kecuali jika tuntutan tidak beralasan
atau tidak berdasarkan hukum.
57. Proses Arbitrase cont’d
Dalam hal usaha perdamaian tercapai, maka arbiter atau
majelis arbitrase membuat suatu akta perdamaian yang final
dan mengikat para pihak dan memerintahkan para pihak
untuk memenuhi ketentuan perdamaian tersebut.
Dalam hal para pihak datang menghadap pada hari yang
telah ditetapkan, arbiter atau majelis arbitrase terlebih
dahulu mengusahakan perdamaian antara para pihak yang
bersengketa. (negosiasi).
58. Proses Arbitrase cont’d
Para pihak diberi kesempatan terakhir kali untuk
menjelaskan secara tertulis pendirian masing-masing serta
mengajukan bukti yang dianggap perlu untuk menguatkan
pendiriannya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh
arbiter atau majelis arbitrase.
Pemeriksaan terhadap pokok sengketa dilanjutkan apabila
usaha perdamaian tidak berhasil.
59. Pemeriksaan Sengketa
Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 hari setelah
pemeriksaan ditutup.
Apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, pemeriksaan
segera ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk
mengucapkan putusan arbitrase.
Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu
paling lama 180 hari sejak arbiter atau majelis arbitrase
terbentuk dan dapat diperpanjang.
60. Putusan Abitrase
Kepala putusan harus memuat irah-irah:
"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA"
Dalam putusan ditetapkan suatu jangka waktu putusan tersebut
harus dilaksanakan.
Dalam waktu paling lama 14 hari setelah putusan diterima, para
pihak dapat mengajukan permohonan untuk melakukan koreksi
terhadap kekeliruan administratif.
61. Pelaksanaan Putusan Arbitrase Nasional
Nasional Paling lama 30 hari sejak putusan diucapkan,
putusan tersebut diserahkan dan didaftarkan oleh
arbiter ke PN dalam wilayah hukum tempat tinggal
termohon.
Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai
kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak.
Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan
arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan
berdasarkan perintah ketua PN yang diberikan
paling lama 30 hari setelah permohonan salah satu
pihak.
62. Putusan Arbitrase Internasional
Putusan Arbitrase Internasional hanya diakui serta dapat
dilaksanakan di wilayah hukum Republik Indonesia, apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
• Dijatuhkan oleh lembaga arbitrase disuatu negara yang
terikat perjanjian pengakuan dan pelaksanaan putusan
arbitrase dengan Indonesia.
• Putusan sengketa yang termasuk dalam ruang lingkup
hukum perdagangan.
• Putusan hanya dapat dilaksanakan jika tidak bertentangan
dengan ketertiban umum.
63. Putusan Arbitrase Internasional cont’d
Internasio
nal
Hanya PN Jakarta Pusat yang berwenang
menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan
putusan abitrase internasional (memberikan
eksekuatur).
Permohonan pelaksanaan putusan arbitrase
internasional diajukan dan didaftarkan kepada
panitera PN Jakarta Pusat.
Terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang mengakui dan melaksanakan Putusan
Arbitrase Internasional, tidak dapat diajukan
banding atau kasasi.
64. Putusan Arbitrase Internasional cont’d
Internasio
nal
Terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang menolak untuk mengakui dan
melaksanakan suatu Putusan Arbitrase
Internasional, dapat diajukan kasasi.
MA mempertimbangkan serta memutuskan setiap
pengajuan kasasi, dalam jangka waktu paling lama
90 hari setelah permohonan kasasi tersebut diterima
oleh.
Terhadap putusan Mahkamah Agung tersebut tidak
dapat diajukan upaya perlawanan.
65. Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional
Putusan arbitrase internasional dapat
dilaksanakan di Indonesia setelah
memperoleh eksekuatur dari Ketua PN
Jakarta Pusat.
Putusan yang menyangkut Negara
Indonesia sebagai salah satu pihak
dalam sengketa, hanya dapat
dilaksanakan setelah memperoleh
eksekuatur dari MA.