Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Pengaruh pencemaran suara arus lalulintas terhadap masyarakat di jakarta dan sekitarnya
1. Pengaruh Pencemaran Suara Arus Lalu Lintas terhadap Masyarakat di Jakarta dan
sekitarnya
Jurnal
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir Mata Kuliah Workshop
LARA PERMATA SARI
3225111272
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
2. Pengaruh Pencemaran Suara Arus Lalu Lintas terhadap Masyarakat di Jakarta dan
sekitarnya
Lara Permata Sari, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
e-mail : AywaMama@yahoo.co.id
Abstrak: Meningkatnya mobilitas manusia memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman
nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Peningkatan pendapatan per kapita membuat masyarakat mampu untuk
membeli kendaraan seperti sepeda motor maupun mobil sebagai sarana pribadi. Selain itu peningkatan perekonomian
daerah juga menyebabkan kebutuhan akan sarana transportasi lain seperti bus dan truk meningkat. Akibatnya,
semakin hari, jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah
bahkan cenderung tidak terkendali. Hal ini menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah dampak pencemaran
suara yang ditimbulkan oleh lalu lintas. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) yang
telah melakukan survei pada tahun 2004, tercatat tingkat kebisingan di daerah Jakarta , baik di sisi jalan dan 80 meter
dari jalan , sedikit lebih tinggi dibandingkan Jabodetabek dan Botabek tingkat kebisingan . Pada sisi jalan , hanya 2
lokasi ( 6,06 % ) yang memiliki tingkat kebisingan kurang dari 70 dBA , dan di lokasi yang terletak 80 meter dari
jalan , hanya 10 situs ( 30,30 % ) memiliki tingkat kebisingan kurang dari 65 dBA. Pencemaran suara yang bersifat
terus-menerus dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia dan juga menimbulkan
kerugian secara materi karena dengan kesehatan yang terganggu maka produktivitas kerja akan menurun.
Kata Kunci : Pencemaran Suara, tingkat kebisingan
Sound Pollution Effect of the Traffic Flow in Jakarta and its surrounding
Abstract : The increasing mobility of people requiring transportation infrastructure are adequate , safe, convenient
and affordable for the community . The increase in per capita income makes people able to buy vehicles such as
motorcycles and cars as a means of personal . In addition to the increase in the regional economy also led to the need
for other means of transportation such as buses and trucks increased . As a result , the day , the amount of traffic and
type of vehicles using the streets even tend increasingly unmanageable . This caused the impact , one of which is the
impact of noise pollution caused by traffic . According to the Agency for Health Research and Development
( Balitbangkes ) which had conducted a survey in 2004 , recorded the noise level in the Jakarta area , both on the road
and 80 meters from the road , slightly higher than the Greater Jakarta and Botabek noise level . On the side of the road
, only 2 locations ( 6.06 % ) which has a noise level of less than 70 dBA , and at the site which is located 80 meters
from the road , only 10 sites ( 30.30 % ) have a noise level less than 65 dBA . Noise pollution is ongoing may result in
adverse effects or impacts on human health and also cause loss of material due to impaired health then labor
productivity will decrease .
Keywords: Sound Pollution, noise levels
3. PENDAHULUAN
Transportasi adalah suatu kegiatan pemindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Pertumbuhan
kendaraan di DKI Jakarta, sejak Januari hingga Oktober 2013 mencapai 8%. Jika diangkakan sekitar 1.218.000
kendaraan dari Januari sampai Oktober (Joko Widodo, 2013). Peningkatan pendapatan per kapita membuat masyarakat
mampu untuk membeli kendaraan seperti sepeda motor maupun mobil sebagai sarana pribadi. Selain itu peningkatan
perekonomian daerah juga menyebabkan kebutuhan akan sarana transportasi lain seperti bus dan truk meningkat.
Akibatnya, semakin hari, jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin
bertambah. Padatnya arus lalu lintas ini dapat menurunkan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh transportasi
tersebut, antara lain polusi suara, polusi udara, polusi air tanah serta getaran. Pada umumnya pencemaran suara dari
sistem transportasi sangat merugikan manusia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh tingkat pencemaran suara terhadap masyarakat Jakarta dan sekitarnya,
apakah masih ada pada tingkatan yang diijinkan atau sebaliknya. Masalah kebisingan merupakan masalah yang tidak
boleh dianggap sederhana, karena jika tingkat kebisingan tersebut sudah melebihi dari tingkat yang dijinkan, maka akan
berakibat yang kurang baik bagi manusia. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian tentang kebisingan dari suatu
hunian penduduk atau tempat fasilitas umum lainnya yang utamanya berada di wilayah padat penduduk seperti di
Jakarta dan sekitarnya, agar dapat dilakukan pengurangan atau penghilangan sumber bunyi yang dapat mengurangi
dampak dari pencemaran suara tersebut.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ilmiah yang berjudul,”Pengaruh Pencemaran Suara
Arus Lalu Lintas terhadap Masyarakat di Jakarta dan sekitarnya”, yaitu dengan menggunakan tipe study
literature artinya data-data yang diperoleh merupakan gabungan dari kumpulan-kumpulan informasi mutakhir
dari jurnal-jurnal ilmiah.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pencemaran Suara
Pencemaran suara adalah keadaan dimana masuknya suara yang masuk terlalu banyak sehingga mengganggu
kenyamanan lingkungan manusia. Pencemaran suara cukup menjadi ancama serius bagi kualitas lingkungan terutama
dibagian suasana.Sumber pencemaran suara adalah kebisingan, yaitu bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan
merusak pendengaran manusia.Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996
definisi bising adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Menurut menteri kesehatan Republik Indonesia bahwa
bising adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-aat produksi dan atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Alat pengukur tingkat suara disebut sound level meter,
satuan dari kebisingan adalah decibell (dB).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, tentang kebisingan yang
berhubungan dengan kesehatan dibagi dalam 4 zona sebagai berikut
4. No.
Zona
Tingkat Kebisingan yang
dianjurkan
1
A
35-45 dB
2
B
45-55 dB
3
C
50-60 dB
4
D
60-70 dB
Tabel 1. Tingkat kebisingan yang dianjurkan ; Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No. 718/Men/Kes/Per/XI/1987
Ket:
Zona A = Tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan, dsb;
Zona B =Perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya;
Zona C = perkantoran , perdagangan, pasar dan sejenisnya;
Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis dan sejenisnya
Pengaruh Arus Lalu lintas terhadap Pencemaran Suara
Kebisingan akibat lalu lintas adalah salah satu bunyi yang tidak dapat dihindari dari kehidupan modern dan juga
salah satu bunyi yang tidak dikehendaki, pengaruh arus lalu lintas ini terhadap pencemaran suara yang terjadi yaitu
antara lain:
1. Pengaruh Volume Lalu Lintas (Q)
Volume lalu lintas (Q) terhadap kebisingan sangat berpengaruh, hal ini bisa dipahami karena tingkat kebisingan lalu
lintas merupakan harga total dari beberapa tingkat kebisingan dimana masing-masing jenis kendaraan mempunyai
tingkat kebisingan yang berbeda-beda.
2. Pengaruh Kecepatan Rata–Rata Kendaraan (V)
Hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan rata-rata kendaraan bermotor berpengaruh
terhadap tingkat kebisingan.
5. 3. Pengaruh Kelandaian Memanjang Jalan
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk kelandaian memanjang yang lebih besar dari 2% akan menghasilkan koreksi
terhadap tingkat kebisingan.
4. Pengaruh Jarak Pengamat (D)
Dari hasil penelitian menunjukan bila sumber bising berupa suatu titik (point source), maka dengan adanya
penggandaan jarak pengamat, nilai tingkat kebisingan akan berkurang sebesar ± 6 dB dan akan berkurang kira-kira 3 dB
jika sumber bising suatu garis (line source).
5. Pengaruh Jenis Permukaan Jalan
Gesekan antara roda kendaraan dengan permukaan jalan yang dilalui akan menyebabkan koreksi terhadap kebisingan
dari kendaraan tersebut, besarnya koreksi tergantung dari jenis permukaan jalan yang dilalui.
6. Pengaruh Komposisi Lalu Lintas Arus lalu lintas di jalan umumnya terdiri dari berbagai tipe kendaraan antara lain:
sepeda motor, mobil penumpang, taksi, mini bus, pick up, bus, truk ringan dan kendaraan berat yang mempunyai tingkat
kebisingan masing-masing, sehingga kebisingan lalu lintas dipengaruhi oleh jenis kendaraan yang melintasi jalan
tersebut. Tingkat kebisingan lalu lintas merupakan harga total dari tingkat kebisingan masing-masing kendaraan.
7. Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan di sekitar jalan juga dapat mempengaruhi tingkat kebisingan lalu lintas yang
terjadi, seperti adanya pohon di tepi jalan. Berdasarkan penelitian didapat bahwa pepohonan dan semak-semak dapat
mengurangi kebisingan yang terjadi di sekitar lingkungan tersebut sebesar 2 dB.
6. Data Penelitian
Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) yang
telah melakukan survei pada tahun 2004 mengenai tingkat kebisingan di Jakarta , Bogor , Depok ,
Tangerang dan Bekasi . Sampel Tingkat kebisingan dikumpulkan dari 33 titik sampling dengan jarak
0 meter dan 80 meter dari jalan utama masing-masing . Level tertinggi dari kebisingan pada 0 meter
yang ditemukan di Jakarta Barat ( 81.53 dBA ) dan 80 meter dari jalan utama juga di Jakarta Barat
( 69,64 dBA ) . Perbedaan tertinggi tingkat kebisingan antara dua titik sampling di Kebon Sirih ,
Jakarta Pusat ( 26,94 % ) , dan yang terendah adalah di Pakuan , Bogor ( 0,79 % ) .
Di daerah seluruh Jabodetabek , rata-rata tingkat kebisingan 78.85 dBA ( 0 meteran ) , dan
67.24 dBA ( 80 meter ) , sehingga perbedaan tingkat kebisingan antara dua titik pengambilan sampel
adalah 14,72 % . Perbedaan sarana tingkat kebisingan antara dua lokasi pengambilan sampel untuk
wilayah Jakarta saja sudah 14,66 % , itu sedikit lebih rendah dari daerah sekitarnya Jakarta ( 14,79
% ) . Secara umum , dapat dinyatakan bahwa tingkat kebisingan di daerah Jakarta , baik di sisi jalan
dan 80 meter dari jalan , sedikit lebih tinggi dibandingkan Jabodetabek dan Botabek tingkat
kebisingan . Pada sisi jalan , hanya 2 lokasi ( 6,06 % ) yang memiliki tingkat kebisingan kurang dari
70 dBA , dan di lokasi yang terletak 80 meter dari jalan , hanya 10 situs ( 30,30 % ) memiliki tingkat
kebisingan kurang dari 65 dBA. Perbedaan alat-alat tingkat kebisingan antara dua lokasi pengambilan
sampel adalah signifikan. Berdasarkan data-data di atas, dapat dikatakan bahwa Rata-rata tingkat
pencemaran suara di wilayah dan sekitarnya tingkat kebisingannya melebihi rentang kebisingan yang
diperbolehkan
menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, yang artinya dapat berdampak negatif bagi masyarakat.
Pengaruh pencemaran suara lalulintas terhadap masyarakat
Berdasarkan data Pencemaran suara dampaknya tidak terlihat secara kasat mata, namun
dampaknya dapat di rasakan langsung oleh organ tubuh. Dampak pencemaran suara biasanya hanya
menyebabkan gangguan–gangguan kecil yang tidak begitu dirasakan oleh makhluk yang tercemari.
Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dapat mengakibatkan efek atau dampak yang
merugikan kesehatan manusia dan juga menimbulkan kerugian secara materi karena dengan kesehatan
yang terganggu maka produktivitas kerja akan menurun.
Menurut penelitian, gangguan psikologis akibat polusi suara dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu gangguan emosional, gaya hidup, dan pendengaran. Manusia yang tidak terbiasa dengan
kebisingan akan terganggu secara emosional dalam bentuk kejengkelan dan kebingungan. Gaya
hidup juga mulai bergeser termasuk jam tidur karena beberapa orang tidak bisa tidur jika ada suara di
sekitar. Gangguan pendengaran yang berujung kepada ketulian jika suara yang dihasilkan melewati
batas ambang.
7. Selain berakibat merusak gendang pendengaran, menurut Dr. Luther Terry, pencemaran suara
juga mengakibatkan: kontruksi jantung, peredaran darah, meningkatkan kerja hati, pernafasan yang
meningkat, menghambat penyerapan kulit dan tekanan kerangka otot, sistem pencernaan berubah,
aktivitas yang berhubungan dengan kelenjar yang memberi pertanda pada zat-zat kimia dalam tubuh
termasuk darah dan air seni, efek keseimbangan organ. Juga keseimbangan efek perasa dan perubahan
kimia di otak. Itu semua merupakan sebagian dari efek suara bising pada manusia.
Terry juga mengungkapkan adanya efek negatif suara gaduh dalam perkembangan janin.
Penelitian menemukan pula, kalau setelah terpapar suara berkekuatan tinggi, seperti suara pesawat
yang tinggal landas atau tempat kerja yang sangat ramai, tekanan darah meningkat hingga 30%.
Pengaruh negatif bertambah dengan adanya kenyataan tekanan darah meningkat dalam tingkat yang
tinggi, bahkan saat paparan suara bising berakhir.
Sebuah penelitian di Jerman menemukan, bahwa tinggal di daerah yang bising dan jalanan
yang sibuk memungkinkan mengakibatkan serangan jantung sebesar 20%, lebih tinggi dari pada
orang-orang
yang
tinggal
di
daerah
tenang.
Cara menanggulangi efek dari Pencemaran suara
Upaya penanggulangan pencemaran suara lalulintas dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:
1. Utamanya upaya untuk mengontrol tingkat kebisingan harus ditujukan dengan mengelola
faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti memperbaiki kondisi permukaan jalan ,
membuat lalu lintas bebas mengalir , meningkatkan ketertiban berkendara termasuk dalam
menggunakan muffler dan tanduk , dan konstruksi penghalang kebisingan termasuk tress
tanam atau semak-semak.
2. Kebijakan yang sudah diambil oleh pemerintah dalam menanggulangi polusi suara dan polusi
udara adalah mengendarai mobil dengan sistem 3 in 1 yaitu dalam satu mobil minimal harus
diisi dengan 3 orang, agar keributan yang terjadi akibat kemacetan, asap dan desing suara
mesin tidak terlalu memadati jalan raya. Selain itu yang perlu dilakukan pemerintah adalah
mengurangi penjualan kendaraan bermotor, karena hal ini merupakan salah satu pemacu
terjadinya kebisingan di jalanan. Karena melihat kenyataan sekarang ini, setiap individu tidak
lepas dari kendaraan bermotor.
8. Kesimpulan
1. Padatnya arus lalu lintas ini dapat menurunkan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh
transportasi tersebut, antara lain polusi suara, polusi udara, polusi air tanah serta getaran. Pada
umumnya pencemaran suara dari sistem transportasi sangat merugikan manusia.
2. Di daerah seluruh Jabodetabek , rata-rata tingkat kebisingan 78.85 dBA ( 0 meteran ) , dan
67.24 dBA ( 80 meter ) , sehingga perbedaan tingkat kebisingan antara dua titik pengambilan
sampel adalah 14,72 % .
3. Secara umum , dapat dinyatakan bahwa tingkat kebisingan di daerah Jakarta , baik di sisi
jalan dan 80 meter dari jalan , sedikit lebih tinggi dibandingkan Jabodetabek dan Botabek
tingkat kebisingan.
4. Rata-rata tingkat pencemaran suara di wilayah dan sekitarnya tingkat kebisingannya melebihi
rentang kebisingan yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, yang artinya dapat berdampak negatif bagi
masyarakat.
5. Menurut penelitian, gangguan psikologis akibat polusi suara dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu gangguan emosional, gaya hidup, dan pendengaran.
6. Upaya penanggulangan pencemaran suara lalulintas secara umum dapat dilakukan dengan
mengelola faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti memperbaiki kondisi permukaan
jalan , membuat lalu lintas bebas mengalir , meningkatkan ketertiban berkendara termasuk
dalam menggunakan muffler dan tanduk , dan konstruksi penghalang kebisingan termasuk
tress tanam atau semak-semak.
9. Daftar Pustaka
Fakhrudin, Sam. 2012. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dengan Tingkat
Kebisingan Kendaraan pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makasar. Jurnal Tugas Akhir:
Universitas Hasanudin
Martono,
Hendro,
dkk.
2001.
“Tingkat
Kebisingan
di
DKI
Jakarta
dan
Sekitarnya
”(http://www.scribd.com/doc/27178834/Tingkat-Kebisingan-Di-Dki-Jakarta-Dan-Sekitarnya,
diakses pada tanggal 10 Desember 2013)
Simanjuntak, Alfred. 2009. Model Kebisingan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Jenderal Sudirman
Kota Makassar. Skripsi. Makassar : Universitas Hasanuddin
Suma, I Dewa Putu. Pengaruh Kebisingan Kegiatan Bandar Udara Terhadap Masyarakat
Pemukim di Sekitar Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta. Thesis:
Universitas Indonesia
Syarif, Helmi dan Purnama, Ratna.2013. Kendaraan Bertambah 1 Juta Unit per Tahun”. Kompas,
2013.
Wahyuni, Sari. 2009. Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas dan Tingkat Kebisingan pada
Ruas Jalan A.P. Pettarani Kota M://akassar. Skripsi. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Wardika, Ketut dkk. 2011. “Analisis Kebisingan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Arteri (Studi
Kasus Jalan Prof. DR. IB. Mantra pada KM 15 s/d KM 16”. Jurnal: Universitas
Udayana