SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 32
KRISTI EKAWATI DARMAWAN PUTRI
PERDARAHAN POSTPARTUM
BAB I
LATAR BELAKANG
 AKI  salah satu indikator penilaian status
kesehatan.
 Tiga faktor utama kematian ibu melahirkan :
perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi
(11%).
• Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228
kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDGS ke-5,
pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup, yaitu mengurangi kematian
maternal 75% dari tahun 1990 sampai dengan 2015.
• perdarahan postpartum  penyebab utama kematian
ibu saat melahirkan.
 Perdarahan postpartum  yang masif yang
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan
pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya.
 Perdarahan postpartum bukanlah suatu diagnosis
akan tetapi suatu kejadian yang harus dicari
kausalnya
 Perdarahan postpartum yang dapat
menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24
jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam
satu minggu setelah bayi lahir, dan 82-88%
dalam dua minggu setelah bayi lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
 Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih
dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak
lahir.
EPIDEMIOLOGI
 Insidensi angka kejadian perdarahan postpartum
setelah persalinan pervaginam yaitu 5-8%.
 Peningkatan angka kematian maternal karena
perdarahan postpartum terjadi dinegara
berkembang :
1. kurangnya tenaga kesehatan yang memadai
2. kurangnya layanan transfusi
3. kurangnya layanan operasi.
KLASIFIKASI
 Perdarahan postpartum primer (early postpartum
hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah
anak lahir.
 Perdarahan postpartum sekunder (late
postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24
jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15
postpartum.
Postpartum Primer (early postpartum hemorrhage)
 Atonia Uteri
 Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi
rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir.
 Faktor predisposisi :
 Umur : umur yang terlalu muda atau tua.
 Uterus yang mengalami distensi berlebihan rentan menjadi
hipotonus setelah pelahiran. Distensi uterus berlebihan
dapat terjadi pada perempuan dengan janin besar,
multiple, atau hidramnion.
 Paritas : multipara dan grandemultipara.
 Partus lama dan partus terlantar.
 Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri dan solusio
plasenta.
 Malnutrisi
 Diagnosis atonia uteri ditegakkan:
1. bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal
2. pada palpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang
lembek.
 Robekan jalan lahir
 Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada
persalinan dengan trauma.
 Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif
dan traumatik  robekan jalan lahir.
 Dihindarkan memimpin persalinan pada saat
pembukaan serviks belum lengkap. Robekan
jalan lahir biasanya akibat episiotomy, robekan
spontan perineum, trauma forceps atau vakum
ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
 Retensio plasenta
 Retensio plasenta adalah bila plasenta tetap
tinggal dalam uterus setengah jam setelah anak
lahir.
 Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh
adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
 Plasenta akreta : implantasi menembus desidua
basalis dan nitabuch layer.
 Plasenta inkreta bila plasenta sampai
menembus miometrum
 Plasenta perkreta bila vili korialis sampai
menembus perimetrium.
 Proses kala III didahului dengan tahap pelepasan
plasenta akan ditandai oleh perdarahan
pervaginam (cala pelepasan Duncan) / plasenta
sudah sebagian lepas tetapi tidak keluar
pervaginam (cara pelepasan schultze), sampai
akhirnya tahap ekspulsi plasenta lahir.
 Retensio plasenta, sepanjang plasenta belum
lepas, maka tidak akan menimbulkan
perdarahan.
 Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak
(perdarahan kala III).
 Diantisipasi  melakukan plasenta manual,
meskipun kala uri belum lewat setengah jam
 Sisa plasenta bisa diduga :
1. kala uri berlangsung tidak lancar
2. setelah melakukan plasenta manual atau
menemukan adanya kotiledon yang tidak
lengkap pada saat melakukan pemeriksaan
plasenta
3. masih ada perdarahan dari OUE pada saat
kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan
lahir sudah terjahit.
• Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi ke dalam
rahim dengan cara manual/digital atau kuret
dan pemberian uterotonika
 Perdarahan karena gangguan pembekuan darah
 Perdarahan postpartum akibat gangguan
pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab
lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada
riwayat pernah mengalami hal yang sama pada
persalinan sebelumnya.
 Pada pemeriksaan penunjang :
 hasil pemeriksaan faal hemostasis yang
abnormal.
Waktu perdarahan dan waktu pembekuan
memanjang, trombositopenia, terjadi
hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP
(Fibrin degradation product) serta perpanjangan
tes protombin dan PTT (partial tromboplastin
time).
Perdarahan Postpartum Sekunder (late postpartum hemorrhage)
 Sisa plasenta
 DIC (gangguan pembekuan darah)
PENATALAKSANAAN
ATONIA UTERI
 Kenali dan tegakkan diagnosis atonia uteri
 Sikap trendelenburg, pemasangan infus, dan
oksigen
 Merangsang kontraksi uterus dengan cara :
 Masase fundus uteri dan merangsang putting
susu
 Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui
suntikan secara i.m, i.v atau s.c.
 Pemberian derivat prostaglandin F2a.
 Pemberian misoprostol 800-1000 ug perrektal.
Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi
masih terjadi perdarahan lakukan tindakan
spesifik :
 Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar
 Kompresi bimanual eksternal
Menekan uterus melalui dinding abdomen
dengan jalan saling mendekatkan kedua belah
telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau
aliran darah yang keluar, bila perdaraha
berkurang kompresi dilakukan pertahankan
hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau
dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Apabila
belum berhasil, dapat dilakukan kompresi
bimanual internal.
 Kompresi bimanual internal
Uterus ditekan diantara telapak tangan pada
dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjepit pembuluh darah di dalam
miometrium (sebagai pengganti kontraksi).
Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan
kondisi ini bila perdarahan berkurang atau
berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi
kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi,
cobakan kompresi aorta abdominalis
 Komrpresi aorta abdominalis
 Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan
kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah
umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan,
hingga mencapai kolumna vertebralis.
Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau
sangat mengurangi denyut arteri femoralis.
Pada rumah sakit rujukan
 Ligasi arteri uterine dan ovarika
 Operasi ransel B Lynch
 Histerektomi supravaginal atau total abdominal
 Plasenta inkarserata
 Pilih fluothane atau eter untuk kontriksi serviks
yang kuat tetapi siapkan infuse oksitosis 20 IU
dalam 500 ml NS/RL dengan 40 tetes per menit
untuk mengantisipasi gangguan kontraksi yang
disebabkan bahan anestesi tersebut
 Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi
serviks dapat dilalui oleh cunam ovum lakukan
maneuver sekrup untuk melahirkan plasenta.
Untuk prosedur tersebut, berikan analgetik
(tramadol 100 mg IV atau pethidine 50 mg IV dan
sedative diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik
yang terpisah.
Plasenta akreta
Plasenta dengan separasi parsial
 Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk
mengedan
 Psang infuse oksitosin 20 unit dalam 500 cc
NS/RL dengan 40 tetes per menit. Bila perlu
kombinasika dengan misoprostol 400 mg rectal.
 Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan
plasenta, lakukan manual plasenta.
 Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
 Lakukan transfusi bila diperlukan.
 Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr
IV/oral + metronidazol 1 g supositoria/oral).
Robekan jalan lahir
 Semua sumber perdarahan yang terbuka harus
diklem, diikat dan luka ditutup dengan jahitan cat-gut
lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti.
1. Ruptur perineum dan robekan dinding vagina
 Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi
laserasi dan sumber perdarahan.
 Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan
antiseptic.
 Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan
kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap.
 Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian.yang
paling distal terhadap operator
2. Robekan serviks
 Jepitkan klem ovum pada kedua sisi porsio yang
robek sehingga perdarahan dapat dihentikan. Jika
setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan
lain, lakukan penjahitan. Jahitan dimulai dari ujung
atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua
robekan dapat dijahit.
 Setelah tindakan periksa tanda vital pasien, kontraksi
uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca
tindakan.
 Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas
ditemukan tanda-tanda infeksi.
 Bila terjadi deficit cairan, lakukan restorasi dan bila
kadar HB di bawah 8 g% berikan transfusi darah.
Gangguan pembekuan darah
 Transfusi darah dan produksnya sepertii plasma
beku segar, trombosit, fibrinogen, dan hepanisasi
atau pemberian EACA (epsilon amino caproic
acid)
PENCEGAHAN
 Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki
keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis,
anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan
persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan
optimal.
 Mengenal faktor predisposisi perdarahan postpartum.
 Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan
pencegahan partus lama.
 Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas
rumah sakit rujukan.
 Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga
kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun.
 Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama
menghadapi perdarahan postpartum dan
mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.
BAB III
KESIMPULAN
 Perdarahan postpartum  salah satu penyebab
kematian ibu pasca melahirkan selain eklampsia
dan infeksi. Perdarahan postpartum adalah
perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir.
 Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi
2, yaitu, Early Postpartum yang terjadi 24 jam
pertama setelah bayi lahir, dan Late Postpartum
yang terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah
bayi lahir.
 Tiga hal yang harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum adalah menghentikan
perdarahan, mencegah timbulnya syok, dan
mengganti darah yang hilang.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Inversio uteri
Inversio uteriInversio uteri
Inversio uteri
Kiki Kino
 
Persalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & ivPersalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & iv
Rofi'ah Muwafaqoh
 
Perdarahan postpartum paper
Perdarahan postpartum paperPerdarahan postpartum paper
Perdarahan postpartum paper
fegrianafia
 

Mais procurados (19)

Kasus hpp
Kasus hppKasus hpp
Kasus hpp
 
Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartumPerdarahan postpartum
Perdarahan postpartum
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Perdarahan Post Partum
Perdarahan Post PartumPerdarahan Post Partum
Perdarahan Post Partum
 
Perdarahan kala IV
Perdarahan kala IVPerdarahan kala IV
Perdarahan kala IV
 
perdarahan kala III dan IV final
perdarahan kala III dan IV finalperdarahan kala III dan IV final
perdarahan kala III dan IV final
 
Pp post partum
Pp post partumPp post partum
Pp post partum
 
Retensio plasenta
Retensio plasentaRetensio plasenta
Retensio plasenta
 
Inversio uteri
Inversio uteriInversio uteri
Inversio uteri
 
Persalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & ivPersalinan dengan penyulit kala iii & iv
Persalinan dengan penyulit kala iii & iv
 
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
 
10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinan10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinan
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
retensio plasenta
retensio plasentaretensio plasenta
retensio plasenta
 
Perdarahan postpartum paper
Perdarahan postpartum paperPerdarahan postpartum paper
Perdarahan postpartum paper
 
162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp
 
Haemorraghe post partum
Haemorraghe post partumHaemorraghe post partum
Haemorraghe post partum
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Perdarahan Post Partum dan Syok
Perdarahan Post Partum dan SyokPerdarahan Post Partum dan Syok
Perdarahan Post Partum dan Syok
 

Semelhante a Neuro

Post partum
Post partumPost partum
Post partum
fhermien
 
Penyulit kala 3 persalinan poltekkes surakarta
Penyulit kala 3 persalinan poltekkes surakartaPenyulit kala 3 persalinan poltekkes surakarta
Penyulit kala 3 persalinan poltekkes surakarta
Yunita Dipra
 

Semelhante a Neuro (20)

162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp
 
Pp hdocx
Pp hdocxPp hdocx
Pp hdocx
 
Makalah hpp
Makalah hppMakalah hpp
Makalah hpp
 
Post partum
Post partumPost partum
Post partum
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
 
Plasenta Previa
Plasenta PreviaPlasenta Previa
Plasenta Previa
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
 
Perdarahan postpartum rev.pptx
Perdarahan postpartum rev.pptxPerdarahan postpartum rev.pptx
Perdarahan postpartum rev.pptx
 
Makalah hpp
Makalah hppMakalah hpp
Makalah hpp
 
Makalah hpp
Makalah hppMakalah hpp
Makalah hpp
 
Makalah hpp
Makalah hppMakalah hpp
Makalah hpp
 
Perdarahan Post Partum
Perdarahan Post PartumPerdarahan Post Partum
Perdarahan Post Partum
 
Penyulit kala 3 persalinan poltekkes surakarta
Penyulit kala 3 persalinan poltekkes surakartaPenyulit kala 3 persalinan poltekkes surakarta
Penyulit kala 3 persalinan poltekkes surakarta
 
SALIN PENYULIT KALA III DAN IV
SALIN PENYULIT KALA III DAN IVSALIN PENYULIT KALA III DAN IV
SALIN PENYULIT KALA III DAN IV
 
Abortus, perdarahan antepartum
Abortus, perdarahan antepartumAbortus, perdarahan antepartum
Abortus, perdarahan antepartum
 
Kegawatdaruratan_Obstetri.ppt
Kegawatdaruratan_Obstetri.pptKegawatdaruratan_Obstetri.ppt
Kegawatdaruratan_Obstetri.ppt
 
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNARetensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
Pendarahan pada hamil tua
Pendarahan pada hamil tuaPendarahan pada hamil tua
Pendarahan pada hamil tua
 
-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx
 

Último

Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 

Último (20)

Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 

Neuro

  • 1. KRISTI EKAWATI DARMAWAN PUTRI PERDARAHAN POSTPARTUM
  • 3.  AKI  salah satu indikator penilaian status kesehatan.  Tiga faktor utama kematian ibu melahirkan : perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). • Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDGS ke-5, pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup, yaitu mengurangi kematian maternal 75% dari tahun 1990 sampai dengan 2015. • perdarahan postpartum  penyebab utama kematian ibu saat melahirkan.
  • 4.  Perdarahan postpartum  yang masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya.  Perdarahan postpartum bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu kejadian yang harus dicari kausalnya  Perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir.
  • 6. DEFINISI  Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
  • 7. EPIDEMIOLOGI  Insidensi angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu 5-8%.  Peningkatan angka kematian maternal karena perdarahan postpartum terjadi dinegara berkembang : 1. kurangnya tenaga kesehatan yang memadai 2. kurangnya layanan transfusi 3. kurangnya layanan operasi.
  • 8. KLASIFIKASI  Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.  Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
  • 9. Postpartum Primer (early postpartum hemorrhage)  Atonia Uteri  Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.  Faktor predisposisi :  Umur : umur yang terlalu muda atau tua.  Uterus yang mengalami distensi berlebihan rentan menjadi hipotonus setelah pelahiran. Distensi uterus berlebihan dapat terjadi pada perempuan dengan janin besar, multiple, atau hidramnion.  Paritas : multipara dan grandemultipara.  Partus lama dan partus terlantar.  Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri dan solusio plasenta.  Malnutrisi
  • 10.  Diagnosis atonia uteri ditegakkan: 1. bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal 2. pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
  • 11.  Robekan jalan lahir  Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.  Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik  robekan jalan lahir.  Dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomy, robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
  • 12.
  • 13.  Retensio plasenta  Retensio plasenta adalah bila plasenta tetap tinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir.  Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
  • 14.  Plasenta akreta : implantasi menembus desidua basalis dan nitabuch layer.  Plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrum  Plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.
  • 15.  Proses kala III didahului dengan tahap pelepasan plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cala pelepasan Duncan) / plasenta sudah sebagian lepas tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi plasenta lahir.  Retensio plasenta, sepanjang plasenta belum lepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan.  Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III).  Diantisipasi  melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam
  • 16.  Sisa plasenta bisa diduga : 1. kala uri berlangsung tidak lancar 2. setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta 3. masih ada perdarahan dari OUE pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. • Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika
  • 17.  Perdarahan karena gangguan pembekuan darah  Perdarahan postpartum akibat gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.  Pada pemeriksaan penunjang :  hasil pemeriksaan faal hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (Fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT (partial tromboplastin time).
  • 18. Perdarahan Postpartum Sekunder (late postpartum hemorrhage)  Sisa plasenta  DIC (gangguan pembekuan darah)
  • 19. PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI  Kenali dan tegakkan diagnosis atonia uteri  Sikap trendelenburg, pemasangan infus, dan oksigen  Merangsang kontraksi uterus dengan cara :  Masase fundus uteri dan merangsang putting susu  Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara i.m, i.v atau s.c.  Pemberian derivat prostaglandin F2a.  Pemberian misoprostol 800-1000 ug perrektal.
  • 20. Bila semua tindakan di atas telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan lakukan tindakan spesifik :  Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar  Kompresi bimanual eksternal Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar, bila perdaraha berkurang kompresi dilakukan pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Apabila belum berhasil, dapat dilakukan kompresi bimanual internal.
  • 21.  Kompresi bimanual internal Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, cobakan kompresi aorta abdominalis
  • 22.  Komrpresi aorta abdominalis  Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis.
  • 23. Pada rumah sakit rujukan  Ligasi arteri uterine dan ovarika  Operasi ransel B Lynch  Histerektomi supravaginal atau total abdominal
  • 24.  Plasenta inkarserata  Pilih fluothane atau eter untuk kontriksi serviks yang kuat tetapi siapkan infuse oksitosis 20 IU dalam 500 ml NS/RL dengan 40 tetes per menit untuk mengantisipasi gangguan kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut  Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum lakukan maneuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut, berikan analgetik (tramadol 100 mg IV atau pethidine 50 mg IV dan sedative diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik yang terpisah.
  • 26. Plasenta dengan separasi parsial  Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan  Psang infuse oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetes per menit. Bila perlu kombinasika dengan misoprostol 400 mg rectal.  Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta.  Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.  Lakukan transfusi bila diperlukan.  Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral + metronidazol 1 g supositoria/oral).
  • 27. Robekan jalan lahir  Semua sumber perdarahan yang terbuka harus diklem, diikat dan luka ditutup dengan jahitan cat-gut lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti. 1. Ruptur perineum dan robekan dinding vagina  Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan.  Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic.  Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap.  Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian.yang paling distal terhadap operator
  • 28. 2. Robekan serviks  Jepitkan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat dihentikan. Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan. Jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.  Setelah tindakan periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan.  Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemukan tanda-tanda infeksi.  Bila terjadi deficit cairan, lakukan restorasi dan bila kadar HB di bawah 8 g% berikan transfusi darah.
  • 29. Gangguan pembekuan darah  Transfusi darah dan produksnya sepertii plasma beku segar, trombosit, fibrinogen, dan hepanisasi atau pemberian EACA (epsilon amino caproic acid)
  • 30. PENCEGAHAN  Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal.  Mengenal faktor predisposisi perdarahan postpartum.  Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama.  Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.  Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun.  Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi perdarahan postpartum dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.
  • 32.  Perdarahan postpartum  salah satu penyebab kematian ibu pasca melahirkan selain eklampsia dan infeksi. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.  Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu, Early Postpartum yang terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan Late Postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir.  Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum adalah menghentikan perdarahan, mencegah timbulnya syok, dan mengganti darah yang hilang.