1. “Hari ini kami telah menyaksikan
hal-hal yang sangat mengherankan”
(Luk. 5:26)
V. Indra Sanjaya, Pr
Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan
Bulan Kitab Suci Nasional 2012
3. MUKJIZAT
Tahun 1975-1976 boleh dikatakan merupakan tahun-tahun awal bagi
apa yang sekarang disebut dengan Bulan Kitab Suci Nasional.
Selama kira-kira 35 tahun sejak saat itu, aneka macam tema sudah
ditawarkan dan dibahas bersama umat dalam rangka menggairahkan
minat umat beriman kepada Kitab Suci. Pada bulan Kitab Suci
Tahun lalu, tahun 2011, umat beriman diajak mendengarkan dan
merenungkan perumpamaan-perumpamaan Sang Guru, yaitu Yesus.
Pada kesempatan yang sama untuk tahun ini, tahun 2012, umat
beriman diajak mendengarkan dan merenungkan mukjizat-mukjizat
yang dikerjakan-Nya.
Dalam karya Yesus, keduanya (perumpamaan dan mukjizat) me-
mang tidak bisa dipisahkan. Keduanya berkaitan amat erat dan saling
menentukan. Keduanya menjadi unsur pokok dari karya publik
Yesus. Silakan membaca injil dan kita akan menyadari bahwa yang
dibuat Yesus dalam pelayanan publik-Nya, praktis hanya ada dua,
yaitu apa yang Ia katakan dan apa yang Ia lakukan, atau dengan
pasangan kata yang lain, sabda dan karya. Dari sekian banyak peng-
ajaran yang diberikan Yesus, beberapa di antaranya adalah perumpa-
maan; sementara dari sekian banyak yang dibuat Yesus, beberapa di
antaranya adalah tindakan yang kerap kali disebut mukjizat. Karena
itu, saya rasa memang merupakan suatu langkah yang pas kalau pada
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 |3
4. tahun ini kita membahas mukjizat setelah tahun sebelumnya, kita
merenungkan kata-kata atau Firman Yesus, khususnya yang berben-
tuk perumpamaan. Untuk membantu jemaat beriman memasuki
Bulan Kitab Suci tahun ini, disusunlah Gagasan Pendukung ini.
Lalu bagaimana Gagasan Pendukung ini mau dikemas? Mukjizat-mukji-
zat Yesus bisa dipandang dari berbagai sudut pandang. Karena itu,
kita mencoba membahas beberapa aspek penting dari mukjizat itu
agar mempunyai gambaran yang kurang lebih lengkap tentang
mukjizat-mukjizat Yesus. Selain beberapa ulasan tentang mukjizat
secara umum, akan disampaikan juga pembahasan empat kisah
mukjizat yang akan kita jadikan bahan dalam pertemuan dalam
rangka Bulan Kitab Suci Nasional.
Yesus dan Mukjizat-mukjizat-Nya
Mukjizat! Tidak bisa dipungkiri bahwa kata itu bak magnet yang
mengundang banyak orang untuk memperbincangkan dan memper-
soalkannya. Tidak harus dipungkiri bahwa mukjizat bisa kita tero-
pong dari berbagai macam sudut, baik dalam konteks religius
maupun di luar konteks religius. Akan tetapi, karena pada hari-hari
ini kita mau membahas mukjizat dalam rangka Bulan Kitab Suci,
maka rasa saya tepat kalau kita mengawali pembicaraan tentang muk-
jizat ini dari Kitab Suci. Bahwa nanti kita juga akan menyinggung
kisah mukjizat dari perspektif lain, itu lain perkara.
Lukas memberi kesaksian bahwa pada suatu hari ketika Yohanes
Pembaptis mendengar kabar dari murid-muridnya tentang apa yang
diperbuat oleh Yesus, ia mengutus dua di antara muridnya untuk
menghadap Yesus dengan membawa pertanyaan ini, “Engkaukah
yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?”
Dan kepada mereka, Yesus memberikan jawaban demikian, “Pergi-
lah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu
dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta
4|Menyaksikan M u k j i za t T u h a n
5. menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan
kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk. 7:22 bdk. Mat.
11:4-5). “...apa yang kamu lihat dan kamu dengar...” Kata-kata
Tuhan ini biasanya menunjuk pada dua unsur pelayanan Yesus, yaitu
‘yang dilihat’ atau karya atau tindakan Yesus dan ‘yang didengar’ atau
pewartaan atau sabda Yesus.
Pada kesempatan lain, tatkala menceritakan pengalaman dua murid
yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Emaus, Lukas mengisahkan
pembicaraan antara dua murid itu dengan Yesus yang bangkit, tetapi
tidak mereka kenal. Tentang Yesus dari Nazaret, dua orang itu
mengatakan, “Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam peker-
jaan dan perkataan di hadapan Allah dan seluruh bangsa kami” (Luk.
24:9). Sekali lagi dipakai di sini rumusan ‘pekerjaan dan perkataan’.
Kalau kita membolak-balik injil – khususnya injil pertama, kedua dan
ketiga – kita akan bertemu dengan sekian banyak kisah-kisah mukji-
zat. Terus terang tidak mudah menentukan secara persis berapa
mukjizat yang sebenarnya dikerjakan oleh Yesus. Bisa terjadi satu
peristiwa diceritakan beberapa kali dengan detil yang sedikit agak
berbeda. Meskipun demikian, secara umum, bisa dikatakan bahwa
kisah mukjizat Yesus terdapat dalam daftar di bawah ini.
11 mukjizat Matius Markus Lukas
4 mukjizat Matius Lukas
1 mukjizat Markus Lukas
2 mukjizat Matius Lukas
3 mukjizat Matius
2 mukjizat Markus
7 mukjizat Lukas
Persoalannya semakin merepotkan karena kadangkala kita juga ber-
hadapan dengan teks yang hanya menyebutkan bahwa telah terjadi
mukjizat tanpa mengisahkan apa dan bagaimana terjadinya. Misalnya,
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 |5
6. di antara para ibu yang mengikuti Yesus, ada seorang yang oleh
Lukas disebut demikian, “Maria yang disebut Magdalena, yang telah
dibebaskan dari tujuh roh jahat” (Luk. 8:2 bdk. Mrk. 16:9). Tampak-
nya atas diri Maria Magdalena pernah terjadi mukjizat pengusiran
setan. Tetapi, di dalam injil tidak ada kisah mendetil tentang hal ini.
Belum lagi kalau kita berhadapan dengan informasi seperti ini:
“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah
ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-
orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka. Lalu
tersebarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya
semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita berbagai penyakit dan
sengsara, yang kerasukan setan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu
Yesus menyembuhkan mereka” (Mat. 4,22-23).
Dari teks seperti ini, yang lazim disebut sebagai Summarium, kita
hanya tahu bahwa mukjizat terjadi. Tetapi, sekali lagi, kita sama seka-
li tidak tahu berapa kali mukjizat Yesus terjadi, mukjizat apa yang
terjadi, atau bagaimana mukjizat itu terjadi.
Di dalam tradisi injil Yohanes, kita hanya mendapatkan tujuh mukji-
zat dalam bagian pertama injil, yang biasa disebut Kitab Tanda-tanda
(Yoh. 1-12) dan satu lagi pada bagian appendiks (Yoh. 21). Dalam
injil Yohanes, dipergunakan istilah ‘tanda’ (semeion) untuk menyebut
mukjizat (lihat misalnya, Yoh. 2:11; 4:54). Mukjizat-mukjizat itu bisa
diperinci sebagai berikut: tiga mukjizat penyembuhan (Yoh. 4:43-54;
5:1-47; 9:1-41), satu mukjizat menghidupkan orang mati (Yoh. 11:1-
44), dan empat mukjizat alam (Yoh. 2:1-12; 6:1-13; 6:16-21; 21:6-11).
Dari antara empat mukjizat alam ini ada dua yang mempunyai pa-
danan dalam injil sinoptik, yaitu pemberian makan kepada lima ribu
orang (Yoh. 6:1-13 bdk. Mrk. 6:30-44) dan Yesus berjalan di atas air
(Yoh. 6:16-21 bdk. Mrk. 6:45-52).
Yang juga menarik dalam Injil Yohanes adalah bahwa injil ini tidak
mempunyai kisah mukjizat pengusiran setan. Di dalam injil Yohanes
memang tidak sekali pun disebutkan mengenai roh bisu atau roh
jahat. Apakah hal ini mencerminkan suatu pemahaman yang lebih
maju tentang setan dan pengusiran setan? Dalam Yoh. 10:21 kita
6|Menyaksikan M u k j i za t T u h a n
7. mendapatkan teks yang berbunyi, “Itu bukan perkataan orang yang
kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang
buta?” Menurut keterangan ini, setan atau roh jahat tampaknya tidak
mempunyai kekuatan sebagaimana dikisahkan dalam injil sinoptik,
seperti misalnya, mengguncangkan orang yang dirasukinya (Mrk.
1:26) atau berteriak-teriak (Mrk. 3:11) atau menyeret orang yang
dimasukinya (Luk. 8:29).
Memperhatikan begitu banyaknya mukjizat yang diperbuat oleh
Yesus, tampaknya kita perlu menyimpulkan bahwa karya mukjizat
bukanlah pekerjaan sampingan saja. Mukjizat Yesus merupakan
bagian integral dari seluruh karya pelayanan publik-Nya. Jika
demikian, kita bisa bertanya: apa sebenarnya tugas utama yang mesti
dilaksanakan oleh Yesus?
Yesus dan Kerajaan Allah
Dalam Injil Markus kata-kata pertama yang keluar dari mulut Yesus
terdapat dalam Mrk. 1:15, “Saatnya telah genap; Kerajaan Allah
sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Biasanya,
kata-kata yang pertama kali diucapkan seorang tokoh menunjukkan
arah penting untuk memahami sang tokoh. Kalau demikian, menu-
rut Markus, kehadiran Yesus ada kaitannya dengan Kerajaan Allah.
Suatu kali di tempat lain, ketika Yesus menyingkir ke tempat yang
sunyi, orang banyak datang mencari Dia dan berusaha menahan Dia
agar tidak meninggalkan mereka. Menanggapi permintaan mereka
itu, Yesus menjawab, “Di kota-kota lain juga Aku harus memberita-
kan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus” (Luk. 4:42-
43). Memperhatikan rumusan ini, kelihatan bahwa Yesus datang
untuk mewartakan Kerajaan Allah (atau Kerajaan Surga kalau kita
mengikuti tradisi Matius bdk. Mat. 4:17). Ada dua pertanyaan yang
mesti kita renungkan bersama: 1. apa yang dimaksud dengan Kera-
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 |7
8. jaan Allah dan 2. bagaimana Yesus mau melaksanakan tugas
perutusan-Nya ini?
Kerajaan Allah?
Di dalam karya publik-Nya berulangkali Ia bicara tentang Kerajaan
Allah, yang merupakan inti pewartaan-Nya. Tidak jarang kita mene-
mukan rumusan, misalnya, “Kerajaan Surga itu seumpama...” Tetapi,
satu kali pun Yesus tidak pernah menjelaskan apa itu Kerajaan Surga
atau Kerajaan Allah.
Istilah persis, “Kerajaan Allah” memang tidak terdapat dalam Per-
janjian Lama. Akan tetapi, di banyak tempat kita menemukan rumus-
an yang lebih antropomorfisme, yaitu “Allah meraja” dengan aneka
macam variasinya. Tampaknya dalam periode tertentu dalam sejarah
bangsa Israel, terjadi perubahan dalam cara menyebut Allah yang
berkarya. Penyebutan langsung nama Allah dihindarkan. Karena itu,
“Allah meraja” (Kel. 15:18; Yes. 24:23; 52:7; Yeh. 20:33) diganti
menjadi Kerajaan Allah, yang artinya sebenarnya sama saja. Bagi para
nabi, Kerajaan Allah ini mendapat arti eskatologis: Kerajaan Allah
adalah tindakan Allah penuh yang definitif dan terakhir (lihat
misalnya, Mi. 2:12 dst; 4:1-7; Yes. 24:21-23; 33:22; Zef. 3:14-20).
Seorang raja yang ideal diharapkan bisa memenuhi dua kewajiban
utama. Pertama, mampu menjamin kemerdekaan rakyatnya dari
hadapan ancaman dari bangsa-bangsa sekitar. Karena itu, diharapkan
bahwa ia mempunyai kekuatan militer yang cukup untuk menja-
lankan fungsinya. Kedua, mampu menjamin terwujudnya keadilan di
antara rakyatnya, terutama kepada mereka yang kecil, lemah, miskin
dan tersingkir. Kedua hal tersebut juga diharapkan dari Allah sebagai
raja. Tidak mengherankan jika pada zaman Yesus terbersit juga sebu-
ah harapan yang berkembang di beberapa kelompok Yahudi bahwa
Kerajaan Allah yang datang berarti pembebasan Israel dari penja-
jahan Romawi (lihat Luk. 24:21; bdk. Kis 1:6). Yesaya memaklumkan
bahwa Allah yang datang dan meraja adalah Allah yang berpihak
pada orang miskin.
8|Menyaksikan M u k j i za t T u h a n
9. “Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran
Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu! Pada waktu itu mata orang-
orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada
waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu
akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai
di padang belantara” (Yes. 35:4-6)
Nubuat Yesaya ini persis diulang kembali oleh Yesus saat Ia menja-
wab pertanyaan murid-murid Yohanes Pembaptis yang menanyakan
identitasnya (Luk. 7:22 bdk. Mat. 11:4-5).
Di tempat lain, Yesaya menubuatkan bahwa Roh Tuhan akan turun
pada seseorang (nabi). Dialah yang akan diurapi Tuhan untuk
mewartakan kabar baik kepada orang miskin.
“Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi
aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang sengsara (= miskin), dan merawat orang-orang yang remuk hati,
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara” (Yes 61:1)
Di dalam Alkitab, frase ‘kepada orang miskin diberitakan kabar baik’
dalam bahasa Yunani (ptōchois euanggelizomai) hanya muncul empat
kali, sekali dalam PL yaitu Yes 61:1 (LXX) dan tiga kali dalam PB,
yaitu Mat. 11:5; Luk. 7:22 dan 4:18. Perlu dicatat di sini bahwa teks
PL versi Indonesia yang kita miliki yang berbunyi “menyampaikan
kabar baik kepada orang-orang sengsara” sebenarnya lebih tepat diterje-
mahkan dengan “kepada orang-orang miskin.” Dengan demikian, fakta
ini meneguhkan apa yang sudah dikatakan di atas bahwa Luk. 7:22
(dan Mat. 11:5) merupakan kutipan dari dua nubuat nabi Yesaya.
Teks ketiga yang memuat Yes. 61:1 adalah Luk. 4:18-19 yang ber-
bunyi.
Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia
menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-
orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 |9
10. Di sinagoga Kapernaum Yesus membaca kitab nabi Yesaya dan
membaca persis bagian ini. Pada ay. 21 Yesus menegaskan bahwa
“Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”
Dengan demikian, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Sang Utus-
an yang dinubuatkan oleh Yesaya, yang akan diurapi oleh Roh
Tuhan. Itu berarti bahwa Dia juga yang akan memainkan perannya
sebagai yang mewartakan kabar baik kepada orang miskin, dan
macam-macam hal seperti tertulis dalam Luk. 4:18 itu.
Pengamatan teks yang kita lakukan di atas membawa kita pada satu
kesimpulan. Yesus adalah tokoh yang datang untuk menjalankan
perannya atas nama Allah untuk membebaskan yang kecil, miskin,
lemah dan tersingkir. Dialah yang mewartakan Kabar Gembira
kepada orang kecil, miskin, lemah dan tersingkir. Dialah yang datang
untuk mewartakan Kerajaan Allah atau Allah yang meraja.
Bagaimana Yesus mewartakan Kerajaan Allah?
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah: bagaimana Yesus
mewartakan kedatangan Kerajaan Allah itu? Untuk pertanyaan ini,
saya kira jawabannya jelas: karya publik Yesus harus diletakkan
dalam kerangka pewartaan Kerajaan Allah. Secara konkret ini berarti
bahwa Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui perkataan dan
tindakan-Nya. “Ya...pasti begitulah! Mau bagaimana lagi?” demikian
orang bisa berkomentar. “Tetapi, apakah bisa dijelaskan secara lebih
persis hubungan antara perkataan dan tindakan Yesus?” Seperti
sudah dikatakan, di beberapa teks, kedua hal ini, perkataan dan
tindakan selalu muncul bersama-sama dan dengan demikian menun-
jukkan hubungan yang amat erat antara keduanya. Bagaimana?
Pada suatu hari, ketika Yesus baru selesai menyembuhkan seorang
buta dan bisu yang baru saja dikuasai setan, orang Farisi berko-
mentar, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, pemimpin
setan” (Luk. 11:15 bdk. 11:28; Mat. 12:24; Mrk. 3:22). Ada dua hal
yang mungkin menarik untuk diperhatikan dari teks seperti ini.
Pertama, tindakan mengusir setan dan/atau menyembuhkan orang
10 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
11. sakit tampaknya merupakan sesuatu yang lazim terjadi – paling tidak
menurut pandangan orang pada zaman tersebut. Bahwa Yesus bisa
menyembuhkan orang sakit atau kerasukan setan sama sekali tidak
dipersoalkan oleh orang Farisi. Tampaknya kekuatan ini merupakan
sesuatu yang bisa juga diberikan kepada orang lain. Dalam Mat. 10:1
(bdk. Mrk. 3:15; Luk. 9:1) dikatakan bahwa para murid diberi kuasa
(eksousia) “untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk menyembuhkan
orang-orang dari segala penyakit dan kelemahan.” Kedua, yang diper-
soalkan dari diri Yesus bukan kemampuannya untuk mengusir setan,
tetapi asal muasal kekuatan tersebut. Beberapa kali Yesus ditanya
mengenai hal ini. Dalam Mrk. 11:28 (bdk. Mat. 21:23), tampaknya
setelah Yesus mengutuk pohon ara, Yesus ditanya oleh para tokoh
agama, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?
Siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau
melakukan hal-hal itu?” Orang-orang sekampung Yesus juga pernah
mempersoalkan kehebatan-Nya ini. “Maka takjublah mereka dan
berkata, “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk
mengadakan mukjizat-mukjizat itu?” (Mat. 13:54). Kali ini, orang
Farisi menuduh Yesus membuat penyembuhan dengan kekuatan
Beelzebul yang disebut dengan Pemimpin Setan. Justru karena pada
zaman itu mukjizat merupakan sesuatu yang tidak jarang terjadi,
yang dipersoalkan adalah kekuatan mana yang mendasari tindakan
Yesus itu.
Untuk menanggapi tuduhan orang Farisi itu, Yesus kemudian
berkata, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa (harafiah:
dengan jari) Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang
kepadamu” (Luk. 11:20 bdk. Mat. 12:28). Dengan kata-kata ini dua
hal ditegaskan oleh Yesus. Pertama, kuasa yang bekerja dalam diri
Yesus yang membuat-Nya mampu mengusir setan bukanlah kuasa
Beelzebul, melainkan kuasa Allah sendiri. Di sini tampak relasi
antara perkataan dan tindakan Yesus. Tanpa keterangan yang disam-
paikan-Nya, tindakan Yesus yang mengherankan itu menimbulkan
pertanyaan dan tuduhan banyak orang. Yang sebaliknya juga rasanya
benar, tanpa tindakan-Nya kata-kata Yesus bisa saja hanya dianggap
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 11
12. omong kosong belaka. Berulang kali orang-orang meminta tanda
kepada Yesus,, “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya kami
dapat melihatnya dan percaya kepada-Mu? Apakah yang Engkau
kerjakan?” (Yoh. 6:30). Dengan kata lain, keduanya saling meleng-
kapi: tindakan meneguhkan perkataan Yesus, kata-kata Yesus mene-
rangkan tindakan-Nya.
Hal kedua yang juga ditegaskan oleh kata-kata Yesus dalam Luk.
11:20 adalah bahwa tindakan pengusiran setan ini merupakan tanda
hadirnya Kerajaan Allah. Dengan kehadiran Kerajaan Allah, kejahat-
an dikalahkan. Dosa, penderitaan fisik maupun mental, malapetaka
alam dan kematian adalah bentuk-bentuk kuasa kejahatan dalam
hidup manusia. Sekarang, Yesus tampil membawa kuasa kerajaan
dan menyatakan bahwa lawan kuasa kejahatan sekarang bekerja di
antara manusia untuk mengalahkan kejahatan. Yesus tidak hanya
datang untuk mewartakan Kerajaan Allah, tetapi juga menghadirkan
Kerajaan Allah melalui tindakan-Nya.
Bagian ini bisa ditutup dengan sebuah rangkuman pendek. Tindak-
an-tindakan Yesus yang seringkali mengherankan, yang dalam hal ini
kita sebut mukjizat, ternyata memainkan peranan integral dalam
seluruh karya pelayanan Yesus. Mukjizat itu meneguhkan firman
Yesus yang disampaikan kepada banyak orang. Mukjizat itu juga
sekaligus menjadi tanda datangnya Kerajaan Allah yang mengalahkan
kuasa kejahatan yang menyengsarakan manusia.
Mukjizat dan Ragamnya
Di dalam injil diceritakan sekian banyak mukjizat mengagumkan
yang dibuat Yesus. Flavius Josephus, sejarawan Yahudi abad
pertama, juga memberi kesaksian tentang Yesus yang digambarkan-
nya sebagai “pembuat karya-karya yang mengagumkan” (= paradoxon
ergon poietes) (Ant 18.3.3 63-64). Di dalam Alkitab bahasa Indo-
nesia, beberapa peristiwa luar biasa yang diperbuat oleh Yesus dise-
12 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
13. but “mukjizat” (Mrk. 6:2.5; Luk. 10:13; 19:37; Mat. 13:54). Dalam
teks aslinya tidak pernah ditemukan kata “mukjizat” (Latin:
miraculum).
Injil-injil sinoptik menggunakan kata dynameis yang sebenarnya ber-
arti “karya kuasa.” Injil Yohanes menggunakan kata erga “karya,
pekerjaan” (Yoh. 5:36; 10:25.32) atau semeia yang berarti “tanda”
(Yoh. 2:11; 4:54; 9:16). Dua istilah yang dipakai Yohanes menga-
lihkan perhatian kita dari memandang karya-karya istimewa yang
mengatasi hukum alam menjadi karya-karya yang mempunyai makna
dan arti religius. Mukjizat yang dibuat Yesus tidak berhenti di situ,
tetapi membawa kepada sesuatu yang ada di baliknya. Sementara
istilah pertama, dynameis, lebih menunjuk kepada pribadi Yesus dan
kerajaan yang Ia wartakan. Dengan demikian semua mempunyai ciri
kristologis.
Dari injil kita juga tahu bahwa ada beberapa macam mukjizat yang
dikerjakan Yesus. Karena kisahnya terlalu bervariasi, tidak mudah
untuk menentukan jenis mukjizat macam apa yang secara konkret
diperbuat oleh Yesus.1 Secara umum mukjizat Yesus dapat dimasuk-
kan dalam 4 (empat) golongan: a) Penyembuhan, b) Pengusiran
setan, c) Menghidupkan orang mati, dan d) Mukjizat alam.
a. Pengusiran Setan
Gagasan bahwa roh jahat bisa mengganggu manusia baik dari luar
maupun dari dalam (kerasukan setan) sebenarnya merupakan gagasa-
n yang berkembang luas di mana-mana. Bahkan sampai saat ini, di
generasi iPad ini kita masih mendengar kisah-kisah seperti itu. Kisah
orang kerasukan setan serta eksorsisme terus saja menjadi kisah yang
menyita perhatian khalayak.
1Kendati para ahli tidak selalu sepakat, rasanya kita bisa mengikuti pengelompokkan
mukjizat Yesus yang diusulkan oleh Joseph A. Fitzmyer, SJ (A Christological Catechism,
34).
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 13
14. Catatan yang terdapat dalam Alkitab menunjukkan bahwa para
murid Yesus yang pertama meyakini bahwa mereka mendapatkan
kuasa mengusir setan/roh jahat dari Yesus sendiri sebagai bagian
dari pengutusan mereka (Mrk. 6:7; Mat. 10:1.8; Luk. 9:1). Tidak
hanya itu, satu kali Injil Markus bahkan mencatat bahwa seorang
yang bukan pengikut Yesus juga mengusir setan atas nama-Nya (Mrk.
9:38-40). Kisah Para Rasul menceritakan bahwa Paulus mampu
mengusir roh jahat yang merasuki seseorang (Kis. 16:16-18; bdk.
juga 19:12). Sementara itu beberapa dukun Yahudi berusaha meniru
Paulus mengusir roh jahat dalam nama Yesus, tetapi ternyata tidak
berhasil (19:13-17).
Seperti disinggung di atas, kecuali injil Yohanes, Injil Sinoptik bebe-
rapa kali menceritakan bagaimana Yesus mengusir setan/roh jahat.
Misalnya:
pengusiran roh jahat di rumah ibadat Kapernaum (Mrk. 1:21-
28; Luk. 4:33-37)
pengusiran roh jahat dari orang Gerasa (Mrk. 5:1-20 par)
pengusiran roh dari seorang anak yang bisu (Mrk. 9:14-29 par)
penyembuhan orang bisu yang kerasukan setan (Mat. 9:32-34)
orang buta dan bisu yang kerasukan setan (Mat. 12:22-23; Luk.
11:14)
pembebasan Maria Magdalena dari tujuh roh jahat ( Luk. 8:2)
perempuan Siro-Fenisia yang anaknya kerasukan setan (Mrk.
7:24-30; Mat. 15:21-28)
Dalam mengusir roh jahat atau setan, Yesus tidak menggunakan
teknik-teknik tertentu yang mungkin lazim dipergunakan waktu itu.
Dia tidak berdoa, tidak melakukan gerak-gerik tertentu, tidak meng-
ucapkan mantera tertentu, dan tidak menggunakan benda-benda ter-
tentu. Yesus juga tidak mengusir setan atas nama seseorang seperti
yang dilakukan orang (lihat misalnya Kis. 16:18; 19:13). Yang dibuat
Yesus hanyalah membentak, menegor dengan keras, dan mengusir
setan atau roh jahat yang merasuki seseorang.
14 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
15. Pengusiran setan menjadi bagian integral dari seluruh karya pelayan-
an Yesus yang mau membebaskan bangsa Israel dari segala penyakit
dan kekuatan jahat yang mengakibatkan penderitaan dalam diri
mereka. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat.
19:28).
b. Penyembuhan
Mukjizat penyembuhan termasuk karya Yesus yang mempunyai
ragam bervariasi. Akan tetapi, dengan hanya membaca kisah-kisah
tersebut, kita tidak tahu persis penyakit apa saja yang sebenarnya
disembuhkan oleh Yesus. Gambaran yang disampaikan oleh para
penulis injil ditentukan oleh situasi orang zaman itu yang belum
mempunyai pengetahuan yang memadai untuk menentukan suatu
penyakit. Di dalam Injil tidak ada medical record dari orang-orang yang
menderita sakit dan disembuhkan Yesus. Meskipun demikian, kita
bisa menggolongkan mukjizat penyembuhan itu sebagai berikut:
1) Terdapat empat atau lima kisah mukjizat penyembuhan orang
yang lumpuh (Mrk. 2:1-12; Yoh. 5:1-9; Mat. 8:5-13), orang yang
tangannya mati sebelah (Mrk. 3:1-6); perempuan yang bungkuk
punggungnya (Luk. 13:10-17). Di sini mungkin masih ditam-
bahkan apa yang dirumuskan secara umum dalam Mat. 11:5
yang mengatakan, “orang lumpuh berjalan.” Semua kisah itu
berasal dari tradisi yang berbeda-beda.
2) Ada tiga kisah berbeda yang bersangkut-paut dengan penyem-
buhan orang buta (Mrk. 10:46-52; Mrk. 8:22-26; Yoh. 9:1-47).
Mungkin juga bisa ditambahkan rumusan umum, “orang buta
melihat” (Mat. 11:5).
3) Dua kasus orang kusta (Mrk. 1:40-45 par; Luk. 17:11-19).
4) Kasus-kasus yang hanya terjadi sekali: penyembuhan ibu mertua
Petrus (Mrk. 1:29-31 par); perempuan yang sakit pendarahan
(Mrk. 5:24-34 par); seorang yang sakit busung air (Luk. 14:1-6);
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 15
16. seorang yang tuli dan gagap (Mrk. 7:31-37); hamba Imam Besar
yang telinganya disembuhkan (Luk. 22:49-51).
Kalau kita memperhatikan banyaknya mukjizat penyembuhan yang
dibuat Yesus dan mempertimbangkan bahwa kisah-kisah itu sebe-
narnya berasal dari tradisi yang berbeda-beda, tidak bisa dikesam-
pingkan kemungkinan bahwa semasa hidup-Nya, Yesus memang
pernah melakukan tindakan penyembuhan orang yang menderita
sakit.
c. Menghidupkan orang mati
Menyembuhkan orang sakit saja sudah membuat heboh banyak
orang, apalagi menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Boleh
dikatakan bahwa mukjizat jenis ini yang paling merepotkan manusia
modern. Beberapa ahli pernah berpendapat bahwa mukjizat jenis ini
sebenarnya merupakan ciptaan Gereja Perdana untuk mengungkap-
kan keyakinan Gereja bahwa Kristus yang bangkit telah mengalah-
kan kuasa kematian.
Tetapi, kita juga bisa mempersoalkan bahwa gagasan seperti itu sebe-
narnya bertitik tolak dari sebuah penalaran tertentu. Karena mukjizat
itu tidak bisa terjadi, -demikian titik tolak berpikir banyak orang-
kisah-kisah injil tentang mukjizat pasti tidak sungguh-sungguh
terjadi. Kalau sekarang hal itu dianggap tidak bisa terjadi, dulu pun
pasti tidak pernah terjadi. Atau kemungkinan orang memberi penje-
lasan bahwa orang mati yang dibangkitkan sebenarnya bukanlah
orang yang benar-benar sudah mati. Apa yang mereka anggap ‘mati’
mungkin saja sebenarnya belum mati. Apalagi pada zaman itu, pema-
haman medis tentu masih amat primitif dibandingkan zaman kita ini.
Tetapi, apakah hanya demikian? Dalam Perjanjian Lama terdapat
beberapa cerita tentang seorang tokoh yang membangkitkan orang
mati. Misalnya, Elia dan Elisa (1Raj. 17:17-24; 2Raj. 4:18-37; bdk.
2Raj. 13,-20-21). Dalam Kisah Para Rasul dikisahkan bahwa Petrus
membangkitkan seorang perempuan bernama Tabita atau Dorkas
(Kis. 9:36-43). Beberapa tulisan Greko-Romawi memuat juga kisah-
16 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
17. kisah tentang orang sudah mati yang dihidupkan kembali. Demikian
juga beberapa kisah dalam tradisi Kristiani dan tradisi rabinik.
Dengan demikian, mesti dikatakan bahwa meskipun jumlahnya sedi-
kit, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kisah penyembuhan dan
pengusiran setan, kisah pembangkitan orang mati ternyata juga ada
dan beredar. Karena itu, tradisi Kristiani awal yang mendengar atau
mengisahkan kisah Yesus membuat mukjizat membangkitkan orang
mati sebenarnya tidak mendengar sesuatu yang sama sekali belum
pernah didengar sebelumnya.
Di dalam Injil, sebenarnya hanya ada tiga kisah yang menceritakan
Yesus membangkitkan orang mati:
1. membangkitkan anak Yairus (Mrk. 5:21-43 par) yang berasal
dari tradisi Markus;
2. membangkitkan anak muda di Nain (Luk. 7:11-17) yang hanya
terdapat dalam Injil Lukas dan berasal dari tradisi Lukas;
3. membangkitkan Lazarus (Yoh. 11:1-46) yang berasal dari tradisi
Yohanes.
Di sini kita bisa menambahkan kata-kata Yesus yang biasanya dikata-
kan berasal dari tradisi Q (terdapat hanya dalam Mat. dan Luk), yaitu
“... orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh,
orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang
miskin diberitakan kabar baik” (Mat. 11:5; Luk. 7:22).
Data-data di atas menunjukkan bahwa ternyata setiap tradisi yang
berada di belakang keempat injil, ternyata menyimpan kisah Yesus
yang membangkitkan orang mati. Dari sini kita hanya dapat menga-
takan bahwa kisah mukjizat Yesus yang membangkitkan orang mati
kemungkinan besar mempunyai dasar pada hidup dan pelayanan
Yesus sendiri.
Di dalam Injil sebenarnya kita bertemu dengan dua model kisah
pembangkitan orang mati atau kisah kebangkitan. Kedua model itu
berbeda satu sama lain secara mencolok. Yang pertama adalah kisah
kebangkitan orang mati yang terjadi semasa karya publik Yesus.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 17
18. Dalam kisah ini, mereka yang tadinya sudah mati mendapatkan
kembali kehidupannya dengan segala sesuatunya. Tentang anak
Yairus yang dibangkitkan dikatakan bahwa ia “berdiri dan berjalan”
(Mrk. 5:42); sementara Yesus sendiri menyuruh mereka memberi
anak itu makan (Mrk. 5:43). Anak seorang janda dari Nain, setelah
dibangkitkan, “duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerah-
kannya kepada ibunya” (Luk. 7:15). Demikian juga Lazarus keluar
dari kubur, “kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan
mukanya tertutup dengan kain peluh” (Yoh. 11:44). Berbeda dengan
yang terjadi pada Yesus. Ketika Ia bangkit dikatakan bahwa “kain
kafan terletak di tanah, sedangkan kain peluh yang tadinya ada di
kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi terlipat
tersendiri di tempat yang lain” (Yoh. 20:6-7).
Jika diperhatikan, ketiga kisah mukjizat membangkitkan orang mati
mempunyai unsur-unsur yang sama:
1. Yesus bertemu dengan orang yang sedang mengalami kesedihan
karena kehilangan (kecuali Luk. 7:11-17)
2. Yesus berkata atau bertindak yang membangkitkan orang yang
sudah mati itu
3. Reaksi dari orang yang mengamati.
Kalau kita mengamati struktur kisah ini, kita melihat bahwa sebenar-
nya kisah ini lebih mirip dengan mukjizat penyembuhan orang sakit.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa mukjizat pembangkitan
orang mati lebih berkaitan dengan kehidupan fisik di dunia ini.
Orang yang sudah mati, ‘disembuhkan’ dari ‘penyakit’ terakhir, yaitu
kematian dan kemudian dikembalikan ke kehidupan sebelumnya.
Kisah kedua adalah kisah tentang kebangkitan Yesus sendiri. Kisah
ini sama sekali berbeda dengan kisah-kisah mukjizat yang diceritakan
di atas. Yesus dibangkitkan tidak berarti bahwa Ia kembali ke kehi-
dupan sebelumnya. Kebangkitan Yesus tidak berarti Ia kembali ke
kehidupan yang lama, melainkan berpindah melintasi kematian me-
nuju kepenuhan kehidupan abadi dalam persekutuan dengan Allah
sendiri. Berbeda dengan mukjizat pembangkitan orang mati yang di
18 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
19. dalam Injil hampir selalu dikisahkan dengan lengkap, kita sama sekali
tidak mempunyai narasi tentang kebangkitan Yesus.
d. Mukjizat Alam
Kelompok keempat biasanya disebut dengan ‘mukjizat alam’ (Nature
Miracle). Sebutan ‘mukjizat alam’ rasanya terlalu umum dan tidak bisa
menunjukkan ciri-ciri khusus dari masing-masing mukjizat ini.
Kisah-kisah ini tidak mempunyai struktur yang jelas seperti misalnya
yang terdapat dalam kisah-kisah penyembuhan (lihat di atas sehu-
bungan dengan kisah pembangkitan orang mati). Entah karena
alasan apa, tiba-tiba saja Yesus berjalan di atas air (lihat Mrk. 6:45-52
bdk. Yoh. 6:16-21). Demikian juga kisah Yesus yang mengutuk
pohon ara (Mrk. 11:12-14.20-21). Rasanya tidak ada alasan yang
amat mendesak yang memaksa Yesus untuk berbuat demikian. Kita
juga bisa bertanya, sebenarnya tindakan apa yang mengakibatkan
sebuah mukjizat alam terjadi? Dalam ketiga mukjizat lainnya, hal ini
cukup kentara, misalnya Yesus menghardik roh jahat, atau memerin-
tahkan si lumpuh untuk bangkit, atau yang lain. Tetapi, di dalam
kisah mukjizat alam? Apa yang menyebabkan terjadinya mukjizat
pergandaan roti? Apakah pada saat Yesus ‘menengadah ke langit dan
mengucap berkat” (misalnya Mrk. 6:41 passim)?
Kita tidak perlu memasuki diskusi semacam ini, kita langsung saja
melihat secara lebih mendetil mukjizat apa yang biasanya
digolongkan dengan ‘mukjizat alam’ ini.
1. Mukjizat Pemberian (Gift Miracle). Termasuk dalam kategori ini
adalah kisah di mana benda atau hal-hal tertentu tersedia dengan
cara yang amat mengherankan. Misalnya, kisah pergandaan roti
(Mrk. 6:30-44 dsb.) dan kisah perkawinan di Kana ketika Yesus
mengubah air menjadi anggur (Yoh. 2:1-11).
2. Mukjizat Penampakan Tuhan (Epiphany Miracle). Dalam mukji-
zat ini keilahian seorang pribadi tampak dengan jelas. Satu-satunya
mukjizat yang masuk dalam kategori ini adalah kisah Yesus yang
berjalan di atas air (Mrk. 6:45-52 bdk. Yoh. 6:16-21).
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 19
20. 3. Mukjizat Penyelamatan (Resque Miracle). Kisah ini menceritakan
penyelamatan entah dari angin badai yang mengamuk atau dari pen-
jara. Sepanjang berkaitan dengan kisah Yesus, satu-satunya contoh
untuk mukjizat jenis ini adalah kisah Yesus yang menenangkan angin
ribut (Mrk. 4:35-41; Mat. 8:23-27; Luk. 8:22-25). Kisah lain di luar
injil bisa ditemukan misalnya dalam Kis. 5:17-25 yang menceritakan
bagaimana para rasul dibebaskan dari penjara.
4. Mukjizat Kutukan (Curse Miracle). Dengan kata-katanya, sang
pembuat mukjizat menyebabkan terjadinya sesuatu yang merugikan
atau kerusakan. Satu-satunya contoh dari pengalaman Yesus adalah
ketika Ia mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Mrk. 11:12-
14.20-21; Mat. 21:18-22).
Kalau kita mengamati kisah-kisah yang tersaji di atas, tampak bahwa
setiap kisah hanya muncul sekali di dalam Injil. Hanya dua kisah saja
yang diceritakan dua kali dalam tradisi yang berbeda, yaitu kisah
Yesus yang berjalan di atas air (Yoh. 6:16-21; Mrk. 6:4-52) dan kisah
penggandaan roti (Mrk. 6:30-44 dsb; Yoh. 6:1-15). Berkaitan dengan
mukjizat Yesus, persis dua mukjizat ini yang menghubungkan tradisi
sinoptik dengan tradisi Yohanes.
***
Demikianlah, mukjizat-mukjizat Yesus sebagaimana diceritakan
dalam Injil bisa dikategorikan ke dalam empat golongan besar. Dua
catatan penting kiranya bisa disampaikan di sini.
Pertama, antara tiga kategori pertama dengan kategori terakhir ada
dua perbedaan besar. Ketiga kategori pertama, yang terdiri dari
mukjizat pengusiran roh jahat, penyembuhan dan pembangkitan
orang mati, sebenarnya mempunyai kesamaan fundamental. Ketiga
mukjizat itu sebenarnya bisa dikategorikan mukjizat penyembuhan
atau penyelamatan. Bagaimanapun, kisah-kisah itu menunjukkan
bahwa orang diselamatkan atau disembuhkan entah dari setan atau
roh jahat, dari penyakit, atau dari kematian. Sementara mukjizat yang
kita masukkan dalam kategori keempat tidak mempunyai kesera-
20 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
21. gaman apa pun yang bisa mempersatukan. Kisah-kisah ini menceri-
takan peristiwa-peristiwa yang satu sama lain berbeda sama sekali.
Kedua, dalam Injil kita menemukan banyak kisah mukjizat yang
termasuk dalam tiga kategori pertama (pengusiran roh jahat,
penyembuhan dan pembangkitan orang mati). Kisah-kisah seperti
itu bisa ditemukan di setiap tradisi yang melatarbelakangi Injil
(misalnya, tradisi Markus, tradisi L, tradisi M, tradisi Q, dan tradisi
Yohanes). Sementara ‘mukjizat alam’ hanya ditemukan masing-
masing sekali saja. Hal ini tentu saja menyulitkan bagi mereka yang
mau menyelidiki historisitasnya.
Sebagaimana sudah tersirat di sana sini, kisah-kisah mukjizat menim-
bulkan pertanyaan dalam diri banyak orang, khususnya manusia
modern yang merasa diri sudah mempunyai jawaban atas segala
persoalan hidup. Karena itu, sebelum kita melanjutkan perbincangan
tentang mukjizat dalam kerangka Bulan Kitab Suci Nasional, sedikit
kita singgung soal bagaimana pada zaman ini mukjizat bisa dipahami.
Sebagian besar uraian tentang mukjizat di bawah ini diolah terutama
dari John P. Meier, Marginal Jew II, 509-1038.
Mukjizat?
Kita sudah melihat bahwa pada dasarnya karya publik Yesus diwar-
nai dengan dua unsur yang saling berkaitan, yaitu perkataan dan
perbuatan, atau sabda dan karya. Mengomentari pasangan kata ini,
sabda dan karya Yesus, banyak orang menyebutnya sebagai pasangan
yang tidak serasi. Mengapa demikian? Kedua bentuk karya Yesus ini
sudah amat dikenal di dunia ini karena alasan yang berlainan. Tahun
lalu di beberapa tempat saya pernah mengatakan bahwa beberapa
perumpamaan Yesus mempunyai gema yang amat kuat dan ber-
pengaruh. Lihat saja, perumpamaan tentang Orang Samaria yang
Murah Hati. Bagaimana kekuatannya ketika dipakai untuk mengajar.
Tidak hanya itu, kita juga melihat berapa karya seni –khususnya seni
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 21
22. rupa– yang diinspirasikan oleh perumpamaan tersebut. Kita juga
tahu bagaimana perumpamaan ini mengilhami banyak orang untuk
mendirikan lembaga-lembaga sosial, rumah sakit, atau rumah pon-
dokan, bahkan juga dengan nama The Good Samaritan, untuk meno-
long orang yang berkekurangan. Demikian juga halnya dengan
perumpamaan tentang Anak yang Hilang, yang membuat Rembrandt
van Rijn lebih dari sekali menuangkannya ke atas kanvas. Pendek
kata, perumpamaan yang berisi pengajaran Yesus dengan mudah
diterima oleh banyak orang tanpa kesulitan. Lalu bagaimana dengan
pasangannya, yaitu tindakan atau karya atau, kalau mau lebih persis,
mukjizat Yesus?
Bertolak belakang dengan perumpamaan Yesus, tindakan atau karya
Yesus, khususnya mukjizat yang dibuat Yesus, menimbulkan per-
soalan besar bagi orang modern. Bertubi-tubi aneka pertanyaan
ditujukan kepada mukjizat-mukjizat Yesus. Apakah mukjizat bisa
terjadi? Apakah mukjizat itu memang terjadi? Apa yang sesungguh-
nya terjadi dengan peristiwa yang biasa dianggap sebagai kisah
mukjizat? Dapatkah atau apakah Allah turut campur dalam sejarah
manusia dengan cara yang begitu istimewa? Apakah orang modern
dengan semua informasi dan ilmu pengetahuan yang ia miliki masih
dapat percaya kepada mukjizat? Bagaimana kita orang sekarang bisa
memahami mukjizat itu? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang sering-
kali kita dengar.
Apakah Mukjizat itu Mungkin?
Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kata ini secara tidak disa-
dari sering kita pakai. Seorang mahasiswa yang mengetahui bahwa ia
lulus ujian meskipun sebelumnya sama sekali tidak belajar, bisa saja
mengatakan, “Ini sungguh sebuah mukjizat!” Seorang yang terlibat
dalam sebuah kecelakaan yang mengerikan tetapi ternyata ia tidak
mengalami cedera, mungkin juga akan berkomentar, “Ini sungguh
sebuah mukjizat!” Seorang yang berulang kali terkena stroke tetapi
22 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
23. tetap bisa pulih seperti sediakala, barangkali juga akan menyatakan,
“Ini sungguh sebuah mukjizat!” Tetapi, apa itu sebuah mukjizat?
Daripada bergulat dengan definisi abstrak, kita bisa mulai dengan
contoh kasus. Kita ambil sebagai contoh kasus penyembuhan yang
dikatakan terjadi di Lourdes, Perancis. Di tempat Bunda Maria
menampakkan diri kepada seorang gadis kecil Bernadette Soubirous
pada tahun 1858, banyak orang mengatakan bahwa dirinya disem-
buhkan. Pengakuan orang yang merasa disembuhkan ini kemudian
diteliti oleh sebuah panitia di Lourdes yang disebut Lourdes Medical
Bureau yang terdiri dari para dokter dari berbagai spesialisasi, baik
orang beriman maupun bukan orang beriman. Panitia ini bertugas
meneliti kasus-kasus yang diajukan dan kemudian menentukan
apakah kesembuhan yang terjadi memang tidak bisa dijelaskan secara
medis.
Jika memang panitia menentukan demikian, kasus ini diserahkan
kepada sebuah komisi yang disebut International Lourdes Medical
Committee yang berkedudukan di Paris, yang terdiri dari para ahli
medis yang berpengalaman dari berbagai keyakinan. Mereka harus
membuat penelitian lebih lanjut tentang kasus yang diajukan. Setelah
penelitian yang kira-kira berlangsung 5-10 tahun, barulah komisi ini
bisa menyatakan bahwa penyembuhan ini secara medis tidak bisa
diterangkan. Setelah itu, barulah kasus tersebut dibawa kepada otori-
tas gerejawi di mana orang yang disembuhkan tinggal. Selanjutnya,
Uskup membentuk sebuah komisi diosesan yang terdiri dari pada
imam, para kanonis dan para teolog untuk menyelidiki peristiwa ini.
Dialah yang akhirnya, setelah berkonsultasi dengan Tahta Suci,
menyatakan bahwa penyembuhan itu memang sebuah mukjizat,
“sebuah tanda dari Allah sendiri.” Sejak tahun 1858 sampai sekarang
ini, ada sekitar 7000 kasus yang masuk kategori ‘secara medis tidak
dapat diterangkan’ tetapi hanya sekitar 67 kasus yang oleh Gereja
Katolik diakui sebagai mukjizat.
Dari contoh di atas tampak bahwa ada dua istilah yang digunakan,
yaitu ‘secara medis tidak bisa diterangkan’ dan ‘mukjizat.’ Penilaian
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 23
24. bahwa sebuah penyembuhan dikategorikan ‘secara medis tidak bisa
diterangkan’ diberikan oleh panitia yang terdiri dari para ahli yang
berasal dari berbagai latar belakang. Ilmu pengetahuan dan keahlian
para ilmuwan yang meneliti kasus-kasus itu hanya bisa sampai pada
kesimpulan seperti itu, ‘secara medis tidak bisa diterangkan.’ Ini
adalah batas mereka sebagai ilmuwan. Seorang dokter katolik bisa
saja mengatakan, “Penyembuhan ini adalah sebuah mukjizat. Allah
sungguh bekerja dalam peristiwa ini!” Tetapi, pernyataan ini tidak
dikatakannya sebagai dokter, tetapi sebagai seorang beriman yang
mempunyai pandangan tentang dunia yang khas. Di hadapan
peristiwa yang sama, seorang dokter atheis bisa saja mengatakan,
“Entah bagaimana penyembuhan ini nantinya mau dijelaskan, Allah
tidak bekerja dalam kasus ini. Tidak ada mukjizat karena Allah yang
menyebabkannya tidak ada.” Pernyataan ini tidak dikatakan sebagai
seorang dokter, tetapi sebagai seorang yang mempunyai keyakinan
tertentu. Dengan kata lain, penilaian bahwa suatu mukjizat terjadi
atau tidak bukanlah sebuah penilaian yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan yang dimiliki seseorang. Mukjizat adalah sebuah istilah
teologis.
Mukjizat: Sekarang dan Dulu
Kasus-kasus penyembuhan di Lourdes sebenarnya menyadarkan kita
bahwa penyembuhan yang ‘secara medis tidak bisa diterangkan’
ternyata bisa saja terjadi di mana pun dan kapan pun. Dari sini kita
bisa membuat analogi, kalau sebuah situasi tertentu bisa menghasil-
kan fenomena tertentu sekarang ini, tidak bisa ditolak secara a priori
bahwa fenomena tersebut tidak bisa terjadi di masa lalu jika situasi
yang sama terjadi. Atau secara sederhana bisa dikatakan bahwa
penyembuhan di Lourdes yang terjadi pada zaman kita menunjukan
bahwa hal yang sama bisa saja terjadi di masa lalu.
Kalau sesuatu yang ‘secara medis tidak bisa diterangkan’ memang
bisa saja terjadi, kita bisa bertanya apakah kisah-kisah mukjizat yang
dikerjakan Yesus sebagaimana tercantum dalam Injil bisa mempu-
24 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
25. nyai dasar historis? Yang jelas, di dalam Injil kita menemukan tidak
hanya satu tetapi cukup banyak kisah mukjizat. Dari manakah asal
kisah-kisah tersebut? Memang harus diakui bahwa ada proses
panjang sebelum sebuah kisah (mukjizat) sampai kepada bentuk
seperti yang sekarang ini kita temukan dalam Injil. Dalam proses ini,
seorang redaktur bisa saja menambah, mengurangi, atau mengubah
sebuah kisah sesuai dengan minat teologisnya. Meskipun demikian,
kita bisa bertanya: apakah ada alasan untuk berpikir bahwa sekurang-
kurangnya inti dari cerita-cerita mukjizat itu berasal dari zaman dan
kehidupan Yesus sendiri? Dengan kata lain, apakah Yesus semasa
hidupnya melakukan tindakan tertentu yang oleh diri-Nya atau orang
sezaman-Nya dianggap sebuah mukjizat? Atau kisah-kisah seperti itu
lebih baik dipahami saja sebagai ciptaan Gereja Purba untuk menun-
jukkan kehebatan Yesus yang mereka akui Tuhan demi kepentingan
aktivitas misionaris mereka?
Mungkin kita tidak bisa sampai pada kepastian seratus persen, tetapi
ada beberapa kriteria yang bisa dan biasa digunakan untuk menduga
historisitas sebuah kisah atau sebuah pernyataan dari Yesus. Seku-
rang-kurangnya ada 4 kriteria yang bisa diajukan di sini:
1. Berapa banyak kisah-kisah itu muncul? Kita berusaha meneliti
kisah-kisah mukjizat yang ada dari sudut asal-usul atau sumber serta
bentuk kisah tersebut. Jika kita menemukan bahwa sebuah kisah
mukjizat berasal dari sumber-sumber yang berbeda dan dalam bentuk
yang berbeda-beda pula, bisa disimpulkan bahwa historisitas kisah
itu cukup kuat. Di dalam Injil kita menemukan bahwa kisah-kisah
mukjizat itu berasal dari berbagai tradisi yang berbeda.
Nah...di sini mungkin perlu ada keterangan sedikit. Sebagaimana kita
ketahui kita mempunyai empat injil: yang tiga biasanya disebut Injil
Sinoptik karena isinya sekaligus mirip dan berbeda; sementara yang
satu lagi adalah Injil Yohanes. Orang mengatakan bahwa Injil Matius
dan Injil Lukas itu merupakan hasil olahan dari Injil Markus dan satu
sumber lain lagi yang disebut Q (= Quelle) yang artinya sumber. Mat.
dan Luk. juga menggunakan sumber-sumber yang khas mereka
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 25
26. sendiri yang biasa disebut M dan L. Dengan kata lain, Injil Matius itu
merupakan gabungan dari Mrk, Q dan M; sementara Injil Lukas
merupakan ramuan dari Mrk, Q dan L. Begitu kira-kira proses
terjadinya injil-injil Sinoptik.
Dengan demikian, tradisi-tradisi yang berada di balik keempat injil
adalah tradisi Mrk, tradisi Q, tradisi M, tradisi L, serta tradisi Yoha-
nes. Dalam hal ini, kisah-kisah mukjizat Yesus ternyata bisa ditemu-
kan di semua tradisi itu.
Tidak hanya itu, rujukan kepada mukjizat yang dibuat Yesus tidak
hanya berupa kisah, tetapi juga berupa pernyataan seperti misalnya
ketika Yesus menjawab utusan Yohanes yang datang kepada-Nya.
“Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar
dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang
kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan”
(Mat. 11:4-5). Di sini tidak ada kisah, yang ada hanya pernyataan
(bdk. juga misalnya Mat. 12:27).
Pendek kata, dengan kriteria pertama ini bisa dikatakan bahwa ada
banyak kesaksian yang mendukung bahwa selama hidup-Nya Yesus
memang pernah melakukan sesuatu yang oleh diri-Nya sendiri dan
juga orang lain dianggap sebagai mukjizat.
2. Apakah kisah-kisah itu koheren? Kita mempunyai banyak
kisah tentang mukjizat Yesus, tetapi kita bisa bertanya apakah kisah-
kisah itu memang mendukung satu sama lain? Kita bisa mulai
dengan kisah pengusiran setan. Berhadapan dengan mukjizat ini,
orang bisa bertanya: apa artinya ini dalam keseluruhan karya pela-
yanan Yesus? Jawabannya bisa ditemukan misalnya dalam Luk.
11:20, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Demikian
juga mukjizat penyembuhan yang dilaksanakan oleh Yesus menda-
patkan penjelasannya, misalnya, dalam jawaban Yesus yang disam-
paikan kepada Yohanes yang sudah dikutip di atas. “Pergilah dan
katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat:
26 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
27. orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh,
orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan” (Mat. 11:4-5).
Dengan itu mau dikatakan bahwa penyembuhan yang terjadi meru-
pakan tanda pemenuhan dari nubuat Yesaya tentang kedatangan
keselamatan definitif bagi Israel. Ada koherensi atau kesesuaian anta-
ra pernyataan dan tindakan yang dibuat Yesus sebagaimana dikisah-
kan oleh tradisi-tradisi injil yang ada.
3. Apakah kisah-kisah itu sama dengan kisah mukjizat lain-
nya? Dipertanyakan di sini apakah kisah-kisah mukjizat dalam Injil
sama atau mirip dengan kisah-kisah mukjizat lain, kisah mukjizat
yang berasal dari tradisi lain, entah itu dari dunia Greko-Romawi
atau tradisi Yahudi, yang beredar pada waktu itu? Jawabannya: tidak.
Kisah mukjizat Yesus tergolong kisah yang jauh lebih tua daripada
kisah-kisah senada yang lain, sehingga tidak mungkin bahwa kisah
mukjizat Yesus itu merupakan imitasi atau plagiat dari kisah-kisah
lainnya. Lagi pula, kisah mukjizat Yesus berbeda dengan kisah-kisah
lain yang ada. Misalnya, kisah yang terdapat dalam tradisi rabinik
biasanya mempunyai pola tertentu. Seorang kudus mohon kepada
Allah berkat tertentu, misalnya mohon kesembuhan atau mohon
hujan. Lalu diceritakan bahwa doanya didengarkan oleh Allah. Kisah
seperti ini tentu berbeda dengan kisah-kisah mukjizat yang terdapat
dalam Injil. Apa yang dibuat oleh Yesus adalah sesuatu yang unik,
yang tidak ada bandingannya dengan tokoh lain.
4. Apakah ada yang memalukan dalam kisah mukjizat Yesus?
Judulnya agak aneh, tapi maksudnya begini. Kita ambil saja kisah
Yesus yang mengusir setan sebagaimana yang terdapat dalam Mat.
12:22-30. Setelah Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan,
banyak orang takjub dan berkomentar, “Ia ini agaknya Anak Daud.”
Tetapi, orang Farisi yang mendengarnya berkata, “Demi Beelzebul,
penghulu setan, Ia mengusir setan” (ay. 24). Kisah penyembuhan
yang dibuat Yesus ternyata membuat Dia dituduh bersekutu dengan
setan. Ini tentu sebuah tuduhan yang memalukan. Karena itu, bisa
disimpulkan bahwa kisah itu memang historis; memang demikian
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 27
28. halnya. Kalau tidak, untuk apa menciptakan sebuah kisah yang hanya
memalukan Tuhan, yang menempatkan Dia dalam posisi sulit?
Demikianlah, empat kriteria sudah dicoba disampaikan untuk meni-
lai kisah-kisah mukjizat yang banyak terdapat dalam Injil. Berdasar-
kan kriteria tersebut, kita bisa mengatakan dengan cukup aman
bahwa peristiwa yang digambarkan dalam kisah-kisah mukjizat terse-
but tampaknya memang mempunyai asal usul pada masa hidup dan
karya Yesus sendiri. Dengan kata lain, selama hidupnya Yesus tam-
paknya memang pernah membuat sesuatu yang dianggap sebuah
mukjizat oleh diri-Nya sendiri dan orang-orang yang di sekitarnya.
Bahkan, harus dikatakan bahwa dibandingkan dengan bahan-bahan
yang lain yang terdapat dalam Injil, seperti misalnya, sabda-sabda
Yesus tertentu, historisitas kisah-kisah mukjizat ini justru mendapat-
kan dukungan paling kuat.
Mukjizat: Loncatan Iman?
Jangan lupa, bagian ini adalah permenungan kedua dari yang sudah
disampaikan di atas: mukjizat itu berkaitan dengan iman. Di atas
sudah ditegaskan bahwa sebagai dokter, para dokter yang meneliti
kasus penyembuhan di Lourdes, hanya bisa mengatakan bahwa
penyembuhan ini secara medis tidak bisa diterangkan. Itu saja. Itu
batas kompetensinya sebagai ilmuwan. Pada saat yang sama, seorang
dokter katolik bisa mengatakan, “Ini mukjizat! Allah campur tangan
di sini.” Pernyataan ini bukan kesimpulan yang datang dari peneli-
tiannya sebagai seorang dokter, melainkan dari seorang beriman.
Dengan kata lain, mukjizat tampaknya memang berkaitan dengan
iman.
Lalu, bagi seorang beriman, apa artinya? Untuk kita yang hidup di
abad internet ini mukjizat selalu menjadi fenomen yang menimbul-
kan pertanyaan yang bersifat historis, seperti misalnya, “Apa yang
sebenarnya terjadi? Apakah itu semua sungguh terjadi?” Kita bisa
bertanya, apakah orang-orang yang sezaman dengan Yesus juga
memahaminya demikian? Rasanya tidak. Pada bagian ini Mgr. I.
28 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
29. Suharyo dalam bukunya Pengantar Injil Sinoptik (hlm. 136-137) menu-
lis demikian. Bagi Yesus dan orang-orang sezaman-Nya, mukjizat
adalah tanda: mukjizat itu berbicara mengenai sesuatu dan mengenai
seseorang. Maka, sangat pentinglah mengubah pertanyaan mengenai
mukjizat. Mungkin baik kalau diberikan contoh untuk membanding-
kan. Seorang guru ilmu hayat memberikan bunga kepada seorang
murid. Pertanyaan yang muncul tentulah, “Apa ini?” Seorang pemu-
da memberikan bunga kepada seorang pemudi. Kalau demikian per-
tanyaannya menjadi lain, “Apa maksudnya?” Dalam kasus pertama,
yang diperhatikan ialah bunga sebagai suatu benda, kasus kedua
lebih berhubungan dengan bunga sebagai pembawa pesan, sedang
kebendaannya menjadi sangat sekunder.
Kalau mukjizat itu adalah tanda, pertanyaannya: apakah yang mau
ditandakan? Pernyataan ini hanya bisa dijawab secara umum. Untuk
menjawab pertanyaan itu, sekali lagi kita kembali kepada rumusan
yang pernah dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan mukjizat pengu-
siran setan yang baru saja dilakukannya, “Tetapi jika Aku mengusir
setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah
datang kepadamu” (Luk. 11:20). Apa artinya kalau dikatakan ‘Kera-
jaan Allah sudah datang’? Secara sederhana bisa dikatakan bahwa
Allah yang meraja berarti kekalahan secara definitif kejahatan yang
senantiasa mengganggu ketenangan hidup manusia.
Kalau mukjizat adalah sebuah tanda, peristiwanya sendiri bukan
merupakan sesuatu yang paling penting. Kalau peristiwa yang pada
zaman penulis injil dianggap mukjizat ternyata terbukti bukan
mukjizat, hal ini pun tidak perlu terlalu mencemaskan kita. Yang
penting adalah bahwa bagi orang beriman, pesan yang mau disam-
paikan lewat peristiwa-peristiwa mukjizat, tetap berlaku.
Sebuah catatan kecil mungkin baik disampaikan di sini. Seringkali
dikatakan bahwa orang modern tidak bisa percaya kepada mukjizat.
Rudolf Bultmann pada zamannya pernah secara tajam mengatakan,
“It is impossible to use electric light and the wireless and to avail
ourselves of modern medical and surgical discoveries, and at the
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 29
30. same time to believe in the New Testament world of ...miracles.”
Benarkah pernyataan seperti itu? Apa kenyataannya? Paling tidak
bisa secara singkat disampaikan hasil satu survey yang berkaitan erat
dengan mukjizat. Menurut hasil jajak pendapat yang di Amerika yang
dibuat oleh George Gallup atau yang lain, pada tahun 1989 82%
orang Amerika percaya akan adanya mukjizat. Bagi mereka, bahkan
sampai sekarang, masih diyakini bahwa mukjizat itu terjadi oleh
kuasa Allah sendiri yang mengatasi kemampuan manusiawi. Menurut
catatan, majalah Newsweek edisi 1 Mei 2000 menyampaikan hasil
sebuah jajak pendapat yang menyatakan bahwa 84% orang Amerika
dewasa percaya bahwa Allah mengadakan mukjizat, 48% dari antara-
nya mengaku pernah menyaksikan mukjizat itu.
Kalau demikian, rasanya memang masih benar apa yang dilantunkan
banyak orang...
Tak terbatas kuasa-Mu Tuhan,
semua dapat Kau lakukan
apa yang kelihatan mustahil bagiku
itu sangat mungkin bagimu
....mukjizat itu nyata
30 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
31. PENDALAMAN KITAB SUCI
(LECTIO DIVINA)
Dalam Bulan Kitab Suci, sebagaimana biasa, dibuat empat pertemu-
an mingguan. Empat bahan yang ditawarkan ini selain diambil dari
empat Injil yang kita miliki, juga diambil berdasarkan jenis kisah
mukjizat yang sudah kita bicarakan di atas.
Minggu I Matius Penyembuhan Mat. 9:1-8
Minggu II Markus pengusiran roh jahat Mrk. 5:1-20
Minggu III Lukas menghidupkan orang mati Luk. 7:11-17
Minggu IV Yohanes mukjizat alam Yoh. 2:1-11
Karena pada dasarnya, kisah mukjizat berbentuk naratif, saya akan
membacanya sebagai kisah juga. Sebuah narasi bergerak dari sebuah
problem menuju pemecahannya (problem-solusi). Kisah akan kita baca
dengan teliti, dan kita cari apa masalahnya dan kemudian kita lihat
bagaimana dalam narasi tersebut, masalah tersebut akhirnya dipecah-
kan. Dalam hal ini, pembacaan yang teliti (close reading) menjadi syarat
utama.
Karena maksud utama diadakannya Bulan Kitab Suci bisa dipandang
sebagai pendukung ajakan Konsili Vatikan II untuk mengakrabkan
Alkitab dengan umat dan mengakrabkan umat dengan Alkitab,
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 31
32. sebetulnya bentuk pertemuan sebenarnya bisa dibuat lebih fleksibel.
Pertemuan yang dikemas dalam rangka Ibadat Sabda, rasanya
bukanlah satu-satunya bentuk yang niscaya harus dipakai dalam
setiap pertemuan Bulan Kitab Suci di setiap tempat dan di setiap
waktu.
Selama Bulan Kitab Suci 2012 ini kita akan mendalami Kitab Suci
dengan mempergunakan metode Lectio Divina. Untuk memahami
apa itu Lectio Divina, baiklah kita lebih dulu mengingat kembali apa
itu doa. Ketika orang berdoa, ia berkomunikasi dengan Allah. Ko-
munikasi yang dimaksudkan bukanlah komunikasi satu arah, dalam
arti hanya satu pihak yang berbicara, melainkan komunikasi dua arah
(dialog). Doa merupakan dialog antara Allah dengan kita. Ketika
Allah bersabda, kita mendengarkan lalu kita menyampaikan tanggap-
an terhadap Sabda Allah itu. Sabda yang telah didengarkan itulah
yang dibawa dalam kehidupan untuk dilaksanakan.
Doa sebagai dialog ini dapat dilaksanakan dalam Lectio Divina, yaitu
pembacaan Kitab Suci yang direnungkan dengan tujuan:
Berdoa dari Kitab Suci
Hidup dari Sabda Allah
32 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
33. Allah bersabda ketika kita membaca Alkitab (Lectio) dan kita
mendengarkan lalu merenungkan untuk memahaminya (Meditatio).
Selanjutnya kita menyampaikan tanggapan dalam doa (Oratio).
Sabda Allah yang kita dengarkan itu selalu kita ingat setiap saat dalam
kehidupan kita (Contemplatio) dan kita jalankan dalam kehidupan
nyata (Actio).
1. LECTIO
Pada tahap Lectio kita membaca teks untuk memahami apa yang
dikatakan oleh teks. Dalam Kelompok Kitab Suci hal tahap ini dapat
dilakukan demikian: pemandu membacakan dan memberi penjelasan
atau berdiskusi untuk memahami isi teks
2. MEDITATIO
Pada tahap Meditatio, kita berusaha menemukan arti teks dan mene-
rapkannya pada diri sendiri. Dalam Kelompok Kitab Suci para pe-
serta diajak masuk dalam suasana hening dengan mata terpejam
untuk:
1. Membayangkan peristiwa yang diceritakan atau mengingat
kembali isi teks
2. Mencari: “Pesan apa yang saya pelajari dari Sabda yang baru
direnungkan?”
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 33
34. 3. Apa peran pesan itu bagi saya: mengingatkan, menegur,
menguatkan, menghibur?
Kemudian para peserta diminta untuk membuka mata lalu menulis-
kan pesan yang baru direnungkan dan membagikan kepada peserta
lain pesan yang direnungkannya, dengan membacakan apa yang
sudah dituliskannya.
Contoh (Orang Samaria yang baik hati):
Dari perumpamaan ini saya melihat orang Samaria sebagai
teladan dalam menolong: ia mau menolong mulai dari melihat,
tergerak hati, dan melakukan pertolongan.
Melalui perumpamaan ini Tuhan Yesus mengingatkan saya
karena selama ini hanya melihat dan tergerak oleh belas kasih-
an, tetapi jarang mau memberikan pertolongan.
3. ORATIO
Pada tahap ini kita menyampaikan doa yang digerakkan dan diilhami
oleh Sabda. Doa ini merupakan tanggapan kita atas Sabda yang baru
kita dengarkan, bisa berupa pujian, syukur, permohonan, dsb.
Dalam Kelompok Kitab Suci, peserta diajak untuk mempersiapkan
doa secara tertulis.
Contoh (bacaan tentang Orang Samaria yang baik hati):
Allah Bapa Mahakasih, anugerahkan belas kasih dalam diri
kami agar mampu memberikan pertolongan yang nyata kepa-
da sesama yang mengalami kesulitan.
Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa
yang telah dituliskan. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”
4. CONTEMPLATIO
Contemplatio merupakan sikap hidup di hadirat Allah. Kita menja-
lani kehidupan sambil memandang Allah dan selalu menyadari
bahwa Allah selalu bersama saya. Sabda yang sudah direnungkan dan
didoakan itu selalu kita ingat dalam kehidupan kita.
34 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
35. 5. ACTIO
Actio merupakan tindakan nyata untuk melaksanakan Sabda Allah
yang telah didengarkan. Dengan demikian, kehendak Allah yang di-
nyatakan dalam Kitab Suci terlaksana dalam kehidupan kita.
Catatan:
Karena yang penting adalah bersama-sama membaca dan merenung-
kan teks-teks suci, jumlah peserta yang ideal adalah yang memung-
kinkan semua peserta ikut terlibat (membaca, merenung, bertanya,
atau berpendapat), yakni antara 5-10 orang.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 35
36. PERTEMUAN I
MENYEMBUHKAN
ORANG LUMPUH
(Matius 9:1-8)
Doa Pembuka
Pemandu mengajak seluruh peserta berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar dapat
memahami firman Allah yang hendak dibaca dan direnungkan.
Lectio (Membaca)
Pemandu membacakan dan menjelaskan isi perikop. Bahan yang tersedia di bawah ini dapat
membantu pemandu untuk memberikan penjelasan.
Kisah penyembuhan ini mempunyai dua teks paralel yaitu Mrk. 2:1-
12 dan Luk. 5:17-26. Ketiganya sangat mirip, sekalipun memiliki ber-
bagai perbedaan. Matius tidak menyebut orang-orang yang membu-
ka atap untuk menurunkan si sakit (bdk. Mrk. 2:3-4; Luk. 5:18-19).
Menurut Markus dan Lukas penyembuhan itu terjadi dalam sebuah
rumah dan orang banyak memenuhi rumah itu; Matius tidak menye-
butkan di mana tepatnya peristiwa itu terjadi, hanya mengatakan
bahwa penyembuhan itu terjadi setelah Yesus sampai “ke kota-Nya
sendiri” (ay. 1), yaitu Kapernaum (Mat. 4:13). Kalau memang Yesus
tidak berada di dalam rumah yang penuh sesak, tidak ada alasan si
lumpuh harus diturunkan lewat atap rumah.
[1-2] Yesus meninggalkan Gadara, tempat Ia mengusir dua orang
yang kerasukan setan, lalu menyeberang danau dengan perahu dan
sampai ke kota-Nya sendiri. Beberapa orang datang membawa
seorang lumpuh di atas tempat tidurnya ke hadapan Yesus (ay. 2).
Mungkin mereka adalah para sahabat si lumpuh yang dengan tulus
36 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
37. mau membantunya. Rupanya orang lumpuh itu maupun para saha-
batnya yakin bahwa Yesus bisa menyembuhkan dia dan mereka
mendengar bahwa Yesus sedang berada di kota mereka.
Memang tidak ada pernyataan eksplisit bahwa mereka meminta
Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Tetapi, untuk apa orang
sakit itu dibawa kepada Yesus kalau tidak untuk dimohon-kan
kesembuhan. Masak hanya mau dipertontonkan kepada Yesus? Ke-
hadiran mereka ke hadapan Yesus dengan menggotong seorang
lumpuh di atas tempat tidur merupakan permohonan tak terucap
agar Yesus menyembuhkannya.
Yesus pun mengetahui keinginan dan iman mereka, yaitu iman si
lumpuh dan iman orang-orang yang menggotongnya. Yang diperhi-
tungkan oleh Yesus ternyata bukan hanya iman si penderita, tetapi
juga iman orang-orang yang membantunya. Mereka mempunyai
keyakinan yang sama, yaitu bahwa entah bagaimana caranya, Yesus
akan membantu mereka. Keyakinan itu lalu diwujudkan dengan
membantu menggotong sahabatnya yang terbaring di tempat tidur
sampai ke hadapan Yesus. Pengalaman seperti itu menunjukkan
bahwa iman seseorang ternyata bisa membantu menyelamatkan
orang lain.
Yesus mengetahui bahwa mereka sungguh-sungguh mengharapkan
kesembuhan daripada-Nya. Tetapi, Yesus tidak menyuruh orang itu
bangun, mengangkat tilamnya dan berjalan. Yesus malah menyata-
kan kepada orang itu bahwa dosanya telah di-ampuni. Minta kesem-
buhan kok diberi ‘absolusi’? Apakah memang ada hubungan antara
kelumpuhan dengan dosa? Dalam alam pikiran saat itu tampaknya
memang ada kaitan antara penderitaan dan dosa. Secara sederhana
orang berpikir demikian: kemakmuran itu tanda hidup yang diber-
kati; sementara penderitaan itu tanda hidup yang dicela Tuhan.
Dengan kata lain, penderitaan merupakan akibat atau hukuman dari
dosa. Oleh karena itu, kalau dalam kisah kita, Yesus memberikan
‘absolusi’, itu berarti Yesus langsung menyembuhkan pada akar
persoalan yang menyebabkan penderitaan, yaitu dosa itu sendiri.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 37
38. [3-7] Bagi beberapa ahli Taurat yang menyaksikan peristiwa itu,
tindakan Yesus itu dapat disebut sebagai hujat-an. Hanya Allah yang
dapat mengampuni dosa manusia. Menurut hukum Taurat dosa
dapat diampuni oleh Allah dengan mempersembahkan lembu jantan
muda pada Hari Raya Pendamaian (Im. 16:1-22). Dalam pandangan
para ahli Taurat itu, Yesus telah menyamakan diri-Nya dengan Allah
karena telah mengampuni dosa. Menurut Hukum Taurat, mereka
yang menghujat Allah harus dihukum mati dengan dirajam (Im.
24:16-17).
Sekalipun mereka hanya berkata di dalam hati, Yesus mengetahui
pikiran mereka dan langsung memberikan tanggapan. Ia menegur
Ahli Taurat, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di
dalam hatimu?” Tetapi, Yesus juga menantang mereka: Mana yang
lebih mudah: 1). mengatakan “Dosa-dosamu sudah diampuni” atau
2). Mengatakan “Bangunlah dan berjalanlah”? Di satu pihak, meng-
ucapkan kata-kata ‘absolusi’ merupakan sesuatu yang mustahil kare-
na hal ini memang berkaitan dengan Allah sendiri; tetapi di lain
pihak mengucapkan ‘absolusi’ ini juga sangat mudah dari karena
hasilnya memang tidak harus kelihatan. Dari sisi lain, mengucapkan
kata-kata penyembuhan jauh lebih sulit, karena buktinya harus segera
kelihatan. Yesus memilih untuk mengatakan yang pertama, “Dosa-
dosamu sudah diampuni.” Ia berkata demikian untuk menunjukkan
bahwa Dia adalah Anak Manusia yang menjalankan kuasa Al-lah
untuk mengampuni dosa manusia.
Kalaupun harus mengatakan hal yang kedua (Bangunlah dan berja-
lanlah), itu bukan masalah bagi Yesus. Karena itu, Ia pun berkata
kepada orang lumpuh itu, “Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan
pulanglah ke rumahmu!” (ay. 6). “Orang itu pun bangun lalu pulang”
(ay. 7). Dengan demikian hasilnya jelas: penyembuhan terjadi. Orang
yang tadinya lumpuh dan “terbaring di tempat tidurnya” sekarang
“bangun lalu pulang.”
[8] Orang yang melihat hal itu “takut lalu memuliakan Allah yang
telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia” (ay. 8).
38 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
39. Rasa ‘takut’ di sini sebaiknya dipahami dalam arti positif: perasaan
takut yang juga didasari atau diwarnai rasa kasih terhadap Allah
(tremendum et fascinosum). Allahlah yang patut dipuji karena Dialah
yang mempunyai inisiatif atas segala karya keselamatan ini.
Meditatio (Merenungkan)
a. Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata
terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta diminta untuk membayangkan
peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
b. Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat dipelajari/
diteladan dari Yesus (sikap/kepribadian dan kehendak-Nya) dan dari orang
lumpuh serta para sahabatnya bagi dirinya sendiri (bukan untuk mengajar
orang lain).
c. Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
d. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan hasil renungan dalam
meditasinya.
Contoh hasil renungan:
Yesus memperhatikan iman orang yang datang kepada-Nya. Dalam
perikop ini Yesus mengingatkan saya agar benar-benar percaya
kepada-Nya.
Oratio (Berdoa)
a. Pemandu mengajak peserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas
pesan yang telah terima dalam perikop tersebut.
b. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan doa-doa yang telah
ditulisnya. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”
Contoh doa:
Tuhan Yesus, Engkau memperhatikan iman orang-orang yang
datang kepada-Mu. Bantulah kami agar memiliki iman yang besar
sehingga selalu percaya kepada-Mu dalam menjalani kehidupan kami.
Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih Allah agar
sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 39
40. PERTEMUAN II
MENGUSIR ROH JAHAT
DI GERASA
(Markus 5:1-20)
Doa Pembuka
Pemandu mengajak seluruh peserta berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar
dapat memahami firman Allah yang hendak dibaca dan direnungkan.
Lectio (Membaca)
Pemandu membacakan dan menjelaskan isi perikop. Bahan yang tersedia di bawah
ini dapat membantu pemandu untuk memberikan penjelasan.
[1-10] Yesus dan para murid-Nya sampai di seberang danau dan
mendarat di daerah orang Gerasa. Adanya sejumlah besar babi men-
jadi petunjuk bahwa peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini
terjadi di daerah orang non-Yahudi. Babi tidak mungkin berada di
lingkup orang Yahudi karena merupakan binatang najis (lihat Bil.
11:7-8; Ul. 14:8). Memasuki daerah non-Yahudi berarti memasuki
daerah najis. Mukjizat pengusiran roh jahat ini merupakan satu-
satunya mukjizat yang terjadi di luar batas wilayah Israel.
Kedatangan Yesus dan para murid-Nya di tempat ini disambut oleh
seorang yang kerasukan roh jahat. Hebatnya kekuatan orang yang
kerasukan itu sudah diakui dan dirasakan oleh masyarakat Gerasa.
Orang itu mendapatkan kekuatan yang luar biasa dari roh-roh yang
merasukinya. Tidak ada yang cukup kuat untuk menjinakkannya,
bahkan orang takut padanya. Ia berbahaya untuk orang-orang yang
berada di dekatnya. Karena itu, berulangkali orang berusaha untuk
membelenggu dan mengikatnya dengan rantai. Tetapi, setiap kali
40 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
41. dirantai, ia memutuskan rantai pengikat itu. Tidak ada yang sanggup
mengendalikannya dan ia dibiarkan tinggal di pekuburan.*)
Ketika melihat Yesus, orang itu berlari mendekati-Nya. Bukan
keinginan orang itu, melainkan roh jahat yang merasukinyalah yang
telah membawa dia mendekati Yesus. Tetapi, Yesus menghardiknya,
“Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” (ay. 8). Roh itu justru
menyembah Dia dan berkata, “Apa urusanmu dengan aku, hai
Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi?” (ay. 7). Ternyata tidak hanya
satu roh yang merasuki orang itu, tetapi banyak; karena itulah
mereka menyebut diri “Legion.” Kata Legion sebenarnya menunjuk
pada satuan terbesar tentara Romawi yang selama berabad-abad
menjadi andalan Kekaisaran Romawi. Secara teoretis satu legion ter-
diri dari kira-kira 6000 serdadu, yang terdiri dari 5000 infanteri dan
sekitar 120 kavaleri. Karena jumlah yang banyak itu, kata legion bisa
dipakai sebagai kiasan untuk menyebut ‘banyak’. Ia mengetahui
jatidiri Yesus dan mengakui bahwa Yesus sanggup memerangi roh
jahat dan bahwa kekuatan-Nya jauh melebihi kekuatan mereka.
Maka, roh itu meminta Yesus tidak menyiksanya dan tidak meng-
usirnya dari tempat itu.
[11-13] Di lereng bukit, dekat tempat Yesus bertemu dengan orang
yang kerasukan itu, ada banyak babi sedang mencari makan. Roh-roh
najis itu meminta kepada Yesus agar diperbolehkan pindah dari
dalam tubuh orang itu ke dalam kawanan babi yang ada di situ.
Mereka mengakui kuasa Yesus yang sanggup mengirim mereka ke
mana pun Ia menghendaki. Yesus mengabulkan permintaan itu,
maka mereka dan merasuki babi-babi itu. Akibatnya, kawanan babi
yang berjumlah sekitar 2000 ekor itu terjun dari tebing curam ke
dalam danau. Dari jumlah ini tampak betapa besarnya kekuatan roh
jahat yang dikalahkan oleh Yesus. Semua babi itu mati lemas di
danau itu. Menurut keyakinan orang Yahudi zaman itu danau atau
Gua-gua yang terdapat di lereng-lereng bukit digunakan sebagai kuburan. Bagi orang
*)
Yahudi kuburan itu najis dan menajiskan (bdk. Mat. 23:27).
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 41
42. laut merupakan tempat hunian roh-roh jahat (bdk. Ayb. 7:12; 51:9-
10; Dan. 7; Mat. 8:32). Kelompok roh jahat yang menyebut diri
Legion itu telah meninggalkan orang itu sehingga kini ia telah waras.
[14-17] Penduduk Gerasa mendengar dari para penjaga babi segala
yang terjadi pada orang yang kerasukan dan pada kawanan babi itu.
Kemudian mereka mendesak Yesus supaya meninggalkan tempat itu.
Mengapa orang-orang itu justru tidak berterima kasih kepada Yesus?
Yesus pernah dituduh mengusir setan dengan kuasa penghulu setan
(Mrk. 3:22). Bisa jadi orang Gerasa berpikir demikian: Ia mengusir
roh-roh jahat itu dengan menggunakan kekuatan roh jahat yang
lebih besar kekuatannya dan lebih tinggi kedudukannya dalam kera-
jaan setan. Karena keberadaan Yesus di tempat itu mereka rasa
menakutkan, penduduk Gerasa memutuskan untuk menyuruh Yesus
pergi dari wilayah mereka.
[18-20] Yesus segera bersiap-siap untuk pergi meninggalkan tempat
itu. Saat Ia naik ke perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu
minta agar diperbolehkan menyertai-Nya. Yesus memang tidak
mengizinkannya, tetapi memberinya tugas untuk mewartakan pada
orang-orang kampungnya “segala sesuatu yang telah diperbuat oleh
Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” (ay. 19).
Bukan setan atau penghulu setan yang telah membebaskannya dari
roh jahat melainkan Tuhan. Hal ini merupakan wujud kasih Allah
padanya. Allah hadir di tempat itu dan menyingkirkan kekuasaan
setan di tempat itu. Orang itu secara nyata mengalami datangnya
Kerajaan Allah. Allah mengasihaninya dan membebaskannya dari
kuasa setan. Melalui tugas itu Yesus mengajak dia untuk mengambil
bagian dalam tugas-Nya sendiri, yakni mewartakan datangnya Kera-
jaan Allah. Yesus mengutus orang itu sebagaimana nanti Ia mengu-
tus para murid-Nya. Orang itu pun memberitakan segala yang dila-
kukan Yesus di daerah Dekapolis dan orang-orang yang mendengar-
kannya heran akan perkataannya.
42 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
43. Meditatio (Merenungkan)
a. Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata
terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta diminta untuk membayangkan
peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
b. Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat dipelajari/
diteladan dari Yesus (sikap/kepribadian dan kehendak-Nya), dari orang yang
kerasukan, dan dari orang-orang Gerasa bagi dirinya sendiri (bukan untuk
mengajar orang lain).
c. Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
d. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan hasil renungan dalam
meditasinya.
Contoh hasil renungan:
Setelah disembuhkan oleh Yesus, orang yang tadinya kerasukan
Legion itu diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk memberitakan
kasih Allah kepadanya. Orang itu pun melaksanakan perintah Yesus
itu. Dari orang Gerasa itu saya diingatkan untuk memperhatikan
kasih Allah yang saya alami selama ini.
Oratio (Berdoa)
a. Pemandu mengajak peserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas
pesan yang telah terima dalam perikop tersebut.
b. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan doa-doa yang telah
ditulisnya. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”
Contoh doa:
Ya Tuhan Yesus, Engkau senantiasa menunjukkan kasih-Mu kepada
kami, namun kami kurang memperhatikannya. Bukalah mata hati
kami agar kami dapat melihat karya kasih-Mu bagi kami.
Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih
Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam
pertemuan ini.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 43
44. PERTEMUAN III
MEMBANGKITKAN
ANAK MUDA DI NAIN
(Lukas 7:11-17)
Doa Pembuka
Pemandu mengajak seluruh peserta berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar
dapat memahami firman Allah yang hendak dibaca dan direnungkan.
Lectio (Membaca)
Pemandu membacakan dan menjelaskan isi perikop. Bahan yang tersedia di bawah
ini dapat membantu pemandu untuk memberikan penjelasan.
[11-12] Yesus pergi ke sebuah kota bernama Nain, yang terletak
sekitar 12 km dari Nazaret. Murid-murid-Nya dan orang banyak ber-
bondong-bondong menyertai-Nya. Dalam perjalanan-Nya Yesus
seringkali diikuti oleh orang banyak (lihat misalnya 4:42; 5:1; 5:15;
6:19; 7:9; 8:4). Mereka “berbondong-bondong kepada-Nya untuk
mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mere-ka”
(bdk. Luk. 5:15)
Ketika sampai di dekat pintu gerbang kota, rombongan ini berpa-
pasan dengan rombongan lain yang keluar dari pintu gerbang kota.
Rombongan ini sedang menuju ke pemakaman untuk memakamkan
seorang mati, yaitu seorang pemuda, anak tunggal seorang janda.
Banyak orang menyertai janda itu; mereka adalah para pelayat yang
mengantarkan jenazah anak itu ke pemakaman. Jenazah adalah salah
satu hal yang menurut hukum Yahudi membuat orang najis. Karena
44 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
45. itu, jenazah seorang yang meninggal harus dikuburkan di luar
tembok kota, hanya beberapa jam setelah meninggal.
Bisa dibayangkan situasi yang tengah dihadapi oleh janda itu. Sebagai
janda, ia berada dalam posisi lemah di dalam masyarakat; dia terma-
suk kelompok kecil, lemah, miskin, dan tersingkir. Sebenarnya posisi
dan kehidupannya masih agak lumayan kalau anaknya masih hidup.
Ia masih bisa menggantungkan diri sepenuhnya kepadanya. Anaknya
akan bertanggungjawab atas hidup ibunya. Ketika anak tunggalnya
meninggal, segala-galanya habislah sudah!
[13-15] Ketika Tuhan*) melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan. Dalam Injil Lukas ungkapan “tergeraklah hati-Nya
oleh belas kasihan” muncul dalam dua kisah khas Lukas, yaitu dalam
kisah Orang Samaria yang Murah Hati (Luk. 10:33 “Lalu datang
seorang Samaria, … ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh
belas kasihan.”) dan kisah Anak yang Hilang (Luk. 15:20 “Ketika ia
masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas
kasihan”). Yesus adalah bukanlah Tuhan yang hanya diam menyak-
sikan manusia dan segala persoalannya; Dia adalah Tuhan yang amat
tersentuh oleh persoalan manusiawi dan terlibat di dalamnya.
Karena hati-Nya tergerak oleh belas kasihan, Yesus menyampaikan
kata penghiburan kepada janda itu, “Jangan menangis!” Perempuan
itu tidak mengenal siapa Yesus, Dia hanyalah orang yang begitu saja
ketemu di jalan. Kalimat yang diucapkan oleh Yesus ini terdengar
aneh: bagaimana mungkin tidak menangis; janda itu ditinggal mati
oleh anak tunggalnya dan kenyataan ini membuat hidupnya hancur.
*) Di sini untuk pertama kalinya penginjil menerapkan gelar ‘Tuhan’ pada Yesus.
Memang dalam Luk. 5:8 gelar ini dipakai oleh Petrus untuk menyapa Yesus. Sejauh kata
‘Tuhan’ ini, yang dalam bahasa Yunani adalah kurios, digunakan untuk menyapa Yesus,
sebenarnya kita tidak tahu persis apakah kata tersebut mesti diterjemahkan Tuhan atau
Tuan. Jika dipakai oleh penginjil untuk menyebut Yesus seperti yang dalam ay. 13, kata
tersebut besar kemungkinan dipakai dalam arti Tuhan dan bukan Tuan. Dalam perikop
ini kita berhadapan dengan Tuhan yang amat manusiawi.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 45
46. Kalimat penghiburan ini bukanlah kata-kata kosong karena yang
mengucapkannya adalah Tuhan yang berkuasa atas kehidupan dan
kematian. Yesus mendekati usungan itu lalu menyentuhnya. Ketika
para pengusung berhenti, Yesus membangkitkan orang itu, seperti
membangunkan seseorang yang sedang tidur, ‘Hai anak muda, Aku
berkata kepadamu, bangkitlah!’ (ay. 14). Dengan tindakan Yesus ini,
persoalan yang sedang dihadapi si Janda praktis sudah teratasi.
Situasi gelap dan putus asa yang melingkupi janda dari Nain ini sirna
dengan kembali hidupnya putra satu-satunya.
[16-17] Melihat peristiwa hebat ini, “Semua orang itu ketakutan dan
mereka memuliakan Allah, sambil berkata, ‘Seorang nabi besar telah
muncul di tengah-tengah kita,’ dan ‘Allah telah datang untuk menye-
lamatkan umat-Nya.’” Rasa ‘takut’ (phobos) ini merupakan perasaan
rangkap dua, antara takut-segan dan terpesona. Ini tentu suatu sikap
yang wajar disampaikan kepada Allah sendiri, karena Dia datang
untuk menyelamatkan umat-Nya. Dalam peristiwa, Allah bertindak
lewat seorang utusan-Nya, yang disebut sebagai seorang ‘nabi besar.’
Dalam Luk. 4:16-21 Yesus menyatakan bahwa apa yang dinubuatkan
dalam Yes. 61:1-2 yaitu kedatangan seorang nabi yang diurapi Roh
Tuhan, kini sudah tergenapi dalam Diri-Nya (Luk. 4:21). Hal yang
sama terungkap juga dalam Luk. 7:22: Ketika utusan Yohanes Pem-
baptis datang untuk menanyakan identitas-Nya, Yesus menjawab
“Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan
kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang
kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkit-
kan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” Kata-kata
Yesus ini merupakan kutipan dari Yes. 61:1. Yesus adalah nabi besar
yang dinubuatkan oleh nabi-nabi terdahulu.
Ayat terakhir menggambarkan bagaimana kabar tentang Yesus akhir-
nya tersebar, tidak hanya di Yudea tetapi ke seluruh daerah sekitar-
nya. Sekali lagi ini menggemakan nubuat nabi Yesaya, “seluruh umat
manusia akan melihatnya bersama-sama” (Yes. 40:5), yang dikutip
oleh Yohanes Pembaptis pada awal karya pewartaannya (Luk. 3:6).
46 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
47. Meditatio (Merenungkan)
a. Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata
terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta diminta untuk membayangkan
peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
b. Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat dipelajari/
diteladan dari Yesus (sikap/kepribadian dan kehendak-Nya), dari janda Nain,
dari orang banyak itu, bagi dirinya sendiri (bukan untuk mengajar orang lain).
c. Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
d. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan hasil renungan dalam
meditasinya.
Contoh hasil renungan:
Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan melihat orang yang menga-
lami kesedihan lalu mengambil tindakan. Tindakan Yesus ini mengi-
ngatkan saya untuk berani memberikan penghiburan kepada orang
yang sedang mengalami kesedihan. Nya. Dalam perikop ini Yesus
mengingatkan saya agar sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
Oratio (Berdoa)
a. Pemandu mengajak peserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas
pesan yang telah terima dalam perikop tersebut.
b. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan doa-doa yang telah
ditulisnya. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”
Contoh doa:
Ya Tuhan Yesus, kobarkanlah hati kami dengan kasih-Mu dan
anugerahilah kami keberanian untuk mengulurkan tangan menolong
sesama yang sedang mengalami kesulitan.
Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih
Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam
pertemuan ini.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 47
48. PERTEMUAN IV
MENGUBAH AIR
MENJADI ANGGUR
(Yohanes 2:1-11)
Doa Pembuka
Pemandu mengajak seluruh peserta berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar
dapat memahami firman Allah yang hendak dibaca dan direnungkan.
Lectio (Membaca)
Pemandu membacakan dan menjelaskan isi perikop. Bahan yang tersedia di bawah
ini dapat membantu pemandu untuk memberi-kan penjelasan.
[1-2] Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan
ibu Yesus hadir dalam pesta itu. Dalam Injil Yohanes, Bunda Yesus
memang tidak pernah disebut dengan namanya. Ia selalu disebut
dengan ‘Ibu Yesus’ (Yoh. 2:1.3.5.12; 19:25). Cara penyebutan ini
merupakan sebuah kebiasaan di kalangan orang Timur Tengah yang
menjadi gelar penghormatan untuk memuji seorang ibu yang memi-
liki anak. Mengingat bahwa Ibu Yesus ada di sana, sementara Yesus
juga diundang ke pesta itu, tampaknya yang empunya pesta mempu-
nyai hubungan erat dengan keluarga Yesus. Begitu eratnya sehingga
Yesus, yang waktu itu tidak berada di rumah, merasa perlu untuk
datang ke perkawinan tersebut.
Pesta itu berlangsung sangat meriah dan para tamu yang hadir lebih
banyak daripada yang diharapkan sehingga tuan rumah kehabisan
anggur. Dalam pesta seperti itu tuan rumah pertama-tama menyaji-
kan anggur yang baik. Kalau anggur yang baik sudah habis, baru
disajikan anggur yang kurang baik. Jangankan anggur yang baik, yang
48 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
49. kurang baik pun tidak ada lagi. Terjadi kepanikan besar di tengah
pesta itu karena tidak ada lagi anggur yang dapat disajikan sementara
masih banyak tamu yang hadir. Apalagi, waktu sudah malam sehing-
ga orang tidak dapat lagi membeli anggur. Tuan rumah dan penye-
lenggara pesta bisa dilanda rasa malu karena dapat dituduh mengun-
dang orang untuk datang ke pesta, tetapi tidak menjamunya.
Bisa dibayangkan, kekurangan anggur yang terjadi dalam pesta ada-
lah sesuatu yang amat memalukan bagi sang empunya pesta. Menu-
rut tradisi Yahudi perkawinan seorang gadis diadakan pada hari
Rabu – sementara jika yang menikah seorang janda, perkawinannya
diadakan pada hari Kamis. Pesta perkawinan berlangsung selama
tujuh hari (Kej. 29:27; Hak 14:12). Jika yang menikah adalah seorang
janda maka pesta berlangsung selama 3 hari; jika pernikahan antara
janda dan duda berlangsung hanya sehari. Kalau memang pada
zaman itu pesta perkawinan berlangsung selama beberapa hari, kita
tidak tahu persis kapan kehabisan anggur itu terjadi. Yang jelas,
anggur sebagai hidangan utama habis.
[3-5] Maria sadar akan situasi ini; ia pun mendatangi Yesus dan
memberitahukan, “Mereka kehabisan anggur.” Yesus memang
belum pernah melakukan mukjizat sebelumnya, namun Maria
sungguh mengenal Yesus. Ia mengetahui bahwa Yesus dapat mela-
kukan sesuatu untuk menolong mereka walaupun barangkali ia tidak
mengetahui bagaimana Ia akan melakukannya. Tetapi, Yesus menja-
wab, “Mau apa engkau daripada-Ku Ibu? Saatku belum tiba!”
Jawaban Yesus pada Maria itu tampak kasar untuk diucapkan oleh
seorang anak pada ibunya. Wajar kalau seorang ibu kaget mendengar
anaknya menjawab ibunya dengan cara seperti itu. Namun, Maria
seperti tak menghiraukan keberatan Yesus. Ia langsung menemui
para pelayan dan meminta para pelayan melakukan apa yang diperin-
tahkan oleh Yesus. “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
[6-8] Walaupun tampaknya keberatan, Yesus memenuhi permintaan
ibu-Nya. Ia menyuruh para pelayan mengisi tempayan yang biasa
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 49
50. dipakai untuk membasuh kaki para tamu dengan air. “Isilah tempa-
yan-tempayan itu penuh dengan air.” Setiap tempayan itu dapat diisi
dengan 80-120 liter air. Kemudian Yesus meminta pelayan mence-
dok air itu dan memberikannya kepada pemimpin pesta. Air yang
biasa digunakan untuk membasuh kaki itu telah berubah menjadi
anggur yang terbaik. Tempayan yang tadinya merupakan tempat air
yang menjadi sarana penyucian menurut adat Yahudi, kini diubah
menjadi tempat untuk anggur.
[9-10] Ketika pemimpin pesta itu mencicipi air yang telah menjadi
anggur, ia bingung bagaimana mungkin tiba-tiba ada anggur terbaik.
Ia pun memanggil mempelai laki-laki lalu berkata kepadanya, “Se-
tiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah
orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau
menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” Mempelai laki-laki
itu adalah orang yang paling merasa khawatir ketika mendengar
bahwa anggur telah habis. Tiba-tiba saja pemimpin pesta menuduh
dia menyimpan anggur yang terbaik. Ia bingung karena memang ia
tidak menyimpan anggur, apalagi yang terbaik. Bisa dibayangkan
bagaimana reaksi mempelai laki-laki itu mendengar tuduhan
pemimpin pesta. Bagaimanapun, sekarang tuan rumah dapat menja-
mu para tamu yang masih berdatangan dan mereka pun, terutama
mempelai itu, terhindar dari rasa malu.
[11] Kisah ditutup dengan ay. 11 yang berbunyi “Hal itu dilakukan
Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-
tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan
murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.” Dalam kisah itu, para pela-
yan, para murid Yesus dan kita sebagai pembaca menjadi saksi muk-
jizat yang dibuat Yesus.
Meditatio (Merenungkan)
a. Pemandu mengajak peserta untuk masuk dalam suasana hening dengan mata
terpejam. Kemudian pemandu meminta peserta diminta untuk membayangkan
peristiwa yang dikisahkan dalam perikop ini.
50 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n
51. b. Pemandu mengajak peserta untuk merenungkan apa yang dapat dipelajari/
diteladan dari Tuhan Yesus (sikap/kepribadian dan kehendak-Nya) dan Bunda
Maria bagi dirinya sendiri (bukan untuk mengajar orang lain).
c. Pemandu meminta peserta untuk menuliskan hasil renungannya.
d. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan hasil renungan dalam
meditasinya.
Contoh hasil renungan:
Bunda Maria merasa prihatin dengan keadaan tuan pesta yang
kehabisan anggur. Lalu ia memohon agar Yesus melakukan sesuatu
untuk menolongnya. Dari Bunda Maria saya mendapatkan teladan
untuk menaruh perhatian pada keadaan sesama di sekitar saya.
Oratio (Berdoa)
a. Pemandu mengajak peserta untuk menuliskan doa sebagai tanggapan atas
pesan yang telah terima dalam perikop tersebut.
b. Pemandu meminta peserta, satu demi satu, membacakan doa-doa yang telah
ditulisnya. Rangkaian doa ditutup dengan “Bapa Kami”
Contoh doa:
Ya Allah, Bunda Maria telah menjadi teladan kami untuk menaruh
perhatian pada sesama lalu memohonkan bantuan pada Yesus,
Putra-Mu. Bantulah kami agar dengan rela hati mau mendoakan
orang-orang di sekitar kami.
Doa Penutup
Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon kekuatan dan kasih
Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam
pertemuan.
B u l a n K i t a b S u c i N a s i o n a l 2 0 1 2 | 51
52. DAFTAR BACAAN PILIHAN
BOCKMUEHL, MARKUS (ed.), The Cambridge Companion to Jesus
(Cambridge University Press, New York 2001)
BURKETT, DELBERT R., The Blackwell Companion to Jesus (Wiley-
Blackwell, Chichester 2011)
FITZMYER, JOSEPH A., A Christological Catechism. New Testament
Answers (Paulist Press, New York 1981)
HARRINGTON, DANIEL J., Historical Dictionary of Jesus (The Scarecrow
Press Inc., Plymouth 2010)
JACOBS, TOM, Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru (Kanisius,
Jogjakarta 1982)
MEIER, JOHN P., A Marginal Jew. Vol II: Mentor, Message, and Miracle
(Doubleday, New York 1994)
SUHARYO, I., Pengantar Injil Sinoptik (Kanisius, Jogjakarta 1989)
TWELFTREE, GRAHAM H. (ed.), The Cambridge Companion to Miracles
(Cambridge University Press, New York 2011)
WEDDLE, DAVID L., Miracles. Wonder and Meaning in World Religions
(New York University Press, New York 2010)
Internet
http://www.foxnews.com/story/0,2933,99945,00.html
http://www.miraclehunter.com/marian_apparitions/approved_app
aritions/lourdes/miracles1.html
http://www.unexplainedstuff.com/Religious-
Phenomena/Miracles.html
http://www.zenit.org/article-9369?l=english
www.lourdes-france.com
52 | M e n y a k s i k a n M u k j i z a t T u h a n