Dokumen tersebut membahas tentang Kampus Guru Cikal yang merupakan wahana untuk meningkatkan kompetensi guru secara berkelanjutan melalui komunitas belajar antar guru."
3. 3
“Guru jangan hanya memberi pengetahuan
yang perlu dan baik saja, akan tetapi harus juga
mendidik si murid akan dapat mencari sendiri
pengetahuan itu dan memakainya guna amal
keperluan umum.”
Ki Hajar Dewantara (Pendidikan, halaman 48)
4.
5. 5
Mengapa Kampus Guru Cikal
Menginisiasi Komunitas
Guru Belajar?
P
eran guru sangat sentral dalam proses
pendidikan. Pendapat ini diterima
secara umum, tanpa perdebatan. Di sisi
lain, analisis terhadap berbagai penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh guru hanya
berperan sekitar 1-14% pada prestasi akademik
pelajar. Angka ini lebih sedikit dibandingkan
dengan faktor-faktor yang melekat pada struktur
dan kondisi sekolah (sekitar 7-20%), apalagi bila
dibandingkan dengan faktor terbesar (60-80%)
yang ada pada individu pelajar sendiri, seperti
pola asuh dan aspirasi orangtua, kondisi sosial-
emosional, makanan dan kesehatan anak, serta
budaya dan pengalaman (ASA, 2014).
“Pertentangan” di atas merupakan contoh
betapa pemahaman tentang peran guru yang
selama ini ada, belum utuh. Data penelitian
dapat dipahami keterbatasannya karena guru
dan perannya sering kali sulit diukur lewat tes
6. GURUBELAJAR
6
prestasi. Sebagaimana kita alami, pengaruh
dan tanggung jawab guru yang terbesar justru
pada perkembangan pribadi dan minat pelajar,
keterampilan berpikir dan budi pekerti, serta
berbagai kompetensi lain yang berkaitan
dengan kemampuan dan kemauan untuk belajar
sepanjang hayat. Kami di Kampus Guru Cikal
yakin bahwa peran guru sangat signifikan
apabila kita melihat pendidikan dalam
konteks utuh, bukan hanya peningkatan
kualifikasi atau pencapaian akademik
dalam arti sempit. Karena itu, perhatian pada
peningkatan kualitas guru seyogianya menjadi
salah satu fokus dalam percepatan mutu
pendidikan.
Banyak program yang sudah dilakukan,
semuanya membawa hasil, tapi tidak besar dan
berkelanjutan. Kampus Guru Cikal sendiri sudah
pernah menyelenggarakan sejumlah pelatihan
guru dengan mendapatkan hasil serupa.
Proses belajar guru di ruang pelatihan kurang
berdampak pada proses belajar di ruang kelas.
Kami mengkaji kembali program pengembangan
guru dan menemukan sejumlah salah kaprah,
yaitu: (a) Guru malas belajar tanpa insentif
7. GURUBELAJAR
7
tunjangan atau hadiah; (b) Guru dipandang
hanya bisa belajar dari pakar pendidikan; (c)
Penentuan materi dan standar pembelajaran
yang mengabaikan konteks dan tujuan; (d) Guru
bisa belajar dan berubah tanpa waktu; dan (e)
Kompetensi guru dikembangkan secara individu,
tanpa mempertimbangkan konteks ekosistem
dan otonomi guru. (Baca lengkapnya pada Bab
Apa Salah Kaprah yang Umum tentang Guru
Belajar?)
Hasil kajian ini yang membuat Kampus
Guru Cikal membenahi strategi pengembangan
kompetensi guru. Kami menginisiasi Komunitas
Guru Belajar dengan keyakinan bahwa:
1. Guru belajar sebagai kebutuhan alami
2. Guru belajar dari guru yang lain
3. Guru belajar sesuai dengan konteks dan tujuan
guru
4. Guru belajar butuh waktu
5.Gurubelajardalamekosistemyangmendukung
dan menghargai otonomi guru
Guru Belajar adalah komunitas pendidik
untuk berdiskusi dan berbagi praktik cerdas
mengenai pengajaran dan pendidikan melalui
8. GURUBELAJAR
8
Temu Pendidik maupun secara online di laman
dan media sosial. Komunitas ini berbagi praktik
sederhana, yang berbeda dari praktik biasa,
memberdayakan guru, serta menstimulasi
pelajar untuk menjadi pelajar mandiri. Temu
Pendidik sendiri merupakan forum berdurasi
dua jam dengan narasumber guru lintas bidang
dan lintas jenjang yang berbagi praktik cerdas
pengajaran dan pendidikan. Praktik cerdas yang
sudah dikurasi akan dipublikasikan di situs
GuruBelajar.org, ada dalam bentuk buku atau
media pembelajaran.
Kampus Guru Cikal memberikan dukungan
terhadap Komunitas Guru Belajar dalam beragam
bentuk pelatihan dan publikasi. Pelatihan selain
bertujuan menguatkan kompetensi dasar sebagai
guru,jugauntukmengembangkankapasitasguru
untuk beragam peran, seperti kepala sekolah,
pelatih guru, pengembang kurikulum, pembuat
materi dan alat pembelajaran, guru peneliti, serta
penggerakmasyarakat.Publikasibertujuanuntuk
menyebarluaskan praktik cerdas pengajaran dan
pendidikan sekaligus mengenalkan sosok guru
belajar yang telah melakukan praktik cerdas ke
khalayak luas.
9. GURUBELAJAR
9
Prinsip Nilai Kampus Guru Cikal
1. Mewujudkan pelajar sepanjang hayat
Kami bercita-cita menumbuhkan pemahaman,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
positif agar setiap insan terus mau dan mampu
belajar. Kampus Guru Cikal menyediakan
kesempatan belajar kepada anggota komunitas
pendidik melalui beragam aktivitas dan beragam
kanal belajar sepanjang waktu.
2. Memberdayakan semua pelaku dan peran
Kami sadar bahwa perubahan hanya akan
terjadi pada mereka yang merdeka, yang berada
dalam lingkungan yang mendukung setiap
insan untuk menjadi penggerak. Kampus Guru
Cikal menginisiasi Komunitas Guru Belajar
yang memfasilitasi mahasiswa, guru, aktivis
pendidikan, dan siapa saja untuk berkontribusi
dengan beragam peran untuk mengembangkan
potensi diri sekaligus mengembangkan eko-
sistem pendidikan.
3. Menghargai keragaman
Kamiyakin,keunikanadalahkekuatanyangharus
didorong dan dimaknai, dihormati dan dirayakan.
10. GURUBELAJAR
10
Kampus Guru Cikal menstimulasi semua
anggota komunitas untuk menemukan keunikan
diri, strategi dan praktik yang khas lokal, serta
menyebarluaskannya melalui gurubelajar.org,
Temu Pendidik, dan Temu Pendidik Nusantara.
4. Berkolaborasi dengan terbuka
Kami sadar bahwa kami bagian kecil dari jaringan
perjuangan yang akan berdampak optimal hanya
jika berbagi tanggung jawab dengan semua yang
peduli. Kampus Guru Cikal bersikap terbuka
dalam bekerja sama dengan berbagai pihak yang
berprinsip sejalan untuk menciptakan dampak di
setiap kelas pada setiap siswa yang lebih besar
terhadap pendidikan Indonesia.
5. Mempraktikkan standar terbaik
Kami bekerja keras untuk menjadi teladan
dalam setiap aksi, selalu menggunakan ilmu
dan bukti dengan sepenuh hati. Kampus Guru
Cikal berusaha terus-menerus menemukan
cara yang lebih efektif dengan mengacu pada
perkembangan riset terbaru, pemahaman
baru terhadap pelajar, sekaligus berpijak pada
pengalaman praktik.
11. 11
Apa Salah Kaprah yang Umum
tentang Guru Belajar?
T
erlepas dari berbagai kebijakan dan
intervensi, reformasi pendidikan di kelas
sulit terjadi. Yang dilakukan guru tidak
jauh berbeda dengan 200 tahun lalu (Tyack &
Cuban,1995). Salah satu penyebabnya adalah
program pengembangan guru yang kurang
efektif (Kulik dan Kulik, 1989). Semua sepakat,
guru kompeten akan mampu melakukan pem-
belajaran dengan baik, namun banyak salah
kaprah tentang proses guru belajar.
Salah kaprah pertama: Guru malas belajar, tanpa
insentif tunjangan atau hadiah.
Dalam dunia pendidikan Indonesia ada
“Blame Culture”. Guru dipersepsikan rendah
kompetensinya, tidak mau dan tidak mampu
mengembangkan diri (Broekman, 2015). Seperti
di banyak negara, asumsi ketidakpercayaan
mendorong strategi “logika retorika pasar”. Uang
dianggap motivator utama perubahan perilaku
12. GURUBELAJAR
12
dan dijadikan alat transaksi. Padahal, tunjangan
dan motivasi eksternal lain terbukti tidak
bekerja linear mendorong guru (Fisher, 1978;
Ryan, 1982; Rainey, 2001). Motivator utama
guru belajar adalah keinginan mendapatkan
solusi untuk memenuhi kebutuhan pelajar
(Bjork, 2004). Guru sering merasa tidak kompeten
karena kurangnya sumber pembelajaran dan
buruknya kondisi kelas. Proses belajar yang
menambah sumber aplikatif sangat penting.
Sayang, pada kebanyakan upaya peningkatan
kompetensi, tujuan dan prioritasnya tidak sesuai
harapan guru.
Salah kaprah kedua: Guru dipandang hanya bisa
belajar dari pakar pendidikan.
Padahal, penelitian tentang pengembangan
kompetensi menunjukkan bahwa proses
belajar guru lewat kolaborasi dengan guru
lain lebih efektif dibanding pelatihan “top
down” dari pakar. Guru yang belajar bersama,
menggunakan contoh nyata dan konteks utuh,
membagikan sumber pembelajaran yang
mendorong implementasi. Komunitas menjadi
inspirasi tentang tanggung jawab profesional
13. GURUBELAJAR
13
di luar kelas. Kolaborasi makin berdampak jika
guru berada dalam konteks formal dan non-
formal, juga kelompok antarjenjang dan antar-
mata pelajaran. Dengan ini, guru memahami
kontinum pendidikan dan koneksi antar-disiplin
ilmu.
Salah kaprah ketiga: Penentuan materi dan standar
pembelajaran mengabaikan konteks dan tujuan.
Menarik ketika para pakar pendidikan
mengobservasi kelas yang sama dan merating
kompetensi guru, reliabilitas penilaiannya sangat
rendah. Berkait ini, ada juga anggapan salah lain,
guru hanya perlu tahu “cara” melakukan sesuatu,
tidak perlu (atau tidak bisa) paham “mengapa”.
Padahal, ciri utama guru profesional adalah
pemahamannya tentang “why”, prinsip
penting di balik strategi.
Penekanan pada “how to” semata, misalnya
guru yang menggunakan silabus seragam dari
Kemdikbud seperti yang selama ini dilakukan,
membuat guru sulit adaptif. Fleksibilitas mutlak
terjadi untuk mencapai tujuan karena pelajar
dan situasi kelas selalu berbeda dan berubah.
Guru yang paham alasan kebijakan atau praktik
14. GURUBELAJAR
14
dilakukan, otomatis meningkat tanggung
jawabnya, sebagai individu maupun anggota
kelompok. Yang penting dipelajari adalah yang
sudah dibuktikan berhasil digunakan guru
tertentu dalam konteks tertentu. Saat guru
belajar, ia melakukan personalisasi dari yang
dipelajari ke situasi masing-masing. Akhirnya,
standar yang kontekstual dan akuntabilitas
demokratis akan tercipta. Bayangkan kalau
dalam proses belajarnya sendiri saja guru tidak
mandiri, apalagi hal lain berkait konteks dan
sistem bekerjanya.
Salah kaprah keempat: Guru dapat belajar dan
berubah, tanpa waktu.
Dengan beban jam mengajar yang besar,
proses implementasi inovasi sering terburu-
buru. Tidak heran kalau banyak guru menjadi
miskin pemahaman dan keterampilan untuk
melakukan reformasi di kelas. Pun dengan waktu
belajar awal yang cukup, guru masih perlu waktu
tambahan untuk merancang aksi, termasuk
strategi saat menghadapi masalah. Guru juga
perlu alat bantu untuk self-assessment, menerima
dan memberikan umpan balik. Pengalaman di
15. GURUBELAJAR
15
Indonesia menunjukkan bahwa banyak prosedur
administratif dan birokratis yang menghabiskan
waktu, tanpa dampak signifikan pada proses
maupun kualitas pembelajaran (Benner, 2007).
Salah kaprah kelima: Proses pengumpulan dan
interpretasidatakompetensiyangsaatinidilakukan
bersifat individual, tanpa mempertimbangkan
konteks ekosistem dan tingkat otonomi.
Cara kita memandang peningkatan kompetensi
akan selalu tidak utuh, tanpa kesadaran bahwa
konteks dan interaksi antara guru dengan
ekosistemnya menentukan seberapa guru
berdaya. Misalnya, sulit bagi seorang guru
mengisi survei aspirasi dari Kementerian yang
mendampingi uji kompetensi, tanpa jaminan
anonimitas. Tuntutan perubahan yang kompleks
tidak bisa hanya dibebankan pada individu,
tanpa mempertimbangkan pengaruh peran lain
(kepala sekolah, pengawas, orangtua, asosiasi
profesi, dan pemerintah) yang memengaruhi.
Akuntabilitas dan karya hanya akan menjadi
bagian dari ekosistem saat semua guru, tanpa
kecuali, memiliki otonomi. Otonomi tumbuh
bukan karena kompetensi sebagian guru,
16. GURUBELAJAR
16
tetapipengaruhkolektifdarilingkunganyang
mendukung; lingkungan yang mengurangi
rasa takut salah, saling berempati terhadap
kebutuhan yang berbeda, dan menghormati
proses pemecahan masalah bersama.
Meluruskan salah kaprah atau miskonsepsi
yang disebutkan di atas merupakan prasyarat
pengembangan kompetensi guru. Belajar menye-
nangkan dan bermakna bagi pelajar hanya akan
terjadi apabila guru mengalami proses yang
sama.
17. 17
Apa Tujuan Utama
Guru Belajar?
1. Meningkatkan kompetensi untuk dapat
menghasilkan dampak yang optimal bagi pelajar
Kompetensi guru perlu didefinisikan sebagai
kemampuan guru untuk melakukan inovasi
dan menjalankan secara konsisten proses
belajar-mengajar yang efektif sesuai dengan
kebutuhan masing-masing pelajarnya. Ketika
kompetensi didefinisikan lebih luas dari sekadar
pengetahuan, maka dampak utama yang selalu
perlu menjadi tolok ukur dari kompetensi
guru adalah hasil belajar pelajar. Hasil belajar
meliputi aspek yang jauh lebih besar dari
sekadar prestasi akademis, apalagi hasil
ujian semata. Hasil belajar berkaitan dengan
tujuan besar pendidikan.
Peningkatan kompetensi guru perlu
mencakup kemampuannya untuk tidak saja
mendidik pelajar dalam aspek kualifikasi yang
berkait dengan pencapaian tujuan mata pelajaran
18. GURUBELAJAR
18
tertentu, namun juga mengembangkan identitas
pelajar sebagai subjek dalam pendidikan dan
juga melakukan sosialisasi tradisi masyarakat
dan nilai demokrasi sebagai bagian dari
pengembangan pelajar secara utuh.
Perspektif yang juga penting saat bicara
tentang hasil belajar adalah perspektif pelajar,
bagaimana pelajar melihat kompetensi guru.
Berbagai bukti dari praktik baik di beberapa
negara menunjukkan bahwa hasil penilaian
pelajar terhadap kompetensi guru adalah
alat prediksi yang lebih valid dan reliabel
daripada penilaian pihak lain dalam ekosistem
sekolah. Pelajar berada dalam posisi unik untuk
mendapatkan gambaran tentang kompetensi
yang lebih utuh karena intensitas dan variasi
interaksi dengan guru dalam konteks kelas
maupun sekolah (Cross, Dooris & Weinstein,
2004). Kompleksitas profesi dan pekerjaan
guru sama seperti kompleksnya proses belajar
anak, memang sulit diukur dan disederhanakan
lewat satu alat tes standar atau satu penilai saja.
Tampaknya, menggunakan ujian kompetensi—
terlepas dari apa pun yang diukur—sama logika
dan dampaknya dengan penggunaan Ujian
19. GURUBELAJAR
19
Nasional atau ujian terstandar lain pada pelajar.
Hal ini membatasi aspek yang dapat diukur dan
mendorong proses bekerja dan belajar demi tes
semata.
2. Mengembangkan beragam peran guru untuk
terus berkontribusi di dunia pendidikan
Peran guru tidak hanya terbatas pada mengajar di
dalamkelas.Penguatanprofesijustrumunculsaat
guru menjalankan peran ganda sebagai individu
yang mengajar dan belajar dalam ruang kelasnya,
namun juga terlibat secara kolektif dalam
kepemimpinan di sekolah dalam kebijakan yang
berkaitdenganprosesbelajar-mengajar.Gurujuga
perlu mendapat dukungan untuk menjalankan
peran yang lebih besar secara langsung maupun
tidak langsung dalam ekosistem pendidikan,
baik sebagai rekan profesi yang membantu
pengembangan peran guru lain dan orangtua
serta masyarakat umum. Implikasi hal ini jelas
menunjukkan bahwa pengembangan karier
guru harus menerapkan strategi diferensiasi
dalam berkarya, tidak terbatas pada jalur
kepemimpinan untuk menjadi kepala sekolah
semata. Guru dapat berperan menjadi pelatih
20. GURUBELAJAR
20
dan pengevaluasi guru lain, menjadi pembuat
materi ajar, melakukan penelitian yang menguji
kebijakan, mengembangkan kurikulum berkait
mata pelajaran atau konteks khusus dan berbagai
inovasi lain yang mengakomodasi beragam
kebutuhan dan minat individu.
21. 21
Apa Prinsip Utama
yang Perlu Diterapkan oleh
Komunitas Guru Belajar?
P
rinsip utama dari komunitas guru belajar
adalah sentralnya peran guru dalam proses
pengembangan kompetensinya sendiri.
Hattie (2010) mengatakan bahwa proses belajar
yang ideal menempatkan pelajar sebagai guru
yang mengendalikan dan bertanggung jawab
pada proses belajarnya, dan guru berperan
utama sebagai pelajar yang belajar sensitif dan
memenuhi kebutuhan pelajar.
Apabila kita berbicara tentang student
centered process saat menjelaskan bentuk proses
belajar-mengajar yang ideal, maka sulit mengelak
bahwa proses pengembangan kompetensi
guru harus berpusat pada guru. Pada akhirnya,
melihat isu kompetensi guru secara utuh—
dalam kaitan dengan keseluruhan budaya dan
ekosistempendidikan—adalahsebuahkeharusan.
Sistem yang ideal adalah sistem yang lingkaran
umpan baliknya berjalan dengan baik. Karena
22. GURUBELAJAR
22
proses inilah yang memungkinkan munculnya
berbagai strategi intervensi berdasarkan praktik
baik dan bukti lapangan. Evers dan Kneyber,
(2015) menggambarkannya dengan sangat
baik. Pertanyaan utama dari sistem yang saat
ini muncul adalah: “Apa yang dapat dilakukan
guru?” Dalam piramida, guru berada di posisi
terbawah yang menerima kebijakan dan instruksi
dari pusat. Sistem harus membalik prosesnya
dengan meletakkan guru sebagai sumber inovasi
dan kebijakan sehingga pertanyaan yang harus
dijawab menjadi: “Apa yang dapat dilakukan oleh
sekolah, pemerintah daerah dan pusat untuk
mendukung guru?”
Hanya guru yang merdeka yang dapat
menghargai anak, hanya guru yang antusias
yang menularkan rasa ingin tahu pada anak,
danhanyagurubelajaryangpantasmengajar.
23. 23
Penggerak Guru Belajar
Apa pengalaman paling mengesankan sebagai
guru belajar?
Diana Dwi Jayanti
Penggerak Guru Belajar Tuban
Pengalaman paling mengesankan ketika
mendampingi seorang murid ‘istimewa’ yang
duduk di Kelas 1 SD. Dari hasil screening awal
kesiapan belajar saat penerimaan siswa, Ananda
memang kurang disarankan untuk diterima,
tetapi karena pertimbangan satu dan lain hal,
akhirnya manajemen sekolah memutuskan untuk
menerimanya sebagai siswa di sekolah kami.
Dua hingga tiga minggu pertama masuk
sekolah, dari hasil pengamatan saya dan rekan
guru (wali kelas), diketahui bahwa perkembangan
kemampuan akademik dasarnya (baca, tulis,
hitung) memang sangat kurang memadai. Selain
itu, ia juga kurang mampu merespons dengan
baik instruksi dari guru ketika pembelajaran
24. GURUBELAJAR
24
klasikal. Saya dan wali kelas sempat merasa
khawatir, apakah kami mampu mengantarkannya
mencapai target belajar, mengingat sekolah kami
ini sekolah reguler yang menargetkan nilai KKM
80.
Sebagai guru yang ditugaskan mendam-
pinginya,sayaharusputarotakuntukmenemukan
cara agar ia dapat mengembangkan kemampuan
calistung-nya supaya tidak terlalu jauh tertinggal
dengan teman-teman di kelas.
Bersama wali kelas, saya mencoba menggali
informasi tentang proses belajarnya ketika
di TK yang kebetulan satu yayasan dengan
SD kami mengajar. Kami menemui guru
pendampingnya saat ia di TK, menanyakan
bagaimana kesehariannya ketika belajar,
bagaimana motivasi belajarnya, bagaimana
interaksinya dengan teman-teman, sampai cara
apa yang telah dilakukan oleh guru TK sehingga
bisa mengembangkan kemampuannya. Dari situ
kami memperoleh informasi bahwa ia mengalami
keterlambatan perkembangan bicara sehingga
perlu berlatih untuk dapat mengungkapkan dan
mengekspresikan apa yang ia pikir dan rasakan
secara lisan, ia membutuhkan waktu lebih lama
25. GURUBELAJAR
25
dan cara belajar yang berbeda dibanding rata-
rata temannya.
Akhirnya, saya mencoba untuk lebih
mengenalnya, bagaimana emosinya, bagaimana
pola belajarnya, berapa lama waktu yang ia
butuhkan untuk bisa fokus menerima materi,
berapa lama waktu jeda yang dibutuhkannya
untuk istirahat sebelum bisa kembali
berkonsentrasi untuk belajar, hal-hal apa yang
ia sukai, apa saja yang membuatnya semangat
belajar, dan sebagainya, hingga menjalin
komunikasi yang intens dengan orangtuanya
terkait apa saja yang bisa dilakukan orangtua
untuk mendampinginya di rumah, misalnya
mengajaknyamembacabukuceritasebelumtidur
untuk memunculkan motivasi belajar membaca.
Selain itu, saya mulai mempelajari beberapa
metode (teknis) dan mempraktikkannya untuk
membantu anak tersebut dalam meningkatkan
kemampuan membaca dan menulisnya.
Satu waktu, ibu Ananda bercerita bahwa
ketika malam sebelum tidur, Ananda tiba-tiba
mengatakan kepada ibunya, “Ibuk, aku suka
sekolah, di sekolah ustadzah-ustadzah sayang
sama aku.” Ibunya juga bercerita bahwa mulai
26. GURUBELAJAR
26
tumbuh semangat belajar yang sebelumnya
belum pernah terlihat. Setiap hari Ananda
selalu meminta didampingi belajar. Ananda
mengatakanbahwaiainginlebihpintarmembaca
supaya tidak tertinggal dari teman-teman.
Saat ini, meskipun nilai Ananda belum
sepenuhnya mencapai target KKM, kemampuan
membaca dan menulisnya sudah sangat
berkembang, mulai dari mampu membaca
kata dengan suku kata terbuka hingga mampu
membaca dengan cukup lancar dan memahami
apa yang dibaca. Kemampuan menulisnya juga
berkembang cukup pesat, dalam kurun waktu
sekitar 3 bulan, ia telah mampu menulis kalimat
dengan 3-4 kata. Setiap hari sepulang sekolah,
ia juga selalu ke perpustakaan untuk meminjam
buku cerita meskipun (menurut ibunya) ketika di
rumah hanya dibaca sebagian dan lebih banyak
melihat gambarnya.
Pengalaman-pengalaman belajar dalam
mendampingi anak-anak seperti inilah yang
membuat saya tidak akan pernah bosan menjadi
guru. Selalu ada hal baru yang saya temui,
pelajari, dan syukuri dari senyum mereka ketika
mereka dapat menyelesaikan suatu tugas belajar
27. GURUBELAJAR
27
atau menguasai keterampilan tertentu, dari
ekspresi penasaran mereka ketika menemukan
hal baru, dan dari mengamati berbagai tingkah
polah polos mereka.
Lany R.H
Penggerak Guru Belajar Timika
Pada tahun pertama saya mengajar Kelas 1, saya
punya seorang murid yang tahun sebelumnya
tidak naik kelas. Ia belum bisa membaca,
hanya tahu bunyi huruf. Saya pernah mencoba
mengajarinya membaca dengan berbagai macam
cara, baik di kelas maupun di luar jam belajar.
Sampai suatu saat, ia dan saya sama-sama
menangis karena merasakan kesulitan yang
sama meskipun berbeda bentuk.
Lalu saya berhenti “memaksa”-nya belajar
mengeja kata-kata. Saya bebaskan ia dari belajar
membaca saja, saya menyingkirkan jam-jam
remedial, dan saya lanjutkan pelajaran seperti
biasa. Dalam pelajaran sehari-hari, ia memang
cukup lambat, tapi bukan berarti sama sekali
tidak bisa mengikuti. Ia selalu mencoba aktif
dan terlibat dalam setiap kegiatan kelas. Ia
dapat diandalkan saat bekerja bersama teman-
28. GURUBELAJAR
28
temannya menyelesaikan tugas kelompok.
Saat ia merasa nyaman ini, ia justru dapat
menunjukkan kemampuannya dalam mengikuti
materi. Memang tidak membaca lancar, tapi
bisa menunjukkan kemampuannya dengan cara
berbeda.
Saya tidak ingat betul bagaimana ia akhirnya
belajar membaca, tapi sampai saat ini ia sudah
duduk di Kelas 6 dan “bertahan” dalam pelajaran-
pelajaran di sekolah.
Rizqy Rahmat Hani
Penggerak Guru Belajar Pekalongan
Pengalaman paling mengesankan adalah saat
bersama anak-anak mendiskusikan sebuah acara
akhir pembelajaran. Saya selalu memberi peluang
kepada mereka untuk menyampaikan berbagai
ide acara. Banyak ide yang bermunculan dari
mereka:
“Pak, bikin pameran karya saja, Pak!”
“Pak, sekalian bikin festival film!”
“Lalu nanti kalau bisa karya-karya kami
dipamerkan, Pak!”
Ide-ide bermunculan dari anak-anak, saya
yang notabene hanya sebagai guru honorer
29. GURUBELAJAR
29
dan belum memiliki andil besar di sekolah,
mendengarkan ide-ide tersebut menjadi bingung.
Bingung karena ide sebagus itu sulit direalisasi
di sekolah pinggiran, seperti SMA 1 Sragi ini.
Karena niat saya lebih besar daripada rasa
pesimis, akhirnya saya beranikan diri berbicara
kepada kepala sekolah. Ternyata, benar dugaan
saya, “Mas, maaf. Untuk acara seperti itu tidak
bisa, Mas. Sekolah kita tidak ada anggaran untuk
hal seperti itu!”
Hal demikian tidak bisa saya sampaikan
kepada anak-anak yang memiliki semangat
besar. Lalu saya berpikir untuk mencari inspirasi
di Internet, bagaimana supaya acara ini bisa
dilaksanakan. Lalu tiba-tiba tebersit ide untuk
memanfaatkan pembelajaran menulis proposal
dan menulis surat dinas. Saya pun meminta
setiap kelas mengirimkan tim untuk membuat
proposal dan membentuk panitia mini.
“Alhamdulillah, diizinkan oleh kepala sekolah,
tugas kita adalah mencari sponsor untuk acara
kita!”
Wajah anak-anak menjadi berbeda, semua
tampak semangat. Kerja sama setiap kelas demi
terlaksananyaacaratersebutterlihatjelas.Sampai
30. GURUBELAJAR
30
akhirnya, kami mendapat dana sponsor lebih dari
6 juta rupiah, sama sekali tak ada iuran ataupun
danabantuandarisekolah.Merekabelajarbanyak!
Saya pun belajar! Acara itu pun berlangsung dan
diliput oleh media cetak maupun elektronik serta
didatangi perwakilan dinas. SMA 1 Sragi yang
merupakan SMA terpencil dan buangan menjadi
TERKENAL.
Mengapa penting bagi guru mempunyai semangat
guru belajar?
Agus Moeliono
Penggerak Guru Belajar Bandung
Ketika guru mau menyejajarkan diri dengan
pandanganmataanak,makaprosespembelajaran
menjadi “Petualangan Pembelajaran Bersama”.
Guru bersama anak menjelajah berbagai sumber
belajar, bersama terinspirasi banyak hal. Guru
bisa banyak belajar dari keunikan dan keragaman
karya anak.
Dian Nofitasari
Penggerak Guru Belajar Yogyakarta
Semangat belajar guru dapat dirasakan dan
ditularkan pada pelajar. Jadi, jika menginginkan
31. GURUBELAJAR
31
pelajar memiliki semangat belajar, maka harus
dimulai dari guru yang semangat untuk belajar
pula.
Hesti Wulandari Andi Djiwa
Penggerak Guru Belajar Soroako
Kalau menyampaikan materi pelajaran yang
sama dengan cara yang sama mulai dari awal
sampai akhir dan berulang terus setiap tahunnya,
pasti membosankan. Hanya dengan belajarlah,
pekerjaan sebagai guru itu tetap menyenangkan.
Felicia Tan
Penggerak Guru Belajar Semarang
Guru perlu selalu berkaca dan terus belajar.
Dan murid adalah guru paling tepat untuk guru
belajar.
Lany R.H.
Penggerak Guru Belajar Timika
Pengaruh guru belajar pada murid secara tidak
langsung akan membawa atmosfer belajar yang
semakin positif, bahkan menginspirasi murid
untuk ikut terus belajar.
32. GURUBELAJAR
32
Stanley Ferdinandus
Penggerak Guru Belajar Ambon
Guru belajar adalah guru yang memaknai
tanggung jawab mendidik sebagai sebuah
panggilan.
Ivan Sumantri Bonang
Penggerak Guru Belajar Lampung
Menjadi guru belajar berarti menjadi petualang
seumur hidup, menjalani proses yang
menyenangkan dan menikmatinya dari waktu ke
waktu.
Dian Misastra
Penggerak Guru Belajar Tegal Waru
Kesadaran menjadi seorang pendidik bukanlah
hal yang mudah, perlu pencerahan yang
berkelanjutan dan keinginan membahagiakan
murid ketika belajar harus selalu menjadi jiwa
setiap pendidik.
Diana Dwi Jayanti
Penggerak Guru Belajar Tuban
Proses guru belajar, bagi saya, semacam
menjalani berbagai petualangan, salah satunya
33. GURUBELAJAR
33
petualangan menyelami diri sebagai pendidik,
mencoba keluar dari jebakan berupa rasa puas,
perasaan ‘sudah-mengerti’, dan perasaan ‘tidak-
boleh-salah.
Rizqy Rahmat Hani
Penggerak Guru Belajar Pekalongan
Menjadi guru belajar membuat siswa menjadi
lebih antusias belajar, siswa lebih tertantang
belajar, siswa lebih cinta belajar, ada rasa
KASMARAN belajar di sana.
Riyadi Ariyanto
Penggerak Guru Belajar Jember
Bagaimana mungkin bisa membangun generasi
pelajar tanpa ada semangat belajar yang terus-
menerus tumbuh dari dalam diri seorang
pendidik? Semangat belajar pendidik akan
mengobarkan semangat belajar peserta didik.
Intan Prajaswari
Penggerak Guru Belajar Cirebon
Karena menjadi guru itu mendidik manusia,
harus ada keinginan kuat untuk terus belajar agar
manusia yang kita didik bisa bertanggung jawab
di masa depannya nanti. Dinamika perubahan
35. 35
Komunitas Guru Belajar
Nusantara
1. Apa itu Guru Belajar?
Guru Belajar adalah komunitas pendidik yang
diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal untuk
berdiskusi dan berbagi praktik cerdas pengajaran
dan pendidikan melalui Facebook dan Temu
Pendidik. Praktik cerdas yang sudah dikurasi
akan dipublikasikan di situs GuruBelajar.org,
dalam bentuk buku atau media pembelajaran.
Anda punya semangat guru belajar? Ingin
belajar bersama kami? Yuk, bergabung di:
http://gurubelajar.org
Grup Facebook Komunitas Guru Belajar
2. Mengapa bergabung di Guru Belajar?
• Bisa menjadi guru bagi guru yang lain
• Bisa jadi murid bagi guru yang lain
• Bisa belajar berkolaborasi, mendapatkan
masukan yang berharga
36. GURUBELAJAR
36
• Bisa belajar berkarya, memberi manfaat
pada sesama
3. Apa saja peran yang dibutuhkan Guru Belajar?
Ada beragam peran di Komunitas Guru Belajar
yang sesuai dengan aktivitas, kekuatan diri guru,
dan potensi daerah. Namun, untuk pendirian
Komunitas Guru Belajar di suatu daerah
dibutuhkan 2 peran penting, yaitu penggagas
dan penggerak. Penggagas Guru Belajar adalah
Kampus Guru Cikal yang akan memberikan
beragam dukungan. Penggerak adalah mereka
yang bersedia mengorganisasikan dan
menggerakkan komunitas Guru Belajar di daerah.
4. Apa yang harus dilakukan Penggerak untuk
mengembangan Komunitas Guru Belajar di suatu
daerah?
Cari Teman
Buat
Pertemuan Lingkar
Komunikasi
Temu
Pendidik
Sebarkan
Kebaikan
Terus
Belajar
37. GURUBELAJAR
37
1) Cari teman
Carilah tiga guru atau aktivitas pendidik untuk
menjadi Penggerak Guru Belajar di suatu daerah.
2) Buat pertemuan
Adakan pertemuan untuk membicarakan: (a)
misi dan prinsip nilai Guru Belajar dan (b) praktik
cerdas pengajaran dan pendidikan.
3) Lingkar komunikasi
Sepakati media untuk berkomunikasi bagi para
penggerak.
4) Temu Pendidik
Penggerak mengadakan Temu Pendidik
sesuai Panduan Temu Pendidik yang akan
dijelaskansetelah bagian ini. Bila memungkinkan,
Kampus Guru Cikal akan mengirimkan wakil
untuk hadir pada Temu Pendidik perdana di
suatu daerah.
5) Sebarkan kebaikan
Sebarkan praktik cerdas ke rekan, saudara, dan
komunitas lain atau ke lingkup yang lebih luas
dalam beragam bentuk (lisan, foto, tulisan,
rekaman suara, video) melalui berbagai kanal
(Facebook, WA, Line, Twitter, dan lainnya).
38. GURUBELAJAR
38
6) Terus belajar
KomunitasGuruBelajardapatmenyelenggarakan
Pelatihan Guru Belajar Berbeasiswa bekerja sama
dengan Kampus Guru Cikal.
Panduan Temu Pendidik
Apa itu Temu Pendidik?
Temu Pendidik adalah forum berbagi praktik
cerdas tentang topik-topik pengajaran dan
pendidikan. Temu Pendidik memadukan
inspirasi dari suatu konteks dan desain untuk
penerapan di konteks yang berbeda.
Temu Pendidik bukan membicarakan teori
atau opini, tapi praktik cerdas (suatu strategi)
yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi
suatu tantangan atau mencapai suatu tujuan.
Praktik cerdas adalah “theory-in-use”, teori
yang ditemukan guru selama praktik yang
dilakukannya.
Apa kelebihan Temu Pendidik?
1) Singkat
Temu Pendidik berdurasi maksimal 2 jam agar
mudah diselenggarakan dan diikuti semua guru.
39. GURUBELAJAR
39
2) Praktis
Temu Pendidik memfasilitasi guru berbagi
pengalaman praktis dalam mengatasi tantangan
di kelas/sekolah.
3) Konkret
Temu Pendidik memfasilitasi guru untuk
membicarakan rencana konkret untuk dilakukan
di kelasnya.
Apa saja peran yang dibutuhkan dalam Temu
Pendidik?
Empat peran dalam Temu Pendidik, yaitu
Fasilitator, Narasumber, Jurnalis, dan Partisipan.
1) Fasilitator adalah penggerak/guru yang ber-
peran memfasilitasi alur pertemuan sesuai
panduan.
2) Narasumber Temu Pendidik adalah guru yang
telah melakukan praktik cerdas pengajaran dan
pendidikan.
3) Jurnalis adalah penggerak atau guru yang
berperan mendokumentasikan Temu Pendidik
dalam bentuk tulisan, foto, audio, atau video.
4) Partisipan adalah guru yang mengikuti alur
Temu Pendidik.
40. GURUBELAJAR
40
Apa ciri dari praktik cerdas pengajaran dan
pendidikan?
1) Pengembangan
Suatu praktik yang menggunakan cara berbeda
untuk mengatasi tantangan pengajaran dan
pendidikan. Cara berbeda tersebut dapat berupa
inovasi atau adaptasi dari suatu cara yang sudah
ada.
2) Berdaya
Suatu praktik yang membuat guru lebih berdaya
dalam menjalankan tanggung jawab sebagai
guru.
3) Pembelajaran
Suatu praktik yang menstimulasi siswa secara
langsung atau tidak langsung untuk menjadi
pelajar mandiri (self-regulated learner).
Bagaimana format praktik cerdas?
Format praktik cerdas dapat disingkat menjadi
ATAP: Awal, Tantangan, Aksi, dan Perubahan-
Pelajaran.
1) Awal
Apa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
Bagaimana situasi awal yang dihadapi? (Situasi
awal bisa berupa keragaman latar belakang sosial
41. GURUBELAJAR
41
budaya ekonomi, letak geografis, atau faktor lain.
2) Tantangan
Apa tantangan atau kesulitan yang menghambat
pencapaian tujuan pembelajaran? Tantangan
bisa berupa karakteristik siswa, kualitas
perlengkapan, kualitas interaksi dan lain-lain.
3) Aksi
Apa langkah-langkah yang telah dilakukan?
Apa langkah yang terbukti berhasil mengatasi
tantangan? Ceritakan secara detil termasuk
waktu dan peralatan yang dibutuhkan.
4) Perubahan-Pelajaran
Apa perubahan yang terjadi akibat dari aksi yang
dilakukan? Apa pelajaran yang didapatkan dari
aksi yang dilakukan? Bagaimana komentar siswa
terhadap aksi yang dilakukan?
Panduan Temu Pendidik bagi Penggerak
Persiapan
1) Penggerak mencari guru yang mau dan meme-
nuhi kriteria menjadi narasumber.
2) Narasumber menuliskan praktik cerdas penga-
jaran dan pendidikan sepanjang 1-3 halaman,
sesuai format praktik cerdas.
42. GURUBELAJAR
42
3) Penggerak dan Narasumber mendiskusikan
praktik cerdas untuk perbaikan atau pengem-
bangan praktik tersebut bila diperlukan.
4) Penggerak menetapkan tanggal, tempat, pera-
latan, dan pengumuman Temu Pendidik.
5) Penggerak menyebarkan pengumuman Temu
Pendidik.
Sesi Presentasi (maksimal 60 menit)
1) Fasilitator membuka Temu Pendidik dengan
menyebutkan tujuan dan aturan di tiap sesi.
2) Narasumber melakukan presentasi selama
10-17 menit (tanpa slide presentasi) mengenai
praktik cerdas.
3) Presentasi dilakukan dengan metode bercerita.
Narasumber menceritakan mulai dari awal,
tantangan yang dihadapi, aksi yang dilakukan,
perubahan yang terjadi, dan pelajaran yang
didapatkan.
4) Narasumber diharapkan berlatih melakukan
presentasi dengan metode bercerita, yakni
menceritakan pengalamannya.
43. GURUBELAJAR
43
Sesi Refleksi (maksimal 60 menit)
1) Fasilitator mengajukan pertanyaan kunci yang
dijawab oleh setiap peserta dengan menuliskan
kata kunci di sepotong kertas. Apa inspirasi yang
Anda dapatkan yang bisa menjawab tantangan
pengajaran dan pendidikan yang Anda hadapi
sehari-hari di kelas/sekolah?
2) Peserta berkeliling melihat jawaban pada
sepotong kertas dari peserta yang lain.
3) Bentuk kelompok beranggotakan 3-8 orang
berdasarkan kesamaan inspirasi yang tertulis
pada sepotong kertas tersebut.
4) Fasilitator meminta kelompok untuk mendis-
kusikan rencana implementasi dari inspirasi
yang didapatkan kelompok. Hasil diskusi ditulis
pada selembar kertas plano.
5) Kelompok mempresentasikan hasil diskusi
dengan metode galeri jalanan dua putaran.
Putaranpertama,setengahanggotakelompokjadi
penjaga dan setengah anggota kelompok menjadi
pengunjung. Penjaga bertugas menjelaskan hasil
diskusi pada pengunjung dari kelompok lain.
Pengunjung bertugas mengunjungi dan belajar
dari hasil diskusi kelompok lain. Putaran kedua,
44. GURUBELAJAR
44
anggota kelompok bertukar peran: penjaga
menjadi pengunjung, pengunjung menjadi
penjaga.
Sesi Pelaporan (sekitar 7 hari setelah pelaksanaan)
1) Jurnalis menyusun dokumentasi yang berupa:
tulisan liputan, tulisan praktik cerdas dan foto
(atau video bila memungkinkan).
2) Jurnalis mengirim dokumentasi untuk dipu-
blikasikan di situs GuruBelajar.org melalui
kampusguru@cikal.co.id.
Jika membutuhkan bantuan untuk mengem-
bangkan kemampuan presentasi atau menjadi
fasilitator, silakan kontak kami di:
• kampusguru@cikal.co.id
• budi.muhamad@cikal.co.id
• Grup Facebook Komunitas Guru Belajar
45. 45
Kampus Guru Cikal
K
ampus Guru Cikal adalah wahana
seru bagi calon guru dan guru untuk
menjadi pelajar sepanjang hayat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kampus Guru
Cikal menyediakan solusi pendidikan berupa:
1. Pelatihan guru dan pengembangan
kepemimpinan sekolah
2. Pengembangan Komunitas Guru Belajar
sebagai ekosistem berbagi praktik cerdas
3. Penyediaan beasiswa bagi calon guru dan
guru untuk mengembangkan diri
4. Pengembangan sekolah dampingan dan
pertukaran guru
5. Penyediaan konten bermutu bagi guru dan
pemimpin sekolah di GuruBelajar.org
6. Perintis pembentukan kampus guru yang
bermakna dan seru untuk belajar
46. GURUBELAJAR
46
Bagaimana cara terlibat dengan Kampus Guru
Cikal?
Menjadi guru pembelajar
Kami mengundang rekan calon guru dan guru di
seluruh Indonesia untuk belajar bersama melalui
berbagai inisiatif maupun berbagai kanal media
sosial Kampus Guru Cikal.
Menjadi penggerak komunitas
Kami mengundang rekan guru dan pendidik
menjadi penggerak komunitas Guru Belajar yang
mengembangkan ekosistem berbagi praktik
cerdas.
Menjadi donatur
Kami mengundang individu dan lembaga yang
peduli pendidikan Indonesia menjadi donatur
beasiswa bagi guru dari berbagai daerah di
Indonesia.
Menjadi mitra program
Kami mengundang perusahaan, yayasan, dan
lembaga pemerintah untuk menjadi mitra
program pendidikan guru, baik program berkala
kami maupun program yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi Anda.
47. GURUBELAJAR
47
Bila ada pertanyaan, jangan ragu untuk
menghubungi Kampus Guru Cikal:
www.KampusGuruCikal.com
E-mail: KampusGuru@Cikal.co.id
Follow: @KampusGuruCikal
Facebook: Kampus Guru Cikal