1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi yang diandalkan dalam
peningkatan sumber daya manusia dan proses untuk menemukan jati diri. Secara
langsung, pendidikan merupakan amanat dari Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Pendidikan merupakan sarana dalam pembelajaran guna
meningkatkan kualitas individu di berbagai ranah. Pendidikan berperan penting
dalam mewujudkan individu yang utuh melalui kegiatan-kegiatan pendidikan
yang telah terintegrasi dsan komprehensif yang tertuang dalam kurikulum saat ini.
Persoalan pendidikan seperti rendahnya mutu pendidikan dapat diatasi dengan
menciptakan suasana pendidikan bermakna yang diciptakan oleh seorang guru di
kelas. Senada dengan Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2 yang menutut guru untuk menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis
sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian
seorang guru dapat menjalankan pendidikan dengan baik dan benar sesuai alur
pendidikan.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar adalah tahapan perubahan
2. seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang menitik beratkan proses kognitif.
Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar, sehingga sikap mandiri ini penting dimiliki oleh
siapa saja yang ingin mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Orang tua
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kemandirian pada
diri anak-anaknya, termasuk dalam kemandirian belajar. Hal ini disebabkan
karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Dengan kata lain,
orang tua menjadi penanggung jawab pertama dan utama terhadap pendidikan
anak-anaknya.
Efektifitas pembinaan dengan kemandirian belajar ada pada pola
pembinaan orang tua ketika memberikan arahan bagi anak-anaknya untuk
memiliki sikap yang tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, mampu
menemukan apa yang harus dilakukan dan bisa memecahkan permasalahannya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Faktor selain lingkup keluarga yaitu lingkungan sekolah yang berperan
aktif di dalamnya yaitu guru. Dengan kata lain guru menjadi penanggung jawab
kedua setelah orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya.
Di sisi lain masa anak-anak adalah masa yang penuh tantangan akibat
terjadinya perkembangan-perkembangan yang disebabkan oleh adanya
pertumbuhan baik fisik, mental, emosi, kepribadian dan lain sebagainya sesuai
dengan tingkat perkembangan usia anak. Anak akan mengalami masa remaja.
Umur remaja adalah umur peralihan dari anak menjelang dewasa, yang
3. merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa
persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemnya tidak sedikit.
Arahan dan pendidikan yang diberikan kepada siswa dimaksudkan agar
mereka dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki secara
totalitas, sehingga nantinya akan menjadi manusia yang berkualitas tinggi serta
mencapai kedewasaan yang sempurna. Beberapa ciri yang harus dimiliki oleh
orang yang sudah dewasa antara lain: dia dapat berfikir sehat dan maju, bersikap
fleksibel, dapat bekerja secara efektif dan efisien, dapat berdiri dan bertanggung
jawab sendiri dan lain-lain. Orang yang sudah dewasa akan percaya diri dan akan
mampu menerima tanggung jawab. Ia mempunyai pendirian, tidak ikut-ikutan dan
seandainya ia mengikuti pendapat orang lain, maka ia akan mengikutinya dengan
pertimbangan yang matang. Apabila ia mendapatkan masalah yang sulit ia akan
menyelesaikannya dengan tepat, bijaksana dan masuk akal. Beberapa hal tersebut
merupakan contoh dari sikap mandiri yang merupakan ciri mendasar dari
kedewasaan. Perilaku mandiri adalah perilaku memelihara hakekat eksistensi diri.
Sikap kemandirian seperti ini, perlu ditanamkan pada diri siswa sejak dini. Hal ini
dilakukan dalam rangka mengembangkan sikap yang dapat berdiri sendiri
sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu berinisiatif, penuh
kreatifitas, disiplin dan bertanggung jawab. Pada akhirnya, siswa diharapkan
mampu mengatasi semua permasalahan hidupnya di masa sekarang dan di masa
yang akan datang dengan kekuatannya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang
lain, serta mempunyai keberanian dalam mengambil keputusan dengan penuh rasa
tanggung jawab.
4. Dari semua hal mengenai kemandirian tersebut dapat berubah dengan peran serta
keluarga dapat pula perubahan tersebut dilakukan di lingkungan sekolah, dengan
mengadakan pelatihan ataupun kegiatan-kegiatn yang berhubungan dengan
peningkatan belajar siswa dapat pula dilaksanakan untuk keperluan perkembagan
siswa kedepannya.
Banyaknya fenomema di atas, ternyata kemandirian belajar siswa dapat
dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai macam faktor, baik dari diri siswa
maupun dari luar diri siswa, dari lingkungan luar sekolah maupun dari lingkungan
sekolah. Salah satu pelatihan yang memungkinkan adalah kegiatan Latihan Dasar
Kepemimpinan Sekolah yang lebih dikenal dengan istilah LDKS. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara di SMAN 1 Sidayu Kabupaten Gresik fenomena
kegiatan LDKS juga dilaksanakan dalam pengembangan siswa di sekolah
tersebut. Dengan format kegiatan yang dikonsep seperti MOS (Masa Orientasi
Siswa) serta berisikan berbagai macam kegiatan yang bertemakan kepemimpinan
dan segala hal yang bertemakan pendidikan sekolah terutama kemandirian siswa
dalam menempuh pendidikan di sekolah tersebut utamanya. Materi yang
diberikan mulai dari pendidikan mental maupun fisik menjadikan kegiatan
tersebut sangat penting menurut sekolah dalam pembentkan karakter siswa yang
mandiri.
Dengan fenomena yang ada, penulis menjadikannya sebagai bahan
penelitian yang terfokus pada keefektifan kegiatan terbut terhadap perubahan
siswa, terutama pada segi kemandirian belajar siswa dengan judul penelitian
“Efektifitas Latihan Dasar Kepemimpinan terhadap kemandirian siswa”, dengan
harapan penulis dapat memberikan pandangan baru terhadap sekolah jika pada
5. kenyataannya kegiatan tersebut kurang berpengaruh, atau memberikan saran,
masukan ataupun kritik yang membangun jika kegiatan tersebut dipandang sangat
berpengaruh dalam perkembangan siswa pada kemandirian belajarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari batasan di atas peneliti merumuskan masalah yaitu “apakah
pemberian Latihan Dasr Kepemimpinan (X) tersebut dapat merubah kemandirian
belajar (Y) siswa menjadi lebih baik.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Latihan Dasar Kepemimpinan
tersebut dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa SMAN 1 Sidayu
Gresik.
1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan
Pada penelitian ini peneliti menerangkan efektifitas antar variable bebas
yaitu pemberian pelatihan dasar kepemimpinan dan variable terikat yaitu
kemandirian belajar siswa. Subyek dalam penelitian ini adalah 15 yang diambil
oleh peneliti sebagai kelompok dengan pemberian treatment dan 15 untuk
kelompok kontrol.
Agar temuan dari penelitian ini tidak digeneralisasikan secara luas serta
implementasi hasil penelitian ini diimplementasikan secara hati-hati, maka perlu
adanya suatu batasan. Adapun batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu :
a. Penelitian ini hanya terbatas pada hasil efektifitas Latihan Dasar
Kepemimpinan terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMAN 1 Sidayu Gresik
6. b. Hasil penelitian hanya terfokus pada siswa kelas I dengan 15 subyek
penelitian kelompok yang diberikan treatment dan 15 sebagai kelompok
kontrol.
1.5 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah di uraikan di atas,
maka kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep mengenai
pelaksanaan pemberian bantuan (Latihan Dasar kepemimpinan) yang tepat
dan cocok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa
1.5.2 Kegunaan Praktis
a. Bagi guru pembimbing/ guru BK
1) Untuk mengatasi permasalahan siswa melalui kegiatan latihan
dasar kepemimpinan guna meningkatkan kemandirian belajar siswa
2) Memberikan pandangan tentang apa yang akan dilakukan jika
menemukan kasus atau permasalahan seperti ini.
b. Bagi wali kelas
1) Melaksanakan peranannya sebagai penasihat kepada siswa
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
2) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani pelayanan kegiatan bimbingan dan konseling
7. c. Bagi orang tua
Masukan bagi orang tua dalam memberikan alternative pemecahan
masalah bagi anak yang mempunyai kemandirian belajar yang kurang
dengan kegiatan pelatihan kepemimpinan
d. Bagi peneliti
1) Untuk lebih memahami siswa
2) Mendapatkan tambahan pengetahuan tentang perilaku siswa
3)Dapat memberikan motivasi terhadap diri sendiri dan
mengaplikasikan pada masyarakat.
4) untuk peneliti yang akan datang dapat menambahkan variabel.
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Efektifitas dapat diartikan sebagai usaha untuk dapat mencapai sasaran
yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang telah diperlukan dan
sesuai juga dengan rencana, efektifitas juga memiliki pengaruh akibat yang
ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha
atau tindakan. Efektifitas itu sendiri angat penting untuk diukur membantu
merefleksikan diri agar dapat melihat kekurangan-kekurangan yang ada
pada pembelajaran dan mencari solusi untuk mengatasi permasalahan yang
dialami.
1.6.2 Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai suatu aktifitas/kegiatan
belajar yang dilakukan oleh mahasiswa atas kemauannya sendiri dengan
tidak tergantung pada orang lain, dalam menata belajarnya sendiri, dalam
8. menilai belajarnya semndiri serta dalam memecahkan masalah dalam
belajarnya sendiri.
1.6.3 Latihan Dasar Kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan siswa
dimana siswa diberikan pendidikan, pengetahuan, pengajaran tentang hal
dasar kepemimpinan. Pelatihan ini biasanya diberikan oleh Pengurus
OSIS lama kepada siswa ataupun calon Pengurus OSIS baru, baik untuk
tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah
Atas (untuk LDK tingkat sekolah menengah). Pelatihan dasar yang
diberikan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepemimpinan kepada
siswa atau Pengurus OSIS baru yang nantinya akan
menjadi pemimpin dari seluruh kesatuan OSIS dari sekolah yang
bersangkutan. LDK biasanya diberikan dalam 2 bagian yaitu
LDK fisik dan LDK mental. Di SMAN 1 Sidayu LDK ini biasa disebut
LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) yang dilaksanakan selama 2
hari 1 malam dengan mempetakan LDK fisik dan LSK secara mental. Dari
LDK tersebut diharapkannya perubahan dinamis dari seorang siswa SMP
menjadi siswa SMA. Selain itu, disamping kepemimipinan, tujuan utama
lainnya adalah melatih kemandirian siswa yang akan menempuh jenjang
SMAnya di sekolah tersebut.