Makalah ini membahas tentang pentingnya pengembangan urban tourism dalam pembangunan Kota Solo, termasuk upaya meningkatkan daya tarik kota melalui penataan objek wisata dan simbol-simbol khas kota. Urban tourism didefinisikan sebagai pariwisata kota yang mengkonsumsi daya tarik seperti arsitektur, taman, dan budaya seperti museum.
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
bahasa indonesia ini dengan judul “Urban Tourism dalam Pembangunan Kota “.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Program Perencanaan Wilayah dan Kota.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
- -
4. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tourism sudah merupakan salah satu trend yang menjadi bagian dari gaya hidup
masyarakat modern. Wisata tidak lagi dipandang sebagai suatu yang menjadi milik
kelompok masyarakat yang mapan saja, tapi juga bagi semua kalangan masyarakat;
meski dalam apresiasi dan budget yang berbeda. Dari berbagai bentuk apresiasi wisata
dalam konteks tempat, urban tourism atau wisata kota termasuk bentuk wisata yang
sedang menjadi trend. Hampir 50% pariwisata di dunia berkaitan dengan objek-objek di
perkotaan.
Dalam Arti Negara yang berkembang seperti Indonesia memiliki peluang untuk
mengembangkannya . sebenarnya banyak pula kota-kota di Indonesia yang telah
berhasil mengidentikan diri sebagai kota wisata di Indonesia, seperti Denpasar,
Jogyakarta dan kota-kota lainnya.
Untuk itu diperlukan pengembangan urban tourism dalam sebuah kota untuk
memajukan perkembangan kota diera saat ini. Kota Solo merupakan kota yang memiliki
keistimewaan ,terutama pada perwujudan ruang-ruang kotanya maupun bangunan-
bangunanya yang dapat menarik perhatiaan parawisata baik lokal maupun
mancanegara. Meski ada banyak potensi yang dapat dijadikan modal
(mulai letak geografis sebagai gerbang utara nusantara, artefak kotanya sebagai
sejarah nasional, hingga potensi alamnya), potensi tersebut masih bersifat mentah
jika tanpa ada penataan dan pengelolaan yang baik. Obsesi akan akan terus
5. menjadi obsesi tanpa pernah terwujud. Langkah awal yang telah dilakukan akan
kandas tanpa keberlanjutan. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, maka
dianggap perlu adanya suatu bentuk penataan tertentu terhadap objek-objek wisata
tersebut. Sebagai contoh: untuk spot wisata yang berwujud bangunan „bersejarah‟,
perlu dilakukan treatment tertentu seperti halnya preservasi, revitalisasi dan
sejenisnya. (Feilden, 1994).Bentuk strategi dan urban design suatu wilayah juga sangat
berpengaruh pada objek wisata. Secara lebih rinci, ada beberapa hal yang diharapkan
dan ingin dilakukan melalui studi ini, yakni dengan adanya penataan pada setiap spot
wisata ini diharapkan dapat terbentuk suatu image kota secara keseluruhan. Sebab
“melalui keunikan dan „ketiada-duaanya‟ sebuah kota, akan membentuk ciri atau
karakter yang berdaya tarik” (Budiharjo, 1997).
1.2 Rumusan masalah
Dari hal-hal yang melatarbelakangi studi ini, dapat dirumuskan satu permasalahan
pokok, yakni sebagai berikut: Bagaimana arahan pengembangan yang tepat untuk
meningkatkan daya tarik kota solo sebagai kota parawisata melalui pendekatan
konsep urban tourism ?
1.3 Tujuan Masalah
Dari paparan latar belakang dan rumusan masalah pada bagian sebelumnya,
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, adalah untuk: meningkatkan daya tarik
kota solo sebagai kota parawisata melalui pendekatankonsep urban tourism.
Adapun sasaran yang ditetapkan dalam upaya mencapai tujuan penelitian ini
6. adalah meliputi :
1.3.1 Mengidentifikasi karakter dari aspek fisik objek wisata
1.3.2 Mencari persepsi pelaku wisata, sebagai pendapat kedua dalam menanggapi isu
karakter fisik wisata
1. 4 Metode dan Teknik Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan
metode teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, penulis juga
mencari bahan dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan
internasional yaitu, Internet.
7. BAB II
ISI
TEORI /ACUAN PENDUKUNG
Secara garis besar urban tourism adalah gagasan ataupun sebuah ide yang dirancang
dalam meningkat atau mengembangkan sebuah wilayah ataupun sebuah kota. Dengan konsep
“Urban Tourism” yaitu Pariwisata. Menurut Menurut Lloyd (2007) definisi urban tourism
adalah: “the consumption of city spectacles (such as architecture, monuments, and parks)
and cultural amenities (such as museums, restaurants, and performances) by visitors.”
(www.blackwell.reference) Dalam Kota Hal ini masuk akal, karena: Pertama, aktivitas urban
tourism berada didalam kota dan wisatawan yang datang terkonsentrasi didalam kota.
Hampir semua perangkat daerah, sosial kemasyarakatan dan swasta pada umumnya juga
terpusat di dalam kota.
Dengan demikian pariwisata yang pengembangannya terpusat di dalam kota akan
banyak yang melihat dan mengawasinya. Petugas polisi, pamong praja dan polisi syariah,
misalnya tidak perlu jauh-jauh harus bertugas mengawasi aktivitas pariwisata. Dengan
demikian pariwisata kota (urban tourism) mudah diawasi sehingga kemungkinan terjadinya
pelanggaran sangat kecil jika dibandingkan dengan pariwisata yang dikembangkan jauh di
desa sana (resort tourism). Kedua, pola pembangunan urban tourism dapat melahirkan
linkage (hubungan) daya tarik wisata antar daerah di Indonesia sehingga terwujudnya jalur
perjalanan wisata yang menarik.
Hal ini akan membentuk kinergi daya tarik satu daerah (kabupaten) dengan daerah
lain, sehingga membentuk sebuah daya tarik wisata yang sangat beragam dan diminati
oleh banyak segmen pasar. Ketiga, wisatawan yang datang membawa nilai-nilai budaya
8. mereka sendiri yang jauh berbeda dengan budaya masyarakat kita. Mereka tidak ada niat,
memang, untuk mengambil budaya kita, akan tetapi tanpa sengaja didalam mempraktekkan
budaya mereka terjadi kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan kita. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya “polusi” nilai-nilai budaya dan norma-norma agama kita.
9. PEMBAHASAN
Meskipun pariwisata sangat menjanjikan, namun bagi daerah yang baru mulai
mengolah potensi wisatanya, pekerjaan ini bukanlah sesuatu yang mudah, seperti
membalik telapak tangan. Banyak langkah yang harus di tempuh, mulai dari
inventarisasi potensi wisata, pembangunan sarana dan prasarana, pemberdayaan
masyarakat sampai kepada sosialisasinya kepada masyarakat luas.Hal ini yang
mendasari bahwa karakter fisik tiap objek wisata yang belum cukup kuat dalam
mendukung perannya sebagai objek point of interest bagi lingkungan sekitarnya, dalam
konteksnya sebagai objek wisata yang „berdaya tarik‟.
Solo yang juga dikenal dengan wisata kota tuanya tidak kalah dengan kota
tetangga yaitu D.I Yogyakarta.Potensi kota harus dikembangkan lagi mulai dari
penataan maupun perawatan sisi objek kota yang ada namun pelaksaan ini kadang
tidak efektif karena faktor perekonomian suatu kota.
Banyak terdapat berbagai monumen dan gedung dibangun untuk menandai
eksistensi kota mereka.Bagaimana kemudian simbol-simbol yang dimiliki oleh suatu
kota, baik itu simbol dalam bentuk fisik seperti,gedung, jalan, dan taman maupun
simbolisasi non fisik, dapat mengembangkan dan mempertahankan eksistensi kota
solo.
Solo menawarkan beberapa fasilitas unggulan dibanding dengan kota wisata
lainnya yaitu kereta wisata Jaladara.
10. perkembangannya, kota tidak terlepas dari proses sosial. Ada proses tarik-
menarik antara kota dan orang-orang di dalamnya. Pada waktu yang bersamaan,
orang-orang yang ada di dalam kota itu lah yang membentuk kota, tetapi kota juga
mempengaruhi dan membentuk orang-orang yang ada di dalamnya.
Obyek wisata atau Kraton misalnya, telah menjadi daya tarik dan mendatangkan
rejeki yang banyak untuk banyak orang di kota ini, mestinya juga kita beri perhatian.
Coba kita lihat temboknya, sudah lama nggak dicat.