SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 7
Baixar para ler offline
Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Kalam, Ilmu Falsafah, Ilmu Fiqih, Dan Ilmu
  Jiwa




A. PENGERTIAN TASAWUF


         Kata sufi mulanya muncul pada abad ke-9. Asal usul kata ini dibahas oleh
  hujwiri pada abad ke-11. Ia mengemukakan nama itu mungkin berasal dari kata shuf
  (yang berarti wol), karena kaum sufi memakai busana wol. Atau dari ahli suffah, nama
  yang dilekatkan pada orang-orang yang tinggal diberanda masjid Nabi Muhamad. Atau
  dari shaft (yang berarti kesucian). Nabi Muhamad menyatakan “Barang siapa
  mengenal dirinya, maka ia mengenal penciptanya”. Tasawuf adalah jalan kembali
  kekeadaan azali manusia, jalan yang ditempuh untuk menemukan makna dan tujuan,
  untuk mencapai ketenangan dan kehidupan abadi, jalan yang ditempuh orang untuk
  bisa pulang kerumah. Dalam literatur barat, tasawuf sering disebut mistisme Islam.
  Sebab ia adalah jalan bagi pengalaman pribadi tentang cinta ilahi dan ia mencakup
  pemahaman ektase yang dikenal dengan mistis. Tasawuf berarti mengalami dan
  menghayati realitas agama, penemuan dan realitas yang dicanangkan oleh semua
  Nabi. Semua orang di karuniai potensi untuk menemukan rahasia kehidupan ini.
  Pengalaman tidak bisa dicapai melalui nalar dan logika, melainkan harus datang dari
lubuk hati terdalam. Tasawuf adalah Islam, karena Islam berarti berserah diri kepada
  Tuhan, dan tujuan Tasawuf adalah berserah diri kepada Tuhan, syarat untuk mencapai
  penyatuan dengan Tuhan sang kekasih.




B. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM


         Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keIslaman yang banyak mengedepankan
  pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini
  biasanya mengarah sampai pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar
  argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi yang dimaksudkan
  adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis,
  sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil-
  dalil Al-Qur’an dan hadits. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu
  kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah. Sebagai contoh, ilmu kalam
  menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar, Kalam, Iradah, Qudrah, Hayat, dan
  sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak menjelaskan bagaimana seorang hamba dapat
  merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan melihatnya, bagaimana pula
  perasaan hati seseorang ketika membaca Al-Qur’an, bagaimana seseorang merasa
  bahwa segala sesuatu yang tercipta merupakan pengaruh dari kekuasaan Allah ?


        Pernyataan-pernyataan diatas sulit terjawab hanya dengan berlandaskan pada
  ilmu kalam. Biasanya, yang membicarakan penghayatan sampai pada penanaman
  kejiwaan manusia adalah ilmu Tasawuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana
  merasakan nilai-nilai akidah dengan memperhatikan bahwa persoalan bagaimana
  merasakan tidak saja termasuk dalam lingkup hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam
  ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta
  kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan
  jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Sebagaimana
  dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan. Semua itu tidak cukup
hanya diketahui batasan-batasannya oleh seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah
     tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya.


            Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai fungsi sebagai
     berikut.
1.    Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang
     mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau
     teraplikasikan   dalam   perilaku.   Dengan   demikian,   ilmu   Tasawuf   merupakan
     penyempurna ilmu kalam.



        1. Berfungsi sebagai pengendali ilmu Tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu
           aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru
           yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan
           penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah
           diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan
           oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus ditolak.
        2. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan
           kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam
           cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional disamping
           muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Disinilah
           ilmu Tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam
           terkesan sebagai dialektika keIslaman belaka, yang kering dari kesadaran
           penghayatan atau sentuhan hati.



           Andaikata manusia sadar bahwa Allahlah yang memberi, niscaya rasa hasud dan
     dengki akan sirna, kalau saja dia tahu kedudukan penghambaan diri, niscaya tidak
     akan ada rasa sombong dan membanggakan diri. Kalau saja manusia sadar bahwa
     Allahlah pencipta segala sesuatu, niscaya tidak akan ada sifat ujub dan riya. Dari
     sinilah dapat dilihat bahwa ilmu tauhid merupakan jenjang pertama dalam pendakian
     menuju Allah (pendakian para kaum sufi). Dalam ilmu Tasawuf, semua persoalan yang
     berada dalam kajian ilmu kalam terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi akan lebih
     dinamis dan aplikatif.
C. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU FALSAFAH


         Biasanya Tasawuf dan filsafah selalu dipandang berlawanan. Ada juga anggapan
  bahwa pencarian jalan Tasawuf mengharuskan pencelaan filsafat, tidak hanya berupa
  timbal balik dan saling mempengaruhi, bahkan asimilasi (perpaduan) dan hubungan ini
  sama sekali tidak terbatas pada kebencian dan permusuhan. Tasawuf adalah
  pencarian jalan ruhani, kebersatuan dengan kebenaran mutlak dan pengetahuan
  mistik menurut jalan dan sunnah. Sedangkan filsafah tidak dimaksudkan hanya filsafah
  peripatetic yang rasionalistik, tetapi seluruh mazhab intelektual dalam kultur Islam
  yang telah berusaha mencapai pengetahuan mengenai sebab awal melalui daya
  intelek. Filsafat terdiri dari filsafat diskursif (bahtsi) maupun intelek intuitif (dzawqi).


         Hubungan antara Tasawuf dan filsafat, yaitu :

     1. Bentuk hubungan yang paling luas antara Tasawuf dan filsafat tentu saja adalah
        pertentangan satu sama lain, sebagaimana tampak dalam karya-karya al-
        Ghazali bersaudara, Abu hamid dan Ahmad. Dan penyair sufi besar seperti
        Sana’I, Athar, dan Rumi. Kelompok sufi ini hanya memperhatikan aspek rasional
        dari filsafat, dan setiap kali berbicara tentang intelek, mereka tidak
        mengartikan intelek dalam arti mutlaknya, namun mengacu kepada aspek
        rasional intelek (akal). Athar juga memahami filsafat hanya sebagai filsafat
        peripatetic yang rasionalistik, dan menekankan bahwa hal itu tidak boleh
        dikelirukan dengan misteri ilahiah dan pengetahuan ilahiah, yang merupakan
        usaha puncak pensucian jiwa dibawah bimbingan spiritual para guru sufi.
        Intelek tidak sama dengan hadist Nabi dan falsafah tidak sama dengan teosofi
        (hikmah) dalam makna Qur’aninya. Matsnawi adalah sebuah Masterpiece
        filsafat.
     2. Hubungan antara Tasawuf dan filsafat tampak dalam munculnya bentuk khusus
        yang terjalin erat dengan filsafat. Meskipun bentuk tasawuf ini tidak menerima
        filsafat peripatetic dan mazhab-mazhab filsafat lain yang seperti itu, namun ia
        sendiri tercampur dengan filsafat atau teosofi (hikmah) dalam bentuknya yang
        paling luas. Dalam mazhab Tasawuf itu, intelek sebagai alat untuk mencapai
        realitas tentang yang mutlak dengan memperoleh kedudukan yang tinggi.
        Dengan demikian, dalam tasawuf berkembang satu jenis teosofi (ilmu ilahi)
        yang tidak hanya datang untuk menggantikan filsafat didunia Arab, tapi di
        Persia ia juga amat mempengaruhi jika bukan menggantikan filsafat dan
        kemudian secara amat efektif menggabungkan filsafat dan Tasawuf, bahkan
        mengganti nama Tasawuf menjadi Irfan (gnosis,makrifat) pada periode safawi.
        Penentangan terhadap filsafat masih tetap tampak, tapi penentangan ini
        sebenarnya muncul dalam kaitannya dengan istilah falsafah dan rasionalisme.
Hubungan Tasawuf dan filsafah berbeda dari apa yang diamati dalam tasawuf
           yang didominasi cinta, seperti pada Athar dan lainnya.
        3. Hubungan antara Tasawuf dan filsafat ditemukan dalam karya-karya para sufi
           yang sekaligus juga filosof, Yang telah berusaha untuk merujuk tasawuf dan
           filsafat. Afdhaluddin kasyani, Quthbuddin syirazi, Ibd Turkah al-Isfahani, dan
           Mir Abul Qosim findiriski, orang-orang ini seluruhnya adalah sufi yang berjalan
           pada jalan spiritual dan telah mencapai maqam spiritual, dan beberapa
           diantara mereka terdapat para wali, tetapi pada saat yang sama secara
           mendalam memahami filsafat dan cukup mengherankan, beberapa diantara
           mereka lebih tertarik pada filsafat peripatetic dan rasionalistik daripada
           filsafat intuitif (dzawqi), sebagaimana dapat diamati dalam kasus Mir Findiriski
           yang amat mendalami As-Syifanya Ibnu Sina. Diantara kelompok ini,
           Afdhaluddin Kasyani memegang kedudukan yang unik. Ia tidak hanya salah satu
           sufi terbesar yang hingga hari ini mouseleumnya di Maqam Kasyani menjadi
           tempat Ziarah, baik orang-orang yang awam maupun orang-orang terpelajar,
           tetapi ia juga dianggap sebagai salah satu filosof Persia terbesar yang
           sumbangannya bagi pengembangan bahasa filsafat Persia tak tertandingi.
           Karya-karya filsafatnya dalam logika, teologi, ataupun dalam ilmu-ilmu alam
           ditulis dalam bahasa Persia yang jelas dan fasih, dan merupakan Masterpiece
           dalam bahasa ini. Ia tidak hanya menunjukkan dengan jelas wawasan tasawuf
           dalam syair-syairnya, namun dalam hal logika dan filsafat yang paling ketat
           sekalipun. Figur besar lain seperti Quthbuddin al-Syirazi, yang dalam masa
           remajanya bergabung dengan para sufi dan juga menulis karya besar dalam
           filsafat peripatetic dalam bahasa Persia, Durrat al-Tajj, lalu bin Turkah
           Isfahani, yang Tamhid al-Qawaidnya merupakan Masterpiece filsafat sekaligus
           Tasawuf, dan Mir Abul Qosim Findiriski, yang menjadi komentator karya
           metafisika Hindu penting, Yoga Vaisithsa adalah sufi dan ahli makrifat yang
           kepadanya banyak mukjizat dinisbatkan. Mereka semua sesungguhnya adalah
           para pengikut mazhab Afdhluddin Kasyani, sejauh menyangkut upaya
           pemantapan hubungan antara Tasawuf dan Filsafat.
        4. Kategorisasi umum kita mengenai hubungan Tasawuf dengan filsafat, mencakup
           para filosof yang mempelajari atau mempraktekan Tasawuf. Yang pertama dari
           kelompok ini adalah Al-Farabi, yang mempraktekan Tasawuf dan bahkan telah
           mengubah musik yang dimainkan dalam pertemuan Sama’ pada sufi, mutiara
           hikmah yang dinisbatkan kepadanya sangatlah penting. Karena, pada dasarnya,
           inilah buku mengenai filsafat maupun makrifat dan hingga kini diajarkan di
           Persia bersama komentar-komentar makrifati.

D.          HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU FIQIH


           Biasanya, pembahasan kitab-kitab fiqih selalu dimulai dari Thaharah, kemudian
     persoalan-persoalan kefiqihan lainnya. Namun, pembahasan ilmu fiqih tentang
     thaharah atau yang lainnya secara tidak langsung terkait dengan pembicaraan nilai-
     nilai rohaniahnya. Persoalannya     sekarang, disiplin   ilmu apakah     yang dapat
menyempurnakan ilmu fiqih dalam persoalan-persoalan tersebut ? Ilmu Tasawuf
     tampaknya merupakan jawaban yang paling tepat karena ilmu ini berhasil
     memberikan corak batin terhadap ilmu fiqih. Corak batin yang dimaksud adalah ikhlas
     dan khusyuk berikut jalannya masing-masing. Bahkan ilmu ini mampu menumbuhkan
     kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih. Akhirnya, pelaksanaan
     kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan rohaniah.


           Dahulu para ahli fiqih mengatakan “Barang siapa mendalami fiqih, tetapi belum
     bertasawuf, berarti ia fasik. Barang siapa bertasawuf, tetapi belum mendalami fiqih,
     berarti ia zindiq. Dan Barang siapa melakukan ke-2 nya, berarti ia melakukan
     kebenaran”. Tasawuf dan fiqih adalah 2 disiplin ilmu yang saling menyempurnakan.
     Jika terjadi pertentangan antara ke-2 nya, berarti disitu terjadi kesalahan dan
     penyimpangan. Maksudnya, boleh jadi seorang sufi berjalan tanpa fiqih, atau seorang
     ahli tidak mengamalkan ilmunya. Jadi, seorang ahli sufi harus bertasawuf (sufi), harus
     memahami dan mengikuti aturan fiqih. Tegasnya, seorang fiqih harus mengetahui hal-
     hal yang berhubungan dengan hukum dan yang berkaitan dengan tata cara
     pengamalannya. Seorang sufi pun harus mengetahui aturan-aturan hukum dan
     sekaligus mengamalkannya. Ini menjelaskan bahwa ilmu Tasawuf dan ilmu Fiqih
     adalah 2 disiplin ilmu yang saling melengkapi.


E.           HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU JIWA


           Dalam pembahasan Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan.
     Yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam Tasawuf
     tersebut adalah terciptanya keserasian antara ke-2 nya. Pembahasan tentang jiwa dan
     badan ini dikonsepsikan para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan
     perilaku yang dipraktikan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya
     sehingga perbuatan itu dapat terjadi. Dari sini, baru muncul kategori-kategori
     perbuatan manusia, apakah dkategorikan sebagai perbuatan jelek atau perbuatan
     baik. Jika perbuatan yang ditampilkan seseorang baik, ia disebut orang yang
     berakhlak baik. Sebaliknya, jika perbuatan yang ditampilkannya jelek, ia disebut
sebagai orang yang berakhlak jalek. Dalalm pandangan kaum sufi, akhlak dan sifat
seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya. Jika yang berkuasa
dalam tubuhnya adalah nafsu-nafsu hewani atau nabati, yang akan tampil dalam
perilakunya adalah perilaku hewani atau nabati pula. Sebaliknya, jika yang berkuasa
adalah nafsu insani, yang akan tampil dalam perilakunya adalah perilaku insani pula.
Orang yang sehat mentalnya adalah yang mampu merasakan kebahagiaan dalam
hidup, karena orang-orang inilah yang dapat merasakan bahwa dirinya berguna,
berharga, dan mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin
dengan cara membawa kebahagiaan dirinya dan orang lain. Disamping itu, ia mampu
menyesuaikan diri dalam arti yang luas, terhindar dari kegelisahan-kegelisahan dan
gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Metodologi Tafsir Imam Ar Razi
Metodologi Tafsir Imam Ar RaziMetodologi Tafsir Imam Ar Razi
Metodologi Tafsir Imam Ar RaziIndah Fatmawati
 
Konsep Fikih dan Ibadah dalam Islam
Konsep Fikih dan Ibadah dalam IslamKonsep Fikih dan Ibadah dalam Islam
Konsep Fikih dan Ibadah dalam Islamvinaidamatusilmi
 
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)Maghfur Amien
 
Sejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-QuranSejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-QuranIlliyin Studio
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidRoisMansur
 
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupahMakalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupahRobet Saputra
 
PENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATA
PENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATAPENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATA
PENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATAsyoretta
 
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Erta Erta
 
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islambahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islamTri Agustuti
 
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAHHadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAHJamalmaklumi
 
Kajian kitab qiraat
Kajian kitab qiraatKajian kitab qiraat
Kajian kitab qiraatShamsul Amir
 
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptxEpistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptxAchmadZuhri5
 
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaAtiekah Pauzi
 
RPS BAHASA ARAB NEW.pdf
RPS BAHASA ARAB NEW.pdfRPS BAHASA ARAB NEW.pdf
RPS BAHASA ARAB NEW.pdfdiannoer2
 
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHPengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHFarra Shahirra
 
Makalah pembelajaran bahasa arab
Makalah pembelajaran bahasa arabMakalah pembelajaran bahasa arab
Makalah pembelajaran bahasa arabMuhammad Idris
 
Linguistik Terapan
Linguistik TerapanLinguistik Terapan
Linguistik TerapanGhani Shahid
 
Sejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’anSejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’answirawan
 

Mais procurados (20)

Metodologi Tafsir Imam Ar Razi
Metodologi Tafsir Imam Ar RaziMetodologi Tafsir Imam Ar Razi
Metodologi Tafsir Imam Ar Razi
 
Konsep Fikih dan Ibadah dalam Islam
Konsep Fikih dan Ibadah dalam IslamKonsep Fikih dan Ibadah dalam Islam
Konsep Fikih dan Ibadah dalam Islam
 
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
 
Sejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-QuranSejarah Perkembangan Al-Quran
Sejarah Perkembangan Al-Quran
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
 
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupahMakalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
 
Metodologi tafsir
Metodologi tafsirMetodologi tafsir
Metodologi tafsir
 
Al attas islam and secularism
Al attas islam and secularismAl attas islam and secularism
Al attas islam and secularism
 
PENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATA
PENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATAPENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATA
PENULISAN HURUF MIRING DAN PENULISAN KATA
 
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
 
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islambahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
 
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAHHadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
 
Kajian kitab qiraat
Kajian kitab qiraatKajian kitab qiraat
Kajian kitab qiraat
 
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptxEpistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
Epistemologi Bayani, Irfani, Burhani Al-Jabiri dan.pptx
 
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannya
 
RPS BAHASA ARAB NEW.pdf
RPS BAHASA ARAB NEW.pdfRPS BAHASA ARAB NEW.pdf
RPS BAHASA ARAB NEW.pdf
 
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHPengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
 
Makalah pembelajaran bahasa arab
Makalah pembelajaran bahasa arabMakalah pembelajaran bahasa arab
Makalah pembelajaran bahasa arab
 
Linguistik Terapan
Linguistik TerapanLinguistik Terapan
Linguistik Terapan
 
Sejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’anSejarah pemeliharaan al qur’an
Sejarah pemeliharaan al qur’an
 

Destaque

Hubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafat
Hubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafatHubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafat
Hubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafatEvan Farhan
 
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufHubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufM Danial
 
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islamHubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islamYandra Helira
 
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)Ceriscan
 
Bentuk bentuk hubungan sosial
Bentuk bentuk hubungan sosialBentuk bentuk hubungan sosial
Bentuk bentuk hubungan sosialafik068
 
Pengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu TasawufPengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu TasawufZezen Wahyudin
 
Mengenal diri melalui rasa hati
Mengenal diri melalui rasa hatiMengenal diri melalui rasa hati
Mengenal diri melalui rasa hatiKayrol Anwar
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARRetno Nindia
 
Ilmu tasawuf
Ilmu tasawufIlmu tasawuf
Ilmu tasawufLia Lia
 

Destaque (10)

Hubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafat
Hubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafatHubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafat
Hubungan tasawuf-ilmu-kalam-filsafat
 
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawufHubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
Hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf
 
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islamHubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
Hubungan ilmu kalam dengan filsafat islam
 
Dampak hubungan sosial
Dampak hubungan sosialDampak hubungan sosial
Dampak hubungan sosial
 
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
Pranata Sosial IPS kelompok IV (SKK-1 Jakarta Pusat)
 
Bentuk bentuk hubungan sosial
Bentuk bentuk hubungan sosialBentuk bentuk hubungan sosial
Bentuk bentuk hubungan sosial
 
Pengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu TasawufPengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu Tasawuf
 
Mengenal diri melalui rasa hati
Mengenal diri melalui rasa hatiMengenal diri melalui rasa hati
Mengenal diri melalui rasa hati
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJAR
 
Ilmu tasawuf
Ilmu tasawufIlmu tasawuf
Ilmu tasawuf
 

Semelhante a Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam

Ahlak tasawuf
Ahlak tasawufAhlak tasawuf
Ahlak tasawufAndi Uli
 
Studi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamStudi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamApri Kusanto
 
Filsafat Agama Islam
Filsafat Agama IslamFilsafat Agama Islam
Filsafat Agama Islamfikarcool
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxNiaepa
 
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptxHUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptxAsepSuryadiMuharom
 
Epistemologi irfani
Epistemologi irfaniEpistemologi irfani
Epistemologi irfaniAs Faizin
 
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxbungashoumizahro
 
Himmatul fata.docx
Himmatul fata.docxHimmatul fata.docx
Himmatul fata.docxHimmatulfata
 
Tasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafiTasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafiAbdul Fauzan
 
Himmatul fata 2.docx
Himmatul fata 2.docxHimmatul fata 2.docx
Himmatul fata 2.docxHimmatulfata
 
Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawufudajamil
 
1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.docRiska Affriany
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islamAzah Cobra
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafiMakalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafiAsep Anwar Musadad
 

Semelhante a Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam (20)

Ahlak tasawuf
Ahlak tasawufAhlak tasawuf
Ahlak tasawuf
 
Al ghozali
Al ghozaliAl ghozali
Al ghozali
 
91465917 makalah
91465917 makalah91465917 makalah
91465917 makalah
 
Studi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamStudi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islam
 
Epistimologi bayani
Epistimologi bayaniEpistimologi bayani
Epistimologi bayani
 
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptxKel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
Kel 4_METODOLOGI_TERMIN 2.pptx
 
Filsafat Agama Islam
Filsafat Agama IslamFilsafat Agama Islam
Filsafat Agama Islam
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
 
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptxHUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.pptx
 
Epistemologi irfani
Epistemologi irfaniEpistemologi irfani
Epistemologi irfani
 
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
Himmatul fata.docx
Himmatul fata.docxHimmatul fata.docx
Himmatul fata.docx
 
Tasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafiTasawuf amali dan falsafi
Tasawuf amali dan falsafi
 
Himmatul fata 2.docx
Himmatul fata 2.docxHimmatul fata 2.docx
Himmatul fata 2.docx
 
Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawuf
 
Filsafat islam
Filsafat islamFilsafat islam
Filsafat islam
 
Makalah Ilmu Tasawuf.docx
Makalah Ilmu Tasawuf.docxMakalah Ilmu Tasawuf.docx
Makalah Ilmu Tasawuf.docx
 
1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islam
 
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafiMakalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
Makalah sejarah perkembangan tasawuf salafi
 

Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam

  • 1. Hubungan Tasawuf Dengan Ilmu Kalam, Ilmu Falsafah, Ilmu Fiqih, Dan Ilmu Jiwa A. PENGERTIAN TASAWUF Kata sufi mulanya muncul pada abad ke-9. Asal usul kata ini dibahas oleh hujwiri pada abad ke-11. Ia mengemukakan nama itu mungkin berasal dari kata shuf (yang berarti wol), karena kaum sufi memakai busana wol. Atau dari ahli suffah, nama yang dilekatkan pada orang-orang yang tinggal diberanda masjid Nabi Muhamad. Atau dari shaft (yang berarti kesucian). Nabi Muhamad menyatakan “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal penciptanya”. Tasawuf adalah jalan kembali kekeadaan azali manusia, jalan yang ditempuh untuk menemukan makna dan tujuan, untuk mencapai ketenangan dan kehidupan abadi, jalan yang ditempuh orang untuk bisa pulang kerumah. Dalam literatur barat, tasawuf sering disebut mistisme Islam. Sebab ia adalah jalan bagi pengalaman pribadi tentang cinta ilahi dan ia mencakup pemahaman ektase yang dikenal dengan mistis. Tasawuf berarti mengalami dan menghayati realitas agama, penemuan dan realitas yang dicanangkan oleh semua Nabi. Semua orang di karuniai potensi untuk menemukan rahasia kehidupan ini. Pengalaman tidak bisa dicapai melalui nalar dan logika, melainkan harus datang dari
  • 2. lubuk hati terdalam. Tasawuf adalah Islam, karena Islam berarti berserah diri kepada Tuhan, dan tujuan Tasawuf adalah berserah diri kepada Tuhan, syarat untuk mencapai penyatuan dengan Tuhan sang kekasih. B. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keIslaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah sampai pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis, sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil- dalil Al-Qur’an dan hadits. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah. Sebagai contoh, ilmu kalam menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar, Kalam, Iradah, Qudrah, Hayat, dan sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak menjelaskan bagaimana seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan melihatnya, bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika membaca Al-Qur’an, bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang tercipta merupakan pengaruh dari kekuasaan Allah ? Pernyataan-pernyataan diatas sulit terjawab hanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang membicarakan penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah ilmu Tasawuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan nilai-nilai akidah dengan memperhatikan bahwa persoalan bagaimana merasakan tidak saja termasuk dalam lingkup hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan. Semua itu tidak cukup
  • 3. hanya diketahui batasan-batasannya oleh seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai fungsi sebagai berikut. 1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu Tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam. 1. Berfungsi sebagai pengendali ilmu Tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus ditolak. 2. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional disamping muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Disinilah ilmu Tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan sebagai dialektika keIslaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati. Andaikata manusia sadar bahwa Allahlah yang memberi, niscaya rasa hasud dan dengki akan sirna, kalau saja dia tahu kedudukan penghambaan diri, niscaya tidak akan ada rasa sombong dan membanggakan diri. Kalau saja manusia sadar bahwa Allahlah pencipta segala sesuatu, niscaya tidak akan ada sifat ujub dan riya. Dari sinilah dapat dilihat bahwa ilmu tauhid merupakan jenjang pertama dalam pendakian menuju Allah (pendakian para kaum sufi). Dalam ilmu Tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu kalam terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi akan lebih dinamis dan aplikatif.
  • 4. C. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU FALSAFAH Biasanya Tasawuf dan filsafah selalu dipandang berlawanan. Ada juga anggapan bahwa pencarian jalan Tasawuf mengharuskan pencelaan filsafat, tidak hanya berupa timbal balik dan saling mempengaruhi, bahkan asimilasi (perpaduan) dan hubungan ini sama sekali tidak terbatas pada kebencian dan permusuhan. Tasawuf adalah pencarian jalan ruhani, kebersatuan dengan kebenaran mutlak dan pengetahuan mistik menurut jalan dan sunnah. Sedangkan filsafah tidak dimaksudkan hanya filsafah peripatetic yang rasionalistik, tetapi seluruh mazhab intelektual dalam kultur Islam yang telah berusaha mencapai pengetahuan mengenai sebab awal melalui daya intelek. Filsafat terdiri dari filsafat diskursif (bahtsi) maupun intelek intuitif (dzawqi). Hubungan antara Tasawuf dan filsafat, yaitu : 1. Bentuk hubungan yang paling luas antara Tasawuf dan filsafat tentu saja adalah pertentangan satu sama lain, sebagaimana tampak dalam karya-karya al- Ghazali bersaudara, Abu hamid dan Ahmad. Dan penyair sufi besar seperti Sana’I, Athar, dan Rumi. Kelompok sufi ini hanya memperhatikan aspek rasional dari filsafat, dan setiap kali berbicara tentang intelek, mereka tidak mengartikan intelek dalam arti mutlaknya, namun mengacu kepada aspek rasional intelek (akal). Athar juga memahami filsafat hanya sebagai filsafat peripatetic yang rasionalistik, dan menekankan bahwa hal itu tidak boleh dikelirukan dengan misteri ilahiah dan pengetahuan ilahiah, yang merupakan usaha puncak pensucian jiwa dibawah bimbingan spiritual para guru sufi. Intelek tidak sama dengan hadist Nabi dan falsafah tidak sama dengan teosofi (hikmah) dalam makna Qur’aninya. Matsnawi adalah sebuah Masterpiece filsafat. 2. Hubungan antara Tasawuf dan filsafat tampak dalam munculnya bentuk khusus yang terjalin erat dengan filsafat. Meskipun bentuk tasawuf ini tidak menerima filsafat peripatetic dan mazhab-mazhab filsafat lain yang seperti itu, namun ia sendiri tercampur dengan filsafat atau teosofi (hikmah) dalam bentuknya yang paling luas. Dalam mazhab Tasawuf itu, intelek sebagai alat untuk mencapai realitas tentang yang mutlak dengan memperoleh kedudukan yang tinggi. Dengan demikian, dalam tasawuf berkembang satu jenis teosofi (ilmu ilahi) yang tidak hanya datang untuk menggantikan filsafat didunia Arab, tapi di Persia ia juga amat mempengaruhi jika bukan menggantikan filsafat dan kemudian secara amat efektif menggabungkan filsafat dan Tasawuf, bahkan mengganti nama Tasawuf menjadi Irfan (gnosis,makrifat) pada periode safawi. Penentangan terhadap filsafat masih tetap tampak, tapi penentangan ini sebenarnya muncul dalam kaitannya dengan istilah falsafah dan rasionalisme.
  • 5. Hubungan Tasawuf dan filsafah berbeda dari apa yang diamati dalam tasawuf yang didominasi cinta, seperti pada Athar dan lainnya. 3. Hubungan antara Tasawuf dan filsafat ditemukan dalam karya-karya para sufi yang sekaligus juga filosof, Yang telah berusaha untuk merujuk tasawuf dan filsafat. Afdhaluddin kasyani, Quthbuddin syirazi, Ibd Turkah al-Isfahani, dan Mir Abul Qosim findiriski, orang-orang ini seluruhnya adalah sufi yang berjalan pada jalan spiritual dan telah mencapai maqam spiritual, dan beberapa diantara mereka terdapat para wali, tetapi pada saat yang sama secara mendalam memahami filsafat dan cukup mengherankan, beberapa diantara mereka lebih tertarik pada filsafat peripatetic dan rasionalistik daripada filsafat intuitif (dzawqi), sebagaimana dapat diamati dalam kasus Mir Findiriski yang amat mendalami As-Syifanya Ibnu Sina. Diantara kelompok ini, Afdhaluddin Kasyani memegang kedudukan yang unik. Ia tidak hanya salah satu sufi terbesar yang hingga hari ini mouseleumnya di Maqam Kasyani menjadi tempat Ziarah, baik orang-orang yang awam maupun orang-orang terpelajar, tetapi ia juga dianggap sebagai salah satu filosof Persia terbesar yang sumbangannya bagi pengembangan bahasa filsafat Persia tak tertandingi. Karya-karya filsafatnya dalam logika, teologi, ataupun dalam ilmu-ilmu alam ditulis dalam bahasa Persia yang jelas dan fasih, dan merupakan Masterpiece dalam bahasa ini. Ia tidak hanya menunjukkan dengan jelas wawasan tasawuf dalam syair-syairnya, namun dalam hal logika dan filsafat yang paling ketat sekalipun. Figur besar lain seperti Quthbuddin al-Syirazi, yang dalam masa remajanya bergabung dengan para sufi dan juga menulis karya besar dalam filsafat peripatetic dalam bahasa Persia, Durrat al-Tajj, lalu bin Turkah Isfahani, yang Tamhid al-Qawaidnya merupakan Masterpiece filsafat sekaligus Tasawuf, dan Mir Abul Qosim Findiriski, yang menjadi komentator karya metafisika Hindu penting, Yoga Vaisithsa adalah sufi dan ahli makrifat yang kepadanya banyak mukjizat dinisbatkan. Mereka semua sesungguhnya adalah para pengikut mazhab Afdhluddin Kasyani, sejauh menyangkut upaya pemantapan hubungan antara Tasawuf dan Filsafat. 4. Kategorisasi umum kita mengenai hubungan Tasawuf dengan filsafat, mencakup para filosof yang mempelajari atau mempraktekan Tasawuf. Yang pertama dari kelompok ini adalah Al-Farabi, yang mempraktekan Tasawuf dan bahkan telah mengubah musik yang dimainkan dalam pertemuan Sama’ pada sufi, mutiara hikmah yang dinisbatkan kepadanya sangatlah penting. Karena, pada dasarnya, inilah buku mengenai filsafat maupun makrifat dan hingga kini diajarkan di Persia bersama komentar-komentar makrifati. D. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU FIQIH Biasanya, pembahasan kitab-kitab fiqih selalu dimulai dari Thaharah, kemudian persoalan-persoalan kefiqihan lainnya. Namun, pembahasan ilmu fiqih tentang thaharah atau yang lainnya secara tidak langsung terkait dengan pembicaraan nilai- nilai rohaniahnya. Persoalannya sekarang, disiplin ilmu apakah yang dapat
  • 6. menyempurnakan ilmu fiqih dalam persoalan-persoalan tersebut ? Ilmu Tasawuf tampaknya merupakan jawaban yang paling tepat karena ilmu ini berhasil memberikan corak batin terhadap ilmu fiqih. Corak batin yang dimaksud adalah ikhlas dan khusyuk berikut jalannya masing-masing. Bahkan ilmu ini mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum fiqih. Akhirnya, pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan rohaniah. Dahulu para ahli fiqih mengatakan “Barang siapa mendalami fiqih, tetapi belum bertasawuf, berarti ia fasik. Barang siapa bertasawuf, tetapi belum mendalami fiqih, berarti ia zindiq. Dan Barang siapa melakukan ke-2 nya, berarti ia melakukan kebenaran”. Tasawuf dan fiqih adalah 2 disiplin ilmu yang saling menyempurnakan. Jika terjadi pertentangan antara ke-2 nya, berarti disitu terjadi kesalahan dan penyimpangan. Maksudnya, boleh jadi seorang sufi berjalan tanpa fiqih, atau seorang ahli tidak mengamalkan ilmunya. Jadi, seorang ahli sufi harus bertasawuf (sufi), harus memahami dan mengikuti aturan fiqih. Tegasnya, seorang fiqih harus mengetahui hal- hal yang berhubungan dengan hukum dan yang berkaitan dengan tata cara pengamalannya. Seorang sufi pun harus mengetahui aturan-aturan hukum dan sekaligus mengamalkannya. Ini menjelaskan bahwa ilmu Tasawuf dan ilmu Fiqih adalah 2 disiplin ilmu yang saling melengkapi. E. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU JIWA Dalam pembahasan Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam Tasawuf tersebut adalah terciptanya keserasian antara ke-2 nya. Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktikan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu dapat terjadi. Dari sini, baru muncul kategori-kategori perbuatan manusia, apakah dkategorikan sebagai perbuatan jelek atau perbuatan baik. Jika perbuatan yang ditampilkan seseorang baik, ia disebut orang yang berakhlak baik. Sebaliknya, jika perbuatan yang ditampilkannya jelek, ia disebut
  • 7. sebagai orang yang berakhlak jalek. Dalalm pandangan kaum sufi, akhlak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya. Jika yang berkuasa dalam tubuhnya adalah nafsu-nafsu hewani atau nabati, yang akan tampil dalam perilakunya adalah perilaku hewani atau nabati pula. Sebaliknya, jika yang berkuasa adalah nafsu insani, yang akan tampil dalam perilakunya adalah perilaku insani pula. Orang yang sehat mentalnya adalah yang mampu merasakan kebahagiaan dalam hidup, karena orang-orang inilah yang dapat merasakan bahwa dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin dengan cara membawa kebahagiaan dirinya dan orang lain. Disamping itu, ia mampu menyesuaikan diri dalam arti yang luas, terhindar dari kegelisahan-kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya.